tinjauan yuridis penerapan sanksi pidana...
Post on 01-Dec-2020
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM
KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI
(PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg)
SKRIPSI
Diajukao Sebagai Syarat
Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum
Oleh:
Amelia Adnallsti
502013269
F A K U L T A S H U K U M
UNIYXRSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G
F A K U L T A S HUKUM
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Judul Skripsi: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI (PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Siis-TPK/2016/PN.PIg)
Kama
HIM
Program Studi
: Amelia Adnalisti
:50 2013 269
: Ilmu Hukum
Program Kckhususan : Hukum Pidana
(
Pembimbing RosmawatiSH.MH. A-
Penguji
Ketua
Anggota
Palembang, 21 Februari 2017
Khalisah Hayatuddin, SH., MHum.
IM-Solehldrus. S R . MS.
2. Hj. Fatimah Zuhro, S H . SpN.. M H
DISAHKAN O L E H
DEKAN F A K U L T A S H U K U M
UNTVERSITAS MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G
.Hum.
n
SUR.\T PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Amelia Adnalisti
NTM 50 2013 269
Program Studi Ilmu Hukum
Program Kekhususan Hukum Pidana
Menyatakan Bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul:
TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI (PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN,Plg)
Adalah bukan merupakan karya tulis orang Iain, sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk yang sudah kami sebutkan sumbernya.
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar, karai bersedia mendapatkan sanksi akademis.
Palembang,
Yang menyatakan,
111
Motto:
''Boleh Jadi Kamu Tidak Menyenangi Sesuatu, Padahal Itu Baik Bagimu,
Dan Boieh Jadi Kamu Menyukai Sesuatu, Padahal Itu Tidak Baik Bagimu.
Allah Maha Mengetahui, Sedang Kamu Tidak Mengetahui".
(QS. Al-Baqarah : 216)
Kupersembahkan Kepada;
• Kedua Orang Tuaku
MamaUUs
<* Seiuruh Keluargaku
Sahabat-Sahabatku
<* Almamaterku
IV
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI
(PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.PIg)
AMELIA ADNALISTI
Korupsi adalah masalah yang serius, yang dapat merugikan negara maupun masyarakatnya. Dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi ini tidaklah mudah, karena dalam upaya pemberantasannya masih sering terjadi disparitas pidana dalam hal penjatuhan hukumannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak pidana korupsi dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/PN.Plg, serta untuk mengetahui kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus yang dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif, karena penelitian ini ialah suatu penelitian yang bertujuan untuk memahami peraturan-peraturan hukum yang erat kaitannya dengan penerapan pidana dalam perkara korupsi dan melalui tinjauan terhadap putusan pengadilan dan dokumen-dokumen hakim. Dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah kemudian dianaiisis dihubungkan dengan permasalahan dan teori sehingga data yang diperoleh tersebut tersusun sistematis untuk memperoleh kesimpulan yang utuh dari apa yang telah diteliti dan dibahas.
Dari hasil penelitian yang telah diiakukan, diperoleh hasil bahwa penerapan sanksi pidana minimum dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/PN.Plg terhadap terdakwa diterapkan Pasal 3 yang mengatur mengenai ancaman pidana minimum sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Penerapan sanksi pidana minimum terhadap terdakwa ini didasarkan bahwa terdakwa telah mengembalikan kerugian keuangan negara sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Kemudian di dalam putusan tersebut, hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana minimum terhadap terdakwa sudah sesuai dan hakim pun tidak menyimpangi ketentuan yang telah ada dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidnan Kompsi.
Kata kunci: Penerapan Sanksi, Minimum Khusus, Tindak Pidana Korupsi
V
KATA PENGANTAR
Assalamu^alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah berkenan melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang. Skripsi ini berjudul
"TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS
PADA PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (PUTUSAN NOMOR :
33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg)".
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan Dosen
Pembimbing serta bantuan dari berbaga pihak yang semuanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu. Namun keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis
tidak melepaskan kemungkinan skripsi ini jauh dari kata sempuma. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh
karena itu penulis mohon maaf atas kekurangan yang ada, serta senantiasa
mengharapkan bimbingan dari Bapak/lbu sekalian.
