tugas akhir kami dwi akbarini
Post on 23-Oct-2015
280 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tugas Akhir
GAMBARAN PELAKSANAAN MANAJEMEN LOGISTIK ALAT KESEHATAN DI
PUSKESMAS MERDEKA PALEMBANG TAHUN 2012
Oleh :
Dwi Akbarini S. Ked
(702008039)
Pembimbing klinik:
dr. Asmarani Makmun, M. Kes
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PESKESMAS
MERDEKA PALEMBANG PERIODE APRIL 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai
perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945.1 Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2009, disebutkan pembangunan
kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.2 Menurut
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJP-K) 2005-2025,
pembangunan kesehatan diselenggarakan guna menjamin tersedianya upaya kesehatan, baik
upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan yang bermutu, merata, dan
terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada
upaya pencegahan (preventif), dan peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap warga
negara Indonesia, tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif).3
Puskesmas merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan strata pertama dalam
melaksanakan upaya kesehatan tersebut, terutama upaya preventif dan promotif, namun
juga tidak meninggalkan upaya kuratif dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas
berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.2
Salah satu aspek yang mendukung terselenggaranya upaya penyembuhan penyakit
(kuratif) di puskesmas adalah peralatan kesehatan. Tidak tersedianya peralatan atau peralatan
yang ada tidak digunakan dengan baik oleh Puskesmas akan mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan.4 Oleh karena itu, kondisi maupun fungsi dari sarana fisik alat
kesehatan tersebut harus dalam keadaan baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan.
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan koordinasi yang baik dan terpadu antara instansi
terkait mulai dari perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian,
pencatatan, pemeliharaan, dan penghapusan.5
Manajemen pengadaaan obat dan alat kesehatan adalah salah satu unit yang paling
penting dalam sebuah institusi pelayanan kesehatan. Jika tidak terdapat manajemen yang
baik mengenai obat dan alat kesehatan maka seringnya dokter akan memberikan obat-obatan
yang terlalu banyak, menggunakan obat yang lebih mahal di mana seharusnya bisa digunakan
obat yang lebih murah, mengobati pasiennya sebelum diagnosa ditegakkan, dan bisa saja
melebihi dosis yang dianjurkan serta mungkin dapat menggunakan alat kesehatan yang tidak
layak pakai.
Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 98 dan 104
menyebutkan bahwa pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman,
berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau bagi masyarakat serta pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau khasiat/kemanfaatan.6 Kepmenkes No. 004
tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan juga menyebutkan
bahwa salah satu tujuan strategis adalah upaya penataan manajemen kesehatan di era
desentralisasi. Salah satu langkah kunci dalam tujuan tersebut adalah mengembangkan sub
sistem pemeliharaan dan optimalisasi pemanfaatan sarana dan alat kesehatan. Dalam langkah
kunci 28 Kepmenkes tersebut di atas dinyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dapat tercapai bila tersedia biaya
operasional dan pemeliharaan sarana dan alat kesehatan yang memadai dan untuk itu haruslah
disusun petunjuk teknis dan standart operational procedure (SOP) tentang pemeliharaan dan
optimalisasi pemanfaatan sarana alat kesehatan.7
Melihat pentingnya pelaksanaan manajemen logistik yang baik untuk menunjang
pelayanan kesehatan pada masyarakat, mendorong peneliti untuk melakukan evaluasi tentang
hal ini, khususnya mengenai logistik obat dan alat kesehatan. Yuliningsih (2001) dalam
penelitiannya mengenai sistem pengelolaan perbekalan obat / alat kesehatan persediaan
ruangan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita menyebutkan bahwa
ketidaktersediaan obat/alkes persediaan ruangan tergantung pada sistem pengelolaan yang
sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur manajemen yaitu kebijakan pelayanan, organisasi, SDM,
sarana/prasarana, metode dan sistem informasi, serta aspek logistik yang meliputi proses
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan
pengawasan/pengendalian.8
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kalterina (2002) yang menyebutkan bahwa
perencanaan obat dan alat kesehatan kebutuhan dasar ruangan pada instalasi rumah sakit
tidak akurat yang disebabkan adanya hambatan yang terjadi pada SDM, organisasi,
kebijakan, prosedur, laporan pemakaian obat dan alat kesehatan, penentuan perencanaan
jumlah obat dan alat kesehatan dasar ruangan. Penelitian-penelitian di atas menunjukkan
bahwa permasalahan manajemenlogistik khususnya obat dan alat kesehatan merupakan
masalah yang komplek dansaling terkait antar fungsi-fungsinya. Perencanaan dan
pengelolaan yang baik diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang baik dan bermutu pada masyarakat.Berdasarkan data diatas penulis tertarik mengangkat
Manajemen penyediaan logistik alat kesehatan di Puskesmas Merdeka menjadi tema pada
tugas akhir di kepaniteraan klinik IKM di Puskesmas Merdeka.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas Merdeka
Palembang
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi pelaksanaan
manajemen logistik alat kesehatan Di Puskesmas Merdeka Palembang.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran masukan (input) manajemen logistik alat kesehatan di
Puskesmas Merdeka Palembang yang meliputi aspek tenaga, dana, sarana dan
prasarana, dan metode.
2. Mengetahui gambaran proses (process) manajemen logistik alat kesehatan di
Puskesmas Merdeka Palembang yang meliputi aspek perencanaan, penganggaran,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian, pencatatan, pemeliharaan, dan
penghapusan.
3. Mengetahui gambaran keluaran (out put) penggunaan alat kesehatan yang efektif
dan efisien dalam proses pelayanan.
