tinjauan pustaka dan dasar teori
Post on 02-Dec-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Gede Dedy Aryawan (2011) melakukan penelitian dengan judul Perbandingan
Penambahan Waktu Kerja (Jam Lembur) dan Penambahan Tenaga Kerja
Terhadap Biaya Pelaksanaan Proyek. Penelitian ini memilih proyek Pembangunan
Gedung Kuliah Universitas Mahasaraswati Denpasar yang mengalami
keterlambatan 2,94 % yaitu 9 hari dalam pelaksanaannya. Peneliti menggunakan
alternatif kompresi yang digunakan yaitu penambahan jam lembur selama 3 jam
sehari, sedangkan untuk penambahan tenaga kerja dilakukan secara manual. Data
yang diperlukan berupa data sekunder (RAB, daftar analisis harga satuan, daftar
upah dan time schedule). Sebelum melakukan perhitungan crashing pada kedua
alternatif tersebut dilakukan pencarian lintasan kritis kegiatan proyek
menggunakan Microsoft Office Project 2007. Cost slope didapatkan melalui
perhitungan crashing kemudian dianalisis menggunakan metode TCTO.
Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan waktu 9 hari (2,94 %) untuk mengejar
keterlambatan proyek dan diperoleh perbandingan biaya percepatan dengan
penambahan jam lembur sebesar Rp 3.229.984,27 sedangkan untuk penambahan
tenaga kerja sebesar Rp 3.229.966.684,64 dari biaya normal proyek sebesar Rp
3.229.249.428,56.
Penelitian Nurhadinata Buluatie (2013) bertujuan untuk melakukan optimasi biaya
dan waktu pelaksanaan dengan penambahan jam kerja lembur dan penambahan
pekerja. Analisis pengaruh percepatan proyek terhadap biaya yang harus dikeluarkan
dalam penilitian proyek Revitalisasi Gedung BPS Kota Gorontalo adalah dengan
menggunakan metode TCTO. Proyek tersebut dipilih karena telah mengalami
keterlambatan sehingga alternatif percepatan yang digunakan adalah asumsi
produktivitas kerja lembur diperhitungkan sebesar 75% dari produktivitas normal.
Penambahan pekerja sendiri dilakukan dari kegiatan-kegiatan kritis yang akan
dipercepat dan dihitung berdasarkan data biaya langsung pekerjaan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
diperoleh pertambahan biaya (cost slope) pekerjaan. Selanjutnya dilakukan
optimalisasi waktu dan biaya sehingga diperoleh adanya pertambahan biaya langsung
yang diakibatkan oleh jam lembur maupun penambahan jumlah pekerja. Durasi
normal dari perencanaan proyek 180 hari kerja dengan biaya total sebesar Rp
1.385.945.709. Berdasarkan penelitian penambahan jam kerja lembur dan
penambahan pekerja memiliki efisiensi waktu optimum proyek selama 170 hari kerja
atau 6,67%. Dilihat dari segi efisiensi biaya jam kerja lembur optimum didapatkan
sebesar Rp 4.230.875 atau 0,305%. Sedangkan untuk penambahan jumlah pekerja
memiliki efisiensi biaya optimum sebesar Rp 8.112.500 atau 0,586%. Dari hasil
penelitian ini dapat dilihat bahwa penambahan pekerja lebih efisien dibandingkan
penambahan jam kerja lembur dengan keuntungan biaya yang lebih besar.
Hal yang sama terjadi pada penelitian Ivana Astria Rani (2014) berjudul “Analisis
Perbandingan Percepatan Pelaksanaan Pekerjaan ditinjau dari Penambahan
Tenaga Kerja dengan Penambahan Jam Kerja pada Proyek Pembangunan Gedung
Itera Tahap I”. Perhitunngan crashing dilakukan dengan rencana percepatan
durasi selama 5 hari, kemudian dianalisis menggunakan metode TCTO. Alternatif
percepatan yang digunakan yaitu dengan penambahan tenaga kerja dan
penambahan jam kerja. Hasil akhir percepatan dengan penambahan tenaga kerja
diperoleh penambahan biaya sebesar Rp.527.760.000,00, mengalami peningkatan
sebesar 15,67 % dari biaya normal, dengan cost slope sebesar Rp.105.552.000,00.
