terobosan edisi reguler 364

Upload: azhari-terobosan

Post on 02-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    1/12

    Edisi Reguler 364, 04 oktober 2014

    Ada Apa di Balik Kesuksesan

    Yalla Indonesia (?)

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    2/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    364-O

    ktober2014

    Sekapur Sirih, Militan

    Halaman 2

    Sikap, Mengendalikan Media Masisir (?)

    Halaman 3

    Laporan Utama, Ada Apa di Balik Kesuksesan

    Yalla Indonesia (?)

    Halaman 4,5

    Komentar Peristiwa, Perpustakaan dan Minat

    Baca Masisir dalam Sorotan

    Halaman 6, 7

    Sketsa, Kebebasan Berikir

    Halaman 8

    Seputar Kita, SBY Resmikan Asrama Mahasiswa

    Indonesia-Mesir | PPMI Selenggarakan Wisuda

    Akbar Tepat di Hari Sarjana Indonesia

    Halaman 9

    Sastra, Nila (I)

    Halaman 10

    Kolom, Lulus Kuliah; Lalu Apa (?)

    Halaman 11

    Terbit perdana pada

    21 Oktober 1990.

    Pendiri: Syarifuddin

    Abdullah, Tabrani

    Sabirin. Pemimpin

    Umum: Iis IstianahPemimpin Redaksi:

    Fachry Ganiardi. Pem-impin Perusahaan:

    Dila Nabila. Dewan

    Redaksi: M. Hadi Bakri. Heni Septianing. Ab-

    dul Malik, Abdul Latif Harahap, Ahmad

    Ramdani, Rijal W. Rizkillah, Zammil Hidayat,Reportase: Aulia Khairunnisa, Ikmal Al

    Hudawi, Muhammad AL-Khudori, Furna Hub-

    batalillah, Muhammad Rifai, DIni MukhlishatiEditor: Fahmi Hasan Nugroho, Ainun Mardi-

    yah Lay Outer: Abdul Malik Pembantu

    Umum: Keluarga TROBOSAN. Alamat

    Redaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cai-

    ro-Egypt. Telepon: 22609228, E

    -mail: tero-

    [email protected]. Facebook : Tero-

    bosan Masisir. Untuk pemasangan iklan, pen-

    gaduan atau berlangganan silakan menghub-

    ungi nomor telepon : 01206308454

    (Malik), 01140957150 (Iis), 01156796475

    (Difla)

    Jika anda melihat seorang mahasiswa

    hidup di lingkungan yang berbeda, sementa-

    ra ia tak peka dengannya. Ketahuilah bahwa

    tingkat apatisnya sangat tinggi.

    Sosok diatas identik mahasiswa yang

    hanya memikirkan dirinya sendiri. Saat

    orang lain di sekitarnya mengalami sebuah

    masalah yang kentara, masa bodoh ia pikir-

    kan. Ketika lingkungannya dihadapkan

    dengan musibah banjir misalnya, masa bo-

    doh ia urusi. Adalah seorang yang berlebi-

    han mengurusi diri sendiri. Jika anda

    mendapati seseorang dengan satu paket

    prilaku seperti diatas. Ketahuilah kesadaran

    hati dalam dirinya telah sirna dimakan nafsu

    dan ego. Padahal, salah satu perkara yang

    dianjurkan oleh Rasulullah untuk salingtolong menolong urusan orang lain merupa-

    kan amal baik, lantaran mendapat ganjaran

    baik pula.

    Namun, sejatinya mahasiswa merupakan

    agen perubahan. Saat ia hidup di suatu ling-

    kungan yang berbeda, akal sehat pun akan

    berbicara. Akal itu akan terus mencari solusi

    dengan melakukan berbagai percobaan yang

    empiris. Mahasiswa seperti ini tingkat per-

    hatian terhadap lingkungannya telah men-

    jelma. Sifat keberanian dan kritis telah iaadopsi atas keberhasilannya menangani

    sebuah kasus.

    Oleh karena itu, rasanya kedua sifat diat-

    as; berani dan kritis mesti dimiliki setiap

    mahasiswa. Karenanya, akal dan pikiran

    seseorang akan berjalan dan ten-

    tunya tidak mati berpikir.

    Sejalan dengan nasehat yang

    disampaikan oleh Bapak Murry

    Darmoko, saat keluarga

    TROBOSAN berkunjung silatu-

    rahim kepada beliau, yaitu sifat

    militansi yang harus tetap diper-

    tahankan oleh TROBOSAN.

    Artinya saat kita dihadapkan

    dengan diskursus problema yang

    absurd, analisa dan penelusuran

    merupakan alat untuk mencari

    kebenarannya.

    Beranjak dari itu semua,

    TROBOSAN di edisinya yang ke

    364 mencoba menguak proses

    persiapan terselenggaranya even

    ajang promosi budaya dan pen-

    didikan, yang kita kenal sekarang

    Yalla Indonesia.

    Even yang mampu mengundang soro-

    tan negeri Pyramida ini. Sehingga kerjasa-

    ma pun terbentuk dari ketertarikan mere-

    ka.

    Lalu, kami juga menyajikan sejumlah

    statement terkait ditiadakannya shalat ied

    bersama (KBRI-Masisir) dan kaitannya

    dengan even Yalla Indonesia. Akankah ru-

    mor tersebut benar adanya?

    Di edisi ini juga, kami hadirkan sirkulasi

    minat baca Masisir. Pasalnya, minimnya

    pengunjung ke setiap perpustakaan yang

    ada di Masisir. Terlebih tugas mahasiswa

    adalah wajib membaca, karena dengan

    membaca akan menambah dan memperkaya

    wawasan dan pengetahuan. Masihkah anda

    tetap malas untuk membaca?Oleh sebab itu, kritik dan saran dari

    pembaca sangatlah kami nantikan. Karena

    dengan kritik dan saran andalah kami akan

    bangkit dan berdiri untuk mendongkrak

    semangat penulis dan khususnya para kru

    TROBOSAN. Terima kasih kami ucapkan

    dari lubuk hati kami yang paling dalam, atas

    saran dan kritik yang telah anda sampaikan

    pada kami selama ini.

    Selamat membaca! []

    Militan

    Express Copy

    Menerima segala jenis

    fotokopi

    Mahatthah Mutsallas,

    Hay `Asyir

    Building 102 Sweesry.

    Hp: 01001726484

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    3/12

    TROB

    OSANEdisiRegu

    ler364Oktober2014

    Rubrik Sikap adalah editorial buletin TROBOSAN. Ditulis oleh tim redaksi TROBOSANdan mewakili suara resmi dari TROBOSANterhadap

    suatu perkara. Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab redaksi.

    Senin, 15 Februari 2012 Kairo menjadi

    saksi atas lahirnya satu organisasi pers di

    kalangan Masisir. Organisasi ini dibentuk da-

    lam kesepakatan yang digagas saat pelatihan

    jurnalistik yang diadakan oleh KBRI. Atas

    kesepatakan peserta yang hadir dari 7 mediadan 17 kekeluargaan, muncul satu nama

    Ikatan Jurnalis Masisir yang disingkat IJMA.

    Menilik deinisi jurnalis, padanan kata

    wartawan ini menurut KBBI berarti orang yg

    pekerjaannya mencari dan menyusun berita

    untuk dimuat dalam surat kabar, majalah,

    radio, dan televisi. Untuk lingkup Masisir, su-

    dah pasti ikatan ini diperuntukkan bagi se-

    luruh awak media khususnya media cetak-

    yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik di

    setiap elemen dan organisasi dalam lingkup

    Masisir.

    Meluruskan pandangan yang terkadang

    melenceng, perlu diketahui bahwa IJMA tid-

    aklah didirikan untuk menaungi media-media

    yang ada di lingkungan Masisir. Akan tetapi

    sebagai wadah berkumpulnya para jurnalis

    mahasiswa Indonesia di Mesir untuk

    mengasah dan membantu mengembangkan

    potensi jurnalistik Masisir. Adapun mengenai

    hak jurnalis untuk mengikuti organisasi pers,

    ketentuan ini dapat dirujuk pada UU Pers No.

    40 Tahun 1999 Bab III Pasal 7 yang menya-

    takan,Wartawan bebas memilih organisasiwartawan.

    Dalam usia yang cukup muda, hanya be-

    berapa bulan pasca dibentuknya, IJMA ber-

    hasil melaksanakan beberapa agenda

    kegiatan. Tercatat beberapa kali diadakan

    kunjungan ke kantor-kantor media nasional

    Mesir seperti Youm7 dan Ahram. Sejumlah

    even yang ditujukan untuk menarik minat

    menulis Masisir juga beberapa kali diadakan.

    Salah satu even yang cukup besar misalnya

    Semesta Menulis, yang mengundang

    sejumlah narasumber dari tanah air.

    Bila dicermati, sebenarnya ada yang ganjil

    dari terbentuknya IJMA itu sendiri. IJMA, mes-

    kipun organisasi yang independen boleh

    dibilang-terbentuk bukan murni atas inisiatif

    para jurnalis. Pembentukannya tidak terlepas

    dari campur tangan Pensosbud yang merupa-

    kan tangan panjang KBRI. Sekilas nampak

    wajar saja, Pensosbud sebagai mitra kerja

    IJMA. Adalah hal yang lumrah KBRI mengam-

    bil peran dalam menaungi mahasiswa di

    negeri Kinanah ini. Akan tetapi perlu juga

    diingat bahwa para jurnalis inilah yang me-

    megang kendali media di Masisir. Sedangkan

    media -ideal- tidak boleh kehilangan salah

    satu fungsinya, yaitu sebagai alat kontrol so-

    sial.

