tpus getaran
Post on 02-Jul-2015
521 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modernisasi tekhnologi industry yang semakin maju menyebabkan semakin
luasnya pemaparan getaran mekanik, karena masalah getaran mekanik hampir
tidak dapat dipisahkan dari masalah tekhnologi mekanik yang merupakan faktor
penunjang utama industry. Saat ini banyak alat mekanik yang digunakan dalam
berbagai industry antara lain industry logam/perbengkelan, industry kayu,
industry tambang, industry pertanian industry bangunan dan angkutan. Paparan
getaran terhadap pekrja yang tersebar dalam berbagai industry merupakan masalh
yang harus mendapat perhatian khusus sebab akan berakibat menimbulkan
penyakit atau kecelakaan kerja.
Adapun getara yang dibutuhkan oleh manusia seperti getaran pada garpu
tala, getaran pada loud speaker dan juga getaran pada beberapa instrument (alat)
musik. Akan tetapi, pada banyak kasus, getaran tidak diinginkan kerena dapat
membuang energy, menimbulkan ketidaknyamanan, menghasilkan bunyi derau
(noise) dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan.
Selain dapat terjadi pada sistem mekanik dan sistem elektrik yang notabene
berskala kecil, getaran juga dapat terjadi pada struktur dengan skala yang sangat
besar seperti jembatan suspensi, gedung bertingkat tinggi maupun struktur ruang
angkasa. Dewasa ini, pembangunan struktur skala besar dengan bobot kecil
menjadi trend baru karena dapat mengurangi biaya dan energi. Akan tetapi, Efek
terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan
gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul
akibat pekerjaanya, karena semakin kecilnya rasio antara berat dan ukuran
struktur tersebut akan menyebabkan struktur lebih lentur sehingga menjadi sangat
sensitif terhadap masalah getaran.
Berdasarkan hal diatas maka dilakukan praktikum tentang pengukuran
getaran mekanik dengan alat vibration meter, hal ini dilakukan karena setiap
pekerjaan yang memakai mesin pasti menimbulkan getaran maka dari itu getaran
ini diukur dan disesuaikan dengan NAB (Nilai Ambang Batas).
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam pratikum ini adalah :
1. Mahasiswa mengenal metoda dan peralatan pengukuran getaran
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran getaran
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran getaran
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Karakteristik Getaran
a. Pengertian Getaran
Yang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang teratur dari
benda atau media dengan arah bolak–balik dari kedudukan
keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan
motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis (Sugeng Budiono,
2003:35). Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar sebuah titik (J.M.
Harrington,1996:187). Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh
getaran udara atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat
mekanis lainnya (J.F. Gabriel, 1996:96). Getaran merupakan efek suatu
sumber yang memakai satuan ukuran hertz (Depkes, 2003:21). Getaran
(vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang menjalar ke tubuh manusia,
mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh turut bergetar (oscilation)
akibat getaran peralatan mekanis yang dipergunakan dalam tempat kerja
(Emil Salim, 2002:253).
b. Jenis Getaran
Getaran karena gerakan udara, pengaruhnya terutama pada akustik
Menurut Gierke dan Nixon (1976) yang dikutip oleh J.F.
Gabriel (1996:96), getaran udara juga disebabkan oleh benda bergetar
dan diteruskan melalui udara sehingga akan mencapai telinga. Getaran
dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan menyebabkan gangguan
vestibulur yaitu gangguan orientasi, kehilangan keseimbangan, dan
mual-mual. Akan tetapi dapat menimbulkan nyeri pada telinga, nyeri
dada, dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.
Getaran karena getaran mekanis, mengakibatkan resonansi atau turut
bergetarnya alat-alat tubuh.
Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2000:87) yang dikutip oleh
Arief Budiono Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-
getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari
getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat
yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Getaran mekanis dapat
dibedakan berdasarkan pajanannya. Terdapat dua bentuk yaitu getaran
seluruh badan dan getaran pada lengan dan tangan.
b. Sumber Getaran
Perkakas yang bergetar secara luas dipergunakan dalam industri
logam, perakitan kapal, dan otomotif, juga dipertambangan, kehutanan,
dan pekerjaan konstruksi. Perkakas yang paling banyak digunakan
adalah: bor pneumatik, alatalat ini menghasilkan getaran mekanik
dengan ciri fisik dan efeknya merugikan yang berbeda (Wijaya C ,
1995:174). Pada perum perhutani sumber getaran yang ada pada
peralatan seperti band resaw, cross cut, log band saw, planer, band saw,
double cross cut, dan spindel moulder.