1.4. Manfaat
a. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan, khususnya mata kuliah manajemen
logistik yang diperoleh pada perkuliahan ke dalam suatu penelitian. Diharapkan dapat
menambah kekayaan ilmu dan menjadi bahan rujukan bagi dunia pendidikan dalam
menetapkan kurikulam pendidikan khususnya manajemen logistik.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Merdeka dalam rangka upaya peningkatan
pengelolaan manajemen logistik alat kesehatan. Dapat menjadi bahan rujukan dalam
topik yang sama dengan permasalahn yang berbeda tentang evaluasi manajemen logistik
alat kesehatan di puskesmas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Manajemen Logistik
Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan untuk kegiatan operasional yang sifatnya
habis pakai. Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses
mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan material/alat. (Subagya: 1994), sehingga manajemen logistik
mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan
logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif. Dalam sistem
administrasi manajemen logistik, Subagya menyatakan sebagai berikut:
Gambar 1. Sistem Administrasi Manjemen Logisik
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno management, yang memiliki arti
seni melaksanakan dan mengatur.Manajemen belum memiliki definisi yang mapan
dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
Unsur manajemen:
Man
Money
Material
Machine
Method
Fungsi manajemen:
Planning
Organizing
Actuating
ControllingFungsi logistik:
Fungsi Perencanaan
Fungsi Penganggaran
Fungsi Pengadaan
Fungsi Penyimpanan
Fungsi Penyaluran
Fungsi Penghapusan
Fungsi Pengendalian
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi. Ricky W.Griffin mendefinisikan manajemen sebagai
sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) s eca r a efektif dan
efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dn penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pemeliharaan serta penghapusan materi atau alat. Lebih lanjut, logistik diartikan bagian dari
instansi yang bertugas menyediakan bahan atau barang yang dibutuhkan untuk kegiatan
operasional suatu instansi dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai
kebutuhan) dengan harga serendah mungkin (Adiatama, 2002).
Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur manajemen diproses melalui fungsi
manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum untuk dapat terselenggaranya
fungsi logistik.
2.1.1 Tujuan Manajemen Logistik
Kegiatan logistik sangat penting dalam menunjang kegiatan pengadaan
barang atau j a s a dan p ihak pe rusahaan a t au o rgan i s a s i t i dak mampu
mengop t ima lkan pemanfaa t an sumberdaya yang dimiliki, secara umum kegitan
logistik memiliki tujuan, yaitu:
a. Tujuan operasional: agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang
tepat dan mutu yang memadai.
b. Tu juan keuangan : dapa t me l aksanakan t u juan ope ra s iona l dengan
b i aya pa l i ng r endah .
c. Tujuan pengamanan: agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar
lainnya.
Dalam menjalankan suatu perusahaan atau organisasi tidak dapat
melepaskan peran logistik. Dua alasan utama mengapa logistik diperlukan dalam
menjalankan usaha :
Pengendalian (control)
Pengadaan
a. B a r a n g d a n j a s a s a n g a t d i b u t u h k a n o l e h u n i t o p e r a s i o n a l
u n t u k m e n d u k u n g kegiatan operasionalnya, yang dapat diwujudkan melalui
kegiatan logistik.
b. Logistik memberikan multiplier effect bagi efisiensi dan efektivitas dalam
rangka pencapaian tujuan perusahaan. Kegiatan logistik mempengaruhi
efesiensi kegiatan un i t t e r t en tu da l am l embaga u saha dan e f e s i ens i
pe rusahaan dan akh i rnya akan menentukan sejauh mana kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan bagi pengembangan usaha dan
kemakmuran pemilik perusahaan.
2.2 FUNGSI MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT
Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai
berikut (Mustiksari: 2007):
Gambar 2. Siklus Logistik
Setiap fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Untuk itu
akan dibahas satu persatu fungsi logistik tersebut.
Perencanaan
Penghapusan Penganggaran
Penyimpanan
Pendistribusian
Persiapan Pelaksanaan
2.2.1 Fungsi Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan
langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik
yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan
sesuai dengan alur yang berlaku di setiap organisasi (Mustikasari:2007). Subagya
menyatakan perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan,
pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana
dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan.
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya
sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan
yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan
reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan
pengandalian terhadap devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus didukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan
sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam
pelaksanaannya. Dibawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pimpinan,
perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994).
Pengkajian Pengendalian
Pengawasan
Pimpinan/Staf
Sasaran
Gambar 3. kerjasama antara pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas
Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pencapaian tujuan (sasaran) diperlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan /
staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada
pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi.
Perencanaan dapat dibagi kedalam periode sebagai berikut:
a. Rencana jangka panjang (Long range)
b. Rencana jangka menengah (Mid range)
c. Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan skala
perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang terperinci.
Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara
lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah
yang tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
Pengawas
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
orang atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa dibutuhkan (why) untuk memeriksa apakah keputusan yang diambil
sudah tepat.
2.2.2 Fungsi Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan
perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar yaitu skala mata
uang dan jumlah biaya.
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana dari fungsi perencanaan dan penentu
kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana yang
tersedia. Dengan mengetahui hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama
maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang dapat dipercaya.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah diperiksa berulang kali
dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka
penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat membantu
kegiatan. Dalam menyusun anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain adalah:
a. Peraturan terkait
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi
c. Beberapa hal yang berhubungan dengan anggaran
d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan
pegaturan logistik
Sumber anggaran di suatu rumah sakit beragam, tergantung pada institusi yang
ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit Pemerintah, sumber
anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari
penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal
dari Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan rumah sakit dan Dana dari
pihak ketiga (Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 %-50 % dalam bentuk obat dan bahan
farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan makanan, alat kebersihan
dan suku cadang.
