tinjauan hukum pidana terhadap penggunaan proposal palsu dalam
Post on 17-Dec-2016
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENGGUNAAN PROPOSAL PALSU DALAM PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQOH DARI MASJID ISTIQOMAH DAN MASJID NUR ROHMAH DI KOTA SURAKARTA (STUDI KASUS DI
PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh:
WURI PALMA PARWITHA
NIM: E0008096
Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Wuri Palma Parwitha, E0008096, TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENGGUNAAN PROPOSAL PALSU DALAM PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQOH DARI MASJID ISTIQOMAH DAN MASJID NUR ROHMAH DI KOTA SURAKARTA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pengaturan tindak pidana penipuan dengan modus penggunaan proposal pengumpulan zakat, infaq dan shadaqoh yang dipalsukan dalam hukum pidana dan dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara penipuan dengan modus penggunaan proposal palsu tersebut.Penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis yang bersifat deskriptif.Lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta.Jenis data yang dipergunakan meliputi data primer dan sekunder.Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu studi kepustakaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen disamping itu juga menggunakan wawancara hakim yang memutus perkara tersebut untuk menguatkan hasil analisa.Analisis data menggunakan analisis isi untuk kemudian diambil kesimpulan secara deduktif.Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap perkara tindak pidana penipuan dengan modus penggunaan proposal palsu hanya didasarkan pada ketentuan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana yaitu pasal 378.Karena dalam peraturan perundang-undang lainnya belum ada yang mengatur secara khusus mengenai tindak pidana tersebut.
Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan yaitu pertimbangan yang didasarkan pada BAP (Berita Acara Pemeriksaan) yang telah ditanda tangani oleh para saksi yang dihubungkan dengan fakta – fakta yang terungkap dan terbukti dalam persidangan yaitu melalui keterangan saksi yang telah disumpah serta pemeriksaan terhadap keterangan terdakwa dan barang bukti yang dihadirkan di persidangan dan dihubungkan dengan unsur-unsur yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum serta keyakinan hakim. Majelis hakim dalam menjatuhkan putusan tidak boleh melebihi tuntutan dari Penuntut Umum.Penuntut Umum adalah pengacara yang mewakili kepentingan negara termasuk kepentingan korban itu sendiri.
Kewenangan Penuntut Umum untuk menentukan batas maksimal pidana sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang nantinya akan dijadikan patokan bagi Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan. Faktor yang meringankan adalah terdakwa mengakui dengan berterus terang mengenai perbuatannya dan menyesali perbuatannya, terdakwa memiliki tanggungan dalam keluarga, terdakwa belum pernah di hukum sebelumnya, dan yang penting adalah terdakwa telah mengembalikan uang saksi korban sebanyak Rp 120.000,. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
demikian terdakwa tetap dinyatakan bersalah dan harus tetap menjalani hukuman yang sesuai dengan tindak pidana yang ia lakukan dan telah diatur dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana serta yang diputuskan oleh hakim.
Kata kunci: Tinjauan Hukum Pidana, Penggunaan proposal palsu, pengumpulan zakat, infaq, shadaqoh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAC
Wuri Palma Parwitha, E0008096, A CRIMINAL LAW REVIEW ON THE USE OF COUNTERFEIT PROPOSAL IN COLLECTING ZAKAT, INFAQ, AND SHODAQOH FROM ISTIQOMAH AND NUR ROHMAH MOSQUES IN SURAKARTA CITY (A Case Study in Surakarta First Instance Court).Faculty of Law of Surakarta Sebelas Maret University, 2012.
This research aims to give a clear description about the regulation of fraud crime with counterfeit proposal of zakat, infaq, and shodaqohcollection mode and the judge’s rationale in sentencing the fraud crime with the use of counterfeit proposal mode. This study was a sociological law research that was descriptive in nature. The research was taken place in Surakarta First Instance Court. The type of data used was primary and secondary data. Techniques of collecting data used were library study constituting books, legislations, and documents, and interview with the judge sentencing the case to confirm the result of analysis. The data analysis was conducted using content analysis to draw a conclusion deductively later. From this research, it could be found that the judge in sentencing the fraud crime case with counterfeit proposal mode was only based on the provisions of Penal Code, particularly article 378, because there was no other legislation governing specifically such the criminal case.
The judge’s rationale in sentencing the case was based on the Examination Document (BAP) signed by the witnesses connected to the facts revealed and proved in the trial, through the information of the witness taken for oath as well as the examination on the defendant’s information and evidence presented in the trial and connected to the elements prosecuted by the Public Prosecutor as well as the Judge’s conviction. The Chamber of Judge in sentencing the case must not beyond the Public Prosecutor’s prosecution. The Public Prosecutor was the lawyer representing the state’s interest including the victim’s interest.
The Public Prosecutor’s authority in determining the maximal limit of punishment was consistent with the legislation that in turn would be the guideline for the Chamber of Judge in sentencing the case. The alleviating factors included the defendant admitted frankly his/her action and regretted it, he/she had family burden, he/he had not been punished before, and importantly, the defendant had repaid the victim’s money of Rp. 120,000. Thus, the defendant remained to be stated as guilty and should undertake his/her punishment according to the crime he/she perpetrated and governed in the Penal Code as well as sentenced by the judge.
Keywords: Criminal Law Review, Counterfeit proposal use, zakat, infaq, and shodaqohcollection mode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Hidup tidak menghadiahkan barang sesuatupun kepada manusia tanpa bekerja keras.
( Penulis)
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
( Penulis)
Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja, hatinya dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan
ilmu yang bermanfaat, masa depannya dengan harapan, dan perutnya dengan makanan.
(Frederick E. Crane)
Banyak kegagalan dalam hidup ii dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.
(Confusius)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHAN KEPADA:
· ALLAH SWT YANG TELAH BANYAK MEMBERIKAN KARUNIA DAN RIDHA-NYA.
· AYAHANDA DAN ALMARHUMAH IBUNDA TERCINTA YANG SELALU MENDOAKAN, MEMBERIKAN MOTIVASI, PERHATIAN DAN KASIH SAYANGNYA YANG TAK TERHINGGA.
· KELUARGA BESAR YANG JUGA SELALU MENDOAKAN DAN MEMBERIKAN DORONGAN UNTUK MEWUJUDKAN CITA –CITAKU DAN HARAPANKU SELAMA INI.
· SELURUH DOSEN DAN STAFF FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.
· ALMAMATERKU.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
berkah, rahmat dan hidayahNya serta shalawat dan salam penulis sampaikan pula
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini dengan lancar, dengan segala
rahmatNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) yang
berjudul “TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP PENGGUNAAN
PROPOSAL PALSU DALAM PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, DAN
SHADAQOH DARI MASJID ISTIQOMAH DAN MASJID NUR ROHMAH DI
KOTA SURAKARTA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI
SURAKARTA)”.
Penulisan Hukum (Skripsi) ini menjelaskan mengenai pengaturan hukum
pidana dalam menangani tindak pidana berupa penipuan dengan menggunakan
proposal palsu dalam pengumpulan zakat, infaq dan shadaqoh dari beberapa masjid –
masjid yang ada di Kota Surakarta serta menjelaskan pertimbangan dan putusan
hakim yang berwenang dalam menjatuhkan hukuman bagi pelaku tindak pidana
tersebut.
Dalam proses penyusunan Penulisan Hukum (Skripsi) ini, penulis
mendapatkan dukungan dan masukan baik materiil maupun immateriil dari beberapa
pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada;
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
UNS yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan menyelesaikan Penulisan
Hukum (Skripsi) ini dengan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Ibu Rofikah, SH, MH., selaku Pembimbing I yang telah membimbing
penulis dengan penuh kesabaran dan banyak memberikan masukan guna
untuk penyelesaian penulisan hukum (skripsi) ini.
3. Bapak Ismunarno, SH, M.Hum., selaku Pembimbing II atas segala
bimbingannya yang telah memberikan banyak ilmu, masukan, saran dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum (skripsi)
ini.
4. Bapak R. Ginting, SH, MH., selaku ketua bagian hukum pidana yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, pengalamannya didalam hukum
pidana serta saran – saran yang membangun guna untuk penyelesaian
penulisan hukum ini.
5. Bapak Dr. M. Hudi Asrori S. SH, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik
yang telah dengan sabar dan selalu memberikan motivasi kepada penulis
selama menempuh masa pembelajaran di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
6. Ibu Diana Lukitasari SH, MH, yang telah banyak memberikan masukan
terhadap penulisan hukum (skripsi) ini dan pengalaman hidupnya yang
bermakna bagi penulis.
7. Seluruh Staff dan Karyawan yang bertugas di Pengadilan Negeri Surakarta
yang telah ikut membantu penulis dalam mengumpulkan data – data
tertulis guna untuk penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini.
8. Seluruh Dosen di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan segenap jajaran staffnya yang telah memberikan ilmunya,
membimbing penulis, memberikan motivasi dan ikut membantu penulis
dalam menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
9. Papa dan Almarhumah Mama yang selalu mendoakan dan memberikan
motivasi penuh kepada penulis untuk dapat segera menyelesaikan studinya
di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nilai yang
baik. Terima kasih untuk kasih sayangnya, perhatian, kepercayaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
kesabaran, dukungan moril maupun materiil dan pelajaran tentang arti
kehidupan selama ini.
10. Kakak – Kakak tercinta, Kak Kris, Mas Pran, Kak Indah, Mas Hadi, dan
Kak Putri yang juga selalu memberikan kasih sayang, doa dan
dukungannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
studinya di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
11. Mas Raden Pandji Martstiawan Darsono yang juga selalu memberikan
kasih sayangnya, perhatian, pengertian, kepercayaan dan dukungannya
selama ini untuk penulis.
12. Keponakan – Keponakanku tersayang, Mas Enggar, Kakak Prajna, Mas
Mada, Evan “Acan - Acun” dan adek Nara yang selalu membuat
keramaian dan kelucuan – kelucuan.
13. Sahabat – Sahabatku Enny, Delissa, Putri, Renny, Mbak Heni, Nia, Meda,
Suci, Arrumaisha, Ressa, Hutma, Sendy, Artha, Rifky, Eko, Heru, Bangkit
dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk
segala dukungannya.
14. Teman – Teman Kost Putri Wahyu Lestari 2 yang telah memberikan
banyak kenangan – kenangan indah selama tinggal bersama didalam kost.
15. Teman - Teman di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
kakak tingkat, adek tingkat maupun teman seangkatan terima kasih untuk
semuanya.
16. Seluruh pihak yang ikut membantu penulis dalam menyelesaikan
Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan adanya saran
dan kritik yang membangun guna untuk penyempurnaan penulisan hukum
ini.Semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembacanya.
Surakarta, 21 September 2012
PENULIS
WURI PALMA PARWITHA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i
HALAMANPERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………............................iii
SURAT PERNYATAAN……………………………………………….……iv
ABSTRAK…………………………………………………………………….v
ABSTRAC…………………………………………………………………...vii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………...ix
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..…..x
KATA PENGANTAR………………………………………………….…….xi
DAFTAR ISI………………………………………………...........................xv
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………......................................1
B. Perumusan Masalah……………………………………………….5
C. Tujuan Penelitian………………………………….........................6
D. Manfaat Penelitian………………………………………………..7
E. Metode Penelitian……………………………................................8
F. Sistematika Penulisan Hukum……………………………………13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori………………………………………………….15
1. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana………………...15
2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Penipuan Yang
Berkaitan Dengan Penggunaan Proposal Palsu…………...29
B. Kerangka Pemikiran……………………………………………...44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Tindak Pidana Penipuan Dengan Penggunaan
Proposal Palsu Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
(KUHP)………………………………………………………46
B. Analisa Putusan dan Dasar Pertimbangan Hakim Dalam
Memutus Perkara Tindak Pidana Penipuan Dengan
Penggunaan Proposal Palsu di Pengadilan Negeri
Surakarta……………………………………………………..52
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………….76
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..78
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR BAGAN
Gambar 1. Kerangka Berpikir ...........................................................................44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian kepada Pengadilan Negeri Surakarta
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Di Pengadilan Negeri
Surakarta
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta
Lampiran 4. Putusan Perkara Tindak Pidana Penipuan Dengan Penggunaan
Proposal Palsu Dengan Nomor Perkara 291/PID.B/2011/PN.Ska
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cita – cita pembangunan nasional di Indonesia ialah menginginkan
suatu tatanan kehidupan masyarakat yang adil, makmur, damai, tentram dan
sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal ini telah tercermin didalam
dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu tercantum didalam Pancasila
dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun salah satu misi pembangunan nasional di Indonesia ialah
mewujudkan suatu kesejahteraan masyarakat yang ditandai adanya
peningkatan dalam kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat serta
memberikan perhatian yang lebih terhadap pemenuhan kebutuhan hidup
sehari – hari seperti terpenuhinya kebutuhan sandang, papan, dan pangan bagi
setiap warga masyarakat.
Kemajuan dibidang ekonomi dapat membantu Negara dalam
menciptakan suatu tatanan kehidupan masyarakat yang adil, makmur dan
sejahtera. Dengan keadaan ekonomi yang baik maka akan sedikit demi sedikit
dapat mengurangi angka kemiskinan di Indonesia sehingga dapat tercipta
masyarakat yang sejahtera. Kemajuan dibidang ekonomi dapat dilakukan
dengan cara membuka lapangan – lapangan pekerjaan baru yang dilakukan
secara merata keseluruh penjuru Indonesia agar dapat menyerap lebih banyak
tenaga kerja sehingga ia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun hal
tersebut tentu menemui suatu kendala seperti lambatnya pemulihan
perekonomian dibidang pemerataan pendapatan masyarakat yaitu masih
kurangnya lapangan pekerjaan baru di berbagai daerah baik di kota – kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
besar maupun di daerah – daerah guna untuk mengurangi angka
pengangguran dan kemiskinan yang terjadi di daerah – daerah tertentu. Oleh
karena itu, diperlukan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat
dalam menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Kurangnya pemerataan di bidang perekonomian tersebut dapat
menimbulkan suatu keadaan masyarakat yang memprihatinkan. Hal ini dapat
terlihat dari kurangnya pemerataan pendapatan dan kurangnya lapangan
pekerjaan yang luas bagi masyarakat sehingga masih banyak masyarakat yang
hidup dibawah garis kemiskinan. Banyak warga masyarakat yang tidak
memiliki pekerjaan sehingga mengakibatkan meningkatnya angka
penggangguran di kota – kota besar maupun didaerah - daerah. Sering kali,
kita lihat ada seseorang yang berasal dari desa melakukan transmigrasi dari
daerah ke kota guna untuk mencari pekerjaan di kota namun setelah ia berada
di kota ternyata ia tidak memperoleh pekerjaan seperti yang ia harapkan
sehingga ia hidup di kota serba kekurangan dan tidak mendapatkan
penghidupan yang layak serta ia tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya
di kota seperti kebutuhan sandang, papan dan pangan.
Dengan adanya peningkatan angka pengangguran di kota – kota besar,
hal ini dapat berpengaruh buruk dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Peningkatan angka pengangguran ini dapat menimbulkan pula peningkatan
seseorang untuk melakukan tindak kejahatan. Adanya tindak kejahatan ini,
didorong oleh kurangnya lapangan pekerjaan dan tidak adanya pemerataan
pendapatan di seluruh lapisan masyarakat sehingga seseorang yang dalam
keadaan tidak terpenuhinya suatu kebutuhan hidupnya dapat melakukan
tindakan – tindakan yang melawan hukum dalam hal ini adalah tindak pidana.
Suatu tindakan pidana tersebut dapat dikenakan sanksi hukuman yang berlaku
di Negara Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Indonesia merupakan suatu Negara yang didasarkan atas
hukum.Hukum yang ada di Indonesia berfungsi untuk mencegah dan
menanggulangi segala tindakan yang dianggap menyimpang dari peraturan
perundang – undangan yang berlaku di Indonesia. Bagi setiap warga
negaranya yang melakukan pelanggaran dapat dikenakan sanksi yang sesuai
dengan kesalahan yang telah diperbuat. Dalam hal ini apabila seseorang telah
melakukan kejahatan atau pelanggaran maka seseorang tersebut dapat
dikenakan sanksi pidana terhadap dirinya. Sanksi tersebut dapat berupa pidana
penjara, kurungan, denda, sanksi pidana mati, sanksi pidana tutupan atau
dapat dikenakan sanksi pidana tambahan. Hal ini tercantum didalam Pasal 10
KUHP yang berlaku di Indonesia.
Adanya tindak kejahatan yang terjadi di Indonesia dapat menjadi
suatu faktor penghambat dalam pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu
diperlukan suatu usaha bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk
bersama – sama mengatasi dan mengurangi tingkat kejahatan yang terjadi
didalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara sehingga dapat tercipta suatu
tatanan kehidupan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera sesuai dengan
cita – cita bangsa Indonesia yang tercantum didalam Pembukaan Undang –
Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan adanya tindak kejahatan yang makin merebak di Indonesia
membuat masyarakat resah didalam kehidupan mereka. Masyarakat dibayang
– bayangi rasa ketakutan dan perasaan yang tidak nyaman akibat dari makin
bertambahnya tindak kejahatan yang terjadi. Semakin berkembangnya
masyarakat tanpa diimbangi dengan adanya perkembangan dibidang
perekonomian, maka kejahatan – kejahatan baru pun akan bermunculan
seiring dengan perkembangan masyarakat.
Berkaitan dengan beberapa penjelasan diatas, akhir – akhir ini sering
kali didalam kehidupan sehari – hari kita mendengar beberapa kasus kejahatan
yang disebabkan hal – hal yang berkaitan dengan latar belakang keadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ekonomi sehingga seseorang tersebut termotivasi untuk melakukan kejahatan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya maupun keluarganya, misalnya
banyaknya kasus pencurian seperti kasus pencurian kendaraan bermotor
maupun pencurian terhadap barang – barang elektronik atau barang – barang
berharga lainnya. Kemudian kasus pencurian bahan – bahan sembako dan
kasus pencurian ditempat – tempat perbelanjaan. Hal ini pula didorong oleh
suatu keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan hidup seseorang, sehingga
seseorang tersebut terdorong untuk melakukan suatu tindak
kejahatan.Kemudian banyaknya aksi penjambretan atau pencopetan di tempat
– tempat keramaian.