Kesempatan yang baik ini penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap :
1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE., MM. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palembang beserta jajarannya;
2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang beserta jajarannya;
vt
3. Bapak/lbu Wakil Dekan, Bapak Nur Husni Emilson, SH., SpN., MH. selaku
Wakil Dekan 1, Ibu Khalisah Hayatuddin, SH., M.Hum. selaku Wakil Dekan
I I , Bapak Zulkifli Nawawi, SH., MH. selaku Wakil Dekan I I I , dan Ibu Ani
Aryati, S.Ag. selaku Wakil Dekan IV Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang;
4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH. selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang;
5. Ibu Rosmawati, SH., MH. selaku Pembimbing Skripsi Penulis yang dengan
pengetahuan dan kesabarannya telah memberikan bimbingan, masukan dan
pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
6. Ibu Yonani Hasyim, SH., MH. selaku Pembimbing Akademik penulis;
7. Seiuruh Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang yang telah banyak membantu dan memberikan
ilmu serta pengalaman berguna selama penulis menempuh pendidikan di
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;
8. Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;
9. Bapak Saiman, SH., MH. selaku Hakim Tipikor Pengadilan Negeri
Palembang yang telah membantu dan memberi pengetahuan kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini;
10. Kedua Orang Tuaku Achmad Zen Adnan dan Daiina Novawati yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis;
11. Paman Bibi ku, Lilis Romaita Adnan, SH., Drs. Mustari Adnan, SH., M . Dian
Alam Pura Adnan, SH., dan Nuraini Adnan. Serta sepupu-sepupuku, Miflah
vii
Tania, Mutia Radiana, Sakeena Ihramia, dan Megawati yang selalu
memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
12. Sahabatku Enti Firanti, Silvi Dwi Pujiastuti, Kiki Rizki, Lidya Sisca, Marinda
Tri Utami, Fiona Ade Fitri, Jusniarti, Dwi Novianti, dan Catur Puji Hastuti
yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Serta untuk teman-teman
seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya,
akhimya segala kritik dan saran penulis terima guna perbaikan dimasa mendatang.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Palembang, Januari 2017
Penulis,
Amelia Adnalisti
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN i i
HALAMAN ORISINAL SKRIPSI i i i
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
ABSTRAK V
K A T A PENGANTAR vi
DAFTAR ISI ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Ruang Lingkup dan Tujuan 8
D. Kerangka Konseptual 9
E. Metode Penelitian 10
F. Sistematika Penulisan 12
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA
A. Tindak Pidana 14
1. Pengertian Tindak Pidana 14
2. Unsur-Unsur Tindak Pidana 17
B. Pidana dan Pemidanaan 19
1. Pengertian Pidana 19
2. Jenis-Jenis Pidana 25
3. Teori Pemidanaan 31
C. Tindak Pidana Korupsi 33
1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi 33
2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Korupsi 35
ix
BAB in PEMBAHASAN A. Penerapan Sanksi Pidana Minimum Khusus
Dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg 39
B. Kesesuaian Penerapan Sanksi Pidana Minimum Yang Dijatuhkan Oleh Hakim Dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg 49
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 62
B. Saran 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
X
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila kita hendak membahas, memahami dan meninggikan Identitas
Nasional terkhusus tentang "Hakikat Bangsa dan Hakikat Negara", maka
hendaknya kita lebih menitik beratkan pada Unsur Negara, yaitu Unsur
Bangsa (masyarakat) dan Unsur Pemerintah. Kedua unsur tersebut merupakan
tatanan yang mau tak mau harus dibentuk sedemikian rupa agar terciptanya
tujuan Hakikat Bangsa dan Hakikat Negara yang makmur, adil dan sejahtera.
Untuk mencapai tujuan Hakikat Bangsa dan Hakikat Negara yang
makmur, adil dan sejahtera, maka salah satu faktor yang selalu menjadi
ganjalan adalah masalah korupsi. Korupsi sudah ada di tengah-tengah kita
sejak awal manusia mulai membentuk organisasi. Korupsi adalah bagian dari
kegiatan kolektif kita. Namun demikian, tidak berarti kita boleh bersikap acuh
tak acuh mengenai korupsi, karena korupsi merusak kehidupan ekonomi dan
landasan moral lata kehidupan kita.
Memang benar, sulit untuk melihat korupsi ada atau tidak, kama
korupsi berlangsung dalam selubung kerahasiaan. Bahkan hingga detik ini,
sebagian besar korupsi terjadi di sektor pemerintah. Oleh karena itu, kita harus
membangkitkan dorongan yang lebih kuat dalam diri kita masing - masing
untuk membasmi korupsi. Meskipun pemerintah sudah membentuk sebuah
organisasi yang bertujuan besar untuk membebaskan Negara kita ini dari
1
2
kasus korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), namun
kenyataanya korupsi masih saja merajalela di negeri kita.
