tinjauan yuridis penerapan sanksi pidana...

25
TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS PADA PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg) SKRIPSI Diajukao Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh: Amelia Adnallsti 502013269 FAKULTAS HUKUM UNIYXRSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2017

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM

KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI

(PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg)

SKRIPSI

Diajukao Sebagai Syarat

Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

Oleh:

Amelia Adnallsti

502013269

F A K U L T A S H U K U M

UNIYXRSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

2017

Page 2: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G

F A K U L T A S HUKUM

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Judul Skripsi: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI (PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Siis-TPK/2016/PN.PIg)

Kama

HIM

Program Studi

: Amelia Adnalisti

:50 2013 269

: Ilmu Hukum

Program Kckhususan : Hukum Pidana

(

Pembimbing RosmawatiSH.MH. A-

Penguji

Ketua

Anggota

Palembang, 21 Februari 2017

Khalisah Hayatuddin, SH., MHum.

IM-Solehldrus. S R . MS.

2. Hj. Fatimah Zuhro, S H . SpN.. M H

DISAHKAN O L E H

DEKAN F A K U L T A S H U K U M

UNTVERSITAS MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G

.Hum.

n

Page 3: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

SUR.\T PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Amelia Adnalisti

NTM 50 2013 269

Program Studi Ilmu Hukum

Program Kekhususan Hukum Pidana

Menyatakan Bahwa karya ilmiah / skripsi saya yang berjudul:

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI (PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN,Plg)

Adalah bukan merupakan karya tulis orang Iain, sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk yang sudah kami sebutkan sumbernya.

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan apabila pemyataan ini tidak benar, karai bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Palembang,

Yang menyatakan,

111

Page 4: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

Motto:

''Boleh Jadi Kamu Tidak Menyenangi Sesuatu, Padahal Itu Baik Bagimu,

Dan Boieh Jadi Kamu Menyukai Sesuatu, Padahal Itu Tidak Baik Bagimu.

Allah Maha Mengetahui, Sedang Kamu Tidak Mengetahui".

(QS. Al-Baqarah : 216)

Kupersembahkan Kepada;

• Kedua Orang Tuaku

MamaUUs

<* Seiuruh Keluargaku

Sahabat-Sahabatku

<* Almamaterku

IV

Page 5: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS PADA P E L A K U TINDAK PIDANA KORUPSI

(PUTUSAN NOMOR: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.PIg)

AMELIA ADNALISTI

Korupsi adalah masalah yang serius, yang dapat merugikan negara maupun masyarakatnya. Dalam penegakan hukum tindak pidana korupsi ini tidaklah mudah, karena dalam upaya pemberantasannya masih sering terjadi disparitas pidana dalam hal penjatuhan hukumannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak pidana korupsi dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/PN.Plg, serta untuk mengetahui kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus yang dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif, karena penelitian ini ialah suatu penelitian yang bertujuan untuk memahami peraturan-peraturan hukum yang erat kaitannya dengan penerapan pidana dalam perkara korupsi dan melalui tinjauan terhadap putusan pengadilan dan dokumen-dokumen hakim. Dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah kemudian dianaiisis dihubungkan dengan permasalahan dan teori sehingga data yang diperoleh tersebut tersusun sistematis untuk memperoleh kesimpulan yang utuh dari apa yang telah diteliti dan dibahas.

Dari hasil penelitian yang telah diiakukan, diperoleh hasil bahwa penerapan sanksi pidana minimum dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/PN.Plg terhadap terdakwa diterapkan Pasal 3 yang mengatur mengenai ancaman pidana minimum sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Penerapan sanksi pidana minimum terhadap terdakwa ini didasarkan bahwa terdakwa telah mengembalikan kerugian keuangan negara sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Kemudian di dalam putusan tersebut, hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana minimum terhadap terdakwa sudah sesuai dan hakim pun tidak menyimpangi ketentuan yang telah ada dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidnan Kompsi.

Kata kunci: Penerapan Sanksi, Minimum Khusus, Tindak Pidana Korupsi

V

Page 6: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

KATA PENGANTAR

Assalamu^alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT Yang

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah berkenan melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan

skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Sarjana Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang. Skripsi ini berjudul

"TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA MINIMUM KHUSUS

PADA PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (PUTUSAN NOMOR :

33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg)".

