tugas 20keperawatan 20daerah 20aliran 20sungai 20dan 20pesisir[1]
Post on 06-Feb-2016
218 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala Puji Bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa", Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran asuhan keperawatan pada Ibu dan Anak di Daerah Pesisir dan Aliaran Sungai. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Pekanbaru, 9 Maret 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Penyebab kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Tanda dan gejala anemia yaitu: Keletihan, malaise, atau mudah mengantuk, Pusing atau kelemahan, Sakit kepala, Lesi pada mulut dan lidah, Aneroksia,mual, atau muntah, Kulit pucat, Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat, Dasar kuku pucat, dan Takikardi
Hipotensi saat kehamilan sangatlah wajar terjadi dan umumnya tidak membahayakan ibu dan janin. Hipotensi terjadi jika tekanan darah berada di bawah biasanya atau terjadi penurunan tekanan sistolik 5-10 mmHg dan tekanan diastolik hingga 15 mmHg. Tekanan darah 90/60 atau kurang mengindikasikan hipotensi. tingkat tekanan darah bisa turun hingga sebesar 5 – 15 poin selama trimester pertama kehamilan, tetapi harus bisa normal kembali pada saat memasuki akhir trimester kedua.
Penyebabnya bisa saja terjadi karena perdarahan, banyak cairan yang keluar, stress, dan serangan jantung.
Kurang lebih 15% dari masyarakat menduga bahwa mereka alergi terhadap salah satu makanan, padahal angka kejadian alergi makanan pada anak berkisar 6-8% sedangkan pada dewasa 1-2%.1
Ini disebabkan karena istilah alergi makanan sering dipakai dalam arti yang salah atau kurang tepat. Reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan, disebut juga reaksi
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
2
simpang makanan (adverse food reaction) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan reaksi yang timbul setelah memakan sesuatu makanan.
Reaksi alergi makanan adalah reaksi simpang makanan akibat respons imunologik yang abnormal, sedangkan intoleransi makanan akibat mekanisme non imunologis. Sampai sekarang sulit membuktikan patogenesis alergi makanan yang disebabkan hipersensitivitas tipe II dan tipe III.
Diperkirakan sebagian besar alergi makanan didasari oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperankan oleh IgE dan reaksi hipersensitivitas tipe IV atau kombinasi dari keduanya.2,3 Sebagian besar reaksi simpang makanan tergolong intoleransi makanan. Contohnya kontaminasi toksik histamin yang dihasilkan ikan, toksin dari Salmonella atau Shigella, reaksi farmakologis terhadap kafein dalam kopi, tiramin dari keju, reaksi metabolik pada defisiensi enzim laktase dan reaksi idiosinkrasi akibat gangguan psikis. Ternyata reaksi alergi makanan lebih sering terjadi pada usia tahun pertama kehidupan seorang anak.
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau pada tahun 2003 angka kejadian diare di Provinsi Riau sebanyak 84.634, tahun 2004 sebanyak 87.660 orang dan pada tahun 2005 diare menempati urutan pertama dari 10 penyakit pada pasien rawat inap di RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh bakteri dan virus serta akibat adanya penurunan kekebalan tubuh penderita akibat populasi udara yang di hirup dan lingkungan yang lembab/dingin.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya
Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan balita di berbagai negara setiap tahun mati karena ISPA (WHO, 1986)
Disinilah peran perawat sebagai tenaga kesehatan ialah memberikan penyuluhan tentang bagaimana mencegah terjadinya Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak, seperti Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa, serta memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada penderita dan memberi penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar di daerah pesisir dan aliran sungai.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
3
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah:
a. Memenuhi tugas dari dosen pembimbing tentang “Masalah kesehatan Dalam Lingkup
Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa” pada
Daerah Pesisir dan Aliran Sungai.
b. Memberikan informasi tentang “Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan
Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa” pada Daerah Pesisir
dan Aliran Sungai.
C. Rumusan Masalah
- Mahasiswa mampu mengetahui apa apa masalah kesehatan dalam lingkup maternitas dan anak: anemia, hipotensi ibu hamil, alergi, diare, dan ispa yanga terjadi pada daerah pesisir dan aliran sungai.
- Mahasiswa mampu mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi masalah kesehatan dalam lingkup maternitas dan anak: anemia, hipotensi ibu hamil, alergi, diare, dan ispa yanga terjadi pada daerah pesisir dan aliran sungai.
- Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pencegahan agar tidak terjadi masalah kesehatan dalam lingkup maternitas dan anak: anemia, hipotensi ibu hamil, alergi, diare, dan ispa yanga terjadi pada daerah pesisir dan aliran sungai.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................................................2
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
ANEMIA PADA IBU HAMIL................................................................................................................6
HIPOTENSI PADA KEHAMILAN......................................................................................................16
ALERGI MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK...............................................................................18
DIARE PADA ANAK...........................................................................................................................24
ISPA PADA ANAK..............................................................................................................................32
BAB III.......................................................................................................................................................43
a. Kesimpulan....................................................................................................................................43
b. Saran..............................................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................44
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
5
BAB II
PEMBAHASAN
ANEMIA PADA IBU HAMIL
1. Definisi
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
2. Penyebab Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
a. Kurang gizi (malnutrisi)b. Kurang zat besic. Malabsorpsid. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid, atau kontaminasi
cacing di usus. Perdarahan terjadi akibat proses penghisapan aktif oleh cacing dan juga akibat perembesan darah disekitar tempat hisapan. Cacing berpindah tempat menghisap setiap 4 sampai 6 jam. Perdarahan ditempat yang ditinggalkan segera berhenti dan luka menutup kembali dengan cepat karena turn over sel epithel usus sangat cepat. Kehilangan darah yang terjadi pada infeksi kecacingan dapat disebabkan oleh adanya lesi pada dinding usus, juga oleh karena dikonsumsi oleh cacing itu sendiri
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
6
e. infeksi cacinginfeksi cacing dan anemia defisiensi besi dapat menyebabkan anoreksia. Infeksi cacing dapat menghambat penyerapan zat besi di saluran cerna dan kekurangan zat besi dapat menurunkan resistensi terhadap infeksi cacing. Penelitian yang dilakukan pada 459 anak di Zanzibar mendapatkan bahwa cacing dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi berat oleh karena adanya anoreksia. Selain itu, Akibat adanya cacing ascaris dalam tubuh, maka anak yang mengkonsumsi makanan yang kurang zat nutrisi dapat dengan mudah jatuh kedalam kekurangan nutrisi, sedangkan cacing gelang dan cacing tambang disamping mengambil makanan, juga akan menghisap darah sehingga dapat menyebabkan anemia.