2.2.3 Fungsi Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan memenuhi
kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan
sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk
tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas efisiensi.
Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk
merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui
sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan
dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan
organisasi. Cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
g. Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyususnan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi teknis yang menyangkut pihak luar
maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian
dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemerintah
yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
a. Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
1) Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang
pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan
2) Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
3) Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika
b. Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia
pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:
1) Keanggotaan panitia minmal lima orang terdiri dari unsur: perencana,
pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab keuangan,
penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab teknis.
2) Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: kepala kantor atau satuan
pekerja atau pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-
unit yang berfungsi sebagai pemeriksa.
3) Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor atau satuan pekerja atau
pemimpin proyek
4) Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang
pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)
2.2.4 Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengelolaan
barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007) Penyimpanan berfungsi
untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi sebelumya dengan
pemenuhan yang tepat dan biaya serendah mungkin. Fungsi ini mencakup semua
kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain
adalah: kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian
barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri.
Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang
yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
1) Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulan, alat berat, brankas, kursi roda dll.
2) Barang khusus: Obat, alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara
efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur atau sistem penyimpanan
Formulir transaksi, kartu catatan, kartu pemeriksaan, cara pengambilan barang,
pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,
gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.
2.2.5 Fungsi Penyaluran (Distribusi)
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ketempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor yang
mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran
merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2.2.6 Fungsi Penghapusan
Penghapusan adalah kegiatan atau usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (Subagya:
1994). Alasan penghapusan barang antara lain:
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,
administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan
b. Teknis dan ekonomis: setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya.
Keadaan tersebut disebabkan beberapa faktor: kerusakaan yang tidak dapat
diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektivitas), kadaluarsa yaitu
suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu yang
ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut,
menguap atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga
barang tidak dapat dipergunakan lagi.
c. Surplus dan ekses
d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup pembentukan panitia penilai, identifikasi dan
inventarisasi peraturan yang mengikat, persyaratan atau ketentuan terhadap
barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum barang dihapus.
b. Aspek rencana pelaksana teknis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut.
Cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain:
1) Pemanfaatan langsung: usaha merehabilitasi atau merekondisi komponen
yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai barang
persediaan baru.
2) Pemanfaatan kembali: usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang
yang dihapus menjadi barang lain
3) Pemindahan: mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka
pemanfaatan langsung
4) Hibah: pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau
pihak di luar instansi (Pemerintah)
5) Penjualan atau Pelelangan: dijual baik di bawah tangan atau dilelang
6) Pemusnahan: menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan
2.2.7 Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan
dan pemeriksaan terhadap tahapan manajemen logistik yang sedang atau telah
berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,
instruksi dan prosedur lain
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya
pelaksanaan dari rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara pelaksanaan dalam
rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana
pengendalian sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang baik
b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Anggaran yang cukup memadai
2.3 PERAN LOGISTIK PUSKESMAS
Rumah sakit merupakan suatu usaha yang melakukan produksi jasa sehingga logistik
dalam rumah sakit bukan logistik pendistribusian barang, tetapi hanya menyangkut
manajemen persediaan bahan barang serta peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi
jasa tersebut. Logistik dalam rumah sakit bermula dari perolehan (procurement) dan berakhir
dengan dokumen penuh dari usaha pembedahan dan pengobatan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit adalah suatu proses pengolahan
secara strtegis terhadap pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, serta pemantauan
persediaan barang (stock, material, supplies, inventory, etc) yang diperlukan bagi produksi
jasa rumah sakit.
Menurut bidang pemanfaatannya bahan dan barang yang harus disediakan di rumah
sakit dapat dikelompokkan menjadi :
a. Logistik Obat
Meliputi aktivitas logistik yang terkait dengan obat yang digunakan dalam proses
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Obat merupakan salah satu komponen utama
pendapatan rumah sakit. Tantangan dalam melaksanakan logistik obat di rumah
sakit secara baik tergolong tinggi. Berbagai pihak terlibat dalam logistik obat di
rumah sakit.
b. Logistik Alat Kesehatan
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan alat kesehatan yang digunakan dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Masalah utama yang sering terjadi adalah
manajemen inventaris yang kurang baik, sehingga mengakibatkan alat kesehatan
yang disimpan berlebihan.
c. Logistik Food and Baverages
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan pelayanan gizi, baik untuk pasien atau
untuk karyawan rumah sakit. Masalah yang sering muncul adalah barang hilang
atau berkurang dan mutu proses yang bervariasi.
d. Logistik Bahan Habis Pakai
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan-bahan yang dikategorikan
sebagai bahan habis pakai. Masalah yang paling sering dihadapi adalah sediaan
bahan habis pakai yang berlebihan.
e. Logistik Barang Kuasi
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan barang kelengkapan administrasi
rumah sakit. Masalah yang sering terjadi adalah sediaan barang kuasi ynag terlalu
banyak.
f. Logistik Peralatan Medis dan Non Medis
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan peralatan medis dan non medis yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Masalah yang sering dihadapi
adalah penyimpanan alat dan persediaan suku cadang.
g. Logistik Sarana dan Prasarana Gedung
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan sarana dan prasarana gedung rumah
sakit. Nilai sarana dan prasarana gedung rumah sakit dapat mencapai sekitar 40%
dari nilai aset total rumah sakit. Masalah yang sering muncul :
1) Pembangunan sarana dan prasarana yang tidak efisien
2) Pemeliharaan saran dan prasarana yang tidak sesuai standar yang tidak
ditentukan.
h. Logistik Linen
Adalah kegiatan logistik yang terkait dengan bahan kelompok linen. Masalah yang
dihadapi adalah sediaan yang berlebihan dan proses yang bervariasi.
PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
1. Tujuan
Program ini bertujuan menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat
dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan
kosmetika.
2. Sasaran
a. Ketersediaan obat esensial-generik di sarana pelayanan kesehatan menjadi 95%.
b. Anggaran untuk obat esensial generik di sektor publik setara dengan 2
USD/kapita/tahun.
3. Kebijakan Pelaksanaan:
a. Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sarana pelayanan kefarmasian sampai tingkat desa.
b. Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan.
c. Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan penyediaan
obat dan perbekalan kesehatan, khususnya di sektor publik yang lengkap jenis, jumlah
cukup dan mudah diperoleh setiap saat dengan harga terjangkau dan kualitas terjamin.
d. Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk melaksanakan perizinan
dalam angka perlindungan terhadap penggunaan obat dan perbekalan kesehatan yang tidak
memenuhi standar mutu, keamanan, dan kemanfaatan.
e. Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menyelenggarakan
pelayanan farmasi yang berkualitas melalui penerapan jabatan fungsional apoteker dan
asisten apoteker serta pelaksanaan pendidikan berkelanjutan.
f. Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk
menyelenggarakan pembinaan, advokasi, dan promosi
penggunaan obat rasional.
g. Pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan
pelaksanaan harmonisasi standar bidang kefarmasian dan alat kesehatan dengan standar
regional maupun internasional.
4. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
a. Peningkatan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
harga obat dan perbekalan kesehatan;
(1) Menyusun, menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan peningkatan ketersediaan,
pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan;
(2) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam manajemen suplai dan
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan sektor publik di pelayanan kesehatan dasar;
(3) Menjamin akses terhadap obat esensial sebagai hak asasi manusia;
(4) Mengintegrasikan obat tradisional/komplementer dan alternatif yang memenuhi
persyaratan, ke dalam sistem pelayanan kesehatan nasional;
(5) Meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan obat tradisional/komplementer dan
alternatif;
(6) Meningkatkan pemerataan obat esensial, termasuk obat-obat untuk HIV/AIDS,
malaria, TBC, penyakit anak dan penyakit tidak menular;
(7) Meningkatkan dana publik untuk obat sejalan
dengan mekanisme sadar biaya (cost containment mechanism);
(8) Meningkatkan pemerataan obat;
(9) Menyusun kebijakan harga obat dan informasi perubahan harga obat;
(10) Memfasilitasi dan memantau pelaksanaan kebijakan obat generik;
(11) Mendorong pengembangan produksi dalam negeri;
(12) Meningkatkan cara pengadaan obat yang baik (good procurement practices) dan
efisiensi pengadaan obat;
(13) Menjamin ketersediaan dan mencegah penyalahgunaan narkotik dan psikotropik;
(14) Melaksanakan dan memonitor regulasi di bidang obat dan perbekalan kesehatan
secara
efektif; dan
(15) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran informasi di bidang obat dan
perbekalan kesehatan.
b. Menjamin obat dan perbekalan kesehatan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatan;
(1) Menyusun, menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan peningkatan mutu, keamanan
dan kemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan;
(2) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan kesepakatan
internasional, regional, dan bilateral;
(3) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam bidang produksi dan distribusi
obat dan perbekalan kesehatan;
(4) Meningkatkan sistem jaminan mutu di bidang obat dan perbekalan kesehatan;
(5) Melaksanakan post-marketing surveillance mengenai keamanan obat dan perbekalan;
(6) Memantau dan mencegah peredaran obat-obat substandar dan obat palsu; dan
(7) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi, serta mengembangkan
networking dalam peningkatan mutu, keamanan, dan kemanfaatan obat dan perbekalan
kesehatan.
c. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas danfarmasi rumah sakit:
(1) Menyusun, menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan peningkatan mutu pelayanan
farmasi komunitas dan farmasi rumah sakit;
(2) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan kesepakatan
internasional, regional, dan bilateral;
(3)Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia kefarmasian melalui pelaksanaan
jabatan fungsional apoteker dan asisten apoteker;
(4) Menjamin akses terhadap obat esensial sebagai hak asasi manusia;
(5) Menerapkan etik profesi dan mengimplementasikan praktik anti-korupsi dalam sektor
kefarmasian;
(6) Mengintegrasikan obat tradisional/komplementer dan alternatif yang memenuhi syarat
ke dalam pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit;
(7) Menyusun dan memperbaharui norma, standar, dan pedoman pelayanan kefarmasian di
komunitas dan rumah sakit;
(8) Melaksanakan dan memonitor regulasi di bidang pelayanan kefarmasian secara
efektif;
(9) Meningkatkan sistem manajemen dan pertukaran informasi;
(10) Memonitor dan meningkatkan harmonisasi regulasi, serta mengembangkan
networking dalam pelayanan kefarmasian komunitas dan rumah sakit; dan
(11) Menyelenggarakan pelatihan tentang pelayanan kefarmasian komunitas dan rumah
sakit.
d. Peningkatan kerasionalan penggunaan obat dan perbekalan kesehatan;
(1) Menyusun, menerapkan, dan memutakhirkan kebijakan kerasionalan penggunaan obat
dan perbekalan kesehatan;
(2) Melindungi aspek kesehatan masyarakat dengan mempertimbangkan kesepakatan
internasional, regional, dan bilateral;
(3) Melakukan advokasi kerasionalan penggunaan obat oleh profesi kesehatan dan
konsumen;
(4) Menyusun dan mendesiminasikan daftar obat esensial, pedoman klinis, dan
formularium;
(5) Menyebarluaskan informasi obat yang independen dan dapat dipercaya;
(6) Mendorong promosi obat yang bertanggungjawab dan etis kepada profesi kesehatan
dan konsumen;
(7) Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan konsumen;
(8) Membentuk komite obat dan terapi di institusi kesehatan tingkat nasional maupun
daerah;
(9) Menyusun pedoman pencegahan resistensi antibiotika; dan
(10) Meningkatkan kerasionalan penggunaan obat melalui pendekatan strategi cost-
effective.