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan Dosen

Pembimbing serta bantuan dari berbaga pihak yang semuanya tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Namun keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis

tidak melepaskan kemungkinan skripsi ini jauh dari kata sempuma. Penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh

karena itu penulis mohon maaf atas kekurangan yang ada, serta senantiasa

mengharapkan bimbingan dari Bapak/lbu sekalian.

Kesempatan yang baik ini penulis ucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan, khususnya terhadap :

1. Bapak Dr. Abid Djazuli, SE., MM. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang beserta jajarannya;

2. Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang beserta jajarannya;

vt

Page 7: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

3. Bapak/lbu Wakil Dekan, Bapak Nur Husni Emilson, SH., SpN., MH. selaku

Wakil Dekan 1, Ibu Khalisah Hayatuddin, SH., M.Hum. selaku Wakil Dekan

I I , Bapak Zulkifli Nawawi, SH., MH. selaku Wakil Dekan I I I , dan Ibu Ani

Aryati, S.Ag. selaku Wakil Dekan IV Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang;

4. Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH. selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang;

5. Ibu Rosmawati, SH., MH. selaku Pembimbing Skripsi Penulis yang dengan

pengetahuan dan kesabarannya telah memberikan bimbingan, masukan dan

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

6. Ibu Yonani Hasyim, SH., MH. selaku Pembimbing Akademik penulis;

7. Seiuruh Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang yang telah banyak membantu dan memberikan

ilmu serta pengalaman berguna selama penulis menempuh pendidikan di

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;

8. Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang;

9. Bapak Saiman, SH., MH. selaku Hakim Tipikor Pengadilan Negeri

Palembang yang telah membantu dan memberi pengetahuan kepada penulis

dalam penulisan skripsi ini;

10. Kedua Orang Tuaku Achmad Zen Adnan dan Daiina Novawati yang selalu

mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis;

11. Paman Bibi ku, Lilis Romaita Adnan, SH., Drs. Mustari Adnan, SH., M . Dian

Alam Pura Adnan, SH., dan Nuraini Adnan. Serta sepupu-sepupuku, Miflah

vii

Page 8: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

Tania, Mutia Radiana, Sakeena Ihramia, dan Megawati yang selalu

memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

12. Sahabatku Enti Firanti, Silvi Dwi Pujiastuti, Kiki Rizki, Lidya Sisca, Marinda

Tri Utami, Fiona Ade Fitri, Jusniarti, Dwi Novianti, dan Catur Puji Hastuti

yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Serta untuk teman-teman

seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya,

akhimya segala kritik dan saran penulis terima guna perbaikan dimasa mendatang.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Palembang, Januari 2017

Penulis,

Amelia Adnalisti

viii

Page 9: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN i i

HALAMAN ORISINAL SKRIPSI i i i

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv

ABSTRAK V

K A T A PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 7

C. Ruang Lingkup dan Tujuan 8

D. Kerangka Konseptual 9

E. Metode Penelitian 10

F. Sistematika Penulisan 12

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindak Pidana 14

1. Pengertian Tindak Pidana 14

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana 17

B. Pidana dan Pemidanaan 19

1. Pengertian Pidana 19

2. Jenis-Jenis Pidana 25

3. Teori Pemidanaan 31

C. Tindak Pidana Korupsi 33

1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi 33

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana Korupsi 35

ix

Page 10: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

BAB in PEMBAHASAN A. Penerapan Sanksi Pidana Minimum Khusus

Dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg 39

B. Kesesuaian Penerapan Sanksi Pidana Minimum Yang Dijatuhkan Oleh Hakim Dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg 49

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 62

B. Saran 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

X

Page 11: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila kita hendak membahas, memahami dan meninggikan Identitas

Nasional terkhusus tentang "Hakikat Bangsa dan Hakikat Negara", maka

hendaknya kita lebih menitik beratkan pada Unsur Negara, yaitu Unsur

Bangsa (masyarakat) dan Unsur Pemerintah. Kedua unsur tersebut merupakan

tatanan yang mau tak mau harus dibentuk sedemikian rupa agar terciptanya

tujuan Hakikat Bangsa dan Hakikat Negara yang makmur, adil dan sejahtera.