Ada pula tindakan penipuan yang dilakukan seseorang atau lebih guna
untuk mendapatkan sejumlah uang guna untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari hari. Tindak penipuan tersebut dapat dilakukan melalui
beberapa modus yang dilakukan oleh pelaku, baik penipuan yang berkedok
akan memberikan hadiah dengan jumlah yang besar seperti kendaraan
bermotor berupa mobil dan motor. Kemudian penipuan yang dilakukan
melalui jaringan telepon seperti SMS yang menjanjikan akan memberikan
hadiah dengan jumlah uang yang sangat besar. Kemudian ada pula kasus
penipuan yang berkedok meminta – minta sumbangan yang
mengatasnamakan sebuah yayasan, masjid atau lembaga - lembaga lainnya
maupun panti – panti sosial yang ada dengan cara membuat proposal palsu
atau memalsukan tanda tangan maupun stempel yang berhubungan dengan
lembaga yang ia pergunakan.
Dengan adanya beberapa kasus tersebut diatas yang berkaitan dengan
tindak pidana penipuan, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap tindak pidana penipuan yang berkedok melalui penggunaan proposal
palsu dari masjid – masjid untuk meminta sumbangan kepada masyarakat,
baik sumbangan berupa zakat, infaq, shadaqoh dengan memakai berbagai
alasan yang menggunakan nama masjid tersebut. Hal ini dikarenakan makin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
maraknya tindak pidana penipuan dengan modus penggunaan proposal palsu
dari masjid – masjid yang seringkali terjadi akhir – akhir ini di dalam
masyarakat dan telah membuat masyarakat resah terhadap hal tersebut. Dalam
penipuan dengan modus seperti ini pelaku berusaha meyakinkan korban
dengan segala bujuk rayunya bahkan tidak segan – segan memaksa korbannya
untuk dapat menyerahkan sejumlah uang kepada pelaku. Pelaku juga
seringkali melakukan penyamaran dengan memakai atribut – atribut yang
mendukung agar ia dapat meyakinkan korbannya. Selain itu pelaku juga dapat
melakukan pemalsuan identitas diri agar diri pelaku tersebut dapat tidak
terlacak oleh aparat penegak hukum. Oleh sebab itu, penulis ingin meneliti
mengenai cara – cara pengaturan hukum pidana untuk dapat menanggulangi
tindakan penipuan dengan modus penggunaan proposal palsu serta metode –
metode yang dipergunakan hakim dalam memutus perkara yang berkaitan
dengan tindak pidana penipuan yang berkaitan dengan penggunaan proposal
palsu .
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
dan menyajikannya dalam bentuk skripsi dengan judul: “TINJAUAN
HUKUM PIDANA TERHADAP PENGGUNAAN PROPOSAL PALSU
DALAM PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQOH DARI
MASJID ISTIQOMAH DAN MASJID NUR ROHMAH DI KOTA
SURAKARTA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI
SURAKARTA).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian yang ada dalam uraian latar belakang diatas,
maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan tindak pidana penipuan dengan
penggunaan proposal palsu dalam Hukum Pidana?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara
mengenai tindak pidana penipuan dengan penggunaan proposal
palsu di Pengadilan Negeri Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, penulis
rasa memerlukan suatu tujuan dalam sebuah penelitiannya.Tujuan tersebut
dapat dikemukakan secara deklaratif dan merupakan suatu pernyataan –
pernyataan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut.
Tujuan penelitian tersebut terdapat dua macam yaitu tujuan penelitian
objektif dan tujuan penelitian subyektif. Adapun antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan hukum pidana
terhadap tindak pidana penipuan dengan penggunaan proposal
palsu.
b. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam
memutus suatu perkara yang berkaitan dengan tindakan
penipuan dengan penggunaan proposal palsu tersebut.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis
dalam menangani perkara – perkara pidana khususnya di
bidang tindak pidana penipuan dengan penggunaan proposal
palsu .
b. Untuk memperoleh data yang lengkap mengenai tindak pidana
penipuan dengan penggunaan proposal palsu guna untuk
menyusun skripsi sebagai prasyarat memperoleh gelar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
c. Untuk dapat menerapkan seluruh ilmu – ilmu dan teori – teori
yang telah didapat oleh penulis.
D. Manfaat Penelitian
Didalam setiap penelitian, penulis mengharapkan adanya manfaat
yang terkandung dalam penelitian tersebut yang dapat berguna bagi penulis
sendiri maupun orang lain yang membacanya. Adapun manfaat yang
diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
wawasan yang dapat digunakan dalam penulisan hukum pada
umumnya dan penulisan hukum pidana pada khususnya.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
mengenai cara – cara pemidanaan terhadap pelaku tindak
pidana penipuan dengan penggunaan proposal palsu.
c. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat didalami dan dipakai
mengenai teori – teori yang didapat dalam perkuliahan di
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Dari hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi
penelitian selanjutnya.
b. Dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
meningkatkan kemampuan penulis dibidang hukum yang dapat
dipakai pada masyarakat nantinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Dari hasil penelitian ini dapat memberikan jawaban terhadap
pertanyaan penulis dan masyarakat mengenai permasalahan
yang diangkat oleh penulis.
E. Metode Penelitian
Dalam suatu penulisan hukum (skripsi) diperlukan suatu metodologi
dalam penyusunan hukum ini.Metodologi sangat diperlukan dalam suatu
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.Istilah “metodologi” berasal
dari kata “metode” yang berarti “jalan ke”. Dalam penulisan ini, penulis
mempergunakan metodologi kualitatif.Menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang –
orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Kirk dan Miller
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya ( Lexy J
Moleong, 2009:4).
Selanjutnya menurut Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan
jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Kemudian menurut Jane Richie,
penelitian kualitatif adalah upaya menyajikan dunia sosial dan perspektifnya
di dalam dunia dari segi konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang
manusia yang diteliti ( Lexy J Moleong, 2009:5-6).
Untuk membahas permasalahan yang dikemukakan penulis diatas,
maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan hukum ini adalah
penelitian sosiologis.Penelitian hukum yang sosiologis berdasarkan madzhab
sociological jurisprudence. Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang
berbasis pada hukum normatif atau peraturan perundang – undangan, tetapi
bukan mengkaji mengenai sistem norma dalam aturan perundang – undangan,
namun mengamati bagaimana reaksi dan interaksi yang terjadi ketika sistem
norma itu bekerja didalam masyarakat (law in action) (Mukti Fajar&Yulianto
Achmad, 2010:47). Dalam penelitian hukum sosiologis ini penulis
menjelaskan secara objektif tentang dasar hukum yang menjadi pertimbangan
hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara tindak pidana penipuan
yang menggunakan proposal palsu dalam hal meminta sumbangan dari
beberapa masjid.Penulis telah melakukan penelitian di Pengadilan Negeri
Surakarta.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memaparkan dan menjelaskan
data yang ditemukan dalam penelitian. Penelitian ini tidak memberikan
justifikasi hukum seperti halnya penelitian hukum normatif mengenai apakah
sesuatu peristiwa tersebut ssalah atau benar menurut hukum, tetapi hanya
memaparkan fakta – fakta secara sistematis (Mukti Fajar&Yulianto Achmad,
2010:53).
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian sosiologis yang dilakukan penulis ialah melalui
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu cara analisis hasil
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu data yang
dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku
yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Mukti
Fajar&Yulianto Achmad, 2010:192).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4. Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data – data yang akurat dan data – data yang
dibutuhkan oleh penulis dalam penulisan hukum ini, penulis melakukan
penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet
Riyadi, Surakarta. Dalam hal pemilihan lokasi penelitian dikarenakan dilokasi
tersebut terdapat data – data yang lengkap mengenai tindak pidana penipuan
dengan penggunaan proposal palsu.
5. Jenis Data
Dalam penelitian sosiologis, data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data primer sebagai data yang utama selain data sekunder atau
kepustakaan. Data primer dalam penelitian hukum sosiologis dapat
membangun dari fakta – fakta sosial yang terkait dengan bekerjanya hukum
yang nyata yang berupa wawancara terhadap hakim yang memutus perkara
tindak pidana yang akan diteliti. Sedangkan data sekunder sebagai data
pembanding dalam penelitian hukum sosiologis yang berupa kepustakaan
(Mukti Fajar&Yulianto Achmad, 2010:59-60). Jenis data yang penulis
gunakan dalam penelitian hukum ini adalah:
a) Data Primer
Data primer adalah keterangan, info, fakta yang diperoleh dari narasumber
melalui wawancara terhadap hakim yang bersangkutan dengan perkara
pidana yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengambil data
primer dari Pengadilan Negeri Surakarta.
b) Data Sekunder
Data ini adalah keterangan, info, dan fakta yang diperoleh bukan secara
langsung dari narasumber yang ada dilapangan melainkan dari studi
kepustakaan yaitu dari tulisan ilmiah, sumber tertulis, buku, arsip,
majalah, literatur, Peraturan Perundang-Undangan dan sebagainya yang
tentunya mempunyai relevansi dengan topik yang akan penulis bahas pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penelitian hukum ini, untuk kemudian akan penulis telaah dan kaji lebih
lanjut.
6. Sumber Data
Sumber data merupakan dimana tempat ditemukannya data – data
yang diperlukan dalam penulisan hukum ini.Dalam memecahkan suatu isu –
isu hukum, dibutuhkan suatu sumber – sumber data yang diperlukan dalam
menjelaskan atau memaparkan suatu isu hukum tersebut. Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan beberapa sumber data ialah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan suatu data yang dibutuhkan dalam
menunjang penulisan hukum ini. Sumber data primer diperoleh
dari keterangan maupun data yang diperoleh dari hakim yang
menjatuhkan sanksi pidana terhadap tindak pidana penipuan
dengan penggunaan proposal palsu.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh bukan
secara langsung oleh narasumber dilapangan. Dalam prakteknya
sumber data sekunder adalah data dari kepustakaan yang sifatnya
dapat mendukung data primer yang terdiri dari:
1) Bahan Hukum Primer, yang terdiri atas peraturan perundang –
undangan, yurisprudensi atau keputusan pengadilan dan perjanjian
internasional. Dalam penulisan ini seperti peraturan perundang-
undangan yang meliputi:
a). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);
b). Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
c). Salinan Putusan dan Berita Acara Persidangan Perkara
Nomor 291/Pid.B/2011/PN.Ska;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu semua bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti
rancangan perundang – undangan, hasil penelitian, buku – buku
teks, jurnal ilmiah, surat kabar (Koran), pamflet, lefleat, brosur
dan berita dari internet.
3) Bahan Hukum Tersier, adalah bahan hukum yang menjelaskan
dengan baik bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang
berupa kamus, ensiklopedi, leksikon dan lain sebagainya (Mukti
Fajar&Yulianto Achmad, 2010: 157-158).
7. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi kepustakaan
Teknik ini merupakan cara pengumpulan data dengan
membaca, mempelajari, mengkaji dan menganalisis isi serta membuat
catatan dari buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen
dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
b.Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan keterangan yang lebih
jelas mengenai permasalahan yang sebenarnya serta untuk mengetahui
pendapat tentang permasalahan tersebut. Wawancara ini dilakukan
dengan hakim yang memutus perkara tindak pidana penipuan dengan
penggunan proposal palsu yang berada di Pengadilan Negeri
Surakarta.
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan
hukum ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu dengan
mengumpulkan data, mengkualifikasikan. Kemudian menghubungkan
teori yang berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kesimpulan untuk menentukan hasil.Analisis data merupakan langkah
selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Penulisan Hukum ini tersusun atas 4 (empat) bab yang terbagi dalam
beberapa sub bab – bab. Hal ini digunakan agar dapat mempermudah dalam
memahami isi dari materi yang disajikan oleh penulis yang dapat diperinci
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menjelaskan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini Penulis menguraikan dua hal yaitu yang pertama
adalah kerangka teori yang melandasi penelitian serta
mendukung didalam memecahkan masalah yang diangkat
dalam penulisan hukum ini, antara lain: Pertama, Tinjauan
Umum Tentang Hukum Pidana. Kedua, Tinjauan Umum
Tentang Tindak Pidana Penipuan Yang Berkaitan Dengan
Penggunaan Proposal Palsu. Pembahasan yang kedua
mengenai kerangka pemikiran yang berisikan alur pemikiran
yang hendak ditempuh Penulis.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis akan menjelaskan mengenai hasil
penelitian yang diperoleh mengenai pengaturan hukum pidana
terhadap tindak pidana penipuan melalui penggunaan proposal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
palsu serta menjelaskan pertimbangan hakim dalam memutus
perkara tindak pidana penipuan melalui penggunaan proposal
palsu yang bernomor perkara 291/Pid.B/2011/PN. Ska.
BAB IV : PENUTUP
Pada Bab ini berisi beberapa hal mengenai kesimpulan dari
hasil penelitian yang diberikan oleh penulis dari beberapa hal
yang dibahas pada bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Hukum Pidana
Hukum Pidana merupakan suatu tatanan hukum yang ada didalam
masyarakat pada umumnya.Hukum Pidana adalah suatu bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku disuatu Negara. Objek hukum pidana adalah
kejahatan yang terjadi secara konkret didalam masyarakat serta orang yang
melakukan kejahatan tersebut. Adapun yang membedakan hukum pidana
dengan hukum yang lainnya ialah mengenai pengenaan sanksinya terhadap
seseorang yang melanggar suatu peraturan perundang – undangan. Apabila
seseorang tersebut melanggar atau melakukan suatu kejahatan yang dapat
merugikan orang lain, maka seseorang tersebut dapat dijatuhi hukuman pidana
atau sanksi pidana. Sanksi pidana disini memiliki sifat yang khusus yaitu
sanksi pidana bersifat legal atau dapat dikatakan memiliki sanksi yang dapat
dipaksakan terhadap seseorang yang telah melakukan kejahatan atau suatu
pelangggaran. Didalam hukum pidana juga terdiri atas norma – norma yang
harus ditaati oleh seluruh masyarakat. Hukum pidana dan peraturan hukum
lainnya juga memiliki suatu aturan mengenai norma – norma yang terkandung
didalamnya.
Secara terperinci hukum pidana dapat dijelaskan bahwa, didalam
hukum pidana memiliki dasar – dasar dan aturan – aturan hukum untuk dapat;
a. Menentukan perbuatan – perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,
dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi
barang siapa melanggar larangan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Menentukan kapan dan dalam hal – hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan – larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi sanksi
pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
c. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksananakan apabila ada dua orang yang disangka telah melanggar
larangan tersebut. (Moeljatno, 2000:1)
Menurut Pompe, memberikan definisi Hukum Pidana adalah semua
aturan – aturan hukum yang menentukan terhadap perbuatan – perbuatan apa
yang seharusnya dijatuhi pidana, dan apakah macamnya pidana itu
(Moeljatno, 2000:7). Sedangkan menurut Simon almarhum Utrecht dalam
bukunya Leerboek Nederlandas Strafrecht 1937 memberikan definisi hukum
pidana adalah kesemuanya perintah – perintah dan larangan – larangan yang
diadakan oleh Negara dan yang diancam dengan suatu nestapa (pidana)
barang siapa yang tidak mentaatinya, kesemuanya aturan – aturan yang
menentukan syarat- syarat bagi akibat hukum itu dan kesemuanya aturan –
aturan untuk mengadakan (menjatuhi) dan menjalankan pidana tersebut
(Moeljatno, 2000:7).
Selanjutnya dari Van Hamel dalam bukunya Inleiding Studie Ned.
Strafrecht 1927, yang mendefinisikan hukum pidana adalah semua dasar –
dasar dan aturan – aturan yang dianut oleh suatu Negara dalam
menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu dengan melarang apa
yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa kepada
yang melanggar larangan – larangan tersebut (Moeljatno, 2000:8).
Jadi, menurut penulis Hukum pidana dapat diartikan sebagai bagian
hukum pada umumnya yang memiliki norma – norma serta mengandung
sanksi yang bersifat khusus karena sanksi tersebut dapat dipaksakan yang
berupa suatu pemidanaan. Hukum pidana digolongkan sebagai hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
publik.Hal ini dikarenakan hukum pidana merupakan suatu hukum yang
mengatur hubungan antar Negara dan perseorangan atau mengatur suatu
kepentingan umum.
Didalam hukum pidana mengenal beberapa azas – azas. Azas – azas
tersebut ialah sebagai berikut;
1) Asas Legalitas, tidak ada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan
aturan pidana dalam Peraturan Perundang-Undangan yang telah ada sebelum
perbuatan itu dilakukan (Pasal 1 Ayat (1) KUHP).Jika sesudah perbuatan
dilakukan ada perubahan dalam Peraturan Perundang-Undangan, maka yang
dipakai adalah aturan yang paling ringan sanksinya bagi terdakwa (Pasal 1
Ayat (2) KUHP).(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pidana/ 17 Maret 2012
Pukul 20:00).