B. Klasifikasi Getaran Mekanis
a. Getaran Seluruh Tubuh
Getaran pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration)
yaitu terjadi getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau
sedang berdiri dimana landasanya yang menimbulkan getaran. Biasanya
frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz (Emil Salim, 2002:253).
Getaran seperti ini biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan seperti :
traktor, bus, helikopter, atau bahkan kapal. Efek pada organ tertentu
bergantung pada resonansi alamiah organ tersebut : dada (3-6 Hz),
kepala (20-30 Hz), rahang (100-150 Hz), dan seterusnya.
Disamping rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh goyangan
organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek
jangka lama yang menimbulkan osteoarthritis tulang belakang (J.M.
Harrington, 2003:187-188). Menambahnya tonus otot-otot oleh karena
getaran dibawah frekuensi 20 Hz menjadi sebab kelelahan. Kontraksi
statis ini menyebabkan penimbunan asam laktat dalam alat-alat dengan
bertambahnya panjang waktu reaksi. Rasa tidak enak menjadi sebab
kurangnya perhatian. Rangsangan-rangsangan pada system retikuler di
otak menjadi sebab mabuk. Sebaliknya, frekuensi diatas 20 Hz
menyebabkan pengenduran otot. Lain dari itu getaran-getaran frekuensi
tinggi 30-50 Hz digunakan dalam kedokteran olah raga untuk
memulihkan otot sesudah kontraksi luar biasa (Suma’mur, 1996:78).
Badan merupakan susunan elastis yang komplek dengan tulang
sebagai penyokong alat-alat dan landasan kekuatan serta kerja otot.
Kerangka, alat-alat, urat, dan otot memiliki sifat elastis yang bekerja
secara serentak sebagai peredam dan penghantar getaran. Pengaruh
getaran terhadap tubuh ditentukan sekali oleh posisi tubuh atau sikap
kerja (J.F. Gabriel, 1996:97). Menurut Emil Salim (2002:253) yang
dikutip Arief Budiono menyebutkan getaran pada seluruh tubuh atau
umumnya (Whole Body Vibration) yaitu terjadi getaran pada tubuh
pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang berdiri tetapi
landasannya bergetar.
b. Getaran Tangan Lengan
Menurut Emil Salim (2002:253) yang dikutip Arief Budiono
menyebutkan Getaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui
tangan akibat pemakaian peralatan yang bergetar, frekuensinya biasnya
antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz,
karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini
berbahaya pada pekerjaan seperti :
1.Operator gergaji rantai
2. Tukang semprot, potong rumput
3. Gerinda,
4. Penempa palu.
Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan
patofisiologinya, efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan
(HVAS) yang terdiri atas:
1. Efek vaskuler-pemucatan pada episodik buku jari ujung
yang bertambah parah pada suhu dingin (Fenomena Raynoud).
2. Efek Neurologik buku jari ujung mengalami kesemutan dan
baal. Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat
bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah,
gangrene
Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut
disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak
berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan
menimbulkan kelainan pada tangan berupa:
1. Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini
mirip dengan Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari
anggota badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi
dan kelainan gizi. Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar
30-40 Hz.
2. Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang (J.F.Gabriel,
1996:97).
Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit
masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar.
Namun pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga
kapasitas kerja terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan
pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya
dibanding dengan hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan
sebagai mestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan
kanan yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang
berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari
kelingking, otototot interossea, dan fleksin dari jari-jari (Suma’mur,
1996:80).
C. NAB dan Baku Mutu Getaran
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. 51 tahun 1999
menyatakan bahwa NAB getaran untuk pemajanan lengan dan tangan yaitu
sebagai berikut:
Tabel 2.1 NAB Getaran untuk Pemajanan Lengan dan Tangan
NILAI AMBANG BATAS GETARAN UNTUK PEMAJANAN
LENGAN DAN TANGAN
JUMLAH WAKTU
PEMAJANAN PER HARI
KERJA
NILAI PERCEPATAN PADA
FREKUENSI DOMINAN
METER/DETIK
KUADRAT (m/s2 )Gram
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,4
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
Sedangkan nilai baku tingkat getaran diatur dalam suatu Surat Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/11/1996 adalah
batas maksimal tingkat getaran yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan
pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap
kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan.