BAB III
PROFIL PUSKESMAS MERDEKA
1.1. Letak Geografis dan Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka9
Puskesmas Merdeka Palembang merupakan Puskesmas Kecamatan pada tahun 1988
ditetapkan sebagai salah satu Puskesmas Induk di Kecamatan Bukit Kecil sekaligus
Puskesmas Koordinator untuk Kecamatan Bukit Kecil dengan luas wilayah kerja 619 Ha.
Puskesmas Merdeka mempunyai 3 Puskesmas Pembantu dan 16 Posyandu. Wilayah kerja
Puskesmas Merdeka meliputi 4 kelurahan, yaitu Kelurahan 26 Ilir, Kelurahan 22 Ilir,
Kelurahan 19 Ilir, dan Kelurahan Talang Semut.
Puskesmas Merdeka terletak di tepi jalan untuk mencapai Puskesmas Merdeka relatif
lebih mudah karena dilalui oleh kendaraan umum (becak, oplet, bus), kendaraan pribadi, dan
juga dengan berjalan kaki sehingga transportasi ke Puskesmas Merdeka relatif mudah karena
letaknya sangat strategis di Pusat Kota. Geografi wilayah kerja Puskesmas Merdeka terdiri
dari dataran rendah dan sebagian kecil pinggiran sungai, batas wilayah kerja meliputi:
a. Sebelah utara dengan Kelurahan 24 Ilir
b. Sebelah Selatan dengan Kelurahan 28 Ilir, 29 Ilir, dan 30 Ilir
c. Sebelah barat dengan Kelurahan 16 Ilir
d. Sebela htimur dengan Kelurahan 26 Ilir Daerah I
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Merdeka adalah 30.031 jiwa dengan
jumlah penduduk wanita sebanyak 12.763 jiwa dan pria sebanyak 17.238 jiwa. Sebaran
demografi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Merdeka adalah 789 ibu hamil, 788 ibu
bersalin, 712 bayi, 3.028 balita, usia lanjut 437 jiwa. Pada wilayah kerja ini, terdapat pula
1.303 jiwa kepala keluarga miskin dan 10.364 jiwa anggota keluarga miskin.
1.2. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Merdeka9
Visi : tercapainya kecamatan bukit kecil sehat dengan bertumpu pada pelayanan prima dan
pemberdayaan masyarakat.
Misi :
1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak.
2. Meningkatkan profesionalitas, provider dan pemberdayaan masyarakat.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima.
4. Mengikuti standar yang telah ditetapkan.
Motto : kesehatan anda adalah kebahagiaan kami.
1.3. Tenaga Kerja di Puskesmas Merdeka9
Kepala Puskesmas Merdeka saat ini adalah dr. Desty Aryani M.Kes. dan Puskesmas
Merdeka memiliki 39 staf dan tenaga sebagai berikut :
Tabel 1. Staf dan tenaga Puskesmas Merdeka
No. JenisTenaga Jumlah (Orang)
1. Puskesmas Induk
2. Dokter Umum 3
3. Dokter Gigi 1
4. Dokter Spesialis Kebidanan 1
8. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1
6. Dokter Spesialis Anak 1
7. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin 1
8. Bidan 6
9. Perawat 8
10. Gizi 1
11. Sanitarian 1
12. Perawat Gigi 2
13. Analisis Kesehatan 1
14. SMA/LPCK 7
18. SAA 2
SKM 3
1. II. Puskesmas Pembantu
2. Perawat Kesehatan 2
Bidan 1
JUMLAH 42
1.4. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Merdeka
Upaya Puskesmas menurut Kepmenkes No 128 th 2004 adalah:10
A. Upaya kesehatan wajib puskesmas
1. Upaya promosi kesehatan
2. Upaya kesehatan lingkungan
3. Upaya perbaikan gizi
4. Upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular
5. Upaya kesehatan ibu, anak & kb
6. Upaya pengobatan dasar
B. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas
Dilaksanakan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang ada dan kemampuan
Puskesmas Bila ada masalah kesehatan, tetapi pusk tidak mampu menangani, maka
pelaksanaan dilakukan oleh dinkes kab/Kota Upaya Lab (medis dan kes masy) dan
Perkesmas serta Pencatatan Pelaporanmerupakan kegiatan penunjang dari tiap upaya
wajib atau pengembangan.
Untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya, Puskesmas Merdeka melaksanakan fungsinya dengan menjalankan beberapa
program yang dikelompokkan menjadi 2 yaitu:9
1. Program Kesehatan Dasar (Upaya Kesehatan Wajib)
1.1. Promosi Kesehatan
Meliputi kegiatan penyebar luasan informasi kesehatan kepada masyarakat dalam
wilayah binaan Puskesmas Merdeka melalui kegiatan:
a. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada rumah tangga,
institusi pendidikan (sekolah), sarana kesehatan, institusi TTU, institusi
tempak kerja
b. Penyuluhan ASI ekslusif
c. Penyuluhan untuk mendorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber
masyarakat berupa posyandu madya dan posyandu purnama.
d. Penyuluhan NAPZA
1.2. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2P)
a. Kegiatan imunisasi berupa imunisasi DPT, campak, HB1, DT, dan TT.
b. Pelacakan dan pengobatan demam berdarah dengue, TB paru, malaria, kusta,
diare, dan ISPA serta pencegahan dan penanggulangan rabies, filariasis,
schiztomiasis, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
1.3. Pengobatan
a. Pengobatan umum
b. Pengobatan gigi
c. Rujukan spesialistik
d. Pelayanan dokter spesialis (spesialis kebidanan (USG), spesialis penyakit
dalam, spesialis anak, dan spesiali skulit kelamin)
e. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan Hb pada ibu hamil, darah rutin,
apusan darah tebal, tes kehamilan, sputum BTA dan kimia darah, seperti gula
darah sewaktu (BSS) dan total kolesterol
f. Pengobatan kesehatan jiwa.