2) Asas Retroaktif, salah satu konsekuensi dari suatu ketentuan asas legalitas
yang melarang memberlakukan surut suatu peraturan perundang – undangan
pidana. Meskipun prinsip dasar dari hukum berpegang pada asas legalitas
namun dalam beberapa ketentuan peraturan perundang-undangan asas
legalitas ini tidak berlaku mutlak. Artinya dimungkinkan pemberlakuan asas
retroaktif walaupun hanya dalam hal-hal tertentu saja. Pemberlakuan surut
diizinkan jika sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 ayat (2) KUHP yang
menyebutkan “ Bilamana ada perubahan dalam perundang-undangan sesudah
perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan yang
paling menguntungkannya”. Suatu peraturan perundang-undangan
mengandung asas retroaktif jika menyatakan seseorang bersalah karena
melakukan suatu perbuatan yang ketika perbuatan tersebut dilakukan bukan
merupakan perbuatan yang dapat dipidana dan menjatuhkan hukuman atau
pidana yang lebih berat daripada hukuman atau pidana yang berlaku pada saat
perbuatan itu dilakukan (Pasal 12 Ayat 2 Deklarasi Universal Hak Asasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Manusia)(http://bunga-legal.blogspot.com/2010/05/asas-retroaktif-dalam-
sistem-hukum.html / 1 Juni 2012 Pukul 11:00).
3) Asas Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Untuk menjatuhkan pidana kepada
orang yang telah melakukan tindak pidana, harus dilakukan bilamana ada
unsur kesalahan pada diri orang tersebut.
4) Asas teritorial, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku atas semua
peristiwa pidana yang terjadi di daerah yang menjadi wilayah teritorial Negara
Kesatuan Republik Indonesia, termasuk pula kapal berbendera Indonesia,
pesawat terbang Indonesia, dan gedung kedutaan dan konsul Indonesia di
negara asing.
5) Asas nasionalitas aktif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku
bagi semua WNI yang melakukan tindak pidana dimana pun ia berada.
6) Asas nasionalitas pasif, artinya ketentuan hukum pidana Indonesia berlaku
bagi semua tindak pidana yang merugikan kepentingan negara
Indonesia(http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pidana/ 17 Maret 2012 Pukul
20:00).
7) Asas Universal, bertumpu pada kepentingan hukum yang lebih luas ialah pada
kepentingan penduduk dunia atau bangsa – bangsa dunia. Berdasarkan
kepentingan hukum yang lebih luas ini, maka menurut asas ini berlakunya
hukum pidana tidak dibatasi oleh tempat atau wilayah tertentu dan bagi orang
– orang tertentu, melainkan berlaku dimanapun dan terhadap siapapun (Adami
Chazawi, 2002:217).
Pada hukum pidana terdapat 3 (tiga) rumusan. Rumusan yang pertama
memuat aturan hukum pidana yang dimuat dalam buku I KUHP. Dalam buku
I KUHP tersebut, diatur mengenai hal – hal yang berupa aturan dasar hukum
pidana yang bersifat dan berlaku umum dalam hal dan yang berhubungan
dengan larangan perbuatan – perbuatan tertentu baik tindak pidana dalam
Buku II KUHP (Kejahatan) dan Buku III KUHP (Pelanggaran), maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
tindak pidana yang berada diluar KUHP (Adami Chazawi, 2002:3). Kemudian
diatur pula mengenai aspek larangan berbuat yang disertai ancaman pidana.
Hal ini sering disebut dengan tindak pidana atau perbuatan pidana
(strafbaarfeit) atau delik. Tindak pidana merupakan suatu rumusan tentang
perbuatan yang dilarang untuk dilakukan (dalam peraturan perundang –
undangan) yang disertai ancaman pidana bagi siapa yang melanggar larangan
tersebut.Perbuatan pidana ini terdapat perbuatan pidana aktif dan perbuatan
pidana pasif. Dalam perbuatan pidana aktif dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu:
a) Dengan menyebutkan bentuknya secara tegas atau konkrit. Misalnya
perbuatan mengambil barang atau pencurian dalam pasal 362 KUHP.
b) Dengan menyebutkan bentuknya secara abstrak atau tidak disebutkan
secara konkrit mengenai bentuknya, seperti dalam pasal 338 KUHP
yang mengatur perbuatan mengenai menghilangkan nyawa.
c) Dengan menyebutkan bentuknya saja tanpa menyebutkan cara atau
upaya melakukannya misalnya dalam pasal 372 KUHP yang berisi
tentang hal memiliki (penggelapan).
d) Dengan menyebutkan bentuk perbuatan yang sekaligus menyebutkan
cara melakukannya, misalnya perbuatan menyebarkan atau
mengembangkan ajaran Komunisme.
e) Dengan menyebutkan bentuknya dan yang sekaligus menyebutkan
cara melakukan serta akibatnya, misalnya perbuatan memaksa dengan
cara kekerasan dan dibawah ancaman sehingga orang tersebut
menyerahkan benda, membuat hutang dan menghapuskan piutang.
f) Dengan menyebutkan bentuknya dan menyebutkan akibatnya, seperti
perbuatan tidak memberikan pertolongan dan mengakibatkan matinya
orang yang tidak ditolong tersebut. Hal ini tercantum dalam pasal 531
KUHP (Adami Chazawi, 2002:4 - 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Sedangkan dalam perbuatan pidana pasif, sesungguhnya adalah tidak
berbuat secara fisik, tidak berbuat justru malah melanggar suatu kewajiban
hukum dimana dituntut bagi yang bersangkutan untuk melaksanakan
perbuatan tertentu misalnya perbuatan seseorang yang membiarkan seseorang
dalam keadaan sengsara yang berarti membiarkan seseorang yang seharusnya
perlu untuk ditolong. Hal ini tercantum dalam pasal 304 KUHP.Oleh karena
itu, seseorang tersebut dapat dijatuhi pidana (Adami Chazawi, 2002: 6).
Kemudian rumusan kedua dari hukum pidana ialah mengenai
kesalahan (schuld) dan pertangungan jawab pidana (toerekeningsvadbaarheid)
pada diri si pembuat. Dalam rumusan pertama mengandung aspek larangan
melakukan perbuatan tertentu yang disertai ancaman pidana bagi siapa yang
melanggarnya, yang dalam aspek ini tidak dihubungkan dengan adanya si
pembuat dan dipidananya si pembuat itu. Si pembuat dapat dijatuhi pidana
atau tidak, tergantung terhadap perbuatan nyata apa yang dianggap melanggar
suatu larangan tertentu. Kemudian mengandung unsur kesalahan atau tidak,
jika tidak mengandung unsur kesalahan maka si pembuat tidak boleh dijatuhi
hukuman pidana. Mengenai hal ini, dimuat dalam pasal 44 dan 48 KUHP
(Adami Chazawi, 2002: 7).
Selanjutnya rumusan ketiga memuat hal – hal pelaksanaan hukum
pidana.Hukum pidana haruslah melalui hukum pidana pula.Hukum pidana
yang memiliki fungsi sebagai dasar – dasar untuk melaksanakan hukum
pidana materiil. Hukum pidana dalam arti rumusan ketiga adalah hukum
pidana dalam arti bergerak. Hal itu dikarenakan, memuat aturan mengenai
bagaimana Negara harus berbuat dalam rangka penegakan hukum hukum
pidana dalam arti diam (Adami Chazawi, 2002: 8). Didalam hukum pidana
juga dikenal pembagiannya, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
(1) Hukum pidana dalam keadaan diam dan dalam keadaan
bergerak. Hukum pidana disini dibedakan antara hukum pidana
materiil dan hukum pidana formil atau hukum acara pidana.
(2) Hukum pidana dalam arti objektif dan dalam arti subjektif
Hukum pidana dalam arti objektif (ius poenale) dapat diatikan
sebagai suatu peraturan yang mengandung larangan – larangan
atau suatu keharusan – keharusan dan bagi pelanggarnya dapat
diancam hukuman. Hukum pidana dalam arti objektif terbagi atas
2 (dua) yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.
Hukum pidana materiil merupakan suatu peraturang yang berisi
tentang perbuatan yang dapat diancam hukuman, peraturan yang
mengatur siapa yang dapat dihukum atau dapat disebut sebagai
pertanggungjawaban pidana dan hukuman apa yang dapat
dijatuhkan. Hukum pidana materiil adalah hukum pidana yang
terdapat didalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP).
Sedangkan hukum pidana formil merupakan sejumlah peraturan
yang mengandung cara – cara Negara dalam menggunakan haknya
dalam melakukan hukuman atau bagaimana prosedur untuk
menuntut ke muka pengadilan. Hukum pidana formil merupakan
aturan hukum pidana yang terdapat didalam Kitab Undang –
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Hukum pidana dalam
arti subjektif (ius poeniendi) dapat diartikan sebagai sejumlah
peraturan yang mengatur hak Negara untuk menghukum seseorang
yang melakukan kejahatan atau yang dilarang oleh Negara atau
yang melanggar Undang – Undang. Hukum pidana dalam arti
subjektif dapat berupa Undang – Undang Kepolisian, Undang –
Undang Pokok Kejaksaan, Undang – Undang Pokok Kehakiman
dan lain sebagainya(Adami Chazawi, 2002: 9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
(3) Atas dasar pada siapa berlakunya hukum pidana
Dalam hal ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu Hukum Pidana
Umum dan Hukum Pidana Khusus.Hukum pidana umum adalah
hukum pidana yang berlaku bagi setiap warga Negara. Sedangkan
hukum pidana khusus adalah hukum pidana yang dikhususkan
pada subjek tertentu (Adami Chazawi, 2002: 11).
(4) Atas dasar sumbernya
Hukum pidana atas dasar sumbernya dibedakan antara Hukum
Pidana Dikodifikasikan dan Hukum Pidana tidak Dikodifikasikan.
Hukum pidana dikodifikasikan maksudnya ialah hukum pidana
yang disusun secara sistematis dalam suatu kitab Undang –
Undang seperti yang terdapat dalam Kitab Undang – Undang
Hukum Pidana. Sedangkan Hukum Pidana tidak Dikodifikasikan
dapat diartikan bahwa hukum pidana tersebut tidak tersusun secara
sistematis dalam peraturan perundang – undangan misalnya
Hukum Pidana Adat (Adami Chazawi, 2002: 12).
(5) Atas dasar wilayah berlakunya hukum
Hukum pidana atas dasar wilayah berlakunya hukum dibedakan
menjadi hukum pidana umum dan hukum pidana lokal. Hukum
pidana umum merupakan hukum pidana yang berlaku secara
nasional. Sedangkan Hukum pidana lokal ialah hukum pidana
yang terdapat didalam peraturan daerah (Adami Chazawi, 2002:
13).
(6) Atas dasar bentuk atau wadahnya
Didalam bentuk ini dibagi menjadi hukum pidana tertulis dan
hukum pidana tidak tertulis. Hukum pidana tertulis merupakan
hukum pidana yang dibukukan atau dituangkan dalam bentuk
tulisan. Hukum pidana tidak tertulis merupakan hukum pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
yang tidak dituangkan dalam bentuk tulisan atau dibukukan seperti
Hukum Adat (Adami Chazawi, 2002: 14).
Adanya hukum pidana di Indonesia sangat berpengaruh dalam
pengaturan hukum yang ada didalam tatanan Negara Indonesia. Hukum
pidana disini memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut:
(a) Fungsi Umum
Hukum pidana memiliki fungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat
pada umumnya. Hukum pidana disini hanya memperhatikan perbuatan –
perbuatan yang ada hubungannya dengan masyarakat.
(b) Fungsi Khusus
Dalam fungsi khususnya, hukum pidana memiliki fungsi untuk
melindungi kepentingan hukum terhadap perbuatan – perbuatan yang
melanggar kepentingan hukum tersebut. Kepentingan hukum disini dapat
berupa benda, nyawa, kehormatan dan jasmani (badan).
(c) Fungsi Subsidair
Hukum pidana dalam fungsi subsidair berfungsi sebagai cara alternatif
dalam penyelesaian suatu perkara apabila cara melalui jalan perdamaian
tidak menemui kata sepakat atau gagal.
(d) Fungsi Ultimum Remedium
Dalam fungsi ini, hukum pidana baru dapat dipergunakan setelah cabang –
cabang hukum lain tidak tepat digunakan atau gagal.
Di dalam hukum pidana juga memiliki manfaat dalam peraturan
hukum di Indonesia. Manfaat hukum pidana ialah untuk memberikan
keterangan apa hukum pidana itu dan bagaimana mengenai pemidanaannya
serta sebagai suatu ilmu pendamping pidana. Hukum pidana dikenal mengenai
jenis – jenis pidananya yang diatur dalam buku I KUHP yang terdapat dalam
pasal 10 sampai dengan pasal 43 KUHP (Adami Chazawi, 2002: 25).Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pasal 10 KUHP, pidana tersebut dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu
pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok terdiri atas;
1. Pidana Mati
Pidana mati merupakan hukuman pidana yang terberat dalam KUHP. Oleh
karena itu dalam KUHP yang dapat dijatuhi hukuman pidana mati adalah
kejahatan – kejahatan yang dipandang sangat berat saja, yang jumlahnya
juga terbatas seperti;
a. Kejahatan yang mengancam keamanan Negara yaitu pasal 104 KUHP,
111 ayat 2 KUHP, 124 ayat 3 jo 129 KUHP.
b. Kejahatan – kejahatan pembunuhan terhadap orang – orang tertentu
dan atau dilakukan dengan faktor – faktor pemberat, misalnya pasal
140 ayat 3 KUHP, 340 KUHP.
c. Kejahatan terhadap harta benda yang disertai unsur atau faktor yang
sangat memberatkan misalnya pasal 365 ayat 4 KUHP, pasal 368 ayat
2 KUHP.
d. Kejahatan – kejahatan pembajakan laut, sungai dan pantai yang
terdapat dalam pasal 444 KUHP.
Tentang bagaimana pidana mati dilaksanakan, ketentuan dalam pasal
11 KUHP yang dilakukan oleh algojo ditempat tiang gantungan atau
digantung yang sekarang telah ditiadakan dan diganti dengan cara ditembak
oleh regu penembak sampai mati, yang pelaksanaannya telah ditetapkan
secara rinci dalam Undang – Undang Nomor 2 (PNPS) tahun 1964 (Adami
Chazawi, 2002: 32).
2. Pidana Penjara
Dalam pasal 10 KUHP ada 2 (dua) jenis pidana hilangnya kemerdekaan
untuk bergerak yaitu pidana penjara dan kurungan. Adapun perbedaan
antara pidana penjara dan kurungan adalah dalam segala hal, pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kurungan lebih ringan daripada pidana penjara. Lebih ringannya itu
terbukti sebagai berikut:
a. Dari sudut macam atau jenis tindak pidana yang diancam pidana
kurungan, tampak bahwa pidana kurungan itu hanya diancam pada
tindak pidana yang lebih ringan daripada tindak pidana yang dincam
dengan pidana penjara. Pidana kurungan banyak diancamkan dalam
tindak pidana pelanggaran. Sedangkan pidana penjara diancamkan
dalam jenis tindak pidana kejahatan. Tindak pidana kejahatan lebih
berat daripada tindak pidana pelanggaran.
b. Ancaman maksimum umum dari pidana penjara yakni 15 tahun lebih
tinggi daripada ancaman maksimum umum pidana kurungan yakni 1
tahun.
c. Pidana penjara lebih berat daripada pidana kurungan. Hal ini
berdasarkan pasal 69 KUHP.
d. Pelaksanaan pidana denda tidak dapat diganti dengan pelaksanaan
pidana penjara. Tetapi pelaksanaan pidana denda dapat diganti dengan
pelaksanaan kurungan yang dapat disebut kurungan pengganti denda
yang tercantum dalam pasal 30 ayat 2 KUHP.
e. Dalam melaksanakan pidana penjara, dapat saja di Lembaga
Pemasyarakatan di seluruh Indonesia atau dapat dipindah – pindahkan.
Tetapi dalam melaksanakan pidana kurungan adalah ditempat
Lembaga Pemasyarakatan dimana ia berdiam ketika putusan hakim
dijalankan atau dengan kata lain tidak dapat dipindah – pindahkan,
apabila ia tidak memiliki tempat kediaman, didaerah mana ia berada
kecuali bila Menteri Kehakiman atas permintaan terpidana meminta
menjalani pidana ditempat lain yang dalam hal ini diatur dalam pasal
21 KUHP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
f. Pekerjaaan – pekerjaan yang diwajibkan pada narapidana penjara lebih
berat daripada pekerjaan – pekerjaan yang diwajibkan pada narapidana
kurungan yang diatur dalam pasal 19 KUHP.
g. Narapidana kurungan dengan biaya sendiri dapat sekedar meringankan
nasibnya dalam menjalankan pidananya menurut aturan yang
ditetapkan (Adami Chazawi, 2002: 34).
Menurut pasal 13 KUHP, narapidana penjara itu dibagi dalam
beberapa kelas, pembagian kelas ini diatur lebih lanjut dalam pasal 49
Peraturan Kepenjaraan, yaitu:
a. Kelas I ialah bagi narapidana penjara seumur hidup dan narapidana
penjara sementara yang membahayakan orang lain atau
masyarakat.
b. Kelas II ialah diperuntukkan bagi narapidana penjara yang
dipenjara lebih dari 3 bulan yang tidak termasuk kelas I, bagi
narapidana yang pidana sementara yang telah dinaikkan dari kelas
pertama jika narapidana kelas I kemudian ternyata berkelakuan
baik, maka ia dapat dinaikkan kekelas II, bagi narapidana yang
dipidana sementara yang karena alasan pelangggaran tertentu,
diturunkan menjadi kelas II dan kelas III.
c. Kelas III yaitu bagi narapidana yang dipidana sementara yang telah
dinaikkan dari kelas II, karena telah terbukti berkelakuan baik dan
dapat menjadi contoh bagi narapidana yang lain.
d. Kelas IV ialah bagi narapidana yang dipidana sementara penjara
sementara paling tinggi 3 bulan (Adami Chazawi, 2002: 37).