    Sudah bukan rahasia lagi bahwa untuk

    menjadi alat kontrol sosial, media harus be-

    rada di posisi netral serta memiliki jarak dan

    berada di luar kendali pihak manapun. Sejarahmengajarkan, sejak lama media banyak di-

    manfaatkan kelompok, penguasa dan banyak

    pihak sebagai corong untuk menyukseskan

    kepentingan tertentu. Teknik propa-

    ganda modern Argen-

    tum ad nausem

    atau Big Lie

    (kebohongan

    besar) yang

    digagas Jo-

    seph Goeb-

    bels (MentriPropaganda

    Nazi), memberi

    pelajaran betapa

    pemanfaatan media

    sebagai alat rekayasa

    sosial dan corong untuk menyebarkan berita

    dari pihak tertentu sangatlah efektif.

    Dalam konteks Masisir, tentu disayangkan

    bila IJMA yang merupakan wadah para jurnalis

    pengampu media, berada dalam pengawasan

    dan kontrol pihak tertentu. Oleh karena itu,

    posisi ketua IJMA saat ini yang merangkapjabatan sebagai Menko I di PPMI, juga patut

    disayangkan. Karena PPMI merupakan organ-

    isasi induk Masisir yang sering mendapat so-

    rotan seluruh media dan mahasiswa.

    Tidak dipungkiri, kedekatan hubungan

    IJMA dan PPMI yang sedemikian rupa dapat

    mempermudah hal-hal yang mendukung tere-

    alisasinya program-program IJMA. Akan tetapi

    -lagi-lagi- tidak boleh dilupakan bahwa hal

    tersebut juga berarti menjadikan IJMA berada

    di posisi yang tidak netral.

    Antara penilaian dan realitas yang ada

    Akan tetapi, penilaian di atas nampaknya

    terlampau jauh dengan melihat realitas yang

    terjadi dalam dunia jurnalistik Masisir. Dan

    jawaban dari dua pertanyaan ini akan me-

    maparkan realitas yang dimaksud. Apakah

    kinerja IJMA sudah maksimal? Dan mengapa

    hal itu terjadi?

    Seperti yang sempat di singgung sebe-

    lumnya, di masa awal berdirinya IJMA menun-

    jukkan kinerja yang cukup terlihat. Hal itu

    terlihat dari program-progam yang berhasil

    dilaksanakan, hal ini tentunya tidak terlepas

    dari dukungan dan kerjasama dengan Pensos-

    bud. Akan tetapi setelah beberapa kali men-

    galami pergantian kepengurusan, berita sepu-

    tar kegiatan IJMA tidak lagi terdengar. Kalau-

    pun ada, terkadang pegiat jurnalis yang masih

    baru pun bertanya-tanya, apa itu IJMA?

    Sejumlah permasalahan, saran dan rek-

    omendasi untuk IJMA, pada akhirnya hanyamenjadi PR yang kurang diperhatikan dan

    atau dicari solusinya. Misalnya saja masalah

    keanggotaan yang kurang jelas. Pun bantuan

    mesin fotocopy dari pihak KBRI untuk

    menghemat biaya percetakan yang sudah lama

    diwacanakan tak kunjung terealisasi. Hal

    tersebut menjadikan penilaian negatif

    yang ditujukan pada organisasi jurnal-

    is ini merupakan suatu kewajaran.

    Meskipun demikian, kurang tepat

    rasanya jika hanya mengkamb-

    inghitamkan IJMA atas kurangmaksimalnya kinerja yang nampak.

    Lebih patut lagi untuk menanyakan

    pada Masisir, ada berapa jurnalis yang aktif

    di Masisir?

    Minimnya kuantitas dan kualitas jurnalis

    di Masisir menunjukkan lesunya dunia jurnal-

    istik kita. Ini bukan hal yang baru, sudah lama

    semua tahu bahwa dunia jurnalistik semakin

    lesu bergeliat. Minim kualitas pegiat dan

    miskin pembaca. Hal ini pula yang membuat

    sulitnya menolak pernyataan bahwa Masisir

    kita semakin kehilangan minat baca. Tidaksemata minimnya minat baca terhadap buku-

    buku atau literatur lainnya. Tetapi juga

    lunturnya minat baca terhadap keadaan di

    sekitarnya. Padahal jurnalis sangat tertuntut

    untuk selalu awas membaca keadaan dan ling-

    kungan, karena di situlah lahan untuk

    pemetaan dan analisa berbagai permasalahan

    yang terjadi. Membaca keadaan, bukan berarti

    hanya mengamati lalu menuliskannya dalam

    bentuk berita. Tetapi mengamati, menganalisa

    berbagai peristiwa, serta memperkirakan

    dampak dan akibat yang akan terjadi nantinya.

    Membaca realitas di atas, mengatakan

    bahwa ada pihak yang ingin mengawasi dan

    mengontrol gerak media Masisir melalui or-

    ganisasi jurnalis, menjadi hal yang kurang

    tepat. Apa lah yang perlu diawasi dan

    dikontrol dari media-media yang sedang keku-

    rangan SDM dan peminat?

    []

    Mengendalikan Media Masisir (?)

    ?Doc: Album Photo IJMA

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    4/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    364-O

    ktober2014

    Ajang promosi budaya Indonesia di Mesir

    kembali digelar.Jika tahun-tahun sebelumnya

    ajang promosi budaya Indonesia terhadap

    masyarakat Mesir hanya melibatkan Masisir

    secara internal, pun anggaran dana yang

    dikeluarkan tidak seberapa. Sementara, per-

    helatan pada tahun ini digelar lebih meriah

    dan melibatkan banyak pihak. Pasalnya selain

    kebudayaan, bidang pendidikan pun turut

    andil dalam even ini untuk diperkenalkan

    kepada masyarakat Mesir.Meski proses

    jalannya Yalla Indonesiaterlihat lancar, tern-

    yata terdapat beberapa kendala dan kejangga-

    lan yang menantang jalannya acara besar ini.

    Berikut laporan kami.

    Pra dan Pasca Terselenggaranya Even

    Yalla

    Yalla Indonesia, merupakan even besar

    ajang promosi budaya dan pendidikan Indo-

    nesia terhadap masyarakat Mesir. KBRI Kairo

    sebagai penyelenggara ber-

    hasilmelobi berbagai institusi

    dan perusahaan Mesir maupun

    Indonesia, sehingga terjalin

    sebuah kerjasama dan

    dukungan dalammensukses-

    kan even ini. Beberapa pihak

    yang dilibatkan di antaranya:

    Kementrian Budaya, LuarNegeri dan Pendidikan Tinggi

    Mesir, Perusahaan Qatar Air-

    ways serta pemerintah Indo-

    nesia yang diwakili oleh

    Provinsi DKI Jakarta dan Su-

    matera Selatan.

    Kegiatan inimerupakan program kerja

    yang disepakati oleh sejumlah pejabat KBRI,

    terutama hal ini melibatkan Fungsi Pensos-

    bud, Atdag (Atase Perdagangan)dan Atdikbud

    KBRI Kairo.Pengukuhan kepanitian sendiri

    sudah dilakukan sejak bulan Februari,

    denganBapak Meri Binsar Simorangkir se-

    bagai ketuanya.

    Bulan Februari saya resmi ditunjuk oleh

    Bapak Duta Besar sebagai ketua pelaksana

    acara Yalla ini. tutur Meri.

    Dalam wawancaranya bersama Trobo-

    san, ia mengaku bahwa pada tahun ini KBRI

    difokuskan dengan even tersebut. Baikdari

    segi biaya, pikiran maupun tenaga.Semua

    kegiatan kecil tentang kesenian, kami alihkan

    dengan berfokus pada even terbesar ini dari

    segala aspek. Dan sebenarnya acara (Yalla

    Indonesia red) ini merupakan bentuk ajang

    promosi budaya dan pendidikan Indonesia

    terhadap warga Mesir. Adapun usulan terse-

    lenggaranya acara tersebut, sudah jauh-jauh

    hari direncanakan tapi belum menemukan

    nama yang pas, pun acara tersebut sudah ada

    dalam anggaran. Sementara baru di bulan

    September kami selenggarakan.Ungkapnya

    panjang lebar.

    Ditanya mengenai latar belakang acara,

    Meri menyatakan bahwatujuan dari even ini

    adalah Indonesia harus Ayo. Maksudnya,

    even ini merupakan upaya KBRI untuk selalu

    pro-aktif dalam memperkenalkan Indonesia

    ke masyarakat Mesir, sehingga dapat mening-

    katkan hubungan kerjasama Indonesia

    dengan Mesir,

    Harapan kami; Pertama, produk-produk

    kita (Indonesia red) dikenal baik. Kedua,(supaya-red) image Indonesia di mata

    masyarakat Mesir sudah banyak berubah dan

    berkembang pesat dan maju. Ketiga, agar

    sektor pendidikan Indonesia semakin jauh

    lebih maju dan berkembang. Mungkin kalau

    dulu Mesir sering membantu banyak Indone-

    sia dengan memberikan semacam beasiswa,

    sekarang kita coba bagaimana Indonesia

    sendiri memberi bantuan beasiswa terhadap

    masyarakat Mesir untuk kuliah di Indonesia.

    Keempat, bahwa Yalla ini milik semua,

    makanya disebut Yalla Indonesia karena

    milik semua, bukan Yalla KBRI. Yakni

    semuanya ikut berperan dan berpartisipasi

    dalam acara Yalla ini, mereka dari kalangan

    activator pengusaha, tim kesenian, kuliner,

    importir, ada juga pemerintahnya. Juga ada

    dari mahasiswa yang turut berperan aktif

    dalam acara Yalla ini.ujarnya menambahkan.