1.4. Kesehatan Lingkungan
a. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, rumah makan, industri sederhana,
tempat pembuangan sampah dan limpah
b. Pengawasan dan pembinaan rumah yang memenuhi standar kesehatan
c. Pemeriksaan air
d. Pengendalian vektor
1.5. KIA-KB
a. Pemeriksaan kehamilan
b. Pelayanan akseptor KB
c. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak
d. Pelayanan kesehatan anak sehat dan sakit
e. Konseling kesehatan ibu menyusui, anak, wanita remaja, WUS
1.6. Gizi
a. Pemberian vitamin A padabalitadantablet Fepadaibuhamil
b. Pemberianmakanantambahan
c. Konselinggizi
d. Pengawasandampakkekurangangizi
2. Program Pengembangan (Upaya Kesehatan Pengembangan)
Kesehatan Reproduksi
Adapun kegiatan luar gedung yang telah dilaksanakan antara lain :
a. Posyandu Balita
b. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
c. Posyandu Lansia
d. Penyuluhan
1.5 Inventirisasi Puskesmas Merdeka Palembang
a. Tugas Pokok:
Menyelenggarakan Tata Usaha Iventarisasi barang Puskesmas.
b. Fungsi :
Sebagai bendaharawan barang Puskesmas
c. Kegiatan Pokok :
- Menyiapkan dan dibukukan barang cetakan , kartu pasien dan alat medik serta non
medik yang perlu dipakai.
- Mengeluarkan barang dari gudang sesuai perintah atasan .
- Membuat invetarisasi peralatan medik dan peralatan rumah tangga Puskesmas.
- Menyimpan arsip surat – surat kepemilikan gedung, kendaraan bermotor, dan
benda / barang lain Puskesmas
DATA KEADAAN PERALATAN KESEHATANPUSKESMAS MERDEKA TAHUN 2012
NO JENIS ALAT JUMLAHKONDISI
KETERANGANBERFUNGSI
TIDAK BERFUNGSI
KIA Set
Tensimeter
Stetoskop
Timbangan
USG set
Nierbeken
Partus set 1 set
Sterilisator
II Poliklinik Set
Tensimeter
Stetoskop
Termometer
Diagnostik set
ECG
O2
Meja instrumen
Tromol
Tiang infus
10 Timbangan
11 Nierbeken
12 Snelen mata
13 TOP
III UKS Kit
Stelisator
Buku test buta warna
Pincet
Dental chair
Amalgam stpler
Cement
Evacator
Tang
Kaca mulut
10 Bein
11 Cryer
12 Glass plate
13 Light curing
14 Gunting 10
15 Hb meter
16 Mikroskop
17 Baki
18 Sekulum hidung
19 Korentang
20 Reflek hammer
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Bagaimana struktur organisasi dan pembagian tugas tanggungjawab (job description)
dalam puskesmas untuk tim manajemen obat dan alkes di organisasi pelayanan tersebut?
Apakah ada tim khusus yang menangani?
Kepala Puskesmas bertugas untuk melakukan:
- Supervisi terhadap pelaksanaan pengelolaan obat dan alat kesehatan
- Evaluasi dan pengesahan permintaan obat ke gudang farmasi Kabupaten
- Evaluasi dan pengesahan permintaan obat dari pustu, polindes, posyandu
- Evaluasi dan pengesahan laporan distribusi dan penggunaan obat
Tim manajemen alat kesehatan Puskesmas terdiri dari 1 orang (penanggung jawab
logistik alat kesehatan) yang bertugas:
- Menyiapkan dan dibukukan barang cetakan , kartu pasien dan alat medik serta non
medik yang perlu dipakai.
- Mengeluarkan barang dari gudang sesuai perintah atasan .
- Membuat invetarisasi peralatan medik dan peralatan rumah tangga Puskesmas.
- Menyimpan arsip surat – surat kepemilikan gedung, kendaraan bermotor, dan
benda / barang lain Puskesmas
2. Perencanaan
Apa dasar yang digunakan dalam menetapkan perencanaan atau kebutuhan alkes di
puskesmas tersebut?
3. Pengadaan
a. Bagaimana proses pemesanan alkes di puskesmas?
b. Apakah ada tim pengadaan khusus atau menggunakan staf yang ada di Puskesmas?
c. Apakah ada kendala dalam pemesanan atau pengadaan alat kesehatan ?
4. Penyimpanan
a. Apakah disimpan di rak, lemari kaca, dll?
b. Jika disimpan di rak, apakah ada persyaratan khusus untuk menyimpannya? Apakah
membutuhkan label pada rak tersebut?
Rak berupa rak kayu yang terbuka dan mudah dijangkau. Rak tersebut memiliki tiang
penyangga yang terbuat dari besi dan beralaskan tripleks, sehingga tida kontak langsung
dengan lantai. Untuk alat kesehatan (kapas, syringe, infus set, dsb) yang diletakkan di rak,
penyimpanannya disusun berdasarkan berat ringannya alat.
c. Apakah ada buku untuk keluar masuk obat, alkes, disimpan di gudang obat/alkes atau
langsung disimpan di poli umum, bagaimana mekanisme keluar masuknya?