3. Pidana Kurungan
Ada beberapa hal dalam pidana kurungan yang sama dengan pidana
penjara, yaitu sebagai berikut:
a. Dalam hal hilangnya kemerdekaan seseorang untuk bergerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Mengenal maksimum umum, maksimum khusus, minimum
umum,dan tidak mengenal minimum khusus. Maksimum umum
pidana penjara 15 tahun apabila ada alasan – alasan tertentu dapat
diperpanjang menjadi maksimum 20 tahun. Kemudian pidana
kurungan 1 tahun dapat diperpanjang menjadi maksimum 1 tahun
4 bulan. Sedangkan maksimum khusus disebutkan pada setiap
rumusan tindak pidana tertentu sendiri – sendiri.
c. Orang yang dipidana kurungan dan pidana penjara diwajibkan
untuk menjalankan pekerjaan tertentu, walaupun pidana kurungan
lebih ringan dari pidana penjara.
d. Tempat menjalani pidana penjara sama dengan pidana kurungan,
walaupun ada sedikit perbedaan yaitu harus dipisahkan. Hal ini
yang tercantum dalam pasal 28 KUHP.
e. Pidana kurungan dan pidana penjara mulai berlaku, apabila
terpidana tidak ditahan yaitu pada hari putusan hakim yang telah
memiliki kekuatan tetap dapat dieksekusi yaitu pada saat pejabat
kejaksaan mengeksekusi dengan cara melakukan tindakan paksa
dengan memasukkan terpidana kedalam lembaga permasyarakatan
(Adami Chazawi, 2002: 39).
4. Pidana Denda
Pidana denda diancamkan pada jenis tindak pidana pelanggaran yaitu yang
tercantum dalam buku III KUHP baik sebagai alternatif dari pidana
kurungan atau berdiri sendiri (Adami Chazawi, 2002: 40).
5. Pidana Tutupan
Undang – Undang tanggal 31 Oktober 1946 Nomor 20, termuat dalam
Berita Republik Indonesia II 24 halaman 287/288, mengadakan suatu
hukuman pidana baru yang dinamakan “hukuman tutupan”. Undang –
Undang tersebut terdiri dari 6 pasal (Wirjono Prodjodikoro, 2002:173).
Berlainan dengan pidana penjara, pada pidana tutupan hanya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dijatuhkan apabila orang yang melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara, mengingat keadaan pribadi dan perbuatannya
dapat dijatuhi pidana tutupan serta terdakwa yang melakukan tindak
pidana karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati. Pengecualian
terhadap ketentuan diatas adalah jika cara melakukan atau akibat dari
perbuatan tersebut sedemikian rupa sehingga terdakwa lebih tepat untuk
dijatuhi pidana penjara (Bambang Waluyo, 2000:18)
Selanjutnya, selain pidana pokok juga terdapat pidana tambahan.Dalam pasal
10 KUHP dikenal beberapa pidana tambahan. Dalam pidana tambahan terdapat 3
(tiga) jenis, ialah sebagai berikut:
a. Pidana pencabutan hak – hak tertentu
Hak – hak yang dapat dicabut ialah berupa hak memegang jabatan pada
umumnya maupun jabatan tertentu, hak menjalankan jabatan dalam
Angkatan bersenjata/TNI, hak untuk dipilih dan memilih dalam peraturan
tertentu, hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas penetapan
pengadilan, hak menjalankan kekuasaan bapak sebagai perwalian atau
pengampuan atas anaknya sendiri, dan hak menjalankan mata
pencaharian.
b. Pidana perampasan barang tertentu
Barang yang dapat dirampas melalui putusan hakim pidana ada 2 (dua)
jenis ialah barang – barang yang diperoleh dari suatu kejahatan dan barang
– barang yang digunakan dalam melakukan sutu tindak kejahatan.
c. Pidana pengumuman putusan hakim
Pidana pengumuman putusan hakim hanya dapat dijatuhkan pada hal – hal
yang ditentukan oleh Undang – Undang misalnya yang terdapat dalam
pasal 128, 206, 361, 377, 395, dan 405 KUHP (Adami Chazawi, 2002:
53).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Penipuan Yang
Berkaitan Dengan Penggunaan Proposal Palsu
Didalam Peraturan Perundang – Undangan yang mengatur tentang
hukum pidana mengenal adanya istilah tindak pidana atau yang dalam bahasa
belanda disebut strafbaarfeit. Istilah – istilah yang pernah digunakan didalam
perundang – undangan sebagai terjemahan dari istilah strafbaarfeit adalah
tindak pidana, peristiwa pidana, delik, pelanggaran pidana, perbuatan yang
boleh dihukum, perbuatan yang dapat dihukum, dan perbuatan pidana.
Strafbaar feit terdiri dari 3 (tiga) kata, yakni straf, baar, feit.Straf dapat
diartikan sebagai pidana dan hukum. Sedangkan baar yang berarti dapat dan
boleh. Kemudian feit berarti tindak, peristiwa, pelanggaran dan perbuatan
(Adami Chazawi, 2002: 69).
Menurut Moeljatno, istilah perbuatan pidana dapat didefinisikan
sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana
disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa
melanggar larangan tersebut (Adami Chazawi, 2002: 71). Menurut Moeljatno,
pula penggunaan istilah tindak pidana dan peristiwa pidana adalah sesuatu
yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan kata peristiwa menggambarkan suatu hal
yang konkret sedangkan tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang
abstrak (Moeljatno, 2000:55).
Istilah strafbaarfeit atau tindak pidana atau perbuatan pidana dapat
didefinisikan oleh beberapa tokoh ahli yang memiliki beberapa pengungkapan
kata – kata yang berbeda – beda namun memiliki inti yang sama satu sama
lainnya. Terdapat 2 (dua) aliran yang mendefinisikan strafbaarfeit ini, yaitu
aliran monisme dan dualisme. Berikut merupakan definisi dari beberapa tokoh
ahli dualisme yang dapat dijelaskan sebagai berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
a. Menurut Pompe, strafbaarfeit ialah tindakan yang menurut sesuatu
rumusan Undang – Undang telah dinyatakan sebagai tindakan
yang dapat dihukum.
b. Menurut Vos, strafbaarfeit merupakan suatu kelakuan manusia
yang dapat diancam pidana oleh peraturan perundang – undangan.
c. Menurut R. Tresna mendefiniskan peristiwa pidana itu adalah
sesuatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang
bertentangan dengan Undang – Undang atau Peraturan Perundang
– Undangan lainnya terhadap perbuatan mana diadakan tindakan
penghukuman.
Sedangkan definisi dari beberapa ahli monisme mengenai definisi tentang
tindak pidana ialah sebagai berikut;
1) Menurut J. E Jonkers, mendefinisikan peristiwa pidana sebagai
perbuatan yang melawan hukum yang berhubungan dengan
kesengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2) Menurut Wirjono Prodjodikoro, yang menyatakan bahwa tindak
pidana itu adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan
hukuman pidana.
3) Menurut H. J. Van Schravendijk, yang merumuskan perbuatan yang
boleh dihukum adalah kelakuan orang yang begitu bertentangan
dengan keinsyafan hukum sehingga kelakuan itu diancam dengan
hukuman asal dilakukan oleh seorang yang karena itu dapat
dipersalahkan.
4) Menurut Simons, strafbaarfeit merupakan suatu tindakan melanggar
hukum yang dengan sengaja telah dilakukan oleh seseorang yang
dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya yang dinyatakan
sebagai dapat dihukum (Adami Chazawi, 2002: 75).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dalam tindak pidana atau strafbaarfeit ini pula terdapat unsur – unsur
yang dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang yaitu sudut pandang teoritis dan
sudut pandang Undang – Undang. Berdasarkan pendapat para ahli hukum,
sudut pandang teoritis ialah yang tercermin pada bunyi rumusannya.
Sedangkan sudut pandang Undang – Undang adalah bagaimana kenyataan
tindak pidana itu dirumuskan menjadi tindak pidana tertentu dalam pasal –
pasal peraturan perundang – undangan yang ada.
Unsur tindak pidana menurut beberapa teoritisi dapat dikemukakan
antara lain sebagai berikut;
a) Menurut Moeljatno, unsur – unsur tindak pidana adalah perbuatan, yang
dilarang (oleh aturan hukum) dan ancaman pidana (bagi yang melanggar
larangan).
b) Menurut R. Tresna, unsur – unsur tindak pidana terdiri dari yakni
perbuatan atau rangkaian perbuatan (manusia), yang bertentangan dengan
peraturan perundang – undangan, dan diadakan tindakan penghukuman.
c) Menurut Vos, unsur – unsur tindak pidana berupa kelakuan manusia,
diancam dengan pidana dan dalam peraturan perundang – undangan.
d) Sedangkan menurut Jonkers, unsur – unsur tindak pidana dapat dirinci
antara lain ialah mengenai perbuatan (yang), melawan hukum (yang
berhubungan dengan) dan kesalahan (yang dilakukan oleh orang yang
dapat). (Adami Chazawi, 2002: 80)
Selanjutnya didalam peraturan perundang – undangan yang berlaku
diatur pula unsur – unsur mengenai rumusan – rumusan tentang tindak pidana
tertentu yang diatur di dalam KUHP. Didalam KUHP tersebut terdapat 8
(delapan ) unsur – unsur tindak pidana yaitu antara lain;
(1) Unsur tingkah laku.
(2) Unsur melawan hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
(3) Unsur kesalahan.
(4) Unsur akibat konstitutif.
(5) Unsur keadaan yang menyertai
(6) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dituntut pidana.
(7) Unsur syarat tambahan yang dapat memperberat pidana.
(8) Unsur syarat tambahan untuk dapatnya dipidana.
Dari ke 8 (delapan) unsur – unsur tersebut, diantara 2 (dua) unsur
yakni kesalahan dan melawan hukum merupakan termasuk unsur subyektif.
Unsur subyektif merupakan semua unsur yang mengenai batin atau melekat
pada keadaan batin seseorang. Sedangkan yang selebihnya merupakan unsur
objektif. Maksud dari unsur objektif ialah semua unsur yang berada diluar
keadaan batin manusia atau si pembuat yaitu semua unsur mengenai
perbuatannya, akibat perbuatan dan keadaan – keadaan tertentu yang melekat
(sekitar) pada perbuatan dan objek tindak pidana (Adami Chazawi, 2002: 82).
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dalam penulisan ini
penulis lebih menekankan pada tindak pidana kejahatan yang berupa tindak
pidana penipuan dengan modus penggunaan proposal palsu. Didalam Bab
XXV Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dipergunakan
perkataan penipuan karena dalam bab tersebut diatur sejumlah perbuatan-
perbuatan yang ditujukan terhadap harta benda, dimana oleh pelaku
dipergunakan perbuatan-perbuatan yang bersifat menipu atau dipergunakan
tipu muslihat. Tindak pidana penipuan atau bedrog, juga disebut oplichting
dalam bentuk pokok, diatur dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang berbunyi:
“Barangsiapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum, baik dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan perbuatan-perbuatan tipu muslihat maupun dengan rangkaian kebohongan, membujuk orang lain supaya menyerahkan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
barang atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”
Tindak pidana penipuan dalam bentuk pokok yang diatur dalam Pasal 378
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdiri dari unsur-unsur
sebagai berikut;
(a) unsur subjektif : i) dengan maksud
ii) untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain
iii) secara melawan hukum
(b) unsur-unsur objektif : i) barangsiapa
ii) menggerakkan orang lain agar orang
lain tersebut:
a. menyerahkan suatu benda
b. mengadakan suatu perikatan utang
c. meniadakan suatu piutang
iii)dengan memakai :
a. sebuah nama palsu
b. kedudukan palsu
c. tipu muslihat
d. rangkaian kata-kata bohong (PAF.
Lamintang, 1989:142).
Kata dengan maksuditu harus diartikan sebagai maksud dari pelaku untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum. Unsur
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum bahwa
keuntungan yang diperoleh dan cara memperoleh keuntungan tersebut oleh pelaku
bersifat bertentangan dengan kepatutan dalam pergaulan masyarakat. Menurut
van bemmelen-van hattum yang dimaksud dengan melawan hukum ialah
bertentangan dengan kepatutan dalam masyarakat, sementara itu menguntungkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
diri adalah perbuatan menambah harta kekayaan seseorang daripada harta
kekayaan semula (PAF. Lamintang, 1989:145).
Unsur objektif pertama dari tindak pidana penipuan ialah barangsiapa,
kata barangsiapa menunjukkan orang, yang apabila orang tersebut memenuhi
semua unsur dari tindak pidana penipuan maka ia dapat disebut pelaku atau dader
dari tindak pidana penipuan tersebut. Unsur objektif kedua ialah menggerakkan
orang lain agar orang lain tersebut;
a. mau menyerahkan sesuatu benda, atau
b. mau mengadakan perikatan utang atau meniadakan suatu piutang
Perbuatan untuk menggerakkan orang lain ini tidak diisyaratkan
dipakainya upaya-upaya berupa janji, penyalahgunaan kekuasaan, ancaman
kekerasan, dan sebagainya, melainkan dengan menggunakan tindakan-tindakan
baik berupa perbuatan-perbuatan atau perkataan-perkataan yang bersifat menipu.
Kata menyerahkan suatu benda ialah setiap tindakan memisahkan suatu benda
dengan cara apapun dan dalam keadaan apapun dari orang yang menguasai benda
tersebut untuk diserahkan kepada siapapun. Benda yang dimaksud adalah benda
berwujud dan benda bergerak. Penyerahan dalam hal ini merupakan suatu unsur
konstitutif dari tindak pidana penipuan, sehingga penyerahan tersebut tidak perlu
dilakukan secara langsung kepada pelaku, hal ini berarti bahwa pelaku dapat
menyuruh orang yang ditipu untuk menyerahkan benda tersebut kepada seorang
perantara atau kepada beberapa orang perantara yang dikirimkan oleh pelaku
untuk menerima penyerahan benda yang bersangkutan (PAF. Lamintang,
1989:149).
Unsur objektif ketiga adalah sarana penipuan yang salah satu diantaranya
dipakai oleh pelaku. Sarana penipuan tersebut diantaranya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. memakai nama palsu
2. memakai kedudukan palsu
3. dengan memakai tipu muslihat, atau
4. memakai serangkaian kebohongan
Menurut Satauchid Kartanegara, suatu nama palsu itu harus merupakan
nama seseorang. Nama tersebut dapat merupakan nama yang bukan merupakan
nama dari pelaku sendiri, atau memang merupakan nama dari pelaku sendiri akan
tetapi yang tidak diketahui secara umum. Kata kedudukan palsu tidak perlu
merupakan jabatan, pangkat atau sesuatu pekerjaan yang resmi seperti hakim,
jaksa, penyidik dan sebagainya, melainkan juga keberadaan dalam suatu keadaan
tertentu sehingga orang mempunyai hak-hak tertentu.
Tipu muslihat ialah tindakan-tindakan yang sedemikian rupa sehingga
dapat menimbulkan kepercayaan orang atau memberikan kesan pada orang yang
digerakkan, seolah-olah keadaannya sesuai dengan kebenaran. Kata-kata bohong
adalah kata-kata dusta atau kata-kata yang bertentangan dengan kebenaran,
sedangkan rangkaian kata-kata bohong ialah serangkaian kata-katayang terjalin
demikian rupa, sehingga kata-kata tersebut mempunyai hubungan antara satu
dengan yang lain dan dapat menimbulkan kesan seolah-olah kata-kata yang satu
itu membenarkan kata-kata yang lain, padahal semuanya itu sesungguhnya tidak
sesuai dengan kebenaran(PAF. Lamintang, 1989:155).
Menurut R. Tresna, tindak pidana penipuan dapat diartikan dalam 2 (dua)
pengertian yaitu dalam pengertian luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian
luas, tindak pidana penipuan ialah semua tindak pidana yang dirumuskan dalam
Bab XXV KUHP. Sedangkan dalam pengertian sempit ialah bentuk penipuan
yang dirumuskan dalam pasal 378 (bentuk pokoknya) dan 379 (bentuk
khususnya), atau yang biasa disebut dengan oplichting.
(http://pakarhukum.site90.net/penipuan1.php/29Februari 2012 Pukul 19:00).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Kemudian menurut literatur lainnya, maksud dari menguntungkan diri
sendiri atau orang lain memiliki arti sebagai adanya suatu unsur kesengajaan
sebagai maksud. Sedangkan perbuatan itu dilakukan secara melawan hukum yang
berarti dia tidak mempunyai hak untuk menikmati keuntungan itu. Memakai nama
palsu misalnya dengan mengaku suatu nama yang dikenal baik oleh orang yang
ditipu. Martabat palsu misalnya dengan mengaku sebagai seseorang yang
memiliki kedudukan yang dapat dipercayai oleh orang yg ditipu.Rangkaian
kebohongan maksudnya ialah segala upaya penipuan. Menggerakkan orang lain
yang dapat diartikan sebagai suatu cara – cara tersebut yang dia menghendaki
orang yang ditipu tergerak untuk menyerahkan suatu barang kepadanya untuk
memberikan utang ataupun menghapus piutang itu adalah bagian inti delik yang
bermakna dalam delik penipuan. Objeknya sendiri biasanya berupa hak membuat
utang atau menghapuas piutang (Andi Hamzah, 2009:111).
Pidana bagi delik penipuan ialah pidana penjara maksimum empat tahun
tanpa alternatif denda sehingga delik penipuan dianggap lebih berat daripada
delik penggelapan. Hal ini disebabkan karena pada delik penggelapan memiliki
alternatif denda. Oleh sebab itu, penuntut umum yang menyusun dakwaan primair
dan dakwaan subsidair kedua pasal ini harus mencantumkan delik penipuan pada
dakwaan primair, sedangkan dakwaan subsidair ialah mengenai penggelapan.
Menurut Cleiren, delik penipuan merupakan delik dengan adanya suatu akibat dan
delik berbuat atau delik komisi. Pada umumnya, delik dalam bab kecurangan
adalah dengan akibat dan delik dengan berbuat. Pembuat Undang – Undang
memandang delik penipuan sebagai delik kecurangan yang paling penting. Hal itu
merupakan prototype delik kecurangan berdasarkan sejarah undang – undang.
Rumusan mengenai delik penipuan sudah beberapa kali dirubah di Belanda.