    Ia bertekad agar even ini menjadi agenda

    tahunan KBRI. Sebab menurut Meri even

    Yalla Indonesia merupakan salah satu ben-

    tuk sarana efektif untuk berdiplomasi antar

    kedua Negara di bidang perdagangan, pen-

    didikan, kebudayaan bahkan politik.

    Rentetan acara berlangsung dari tanggal

    (17/09) hingga (21/09). Perhelatan tersebut

    dibuka secara resmi oleh Duta Besar Nurfaizi

    Suwandi di Aida Balroom Hotel JW Marriot

    Kairo. Dalam sambutannya beliau menga-

    takan,Selain ajang promosi, even ini

    diselenggarakan dalam rangka peringatan

    kemerdekaan RI ke-69 dan sekaligus

    peringatan 67 tahun kerjasama Indonesia-

    Mesir.

    Pada pembukaan Yalla Indonesia, KBRI

    mengundang seluruh Rektor dan pejabat ting-

    gi Universitas di Indonesia. Namun hanya 17

    perguruan tinggi Indonesia dan satu rom-

    bongan DIKTI dan Kemenag yang memenuhiundangan diantaranya; Institut Tekhnologi

    Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Padjad-

    jaran (UNPAD), Universitas Negeri Jakarta

    (UNJ), Universitas Negeri

    Yogyakarta (UNY), Uni-

    versitas Syah Kuala

    (UNSYIAH), Universitas

    Tadulako (UNTAD), Uni-

    versitas Pendidikan Indo-

    nesia (UPI), Politeknik

    Negeri Jakarta (PNJ),

    Politeknik Negeri Pontia-nak (POLNEP), Universi-

    tas Islam Negeri (UIN)

    Malang, Universitas

    Negeri Malang (UM),

    Universitas Negeri Pa-

    dang (UNP), Universitas

    Bhayangkara (UBHARA), Universitas Muham-

    madiyah Palembang (UMP), Universitas Mu-

    hammadiyah Surakarta (UMS), Universitas

    Telkom dan Universitas Komputer Indonesia

    (UNIKOM).

    Sejumlah pejabat tinggi dan rektor Uni-

    versitas hadir untuk memperkenalkan pen-

    didikan Indonesia.Ada juga empat provinsi

    yang diundang oleh KBRI untuk mempro-

    mosikan kebudayaan daerahnya.Mereka dari

    provinsi DKI Jakarta dan Sumatera Selatan,

    Jawa Barat dan Bali.Meri menyayangkan per-

    wakilan provinsi Jawa Barat dan Bali yang-

    batal hadir, tapi baru mengkonirmasi men-

    dekati hari diselenggarakannya acara.Meski

    demikian, ia menyatakan bahwa masalah

    promosi kebudayaan sudah sangat terwakili

    oleh provinsi DKI dan Sumsel serta mengam-

    bil sebagian potensi kesenian Masisir, antara

    lain; Himpunan Mahasiswa Medan (HMM)

    Ada Apa di Balik Kesuksesan Yalla Indonesia (?)

    Doc: www.facebook.photo.EmbassyCairo

    Jajaran seluruh Staff KBRI, usai pembukaan Yalla Indonesia, Marriot Hotel, Kairo

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    5/12

    TROB

    OSANEdisiRegu

    ler364Oktober2014

    dan Keluarga Masyarakat Aceh (KMA).

    Kendala lainyang dihadapi adalah lokasip-

    ertunjukan kreasi budaya. Awalnya panitia

    telah menyewa Hanagir (komplek Opera),

    kemudian beralih ke Opera

    House.Pemindahan itu terjadi lantaran di

    Hanagir tidak mengijinkan untuk ditempati

    pameran produk, importir dan bazar

    kuliner.Pihak panitia pun berinsiatif untuk

    membagi even di dua lokasi; Pertama, di

    Opera House untuk pertunjukan seni bu-

    daya.Kedua, di laman KBRI untuk pameran

    produk dan pendidikan.

    Minimnya Pengunjung Pameran

    Setelah resmi dibuka, rentetan kegiatan

    even Yalla pun diawali dengan agenda Join

    Working Group (JWG), yaitu pertemuan

    sejumlah pejabat tinggi dan Rektor antar dua

    Negara yang bertempat di Hotel Four Season(18/09).

    Pertemuan tersebut digelar guna ter-

    jalinnya komunikasi dan kerjasama antar

    perguruan tinggi Indonesia-Mesir. Panji Tiyas

    salah satu pejabat tinggi Dikti yang hadir

    dalam agenda JWG mengungkapkan bahwa

    pembahasan pada pertemuan tersebut terlalu

    luas.Seharusnya membahas topik sasaran dan

    bidang mana yang menjadi bentuk kerjasama

    antar dua Negara.

    Saya melihatnya seperti bukan Join

    Working Group, tapi lebih kematch makingantar PT (Perguruan Tinggi) Indonesia-Mesir.

    Hal seperti ini cakupannya masih terlalu glob-

    al. Jadi lebih tepat sasarannya sektor atau

    bidang apa aja yang akan diangkat dan bisa

    dikerjasamakan. Tutur Panji.

    Pada saat yang bersamaan, digelar pula

    Pameran Pendidikan(Education Expodan

    Pameran Produk(Trade Expo)bertempat di

    laman KBRI. Pameran tersebut berlangsung

    selama tiga hari. Meski demikian, publikasi

    yang kurang digencarkan oleh pihak panitia

    mengakibatkan minimnya pengunjung

    masyarakat Mesir terutama pada Pameran

    Pendidikan.

    Panji Tiyas yang juga ketua pimpinan

    rombongan Dikti menyayangkan hal tersebut.

    Ia pun menyarankan, Jika terjadi lagi even

    serupa, saran saya, publikasi harus lebih di-

    gencarkan khususnya ke SMA di Mesir. Lebih

    baiknya lagi, dibuat jadwal harian.

    (Seumpama, -red) hari pertama SMA A dan B

    diundang datang mengunjungi pameran pen-

    didikan khususnya, SMA C dan D datang di

    hari berikutnya, dst.

    Hal senada yang diungkapkan oleh salah

    seorang Masisir, Dziaul Haq saat berkunjung

    ke Pameran Pendidikan, ia melihat minimnya

    pengunjung, terutama di hari terakhir. Solusi

    konkret bila ke depannya diadakan (even

    semacam ini)kembali, publikasi harus digen-

    carkan lebih marak. Begitu jelasnya.

    Kerjasama Meringankan Dana KBRI

    Adapun mengenai nominal pengeluaran

    dana, Meri menyatakan belum ada kepastian

    soal danadan masih taraf pencatatan. Tetapi

    dengan menjalin kerjasama ke sejumlah

    pihak, sangat menolong anggaran dana kepa-

    nitian. Dana itu memang paling penting da-

    lam pelaksanaan sebuah kegiatan dan acara,

    namun tidak menutup kemungkinan dengan

    kerjasama pun dapat pula terselenggaranya

    sebuah acara.ujarnya.

    Meri menuturkan bahwa Yalla Indonesia

    banyak sekalimendapatbantuan dari pihak

    eksternal yang berkontribusi aktif dalam me-

    nyelenggarakan even ini. Misalnya, KemenbudMesir yang menanggung akomodasi para tim

    penari Indone-

    sia dan

    melakukan lobi

    dengan Hotel

    Pyramisa, se-

    hingga dapat

    membayar ho-

    tel dengan dis-

    kon atas jalinan

    kerjasama. Ke-

    mendikti Mesirmendukung

    dalam program Join Working Group (JWG)

    bertempat di hotel Fourseason. Kemudian

    kerjasama juga dengan pihak Opera

    House.Penyewaan panggung opera yang free,

    publikasi pun turut dibantu mereka.Artinya

    kami tertolong oleh Opera dengan tidak

    mengeluarkan biaya sepeser pun dalam sewa

    Opera.ungkapnya.

    Lain lagi Perusahaan Qatar Airways yang

    turut mendukung, melalui sumbangsihnya

    sebesar tiga buah tiket PP Indonesia.Adapun

    dari pihak internalnya, Pemerintah Indonesia

    mendukung penuh melalui dua provinsi per-

    wakilan seni dan budaya dan 17 perguruan

    tinggi perwakilan pendidikan.Semua delegasi

    Indonesia menanggung semua biaya mere-

    ka.Sementara KBRI sendiri hanya menye-

    diakan tempat arena pameran produk dan

    pendidikan serta bazar kuliner selama tiga

    hari. Ujar Meri.

    Meri menambahkan Kerjasama diatas

    tidak semata-mata dalam bentuk uang, na-

    mun motifnya juga untuk mempermudah

    birokrasi Indonesia dan menggunakan fasili-

    tas yang ada.

    Selain itu terdapat sejumlah Masisir yang

    turut membantu jalannya even ini. Liaison

    Oficer (LO) kebudayaan dan pendidikan

    misalnya, yang resmi dibentuk oleh Atdikbud

    dan Pensosbud. Tugas mereka adalah mem-

    bantu dan mendampingi para tamu un-

    dangan; sejumlah Rektor dan Pejabat Tinggi

    Indonesia, dan tim penari seni dan budaya.

    Meri menuturkan bahwa seluruh tenaga

    kerja yang melibatkan Masisir berhak

    mendapatkan selipan amplop atas sumbang-

    sih mereka dalam penyelenggaraan Yalla In-

    donesia.Istilahnya uang lelah bagi teman-

    teman yang sudah ikut berpartisipasi

    mensukseskan acara Yalla Indonesia, dengan

    menyumbangkan tenaga dan keahliannya

    baik sebagai penari, MC, maupun LO pendidi-

    kan dan kebudayaan.jelasnya.