Sedangkan untuk metode penambahan jam kerja diperoleh penambahan biaya
sebesar Rp.635.671.875,00 dengan peningkatan sebesar 18,87 % dari biaya
normal, dengan cost slope sebesar Rp.127.134.375,00.
2.2. Dasar Teori
Dasar teori ini berisikan tentang paparan dasar-dasar teori dan referensi yang
digunakan dalam penulisan Skripsi “Penerapan Time Cost Trade Off dalam
Optimalisasi Biaya dan Waktu terhadap Perbandingan Penambahan Tenaga Kerja
dan Shift Kerja”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2.2.1. Proyek
Proyek adalah sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana ada titik
awal dan titik akhir serta hasil tertentu, yang bersifat lintas fungsi organisasi
sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan
organisasi. Setiap proyek memiliki sisi unik yang berbeda-beda, bahkan tidak ada
dua proyek yang persis sama. Proyek merupakan kegiatan dalam mencapai tujuan,
tertentu dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, diselesaikan dalam
waktu tertentu pula sesuai dengan kesepakatan, tanpa mengabaikan sasaran dari
proyek itu sendiri. (Dipohusodo ,1995).
Tujuan tertentu dari proyek kontruksi harus dicapai dalam batasan waktu, biaya
dan mutu tertentu. Ketiga batasan tersebut tiga kendala yang merupakan
parameter penting bagi penyelenggaraan proyek yang sering diasosiasikan sebagai
sasaran proyek. Faktor – faktor yang diperlukan dalam proyek konstruksi yaitu
man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode
pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time (waktu).
Elemen dasar dalam suatu perencanaan tidak lain adalah mutu konstruksi yang
harus dijaga agar sesuai dengan target awal. Namun demikian, pada kenyataannya
sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu pelaksanaan
(Tjaturono, 2004). Seringkali efisiensi dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak
tercapai. Jika ingin meningkatkan kinerja proyek yang telah disepakati dalam
kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan menaikkan mutu, yang selanjutnya
berakibat pada naiknya biaya melebihi anggaran. Sebaliknya bila ingin menekan
biaya, maka biasanya pengendalian proyek memperhatikan faktor mutu atau
jadwal.
Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi antara lain
pemilik, perencana (konsultan), pelaksana kontraktor, pengawas (konsultan),
penyandang dana, pemerintah (regulasi), pemakai bangunan dan masyarakat. Jasa
konstruksi merupakan jasa pelayanan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
konstruksi (Januar, 2011). Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali
dengan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan, untuk lebih
jelasnya berikut tahapan proyek konstruksi:
a. Perencanaan (Planning)
Tahap ini dimulai dengan membuat gagasan dan ide yang sesuai dengan
kebutuhan maupun permintaan owner. Setelah gagasan muncul kemudian
dilakukan studi kelayakan yang meninjau aspek teknis, ekonomi lingkungan,
dan lain-lain. Pihak yang terlibat dalam tahap perencanan ini adalah pemilik
proyek dan konsultan studi kelayakan atau konsultan manajemen konstruksi.
b. Perekayasaan dan Perancangan
Pihak yang terlibat dalam tahap ini adalah konsultan perencana, konsultan MK,
konsultan rekayasa nilai dan atau konsultan quantity surveyor. Tahap ini dibagi
menjadi tiga, yaitu:
Tahap pra rancangan mencakup kriteria desain, skematik desain, dan
estimasi biaya konseptual.
Tahap pengembangan rancangan merupakan pengembangan dari tahap pra
rancangan, sehingga estimasi biaya lebih terperinci.
Tahap desain akhir dengan hasil gambar detail. Tahap ini meliputi
spesifikasi perancangan, daftar volume, RAB, syarat-syarat administrasi dan
peraturan-peraturan umum.
c. Pengadaan/Pelelangan (Procurement)
Pengadaan pada tahap ini meliputi pengadaan jasa konstruksi dan pengadaan
material dan peralatan. Pihak yang terlibat adalah pemilik proyek, pelaksana
jasa konstruksi (kontraktor), dan konsultan MK.