Untuk mencapai tujuan Hakikat Bangsa dan Hakikat Negara yang

makmur, adil dan sejahtera, maka salah satu faktor yang selalu menjadi

ganjalan adalah masalah korupsi. Korupsi sudah ada di tengah-tengah kita

sejak awal manusia mulai membentuk organisasi. Korupsi adalah bagian dari

kegiatan kolektif kita. Namun demikian, tidak berarti kita boleh bersikap acuh

tak acuh mengenai korupsi, karena korupsi merusak kehidupan ekonomi dan

landasan moral lata kehidupan kita.

Memang benar, sulit untuk melihat korupsi ada atau tidak, kama

korupsi berlangsung dalam selubung kerahasiaan. Bahkan hingga detik ini,

sebagian besar korupsi terjadi di sektor pemerintah. Oleh karena itu, kita harus

membangkitkan dorongan yang lebih kuat dalam diri kita masing - masing

untuk membasmi korupsi. Meskipun pemerintah sudah membentuk sebuah

organisasi yang bertujuan besar untuk membebaskan Negara kita ini dari

1

Page 12: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

2

kasus korupsi yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), namun

kenyataanya korupsi masih saja merajalela di negeri kita.

Korupsi selalu mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Ha! ini dapat

dimaklumi karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh

korupsi. Berbagai dampak negatif tersebut dapat berpengaruh terhadap

eksistensi Bangsa dan Negara. Adapun berbagai dampak tersebut, antara lain:

1. Korupsi memperlemah investasi dan pertumbuhan ekonomi;

2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan

yang berkualitas;

3. Korupsi memperlemah aktivitas ekonomi, memunculkan inefisiensi, dan

nepotisme;

4. Korupsi menyebabkan lumpuhnya keuangan negara atau ekonomi Negara;

5. Korupsi melemahkan kapasitas dan kemampuan pemerintah dalam

menjalankan program pembangunan sehingga kualitas pelayanan

pemerintah terhadap masyarakat mengalami penurunan;

6. Tingginya angka korupsi juga akan memperburuk layanan kesehatan dan

pendidikan. Konsekuensinya, angka anak putus sekolah dan kematian bayi

mengalami peningkatan;

7. Korupsi akan menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan

kesenjangan pendapatan;

8. Korupsi juga berdampak pada penurunan kualitas moral dan akhlak baik

individual maupun masyarakat secara keseluruhan. Selain meningkatkan

ketamakan dan kerakusan terhadap penguasaan aset dan kekayaan, korupsi

Page 13: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

3

juga akan menyebabkan hilangnya sensitivitas dan kepedulian terhadap

sesama.

Melihat berbagai fakta dan dampak korupsi diatas, maka dari itu

tidaklah salah apabila penegakan hukum yang paling ditunggu oleh

masyarakat pada saat ini adalah penegakan hukum tindak pidana korupsi.

Adanya tuntutan dari masyarakat untuk dilakukanya upaya pemberantasan

korupsi menunjukkan adanya masalah penegakan hukum di negeri ini. Karena

korupsi merupakan bentuk perbuatan melawan hukum yang merugikan negara

dan masyarakat.

Menurut penjelasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001

ditegaskan bahwa korupsi di Indonesia telah terjadi secara sistematik dan

meluas tidak saja menimbulkan kerugian Negara, tetapi juga telah merugikan

hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.

Masalah korupsi merupakan masalah yang serius dan penegakannya

tidak mudah. Dalam upaya pemberantasan korupsi, penjatuhan pidana penjara

merupakan jenis pidana yang umumnya dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku

korupsi. penjatuhan pidana penjara diiakukan sebagai jawaban terakhir untuk

memberantas kejahatan.