Tabel 2.2 Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan
D. Alat dan Teknik Pengukuran Getaran pada Mesin
a. Alat Pengukur Getaran
Salah satunya adalah Vibration meter yang berbentuk kecil dan
ringan sehingga mudah dibawa dan dioperasikan dengan battery serta
dapat mengambil data getaran pada suatu mesin dengan cepat. Pada
umumnya terdiri dari sebuah probe, kabel dan meter untuk
menampilkan harga getaran. Alat ini juga dilengkapi dengan switch
selector untuk memilih parameter getaran yang akan diukur.
Vibration meter ini hanya membaca harga overall (besarnya level
getaran) tanpa memberikan informasi mengenai frekuensi dari getaran
tersebut. Pemakaian alat ini cukup mudah sehingga tidak diperlukan
seorang operator yang harus ahli dalam bidang getaran. Pada umumnya
alat ini digunakan untuk memonitor “trend getaran” dari suatu mesin.
Jika trend getaran suatu mesin menunjukkan kenaikan melebihi level
getaran yang diperbolehkan, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut
dengan menggunakan alat yang lebih lengkap (Anonim, 2009).
E. Pengendalian Getaran
Menurut Sugeng Budiono (2003:39), pengendalian getaran adalah
sebagai berikut :
a. Pengendalian Secara Teknis
1) Mengunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya
(dilengkapi dengan damping/peredam).
2) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat,
misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
3) Memelihara/merawat peralatan dengan baik.
Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberikan
pelumasan.
4) Meletakan peralatan dengan teratur.
Alat yang diletakan diatas meja yang tidak stabil dan kuat dapat
menimbulkan getaran di sekelilingnya.
5) Menggunakan remote kontrol
Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan
dari jauh.
b. Pengendalian Secara Administratif
Yaitu dengan cara mengatur waktu kerja, misalkan:
1) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang
ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah
seseorang, akan tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian C.
A B C A B C A B C
2) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang
berlaku.
c. Pengendalian Secara Medis
Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun
sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang
diambil adalah 2-3 tahun sekali.
d. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung
tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).
Efek-efek berbahaya dari paparan kerja terhadap getaran paling baik
dicegah dengan memperbaiki desain alat-alat yang bergetar tersebut,
dan pemakaian sarung tangan pelindung, Resiko dapat juga dikurangi
dengan memperpendek waktu paparan. Pemeriksaan sebelum
penempatan dan pemeriksaan berkala mempermudah pengenalan dini
individu-individu yang terutama rentan dan membantu mengurangi
meluasnya masalah (Wijaya C, 1995:175).
BAB III
CARA KERJA PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Vibration meter
2. Lembar pengukuran intensitas getaran
B. Cara Kerja
1. Dilakukan kalibrasi alat.
2. Dicek kondisi baterai, masih bagus atau perlu dilakukan pergantian.
3. Diletakkan alat pada badan mesin yang bergetar atau pada bagian mesin
yang langsung berhubungan dengan angota tubuh operator yang akan
diukur.
4. Ditekan tombol on kemudian Harm.
5. Dicatat setiap hasil pergerakan yang diperoleh dalam waktu satu detik
misalkan 10 dt, 20 dt, 30 dt,…., menit selanutnya dijumlahkan dan dirata-
ratakan hasilnya pada lembar/form data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No TK Terpajan Waktu
Penguku
ran
Intensitas getaran NAB Penilaian Keterangan
Perce
patan
(m/s2)
Kecepa
tan
(m/s)
gravita
si
1. Operator Mesin Tempa
- Usia 35 th
- Masa kerja 10 th
- Lama kerja 8 jam
- 40 jam per
minggu
10.40
WITA
8 m/s2 - - 4 m/s2 Tidak Normal Harus dilakukan
evaluasi
2. Operator Dum Truck
- Usia 30 th
- Masa kerja 5 th
- Lama kerja 8 jam
- 40 jam perminggu
10.40
WITA
6 m/s2 4 m/s2 Tidak Normal Harus dilakukan
evaluasi
4.2 Pembahasan
Dari hasil studi di atas dapat diketahui bahwa:
a. Kasus pada Operator Mesin Tempa
Pada kasus pertama Pekerja Operator Mesin Tempa terpapar getaran melebihi
standar NAB yaitu 4m/s2 selama kurang dari 8 jam, sementara dia bekerja
selama 8 jam dengan keterpaparan getaran 8 m/s2 bekerja setiap harinya. Hal
ini dikarenakan posisi pekerjaannya yang menghendaki dia terpapar getaran
setiap harinya.