d. Pelaksanaan (Construction)
Tahapan ini merupakan pelaksanaan hasil perancangan dengan SPK (Surat
Perintah Kerja) dan kontrak kerja yang telah disepakati. Selama pembangunan
proyek berlangsung diperlukan manajemen proyek yang bagus. Pihak yang
terlibat adalah konsultan pengawas dan atau konsultan MK, kontraktor utama,
sub kontraktor, supplier, dan instansi lain yang terkait.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
e. Tes Operasional (Commissioning)
Tahap dimana dilakukan pengujian dari fungsi masing-masing bagian
bangunan. Pihak yang terlibat adalah konsultan pengawas, pemilik proyek,
konsultan MK, kontraktor maupun sub kontraktor.
f. Pemanfaatan dan Pemeliharaan (Operasional and Maintenance)
Tahap operasional dilakukan setelah terjadi pembayaran total sebesar 95 % dari
nilai kontrak. Pemeliharaan pada umumnya dilakukan selama 3 bulan (dengan
uang jaminan pemeliharaan yang ditahan oleh pemilik proyek). Pihak yang
terlibat adalah konsultan MK, pemakai bangunan dan pemilik proyek.
2.2.2. Penjadwalan
Penjadwalan merupakan tahapan menerjemahkan suatu kegiatan perancangan ke
dalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan
menentukan kapan kegiatan-kegiatan akan dimulai, ditunda, dan diselesaikan,
sehingga tercipta hubungan antar kegiatan atau pekerjaan dalam suatu proyek.
Mengatur jadwal proyek merupakan berpikir secara mendalam melalui berbagai
persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, serta menyusun berbagai
macam tugas, yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan
bermacam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu yang
tepat. (Luthan, 2006). Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan
mengikuti perkembangan proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses
monitoring serta updating selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang
paling realistis agar alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan
sasaran dan tujuan proyek. Adapun tujuan penjadwalan adalah sebagai berikut :
a. Mempermudah perumusan masalah proyek.
b. Menentukan metode atau cara yang sesuai.
c. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir.
d. Mendapatkan hasil yang optimum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2.2.3. Kurva S
Pembuatan kurva S dikerjakan setelah menghitung rencana anggaran biaya dan
melakukan analisis harga satuan pekerjaan. Kurva S adalah sebuah grafik yang
dikembangkan oleh Warren T. Hanumm atas dasar pengamatan terhadap sejumlah
besar proyek sejak awal hingga akhir proyek. Kurva S merupakan salah satu
metode perencanaan pengendalian biaya yang efektif dan seringkali digunakan
pada proyek. Penggambaran kurva S merupakan visualisasi dari kemajuan
pekerjaan kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horisontal
yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Kemajuan pekerjaan dalam kurva S
didefinisikan sebagai prosentase bobot kegiatan. Nilai bobot pekerjaan dapat
dihitung dengan menggunakan rumus 2.1.
o ot ( ) ia a peker aan
otal ia a pro ek
Perbandingan kurva S rencana dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat
diketahuinya kemajuan pelaksanaan proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih
dari yang direncanakan. (Luthan, 2006). Penyimpangan dapat diketahui melalui
visualisasi Kurva S. Indikasi tersebut dapat menjadi informasi awal guna
melakukan tindakan koreksi dalam proses pengendalian jadwal proyek. Kemajuan
kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh
proyek, survei kuantitas dari pekerjaan di proyek, dan jumlah tenaga kerja yang
dipakai.
(2.1.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Gambar 2.1. Kurva S
Sumber: http://zulkadri.blogspot.com/2013/09/membuat-kurva-s-terintegrasi-den-progres.html
Adapun fungsi kurva S menurut Pamungkas (2011) adalah sebagai berikut :
a. Menentukan waktu penyelesaian proyek.
b. Menentukan waktu penyelesaian bagian proyek.
c. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
d. Menentukan waktu untuk mendatangkan material dan alat yang akan dipakai.
Penggambaran Kurva S dapat diasumsikan biaya setiap item terdistribusi secara
merata selama durasinya. Kondisi ini tidak selamanya benar, karena
dimungkinkan suatu item pekerjaan dengan biaya pembelian material yang besar
(menyerap lebih dari 50 % dari total harga pekerjaan tersebut) akan diserap di
awal pekerjaan tersebut dan sisa durasi dilakukan untuk biaya pemasangannya.
Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat dijadikan dasar untuk pembuatan tagihan
kontraktor dikarenakan progres fisik pengerjaannya belum terlaksana.
2.2.4. Rencana Anggaran Biaya
Dalam proses membangun proyek konstruksi salah satu perencanaan yang terlebih
dahulu diperkirakan secara cermat adalah biaya yang akan dikeluarkan dalam
Rencana Anggaran Biaya (RAB). Rencana Anggaran Biaya adalah perhitungan
biaya bangunan berdasarkan gambar bangunan dan spesifikasi pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
konstruksi yang akan di bangun. Rencana Anggaran Biaya disusun berdasarkan
dimensi dari bangunan yang telah direncanakan, kemudian disusun secara rinci
untuk mengetahui biaya pembangunan konstruksi tersebut. Adanya RAB dapat
dijadikan sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan yang memuat real cost dari proyek
yang dikerjakan. Dari real cost ini kemudian ditentukan harga borongan untuk
lelang. Penyusunan RAB dibutuhkan volume pekerjaan dan harga satuan
pekerjaan seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. RAB merupakan jumlah dari
RAP (Rencana Anggaran Pelaksanaan) dan keuntungan. RAP terdiri dari biaya
langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).
Gambar 2.2. Rencana Anggaran Biaya
Sumber:http://al-musyariin.blogspot.com/2013/11/panitia-pembangunan-masjid-al-musyariin.html
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung berhubungan
dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek
tersebut. (Frederika, 2010). Biaya tidak langsung secara umum menunjukkan
biaya-biaya overhead seperti pengawasan, administrasi, konsultan, bunga, dan
biaya lain-lain/biaya tak terduga. Biaya tidak langsung tidak dapat dihubungkan
dengan paket kegiatan dalam proyek. Sedangkan biaya langsung secara umum
menunjukkan biaya tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kadang-kadang juga biaya
sub kontraktor. Biaya langsung akan bersifat sebagai biaya normal apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dilakukan dengan metode yang efisien, dan dalam waktu normal proyek. Biaya
langsung diasumsikan dikembangkan dari metode dan waktu yang normal
sehingga pengurangan waktu akan menambah biaya dari kegiatan proyek. Maka
dari itu untuk durasi waktu yang dibebankan (imposed duration date) biayanya
akan lebih besar daripada biaya untuk durasi waktu yang normal.
Setelah proyek berjalan, setiap pengeluaran yang terjadi dicatat dalam Realisasi
Biaya Pekerjaan (RBP). Jumlah penggunaan dana proyek dalam RBP ini
seharusnya lebih kecil atau paling tidak sama dengan yang tercantum dalam RAB,
sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan. Namun dalam usaha memperoleh
keuntungan ini mestinya tidak mengurangi kualitas dan kuantitas hasil kerja.
Kegiatan pengendalian biaya sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Penyusunan RAB dibutuhkan volume pekerjaan dan juga harga satuan pekerjaan.
Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing
daerah, disebabkan karena perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga kerja.
2.2.5. Network Planning
Di dalam proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan
tujuan dari perencanaan. Proses tersebut didapatkan melalui informasi yang tepat
dan dengan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Pengambilan
keputusan beserta proses aplikasinya merupakan sistem operasi pada perencanaan
proyek. Perencanaan yang bagus harus melihat beberapa faktor yang mendukung,
salah satunya adalah pemilihan network planning.
Network dipergunakan untuk perencanaan penyelesaian berbagai macam
pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang
semakin sulit dan rumit. Menurut Sofwan Badri (1997) network planning adalah
gambaran atau visualisasi dalam bentuk diagram network mengenai hubungan
ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan (variabel). Analisis network
planning membantu merencanakan proyek dalam skala besar maupun kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dengan manajemen sumber daya yang baik. Selain itu dengan adanya network
planning juga membantu reschedulling untuk mempercepat umur proyek..
Penyusunan jaringan kerja harus memperhatikan beberapa simbol yang digunakan
dalam visualisasi CPM, diantaranya seperti di bawah ini:
a. Anak panah (arrow)/kegiatan (activity)
Anak panah menunjukkan hubungan antara kegiatan, dan juga dicantumkan
durasi. Sebuah anak panah mewakili satu kegiatan. Awal busur panah
dinyatakan sebagai permulaan kegiatan dan mata panah sebagai akhir kegiatan.