Korupsi selalu mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Ha! ini dapat
dimaklumi karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh
korupsi. Berbagai dampak negatif tersebut dapat berpengaruh terhadap
eksistensi Bangsa dan Negara. Adapun berbagai dampak tersebut, antara lain:
1. Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi;
2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan
yang berkualitas;
3. Korupsi memperlemah aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan
nepotisme;
4. Korupsi menyebabkan lumpuhnya keuangan negara atau ekonomi Negara;
5. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam
menjalankan program pembangunan sehingga kualitas pelayanan
pemerintah terhadap masyarakat mengalami penurunan;
6. Tingginya angka korupsi juga akan memperburuk layanan kesehatan dan
pendidikan. Konsekuensinya, angka anak putus sekolah dan kematian bayi
mengalami peningkatan;
7. Korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan;
8. Korupsi juga berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak baik
individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan
ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan, korupsi
3
juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap
sesama.
Melihat berbagai fakta dan dampak korupsi diatas, maka dari itu
tidaklah salah apabila penegakan hukum yang paling ditunggu oleh
masyarakat pada saat ini adalah penegakan hukum tindak pidana korupsi.
Adanya tuntutan dari masyarakat untuk dilakukanya upaya pemberantasan
korupsi menunjukkan adanya masalah penegakan hukum di negeri ini. Karena
korupsi merupakan bentuk perbuatan melawan hukum yang merugikan negara
dan masyarakat.
Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
ditegaskan bahwa korupsi di Indonesia telah terjadi secara sistematik dan
meluas tidak saja menimbulkan kerugian Negara, tetapi juga telah merugikan
hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.
Masalah korupsi merupakan masalah yang serius dan penegakannya
tidak mudah. Dalam upaya pemberantasan korupsi, penjatuhan pidana penjara
merupakan jenis pidana yang umumnya dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku
korupsi. penjatuhan pidana penjara diiakukan sebagai jawaban terakhir untuk
memberantas kejahatan.
Berdasarkan pendapat Roeslan Saleh yang mengatakan bahwa,'
"Pidana adalah sanksi atas delik yang banyak berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpahkan negara pada pembuat delik"
Bahwa untuk penjatuhan pidana pada delik-delik tertentu, manakah
yang harus lebih diprioritaskan antara kepentingan kepastian hukum di satu
' Banibang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, ha) 9
4
pihak ataukah kepentingan keadilan di lain pihak. Demikian juga, manakah
yang harus diprioritaskan antara kepentingan perlindungan masyarakat di satu
pihak, dengan kepentingan pembinaan individu pelaku tindak pidana di lain
pihak. Hal ini merupakan reaksi dan sikap kritis terhadap beragamnya kasus
pidana yang sudah diputuskan oleh lembaga peradilan terhadap perkara-
perkara tindak pidana. Tampak luar dari persoalan tersebut adalah munculnya
wacana disparitas pidana (disparity of sentencing) di antara delik-delik
tersebut.
Adanya fakta disparitas pidana yang sangat mencolok untuk delik-
delik yang secara hakiki tidak berbeda kualitasnya, dan adanya keinginan
untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya standar
minimal objektif untuk delik-delik tertentu yang sangat dicela dan merugikan
atau membahayakan masyarakat dan negara, serta demi untuk lebih
mengefektifkan pengaruh prevensi umum (generalprevention) terhadap delik-
delik tertentu yang dipandang membahayakan dan meresahkan masyarakat,
maka lembaga undang-undang kemudian menentukan, bahwa untuk delik-
delik tertentu tersebut, di samping ada pidana maksimum khususnya, juga
sekaligus ditentukan pidana minimum khususnya.
Mencermati perundang-undangan pidana di luar KUHP yang
mencantumkan pidana minimum khusus di dalam rumusan deliknya, maka
hanya sedikit yang menyertainya dengan aturan atau pedoman pemidanaan
untuk operasionalisasi pidana minimum khusus tersebut. Jumlah yang sedikit
tersebut diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
5
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pasal 12A menyatakan, bahwa pidana minimum khusus tidak
dapat diberlakukan untuk tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp
5.000.000,- (lima juta rupiah).
Pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
diatur batas hukuman minimal dan batas hukuman pidana maksimalnya,
sehingga mencegah hakim menjatuhkan putusan yang dirasa tidak adil. Dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia sangat banyak terjadi
ketidakadilan terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa tindak
pidana korupsi, hal ini disebabkan karena adanya perumusan aturan hukuman
minimum yang bilamana dipikir sangatlah tidak adil. Dalam rumusan Pasal 2
dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 yang sudah dirubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, walaupun sudah terjadi perubahan dalam Undang-
Undang ini, namun dalam hal pengaturan hukuman minimalnya (straf
minimum rule) tetap pada rumusan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999.