Dibelakang kata – kata ”menggerakkan orang lain memberikan suatu barang” ada
kata – kata ”untuk menguasai data yang memiliki nilai uang dalam lalu lintas
perdagangan” (Andi Hamzah, 2009:112).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Untuk hal dapat menyatakan seorang terdakwa terbukti melakukan tindak
pidana penipuan seperti yang diatur dalam pasal 378 KUHP, hakim harus
melakukan 2 (dua) macam pemeriksaan, yakni apakah benar terdakwa sebagai
berikut;
1. terbukti memenuhi unsur kesengajaan untuk melakukan tindak pidana
penipuan seperti yang didakwakan jaksa, dan
2. terbukti memenuhi semua unsur tindak pidana penipuan seperti yang
didakwakan oleh jaksa (PAF. Lamintang, 2009:151).
Berdasarkan paham tersebut diatas, bahwa inti pengertian kesengajaan
ialah menghendaki dan mengetahui sedang yang dapat atau yang dikehendaki
itu hanyalah perbuatan – perbuatan saja, dan keadaan – keadaan itu hanyalah
dapat diketahui, maka untuk dapat menyatakan terdakwa terbukti memenuhi
unsur kesengajaan sebagaimana yang dimaksud diatas, di sidang pengadilan
yang memeriksa perkara terdakwa, harus dapat dibuktikan bahwa terdakwa
memang benar telah:
a. bermaksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum;
b. menghendaki menggerakkan orang lain untuk menyerahkan suatu
benda atau untuk mengadakan suatu perikatan utang ataupun untuk
meniadakan suatu piutang;
c. mengetahui bahwa yang ia gerakkan untuk melakukan orang lain
itu ialah agar orang lain tersebut menyerahkan suatu benda atau
mengadakan suatu perikatan utang atau meniadakan suatu piutang;
d. mengetahui bahwa yang ia pakai ialah untuk menggerakkan orang
lain itu adalah sudah nama palsu, suatu sifat palsu, suatu tipu
muslihat atau suatu rangkaian kebohongan atau rangkaian kata –
kata bohong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Jika maksud, kehendak, dan pengetahuan terdakwa itu semua dapat
dibuktikan, barulah orang dapat mengatakan bahwa terdakwa memang
terbukti telah memenuhi unsur kesengajaan untuk melakukan tindak pidana
penipuan seperti yang didakwakan oleh jaksa terhadap dirinya. Jika salah satu
maksud, kehendak, atau pengetahuan – pengetahuan terdakwa itu ternyata
tidak dapat dibuktikan, maka hakim harus memberikan putusan bebas dari
tuntutan hukum bagi terdakwa. Pembuktian tentang maksud, kehendak, dan
pengetahuan – pengetahuan terdakwa itu dalam praktik memang tidak mudah
terutama jika terdakwa menyangkal apa yang didakwakan oleh jaksa (PAF.
Lamintang, 2009:152).
Berdasarkan pernyataan diatas, menurut Van Bemmelen mengatakan
bahwa ”dalam banyak kejadian, terutama jika menghadapi seorang terdakwa
yang selalu menyangkal, hakim akan menarik kesimpulan dari keadaan –
keadaan yang pada waktu kejadian itu terjadi, untuk menentukan apakah
benar bahwa pada pelaku terdapat kesengajaan untuk melakukan tindakan
yang bersangkutan atau tidak. Untuk dapat menyatakan seorang terdakwa
terbukti memenuhi unsur yang sebagaimana yang dimaksud dengan
sendirinya hakim harus dapat memberikan arti yang sebenar – benarnya
kepada masing – masing unsur yang bersangkutan baik menurut undang –
undang, menurut yurisprudensi, maupun menurut doktrin (PAF. Lamintang,
2009:153).
Bab XXV Buku II KUHP memuat berbagai bentuk penipuan yang
dirumuskan dalam 20 (dua puluh) pasal. Diantara bentuk – bentuk penipuan
itu memiliki nama sendiri yang khusus (Moch. Anwar, 1982:40). Dalam pasal
378 KUHP merupakan delik pokok yang ada didalam delik penipuan.
Kemudian disebutkan dalam pasal 379 KUHP merupakan bentuk penipuan
ringan dan dalam pasal – pasal lainnya dirumuskan tindak – tindak pidana lain
yang semuanya bersifat ”menipu” (Wirjono Prodjodikoro, 2002: 41).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Ketentuan dalam pasal 379 KUHP disebut penipuan ringan, jika objeknya
bukan ternak dan harganya tidak melebihi dari dua ratus lima puluh rupiah.
Nilai ini sudah tidak berarti sekarang. Jadi, sampai dengan pidana denda
disesuaikan dengan keadaan sekarang (Andi Hamzah, 2009:113).
Pada pasal 379a KUHP diatur mengenai penipuan dari pihak pembeli
serta pasal 383 dan 386 KUHP diatur mengenai penipuan dari pihak penjual.
Dalam pasal 379a diancam hukuman apabila seseorang pembeli menjadikan
pencarian atau kebiasaan membeli barang itu untuk dirinya atau untuk orang
lain dengan tidak membayar lunas yang biasanya disebut fresschen trekkerij
(Wirjono Prodjodikoro, 2002:42). Adapun bagian inti dalam delik ini ialah
menjadikan sebagai mata pencaharian atau kebiasaan membeli barang –
barang, dengan maksud supaya tanpa pembayaran seluruhnya, dan
memastikan penguasaan barang – barangitu untuk diri sendiri atau orang lain
( Andi Hamzah, 2009: 114).
Pasal 380 KUHP merupakan tindak pidana membubuhkan nama atau
tanda palsu pada karya – karya dibidang sastra, dibidang ilmu pengetahuan,
dan dibidang seni oleh pembentuk undang – undang (PAF.Lamintang,
2009:176). Bagian inti dalam delik ini ialah menaruh nama atau tanda palsu
diatas suatu hasil sastra, kesenian, kerajinan dengan memalsukan nama atau
tanda asli dengan maksud supaya orang lain dapat mengira bahwa itu adalah
hasil karyanya dan dilakukan dengan kesengajaan untuk dijual, ditawarkan,
diserahkan hasil karya sastra tersebut yang didalamnya telah dipalsukan nama
atau tandanya yang asli.
Pada 381 KUHP ialah merupakan bentuk penipuan terhadap
perasuransian atau pertanggungan, dimana dalam perbuatan perjanjian
asuransi penanggung disesatka oleh seseorang yang akan meminta ditanggung
atas sesuatu dengan tipu muslihat (Moch. Anwar, 1982:48). Dalam delik ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
jalan tipu muslihat dilakukan dengan menyesatkan penanggung asuransi
mengenai keadaan – keadaan yang berhubungan dengan pertanggungan
sehingga perjanjian tersebut disetujui tanpa adanya syarat – syarat sedemikian
rupa.
Pasal 382 KUHP diatur mengenai tindak pidana yang merugikan
penanggung atau pemegang yang sah dari akta uatang - piutang uang dengan
jaminan sebuah alat pembayaran atau muatannya yang telah diatur dalam
peraturan perundang – undangan (PAF Lamintang, 2009:190). Pada delik ini
sering dilakukan oleh orang yang mengasuransikan barangnya, gedungnya,
kapalnya dengan sengaja membakar sendiri atau menenggelamkan kapalnya
untuk mendapatkan asuransi baik gedungnya maupun isinya, begitu pula
kapal dan muatannya (Andi Hamzah, 2009:118). Kemudian pada pasal 382
bis KUHP diatur mengenai persaingan curang untuk mendapatkan
melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik
sendiri atau orang lain dengan melakukan perbuatan curang untuk
menyesatkan khalayak umum atau seseorang tertentu.
Pada pasal 383 KUHP merupakan pasal yang mengatur mengenai
delik berupa penipuan yang dilakukan oleh penjual barang terhadap
pembelinya. Delik ini dilakukan dengan kesengajaan menyerahkan barang
lain dari apa yang ditunjuk oleh pembeli yang berkaitan dengan jenis, keadaan
dan jumlah barang yang diberikan. Sedangkan pasal 383 bis KUHP
dipergunakan untuk melindungi penerima konosemen. Dalam pasal 384
KUHP merumuskan perbuatan pidana yang termasuk dalam pasal 383 KUHP
yang dapat dijatuhi sanksi pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda
paling banyak enam puluh rupiah jika jumlah tidak melebihi dua ratus lima
puluh rupiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Selanjutnya dalam pasal 385 KUHP diatur mengenai tindak pidana
yang berkaitan dengan tanah. Dalam pasal 385 KUHP bertujuan untuk
melindungi hak atas tanah yang dimiliki penduduk asli berdasarkan hukum
adat ataupun atas bangunan – bangunan ataupun tanaman – tanaman yang
terdapat diatas tanah tersebut (PAF Lamintang, 2009:201). Pada pasal 386
KUHP merupakan tindak pidana berupa penjualan makanan, minuman dan
obat – obatan yang dipalsukan. Pasal ini bertujuan untuk melindungi
konsumen dari tindak pidana penipuan berupa pemalsuan minuman, makanan
dan obat – obatan.
Kemudian pada pasal 387 KUHP diatur mengenai tindak pidana
berupa perbuatan – perbuatan yang sifatnya menipu dalam pelaksanaa
perjanjian – perjanjian pembuatan bangunan – bangunan dan penyerahan
bahan – bahan bangunan. Sedangkan pada pasal 389 KUHP diatur mengenai
tindak pidana menghancurkan, memindahkan atau menyingkirkan sesuatu
yang dipakai orang untuk menunjukkan batas – batas halaman dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum.
Dalam pasal 390 KUHP dirumuskan mengenai tindak pidana yang
dilakukan dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
cara melawan hukum menyiarkan kabar bohong yang menyebabkan harga –
harga barang dagang, dana – dana dan surat – surat berharga menjadi turun
atau naik. Sedangkan pada pasal 391 KUHP merupakan bentuk penipuan
dengan memberikan gambaran yang tidak benar terhadap surat berharga. Pada
delik ini pelaku dengan sengaja menyembunyikan keadaan yang sebenarnya
dengan memberikan bayangan yang tidak benar.
Pada pasal 392 KUHP diatur mengenai tindak pidana penipuan dengan
bentuk mengumumkan neraca yang tidak benar terhadap pengusaha, pengurus
atau komisaris dalam sebuah perseroan terbatas. Sedangkan dalam pasal 393
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
KUHP merupakan bentuk penipuan dengan memperdagangkan barang –
barang yang dilengkapi dengan nama, firma atau cap yang dipalsukan.
Kemudian dalam pasal 393 bis KUHP diatur mengenai bentuk penipuan yang
menyuruh memasukkan alamat yang tidak sebenarnya dari seorang tergugat
dalam surat gugatan dalam perceraian atau perkara kepailitan yang dilakukan
oleh seorang pengacara yang diketahui bahwa keterangan tersebut
bertentangan dengan hal yang sebenarnya. Selanjutnya dalam pasal 394
KUHP diatur mengenai tindak pidana penipuan yang dilakukan dalam suatu
keluarga dan dalam pasal 395 KUHP diatur mengenai sanksi pidana terhadap
pelaku yang melanggar pasal 394 KUHP dapat dijatuhi hukuman berupa
pencabutan hak – hak terhadap diri pelaku tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, tindak pidana penipuan terbagi atas
berbagai bentuk dan berbagai cara yang dilakukan oleh si pelaku dalam
melancarkan tindak kejahatannya tersebut yang pada pokoknya diatur dalam
pasal 378 KUHP. Oleh sebab itu hukum pidana memiliki suatu sanksi –
sanksi pidana yang tercantum dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
(KUHP) yang dapat memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana agar
tindak pidana yang terjadi di Indonesia dapat diminimalisir sehingga dapat
menciptakan suatau tatanan kehidupan bermasyarakat yang aman, damai dan
tentram.
Berkaitan dengan tindak pidana penipuan yang berkaitan dengan
penggunaan proposal palsu dapat dilihat dari unsur – unsur yang ada didalam
tindak pidana penipuan yang tercantum didalam pasal 378 Kitab Undang –
Undang Hukum Pidana (KUHP). Unsur yang pertama adalah unsur subjektif
ialah pelaku tindak pidana melakukan tindakan tersebut dilakukan dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara
melawan hukum. Kemudian unsur yang kedua ialah unsur objektif. Unsur
objektif tersebut ialah berupa adanya unsur barangsiapa atau adanya pelaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
tindak pidana penipuan yang menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
sesuatu kepadanya baik suatu benda, perikatan utang maupun peniadaan
piutang yang dilakukan dengan penggunaan nama palsu, kedudukan palsu,
tipu muslihat maupun rangkaian kata – kata bohong. Apabila semua unsur
telah terpenuhi dan terbukti kebenarannya, maka pelaku tindak pidana
penipuan dengan penggunaan surat proposal palsu tersebut dapat dijatuhi
hukuman pidana yang sesuai dengan tindak pidana penipuan yang dilakukan
oleh si pelaku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
B. Kerangka Pemikiran
Penggunaan Proposal Palsu
Dasar Pertimbangan
Sanksi Pidana
Hakim
Pasal 378 KUHP
Putusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Berhubungan dengan adanya kasus penggunaan proposal palsu dalam
pengumpulan zakat, infaq dan shadaqoh yang digunakan oleh pelaku tindak pidana
maka seorang pelaku tersebut dapat dikenakan pasal yang ada didalam Kitab Undang
– Undang Hukum Pidana (KUHP) khususnya dalam pasal 378 KUHP yang mengatur
tentang tindak pidana penipuan.Dalam hal tindak pidana penipuan ini, pelaku dapat
dijatuhi hukuman pidana berupa hukuman pidana penjara paling lama selama empat
tahun. Penetapan sanksi pidana tersebut juga harus melalui adanya dasar – dasar
pertimbangan yang diambil oleh seorang hakim dalam memutus suatu perkara tindak
pidana penipuan. Dasar – dasar pertimbangan hakim tersebut harus memperhatikan
unsur – unsur yang ada dalam suatu tindak pidana penipuan.
Mengenai tindak pidana penipuan yang diatur dalam pasal 378 KUHP
memiliki beberapa unsur yaitu unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif
ialah unsur yang berupa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan cara melawan hukum. Sedangkan unsur objektif ialah unsur yang
memuat mengenai hal – hal yang berkaitan dengan unsur barangsiapa, unsur
menggerakkan orang lain agar menyerahkan suatu benda, mengadakan suatu
perikatan serta meniadakan suatu piutang dengan memakai nama palsu, sifat palsu,
dengan tipu muslihat, dan rangkaian kata – kata bohong.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka apabila seseorang yang telah memenuhi
seluruh unsur – unsur yang telah disebutkan diatas maka seseorang tersebut dapat
dijatuhi sanksi pidana berupa hukuman penjara melalui dasar petimbangan hakim dan
hakim pula dapat memberikan sanksi pidana tersebut sesuai dengan kesalahan yang
diperbuat oleh si pelaku tindak pidana penipuan dengan penjatuhan pidana yang
seadil- adilnya. Dengan adanya pengenaan sanksi pidana tersebut, diharapkan dapat
memberikan suatu efek jera bagi pelaku dan dapat meminimalisir pelaku – pelaku
kejahatan khususnya pelaku kejahatan penipuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengaturan Tindak Pidana Penipuan Dengan Penggunaan
Proposal Palsu Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
(KUHP)
Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana atau KUHP merupakan suatu
bentuk perundang – undangan yang mengatur tentang perkara – perkara yang
berkaitan dengan tindak pidana. Kitab Undang – Undang Hukum pidana digunakan
para hakim dalam memutus suatu perkara perkara tindak pidana yang ada di
Indonesia. Berkaitan dengan berbagai kasus tindak pidana yang terjadi di Indonesia,
para hakim sebagian besar menggunakan pasal – pasal yang diatur dalam Kitab
Undang – Undang Hukum Pidana atau KUHP dalam mengadili dan menjatuhkan
putusan terhadap terdakwa yang benar – benar bersalah dengan putusan yang seadil –
adilnya.
Hukum positifyang berlaku di Indonesia adalah KUHP, dimana KUHP
sendiri merupakan kodifikasi dari hukum pidana dan berlaku untuk semua golongan
penduduk, yaitu golongan timur asing, bumiputera, dan Eropa. Dengan demikian
dapat dikatakan ada suatu bentuk kesamaan atau keseragaman dalam peraturan
hukum pidana yang berlaku di Indonesia (Sudarto, 1990:16). Hukum pidana adalah
hukum tentang penjatuhan sanksi, ihwal penegakan norma – norma (aturan – aturan)
oleh alat kekuasaan Negara yang ditujukan untuk melawan dan memberantas perilaku
yang mengancam keberlakuan norma tersebut lebih tampak disini dibandingkan
dengan bidang - bidang hukum lainnya semisal dengan hukum sipil. Umumnya
sanksi tersebut berupa pemidanaan, pengenaan secara sadar dan matang suatu azab
oleh suatu instansi penguasa yang berwenang kepada pelaku yang bersalah melanggar
suatu aturan hukum (Jan Remmelink, 2003: 6-7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) memiliki suatu
pengaturan hukum pidana yang berkaitan dengan tindak pidana penggunaan proposal
palsu dalam pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqoh dari masjid - masjid yang ada
di kota Surakarta yang dikenakan pasal tentang tindak pidana penipuan. Hukum
pidana tidak hanya melihat unsur – unsur dari tindak pidana penipuan saja namun
hukum pidana juga melihat adanya unsur penyertaan didalam tindak pidana yang
berkaitan dengan tindak pidana penipuan tersebut. Berkaitan dengan kasus tersebut,
terdapat dua pasal yang dikenakan, yaitu:
1. Pasal 378 KUHP
2. Pasal 55 ayat (1) KUHP
Dalam pasal 378 KUHP disebutkan bahwa,
“Barangsiapa dengan maksud menguntungkan dirinya atau orang lain dengan melanggar hukum, baik dengan memakai nama atau kedudukan palsu, baik dengan perbuatan-perbuatan tipu muslihat maupun dengan rangkaian kebohongan, membujuk orang lain supaya menyerahkan suatu barang atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”
Dalam pasal 378 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) berkaitan
dengan tindak pidana penipuan yang mengatur sejumlah perbuatan-perbuatan yang
ditujukan terhadap harta benda, dimana pelaku menggunakan perbuatan-perbuatan
yang bersifat menipu atau menggunakan tipu muslihat. Kemudian didalam tindak
pidana penipuan terdapat unsur - unsur seperti unsur subjektif dan unsur objektif.