Berdasarkan pendapat Roeslan Saleh yang mengatakan bahwa,'

"Pidana adalah sanksi atas delik yang banyak berwujud suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpahkan negara pada pembuat delik"

Bahwa untuk penjatuhan pidana pada delik-delik tertentu, manakah

yang harus lebih diprioritaskan antara kepentingan kepastian hukum di satu

' Banibang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta: Sinar Grafika, ha) 9

Page 14: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

4

pihak ataukah kepentingan keadilan di lain pihak. Demikian juga, manakah

yang harus diprioritaskan antara kepentingan perlindungan masyarakat di satu

pihak, dengan kepentingan pembinaan individu pelaku tindak pidana di lain

pihak. Hal ini merupakan reaksi dan sikap kritis terhadap beragamnya kasus

pidana yang sudah diputuskan oleh lembaga peradilan terhadap perkara-

perkara tindak pidana. Tampak luar dari persoalan tersebut adalah munculnya

wacana disparitas pidana (disparity of sentencing) di antara delik-delik

tersebut.

Adanya fakta disparitas pidana yang sangat mencolok untuk delik-

delik yang secara hakiki tidak berbeda kualitasnya, dan adanya keinginan

untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya standar

minimal objektif untuk delik-delik tertentu yang sangat dicela dan merugikan

atau membahayakan masyarakat dan negara, serta demi untuk lebih

mengefektifkan pengaruh prevensi umum (generalprevention) terhadap delik-

delik tertentu yang dipandang membahayakan dan meresahkan masyarakat,

maka lembaga undang-undang kemudian menentukan, bahwa untuk delik-

delik tertentu tersebut, di samping ada pidana maksimum khususnya, juga

sekaligus ditentukan pidana minimum khususnya.

Mencermati perundang-undangan pidana di luar KUHP yang

mencantumkan pidana minimum khusus di dalam rumusan deliknya, maka

hanya sedikit yang menyertainya dengan aturan atau pedoman pemidanaan

untuk operasionalisasi pidana minimum khusus tersebut. Jumlah yang sedikit

tersebut diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo

Page 15: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

5

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi. Pasal 12A menyatakan, bahwa pidana minimum khusus tidak

dapat diberlakukan untuk tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp

5.000.000,- (lima juta rupiah).

Pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

diatur batas hukuman minimal dan batas hukuman pidana maksimalnya,

sehingga mencegah hakim menjatuhkan putusan yang dirasa tidak adil. Dalam

pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia sangat banyak terjadi

ketidakadilan terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada terdakwa tindak

pidana korupsi, hal ini disebabkan karena adanya perumusan aturan hukuman

minimum yang bilamana dipikir sangatlah tidak adil. Dalam rumusan Pasal 2

dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 yang sudah dirubah

dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, walaupun sudah terjadi perubahan dalam Undang-

Undang ini, namun dalam hal pengaturan hukuman minimalnya (straf

minimum rule) tetap pada rumusan dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Pasal 2 ayat (1):

"Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjarapaling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)".

Page 16: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

6

Pasal 3 berbunyi:

"Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)"

Pidana dalam kedua pasal tersebut berbeda dengan prinsip-prinsip

yang umum yang terdapat dalam ketentuan-ketentuan pidana umum yang

sudah belaku di Indonesia, dalam Pasal 2 ayat (1), Undang-Undang tersebut

adalah adanya larangan bagi setiap orang dengan tidak memandang apakah ia

dalam posisi menduduki suatu jabatan tertentu, atau sedang memiliki suatu

kewenangan tertentu jika ia terbukti melakukan perbuatan memperkaya kaya

diri sendiri atau orang lain, atau koorporasi yang dapat merugikan keuangan

Negara maka ia dapat dipidana, dengan Pidana Penjara sekurang-kurangnya 4

(empat) tahun. Sementara dalam Pasal 3 yang memuat adanya unsur

menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya

karena jabatan, hanya dipidana dengan Pidana Penjara sekurang-kurangnya

selama 1 (satu) tahun. Sanksi pidana minimum khusus yang diharapkan dapat

mengurangi disparitas pidana dan menjamin perlindungan terhadap hak-hak

terdakwa temyata antara teori dan realitasnya sangat jauh berbeda, dalam

beberapa kasus korupsi disparitas pidana masih sering terjadi.

Dalam penerapan sanksi pidana minimum khusus terhadap tedakwa

korupsi masih sering tumpang tindih terkait lamanya hukuman maupun

Page 17: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

7

besamya denda yang dijatuhkan. Selain itu dari aspek pelindungan hukum

masih terdapat ketidakadilan {diskriminasi).