3. Tanda dan Gejala Keletihan, malaise, atau mudah mengantuk Pusing atau kelemahan Sakit kepala Lesi pada mulut dan lidah Aneroksia,mual, atau muntah Kulit pucat Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat Dasar kuku pucat Takikardi
4. Penatalaksanaana. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
– Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
– Kaji riwayat keluargab. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1) Morfologi- Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan
matang- SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi- SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2) Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan3) Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi4) Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal
dan sehat.5) Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah,
namun masih normal.6) Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
- Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
7
- Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti Slow-Fe setiap hari
7) Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia megaloblastik.- Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.- Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.8) Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:- Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.- Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
a. Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium.b. Kadar kosentrasizat besi serumc. Kapasitas pegikat zat besid. Hitung jenis sel (SDP dan SDM)e. Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)f. Hitung trombositg. uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samarh. Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasiti. Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila
klien keturunan Afika-Amerika.- Konsultasikan dengan dokter- Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
c. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).2. Konsultasikan ke dokter bila:
Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium). Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
5. Akibat LanjutanPada ibu hamil yang anemia dapat mengalami: Keguguran. Lahir sebelum waktunya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan. Dapat menimbulkan kematian.
6. Asuhan keperawatan Ibu Hamil dengan Anemia
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
8
A. Pengkajian1) Data umum pasien2) Keluhan Utama
Keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-kunang.
3) Riwayat Penyakit SekarangPengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang terjadi. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
4) Riwayat Penyakit DahuluPada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia.Penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia.
5) Riwayat Penyakit KeluargaPenyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius, Donna D, 1995).
6) Riwayat PsikososialMerupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna D, 1995)
7) Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritualPengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. SirkulasiGejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
9
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas egoGejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. EleminasiGejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairanGejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. NeurosensoriGejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
10
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamananGejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. PernapasanGejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. KeamananGejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j. SeksualitasGejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
8) Pemeriksaan Fisika. Gambaran Umum
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan klien. BB sebelum sakit, BB saat ini, BB ideal, Status gizi, Status Hidrasi, Tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, RR).
b. Pmeriksaan head toe toe Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
MukaWajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
MataTidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
11
TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
Hidung Tak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut dan FaringTak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
ThoraksTak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
Paru- Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.- Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.- Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.- Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi. Jantung
- Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.- Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba.- Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
Abdomen- Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.- Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.- Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.- Auskultasi ; Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
Ekstremitas
9) Pemeriksaan Diagnostika. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai
untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih rendah daripada normal. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam kasus besi kekurangan anemia. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
b. Feritin toko-feritin adalah protein yang toko besi. Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah besi toko dalam tubuh dan membantu mendeteksi besi kekurangan anemia.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
12
c. Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah merah (RDW).
d. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC tingkat normal.
e. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika anemia jika karena kekurangan vitamin ini.
f. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.
B. Diagnosa Keperawatan1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, anoreksia3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.
C. Intervensi Keperawatan 1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigenTujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas sehari-hariIntervensi:a. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS
normal.Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
b. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.Rasional: Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera.
c. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.Rasional: Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
d. Berikan lingkungan tenangRasional: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru
e. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.Rasional: Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan peningkatan resiko cedera.
f. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
13
Rasional: Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan.Tujuan/Kriteria hasil: Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal.Intervensi:a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensib. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional: Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan
c. Timbang berat badan tiap hari.Rasional: Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
d. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.Rasional: Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.Rasional: Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
f. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka.Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat
g. Kolaborasi :Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),Besi dextran (IM/IV.)Rasional: Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk penggantian oral menjadi efektif
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi).
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
14
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksiIntervensi:a. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
Rasional: Mencegah kontaminasi silangb. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
Rasional: Menurunkan resiko infeksi bakteric. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
Rasional: Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
d. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demamRasional: Adanya proses inflamasi/ infeksi yang membutuhkan pengobatan.
e. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.Rasional: Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang.Tujuan/Kriteria hasil:Intervensi:a. Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul.b. Monitor adanya paretase c. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasid. Gunakan sarung tangan untuk proteksie. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggungf. Kolaborasi pemberian analgetik
D. EvaluasiEvaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien dugunakan komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:- S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan
- O : data obyektifYaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
- A : analisisInterpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
15
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan obyektif
- P : planingPerencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
HIPOTENSI PADA KEHAMILAN
1. Definisi Hipotensi saat kehamilan sangatlah wajar terjadi dan umumnya tidak membahayakan ibu dan janin. Hipotensi terjadi jika tekanan darah berada di bawah biasanya atau terjadi penurunan tekanan sistolik 5-10 mmHg dan tekanan diastolik hingga 15 mmHg. Tekanan darah 90/60 atau kurang mengindikasikan hipotensi. tingkat tekanan darah bisa turun hingga sebesar 5 – 15 poin selama trimester pertama kehamilan, tetapi harus bisa normal kembali pada saat memasuki akhir trimester kedua
2. Etiologi Perdarahan
Bisa karena kehamilan itu sendiri, seperti keluar vlek, keguguran, plasenta previa, dan lainnya. Bisa juga karena perlukaan di bagian tubuh lain yang tak ada hubungannya dengan kehamilan, seperti benturan keras hingga berdarah, tertusuk benda tajam, dan lainnya.
Banyak Cairan yang KeluarBisa disebabkan oleh diare berat yang tak segera diatasi sehingga ibu mengalami dehidrasi, muntah berat. Juga bisa karena demam berdarah.
Serangan Jantung
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
16
Saat serangan jantung, nadi tak berdenyut sehingga sulit untuk mengobservasi tekanannya. Namun kasus ini biasanya dianggap di luar dari masalah kehamilan karena tidak spesifik.
StresDalam kondisi tertekan secara psikis bisa membuat ibu stres dan memengaruhi tekanan darahnya. Bila stresnya terlalu berat bisa membuat ibu mengalami syok bahkan pingsan.
Masalah turunnya tekanan darah akibat patologis harus ditangani oleh ahlinya. Ibu bisa ke dokter kandungan bila masalahnya karena perdarahan kehamilan, ke dokter penyakit dalam bagian pencernaan bila karena diare, atau ke psikolog/psikiater bila karena masalah psikis/kejiwaan.