Terdapat tiga jenis anak panah :
Anak panah biasa menunjukkan kegiatan biasa
Anak panah merah menunjukkan kegiatan kritis
Anak panah putus-putus menunjukkan kegiatan
dummy. Berfungsi sebagai penghubung, tidak
membutuhkan sumber daya maupun waktu
penyelesaian. Dummy terjadi akibat dua kegiatan
yang dimulai dari simpul yang sama dan berakhir
pada simpul lain yang sama juga.
b. Lingkaran kecil (node)/peristiwa (event)
Menyatakan suatu kejadian yang diartikan sebagai
pertemuan dari permulaan atau akhir atau beberapa
kegiatan. Umumnya kejadian/peristiwa ditandai
dengan kode angka yang disebut nomor kejadian.
Terdapat beberapa nama yang digunakan untuk pengertian network planning,
antara lain:
a. NMT: Network Management Technique
b. PERT: Program Evalution and Riview Technique
c. CMD: Chart Method Diagram
d. CPA: Critical Path Analysis
e. PEP: Program Evalution Procedure
f. CPM: Critical Path Method
EET
No. LET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.2.5.1. Critical Path Method
CPM atau Metode Jalur Kritis adalah suatu rangkaian item pekerjaan dalam suatu
proyek yang menjadi bagian kritis atas terselesainya proyek secara keseluruhan.
Ketidaktepatan waktu suatu pekerjaan yang masuk dalam pekerjaan kritis akan
menyebabkan proyek mengalami keterlambatan karena waktu finish proyek akan
menjadi mundur atau delay, sehingga memerlukan perhatian khusus (kritis). Hal
lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan jalur kritis yaitu slack pekerjaan
jalur kritis sama dengan 0 (nol), sehingga memungkinkan relokasi sumber daya
dari pekerjaan non kritis ke pekerjaan kritis. CPM dibangun atas suatu
network yang dihitung dengan cara tertentu dan dapat pula dengan software.
Metode ini sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pelaksanaan pengawasan
pembangunan suatu proyek. Penggunaan CPM secara sederhana bermaksud untuk
membuat jadwal yang berukuran besar pada proyek besar menjadi jadwal yang
lebih kecil sehingga jadwal tersebut dapat lebih mudah untuk dikelola.
Metode ini merupakan model kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk
jaringan. Pengerjaannya menggunakan asumsi, bahwa kegiatan dapat dimulai
setelah kegiatan sebelumnya (predecessor) sudah selesai. Untuk mengetahui data
kegiatan predecessor, dilakukan pada saat inventarisasi kegiatan yang mengacu
pada kurva S proyek yang sudah ada. Seperti yang tertulis pada sub bab network
planning, jaringan CPM disusun dengan menggambarkan anak panah sebagai
hubungan antar kegiatan dan lingkaran sebagai kegiatan.
Jalur kritis ditentukan dengan melihat hasil dari perhitungan maju dan mundur.
Jika hasil dari kedua perhitungan tersebut mempunyai angka yang sama maka
jalur dengan keadaan seperti itu disebut dengan jalur kritis. Perhitungan maju
digunakan untuk menghitung EET, dimana EET adalah kegiatan paling awal atau
waktu yang cepat dari kejadian. (Soeharto, 1995)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(2.2.)
Dengan :
EET i = waktu mulai paling cepat dari event i
EET j = waktu mulai paling cepat dari event j
D ij = durasi untuk melaksanakan kegiatan antara event i dan event j
Berikut tahap-tahap untuk menghitung EET mengacu pada gambar 2.3.:
a. Tentukan nomor kegiatan dari kiri ke kanan, mulai dari kegiatan nomor 1
berturut-turut sampai nomor maksimal.
b. Tentukan nilai EET i untuk kegiatan nomor 1 (paling kiri) dengan angka awal
yaitu nol.
c. Menghitung nilai EET j kegiatan berikutnya dengan rumus 2.2.. Apabila
terdapat beberapa kegiatan (termasuk dummy) menuju atau dibatasi oleh
kegiatan yang sama, maka diambil nilai EET j yang maksimum.