Berdasarkan latar belakang tersebut, jelas di sini masih sering terjadi

disparitas pidana terkait dengan sanksi pidana minimum khusus yang

dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku kejahatan. Di sini terlihat belum adanya

pola pemidanaan yang jelas bagi hakim dalam menjatuhkan vonis (sanksi

pidana), sehingga dengan perbedaan vonis tersebut dapat dikatakan

perlindungan hak-hak asasi bagi pelaku kejahatan tidak mempunyai standar

yang jelas.

Dengan uraian tersebut di atas, penulis ingin menyusun skripsi yang

berjudul "Tinjauan Yuridis Penerapan Sanksi Pidana Minimum Khusus

Pada Pelaku Tindak Pidana Korupsi (Putusan Nomor: 33/Pid.Sus-

TPK/2016/PN.PIg)".

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul skripsi yaitu, "Tinjauan Yuridis Penerapan

Sanksi Pidana Minimum Khusus Pada Pelaku Tindak Pidana Korupsi

(Putusan Nomor: 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.PIg)". Maka dapat dirumuskan

beberapa pokok masalah yang akan dibahas, rumusan masalah dalam skripsi

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak

pidana korupsi dalam Putusan Nomor: 33/Pid.Sus-TPK/20i6/PN.Plg?

2. Bagaimana kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus yang

dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-

Page 18: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

8

TPK/2016/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, sehingga sejalan

dengan permasalahan yang dibahas, maka yang menjadi titik berat

pembahasan dalam penelitian ini ialah pada penerpan sanksi pidana minimum

khusus pada pelaku tindak pidana korupsi.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku

tindak pidana korupsi dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-

TPKy2016/PN.Plg;

2. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus

dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor 33/Pid.Sus-

TPK/2016/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat

akademik guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang.

Page 19: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

9

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti.^

Maka dari itu penulis akan menguraikan pengertian-pengertian dari

judul skripsi yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Tinjauan yuridis adalah tinjauan dari segi hukum.

2. Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan

menerapkan, proses cara.̂

3. Sanksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggungan

(tindakan, hukuman).

4. Pidana minimum khusus adalah ancaman pidana dengan adanya

pembatasan terhadap masa hukuman minimum dengan waktu tertentu.''

5. Pelaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang

melakukan suatu perbuatan.

6. Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu

yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan

yang dilarang dan diancam dengan pidana.^

7. Korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, ketidakjujuran,

dapat di suap, dan suatu penyimpangan. Korupsi merupakan gejala

masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan

^Soerjono Soekanto, 2007, Pengcmtar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (Ul-Press), hal 132.

^Bambang Marhijanto, 1999, Kamus I.engkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Terbit terang ''https://lib. atmajaya.ac.id. diakses padaKamis, 13 Oktober 2016 14:05 ^Rianda Riviyusnita dan Jauhariah, 2013, Pembaharuan Hukum Pidana, Palembang:

Unsri Press, hal 47.

Page 20: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

10

bahwa hampir tiap negara dihadapkan pada masalah korupsi. Tidak

berlebihan jika pengertian korupsi selalu berkembang dan berubah sesuai

dengan perubahan zaman. Bagaimana cara penanggulangannya demikian

pula berkembang.^

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif yaitu

suatu penelitian untuk memahami peraturan-peraturan hukum yang erat

kaitannya dengan penerapan pidana dalam perkara korupsi dan melalui

tinjauan terhadap putusan pengadilan dan dokumen-dokumen hakim.

2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian yang dipilih oleh peneliti untuk kepentingan

identifikasi dan analisa akan dilaksanakan pengumpulan data dengan

mengadakan penelitian di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palembang.

3. Jenis Data

a. Bahan Hukum Primer

Pengumpulan data Primer diiakukan dengan cara mengkaji Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

^Mariiman Prodjohamidjojo. 2001, Pemrapan Pembuklian Terbalik Dalam Delik Korupsi (ill I No. 3! Tahun 1999), Jakarta: Mandar Maju, hai 7

Page 21: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

11

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum

primer, yaitu mencakup literatur, jumal, artikel, karya ilmiah, dan

bahan tertulis lainnya yang terkait dengan masalah yang diteliti serta

dokumentasi resmi institusional instansi atau lembaga dimana

penelitian ini diiakukan yaitu di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi

Palembang yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu tinjauan

yuridis penerapan sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak

pidana korupsi (Putusan Nomor; 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg).