Unsur subjektif terdiri atas unsur dengan maksud, untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain dan secara melawan hukum. Selanjutnya unsur objektif terdiri dari
barangsiapa, menggerakkan orang lain agar orang lain tersebut, menyerahkan suatu
benda, mengadakan suatu perikatan utang, meniadakan suatu piutang dan dengan
memakai sebuah nama palsu, kedudukan palsu, tipu muslihat serta rangkaian kata-
kata bohong.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Sedangkan dalam pasal 55 ayat (1) KUHP dikatakan bahwa,
“ Dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana:
Ke- 1 mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan;
Ke- 2 mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.
Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur mengenai hal
– hal yang berkaitan dengan Penyertaan. Penyertaan (deelneming) adalah pengertian
yang meliputi semua bentuk turut serta/terlibatnya orang atau orang – orang baik
secara psikis maupun fisik dengan melakukan masing – masing perbuatan sehingga
melahirkan suatu tindak pidana (Adami Chazawi, 2002:71). Menurut pendapat
Satochid Kartanegara mengartikan deelneming apabila dalam satu delik tersangkut
beberapa orang atau lebih dari satu orang. Menurut Leden Marpaung mengatakan
bahwa pendapat Satochid Kartanegara tersebut kurang tepat, karena walaupun
tersangkut beberapa orang, jika hanya satu orang yang dipertanggungjawabkan,
perbuatan tersebut tidak termasuk deelmening. Lebih tepat jika deelmening diartikan
suatu delik yang dilakukan lebih dari satu orang yang dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ini terkait dengan pertanggungjawaban. Menurut doktrin, deelmening menurut
sifatnya terdiri atas deelmening yang berdiri sendiri dan deelmening yang tidak
berdiri sendiri. Deelmening yang berdiri sendiri dapat diartikan sebagai
pertanggungjawaban dari tiap peserta yang dihargai sendiri – sendiri. Sedangkan
deelmening yang tidak berdiri sendiri merupakan pertanggungjawaban dari peserta
yang satu digantungkan pada perbuatan peserta yang lain. Namun dalam KUHP tidak
menganut pembagian deelmening menurut sifatnya ( Leden Marpaung, 2005: 77).
Dalam hal penyertaan dikenal dua bentuk yang termasuk dalam
penyertaan.Penyertaan tersebut diatur dalam pasal 55 dan pasal 56 KUHP. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pasal 55 KUHP diatur mengenai Pembuat (dader) dan dalam pasal 56 KUHP diatur
mengenai Pembantu. Dalam Kamus Bahasa Belanda, dader diartikan pembuat.
Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaku dan dalam
Kamus Bahasa Inggris diartikan dengan doer atau pelaku. Yang dimaksud dengan
pelaku adalah orang yang memenuhi semua unsur delik sebagaimana dirumuskan
oleh undang – undang, baik unsur subjektif maupun unsur objektif. Umumnya,
pelaku dapat diketahui dari jenis delik. Delik formil yaitu berkaitan dengan pelakunya
adalah barang siapa yang telah memenuhi perumusan delik – delik dalam undang –
undang. Sedangkan delik materiil ialah yang berkaitan dengan pelakunya yang barang
siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang dalam perumusan delik. Kemudian
delik yang memuat unsur kualitas atau kedudukan, pelakunya adalah barang siapa
yang memiliki unsur kedudukan atau kualitas sebagaimana yang dirumuskan. Dader
dalam pengertian luas adalah yang dimuat dalam M.v.T pembentukan pasal 55
KUHP yang antara lain mengutarakan bahwa yang harus dipandang sebagai dader itu
bukan saja mereka yang telah menggerakkan orang lain untuk melakukan delik
melainkan juga mereka yang telah menyuruh melakukan dan mereka yang turut
melakukan ( Leden Marpaung, 2005: 78-79).
Dalam pasal 55 KUHP menyebut empat golongan orang yang dipidana
sebagai pembuat ialah:
a) Mereka yang melakukan tindak pidana (pelaku/pleger)
Pelaku (pleger) adalah orang yang memenuhi semua unsur delik (juga
dala bentuk percobaan atau persiapannya), termasuk bila dilakukan lewat
orang – orang lain atau bawahan mereka (Jan Remmelink, 2003: 308).
Menurut Satochid Kartanegara, dalam pasal 55 adalah berkelebihan sebab
andaikata perumusan itu tidak dicantumkan dalam pasal tersebut, tetap
akan diketahui siapa pelakunya dalam delik dengan perumusan formil
yaitu pelakunya adalah barang siapa yang memenuhi rumusan delik.
Kemudian delik dengan perumusan materiil yaitu pelakunya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
barangsiapa yang menimbulkan akibat yang dilarang. Lalu yang terakhir,
delik yang memiliki unsur kedudukan atau kualitas (A.Z Abidin Farid&A.
Hamzah, 2006:165-166).
b) Mereka yang menyuruh lakukan tindak pidana (doen pleger)
Menurut penulis ilmu hukum pidana di Indonesia doen pleger
diterjemahkan dengan menyuruh, sebenarnya tidak tepat. Doen berarti
membuat dan plegen bermakna melakukan. Kalau hendak diterjemahkan
dengan tepat, doen plegen harus diterjemahkan membuat orang lain
melakukan delik atau lebih tepat membuat orang lain yang tidak dapat
dipidana mewujudkan delik. Doen pleger secara harfiah dapat
diterjemahkan dengan pembuat pelaku karena setiap orang di Indonesia
sudah memakai istilah penyuruh atau pembuat pelaku (A.Z Abidin
Farid&A. Hamzah, 2006:176). Orang yang menyuruh lakukan mengambil
prakarsa sendiri pula, namun berbeda dengan pembujuk ia
mempergunakan seorang perantara yang tidak dapat dipidana guna
mencapai tujuannya. Kadang – kadang juga diungkapkan demikian: orang
yang “menyuruh melakukan” itu mempergunakan orang lain sebagai “ alat
tak berkehendak”. Tidak dapat dipidananya itu mungkin timbul dari
ketidakmampuan bertanggung jawab Pasal 44 KUHP, atau dari ketiadaan
kesengajaan yang dipersyaratkan untuk si perantara. Ciri menyuruh
lakukan asli yakni mempergunakan orang lain (yang tidak mampu
bertanggung jawab atau yang tidak tahu) sekan – akan sebagai alat yang
tidak berkehendak di tangannya sendiri untuk mencapai tujuan – tujuan
jahat, dalam yurisprudensi tidak menjadi kabur (D. Schaffmeister dkk,
Editor J.E Sahetapy, 1995:253).
c) Mereka yang turut serta melakukan (medepleger)
Medepleger (kepelakusertaan) terjadi cukup kalau dua orang bekerja sama
secara sadar dan bersama – sama melakukan perbuatan pelaksaan atau
satu orang yang melakukan perbuatan pelaksaan, sedangkan kawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
berbuatnya melakukan perbuatan yang sangat penting untuk terwujudnya
delik (A.Z Abidin Farid&A. Hamzah, 2006:223). Seorang pembuat ikut
serta mengambil prakarsa dengan berunding dengan orang lain dan sesuai
dengan perundingan itu mereka bersama – sama melaksanakan delik (D.
Schaffmeister dkk, Editor J.E Sahetapy, 1995:255).
d) Mereka yang dengan memberi dan menjanjikan sesuatu dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasaan atau
ancaman atau penyesatan dengan memberi kesempatan sarana atau
keterangan sengaja menganjurkan (membujuk) orang lain supaya
melakukan perbuatan (uitlokker). Dalam hal pemidanaan mereka yang
termasuk dalam empat macam pembuat itu, tidak ada perbedaan (Winarno
Budyatmojo, 2009:26). Uitlokking dalam hal ini terdapat kemiripan
dengan medeplichtig (pembantuan), dimana sama-sama melibatkan orang
lain dalam melakukan suatu perbuatan pidana. Perbedaannya adalah
apabila dalam kasus dengan medeplechtighyang melakukan adalah si
pelaku sendiri namun dengan menggunakan fasilitas atau bantuan dari
si orang lain. Maka pada kasus yang terjadi dengan uitlokking,
yang memberi kesempatan atau fasilitas adalah si pelaku, namun ia
menyarankan atau memberi kesempatan kepada orang lain untuk
melakukannya, sedangkan inisiatif melakukan tetap ada di diri si pelaku
sendiri (R.Soesilo, 1996:73).
Kasus tindak pidana penipuan dengan adanya perbuatan penyertaan dapat
dilakukan dengan berbagai modus operandi yang dapat dilakukan dalam suatu
lingkungan masyarakat. Suatu tindak pidana dapat dikatakan termasuk dalam suatu
tindak pidana penipuan apabila telah memenuhi unsur – unsur seperti unsur subjektif
dan unsur objektif. Unsur subjektif terdiri atas unsur dengan maksud, untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan secara melawan hukum. Selanjutnya
unsur objektif terdiri dari barangsiapa, menggerakkan orang lain agar orang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tersebut, menyerahkan suatu benda, mengadakan suatu perikatan utang, meniadakan
suatu piutang dan dengan memakai sebuah nama palsu, kedudukan palsu, tipu
muslihat serta rangkaian kata-kata bohong. Sebagai suatu contoh kasus tindak pidana
penipuan dengan modus penggunaan proposal palsu yang pernah terjadi dan telah
diputus oleh Pengadilan Negeri Surakarta dalam Putusan Nomor
291/Pid.B/2011/PN.Ska.
B. Analisa Putusan dan Dasar Pertimbangan Hakim Dalam
Memutus Perkara Tindak Pidana Penipuan Dengan
Penggunaan Proposal Palsu di Pengadilan Negeri Surakarta
Dari hasil penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta penulis memperoleh data
dari hasil wawancara dengan hakim yang memutus perkara tersebut dan melalui data
– data yang diperoleh secara langsung yang berupa Putusan Hakim dalam perkara
nomor 291/PID.B/2011/PN.Ska. Dari hasil penelitian tersebut, maka didapat data
sebagai berikut;
Perkara tindak pidana penipuan dengan modus penggunaan proposal palsu
dalam pengumpulan zakat, infaq dan shadaqoh dari Masjid Istiqomah dan Masjid Nur
Rohmah di Surakarta dengan identitas terdakwa sebagai berikut;
1) Terdakwa Kesatu
Nama Lengkap : PUJI LESTARI BINTI JIMIN
Tempat Lahir : Boyolali
Tanggal Lahir : 28 Desember 1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Kp. Jetak Rt 03 Rw 01 Kel. Wonorejo, Kec.
Gondangrejo, Kab Karanganyar
Agama : Islam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
2) Terdakwa Kedua
Nama Lengkap : HARI AGUNG Alias AGUNG BIN SURAHMAN
Tempat Lahir : Surakarta
Tanggal Lahir : 19 Januari 1975
Jenis Kelamin : Laki – laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Tinggal : Kp. Jetak Rt 03 Rw 01 Kel. Wonorejo, Kec.
Gondangrejo, Kab Karanganyar
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Berdasarkan identitas para terdakwa diatas maka dapat dijelaskan secara
terperinci mengenai kasus posisi yang terjadi terkait dengan penggunaan proposal
palsu dalam pengumpulan zakat, infaq dan shadaqoh di Kota Surakarta ialah sebagai
berikut;
Pada awalnya terdakwa Hari Agung alias Agung Bin Surahman mendatangi
rumah korban yang bernama H. Ahmad Walid, SH, ST Bin Irsam pada bulan Agustus
2011 yang beralamat di Jalan Kapulogo Barat II Griyan Rt. 01 Rw. 10 Kelurahan
Pajang Laweyan Surakarta.Terdakwa kemudian menyerahkan proposal panitia
penerimaan zakat, infaq dan shadaqoh dari Masjid Istiqomah yang beralamat di
Lemah Abang Rt.05 Rw. 22 Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Surakarta
kepada korbannya tersebut. Kemudian karena korban ingin mempelajari proposal
tersebut, maka korban menyuruh untuk meninggalkan proposal tersebut dan
menyuruh terdakwa kembali pada hari Kamis tanggal 25 Agustus 2011. Kemudian
pada hari Kamis tanggal 25 Agustus 2011 terdakwa Puji Lestari datang menanyakan
kapan akan memberikan bantuan lalu korban menjawab nanti akan diberikan pada
hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2011. Sebelumnya terdakwa Puji juga telah
menyerahkan proposal yang berkaitan dengan zakat, infaq, dan shadaqoh dari Masjid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Nur Rohmah yang beralamat di Losari Rt.04 Rw. 02 Kelurahan Semanggi Kecamatan
Pasar Kliwon Surakarta dan yang menerima proposal tersebut adalah istri korban.
Kemudian istri korban menjawab bahwa akan memberikan bantuan tersebut
pada hari Sabtu pada tanggal 27 Agustus 2011. Akhirnya pada hari Sabtu sehabis
sholat magrib tersangka Puji datang, namun korban menyuruh terdakwa untuk datang
kembali pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2011 sekitar jam 09.00 WIB. Hal
tersebut dikarenakan korban belum menanyakan dan memperlihatkan kepada
pengurus Masjid Istiqomah yang bernama Muhammad Khozin Sidiq Bin Ahmad
Yasin dan Masjid Nur Rohmah yang bernama Muhammad Irsam Bin
Sumarjo.Kemudian setelah korban memperlihatkan proposal tersebut pada masing –
masing pengurus masjid tersebut keduanya menjelaskan bahwa proposal tersebut
adalah palsu.Hal tersebut terlihat dari model dan stempel masjid yang berbeda dari
yang aslinya. Selanjutnya korban meminta kepada kedua pengurus tersebut untuk
datang kerumahnya pada saat terdakwa datang. Lalu pada hari Minggu tanggal 28
Agustus 2011 sekitar pukul 09.00 WIB terdakwa Puji datang dan menanyakan kapan
akan memberikan bantuan tersebut kepada korban. Lalu korban menyerahkan amplop
yang berisi uang sebesar Rp. 100.000,.kepada terdakwa dan terdakwa menerimanya.
Setelah itu, terdakwa meninggalkan rumah korban dan tidak jauh dari rumah korban
terdakwa diamankan oleh kedua pengurus masjid tersebut. Kemudian tidak berapa
lama terdakwa Hari Agung datang dan ikut juga diamankan oleh kedua pengurus
masjid tersebut serta terdakwa Hari Agung mengakui bahwa Puji Lestari adalah
istrinya, maka keduanya pun ikut diamankan dan diserahkan pada pihak yang
berwajib.
Dengan adanya kasus posisi yang terjadi tersebut, selanjutnya penuntut umum
mengajukan suatu dakwaan terhadap terdakwa, yaitu sebagai berikut;
Bahwa ia Terdakwa PUJI LESTARI BINTI JIMIN bersama – sama dengan
terdakwa HARI AGUNG ALIAS AGUNG BIN SURAHMAN (suaminya), pada
bulan Agustus 2011 atau setidak – tidaknya pada waktu lain pada tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
bertempat dirumah korban H. AHMAD WALID, SH, ST Bin IRSAM, tepatnya Jl.
Kapulogo Barat II Griyan Rt. 01 Rw. 10 Kelurahan Pajang Laweyan Surakarta atau
pada tempat – tempat lain yang termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri
Surakarta, melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan, dengan maksud
hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik yang
memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan tipu muslihat maupun
karangan perkataan – perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan
sesuatu barang, membuat utang, atau menghapuskan piutang, perbuatan mana
terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut:
Bahwa pada awalnya terdakwa HARI AGUNG ALIAS AGUNG BIN
SURAHMAN, mendatangi rumah korban H. AHMAD WALID, SH, ST Bin IRSAM
pada bulan Agustus 2011 tepatnya Jl. Kapulogo Barat II Griyan Rt. 01 Rw. 10
Kelurahan Pajang Laweyan Surakarta, dengan menyerahkan proposal Panitia
Penerimaan Zakat, Infaq, Shadaqoh Masjid Istiqomah Lemah Abang Rt. 05 Rw. 22
Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari Surakarta dan oleh karena korban ingin
mempelajari proposal tersebut kemudian menyuruh terdakwa menyimpannya dan
menyuruh kembali pada hari Kamis tanggal 25 Agustus 2011, pada hari Kamis
tanggal 25 Agustus 2011 terdakwa PUJI LESTARI datang menanyakan kapan akan
memberikan bantuan lalu korban jawab nati pada hari Sabtu tanggal 27 Agustus
2011, akhirnya pada hari Sabtu sehabis sholat magrib tersangka PUJI LESTARI
datang, namun korban menyuruhnya kembali pada hari Minggu tanggal 28 Agustus
2011 sekitar jam 09.00 WIB , karena korban belum memperlihatkan proposal tersebut
kepada saksi KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD YASIN
(salah satu pengurus di masjid Istiqomah) dan setelah proposal tersebut diperlihatkan
dan KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD YASIN
menjelaskan bahwa proposal tersebut palsu karena model dan stempel berbentuk
persegi panjang kemudian korban meminta ke KHOZIN ALS MUHAMMAD
KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD YASIN jika terdakwa datang, saksi juga ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Bahwa pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2011 sekitar jam 09.00 WIB
terdakwa PUJI LESTARI datang menanyakan bantuan tersebut lalu korban
menyerahkan amplop yang berisikan uang Rp. 100.000,.dan diterima oleh tersangka
PUJI LESTARI dan ketika amplop tersebut telah diterima terdakwa PUJI, KHOZIN
langsung mengamankan terdakwa dan tak berapa lama kemudian terdakwa HARI
AGUNG datang mengakui bahwa terdakwa PUJI adalah istrinya. Akhirnya keduanya
pun diamankan. Dari pengakuan terdakwa HARI AGUNG mengakui sebelumnya
pernah meminta sumbangan juga kepada korban yang pada saat itu korban
menyerahkan uang Rp. 20.000,. yang mana uang tersebut habis digunakan untuk
kebutuhan hidup terdakwa. Akibat perbuatan para terdakwa tersebut korban merasa
dibohongi dan menimbulkan kerugian. Perbuatan terdakwa diatur dan diancam
pidana menurut ketentuan Pasal 378 KUHP jo 55 ayat (1) KUHP.