3. Patofisiologi Hipotensi pada masa kehamilan dipengaruhi oleh hormon kehamilan.
Perkembangan pada kehamilan menyebabkan sirkulasi darah bertambah banyak, pembuluh darah melebar sehingga tekanan darah menurun. Selain itu, pasokan darah ke otak ibu hamil agak berkurang karena darah dialirkan juga ke janin. Kondisi inilah yang menyebabkan rasa sakit kepala atau pusing (keliyengan), pandangan menjadi berputar-putar disertai badan lemas. Biasanya tekanan darah ini terjadi pada kehamilan trimester kedua dan akan menjadi normal dengan sendirinya setelah Anda melahirkan.
Hipotensi sebenarnya bukanlah penyakit karena termasuk normal terjadi dalam masa kehamilan. Hipotensi akan menjadi berbahaya jika menyebabkan gejala berat, seperti perdarahan, nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, nyeri dada, sesak napas, dan kelemahan pada salah satu bagian sisi tubuh. Pada kasus-kasus tersebut, hipotensi dapat menyebabkan kerusakan seluruh organ tubuh, mulai ginjal, liver, jantung, dll.
4. Manifestasi klinik
Tidak semua yang mengalami hipotensi akan merasakan gejala. Kondisi hipotensi juga tidak selalu memerlukan perawatan. Namun jika tekanan darah cukup rendah, kemungkinan besar bisa menimbulkan gejala-gejala seperti berikut ini.
Jantung berdebar kencang atau tidak teratur. Pusing.
Lemas.
Mual.
Pingsan.
Kehilangan keseimbangan atau merasa goyah.
Pandangan buram.
5. Penatalaksanaan
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
17
a. Dokter akan mencari penyebab dari hipotensi yang sampai menimbulkan gejala tersebut, berdasarkan dari gejala yang ada, dengan mengatasi kondisi medis yang menjadi penyebabnya.
b. Bila kondisi dapat menjadi bahaya, dokter dapat meminta untuk dipasang infus dengan tujuan rehidrasi, untuk menaikkan tekanan darah. Sehingga ada kemungkinan untuk dirawat inap
6. Pencegahan c. Perbanyak minum air putih.
Kekurangan cairan dalam tubuh atau dehidarasi merupakan penyebab umum terjadinya tekanan darah rendah. Karena itu, perhatikan asupan cairan tubuh dengan minum setidaknya 8-10 gelas per hari.
d. Mengonsumsi makanan bergiziMengonsumsi makanan bergizi cukup protein, kalori, dan vitamin akan membantu terhindar dari gejala hipotensi.
e. Istirahat cukupIstirahat cukup dan tidak melakukan aktivitas berat yang membuat gejala tekanan darah rendah muncul. Hindari kelelahan dan pastikan jam tidur Anda cukup.
f. Rajin berolahragaKurang berolahraga dapat menyebabkan pembuluh darah terlalu lentur sehinga tekanan darah menjadi sangat rendah. Salah satu akibatnya, ketika berdiri terlalu lama pembuluh darah di kaki melebar membuat darah jadi rendah sehingga menyebabkan pusing, bahkan terjatuh.
g. Periksakan ke dokter kandungan. Pastikan kondisi kesehatan anda dan janin tidak terganggu dengan terjadinya hipotensi. Hal ini dapat anda lakukan dengan rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan.
ALERGI MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK
Kurang lebih 15% dari masyarakat menduga bahwa mereka alergi terhadap salah satu makanan, padahal angka kejadian alergi makanan pada anak berkisar 6-8% sedangkan pada dewasa 1-2%.1
Ini disebabkan karena istilah alergi makanan sering dipakai dalam arti yang salah atau kurang tepat. Reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan, disebut juga reaksi simpang makanan (adverse food reaction) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan reaksi yang timbul setelah memakan sesuatu makanan.
Reaksi alergi makanan adalah reaksi simpang makanan akibat respons imunologik yang abnormal, sedangkan intoleransi makanan akibat mekanisme non imunologis. Sampai sekarang
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
18
sulit membuktikan patogenesis alergi makanan yang disebabkan hipersensitivitas tipe II dan tipe III.
Diperkirakan sebagian besar alergi makanan didasari oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang diperankan oleh IgE dan reaksi hipersensitivitas tipe IV atau kombinasi dari keduanya.2,3 Sebagian besar reaksi simpang makanan tergolong intoleransi makanan. Contohnya kontaminasi toksik histamin yang dihasilkan ikan, toksin dari Salmonella atau Shigella, reaksi farmakologis terhadap kafein dalam kopi, tiramin dari keju, reaksi metabolik pada defisiensi enzim laktase dan reaksi idiosinkrasi akibat gangguan psikis. Ternyata reaksi alergi makanan lebih sering terjadi pada usia tahun pertama kehidupan seorang anak.
a. Alergen MakananMakanan antara lain terdiri dari lemak, karbohidrat dan protein. Bahan makanan
yang sering bersifat alergen adalah glikoprotein yang larut dalam air dengan berat molekul antara 10.000 - 60.000. Umumnya alergen ini stabil pada pemanasan, tahan terhadap asam dan enzim protease. Jadi hanya sebagian kecil saja makanan yang dilaporkan bersifat allergen yang dapat memberikan reaksi alergi makanan; misalnya susu sapi, telur, kacang, ikan, kacang kedele, dan gandum. Susu sapi terdiri dari kurang lebih 25 macam protein yang memproduksi antibody spesifik pada manusia. Sensitisasi makanan dapat juga melalui air susu ibu. Bahan penyedap dan zat warna juga dapat sebagai allergen misalnya aspartane (pemanis), zat warna kuning, merah, hijau, nitrit, monosodium glutamat, dan antioksidan.