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedi,

majalah, surat kabar, internet, dan sebagainya yang dapat menunjang

dan digunakan dalam penelitian ini.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Studi Kepustakaan

Dalam hal ini diiakukan dalam pengumpulan, pengkajian, dan

pengolahan secara sistematis terhadap literatur, peraturan perundang-

undangan maupun karya ilmiah sebagai penunjang teori dalam

penulisan serta pembahasan hasil penelitian.

b. Studi Dokumentasi

Yaitu dengan mengkaji berbagai dokumen resmi institusional yang

berupa putusan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palembang.

Page 22: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

12

5. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah kemudian dianaiisis secara kualitatif

dihubungkan dengan permasalahan dan teori yang relevan, sehingga data

yang diperoleh tersebut bersifat deskriptif yaitu data yang tersusun dalam

bentuk kalimat terarah dan sistematis untuk memperoleh gambaran

kesimpulan yang utuh dari apa yang telah diteliti dan dibahas.

F . Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini akan disusun dalam format empat bab untuk

mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang akan diuraikan

dalam skripsi ini. Dengan demikian, susunan sistematis penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang, Rumusan

Masalah, Ruang Lingkup dan Tujuan, Kerangka Konseptual,

Metode Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, serta

Sisematika Penulisan.

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

Disini akan dijelaskan mengenai Tinjauan Pustaka yang meliputi

pembahasan mengenai Tindak Pidana, Pidana dan Pemidanaan,

serta mengenai Tindak Pidana Korupsi.

BAB III PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan memuat mengenai uraian tentang hasil

penelitian dan pembahasan mengenai penerapan sanksi pidana

Page 23: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

13

minimum khusus pada pelaku tindak pidana korupsi dalam Putusan

Nomor : 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg, serta akan menganalisa

mengenai kesesuaian penerapan sanksi pidana minimum khusus

yang dijatuhkan oleh hakim dalam Putusan Nomor : 33/Pid.Sus-

TPK/2016/PN.Plg dengan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999

jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini akan berisi kesimpulan dan saran.

Page 24: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

64

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung; Citra Aditya Bakti

Amir Ilyas. 2012. Asas-asas Hukian Pidana. Yogyakarta: Rangkang Education & PuKAP-Indonesia

Andi Hamzah. 1986. Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia: dari Retribusi ke Reformasi. Jakarta: Pradnya Paramita

Bambang Marhijanto. 1999. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Terbit terang

Bambang Waluyo. 2000. Pidana dan Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika

Hanafi Amrani dan Mahrus Al i . 2015. Sistem Pertanggunjawaban Pidana: Perkemhangan dan Penerapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Helwi Danil. 2014. Korupsi: Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Leden Marpaung. 2005. Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana. Jakarta: Sinar Grafika

M . Rasyid Ariman dan M . Fahmi Raghib. 2013. Hukum Pidana Fundamental. Palembang: Unsri Press

Martiman Prodjohamidjojo. 2001. Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi (UUNo. 31 Tahun 1999). Jakarta: Mandar Maju

Mustafa Abdullah & Ruben Achmad. 1983. Intisari Hukum Pidana. Jakarta: Ghaiia Indonesia

Rianda Riviyusnita & Jauhariah. 2013. Pembaharuan Hukum Pidana. Palembang: Unsri Press

Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia (Ul-Press)

Surachmin & Suhadi Cahaya. 2011. Strategi dan Teknik Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika

Zamhari Abidin. 1986. Pengertian dan Asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghaiia Indonesia

Page 25: TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN SANKSI PIDANA ...repository.um-palembang.ac.id/id/eprint/364/1/502013269...2. Korupsi merintangi akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan yang

65

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 33/Pid.Sus-TPK/2016/PN.Plg

C . Website

Dinasto Cahyo Oetomo. Penerapan Sanksi pidana minimum khusus pada pelaku tindak pidana korupsi. dalam http://www.eprints.ums.ac.id. diakses Selasa, 27 September 2016 16:17.

https://lib.atmajava.ac.id. diakses padaKamis, 13 Oktober 2016 14:05.