    Namun, pernyataan di atas tak sepe-

    nuhnya sesuai dengan yang terjadi di lapan-gan. Sebuah badan fungsi Atdikbud mengama-

    nahkan tenaga kerja LO pendidi-

    kan yang melibatkan Masisir,

    sementara hingga hari ini pun

    mereka tidak mendapat selipan

    honor.

    Menurut kesaksian salah satu LO

    pendidikan yang menolak disebut

    identitasnya, dari awal pihak

    Atdikbud sudah mengatakan

    bahwa mereka tidak dibayar

    secara professional, karena statusmereka sebagai relawan. Namun

    hal ini berbeda bila dibandingkan dengan

    badan fungsi Pensosbud. Selipan honor mam-

    pu ia berikan terhadap LO Kebudayaan dan

    beberapa tim penari.

    Meri menambahkan bahwa dana yang

    dibagi terhadap para tenaga kerja yang meli-

    batkan Masisir, bersumber dari masing-

    masing bagian, namun masih dalam satu

    payung yaitu KBRI. (honor itu red) dibagi

    dengan Atdikbud untuk LO pendidikan, dan

    Atdag untuk pameran perdagangan, dan Pen-

    sosbud untuk LO kebudayaan dan sejumlah

    tim penari. Jadi sifatnya dibagi bersama dalam

    satu payung yaitu KBRI begitu jelasnya.

    Ditiadakannya Silaturahim Bersama

    (KBRI-Masisir) dan Kaitannya dengan

    Yalla Indonesia

    Perihal rumor ditiadakannya silaturahim

    bersama KBRI-Masisir (baca: silaturahim Idul

    Fitri [30/07] dan Idul Adha [4/10])menjadi

    bahan lintas obrolan Masisir.Tidak dipungkiri

    terdengar kasak-kusuk di antara Masisir yang

    berasumsi bahwa even Yalla Indonesia ini

    menjadi salah satu alasan utama penyebab

    tidak digelarnya silaturahim tersebut.

    Salah seorang Masisir, Mabda Dzikara

    Lanjut ke hal 9.

    Doc:www.facebook.p

    hoto.EmbassyCairo

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    6/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    364-O

    ktober2014

    Perpustakaan dan Minat Baca Masisir dalam Sorotan

    Kehidupan mahasiswa yang

    notabenenya pelaku akademis tentu tidak

    bisa dipisahkan dengan hal semacam buku

    dan perpustakaan. Karena perpustakaaan

    adalah gudang buku yang merupakansumber ilmu dan sumber pengetahuan

    terpenting dalam proses pembelajaran.

    Karenanya, sudah sangat patut, di manapun

    sebuah komunitas pelajar, terutama

    mahasiswa berada, akan terdapat sebuah

    perpustakaan sebagai pusat pengembangan

    intelektual komunitas tersebut.

    Bahkan idealnya, sebuah

    perpustakaan yang disediakan bagi

    komunitas mahasiswa, merupakan

    tempat yang ramai dikunjungi.

    Karena sesuai dengan kepribadian

    intelektual mereka yang berciri khas

    pelajar mandiri dan gemar

    meneliti.Tak terkecuali dengan

    Masisir yang juga merupakan

    komunitas mahasiswa, sudah sangat

    layak jika mereka memiliki sebuah

    perpustakaan yang mampu diakses

    dengan mudah, kapan saja.

    Tim Trobosan kali ini ingin

    menilik lebih jauh mengenai keadaan

    perpustakaan yang dimiliki Masisir dan

    hubunganya dengan komunitas ini. Karena

    secara kasat mata, Masisir sudah memenuhi

    salah satu syarat komunitas mahasiswa yang

    ideal, yaitu memiliki perpustakaan. Baik

    yang dikelola secara otonom ataupun di

    bawah pengelolaan organisasi ailiatif dan

    kekeluargaan.

    Namun, seberapa besar keberadaan

    perpustakaan-perpustakaan tersebut

    memberi kemanfaatan bagi Masisir? Adakah

    yang salah jika perpustakaan yang mereka

    miliki, mereka kelola sendiri, namun setiaphari selalu sepi? Apakah hal itu disebabkan

    keadaan perpustakaan yang tak layak

    dikunjungi, atau pribadi-pribadi komunitas

    tersebut yang tidak memiliki kesadaran

    tinggi terhadap pentingnya membaca buku,

    menelaah literatur dan referensi? Berikut

    liputan kami.

    Saat ini, Masisir paling tidak memiliki

    dua perpustakaan yang bisa dikunjungi atau

    diakses secara umum; PMIK (Perpustakaan

    Mahasiswa Indonesia Kairo) yang dikelola

    secara otonom dan pepustakaan

    Abdushamad al Palimbangi (milik

    kekeluargaan KEMASS). Kedua perpustakaan

    tersebut adalah perpustakaan umum bagi

    kalangan Masisir yang bisa dikunjungi siapa

    saja sesuai jadwal yang berlaku.

    Sebetulnya, hampir semua organisasi

    kekeluargaan bahkan almamater memiliki

    perpustakaan yang menyediakan koleksi

    buku yang cukup, seperti kekeluargaanJambi yang bahkan memiliki ruangan khusus

    untuk koleksi buku (red: perpustakaan).

    Namun diantara semua perpustakaan milik

    kekeluargaan ataupun almamater, yang

    memiliki konsep, koleksi dan sistem paling

    rapi adalah perpustakaan Abdushamad,

    milik kekeluargaan Kemass. Di samping

    perpustakaan tersebut juga dengan resmi

    membuka diri untuk dikunjungi secara

    umum dengan menyediakan tenaga staff

    yang bertugas melayani setiap harinya.

    Meskipun demikian, terdapat beberapa

    perbedaan dalam hal pengelolaan, jika

    dibandingkan dengan PMIK; perpustakaan

    yang memang khusus dihadirkan untuk

    seluruh kalangan Masisir.

    PMIK memiliki jumlah staff sebanyak 20

    orang dalam struktur kerja yang disusunnya.

    Terdiri dari kepala, sekretaris, bendahara,Binadata, Biohara dan PR (public relation).

    Terdapat juga badan Litbang yang berada di

    atas dewan pengurus dan bertanggung

    jawab terhadap penelitian dan

    pengembangan perpustakaan. Seluruh staff -

    kecuali litbang- mendapatkan tugas piket

    harian dengan tanggungjawab mengontrol

    sirkulasi buku di hari tersebut, baik

    peminjaman ataupun pengembalian.

    Adapun perpustakaan Abdushamad,

    mereka memiliki staff yang cukup sedikit, itu

    dikarenakan pengelola yang terbatas dalam

    lingkup kekeluargaan. Berbeda dengan PMIK

    yang mengadakan sistem rekrutmen yang

    cukup ketat dan tes wawancara untuk

    menjadi staff.

    Selain tugas piket, tugas per bidang yang

    dipegang para staff tersebut bisa dibilang

    tidak mudah. Mereka bertanggung jawab

    atas pengadaan dana (khusus PMIK),

    pembelian buku, pendataan, pemeliharaandan pengontrolan buku sepanjang tahun.

    Dalam proses pendataanya, PMIK telah

    menggunakan sistem pengelolaan yang

    berlaku dalam skala internasional, yaitu

    sistem Klasiikasi Persepuluhan Dewey

    (Dewey Demical Classification), sistem ini

    serupa dengan yang diterapkan di

    Perpustakaan Mubarak yang telah

    berganti nama menjadi

    Perpustakaan Mishriyyah Aamah

    yang berlokasi di tepi sungai Nil.

    Dengan status staff perpustakaan

    sebagai mahasiswa-yang memiliki

    kesibukan dan tugas di luar per-

    pustakaan-ditambah jumlah koleksi

    buku yang mencapai 10.000

    eksemplar, para staff tersebut

    melakukan tugas yang tidak mudah

    untuk dijalankan. Hal ini juga diakui

    oleh salah satu mantan staf

    perpustakaan Abdushamad, Nur

    Laily, Pengelolaan perpustakaan

    itu tidak mudah, hingga kini kami belum bisa

    melakukan pendataan buku dengan rapi

    seperti yang dilakukan oleh PMIK. Dan

    karena itu juga kami tidak bisa

    meminjamkan koleksi kepada pengunjung

    untuk dibawa pulang, karena khawatir buku -

    buku tersebut hilang, sedangkan kami belum

    memiliki database yang baik.

    Perpustakaan mahasiswa kerap sepi,

    ada apa?

    Dua perpustakaan yang sengaja

    dihadirkan untuk Masisir tersebut, ternyata

    keberadaannya seolah tak dibutuhkan.Terbukti dari pengunjung rata-rata PMIK

    setiap hari, yang memiliki koleksi buku lebih

    banyak dari perpustakaan Abdushamad,

    ternyata hanya dikunjungi oleh belasan

    orang. Jika dirata-rata, pengunjung PMIK

    setiap harinya kisaran belasan orang lah.

    Kecuali jika sedang terdapat acara yang ber-

    langsung di Wisma Nusantara, pengunjung

    biasanya bahkan mencapai tiga puluhan

    orang, ujar Andi Ariin, Kepala PMIK. Angka

    yang sangat minim jika dikalkulasi dengan

    jumlah Masisir yang mencapai kisaran 4000

    mahasiswa.