Ada, baik di gudang, apotik, maupun ruang perawatan. Setiap obat atau alkes yang masuk
dan keluar dari gudang dicatat jenis dan jumlahnya.
5. Pemantauan dan pemeliharaan
a. Bagaimana mekanisme pemantauan, siapa yang bertanggung jawab memantau, beberapa
hari/minggu sekali dipantau?
Pemeliharaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Merdeka dilakukan oleh semua staf
Puskesmas Merdeka.
Jika terdapat alat kesehatan yang mengalami kerusakan, maka akan dilaporkan kepada PJ
logistik alat kesehatan untuk diurus penggantian alat kesehatan yang baru ke Dinas Kesehatan
pada akhir tahun.
Pemantauan dilakukan oleh supervisi dari
b. Apakah penggunaan alat kesehatan sudah sesuai dengan kegunaan, apakah ada alat
kesehatan yang diminta oleh puskesmas namun disediakan oleh Dinas Kesehatan ?
c. Bagaimana mekanisme pemeliharaan atau perbaikan alkes? Apakah ada tim
pemeliharaan?
Mekanisme pemeliharaan alat kesehatan dilakukan langsung oleh semua staf puskesmas.
Tidak terdapat tim khusus dalam upaya pemeliharaan atau perbaikan alat kesehatan. Bila ada
kerusakan alat kesehatan, maka staf puskesmas dapat melaporkan ke penanggung jawab
logistik alat kesehatan. Jika penanggung jawab alat menemukan alat yang rusak, maka ia
harus melaporkannya kepada kepala puskesmas. Selanjutnya kepala puskesmas
menginstruksikan penanggung jawab untuk melakukan usaha perbaikan. Jika perbaikan
membutuhkan teknisi khusus, maka harus dibuat laporan kerusakan barang. Penanggung
jawab logistik alat kesehatan juga dapat membuat permintaan penggantian alat kesehatan ke
Dinas Kesehatan.
6. Form apa saja yang digunakan dalam proses perencanaan, penyimpanan, dan
pendistribusian alat kesehatan dan apa fungsi masing-masing form tersebut!
Kartu persediaan barang obat dan alat kesehatan
Gambar Kartu Persediaan Barang Obat dan Alat Kesehatan
Form perencanaan dan penyimpanan obat dan alat kesehatan digunakan untuk:
- Mengetahui penggunaan serta stock obat dan alat kesehatan
- Sebagai sarana pengadaan obat
- Mengusulkan permintaan obat ke gudang farmasi kabupaten
Form pendistribusian / kartu stelling digunakan untuk:
- Mengontrol penggunaan dan pendistribusian obat
- Memantau keseimbangan antara stock obat yang tersisa dengan obat yang keluar
Selain itu juga terdapat dokumen serah terima bila dilakukan pengiriman barang
tambahan di luar permintaan sebelumnya dari Pustu ataupun Polindes dan dokumen serah
terima pemberian obat yang terdapat di ruang perawatan.
Gambar Dokumen Serah Terima Perbekalan Farmasi
Gambar Dokumen Serah Terima Pemberian Obat Perawatan (POP)
7. Permasalahan apa saja yang sering ditemukan dalam manajemen obat dan equipment
pada aspek:
a. Perencanaaan dan pengadaan:
b. Penyimpanan:
c. Pendistribusian:
d. Perawatan:
MetodeManusia
lingkungandanasarana
BAB V
PENYELESAIAN MASALAH
I. Identifikasi Masalah
II. Rumusan Masalah
Mengapa program?
Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam melakukan manajemen penyediaan logistik
alat kesehatan di Puskesmas Palembang.
III. Penentuan akar penyebab
Fish Bone
IV. Prioritas masalah
Keterangan :
U: Urgent
(mendesak)
Paling
mendesak
Sangat
mendesak
mendesak Biasa Tidak
Mendesak
5 4 3 2 1
S : Serious
(gawat)
Fatal Sangat gawat Gawat Biasa Tidak Gawat
5 4 3 2 1
G : Growth
(perkemban
gan)
Sangat Cepat Cepat Agak Cepat Biasa Lambat
5 4 3 2 1
Tabel 6. Prioritas Masalah
No Penyebab Masalah U S G UxSxG
1 5 5 5 125
2 2 3 3 18
3 2 3 2 12
4 2 2 2 8
5 3 2 2 12
Dari hasil skoring dengan metode USG diatas, didapatkan prioritas masalahnya adalah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Input
a. Tenaga
Tenaga untuk pengelolaan alat kesehatan di Puskesmas Merdeka masih dirangkap
oleh petugas. Dari segi latar belakang pendidikan, petugas yang berlatar pendidikan sebagai
analisis kesehatan tidak sesuai untuk melaksanakan tugas mengelola logistik alat-alat
kesehatan.
b. Dana
Puskesmas Merdeka selama ini memiliki dana sendiri untuk pengadaan dan
pemeliharaan alat kesehatan. Selama ini pengadaan alat kesehatan semua bersumbar dari
Dinas Kesehatan Kotamadya Palembang dan Departemen Kesehatan RI.