b. Jenis Alergen Makanan pada Kelompok Anak1. Bahan yang Mengandung Protein Susu Sapi
Mentega Keju Hydrolysate protein susu Keju Susu kambing Susu sapi bubuk Cream Lactalbumin Cream asam
2. Bahan Makanan yang Mengandung Kacang Kedele Kacang kedele Miso Hidrolisat soya protein Saus soya Penyedap alamiah Tempe Tahu
3. Bahan Makanan yang Mengandung Protein Telur Albumin Kuning telur Telur Mayones Pengganti susu
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
19
Ovalbumin Putih telur Ovomukoid
4. Bahan Makanan yang Mengandung Protein Kacang Minyak kacang Permen Kacang tanah Coklat Mixed nuts Cookies Peanut butter Peanut flour
5. Bahan Makanan yang Mengandung Protein Kacang Minyak kacang Permen Kacang tanah Coklat Mixed nuts Cookies Peanut butter Peanut flour
c. Patofisiologi1. Peran IgE
Kegagalan tubuh untuk dapat mentoleransi suatu makanan akan merangsang imunoglobulin E (IgE), yang mempunyai reseptor pada sel mast, basofil dan juga pada sel makrofag, monosit, limfosit, eosinofil dan trombosit dengan afinitas yang rendah. Ikatan IgE dan alergen makanan akan melepaskan mediator histamin, prostaglandin dan leukotrien dan akan menimbulkan vasodilatasi, kontraksi otot polos dan sekresi mucus yang akan menimbulkan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I. Sel mast yang aktif akan melepaskan juga sitokin yang berperan pada reaksi hipersensitivitas tipe I yang lambat. Bila alergen dikonsumsi berulang kali, sel mononuklear akan dirangsang untuk memproduksi histamin releasing factor (HRF) yang sering terjadi pada seorang yang menderita dermatitis atopi.2
2. Peran Non IgEBanyak dilaporkan bahwa mekanisme imun yang lain. (selain reaksi
hipersensitivitas tipe I) dapat sebagai penyebab alergi makanan, namun bukti secara ilmiah sangat terbatas. Dilaporkan bahwa penelitia membuktikan reaksi hipersensitivitas tipe III berperan, tapi sedikit bukti yang menyokong penyakit kompleks imun antigen makanan. Reaksi hipersensitivitas tipe IV timbul beberapa jam kemudian, tetapi bukti yang pasti juga belum cukup.
d. Manifestasi Klinis Alergi Makanan
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
20
Manifestasi alergi makanan tipe IgE dapat bermacam- macam, tergantung dari tempat dan luas degranulasi sel mast, mulai dari urtikaria akut sampai reaksi anafilaksis yang fatal.3 Organ target yang sering terkena adalah kulit, saluran cerna, saluran napas atas, bawah dan sistemik. kelompok yaitu:
- Kelompok I: Awitan timbul beberapa menit setelah memakan makanan yang jumlahnya sedikit. Gejala biasanya berupa urtikaria, angioedema, eksaserbasi eksema dan gejala saluran napas. Uji kulit positip, kadar IgE spesifik tinggi.
- Kelompok II: Awitan timbul beberapa jam setelah memakan makanan yang jumlahnya cukup banyak. Gejala pada saluran cerna berupa muntah dan diare. Uji kulit negatif dan kadar IgE spesifik negatif. Kelompok ini disebut intoleran protein susu sapi atau enteropati susu sapi.
- Kelompok III: Awitan timbul lebih lama sampai setelah 20 jam kemudian dan jumlah yang diminum sangat banyak. Gejala muntah, diare, gejala saluran napas dan eksaserbasi eksema. Uji kulit kadang dapat positif pada pasien dengan eksema kulit.
Kelompok di atas pada perjalanan penyakitnya dapat berubah, misalnya dari kelompok I menjadi kelompok II atau sebaliknya. Gejala alergi susu sapi di Sub-Bagian Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak terbanyak memberikan gejala batuk kronik berulang, diare, dermatitis atopik, rinitis alergi dan urtikaria.1. Kulit
Urtikaria akut dan angioedema akibat kontak dan memakan sesuatu sering terjadi dan penyebabnya mudah diketahui, misalnya tangan seseorang menjadi bengkak dan gatal setelah mengupas udang atau bibir seorang anak bengkak setelah minum susu atau makan kacang. Sedangkan urtikaria menahun atau berulang alergennya sukar diketahui dan jarang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I saja, mungkin gabungan dengan reaksi hipersensitivitas tipe IV.
2. Saluran CernaAlergi makanan dapat menimbulkaan gejala sistemik saluran cerna seperti nausea, muntah, diare, gembung, sering flatus, kolik dan konstipasi menahun. mendapatkan 5 dari 18 pasien alergi susu sapi mempunyai keluhan diare. Gejala di orofaring dapat timbul beberapa menit setelah memakan buah dan sayuran segar yang disebut sindrom alergi oral. Diperkirakan IgE memegang peranan pada penyakit gastroenteritis eosinofilik. Pada pasien dengan gastroentiritis eosinofilik terdapat gejala nausea, muntah, gagal tumbuh dan peningkatan eosinofil darah tepi dan pada biopsy saluran cerna tampak tumpukan infiltrasi sel eosinofil, dengan disertai intoleran berbagai makanan dan peningkatan kadar IgE disertai rhinitis dan asma alergik.
3. Saluran NapasPasien asma yang disebabkan oleh alergi makanan umumnya terdapat pada anak usia muda dan sebagian besar didahului oleh dermatitis atopik. Dari 300 pasien asma yang berumur antara 7 bulan dan 80 tahun, terdapat alergi makanan pada 20 orang yang yang dibuktikan. Gejala pada saluran napas berupa mengi, batuk dan sesak. Anak dengan DA disertai alergi makanan cenderung akan berkembang menjadi asma yang dicetuskan oleh makanan, dan sebagian besar akan menjadi asma menahun yang sukar di obati.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
21
didapatkan batuk kronik berulang pada 13 dari 18 anak dengan alergi susu sapi.12 Gejala batuk dan sesak napas dapat timbul setelah menghirup gandum yang dibakar disebut bakers asthma yang akan memberikan hasil kulit positip terhadap gandum.