    Trobosan sempat menyebarkan 50

    angket dengan beberapa pertanyaan, di

    antaranya tentang alokasi waktu Masisir

    layanan-bk.b

    logspot.com

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    7/12

    TROB

    OSANEdisiRegu

    ler364Oktober2014

    untuk membaca setiap hari. Hasilnya; 6%

    mengaku membaca di atas 4 jam per hari,

    28% memiliki

    intensitas 2-3 jam,

    20% membaca 1-2 jam,

    12% selama 30 menit,

    sisanya 22%

    menjawab tidak tentu

    dan 12% lainya tidak

    menjawab petanyaan

    tersebut. Jika

    dikalkulasi, maka 54%

    Masisir terbiasa

    membaca di atas satu

    jam per hari. Hal ini

    cukup mengejutkan,

    dengan alokasi waktusatu jam per hari,

    menunjukan minat

    baca Masisir yang cukup

    baik, namun seharusnya tidak berbanding

    terbalik dengan keadaan perpustakaan yang

    selalu diisi hanya dengan belasan orang

    setiap harinya.

    Karenanya, -dalam angket tersebut-

    kami juga menanyakan tentang sumber buku

    yang mereka baca, juga kesan mereka

    terhadap perpustakaan yang ada. 70%

    memberi kesan baik terhadap keberadaan

    perpustakaan yang ada di Masisir. Di antara

    alasan yang mereka tulis adalah staff yang

    ramah, tempat yang nyaman dan bersih, juga

    tersedia free wii yang diperuntukkan untuk

    pengunjung. Selain itu juga terdapat jasa

    scan dan print out (khusus di PMIK).

    Akan tetapi, terkait sumber buku yang

    mereka dapatkan untuk dibaca, ternyata

    hanya 32% yang mengaku meminjamnya

    dari perpustakaan, 68% lainya menjawab

    lebih suka membeli dan meminjam teman.

    Koleksi yang ada di perpustakaan masih

    kurang untuk memenuhi kebutuhan

    referensi yang diperlukan Masisir, ungkap

    seorang mahasiswa yang enggan disebut

    namanya.

    Masih minimnya koleksi yang dimiliki

    perpustakaan, ternyata menjadi salah satu

    alasan mengapa Masisir kurang antusias

    untuk mengunjungi perpustakaan. Hal

    tersebut diakui kepala PMIK, Andi Ariin,

    Koleksi bahan pustaka yang kami miliki

    memang masih kurang untuk mencukupikebutuhan referensi Masisir. Andi mengaku

    bahwa pengadaan bahan pustaka di PMIK

    80% adalah membeli, sisanya bisa hadiah

    ataupun wakaf.

    Sedangkan perhatian pemerintah terkait

    bantuan dana untuk pengadaan bahan

    pustaka tersebut bisa dikatakan sangat

    kurang. Selama ini, PMIK hanya

    mengandalkan 2 sumber dana untuk

    pengayaan bahan pustaka; uang denda

    keterlambatan pengembalian dari peminjam

    dan pembayaran pembuatan kartu anggota.

    Lain dengan perpustakaan Abdushamad

    yang diberikan kucuran dana penuh oleh

    pemerintah provinsi Sumatra Selatan untuk

    hal pengayaan bahan pustaka.

    Andi mengatakan bahwa ia telah

    mencoba melayangkan proposal pada KBRI

    untuk mendukung pengayaan bahan pustaka

    tersebut tahun lalu, namun tidak ada dana

    yang cair. Dan tahun ini ia kembali mencoba

    melayangkan proposal serupa. Ia berharap

    bahwa KBRI bisa memberikan perhatian

    lebih terhadap perpustakaan yang ia kelola,

    Untuk KBRI, kami minta perhatian lebih

    mengenai dana untuk pengadaan buku, atau

    siapapun selain instansi KBRI, demi

    menunjang kelayakan koleksi buku yang ada

    di pmik.

    Tempat yang kurang strategis menjadi

    kendala lain yang mendukung minimnya

    antusias Masisir mengunjungi perpustakaan,

    khusunya PMIK yang terletak di kawasan

    Rabah, lantai 5 dari gedung Wisma

    Nusantara. Letaknya yang jauh dari domisili

    kebanyakan Masisir di Hayy Asyir ataupun

    kawasan Darrasah-Husein membuatnya

    hanya ramai dikunjungi jika ada agenda atauacara yang diadakan di Wisma Nusantara.

    Karenanya, gagasan pemindahan PMIK ke

    tempat lain adalah sesuatu yang patut untuk

    diperhatikan oleh berbagai pihak untuk

    menunjang kemajuan minat baca Masisir.

    Terkait peran Wisma Nusantara

    terhadap PMIK, Andi, mahasiswa

    asal Lampung ini mengaku sangat

    terkesan. Selain KBRI, pihak

    Wisma selama ini

    bertanggungjawab memberikan

    dana operasional setiap bulannya.

    Wisma bahkan bertanggungjawab

    atas perbaikan-perbaikan jika ada

    masalah atau kerusakan pada

    gedung PMIK. Ia selanjutnya

    mengucapkan rasa terima

    kasihnya secara khusus, Untuk

    Wisma kami mengucapkan terima

    kasih atas segala sumbangsihnya

    untuk PMIK, dan semoga kedepannya bisa lebih baik lagi

    terutama dalam pelayanan.

    Pada akhirnya, untuk menciptakan

    suasana ideal antara perpustakaan dan

    Masisir, tentu dibutuhkan kerja sama yang

    seimbang dari semua pihak. Pemerintah

    berkewajiban memberi dukungan penuh

    untuk menunjang kelayakan bahan pustaka

    yang ada. Pengurus perpustakaan juga

    bertanggung jawab dalam mengelola,

    menjaga dan mensosialisasikan bahan

    pustaka yang ada, agar Masisir lebih

    merasakan kehadirannya. Seperti yang di-

    usulkan salah satu pengisi angket Trobo-

    san, Kuantitas buku dalam perpustakaan

    tersebut sudah memadai. Akan tetapi,

    minimnya informasi dan promosi buku-buku

    tersebut membuat hanya segelintir Masisir

    yang berminat mengunjunginya, semoga

    kedepannya para staff bisa lebih kreatif

    untuk memperkenalkan koleksi mereka baik

    melalui media cetak ataupun online.

    Dari setiap pribadi Masisir sendiri perlu

    ditumbuhkan kesadaran akan pentingnya

    membaca dan memiliki seluk beluk

    pengetahuan terkait buku-buku yang ada.

    Dalam angket yang disebar oleh Terobosan,

    kami mendapatkan beberapa kalangan yang

    mengaku tidak tahu bahwa Masisir memiliki

    perpustakaan, atau tahu, tetapi belum

    pernah mengunjunginya. Ada juga yang

    mengaku hanya pernah mengunjungi

    perpustakaan satu kali dalam kurun empat

    tahun. Jika memiliki kesadaran bahwa buku

    adalah sebuah kebutuhan, maka kendalakecil -seperti jarak- seharusnya tidak akan

    mengganggu keinginan untuk mengunjungi

    perpustakaan. (Iis, Difla).

    Doc.; Photo PMIK

    Perpustakaan PMIK, lokasi kawasan Rabea al-Adawea

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    8/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    364-O

    ktober2014

    Aku tidak takut dengan orang yang

    senantiasa berpikir meskipun ia tersesat,

    sebab kelak, dengan berpikir yang terus mene-

    rus itu ia akan kembali kepada jalan yang

    benar. Namun, aku takut dengan orang yang

    malas berpikir sekalipun berada dalam petun-

    juk, karena orang semacam ini tak ubahnya

    seperti bulu yang diterpa angin (M. al-

    Ghazali)

    Adagium diatas, secara eksplisit mene-

    gaskan pentingnya berpikir. Berpikir apapun

    itu konteksnya. Tak semestinya seseorang

    harus mengikuti pandangan orang lain lanta-

    ran tanpa mengetahui landasan apa yang ia

    ikuti, mengekor tapi tak paham substansi

    yang ia anut. Justru, kita sebagai manusiayang memiliki keterbatasan ilmu di segala

    lini perlu meragu terhadap sesuatu yang

    belum kita ketahui kebenarannya; misalnya

    terkait bagaimana terciptanya langit yang

    membentang luas tanpa tiang, bagaimana

    gunung-gunung ditegakkan, dan bagaimana

    bumi dihamparkan?!

    Filosof Yunani terdahulu, jauh sebelum

    datangnya Islam layaknya Aristoteles, sem-

    pat mengadopsi teori pendekatan rasional

    bahwa kehidupan manusia harus terbuka

    untuk objek pemikiran dan analisa. Terlepas

    yang menciptakan segalanya adalah Allah

    sang Maha Kuasa, yang terpenting bagi Aris-

    toteles adalah berupaya keras guna mencari

    jawaban tepat dan logis. Yang pada akhirnya

    ia tuangkan hasil buah pemikirannya dengan

    kongklusi bahwa alam semesta tidaklah

    dikendalikan dengan serba kebetulan;

    dengan magis, atau dengan kehendak dewa.

    Namun, tingkah laku alam semesta ini terjadi

    karena tunduk dengan hukum-hukum ra-

    sional. Kepercayaan semacam ini, menurut-nya diperlukan bagi manusia untuk memper-

    tanyakan dirinya terhadap aspek dunia ala-

    miah melalui pengamatan empirisme.

    Sejalan dengan perintah Tuhan melalui

    ayat suci al-Quran, Ia selalu mendorong

    manusia untuk berpikir dan memerhatikan.

    Sekiranya seseorang sudah terpancing dalam

    perhatian dan keraguan mendalam terhadap

    objek yang kentara dalam hal ini alam se-

    mesta secara gradual ia mampu menganali-

    sa berbagai problematika, dengan

    memerankan akalnya sembari mencari

    setumpuk data yang menurutnya logis dan

    akurat.