Berdasarkan keterangan saksi – saksi, keterangan dari terdakwa dan diperkuat
dari barang – barang bukti yang diperoleh pada saat pemeriksaan di pengadilan, maka
dapat diperoleh fakta – fakta hukumnya ialah sebagai berikut:
1. Bahwa pada bulan Agustus 2011 terdakwa HARI AGUNG ALIAS
AGUNG mendatangi rumah saksi H. AHMAD WALID, SH, ST Bin
IRSAM di Jl. Kapulogo Barat II Griyan Rt. 01 Rw. 10 Kelurahan Pajang
Laweyan Surakarta, dengan menyerahkan proposal Panitia Penerimaan
Zakat, Infaq, Shodaqoh Mesjid Istiqomah Lemah Abang Rt. 05 Rw. 22
Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari Surakarta;
2. Bahwa oleh karena saksi H. AHMAD WALID, SH, ST ingin mempelajari
proposal tersebut, kemudian menyuruh terdakwa kembali lagi pada hari
Kamis tanggal 25 Agustus 2011;
3. Bahwa pada hari Kamis tanggal 25 Agustus 2011 terdakwa PUJI
LESTARI datang menanyakan kapan akan menerima bantuan, lalu H.
AHMAD WALID jawab nanti pada hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2011;
akhirnya pada hari Sabtu sehabis sholat magrib tersangka PUJI datang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
namun korban menyuruhnya kembali pada hari Minggu tanggal 28
Agustus 2011 sekitar pukul 09.00 WIB , karena korban belum
menanyakan dan memperlihatkan proposal tersebut kepada saksi
KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD YASIN,
ia menjelaskan bahwa Proposal tersebut palsu karena model dan stempel
berbentuk persegi panjang;
4. Bahwa pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2011 sekitar pukul 09.00
WIB terdakwa PUJI datang dan menanyakan bantuan tersebut lalu korban
menyerahkan amplop yang berisikan uang Rp. 100.000,. dan diterima
tersangka PUJI dan ketika amplop tersebut telah diterima tersangka PUJI,
KHOZIN langsung mengamankan terdakwa dan tak berapa lama
kemudian terdakwa HARI AGUNG datang dan mengakui bahwa
terdakwa PUJI adalah istrinya akhirnya keduanya pun diamankan, dari
pengakuan terdakwa HARI AGUNG mengakui sebelumnya pernah
meminta sumbangan juga kepada korban yang saat itu korban
menyerahkan uang Rp. 20.000,. yang mana uang tersebut habis digunakan
untuk kebutuhan keluarga terdakwa.
Dalam penelitian ini pula, penulis melakukan wawancara dengan Majelis
Hakim terkait dengan putusan yang dijatuhkan hakim terhadap perkara tindak pidana
mengenai penggunaan proposal palsu dalam pengumpulan zakat, infaq dan shadaqoh
dari Masjid Istiqomah dan Masjid Nur Rohmah di Kota Surakarta. Adapun hasil dari
wawancara berkaitan dengan proses pemeriksaan di persidangan dan hal – hal yang
berkaitan dengan putusan yang dijatuhkan terhadap tersangka. Pertama – tama,
penyidik dalam hal ini pihak kepolisian menerima laporan dari saksi korban
mengenai tindak pidana berupa penggunaan proposal palsu dalam pemungutan zakat,
infaq dan shadaqoh yang dilakukan oleh kedua tersangka. Kemudian kedua tersangka
tersebut diserahkan kepada pihak kepolisian dan pihak kepolisian mencari keterangan
dan barang bukti yang ada pada tersangka dalam melakukan suatu tindak pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tersebut.Kemudian penyidik dalam hal ini pihak kepolisian tersebut setelah
mendapatkan keterangan yang jelas dari tersangka dan saksi – saksi maka penyidik
dapat melakukan suatu tindakan penahanan, penyitaan, penggeladahan, mengambil
sidik jari, dan memotret tersangka.
Selanjutnya penyidik membuat berita acara yang memuat hal – hal yang
berkaitan dengan pemeriksaan tersangka, penangkapan, penahanan, penyitaan benda
– benda yang berkaitan dengan tindak pidana tersebut, pemeriksaan surat,
pemeriksaan saksi dan lain – lain sebagainya yang kemudian dilimpahkan kepada
penuntut umum. Dalam hal penyidikan dianggap selesai dan penyidik menyerahkan
tanggung jawab dan barang bukti yang ada kepada penuntut umum. Kemudian
penuntut umum menerima dan memeriksa berita acara yang diberikan oleh penyidik
dan kemudian penuntut umum berwenang untuk memberikan perpanjangan
penahanan, lalu penuntut umum membuat surat dakwaan dan melimpahkan perkara
tersebut kepada pengadilan yang berwenang untuk memutus perkara tersebut.
Setelah berkas perkara dilimpahkan ke pengadilan yang berwenang, kemudian
pengadilan tersebut menentukan majelis hakim dan panitera pengganti untuk proses
persidangan selanjutnya. Kemudian majelis hakim dan panitera pengganti
menentukan hari, tanggal dan waktu untuk melakukan persidangan yang kemudian
diberitahukan kepada penuntut umum. Kemudian penuntut umum memberitahukan
kepada terdakwa mengenai hari, tanggal dan waktu perkara disidangkan disertai
dengan surat panggilan baik untuk terdakwa dan para saksi – saksi untuk dapat hadir
dalam sidang yang telah ditentukan.
Kemudian pada hari persidangan, majelis hakim menanyakan mengenai
identitas terdakwa dan apakah pada hari itu terdakwa sehat dan dapat mengikuti
jalannya persidangan. Apabila terdakwa tidak dalam keadaan sehat, maka majelis
hakim dapat menunda jalannya persidangan sampai dengan terdakwa siap menjalani
proses persidangan. Setelah itu, majelis hakim memerintahkan penuntut umum untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
membacakan dakwaannya dan memerintahkan kepada terdakwa untuk dapat
mendengarkan dengan seksama. Proses persidangan ini memerlukan beberapa waktu
yang cukup lama untuk dapat menyelesaikan suatu perkara tindak pidana.
Didalam persidangan, majelis hakim memperoleh keterangan saksi – saksi
yang berkaitan dengan kasus tindak pidana penggunaan proposal palsu dalam
pemungutan zakat, infaq dan shadaqoh baik saksi korban maupun saksi – saksi lain
yang menguatkan perkara tersebut. Kemudian majelis hakim dapat mempertimbangan
mengenai tuntutan yang diberikan penuntut umum kepada terdakwa dengan
memperhatikan berbagai aspek yang menjunjung tinggi keadilan dan mematuhi hak –
hak terdakwa dalam proses persidangan, sehingga putusan yang dijatuhkan oleh
majelis hakim dapat diberikan seadil – adilnya untuk terdakwa maupun untuk
kepentingan korbannya. Putusan yang dijatuhkan oleh majelis hakim yang berkaitan
dengan penggunaan proposal palsu dalam pemungutan zakat, infaq dan shadaqoh
tersebut didasarkan atas peraturan perundang – undangan hukum pidana atau KUHP.
Mengenai pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana dengan
Nomor Putusan 291/Pid.B/2011/PN.Ska yang berkaitan dengan penggunaan proposal
palsu dalam pemungutan zakat, infaq dan shadaqoh dari Masjid Istiqomah dan Masjid
Nur Rohmah yang terjadi di kota Surakarta didasarkan atas peraturan perundang –
undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam hal menjatuhkan putusan, hakim tidak
hanya mempertimbangkan hal – hal yang berkaitan dengan hal yang bersifat teoritis
semata. Namun hakim juga memperhatikan hal – hal yang berkaitan pula dengan hal
– hal yang terjadi dilapangan yang berkaitan dengan diri si pelaku serta hal – hal
konkret lainnya yang berkaitan dengan perkara lainnya yang dalam penjatuhan pidana
tentunya tidak sama dengan pelaku lainnya walaupun dalam kasus yang serupa.
Berkaitan dengan penjatuhan pidana, hakim harus melalui beberapa pertimbangan
yang matang sehingga dapat menjatuhkan putusan dengan seadil – adilnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Didalam suatu perkara, putusan hakim didasarkan atas pertimbangan –
pertimbangan tertentu sehingga hakim tersebut dapat memutuskan perkara tindak
pidana berupa penggunaan proposal palsu dalam pemungutan zakat, infaq dan
shadaqoh di Kota Surakarta dengan seadil – adilnya. Berkaitan dengan kasus ini,
hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang memutus perkara tindak pidana ini
didasarkan adanya landasan yuridis, landasan sosiologis, landasan filosofis dan
landasan historis. Landasan yuridis merupakan suatu fakta hukum atau fakta yuridis
yang diperoleh dalam persidangan yang berkaitan dengan perkara penggunaaan
proposal palsu dalam pemungutan zakat, infaq dan shadaqoh yang terjadi di Kota
Surakarta. Didalam perundang – undangan pula telah diatur mengenai hal – hal yang
perlu dimuat dalam putusan. Hal tersebut merupakan suatu hal pokok yang harus ada
dalam pertimbangan hakim sebelum menjatuhkan suatu putusan terhadap terdakwa
yang dianggap bersalah. Hal – hal tersebut antara lain berkaitan dengan dakwaan
jaksa penuntut umum. Dakwaan penuntut umum merupakan suatu dasar
pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara. Berdasarkan dakwaan tersebut
proses pemeriksaan di pengadilan dapat dilakukan hingga mendapatkan suatu putusan
akan perkara tersebut. Didalam hal dakwaan tersebut didalamnya terdiri atas identitas
terdakwa, tempat dan waktu terjadinya suatu tindak pidana, tindak pidana yang
didakwakan terhadap terdakwa dan pasal yang didakwakan terhadap terdakwa atas
suatu perbuatan tindak pidana yang ia lakukan.
Didalam landasan yuridis pula, diperlukan adanya keterangan saksi – saksi.
Keterangan saksi disini memiliki arti penting dalam proses pengadilan. Dengan
adanya keterangan saksi, majelis hakim dapat memperoleh keterangan dengan
lengkap tentang kronologis tindak pidana yang terjadi. Keterangan saksi dianggap
sebagai suatu bagian dari barang bukti apabila saksi tersebut mengalami sendiri suatu
peristiwa pidana atau ia mendengarnya sendiri, dan keterangan saksi tersebut harus
disampaikan didalam persidangan serta saksi tersebut harus bersedia diangkat sumpah
berkaitan dengan kebenaran atas kesaksiannya tersebut. Keterangan saksi merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
suatu hal yang dianggap penting dalam proses persidangan guna untuk sebagai dasar
pertimbangan hakim dalam mengambil keputusan. Hal tersebut tercantum dalam
pasal 185 KUHAP, yang mengatakan bahwa keterangan saksi merupakan suatu alat
bukti yang sah apabila dikemukakan dalam sidang pengadilan yang sebelum
memberikan kesaksian seorang saksi tersebut harus bersedia diangkat sumpah
berdasarkan agama yang ia yakini.
Selanjutnya dalam landasan yuridis terdapat pula keterangan
terdakwa.Keterangan terdakwa merupakan bagian dari alat bukti yang sah yang
tercantum dalam pasal 184 KUHAP. Keterangan terdakwa sendiri diatur dalam pasal
189 KUHAP yang menyatakan bahwa keterangan terdakwa dinyatakan didalam
sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau yang ia
alami sendiri. Keterangan terdakwa juga dapat diberikan diluar persidangan dan
dibacakan didalam persidangan yang digunakan untuk membantu menemukan bukti
di dalam sidang dengan persyaratan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti
yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya. Kemudian adanya
barang – barang bukti dapat dijadikan suatu dasar pertimbangan oleh majelis hakim
dalam memutus suatu perkara. Barang bukti bukanlah termasuk dalam bagian alat –
alat bukti yang sah yang diatur dalam pasal 184 KUHAP. Namun adanya barang –
barang bukti inilah dapat menguatkan dan menambah keyakinan hakim dalam
menilai kebenaran atas perbuatan – perbuatan yang didakwakan terhadap diri
terdakwa.
Adapun benda – benda yang dapat dijadikan suatu barang bukti terkait dengan
tindak pidana penggunaan proposal palsu dalam pemungutan zakat, infaq dan
shadaqoh dari Masjid Istiqomah dan Masjid Nur Rohmah di Kota Surakarta ialah satu
bendel proposal asli permohonan bantuan dari Masjid Nur Rohmah, satu amplop
putih dengan stempel dari Panitia Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh dari Masjid
Istiqomah dengan satu lembar uang kertas pecahan Rp. 20.000,.(dua puluh ribu
rupiah), satu lembar proposal permohonan zakat, infaq dan shadaqoh dari Masjid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Istiqomah, satu buah amplop putih dengan stempel Panitia Pembangunan Masjid Nur
Rohmah yang berisi uang pecahan Rp. 100.000,.(seratus ribu rupiah), satu lembar
kwitansi yang berwarna kuning yang ditanda tangani oleh korban dengan stempel
pengurus Masjid Nur Rohmah, tiga lembar proposal dengan stempel Panitia
Pembangunan Masjid Nur Rohmah, satu lembar surat yang dikeluarkan oleh
pengurus Masjid Istiqomah yang dibagian bawah ditanda tangani oleh ketua dan
sekretaris serta stempel berbentuk bulat yang didalamnya terdapat tulisan pengurus
Masjid Istiqomah, serta satu potong jilbab merah dan satu buah tas kecil warna biru
dengan merek Wilson yang digunakan terdakwa dalam melakukan perbuatan tindak
pidana.
Yang menjadi landasan yuridis berikutnya ialah pasal – pasal yang ada
didalam peraturan perundang – undangan hukum pidana. Didalam pasal – pasal yang
ada dalam peraturan hukum pidana memuat unsur – unsur yang didakwakan terhadap
diri terdakwa. Dengan adanya unsur – unsur tersebut, majelis hakim harus teliti dan
tepat dalam melihat unsur – unsur tersebut, apakah unsur – unsur yang ada dalam
pasal yang didakwakan terhadap diri terdakwa sudah memenuhi semua unsurnya.
Apabila telah memenuhi dan terbukti, maka pasal tersebut dapat dijatuhkan pada
terdakwa.
Selain landasan yuridis, majelis hakim dalam hal memutus suatu perkara juga
memperhatikan landasan lain yaitu misalnya landasan sosiologis, landasan filosofis
dan landasan historis. Mengenai landasan sosiologis ialah berkaitan dengan hal yang
ada didalam diri pelaku seperti hal – hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani dan
rohani terdakwa serta status sosialnya terdakwa. Kemudian landasan filosofis ialah
majelis hakim melihat hal apa yang mendasari terdakwa untuk melakukan tindak
pidana tersebut. Lalu landasan historis ialah majelis hakim mempergunakan sisi
sejarah dimasa lalu mengenai tindak pidana yang terjadi dengan melihat putusan –
putusan hakim dimasa lalu dalam kasus yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dari beberapa landasan – landasan yang dipergunakan hakim dalam memutus
suatu perkara yang berkaitan dengan penggunaan proposal palsu dalam pemungutan
zakat, infaq dan shadaqoh dari Masjid Istiqomah dan Masjid Nur Rohmah di Kota
Surakarta, maka dapat penulis analisa bahwa pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
Surakarta dalam memutus perkara dengan Nomor 291/Pid.B/PN.Ska ialah didasarkan
atas;
1. Adanya dakwaan dari penuntut umum yang dibacakan didalam
persidangan. Adapun dakwaan penuntut umum ialah Bahwa ia Terdakwa
PUJI LESTARI BINTI JIMIN bersama – sama dengan terdakwa HARI
AGUNG ALIAS AGUNG BIN SURAHMAN (suaminya), pada bulan
Agustus 2011 atau setidak – tidaknya pada waktu lain pada tahun 2011
bertempat dirumah korban H. AHMAD WALID, SH, ST Bin IRSAM,
tepatnya Jl. Kapulogo Barat II Griyan Rt. 01 Rw. 10 Kelurahan Pajang
Laweyan Surakarta atau pada tempat – tempat lain yang termasuk dalam
daerah hukum Pengadilan Negeri Surakarta, melakukan, menyuruh
melakukan atau turut melakukan, dengan maksud hendak menguntungkan
diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, baik yang memakai
nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan tipu muslihat maupun
karangan perkataan – perkataan bohong, membujuk orang supaya
memberikan sesuatu barang, membuat utang, atau menghapuskan piutang,
perbuatan mana terdakwa lakukan dengan cara sebagai berikut:
Bahwa pada awalnya terdakwa HARI AGUNG ALIAS AGUNG
BIN SURAHMAN, mendatangi rumah korban H. AHMAD WALID, SH,
ST Bin IRSAM pada bulan Agustus 2011 tepatnya Jl. Kapulogo Barat II
Griyan Rt. 01 Rw. 10 Kelurahan Pajang Laweyan Surakarta, dengan
menyerahkan proposal Panitia Penerimaan Zakat, Infaq, Shadaqoh Masji
Istiqomah Lemah Abang Rt. 05 Rw. 22 Kelurahan Kadipiro, Kecamatan
Banjarsari Surakarta dan oleh karena korban ingin mempelajari proposal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
tersebut kemudian menyuruh terdakwa menyimpannya dan menyuruh
kembali pada hari Kamis tanggal 25 Agustus 2011, pada hari Kamis
tanggal 25 Agustus 2011 terdakwa PUJI LESTARI datang menanyakan
kapan akan memberikan bantuan lalu korban jawab nanti pada hari Sabtu
tanggal 27 Agustus 2011, akhirnya pada hari Sabtu sehabis sholat magrib
tersangka PUJI LESTARI datang, namun korban menyuruhnya kembali
pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2011 sekitar jam 09.00 WIB ,
karena korban belum memperlihatkan proposal tersebut kepada saksi
KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD YASIN
(salah satu pengurus di masjid Istiqomah) dan setelah proposal tersebut
diperlihatkan dan KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN
AHMAD YASIN menjelaskan bahwa proposal tersebut palsu karena
model dan stempel berbentuk persegi panjang kemudian korban meminta
ke KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD
YASIN jika terdakwa datang, saksi juga ada.