4. Rinitis AlergikRinitis terdapat pada 70% anak dengan alergi makanan, dan sebagian besar juga menderita penyakit alergi lain, misalnya alergi pada kulit dan saluran cerna. Rinitis alergik lebih sering terjadi pada bayi dan anak.6
5. AnafilaksisTerjadi dalam beberapa menit sampai 2 jam setelah mengkonsumsi makanan. Semua jenis makanan dapat menyebabkan reaksi anafilaksis, tetapi alergen tersering adalah kacang, tree nuts, ikan dan kerang.13 Gejala sistemik diikuti kelainan organ lain seperti kulit, saluran cerna dan saluran napas. Kadang kadang dapat terjadi kelainan kardiovaskular seperti hipotensi, aritmia dan renjatan. Pernah dilaporkan terjadi reaksi anafilaksis setelah memakan sesuatu yang diikuti olah raga dalam waktu 2- 4 jam, sedangkan bila tidak diikuti olah raga, reaksi tidak terjadi.3 Spasme bronkus akibat alergi makanan pernah dilaporkan pada anak dengan asma yang berakibat fatal.
e. AnamnesisDitanyakan mengenai:
- Mengenal makanan yang dicurigai- Jarak antara gejala yang timbul dan memakan makanan yang dicurigai- Mengenal gejala yang ditimbulkan- Jumlah makanan yang menimbulkan gejala Apakah gejala selalu timbul bila memakan
makanan yang dicurigai?- Berapa jarak waktu antara gejala terakhir dengan gejala yang baru timbul?- Apakah ada faktor lain yang mempermudah timbulnya gejala misalnya setelah latihan
olahraga
1. Pemeriksaan fisikApakah terdapat tanda dari penyakit atopi seperti kulit kering, bersisik, likenifikasi yang sering tampak pada pasien dermatitis atopik; allergic shiners, Siemen grease , mukosa hidung bengkak dan pucat yang sering tampak pada rinitis alergik; dan gejala mengi serta batuk berulang pada pasien asma. Juga penting menilai status gizi anak apakah sudah terjadi kurang gizi akibat diet yang diberikan
2. Pemeriksaan penunjanga) Catatan buku harian pasien, untuk mencatat semua jenis makanan dan gejala yang timbul
dalam jangka waktu tertentub) Uji kulit untuk menyaring apakah terdapat alergi makanan IgE mediated.
Beberapa hal harus diperhatikan pada uji kulit,- Beberapa jenis makanan tidak dapat dilakukan uji kulit sebab tidak stabil misalnya buah,
jeruk, pisang, pear, melon, kentang dan wortel.- Anak di bawah usia 1 tahun sering memberikan hasil uji kulit negatip palsu, yang
sebenarnya ia alergi makanan IgE mediated. Namun uji kulit makanan masih tetap
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
22
diperlukan terutama pada anak di bawah umur 1 tahun. Bila hasil uji kulit positif, lebih mempunyai arti alergi makanan, karena kadar IgE nya yang masih rendah.14 Anak di bawah usia 2 tahun mempunyai ukuran uji kulit lebih kecil.
- Hasil uji kulit terhadap makanan yang negative berarti alergi makanan IgE mediated dapat disingkirkan (prediksi negatif akurasinya >95%) sedangkan bila uji kulit terhadap makanan positif kemungkinan seorang memang alergi makanan IgE mediated hanya 50% (prediksi positif akurasinya <50%).5
- Bila uji kulit negatip tetapi pada anamnesis dugaan kuat terhadap alergi suatu makanan pada sindrom oral alergi (oral allergy syndrome), dapat dilakukan uji dengan menggunakan zat makanan tersangka dalam bentuk segar, misalnya susu sapi langsung dari kartonnya, putih telur langsung dari telur segar langsung pada bibir dan mulutnya.6
- Uji kulit tidak dikerjakan pada pasien dengan reaksi anafilaksis.- Uji kulit intradermal tidak dilakukan pada alergi makanan, disebabkan bahaya terjadinya
reaksi Anafilaksisc) Provokasi double blind placebo control food challenge (DBPCFC) adalah pemeriksaan
baku emas untuk menegakkan diagnosis alergi makanan. Provokasi makanan dapat dilakukan secara terbuka, single-blinded (pasien tidak mengetahui makanan yang diberikan), atau double-blinded (pasien, dokter dan stafnya tidak mengetahui makanan yang diberikan). Keuntungan pada double-blinded, dapat mengurangi angka positif palsu.
Persiapan untuk Provokasi Makanan- Penghindaran makanan tersangka minimal 2 minggu atau lebih.- Penghindaran antihistamin.- Penghindaran bonkodilator, cropmolyn, nedocromil dan steroid inhalasi 6-12 jam
sebelum provokasi dilakukan.- Tersedia obat untuk mengatasi reaksi anafilaksis yang mungkin akan timbul.- Pasien dipuasakan 2-3 jam sebelum provokasi dilakukan.- Dosis pertama harus lebih kecil dari dosis yang menyebabkan gejala alergi, maksimum
400mg.- Dosis total 8-10gram dalam bentuk kering.- Pasien harus diobservasi sampai 2 jam setelah diadakan provokasi.
d) Uji invitro untuk IgE mediated adalah Radio Alergo Sorbent Test (RAST), uji ini akan mendapatkan IgE spesifik makanan yang sangat berkorelasi dengan uji kulit.11 CAP sistim FEIA (Setelah diagnosis alergi makanan ditegakkan, maka eliminasi makanan harus dilakukan dengan ketat. Pada penelitian terhadap 400 orang anak dengan alergi makanan, 2/3 nya alergi terhadap 1 macam makanan saja dan hanya 9% alergi terhadap lebih dari 5 macam makanan. Reaksi alergi makanan umumnya sangat spesifik untuk 1 jenis makanan, sehingga tidak perlu menghindarkan semua makanan yang termasuk golongan botanik yang sama. Penghindaran yang ketat harus dilakukan juga oleh keluarga pasien dalam menghindarkan serta membantu untuk mencarikan makanan pengganti sehingga terpenuhi makanan yang rasanya enak dan disukai anak.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
23
e) Pemeriksaan kadar IgE spesifik tali pusat bayi baru lahir dapat menentukan derajat atopi bayi, bila kadar IgE spesifik tali pusat bayi terhadap susu sapi tinggi berarti telah terjadi sensitisasi intrauterin.
f. PenatalaksanaanPengobatan pada reaksi anafilaksis yang disebabkan makanan
- Penghentian makanan tersangka.- Epinephrin 0,01 mg/kg dalam larutan 1:1000 diberikan subkutan, dapat diulang setelah
10-15 menit, dan dirawat di ruang gawat darurat- Antihistamin parenteral.- Kortikosteroid parenteral.- Diawasi minimal selama 4 jam setelah syok dapat diatasi.
DIARE PADA ANAK
1. Definisi
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
24
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darahAnak usia TOODLER adalah anak usia antara 1-3 tahun
2. Insiden Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau pada tahun 2003 angka kejadian diare di Provinsi Riau sebanyak 84.634, tahun 2004 sebanyak 87.660 orang dan pada tahun 2005 diare menempati urutan pertama dari 10 penyakit pada pasien rawat inap di RSUD Arifin Ahmad Provinsi Riau.