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Puskesmas Merdeka untuk mendukung
pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan sudah dapat dikatakan cukup. Hal ini terlihat
dari sudah adanya gudang penyimpanan, dan transportasi untuk pengadaan alat kesehatan ke
puskesmas yang disediakan oleh Dinas Kesehatan.
d. Metode
Dalam pelaksanaan manajemen logistik alat kesehatan, Puskesmas Merdeka tidak
memiliki peraturan khusus yang dibuat sendiri oleh pihak puskesmas. Selama ini pengelolaan
alat kesehatan mengacu pada
6.1.2. Proses
a. Perencanaan
Puskesmas Merdeka melakukan perencanaan kebutuhan alat kesehatan setiap ....
b. Penganggaran
c. Pengadaan
Alat-alat kesehatan yang ada di Puskesmas Merdeka semuanya bersumber dari Dinas
Kesehatan, bantuan asing dan dana operasial puskesmas itu sendiri. Pengadaan oleh dinas
kesehatan belum sesuai dengan permintaan puskesmas, selain itu terdapat alat-alat yang
diterima namun tidak bisa berfungsi dengan baik.
d. Penyimpanan dan Pendistribusian
Alat-alat kesehatan yang datang dari dinas kesehatan langsung didistribusikan pada
unit-unit yang membutuhkan. Pendistribusian alat diutamakan untuk bagian puskesmas yang
paling membutuhkan terlebih dahulu. Alat-alat kesehatan yang disimpan di gudang hanya
terdiri dari alat-alat yang telah rusak saja. Namun Puskesmas Merdeka memerlukan satu
gudang lagi untuk menampung barang yang rusak.
e. Pemeliharaan
Pemeliharaan alat selama ini hanya sebatas pada perawatan alat seperti sterilisasi alat
oleh petugas di ruangan. Pemeliharaan dan perbaikan alat yang rusak tidak dilaksanakan
karena petugas pemeliharaan tidak ada.
f. Penghapusan
Penghapusan alat kesehatan belum terlaksana dengan baik. Laporan mengenai daftar
alat-alat yang akan dihapus telah disampaikan oleh pihak puskesmas kepada dinas kesehatan,
namun sampai saat ini belum ada realisasinya.
g. Pengendalian
Fungsi pengendalian logistik alat kesehatan telah dilaksanakan oleh Puskesmas
Merdeka. Hal ini terlihar dari telah adanya sistem inventarisasi. Petugas telah membuat kartu
Inventaris Barang (KIB) dan Kartu Inventaris Ruangan (KIR). KIB dan KIR ini telah
diperbarui setiap tahunnya. Pemberian kode barang belum dilaksanakan sepenuhnya, hal ini
disebabkan banyaknya tugas yang harus dikerjakan oleh petugas pengelola barang yang juga
merangkap sebagai petugas laboratorium.
6.1.3. Output
DAFTAR PUSTAKA
1. Azwar A. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksar; 1996.
2. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009.
3. Depkes RI. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2015.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2009
4. Depkes RI. Pengelolaan Peralatan Kesehatan Puskesmas. Jakarta; Departemen
Kesehatan RI: 1999
5. Depkes RI. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2001
6. Depkes RI. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009; 2009.
7. Juni, Tri, Angkasawati, dkk. Kajian Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan
Alat Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas. Web Page [Online] 2006. Dari
http://www.p3skk.litbang.depkes.go.id [17 Januari 2011]
8. Yuliningsih, Siti Mardiyati. Analisa sistem pengelolaan perbekalan obat / alat
kesehatan persediaan ruangan di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita.
Web Page [Online] 2001. Dari http://eprints.ui.ac.id/27118/ [19 Januari 2011]
9. Kaltarina, Mike. Analisa sistim perencanaan obat dan Alkes kebutuhan dasar
ruangan di instalasi farmasi RSUD Ciawi Bogor. Web Page [Online] 2002. Dari
http://eprints.ui.ac.id/25601/ [19 januari 2011]
10. Prestasi Daerah Kabupaten Agam. Web Page [Online] 2008. Dari
http://agamkab.go.id [15 Januari 2011]
11. Puskesmas Biaro. Daftar Inventaris Puskesmas Biaro. Agam: 2010
12. Trihono. Arrimes Manajemen Puskesmas. Jakarta: Sagung Seto; 2005
13. Prasetyo, Adi. Peralatan Kesehatan. Bandung: Angkasa; 2000
14. Depkes RI. Pedoman Pendataan Puskesmas Tahun 2006. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI; 2006
15. Bowersox. Manajemen Logistik. Jakarta: Bumi Aksara: 1995
16. Widjaja. Manajemen Logistik dan Supply Chan Manajement (Manajemen
Rantai Pasokan). Akarta: Harvanda; 2008
17. Setia Putra, Abdi. Manajemen Logistik.Padang: PSIKM FK Unand;2010
18. Dwitara.L, Sumatro.RH. Manajemen Logistik. Jakarta: PT. Grasindo: 2004
19. Hamdan. Evaluasi Program Kesehatan. Web page [Online] 2009. Dari
http://anakkesmas.blogspot.com [16 Januari 2011]
20. Pratama, Dinar. Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Web
Page [Online] 2010. Dari http://dinarpratama.wordpress.com [16 Januari 2011]
21. Sarwono, Jonathan. Metode penelitian Kuntitatif dan kualitatif. Yogyakarta;
garaham Ilmu; 2006
22. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta;
2009.
23. Munijaya, A. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC; 2004
24. Roza. Analisis Penyelenggaraan Sistem Pemeliharaan Peralatan Radiologi RSUP
DR. M. Djamil Padang Tahun 2010 [Skripsi]. Padang : skripsi PSIKM K Unand ;
2010
25. Syamrilaode. Pengertian Sarana dan Prasarana. Web Page [Online] 2011. Dari
http://id.shvoong.com [23 Juni 2011]
26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 152 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Daerah ; 2004
27. Nefriyanti. Analisis Manajemen Logistik Alat Kesehatan di Puskesmas Kinali
Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2009 [Skripsi]. Padang : skripsi PSIKM FK
Unand ; 2010
http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361339891.pdf
top related