Gambar 2.3. Critical Path Method
Hasil dari perhitungan maju dimasukkan pada kolom atas di dalam lingkaran,
seperti yang terlihat dalam gambar 2.3. Sedangkan kolom bawahnya diisi dari
hasil perhitungan mundur. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan (hari
terakhir penyelesaian proyek) suatu jaringan kerja. Perhitungan mundur ini
digunakan untuk menghitung LET, dimana LET adalah kegiatan paling akhir atau
waktu paling lambat dari event. (Soeharto, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(2.3.)
Dengan :
LET i = waktu mulai paling lambat dari event i
LET j = waktu mulai paling lambat dari event j
D ij = durasi untuk melaksanakan kegiatan antara event i dan event j
Prosedur perhitungan LET :
a. Tentukan nilai LET kegiatan terakhir (paling kanan) sesuai dengan nilai EET
kegiatan terakhir.
b. Menghitung nilai LET dari kanan ke kiri dengan rumus di atas.
c. Bila terdapat lebih dari satu kegiatan (termasuk dummy) maka dipilih LET yang
minimum.
Pada CPM terdapat istilah tenggang waktu kegiatan (activity float) yang
merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan proyek. Terdapat tiga macam
tenggang waktu kegiatan, antara lain total float (TF), free float FF) dan
independent float (IF).
a. Total Float adalah jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh
ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan
(Soeharto, 1995). Nilai Total Float dirumuskan dengan:
TF = LET(j) – EET(i) – D (2.4.)
b. Free float adalah sama dengan sejumlah waktu dimana penyelesaian kegiatan
tersebut dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dari
kegiatan berikutnya ataupun semua peristiwa yang lain pada jaringan kerja
(Soeharto, 1995). Nilai Free Float adalah :
FF = EET(j) – EET(i) – D (2.5.)
c. Independent float adalah suatu kegiatan yang boleh digeser atau dijadwalkan
dan sedikitpun tidak sampai mempengaruhi penyelesaian proyek secara
keseluruhan (Soeharto, 1995).
IF = EETj – D – LETi (2.6.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar 2.4. Tenggang Waktu Kegiatan pada Critical Path Method
Sumber: https://eriskusnadi.wordpress.com/2012/03/18/activity-network-diagram-part-2/
2.2.6. Crashing Kegiatan Proyek
Crashing adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempersingkat umur proyek.
Sebelum melakukan crashing, harus diketahui dahulu lintasan kritis proyek
dengan menggunakan network planning. Dengan adanya lintasan kritis dapat
membantu dalam penentuan kegiatan kritis yang akan dilakukan
crashing/dipercepat durasinya. Ada dua hal yang menjadi faktor dilakukan
crashing, yang pertama yaitu karena suatu proyek mengalami keterlambatan
sehingga perlu adanya pengerjaan sistem tercepat yang dapat mencapai target
awal penyelesaian proyek. Faktor kedua adalah adanya perjanjian kontrak di awal
bahwa proyek diharapkan segera selesai dengan waktu yang singkat.
2.2.6.1. Alternatif Penambahan Tenaga Kerja
Dalam merencanakan penambahan jumlah tenaga kerja yang realistis perlu
memperhatikan berbagai faktor, yaitu produktivitas tenaga kerja, keterbatasan
sumber daya, jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan (Iqbal, 2012). Crashing
dengan menambahkan faktor sumber daya (tenaga kerja) akan mempengaruhi
efisiensi proyek. Produktivitas untuk alternatif ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 2.7. (Dwi Susanto, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Produktivitas crashing = Prod. harian normal x Jumlah pekerja percepatan (2.7.)
Jumlah pekerja normal
2.2.6.2. Alternatif Shift Kerja
Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan antara penambahan pekerja dan
alternatif shift kerja. Pada saat pemakaian shift kerja harapannya bisa
meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada proyek, sebab pekerja pada masing-
masing shift orangnya tidak sama. Pembagian pekerja berdasarkan data tenaga
kerja pada proyek yang dilakukan penelitian. Jumlah shift disesuaikan dengan
kebutuhan proyek atau disesuaikan dengan perjanjian antara pemilik dengan
pelaksana proyek. Produktivitas pada shift kerja dihitung dengan rumus 2.8. (Sani
dan Septiropa, 2014)
Produktivitas crashing = Prod. harian normal x jumlah shift (2.8.)