3. Etiologi1) Sumber air yang tercemar
Pencemaran air di rumah dapat terjadi apabila penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air. Tercemar bakteri, virus, parasit, ataupun jamur
2) InfeksiInfeksi terdiri dari infeksi saluran pencernaan (enteral) dan infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan (parenteral). Mikroorganisme yang menjadi penyebabnya antara lain E.coli Aeromonas, Compylobacter, Clostridiumdifficile, Shigella, Salmonella, Vibro cholera, Enteroinvasive, bronkopnemonia
3) ImunodefisiensiDefesiensi imun terutama SigA (Secretory immunoglobulin A) yang dapat menyebabkan berlipat gandanya bakteri, flora usus, jamur, terutama Candida
4) Kurangnya kebersihan jambanKotoran manusia adalah semua benda atau 2at yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikluarkan dari dalam tubuh seperti, tinja, seni, dan C02. Di daerah aliran sungai tempat pembuangan kotoran manusia tidak menjadi permasalahan yang serius, bahkan jamban yang digunakan oleh banyak orang langsung pembuangannya ke sungai. Sedangkan kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
5) MakananDiare dapat disebabkan oleh intoksisasi makanan seperti, makanan basi, makanan pedas, makanan yang mengandung bakteri atau toksin. Alergi terhadap makanan tertentu seperti, susu sapi terjadi malabsorbsi karbohidrat, disakarida lemak, protein, vitamin, dan mineral
6) Terapi obat Obat-obat yang dapat menyebabkan diare diantaranya antibiotik, antacid
4. Cara penularanCara penularan diare ini menyebar melalui fecal oral seperti, makanan, minuman yang trecemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
25
1) Menyimpan makanan masak dalam suhu kamar sehingga kuman akan mudah berkembang biak
2) Menggunakan air minum yang tercemar atau kotor. Pencemaran di rumah dapat terjadi apabila penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air
3) Tidak mencuci ntangan sesudah BAB dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
4) Tidak membuang tinja dengan benar
5. Klasifikasi Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu dia terdiri dari diare akut, diare persisten, dan diare kronis1) Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu waktu, berlangsung kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai lendir dan darah
2) Diare persisten Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut
3) Diare kronikDiare kronik adalah diare yang hilang timbul atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari
6. PatofisiologiDiare dapat disebabkan karena terjadinya gangguan osmotik dsn gangguan sekretorik1) Gangguan osmotik Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilewati air dan elektrolitdengan
cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hioertonik. Air dan elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usu sama dengan cairan ekstraseluler dan draah, sehingga terjadi diare, serta akan lewat tanpa diabsorbsi.
2) Gangguan sekretorikAkibat rangsangan mediator abnormal misalnya enterotoksin, menyebabkan vili gagl mengabrobsi natrium, sedangkan sekresi klorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hal ini dapat menyebkan peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi ringga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare
7. ManifestasiAda beberapa manifestasi klinis yang dapat dilihat
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
26
1) Mula-mula anak cengeng, gelisah2) Suhu badan meningkat3) Nafsu makan berkurang4) Tinja cair, disertai lendir atau darah5) Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena tercampur empedu6) Anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam akibat asam laktat,
yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare7) Muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare8) Anak-anak yang tidak mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan
mengalami dehidrasi
8. Komplikasi1) Dehidrasi
Tabel 7.1 Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinispenilaian A B CKeaadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel lesuMata Normal Cekung Sangat cekungAir mata ada Tidak ada Tidak adaMulut, lidah Basah Kering Sangat keringRasa haus Minum seperti
biasaHaus ingin minum banyak
Malas minum, tidak bisa minum
Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedangBila ada 1 tanda atau lebih tanda lain
Dehidrasi beratBila ada semua tanda
Rencana pengobatan
Terapi A Terapi B Terapi C
2) Gangguan kesimbangan asam-basaGangguan keseimbangan asam basa yang biasa terjadi adalah metabolik asidosis. Metabolik asidosis ini terjadi karena kehilangan Na- bikarbonat bersama tinja, terjuadi penimbunan asam laktat. Sehingga produk yang bersifat asam menjadi meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler
3) HipoglikemiaPada anak-anak dengan gii baik hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita kekurangan protein (KKP). Gejala hipoklikemia akan muncul jika kadar glikosa darah menurun sampai 40
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
27
mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala tersebut dapat berupa : lemas, apatis, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma
4) Gangguan gi2iSewaktu anak mengaalami diare, sering trejadi gangguan gi2i dengan akibat terjadinya penurunan berat badan. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik
5) Gangguan sirkulasiGangguan sirkulasi dapat berupa syok hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal
9. Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan diare pada anak antara lain dengan rehidrasi, nutrisi, medikamentosa1) Rehidrasi
Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang hilang. Cairan yang digunakan adalah Ringer Laktat karena cairan tersebut bersifat isotonik
2) NutrisiMakanan haeus diteruskan bahakan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gi2i. Persyaratan diet pada kejadian diare pada anak yakni, pasien segera diberikan makanan oral setelah rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup energi dan protein, makanan yang tidak merangsang muntah, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna, makanan diberikan dengan porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI diutamakan pada bayi.
3) MedikamentosaAntibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin. Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas seperti loperamid, difenoksilat kodein, opium, adsorben seperti Norit, kaolin, Anti muntah termasuk prometa2in
10. Rencana PengobatanBerdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga, yakni rencana pengobatan A,B dan C1) Rencana pengobatan A
Digunakan untu mengatasi diare tanpa dehidrasi, meneruskan terapi diare di rumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair (sup, air tajin), air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam tabel berikutTabel 9.1 kebutuhan oralit per kelompok umur
umur Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang disediakan di rumah
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
28
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari (2 bungkus)1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari (3-4
bungkus)>5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5
bungkus)
2) Rencana pengobatan BDigunakan untuk mengatasi derajat dehidrasi ringan dan sedang, dengan cara : dalam 3 jam pertama berikan 75 ml/kgBB. Apabila berat badan anak tidak diketahui, maka berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut
Tabel 9.2 jumlah oralit yang diberikan pada 3 jam pertamaumur < 12 bulan 1-5 tahun >5 tahunJumlah oralit 300 ml 600 ml 1200 ml
3) Rencana pengobatan CDigunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi berat. Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang menggunakan bagan penilaian dan pilih rencana pengobatan yang sesuai.