Pasal 2 ayat (1):
"Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)".
6
Pasal 3 berbunyi:
"Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)"
Pidana dalam kedua pasal tersebut berbeda dengan prinsip-prinsip
yang umum yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan pidana umum yang
sudah belaku di Indonesia, dalam Pasal 2 ayat (1), Undang-Undang tersebut
adalah adanya larangan bagi setiap orang dengan tidak memandang apakah ia
dalam posisi menduduki suatu jabatan tertentu, atau sedang memiliki suatu
kewenangan tertentu jika ia terbukti melakukan perbuatan memperkaya kaya
diri sendiri atau orang lain, atau koorporasi yang dapat merugikan keuangan
Negara maka ia dapat dipidana, dengan Pidana Penjara sekurang-kurangnya 4
(empat) tahun. Sementara dalam Pasal 3 yang memuat adanya unsur
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan, hanya dipidana dengan Pidana Penjara sekurang-kurangnya
selama 1 (satu) tahun. Sanksi pidana minimum khusus yang diharapkan dapat
mengurangi disparitas pidana dan menjamin perlindungan terhadap hak-hak
terdakwa temyata antara teori dan realitasnya sangat jauh berbeda, dalam
beberapa kasus korupsi disparitas pidana masih sering terjadi.
Dalam penerapan sanksi pidana minimum khusus terhadap tedakwa
korupsi masih sering tumpang tindih terkait lamanya hukuman maupun
7
besamya denda yang dijatuhkan. Selain itu dari aspek pelindungan hukum
masih terdapat ketidakadilan {diskriminasi).
Berdasarkan latar belakang tersebut, jelas di sini masih sering terjadi
disparitas pidana terkait dengan sanksi pidana minimum khusus yang
dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku kejahatan. Di sini terlihat belum adanya
pola pemidanaan yang jelas bagi hakim dalam menjatuhkan vonis (sanksi
pidana), sehingga dengan perbedaan vonis tersebut dapat dikatakan
perlindungan hak-hak asasi bagi pelaku kejahatan tidak mempunyai standar
yang jelas.
Dengan uraian tersebut di atas, penulis ingin menyusun skripsi yang
berjudul "Tinjauan Yuridis Penerapan Sanksi Pidana Minimum Khusus
Pada Pelaku Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor: 33/Pid.Sus-
TPK/2016/PN.PIg)".
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul skripsi yaitu, "Tinjauan Yuridis Penerapan
Sanksi Pidana Minimum Khusus Pada Pelaku Tindak Pidana Korupsi
(Putusan Nomor: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.PIg)". Maka dapat dirumuskan
beberapa pokok masalah yang akan dibahas, rumusan masalah dalam skripsi
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak
pidana korupsi dalam Putusan Nomor: 33/Pid.Sus-TPK/20i6/PN.Plg?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus yang
dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-
8
TPK/2016/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, sehingga sejalan
dengan permasalahan yang dibahas, maka yang menjadi titik berat
pembahasan dalam penelitian ini ialah pada penerpan sanksi pidana minimum
khusus pada pelaku tindak pidana korupsi.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku
tindak pidana korupsi dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-
TPKy2016/PN.Plg;
2. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus
dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-
TPK/2016/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat
akademik guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
9
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti.^
Maka dari itu penulis akan menguraikan pengertian-pengertian dari
judul skripsi yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Tinjauan yuridis adalah tinjauan dari segi hukum.
2. Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan
menerapkan, proses cara.̂
3. Sanksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggungan
(tindakan, hukuman).
4. Pidana minimum khusus adalah ancaman pidana dengan adanya
pembatasan terhadap masa hukuman minimum dengan waktu tertentu.''
5. Pelaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
melakukan suatu perbuatan.
6. Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan
yang dilarang dan diancam dengan pidana.^
7. Korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, ketidakjujuran,
dapat di suap, dan suatu penyimpangan. Korupsi merupakan gejala
masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan
^Soerjono Soekanto, 2007, Pengcmtar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (Ul-Press), hal 132.
^Bambang Marhijanto, 1999, Kamus I.engkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Terbit terang ''https://lib. atmajaya.ac.id. diakses padaKamis, 13 Oktober 2016 14:05 ^Rianda Riviyusnita dan Jauhariah, 2013, Pembaharuan Hukum Pidana, Palembang:
Unsri Press, hal 47.
