tugas elearning suhartina new
Post on 13-Jul-2016
7 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Tugas E-learning
1. Data yang ditambahkan
Jawaban kasus 1
1) Riwayat penyakit dahulu: riwayat hipertensi, DM, dan nyeri yang sama
sebelumnya. Pada Penyakit DM
2) Riwayat kesehatan keluarga: Apakah ada keluarga dengan penyakit yang
sama
3) Life style: Riwayat merokok, riwayat mengkonsumsi makanan berlemak,
aktifitas fisik yang kurang, diet 3 J (tepat Jadwal, Jumlah, Jenis)
4) Riwayat Kontrol gula darah
5) Pemeriksaan Laboratorium
a. Troponin I dan T
b. CK-MB (Creatini Kinase MB)
c. Myoglobin (protein Heme)
d. LED: Leukosit sedikit meningkat
e. LDH meningkat selama 24 jam, normalnya selama 7 hingga 10 hari
f. SGOT dalam 12 jam, normalnya 3-5 hari
Jawaban kasus 2
Data tambahan pada kasus 2
1) Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi, riwayat nyeri yang sama sebelumnya
2) Riwayat kesehatan keluarga: apakah ada keluarga yang memiliki penyakit
yang sama
3) Life style: riwayat mengkonsumsi makanan berlemak, riwayat merokok
4) Pemeriksaan fisik : klien mengalami obesitas dengan IMT 85 (Kg):(1.7)²
= 29,4
5) Pemeriksaan laboratorium
a.Troponin I dan T
b. CK-MB (Creatini Kinase MB
c.Myoglobin (protein Heme)
d. LED: Leukosit sedikit meningkat
e.LDH meningkat selama 24 jam, normalnya selama 7 hingga 10 hari
f. SGOT dalam 12 jam, normalnya 3-5 hari
2. Interpretasi EKG kasus 1
Gambar 1
Pada lead II, III,AVF terdapat ST Elevasi: Miokard infark pada area
inferior. Area yang dipengaruhi meliputi atrium kanan, dinding anterior
ventrikel kanan, sinus node (55%), AV Node, Bundle of his. Pada VI,V2
terdapat ST Depresi pada area anterior atau arteri koroner kiri yang
mengalami iskemik. Area yang dipengaruhi adalah anterior dan apeks
ventrikel kiri, Septum (Septal Perforasi arteri), Right Bundle Brunch, Left
Anterior bundle. pada V4,V5,V6 terdapat ST elevasi yang mengenai area
enterolateral. Berdasarkan penjelasan tersebut klien mengalami STEMI
(ST Elevasi Miokardial Infarction)
Interpretasi EKG gambar 2
Pada area V1, AVL terdapat ST Depresi: iskemik di area lateral.
Pada V4R, V5R, V6R terdapat ST Elevasi: infark pada area enterolateral koroner
kanan.
Pada Lead II,III dan AFV terdapat ST Elevasi: infark miokard pada area inferior.
3. Urutan intervensi yang diberikan pada kedua pasien yaitu (Morris & Brady, 2002;
Gara et al., 2013):
Urutan intervensi yang diberikan pada kasus 1 adalah:
a. Segera lakukan pemeriksaan EKG 12 lead setelah pasien MRS.
Berdasarkan Gambaran EKG Tn. R menunjukan STEMI
b. Kemudian lakukan pemasangan infus IV NaCl 0,9%
c. Berikan Aspirin pada pasien secara oral dengan dosis 160-325 mg
d. Berikan Nitroglycerin sublingual tablet 0,4 mg setiap 5 menit untuk
mengatasi nyeri hingga mencapai 3 dosis, atau Nitroglycerin translingual
spray sebanyak 1-2 semprotan setiap 5 menit hingga mencapai 3 dosis, atau
bisa juga diberikan Nitroglycerin IV dengan dosis 10 g/menit.
e. Jika nyeri belum hilang paska pemberian Nitroglycerin, berikan Morphin
suflfate dengan dosis 2-4 mg IV setiap 5-15 menit hingga nyeri dada
hilang.
f. Segera lakukan terapi reperfusi PCI (Percutaneus Coronary Intervention),
jika peralatan tersedia di rumah sakit. Jika rumah sakit tidak menyediakan
peralatan PCI, gunakan terapi farmakologis agen fibrinolitik seperti,
tenecteplase (TNTKASE), streptokinase, alteplase (Activase), reteplase
(Retavase) dalam 30 menit dan jika terapi farmakologis gagal segera rujuk
pasien untuk dilakukan tindakan PCI.