11. PencegahanMasyarakat dapat terhindar dari penyakit apabila penegtahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat. Tindakan dalam pencegahan diare ini antara lain dengan perbaikan keadaan lingkungan, seperti penyediaan sumber air minum yang bersih, pengguaan jamban, pembuangan sampah pada tempatnya, sanitasi perumahan, perbaikan perilaku ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun, perbaikan cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, membuang tinja anak pada tempat yang tepat, memberikan imunisasi 1) Sumber air
Syarat air minum ditentukan oleh keadaan fisik,kimia, dan bakteriologi. Syarat fisik yakni : tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. Syarat kimia : tidak mengandung at kimia yang berbahaya untuk kesehatan misalnya CO2, H2S, NH4. Syarat bakteriologi : air tidak mengandung bakteri E. Coli yang melampau batas yang ditentukan
2) Pembuangan kotoran manusiaSyarat pembuangan kotoran antara lain : tidak mengotori tanahpermukaan, tidak mengotori air tanah, kotoran tidak boleh terbuka sihingga dapat dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang biak, kakus harus terlindung atau tertutup
3) Pembuangan sampah
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
29
Dilakukan dengan berbagai cara yakni, ditanam (landfill), dibakar (inceneration), dijadikan pupuk (composting)
4) Perumahan Adapun syarat-syarat rumah sehat ditinjau dari ventilasi (untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri), cahaya (kurangnya cahaya merupakan media yang baik untuk hidup dan berkembangbiaknya bibit penyakit, luas bangunan (jika luas bangunan tidak sebanding dengan jumlah penghuni maka menyebabkan kurangnya konsumsi 02, sehingga proses penularan penyakit lebih mudah)
12. Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian
Riwayat kesehatan sekarangMuntah, suhu badan meningkat, volume diuresis, penurunan kesadaran
Riwayat kesehatan sebelumnyaPengkajian prenatal, pembedahan yang pernah dialami, tumbuh-kembang, pola kebiasaan, imunisasi, status gi2i, psikososial
Riwayat kesehatan keluargaKomposisi keluarga, lingkungan rumah, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
Pengkajian fisik (head to toe)Penurunan berat badan, mata cekung, konjungtiva anemis, mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering dan mengalami penurunan turgor pada kulit, peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus, adanya luka lecet sekitar anus
2) Diagnosa Keperawatan Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbi nutrien Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut) b/d iritasi perirektal Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis, kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi yang terbatas3) Intervensi
Dx 1 : kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntahintervensi rasional
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Pantau intake dan output
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
30
kaji tanda vital, tanda gelaja dehidrasi dan hasil pemeriksaan lab
kolaborasi pemberian terapi definitif
menetapkan kebutuhan cairan pengganti
Menilai status hidrasi, elektrolit, dan kesimbangan asam basa
Pemberian obat secara kausalpenting setelah penyebab diare di ketahui
Dx 2 : gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan absorbsi nutrien
intervensi rasional Pertahankan tirah baring dan
pembatasan aktifitas Pertahankan status NPO (puasa)
selama fase akut dan segera berikan makanan setelah keadaan membaik
Bantun pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
Menurunkan kebutuhan metabolik Pembatan diet per oral mungkin
ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut
Dx 3 : gangguan rasa nyaman : nyeri (akut) b.d iritasi perirektal
intervensi rasional Kaji keluhan nyeri, perubahan
karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya lutut fleksi
Lakukan aktifitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman
Bersihkan anorektal dengan sabun ringan
Kolaborasi pemberian obat
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri
Meningkatkan rileksasi, mengalihkan fokus perhatian
Melindungi kulit dengan keasaman feses, mencegah iritasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan anti koligernik untuk menurunkan spasme traktus
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
31
anlgetikn dan atau kolinergik sesuai indikasi
Dx 4 : kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan terapi b.d pemaparan informasi yang terbatas
intervensi rasional
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk tentang penyakit dan perawatan anaknya
Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibat terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan parineal setelah defekasi
Efektifitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya
Pemahaman tentang masalah ini pentinguntuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam proses perawatan klien
Meningkatkan pemahamandan partisipasi anggota keluarga dalam pengobatan
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluargaterhadap kebutuhan perawatan diri anaknya
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
32
ISPA PADA ANAK
1. Defenisi
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran
pernafasan atas yang disebabkan oleh bakteri dan virus serta akibat adanya penurunan
kekebalan tubuh penderita akibat populasi udara yang di hirup dan lingkungan yang
lembab/dingin.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya
Di Dinkes/Puskesmas, Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit
ISPA dalam 2 golongan, yaitu
1) Pneumonia
Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. Penumonia disebabkan oleh bahaya biologis, yaitu
Streptococcus pneumoniae
2) Bukan pneumonia
Penyakit bukan pneumonia seperti batuk pilek yaitu rinitis, faringitis, tonsilitis,
dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
2. Epidemiologi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih
tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
33
terutama pada bayi dan balita. Di Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6 dari
semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi. Di
Spanyol angka kematian akibat pneumonia mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan
Amerika sekitar 12% atau 25-30 per 100.000 penduduk (Heriana, et.al, 2005). Sedangkan
untuk angka kematian akibat ISPA dan Pneumonia pada tahun 1999 untuk negara Jepang
yaitu 10%, Singapura sebesar 10,6%, Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar 3,2% dan
Philipina tahun 1995 sebesar 11,1% (SEAMIC Health Statistics, 2000).
ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 4 tahun. Hal ini
berarti dari seluruh jumlah anak umur 1 bulan sampai 4 tahun yang meninggal, lebih dari
sepertiganya meninggal karena ISPA atau diantara 10 kematian 4 diantaranya meninggal
disebabkan oleh ISPA. Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang
menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA.
Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan balita di berbagai negara setiap tahun mati karena
ISPA (WHO, 1986)
Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Diperkirakan
kejadian ISPA pada balita merupakan penyebab kematian utama pada bayi (36%). Dan
hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar
39% pada bayi dan 42% pada balita (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA
tertinggi terjadi pada baduta (>35%), ISPA cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok
dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat
kejadian ISPA berada di angka 24,73%, untuk daerah Jawa Tengah sebesar 29,08.
ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana
kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70%
anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA. Sebanyak 40-60% kunjungan
pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke
bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI, 2008).