    Perkara selanjutnya setelah menganalisa

    dan berpikir panjang, kita akan dihadapkan

    menangani sebuah kasus. Ketika pemikiran

    mulai beragam, saat itulah kita ditantang

    keakuratan data dan sumber dari mana saja

    kita dapat. Namun, di era globalisai ini, tak

    jarang kita saksikan bahwa apabila muncul

    pemikiran baru yang berbeda dengan main-

    stream seringkali dianggap sebagai penye-

    satan dan penyimpangan dari agama. Semen-

    tara para ulama terdahulu me-

    nyikapi diskursus keaga-

    maan dengan toler-

    an tanpa

    menghardik satu

    sama lain, ter-

    lebih lahirnya

    aliran dan corakpemikiran yang

    berbeda-beda.

    Dari sini kita bisa

    melihat korelasi hub-

    ungan antara perintah

    Tuhan kepada umatnya

    untuk selalu berpikir

    dan diskredibilitas

    manusia ter-

    hadap suatu pemikiran baru yang

    berbeda khususnya yang terjadi di zaman

    sekarang. Setidaknya ada dua hal yang perlu

    kita ingat;

    Pertama, sedari kita tahu bahwa berpikir

    adalah seruan Tuhan terhadap umat-Nya,

    yang secara gamblang disebutkan berkali-

    kali dalam kitab suci al-Quran, tentu sebagai

    hamba-Nya kita harus mematuhi-Nya. Na-

    mun akan bertolak belakang jika saja ada

    orang yang menghalangi cara berpikir kita.

    Menghalangi orang yang berpikir sama saja

    menentang seruan Tuhan.

    Rene Descartes, seorang ilosof modernPerancis turut menyeru bahwa berpikir

    merupakan sarana pergerakan akal yang

    absolut. Yaitu melalui gagasannya yang ser-

    ing terhegemoni di kalangan dunia, I think

    therefore I am yang artinya aku berpikir

    maka aku ada, menurutnya juga berpikir

    merupakan suatu kemestian, jikalau tidak,

    perlu dipertanyakan keberadaan dirinya di

    tengah kerumunan manusia, laksana nasi

    busuk yang tak ada nilai daya tarik dalam

    pandangan manusia.

    Maka sudah terlihat jelas bahwa berpikir

    itu seruan positif yang akan menguntungkan

    kita; baik wawasan maupun pengetahuan

    yang semakin bertambah, tentu semuanya

    tidak akan terjadi tanpa melibatkan akal

    yang rasio.

    Kedua, Akal dan pikiran merupakan

    karunia paling mulia yang diberikan Tuhan

    kepada manusia. Orang-orang yang tidak

    berpikir dan menolak untuk menghamba

    kepada Tuhan, dipandang sebagai mahkluk

    yang lebih buruk daripada binatang. Akal

    dalam pandangan al-Quran dan sebagian

    riwayat, bukanlah semata-mata akal kalku-

    latif dan logika Aristotelian. Keduanya mes-

    ki dapat menjadi media bagi akal namun

    tidak mencakup semuanya.

    Karena itu, berulang kali al-Quran me-

    nyebutkan bahwa kebanyakan

    orang tidak berpikir, atau tidak

    menggunakan akalnya; sementarakita tahu bahwa kebanyakan

    manusia melakukan pekerjaann-

    ya dengan berhitung dan kalku-

    latif pada seluruh urusannya. Memandang

    sama akal dan berpikir kalkulatif merupa-

    kan sebuah kesalahan epistemologis.

    Bahkan melakukan komparasi dan memiliki

    kemampuan berhitung semata-mata meru-

    pakan salah satu media permukaan akal

    yang lebih banyak berurusan pada masa-

    lah angka-angka dan kuantitas.

    Namun untuk mencerap realitas-realitas

    segala sesuatu, baik dan buruk, petunjuk dan

    kesesatan, kesempurnaan dan kebahagiaan,

    dan lain sebagainya diperlukan cahaya yang

    disebut sebagai sebuah anasir Ilahi yang

    terpendam dalam diri manusia. Anasir ini

    adalah akal dan itrah manusia dalam artian

    sebenarnya. Sebagaimana sesuai dengan

    sabda Sayyidina Ali Ra bahwa nabi-nabi diu-

    tus adalah untuk menyemai khazanah akal

    manusia.

    Maka, jika Tuhan saja menyeru, danRasul pun memupuk umatnya melalui

    risalahnya, serta sekian ulama jagat raya

    menganjurkan akan pentingnya berpikir.

    Lantas, pantaskah kita menghalangi seorang

    manusia yang sedang berpikir lantaran

    pemikirannya berbeda? Bukankah dengan

    terus berpikirkah kita akan kembali kepada

    hakikat maha benar meski berada dalam

    kesesatan? Daripada kita tetap berdiam diri

    tanpa mau berpikir, padahal kita berada

    dalam petunjuk?! Wallahu alam.

    Semoga bermanfaat.

    *Penulis adalah Redaktur Buletin

    TROBOSAN

    Kebebasan BerfikirOleh: Abdul Malik*

    Doc: 1stmuse .com

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    9/12

    TROB

    OSANEdisiRegu

    ler364Oktober2014

    Jakarta Jumat siang (03/10) waktu

    setempat, Presiden Susilo Bambang

    Yudhoyono (SBY) meresmikan asrama

    mahasiswa Indonesia yang dibangun dalam

    komplek Universitas al-Azhar Kairo, ber-

    tempat di Istana Merdeka tepatnya depan

    Masjid Baiturrahim.

    Dalam peresmian tersebut, SBY menan-

    datangani sebuah prasasti sebagai simbol

    diresmikannya penggunaan gedung asrama.

    Hadir dalam pertemuan tersebut Wakil

    Presiden Boediono beserta jajaran Men-

    terinya, turut hadir pula Duta Besar RI

    Nurfaizi Suwandi beserta delegasi Badan

    Fungsi Atdikbud KBRI Kairo.

    Pada awal sambutannya, SBY berharap

    asrama yang ia resmikan dapat mendukung

    putra-putri terbaik Indonesia untuk belajar

    di al-Azhar yang mengajarkan toleransi

    beragama bagi para pemimpin Islam dunia.

    Sementara di Kairo, peresmian tersebut

    disiarkan secara langsung di KBRI melalui

    teleconference Dialog Presiden RI dengan

    Mahasiswa Indonesia di Mesir. Yang

    dihadiri sejumlah Pejabat KBRI dan Masisir;

    utamanya delegasi PPMI dan WIHDAH.

    Asrama Indonesia dengan kapasitas

    1.200 mahasiswa, rencananya tidak hanya

    diisi oleh mahasiswa Indonesia saja. 50 %

    untuk mahasiswa Indonesia, 25 % untuk

    mahasiswa Mesir, dan 25 % sebagian

    lainnya untuk mahasiswa Negara sahabat

    ujar SBY.

    Beliau beralasan dengan pencampuran

    ini, dengan tujuan meningkatkan daya

    kualitas bahasa Arab dan membiasakan

    interaksi sosial sesama mahasiswa asing.

    (Malik)

    SBY Resmikan Asrama Mahasiswa Indonesia-Mesir

    Doc: www.facebookSBY.com

    PPMI Selenggarakan Wisuda Akbar Tepat di Hari Sarjana Indonesia

    Rabu (29/9) tepat di peringatan hari

    sarjana Indonesia, PPMI menggelar wisuda

    akbar bagi lulusan al- Azhar dari Indonesia

    dan beberapa Negara tetangga seperti Ma-

    laysia,Filipina dan Thailand. Juga beberapa

    Negara seperti Afghanistan, Pakistan bahkan

    Nigeria.

    Acara yang dilangsungkan di ACC (Al-

    Azhar Conference Center) tersebut dihadiri

    langsung oleh rektor universitas al-Azhar,

    doktor Muhammad Abdusyai dan semua

    dekan dari berbagai fakultas; ushuluddin,

    syariah wal qonun dan dirasat islamiyah.

    Turut hadir juga perwakilan dari IkatanAlumni al-Azhar Interntional. Sedangkan

    dari pihak KBRI, hadir sebagai perwakilan,

    Bapak Nugroho Suyono Aribimo, selaku

    protokoler KBRI.

    Widsuda akbar yang telah diadakan oleh

    PPMI sejak tahun 2010 tersebut, kali ini

    diikuti sebanyak 406 mahasiswa/i baik dari

    program sarjana (licence), pasca sarjana

    (magister) dan doktoral. 101 diantara mere-

    ka mendapatkan nilai mumtaz dan jayyid

    jiddan.

    Agenda yang dimulai dari pukul 10.00

    CLT tersebut dibuka secara resmi oleh pim-

    pinan sidang terbuka, Bapak Fahmi Lukman

    M.Hum selaku atase pendidikan. Prosesiwisuda sebanyak 406 mahasiswa sempat

    diselingi oleh hiburan angklung LSGP dari

    KPMJB, untuk selanjutnya acara diakhiri

    dengan penganugerahan PPMI Awards. (Iis)

    Doc: www.facebookPanitiaWisuda.com

    mengherankan peristiwa di atas, Sayaga tahu

    persis, apa ada hubungannya antara tidak

    digelarnya shalat Ied bersama dengan dige-

    larnya Yalla Indonesia. Hal semacam ini KBRI

    lebih punya kapasitas untuk menjawab. Peri-

    hal rumor kan tidak bisa dijadikan rujukan

    kevalidan sebuah realitas. ujarnya.