Urutan intervensi yang diberikan pada kasus 2 adalah :
a. Setelah klien MRS, segera lakukan pemeriksaan EKG 12 lead. Gambaran
EKG Tn. R menunjukan STEMI
b. Kemudian lakukan pemasangan infus IV NaCl 0,9%, atau dextrose 5%
c. Berikan Aspirin pada pasien secara oral dengan dosis 160-325 mg
d. Berikan Nitroglycerin sublingual tablet 0,4 mg setiap 5 menit untuk
mengatasi nyeri hingga mencapai 3 dosis, atau Nitroglycerin translingual
spray sebanyak 1-2 semprotan setiap 5 menit hingga mencapai 3 dosis, atau
bisa juga diberikan Nitroglycerin IV dengan dosis 10 g/menit.
e. Berikan Morphin suflfate dengan dosis 2-4 mg IV setiap 5-15 menit jika
nyeri belum hilang paska pemberian Nitroglycerin hingga nyeri dada
hilang.
f. Segera lakukan terapi reperfusi PCI (Percutaneus Coronary Intervention),
jika peralatan tersedia di rumah sakit. Jika rumah sakit tidak menyediakan
peralatan PCI, gunakan terapi farmakologis agen fibrinolitik seperti,
tenecteplase (TNTKASE), streptokinase, alteplase (Activase), reteplase
(Retavase) dalam 30 menit dan jika terapi farmakologis gagal segera rujuk
pasien untuk dilakukan tindakan PCI.
4. Mengapa gejala pada kasus 1 berbeda dengan kasus 2 karena:
Gejala pada kasus 1 dan 2 berbeda karena pada kasus satu merupakan
penyakit jantung yang disebabkan oleh komplikasi diabetes mellitus. Nyeri
yang di rasakan bersifat atipikal atau tidak khas ditandai dengan adanya
nyeri dada anterior dan tidak ada penyebaran, nyeri memberat ketika
aktifitas naik tangga, dan membaik saat duduk. Nyeri yang dialami pasien
pada kasus 1 disebut angina stabil. Sedangkan pada kasus 2, nyeri yang
dialami pasien bersifat tipikal yaitu khas pada penyakit jantung yaitu nyeri
hebat yang menjalar hingga ke epigastrium, berlangsung lama, disertai
dengan diaphoresis (keringat berlebih), dan mual muntah. Tanda nyeri pada
pasien kasus 2 merupakan nyeri infark miokard (Davey,2005).
5. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada kedua pasien meliputi (Antman
et al., 2004; Duksta & Younker, 2012):
a. Berikan penjelasan terkait obat-obatan yang harus dikonsumsi pasien serta
rencana program kepatuhan pengobatan.
b. Anjurkan klien untuk melakukan modifikasi life style seperti berhenti
merokok, perbanyak aktivitas fisik, dan diet yang tepat.
c. Jelaskan pada keluarga dan pasien terkait pengenalan gejala SKA
(Sindrom Koroner Akut) dan tatalaksana awal yang dapat dilakukan oleh
pasien dan keluarga. Sebelumnya kaji tingkat pemahaman klien terlebih
dahulu.
d. Edukasikan kepada klien mengenai agen trombolitik dan tindakan PCI.
e. Anjurkan klien dan keluarga untuk mengikuti training bagaimana
mempelajari dan memahami penggunaan AED (Automatic External
Defibrillator) serta cara melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru),
sehingga anggota keluarga bisa melakukan pertolongan pertama dalam
keadaan darurat sambil menunggu petugas kesehatan datang.
6. Peta konsep untuk kasus 1 dan 2
Kasus Aritmia
top related