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
34
3. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus,
Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus
dan lain-lain (Suhandayani, 2007).
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu
penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas
memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap
tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat
mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu
tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen
dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).
4. Faktor resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki-lakilah yang
banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.
2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit
ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknya ibu rumah tangga yang
memasak sambil menggendong anaknya.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
35
3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan
serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPAyang datang kesarana
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit
ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.
c. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut Bloom dikutip dari
Effendy (2004) menyebutkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau tidaknya
lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi
oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup untuk
mengurangi polusi asap maupun polusi udara, keturunan, misalnya dimana ada
orang yang terkena penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang
terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan karena
keturunan, dan dengan pelayanan sehari-hari yang baik maka penyakit ISPA akan
berkurang dan kesehatannya.sedikit demi sedikit akan membaik, dan pengaruh
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
5. Manifestasi Klinis
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
36
Tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah:
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
– Batuk
– Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada
waktu berbicara atau menangis)
– Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
– Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
– Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu
tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau
lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan
nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji
– Suhu lebih dari 39°C (diukur dengan termometer)
– Tenggorokan berwarna merah
– Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
– Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
– Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)
– Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
– Bibir atau kulit membiru
– Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas
– Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
– Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
37
– Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas
– Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
– Tenggorokan berwarna merah
6. Komplikasi
Pada anak-anak: BBLR
Bayi dengan BBLR memiliki system pertahanan tubuh yang rendah disbanding orang
dewasa terhadap mikroorganisme patogen. Dengan infeksi ringan sahaja sudah cukup
membuat sakit, sehingga bayi BBLR rentan terhadap penyakit infeksi termasuk ISPA.
Selain itu, ada kecenderungan semakin rendah berat lahir, semakin sering sakit ISPA.
Hasil ini sesuai dengan teori, bahwa organ pada BBLR belum sempurna, sehingga sering
mengalami komplikasi, termasuk infeksi. Penyakit gangguan pernafasan yang sering
diderita oleh bayi berat lahir rendah adalah penyakit pada membran hielin, infeksi saluran
pernafasan akut, aspirasi pnemonia, pernafasan periodik dan apnea yang disebabkan
karena pusat pernafasan di medulla belum matur.
7. Penatalaksanaan Kasus ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan. Pedoman penatalaksanaan kasus
ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan
berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan
kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian
dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA
meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) :
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting
agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan
frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal,
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
38
mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada
bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan
steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia..
c. Pengobatan
1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan
sebagainya.
2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
3) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama
10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
d. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
39
ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3) Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang- ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu
tetap diteruskan.
4) Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang diderita.
5) Lain-lain
a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam.
b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah.
c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan
tidak berasap.
d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan.
e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar
obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
40
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa
kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
8. Pencegahan ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar
dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi
makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur,
serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga
dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi
asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang
menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang
baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi
manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan
oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk
ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang
umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk
aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluranpernafasan yang dikeluarkan dari
tubuh secara droplet dan melayang diudara), yang kedua duet (campuran antara bibit
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
41
penyakit).
9. Askep
a. Pengkajian
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta
irama dari pernafasan.
– Pola: cepat (tachynea) atau normal
– Kedalaman: nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat
kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen
– Usaha: kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin
– Irama pernafasan: bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan
– Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga
didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi
dari sputum
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari
jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret
Tujuan: Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas
yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret
Intervensi:
– Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan
– Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher
– Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret
(semiprone dan side lying position)
– Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter
– Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama
periode tachypnea
– Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
42
– Berikan kelembaban udara yang cukup
– Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan, nyeri
Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal
dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru
Intervensi:
– Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan
mudah
– Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas
– Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis
serta menyerap keringat
– Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter
– Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator)
– Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam
pernafasan
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Tujuan:
o Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah pada BB normal.
o Klien dapat menoleransi diet yang dianjurkan
o Tidak menunjukkan tanda malnutrisi
Intervensi:
– Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari.
– Berikan makan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
– Tingkatkan tirah baring
– Kolaborasi: konsultasi ke ahli gizi untuk memberikan diet sesuai
kebutuhan klien
Rasionalisasi:
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
43
– Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan
evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
– Untuk menjamin nutrisi adekuat/meningkatkan kalori total
– Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan
menyenangkan.
– Untuk mengurangi kebutuhan metabolic
– Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau
kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Masalah kesehatan dalam ruang lingkup maternitas dan anak sering terjadi di daerah pesisir dan
aliran sungai yaitu anemia, hipotensi ibu hamil, alergi, diare dan ispa. Banyak warga masyarakat
yang menganggap hal tersebut sepele. Terkadang masyarakat tidak melakukan pengobatan secara
intensif. Oleh karena itu kita sebagai perawat mengajak masyarakat untuk lebih peduli lagi
terhadap kesehatan baik itu dari diri sendiri maupun lingkungan.
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
44
b. Saran
Penulis menyarankan agar makalah ini bermanfaat dan sebagai perawat, kita bisa
mengetahui apa apa saja penyakit yang terjadi pada masyarakat daerah pesisir dan aliran
sungai terutama dalam ruang lingkup maternitas dan anak. Selain itu, perawat bisa
mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum terjadi penyakit tersebut serta
penanggulangan terhadap penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi Dr. Prof. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta
Biddulph, Jhon. 2002. Kesehatan Anak Untuk Perawat, Petugas Penyuluhan Kesehatan dan Bidan di Desa. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press
Daulay, Ridwan. 2008. Kendala Penanganan Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ). Medan: FK-USU
Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
45
Depkes RI. (2008). Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut Untuk Penanggulangan Pnemonia pada balita. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dharmage. (2009). Risk factor of acute lower tract infection in children under five years of age.
Medical Public Health.
Lamsidi, A. (2003). Hubungan Kondisi Kesehatan Lingkungan Pemondokan Dengan Kejadian
ISPA di Pondok Pesantren Sabilal Muhtadin Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir
Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Semarang : Skripsi tidak dipublikasikan.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Smeltzer, S & Bare, G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 3.
Jakarta : EGC.
SEAMIC. 2000. SEAMIC Health Statistic 2000. SEAMIC/IMFJ, Tokyo
WHO. 1986. The World Health Report 1985. WHO-Geneva
Masalah kesehatan Dalam Lingkup Maternitas Dan Anak: Anemia, Hipotensi Ibu Hamil, Alergi, Diare, Dan Ispa
46
top related