    Mahasiswa asal Banten itu juga menya-

    yangkan seandainya ihwal rumor itu ada

    benarnya, Namun, memang KBRI seharusnya

    mempunyai misi prioritas di Mesir. KBRI itu

    fungsinya kan perwakilan pemerintah pusat

    untuk mengurusi masyarakat Indonesia di

    Mesir. Jadi tugas menjaga dan memenuhi hak

    Masisir adalah yang primer. Sedang, mem-

    perkenalkan budaya atau peradaban Indone-

    sia ke masyarakat Mesir adalah sekunder. Jadi,

    menurut saya kurang etis jika KBRI menda-

    hulukan yang sekunder ketimbang primer. Itu

    pun kalo benar ya! tandasnya.

    KBRI pun berkelit dengan adanya rumor

    tersebut. Meri mengatakan tidak ada sangkut-

    paut antara rumor tersebut dengan digelarnya

    Yalla Indonesia, Saya tekankan, bukan karena

    acara Yalla, semua anggaran untuk mahasiswa

    tidak ada. Setelah kami pantau melalui Atdik-

    bud, mereka tetap membiayai penulisan

    tesisnya mahasiswa, untuk dana simposium

    PPI Dunia pun mereka bantu. Jelas Meri.

    Perihal tidak digelarnya silaturahim bersa-

    ma di hari raya Idul Fitri, Meri menjawab di-

    plomatis,Karena (KBRI red) memberi kes-

    empatan kepada Masisir untuk berbaur

    dengan masyarakat Mesir. Di sisi lain memang

    ketika itu (Idul Fitri 1435 H) Bapak Dubes

    berada di tanah suci. Namun, silaturahim tetap

    kami adakan, dengan mengundang perwakilan

    setiap kekeluargaan yang bertempat di KBRI.

    Dan tentu, tidak ada unsur kaitannya dengan

    digelarnya Yalla Indonesia. ujarnya.

    Meri berpesan kepada Masisir,Filosoi

    Yalla adalah team work (kerjasama) dengan

    semua pihak baik dari internal KBRI maupun

    eksternal sistem seperti ini harus diterapkan

    di Masisir dalam kegiatan apapun. Supaya

    dengan banyaknya kerjasama, makin banyak-

    lah kemudahan dan dukungan yang kita

    peroleh, asalkan kita aktif.Tanpa team work,

    atau hanya mengandalkan satu sumber saja

    bantuan KBRI dalam hal ini acara pun tidak

    akan terselenggara dengan baik.

    Dengan demikian, apakah even Yalla Indo-

    nesia sudah maksimal sebagai ajang promosi

    kebudayaan, pendidikan dan perdagangan,

    serta sesuai harapankah Yalla Indonesia

    dengan tujuan diselenggarakannya? Anda bisa

    menilainya sendiri. (Malik,Khudlori)

  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    10/12

    TROBOSAN

    -E

    disiReguler

    364-O

    ktober2014

    Beberapa tahun setelah revolusi Mesir,

    aku memutuskan menemui Nila di penjara.

    Kami berpisah hampir sepuluh tahun. Nila

    dipenjara karena terbukti bergabung dengangerakan bawah tanah. Ketika itu Gamal Ab-

    dul Nasser sedang gencar-gencarnya me-

    nangkap semua kelompok yang dianggap

    kontra revolusioner. Nila memilih bergabung

    dengan para aktiis karena jengah dengan

    kehidupan di rumahnya.

    Kami pertama kali bertemu di Is-

    kandaria. Sekitar tahun1945.

    Nila suka mengajakku ke pantai.

    Sambil membawa novel dan beberapa

    kumpulan cerpen. Dia juga punya ban-

    yak kenalan pemain teater. Biasanya

    sore hari kita menikmati kopi sampai

    matahari tenggelam. Kita memilih

    duduk di kafe paling ujung yang

    menghadap langsung ke permukaan

    laut. Awalnya aku canggung, karena

    duduk di kafe sambil menghisap syisa

    menurutku itu tidak pantas dilakukan oleh

    anak seorang Jendral pensiunan. Tapi Nila

    berhasil meyakinkaku, dengan kejenakaan

    yang ada dalam pikirannya dia begitu mudah

    mendobrak dogma yang selama ini kuamini

    turun temurun.

    Nila sering sekali mengeluh soal rutinitas

    hidup. Kedua orang tuanya nyaris ribut se-

    tiap hari. Dia juga dipaksa kuliah kedokteran

    tanpa mau tahu apa yang sebenarnya ia

    inginkan. Akhirnya kuliah dia berantakan

    dan orang tuanya semakin murka, dia se-

    makin jarang pulang ke rumah.

    Belum lagi persoalan cintanya yang

    remuk.

    Kamu tahu? Imajinasi bisa me-

    nyelamatkan kita dari cinta yang remuk.Aku diam saja mendengar kalimat itu. Dia

    memang pandai menyusun kalimat menjadi

    begitu enak didengar.

    Saat kita lelah dengan kenyataan, hanya

    imajinasi yang jadi penawar. Aku pun masih

    terdiam. Aku lebih suka menyimak semua

    yang dia bicarakan.

    Berkat Nila aku semakin rajin bohong

    pada orang tua. Berkat Nila aku mulai tidak

    percaya dengan pria. Sulit sekali rasanya

    percaya pada pria, mereka bagai mahluk

    buas yang siap menerkam mangsa dan

    setelah kenyang mereka tinggalkan begitu

    saja.

    Nila membuka lembaran baru dari se-

    buah perjalanan kusam yang begitu berdebu.

    ***

    Aku tiba di Ramsis pukul enam pagi.

    Kereta baru operasi satu jam lagi. Aku me-

    nyulut sebatang rokok guna membakar

    dingin. Terngiang wajah Nila saat pertamakali mengajariku merokok. Waktu itu aku

    terbatuk-batuk dan dia tertawa girang. Kini

    aku sudah nyaman dengan rokok, bahkan

    tak segan menghisapnya di tempat umum.

    Apa yang salah dari anak pensiunan Jendral

    menghisap rokok di stasiun? Tidak ada kan.

    Dengung mesin kereta menggema. Aku

    menjumput tas gendong yang kuletakan di

    bawah bangku panjang. Aku memang tidak

    seperti orang yang akan menjenguk sa-

    habatnya di penjara, aku tidak membawa

    makananan dan pakaian penghangat. Aku

    hanya membawa dua buah novel dan tiga

    bungkus rokok Roshmen Bin Nana, salah

    satu rokok kesukaannya. Biarlah nanti di

    stasiun sana aku beli dua botol air mineral.

    Di dalam kereta, orang-orang yang baru

    datang sibuk mencari tempat duduk. Orang-

    orang yang sudah duduk sibuk berbenah

    diri, membaca koran, membuka kotak makan

    atau meneguk minuman yang mereka bawa

    sebagai bekal. Aku menempelkan kepala ke

    jendela kaca. Dari ventisalinya angin pagi

    masuk membekukan telinga. Sejenakteringat perjalanan bersama Nila dan

    kekasihnya, mungkin bukan kereta yang

    sama mungkin juga kereta ini. Yang jelas

    waktu itu kita sama-sama kabur, lebih tepat-

    nya aku diajak kabur. Aku melihat mereka

    berciuman dan darahku langsung berdesir

    kencang. Aku panik. Mereka berdua terba-

    hak-bahak. Betapa bodohnya aku.

    Tapi perjalanan itu bertujuan sama, Is-

    kandaria. Setiba di sana, kita langsung me-

    nyusuri down town, dan malamnya menepi

    di kafe Teatro Eskandaria, sambil menikmati

    pertunjukan teater. Walau itu kadang mem-

    bosankan tapi kata Nila, teater adalah per-

    tunjukan paling idealis yang pernah ada.

    Bayangkan dari naskah yang dipentaskannya

    saja bukan sembarang naskah, ia penuh

    dengan nila-nilai kehidupan yang mulai

    tergeser arus modernitas. Saat menonton

    teater kita akan melihat langsung bagaimana

    sebuah adegan, jika ada yang salah akantampak jika benar kita tak berhenti men-

    gagum decak. Beda dengan ilm, semuanya

    sudah editan. Begitu kata Nila panjang lebar

    seusai pertunjukan.

    Nila sejujurnya agak tomboy. Ia per-

    empuan pemberani. Pernah menampar supir

    angkot yang mencolek pantatnya. Semen-

    tara Nasser bisa dibilang pria pendiam,

    mungkin di beberapa kejadian disebut

    penakut. Tapi cintanya pada Nila se-

    tahuku sangat besar ia rela menghabiskan

    tabungannya untuk mengajak kami jalan-

    jalan. Bahkan ia berani mencuri uang

    orang tuanya, demi membelikan sepatu

    kett di hari ulang tahun pacarnya. Tapi

    pernah suatu malam ia mengadu, kalau

    bergabungnya Nila dengan para aktiis

    membuatnya khawatir. Sejujurnya Nasser

    sangat tidak setuju, tapi begitulah, Nila me-

    mang keras kepala.

    Dalam hidupnya ia ingin jadi bagian dari

    nasib masa depan negerinya. Mungkin kare-

    na ia banyak membaca buku-buku perge-

    rakan, naskah-naskah teater yang berbau

    perlawanan, mungkin juga karena problem

    keluarga yang menyeretnya hidup di jalanan,

    menjadi sangat idealis dan skeptis.

    Kamu jangan pernah meninggalkan

    Nila. Dia sudah terlalu banyak menderita.

    Suatu kali aku pernah bicara begitu pada

    Nasser. Aku tidak mau pengalaman cintanya

    yang remuk terulang.

    Aku dibangunkan dari lamunan oleh

    penjual kopi keliling. Aku memesan nescafe

    tanpa gula. Menghirup aromanya yang khassedikit meringankan beban pikiran.

    Tapi seperti ada candu untuk terus

    mengingat semua yang pernah kita lewati

    bersama.

    Kereta berhenti di sebuah stasiun. Be-

    berapa orang masuk beberapa orang keluar.