10
bahwa hampir tiap negara dihadapkan pada masalah korupsi. Tidak
berlebihan jika pengertian korupsi selalu berkembang dan berubah sesuai
dengan perubahan zaman. Bagaimana cara penanggulangannya demikian
pula berkembang.^
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu
suatu penelitian untuk memahami peraturan-peraturan hukum yang erat
kaitannya dengan penerapan pidana dalam perkara korupsi dan melalui
tinjauan terhadap putusan pengadilan dan dokumen-dokumen hakim.
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti untuk kepentingan
identifikasi dan analisa akan dilaksanakan pengumpulan data dengan
mengadakan penelitian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palembang.
3. Jenis Data
a. Bahan Hukum Primer
Pengumpulan data Primer diiakukan dengan cara mengkaji Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
^Mariiman Prodjohamidjojo. 2001, Pemrapan Pembuklian Terbalik Dalam Delik Korupsi (ill I No. 3! Tahun 1999), Jakarta: Mandar Maju, hai 7
11
b. Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum
primer, yaitu mencakup literatur, jumal, artikel, karya ilmiah, dan
bahan tertulis lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti serta
dokumentasi resmi institusional instansi atau lembaga dimana
penelitian ini diiakukan yaitu di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Palembang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu tinjauan
yuridis penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak
pidana korupsi (Putusan Nomor; 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg).
c. Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedi,
majalah, surat kabar, internet, dan sebagainya yang dapat menunjang
dan digunakan dalam penelitian ini.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Kepustakaan
Dalam hal ini diiakukan dalam pengumpulan, pengkajian, dan
pengolahan secara sistematis terhadap literatur, peraturan perundang-
undangan maupun karya ilmiah sebagai penunjang teori dalam
penulisan serta pembahasan hasil penelitian.
b. Studi Dokumentasi
Yaitu dengan mengkaji berbagai dokumen resmi institusional yang
berupa putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palembang.
12
5. Metode Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah kemudian dianaiisis secara kualitatif
dihubungkan dengan permasalahan dan teori yang relevan, sehingga data
yang diperoleh tersebut bersifat deskriptif yaitu data yang tersusun dalam
bentuk kalimat terarah dan sistematis untuk memperoleh gambaran
kesimpulan yang utuh dari apa yang telah diteliti dan dibahas.
F . Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan disusun dalam format empat bab untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang akan diuraikan
dalam skripsi ini. Dengan demikian, susunan sistematis penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Ruang Lingkup dan Tujuan, Kerangka Konseptual,
Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, serta
Sisematika Penulisan.
BAB I I TINJAUAN PUSTAKA
Disini akan dijelaskan mengenai Tinjauan Pustaka yang meliputi
pembahasan mengenai Tindak Pidana, Pidana dan Pemidanaan,
serta mengenai Tindak Pidana Korupsi.
BAB III PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan memuat mengenai uraian tentang hasil
penelitian dan pembahasan mengenai penerapan sanksi pidana
13
minimum khusus pada pelaku tindak pidana korupsi dalam Putusan
Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg, serta akan menganalisa
mengenai kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus
yang dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-
TPK/2016/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999
jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab ini akan berisi kesimpulan dan saran.
64
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung; Citra Aditya Bakti
Amir Ilyas. 2012. Asas-asas Hukian Pidana. Yogyakarta: Rangkang Education & PuKAP-Indonesia
Andi Hamzah. 1986. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia: dari Retribusi ke Reformasi. Jakarta: Pradnya Paramita
Bambang Marhijanto. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit terang
Bambang Waluyo. 2000. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika
Hanafi Amrani dan Mahrus Al i . 2015. Sistem Pertanggunjawaban Pidana: Perkemhangan dan Penerapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Helwi Danil. 2014. Korupsi: Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Leden Marpaung. 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika
M . Rasyid Ariman dan M . Fahmi Raghib. 2013. Hukum Pidana Fundamental. Palembang: Unsri Press
Martiman Prodjohamidjojo. 2001. Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi (UUNo. 31 Tahun 1999). Jakarta: Mandar Maju
Mustafa Abdullah & Ruben Achmad. 1983. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghaiia Indonesia
Rianda Riviyusnita & Jauhariah. 2013. Pembaharuan Hukum Pidana. Palembang: Unsri Press
Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia (Ul-Press)
Surachmin & Suhadi Cahaya. 2011. Strategi dan Teknik Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika
Zamhari Abidin. 1986. Pengertian dan Asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghaiia Indonesia
65
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg
C . Website
Dinasto Cahyo Oetomo. Penerapan Sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak pidana korupsi. dalam http://www.eprints.ums.ac.id. diakses Selasa, 27 September 2016 16:17.
https://lib.atmajava.ac.id. diakses padaKamis, 13 Oktober 2016 14:05.
top related