Bila dikaji lebih jauh dapat diprediksikan pekerja tersebut akan terpapar
getaran jenis tool-hand vibration, jika pekerjaan ini dilakukan terus menerus
maka akan berdampak pada gangguan kesehatan seperti kelainan kerusakan
pada persendian tulang sedangkan pada efek vascular pemucatan episodic
pada kuku jari ujung yang bertambah parah saat suhu dingin (fenomen
raynand) dan efek neorologik-kuku jari ujung mengalami kesemutan total dan
baal. Gangguan lain juga dapat berupa gangguan kenikmatan dalam bekerja
karena adanya proses pembentukan asam laktat yang memicu kelelahan cepat
terjadi. Metabolisme dalam tubuh dan sel serta saraf ikut mengalami
perubahan yang cukup signifikan dilakukan oleh penderita yang terpapar.
Kemungkinan lain adalah adanya factor tambahan dari segi umur dimana
pekerja memiliki umur 35 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan
tubuh dalam merespon dan meregenerasi dapat mengalami penurunan jika
pekerjaan ini dilakukan secara terus menerus dengan intensitas pemaparan
yang relative lama.
b. Kasus pada Pekerja Operator Dump Truck
Pada studi kasus kedua Pekerja Operator Dump Truck terpapar getaran
melebihi standar NAB yaitu 4m/s2 selama kurang dari 8 jam, sementara dia
bekerja selama 8 jam dengan keterpaparan getaran 6 m/s2 bekerja setiap
harinya. Hal ini dikarenakan posisi pekerjaannya yang menghendaki dia
terpapar getaran setiap harinya.
Jika ditunjau lebih jauh dapat diprediksikan pekerja tersebut akan terpapar
getaran jenis whole body vibration hal ini akan menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan pada dada dan perut, bagian kepala dan rahang
sedangkan untuk jangka panjangnya pekerja akan mengalami osteoatritis pada
tulang belakang. Gangguan lain dapat juga brupa gangguan kenikmatan dalam
bekerja karena adanya proses pembentukan asam laktat yang memicu
kelelahan cepat terjadi. Metabolism dalam tubuh dan sel serta syaraf ikut
mengalami perubahan yang cukup signifikan dirasakan oleh penderita yang
terpapar.
Kemungkinan lain adalah adanya factor tambahan dari segi umur dimana
pekerja memiliki umur 35 tahun, hal ini mengindikasikan kemampuan tubuh
dalam merespondan meregenerasi telah mengalami penurunan.
Menurut Sugeng Budiono (2003:39), pengendalian getaran adalah
sebagai berikut :
a. Pengendalian Secara Teknis
1) Mengunakan peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya
(dilengkapi dengan damping/peredam).
2) Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan alat,
misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
3) Memelihara/merawat peralatan dengan baik.
Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberikan
pelumasan.
4) Meletakan peralatan dengan teratur.
Alat yang diletakan diatas meja yang tidak stabil dan kuat dapat
menimbulkan getaran di sekelilingnya.
5) Menggunakan remote kontrol
Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan
dari jauh.
b. Pengendalian Secara Administratif
Yaitu dengan cara mengatur waktu kerja, misalkan:
1) Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang
ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah
seseorang, akan tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian C.
A B C A B C A B C
2) Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang
berlaku.
c. Pengendalian Secara Medis
Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun
sekali. Sedangkan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang
diambil adalah 2-3 tahun sekali.
d. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung
tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).
Emil Salim. 2002. Green Company. Jakarta : PT Astra Internasional Tbk.
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta : EGC.
Harrington, J. M. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC.
Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Suma’mur, P. K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung.
Wijaya, C. 1995. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC.
top related