    Di antara yang masuk ada seorang pemuda

    dengan jaket levis dan celana jeans yang

    bolong di bagian lututnya. Dia sempat me-

    lirikku sekilas kemudian memohon diri

    duduk di bangku depan. Aku mempersi-

    lahkannya seolah keretea ini punyaku.

    Bersambung..

    *Penulis adalah Mantan Pemimpin

    Redaksi Buletin Prestasi KSW

    Nila (I)Oleh: Wahid Satunggal*

    Doc: bacacontent.com

    http://www.bbrmarketing.com/blog/do-we-really-need-a-logo/http://www.bbrmarketing.com/blog/do-we-really-need-a-logo/
  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    11/12

    TROB

    OSANEdisiRegu

    ler364Oktober2014

    Pernahkah anda membaca buku

    MHMMD (Mengelola Hidup dan Merencana-

    kan Masa Depan)? Ini adalah sebuah buku

    fenomenal dan best seller karya salah satu

    cendekiawati Indonesia bernama MarwahDaud Ibrahim. Di dalam buku ini Marwah

    Daud Ibrahim memberikan kisah menarik

    seputar perjalanan intelektualnya, kemudian

    dilanjutkan dengan trik dan cara-cara yang

    sangat aplikatif untuk mengelola hidup dan

    merencanakan masa depan kita sendiri. Bagi

    anda yang penasaran dan ingin mengetahui

    dahsyatnya buku ini bisa membacanya di

    Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo

    (PMIK).

    Salah satu slogan yang masih saya ingat

    dari buku itu adalah: gagal merencanakan

    sama dengan merencanakan kegagalan. Me-

    mang, memiliki rencana untuk masa depan

    adalah jauh lebih baik dari pada tidak mem-

    iliki rencana sama sekali.

    Di dalam buku tersebut kita bisa

    mendapatkan sebuah trik sederhana, yang

    bisa anda praktekkan langsung, yaitu dengan

    membuat kotak-kotak sebanyak umur anda,

    (berapa tahun anda berencana untuk hidup,

    sebanyak itu kotak anda buat), di dalam setiap

    kotak itu tulislah rencana apa yang ingin anda

    kerjakan pada tahun tersebut. Pertama kali

    saya membaca buku menarik ini ketika kelas

    tiga intensif di pondok Gontor Ponorogo. Kala

    itu saya membuat kotak rencana dengan tar-

    get umur 80 tahun. Di dalamnya saya tulis

    target-target saya. Sayangnya saya kehilangan

    kertas tersebut bersamaan dengan ber-

    jalannya waktu.Masih ada beberapa rencana

    yang teringat di kepala saya, namun tentu saja

    tidak semuanya. Saya ingat kala itu saya ber-

    encana untuk melanjutkan pendidikan saya

    dengan kuliah di Al-Azhar, dan Alhamdulillah

    target yang satu ini kesampaian.

    Sekarang mari kita berbicara tentang

    anda. Anda mungkin adalah salah satu maha-

    siswa Indonesia di Kairo. Anda telah menge-

    luarkan segenap kemampuan anda untuk bisa

    duduk di bangku kuliah, merasakan bagaima-

    na rasanya menimba ilmu di Universitas yang

    menjadi dambaan hampir seluruh santri di

    Indonesia. Menjadi mahasiswa di Universitas

    Al-Azhar adalah prestasi tersendiri yang mem-

    buat anda dan keluarga berbangga dan baha-

    gia. Anda juga telah berusaha untuk beradap-

    tasi dengan lingkungan asing. Menjadi pelajar

    asing di negeri yang asing adalah juga sebuah

    pengorbanan yang besar; pergi meninggalkan

    keluarga dan tanah kelahiran, bertemu orang-

    orang baru, mempelajari bahasa asli Mesir

    langsung dari penduduknya. Anda juga ten-

    tunya telah mengalami clash of civilization,

    atau gesekan peradaban dan budaya yang

    terkadang membuat anda mengelus dada.

    Gambaran di atas sekedar menunjuk-

    kan bahwa kita sudah memiliki pencapaiandan berhasil menempuh berbagai kesulitan

    yang tidak dilewati oleh kebanyakan orang. Ini

    meru- pakan sesuatu yang

    harus disyukuri.

    Setelah men-

    jalani

    berbagai

    rintangan ketika

    pertama kali tiba

    di Mesir, kita juga

    kembali menemui

    rintangan

    ketika kita

    kuliah. Sistem

    kuliah yang be-

    gitu bebas,

    dit- ambah

    dengan

    diktat kuliah

    yang tebal

    dan terkadang kurang jelas, ditambah sistem

    kenaikan yang membuat begitu banyak kawan

    mahasiswa mengulang tahun akademik yang

    sama. Kesulitan-kesulitan ini adalah sesuatu

    yang berat bila kita mau untuk sesaat

    memikirkannya.

    Di tahap selanjutnya, kita akan me-

    masuki masa pasca kuliah. Masa ini lah yang

    sedang saya rasakan. Hal terdekat yang saya

    lihat adalah rencana untuk melanjutkan S2.

    Tempat terdekat yang memungkinkan kita

    untuk melanjutkan S2 adalah di Universitas Al

    -Azhar. Bagi lulusan S1 Al-Azhar yang mem-

    iliki nilai rata-rata minimal Jayyid tentu sangat

    tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di

    Universitas Al-Azhar. Pertanyaan selanjutnya

    adalah, apakah anda akan melanjutkan S2 di Al

    -Azhar? Setiap tahunnya selalu ada mahasiswa

    -mahasiswa Indonesia yang telah menyiapkan

    isik, mental, jiwa, dan raganya untuk

    menempuh pendidikan S2 di Al-Azhar.

    Merekalah orang-orang yang terpilih dengan

    kesabaran yang tinggi..

    Pada hari Ahad, 14 September lalu,

    saya mendapatkan kesempatan bertemu

    dengan Mantan Atase Pendidikan KBRI Cairo,

    Bapak Prof. Sangidu Ash-Shofa, M.Hum. Saat

    saya menemani beliau belanja buku, saya ber-

    tanya pendapat beliau mengenai jenjang

    kuliah pasca sarjana. Dibandingkan lulusan S2

    al Azhar yang rata-rata menghabiskan waktu 5

    tahun, maka di Indonesia dapat ditempuh

    lebih singkat, 18 bulan saja. Adapun isu yang

    mengatakan bahwa S2 di Indonesia akan di-

    perpanjang menjadi 4 tahun, beliau men-

    erangkan bahwa yang ditambah adalah

    SKSnya, sedangkan waktunya tetap.Beliau juga berpesan,Kita harus bisa me-

    manfaatkan peluang. Maksudnya agar kita

    membuka mata melihat peluang yang kita

    miliki, terutama di Indonesia. Saat ini

    Pemerintah Indonesia telah menyediakan

    dana beasiswa yang sangat besar yang dit-

    ampung oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana

    Pendidikan). Dengan dana dari LPDP, kita bisa

    sekolah S2 dan S3 gratis dan bahkan kita

    diberi tunjangan biaya hidup yang cukup se-

    tiap bulannya. Beliau juga menambahkan,

    bahwa kalau kita sudah bisa terdaftar menjadi

    dosen tetap di salah satu Perguruan Tinggi,

    kita juga akan bisa mendapatkan beasiswa

    Dikti yang dikhususkan untuk dosen. Selain

    dua peluang di atas, tentunya masih banyak

    informasi-informasi menarik tentang peluang

    untuk melanjutkan studi dengan beasiswa.

    Sebelum kita menentukan mau apa

    kita setelah kuliah, saya ingin mengajak anda

    untuk sesaat melihat apa yang dilakukan

    Rasulullah SAW. Kita bisa melihat bahwa

    Rasulullah SAW memang tidak belajar di Uni-

    versitas, namun Beliau telah mendapat gelar

    yang lebih beken dari Doktor. Beliau diberi

    gelar, al-Amin, yang bisa dipercaya. Sejak kecil

    beliau telah bekerja mengembala ternak dan

    berdagang, ketika berumur 25 beliau menikah

    dengan Siti Khodijah. Setelah menikah dan

    mapan secara ekonomi, barulah beliau

    berkhalwat.

    Hal yang ingin saya garis bawahi ada-

    lah bahwa Rasulullah SAW baru berkhalwat

    setelah menikah dan mapan secara ekonomi,

    dan bukan sebaliknya. Menurut saya inilah

    pola hidup yang ideal bagi seorang muslim.

    Kita menikah dan mapan terlebih dahulu, ba-

    rulah kita berkhalwat dan kemudian

    berdakwah. Maka setelah kita lulus kuliah, ada

    baiknya kita memikirkan bagaimana caranya

    agar bisa menikah dan mapan secara ekonomi.

    Antara menikah, bekerja, atau melanjutkan

    pendidikan, apa pun pilihan kita, mudah-

    mudahan kita bisa menjalaninya dengan yakin

    dan sepenuh hati, dan diberi kemudahan oleh

    Allah SWT. Allah-lah Maha pemberi hidayah

    dan tauiq, dan kepadaNyalah dikembalikan

    segala urusan.

    *Penulis adalah Pemimpin Redaksi

    Jurnal Himmah 2013-2014

    Lulus Kuliah; Lalu Apa?Oleh: Muhammad Izdiyan Muttaqin*

    Doc: www.bbrmarketing.com

    http://www.bbrmarketing.com/blog/do-we-really-need-a-logo/http://www.bbrmarketing.com/blog/do-we-really-need-a-logo/
  • 8/11/2019 Terobosan Edisi Reguler 364

    12/12

    Email/YM: [email protected]

    FB: Tranferindo Mesir