2.2.8. Cost Slope
Pemilihan kegiatan kritis tergantung pada pengidentifikasian kegiatan-kegiatan
dengan waktu normal dan waktu pacu (crash time) dan biaya yang berhubungan
dengannya. Waktu normal untuk kegiatan menunjukkan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau kegiatan dengan sumber daya normal
yang ada tanpa adanya biaya tambahan lain dalam sebuah proyek. Percepatan
waktu suatu kegiatan disebut crashing. Waktu penyelesaian kegiatan tercepat
yang mungkin untuk dicapai disebut dengan crash time dan biayanya disebut
dengan crash cost. Pada Gambar 2.5. dapat dilihat bahwa titik pacu (crash point)
menunjukkan waktu maksimum sebuah kegiatan dapat dipercepat, sedangkan
garis miring (slope) menunjukkan asumsi biaya pengurangan waktu kegiatan yang
konstan tiap satuan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Gambar 2.5. Grafik Cost Slope
Berdasarkan kemiringan (slope) dari masing-masing segment garis yang dapat
memberikan identifikasi mengenai pengaruh biaya terhadap pengurangan waktu
penyelesaian suatu proyek, maka manajer akan dapat lebih mudah
membandingkan kegiatan kritis mana yang akan dipercepat. Slope dapat dihitung
dengan rumus 2.9.
2.2.8. Time Cost Trade Off
Terdapat beberapa alasan yang dapat menjadi dasar untuk melakukan percepatan
durasi waktu dari sebuah proyek. Seperti adanya tekanan persaingan global,
pemberian insentif kepada pelaksana proyek jika proyek selesai lebih cepat, dan
kemungkinan terjadinya sebab-sebab yang tidak terduga seperti gangguan cuaca,
kesalahan perancangan awal, serta kerusakan mesin dan peralatan dapat menjadi
sebab mengapa durasi penyelesaian proyek harus dikurangi. Namun dalam upaya
pengurangan durasi proyek ini terkadang biaya yang muncul mengalami kenaikan
dari biaya rencana sebelumnya.
(2.9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek dengan melakukan penekanan
waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan biaya yang ditimbulkan seminimal
mungkin. Disamping itu harus diperhatikan pula bahwa penekanannya hanya
dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang ada pada lintasan kritis. Apabila
penekanan dilakukan pada kegiatan yang tidak berada di lintasan kritis, maka
waktu penyelesaian keseluruhan tidak akan berkurang. Penekanan dilakukan lebih
dahulu pada aktivitas-aktivitas yang mempunyai cost slope terendah pada lintasan
kritis.
Penjelasan yang lebih rinci mengenai prosedur mempersingkat waktu diuraikan
sebagai berikut:
a. Menghitung waktu penyelesaian proyek dan menentukan biaya normal pada
masing-masing kegiatan.
b. Menghitung crash cost di masing-masing kegiatan.
c. Menentukan cost slope masing-masing komponen kegiatan.
d. Mempersingkat durasi kegiatan, dimulai dari kegiatan kritis yang mempunyai
cost slope terendah.
e. Bila dalam proses mempercepat waktu proyek terbentuk jalur kritis baru,
maka mempersingkat lagi durasi pada kegiatan-kegiatan kritis yang
mempunyai kombinasi slope biaya terendah .
f. Meneruskan mempersingkat waktu kegiatan sampai lintasan kritis sudah
jenuh.
g. Gambarkan dalam grafik hubungan biaya dan waktu dengan sumbu horisontal
adalah durasi proyek dan sumbu vertikal adalah biaya proyek.
h. Hitung biaya langsung dan tidak langsung proyek dan gambarkan pada grafik
di atas.
i. Jumlahkan biaya langsung dan biaya tak langsung untuk mencari biaya total
sebelum kurun waktu yang diinginkan.
j. Periksa pada grafik biaya total untuk mencapai waktu optimum yaitu kurun
waktu penyelesaian proyek dengan biaya terendah (Soeharto, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.6. Grafik Hubungan Waktu dan Biaya
Sumber: http://manajemenproyekindonesia.com/wp-content/uploads/2012/04/Duration-vs-cost.png
Co
sts
Total
Costs
Indirect
costs
Direct
costs
Optimum
cost-time
point
Low-cost
plan duration
point
Project duration
top related