Bahwa pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2011 sekitar jam
09.00 WIB terdakwa PUJI LESTARI datang menanyakan bantuan
tersebut lalu korban menyerahkan amplop yang berisikan uang Rp.
100.000,.dan diterima oleh tersangka PUJI LESTARI dan ketika amplop
tersebut telah diterima terdakwa PUJI, KHOZIN langsung mengamankan
terdakwa dan tak berapa lama kemudian terdakwa HARI AGUNG datang
mengakui bahwa terdakwa PUJI adalah istrinya. Akhirnya keduanya pun
diamankan. Dari pengakuan terdakwa HARI AGUNG mengakui
sebelumnya pernah meminta sumbangan juga kepada korban yang pada
saat itu korban menyerahkan uang Rp. 20.000,. yang mana uang tersebut
habis digunakan untuk kebutuhan hidup terdakwa. Akibat perbuatan para
terdakwatersebut korban merasa dibohongi dan menimbulkan kerugian.
Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana menurut ketentuan Pasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
378 KUHP jo 55 ayat (1) KUHP dan kemudian penuntut umum
menyatakan diri terdakwa bersalah dan telah memenuhi unsur – unsur
yang ada dalam pasal dan diancam hukuman pidana dengan pasal 378
KUHP Jo pasal 55 ayat (1) KUHP berupa pasal penipuan dengan
penyertaan dan dijatuhi hukuman penjara selama satu tahun. Kemudian
atas tuntutan yang diajukan oleh penuntut umum tesebut, terdakwa tidak
mengajukan pembelaan secara tertulis namun terdakwa mengajukan
pembelaan secara lisan dan memohon keringanan hukuman. Kemudian hal
itu ditanggapi oleh penuntut umum yang menyatakan bahwa penuntut
umum tetap pada tuntutannya dan terdakwa tetap pada permohonannya.
Namun pada akhirnya putusan majelis hakim berbeda dengan tuntutan
penuntut umum. Hal ini dikarenakan penuntut umum tidak memiliki
kemandirian dalam memberikan putusan seperti yang dilakukan oleh
seorang hakim. Penuntut umum hanya menjalankan tugas atau perintah
dari lembaga Kejaksaan Negeri yang berwenang dalam perkara tersebut.
Adanya penuntutan yang dilakukan oleh penuntut umum terhadap diri
terdakwatidak dapat selalu menjadi patokan seorang hakim dalam
memberikan putusan.
2. Adanya fakta dalam persidangan, bahwa hakim menjatuhkan putusan jauh
lebih ringan dari ancaman pidana maksimum pasal 378 KUHP yaitu
selama empat tahun. Dalam kasus tindak pidana penggunaan proposal
palsu dalam pemungutan zakat, infaq dan shadaqoh dari Masjid Istiqomah
dan Masjid Nur Rohmah di Kota Surakarta terhadap Terdakwa I yaitu
terdakwa PUJI LESTARI BINTI JIMIN dijatuhi hukuman pidana penjara
selama tujuh bulan dan pada Terdakwa II ialah HARI AGUNG ALIAS
AGUNG BIN SURAHMAN dijatuhi hukuman pidana penjara selama
delapan bulan oleh majelis hakim. Para majelis hakim dalam hal
menjatuhkan putusan tersebut didasarkan bahwa yang bersangkutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
bersikap proaktif yaitu terdakwa mengakui perbuatan yang ia lakukan,
terdakwa membenarkan keterangan saksi – saksi, terdakwa berlaku sopan
dalam persidangan, terdakwa pula tidak berbelit – belit dalam memberikan
keterangan didalam persidangan, terdakwa juga merasa telah menyesal
dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi, terdakwa
sebelumnya juga tidak pernah dihukum, terdakwa mempunyai itikad baik
untuk mengembalikan uang – uang yang didapat dari korban, terdakwa
masih mempunyai tanggungan keluarga seperti anak serta korban telah
memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh terdakwa. Berdasarkan hal –
hal seperti itulah hakim menjatuhkan putusan jauh lebih ringan dari
ancaman maksimal yang ada didalam pasal 378 KUHP dan dari tuntutan
penuntut umum.
3. Adanya fakta hukum berupa perbedaan penjatuhan pidana terhadap
Terdakwa I dan Terdakwa II. Hal ini dikarenakan peran Terdakwa II lebih
dominan dan memfasilitasi terjadinya suatu tindak pidana penipuan
dengan penggunaan proposal palsu serta Terdakwa II yang mempunyai ide
– ide atau pemikiran – pemikiran guna untuk melancarkan tindak pidana
tersebut.
4. Adanya fakta hukum bahwa terdakwa tidak didampingi oleh seorang
pengacara. Hal ini dikarenakan dalam kasus seperti ini yang ancaman
pidananya dibawah 15 (lima belas) tahun tidak diwajibkan memakai
seorang pengacara. Namun apabila pada perkara yang ancaman pidananya
lebih dari 15 (lima belas) tahun, maka diwajibkan memakai seorang
pengacara dengan adanya surat kuasa dan berita acara sumpah sebagai
seorang pengacara.
5. Didalam persidangan adanya pembuktian melalui alat bukti yang sah yang
diatur dalam pasal 184 KUHAP. Didalam pasal tersebut disebutkan bahwa
alat bukti yang sah berupa keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan
terdakwa, surat dan petunjuk. Hal tersebut didasarkan atas pasal 183
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
KUHAP yang menyatakan bahwa seorang hakim tidak dapat menjatuhkan
hukuman pidana apabila sekurang – kurangnya dua alat bukti yang sah
guna untuk memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana tersebut
benar – benar terjadi dan terdakwa dapat dinyatakan bersalah telah
melakukannya. Dalam putusan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta yang
memutus perkara dengan Nomor 291/Pid.B/2011/PN.Skadengan
Terdakwa PUJI LESTARI BINTI JIMIN dan Terdakwa HARI AGUNG
ALIAS AGUNG BIN SURAHMAN telah memeriksa alat – alat bukti
yang sah yang diajukan dimuka persidangan berupa alat bukti keterangan
saksi, keterangan terdakwa, petunjuk, serta surat dan tidak
mempergunakan keterangan saksi ahli dalam persidangan. Seorang saksi
dalam hal memberikan keterangan harus bersedia disumpah berdasarkan
agama yang ia yakini dan memberikan keterangan dengan sebenar –
benarnya, tidak lain daripada yang sebenarnya. Hal ini tercantum dalam
pasal 160 ayat (3) KUHAP. Kemudian keterangan saksi yang digunakan
adalah keterangan saksi yang dialami, didengar dan dilihat oleh saksi
sendiri. Hal ini pula tercantum dalam pasal 1 angka 27 KUHAP.
Selanjutnya dalam pasal 185 ayat (2) KUHAP dikatakan bahwa
keterangan seorang saksi saja tidak cukup dapat membuktikan bahwa
seorang terdakwa tersebut bersalah. Oleh karena itu dalam perkara Nomor
291/Pid.B/2011/PN.Ska yang berkaitan dengan tindak pidana penipuan
dengan penyertaan dengan cara penggunaan proposal palsu dalam
pemungutan zakat, infaq dan shadaqoh dari Masjid Istiqomah dan Masjid
Nur Rohmah di Kota Surakarta maka para saksi dihadirkan dalam
persidangan untuk dapat memberikan keterangan mengenai tindak pidana
tersebut. Adapun para saksi tersebut ialah saksi H. AHMAD WALID SH,
ST BIN IRSAM sebagai saksi I, saksi KHOZIN ALS MUHAMMAD
KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD YASIN sebagai saksi II, dan saksi
MUHAMMAD IRSAM BIN SUMARJO sebagai saksi III. Dari kesaksian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
ketiga saksi tersebut pertama – tama ketiga saksi tersebut bersedia
disumpah menurut agamanya masing – masing sebelum memberikan
kesaksiannya. Kemudian ketiga saksi tersebut memberikan keterangan
sesuai dengan apa yang mereka alami,dengar dan lihat. Keterangan ketiga
saksi itu pula saling bersesuaian antara saksi satu dengan saksi yang lain
serta pengakuan yang diberikan oleh terdakwa. Berkaitan dengan
keterangan terdakwa, terdakwa mengakui dan membenarkan keterangan
para ketiga saksi tersebut. Hal tersebut sudah sesuai dengan pasal 189
ayat (1) yang menyatakan bahwa keterangan terdakwa adalah keterangan
yang dinyatakan dimuka persidangan mengenai perbuatan yang ia lakukan
atau yang ia ketahui atau yang ia alami sendiri. Kemudian dalam pasal
189 ayat (4) KUHAP disebutkan pula bahwa ketarangan saksi saja tidak
cukup membuktikan bahwa dirinya bersalah telah melakukan perbuatan
yang didakwakan terhadap dirinya. Oleh sebab itu diperlukan adanya alat
bukti yang lainnya.
6. Setelah mendengarkan kesaksian dari para saksi dan terdakwa ditemukan
pula beberapa alat bukti yaitu berupa satu bendel proposal asli
permohonan bantuan dari Masjid Nur Rohmah, satu amplop putih dengan
stempel dari Panitia Penerimaan Zakat, Infaq dan Shadaqoh dari Masjid
Istiqomah dengan satu lembar uang kertas pecahan Rp. 20.000,. (dua
puluh ribu rupiah), satu lembar proposal permohonan zakat, infaq dan
shadaqoh dari Masjid Istiqomah, satu buah amplop putih dengan stempel
Panitia Pembangunan Masjid Nur Rohmah yang berisi uang pecahan Rp.
100.000,.(seratus ribu rupiah), satu lembar kwitansi yang berwarna kuning
yang ditanda tangani oleh korban dengan stempel pengurus Masjid Nur
Rohmah, tiga lembar proposal dengan stempel Panitia Pembangunan
Masjid Nur Rohmah, satu lembar surat yang dikeluarkan oleh pengurus
Masjid Istiqomah yang dibagian bawah ditanda tangani oleh ketua dan
sekretaris serta stempel berbentuk bulat yang didalamnya terdapat tulisan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
pengurus Masjid Istiqomah, serta satu potong jilbab merah dan satu buah
tas kecil warna biru dengan merek Wilson yang digunakan terdakwa
dalam melakukan perbuatan tindak pidana.
7. Para terdakwa dipersidangan didakwa oleh penuntut umum dengan
Dakwaan Tunggal yaitu melanggar pasal 378 KUHP Jo pasal 55 ayat (1)
KUHP dengan unsur – unsur sebagai berikut:
a. Barang siapa.
Bahwa yang dimaksud dengan “barangsiapa” dalam rumusan pasal
tersebut adalah untuk menunjukkan subyek hukum dalam KUHP, yaitu
orang . dalam perkara ini yang dimaksudkan dengan barangsiapa adalah
tiada lain terdakwa – terdakwa PUJI LESTARI BINTI JIMIN dan
terdakwa HARI AGUNG ALIAS AGUNG BIN SURAHMAN, yang
setelah dicocokkan identitasnya dipersidangan ternyata sesuai dengan
identitas para terdakwa dalam surat dakwaan, maka berdasarkan fakta lain
unsure barang siapa telah terpenuhi menurut hukum.
b. Dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan melawan hukum.
Bahwa dari fakta – fakta yang terungkap dipersidangan, keterangan
para saksi dan keterangan para terdakwa, diperoleh fakta bahwa para
terdakwa menggunakan proposal masjid Nur Rohmah yang beralamat
di Losari Rt. 04 Rw. 02 Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar
Kliwon Kota Surakarta, tidak benar karena para terdakwa bukan
pengurus dari masjid tersebut yang mana menurut keterangan saksi
KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD
YASIN selaku ketua panitia masjid Nur Rohmah menyatakan bahwa
para terdakwa bukan anggota atau panitia dalam pembangunan masjid
Nur Rohmah yang ditugasi meminta sumbangan dan para terdakwa
mendapatkan proposal tersebut dengan cara membeli per lembar Rp.
3000,- dari Ibu Sri Utami selaku pengurus di Yayasan Krida Karya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yang berada di daerah Jebres Surakarta, keterangan tersebut
bersesuaian pula dengan keterangan saksi korban AHMAD WALID
bahwa karena mengatasnamakan masjid kemudian menyerahkan uang
Rp. 100.000,- yang mana sebelum kejadian ini para terdakwa pernah
datang dan saat itu saksi menyerahkan uang Rp. 100.000,- dan Rp. 20.
000,-. Maka berdasarkan fakta ini unsur “dengan maksud hendak
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum”
telah terbukti menurut hukum.
c. Baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan
akal tipu muslihat maupun dengan karangan perkataan bohong,
membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat utang
atau menghapus piutang. Bahwa berdasarkan fakta – fakta yang
terungkap dipersidangan, bahwa proposal masjid tersebut diperoleh
dengan cara membeli per lembar Rp. 3000,- dari Ibu Sri Utami selaku
pengurus di Yayasan Krida Karya yang berada di daerah Jebres
Surakarta. Kemudian proposal tersebut terdakwa bawa kerumah saksi
AHMAD WALID, SH, ST pada pertengahan bulan Agustus 2011
tepatnya Jl. Kapulogo Barat II Griyan Rt. 01 Rw. 10 Kelurahan Pajang
Laweyan Surakarta, keterangan tersebut bersesuaian dengan keterangan
saksi korban AHMAD WALID, SH, ST ketika melihat proposal tersebut
istri korban curiga karena tidak ada rincian biaya pembangunan masjid
Nur Rohmah dengan dasar tersebut korban kemudian menyampaikan
kepada saksi MUHAMMAD IRSAM BIN SUMARJO, lalu saksi
MUHAMMAD IRSAM BIN SUMARJO menyampaikan kepada saksi
KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN SIDIQ BIN AHMAD YASIN
(pengurus masjid Nur Rohmah) setelah mendapatkan penjelasan bahwa
proposal tersebut palsu kemudiansepakat janjian menyuruh terdakwa
PUJI LESTARI datang pada hari Minggu tanggal 28 Agustus 2011
sekitar pukul 09.00 WIB dan pada hari yang telah disepakati terdakwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
PUJI LESTARI datang dengan mengenakan jilbab merah dan membawa
tas kecil warna biru dan setelah uang sumbangan dari saksi AHMAD
WALID diterima sebesar Rp. 100.000,- terdakwa pun meninggalkan
rumah saksi AHMAD WALID dan baru beberapa langkah diamankan
oleh saksi KHOZIN ALS MUHAMMAD KHOZIN karena terdakwa
bukan petugas dari masjid Nur Rohmah. Maka berdasarkan fakta ini
unsur “baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan
akal tipu muslihat, maupun dengan karangan perkataan - perkataan
bohong, membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang, membuat
utang atau menghapus piutang” telah terbukti menurut hukum.
d. Melakukan atau menyuruh melakukan atau turut serta melakukan
Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, dimana
terdakwa I dan terdakwa II juga mendatangi rumah saksi AHMAD
WALID meminta sumbangan dengan menggunakan proposal, dimana
terdakwa I dan terdakwa II adalah suami – istri, maka dari perbuatan para
terdakwa ini Majelis Hakim berpendapat bahwa para terdakwa bersama –
sama melakukan perbuatannya itu dan pada diri para terdakwa
mempunyai kesadaran bahwa mereka bekerja sama untuk melakukan
perbuatannya itu. Dengan demikian turut serta melakukan telah terbukti
menurut hukum.
8. Bahwa berdasarkan pertimbangan – pertimbangan dari fakta – fakta
hukum yang terjadi disertai dengan beberapa alat – alat bukti yang sah,
maka seluruh unsur tindak pidana yang ada didalam pasal yang
didakwakan oleh penuntut umum telah terpenuhi dan terbukti, maka para
terdakwa dapat dinyatakan bersalah atas dakwaan penuntut umum dan
dapat dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan tindak pidana yang
dilakukan oleh para terdakwa. Hal ini tercantum dalam pasal 197 ayat (1)
huruf h KUHAP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
9. Bahwa karena para terdakwa terbukti bersalah dan selama dipersidangan
tidak terbukti alasan pemaaf maupun alasan pembenar, maka terhadap
para terdakwa harus dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan perbuatannya.
10. Bahwa karena selama dalam pemeriksaan di penyidik sampai dengan
dipersidangan para terdakwa ditahan maka masa penahanan yang telah
dijalani para terdakwa dikurangkan seluruhnya dengan pidana yang
dijatuhkan dan karena pidana yang dijatuhkan lebih lama dari masa
penahanan yang telah dijalani oleh para Terdakwa, maka memerintahkan
para terdakwa tetap berada dalam tahanan. Hal ini diatur dalam pasal 22
ayat (4) Jo pasal 197 ayat (1) KUHAP.
11. Bahwa berdasarkan pasal 222 ayat (1) Jo pasal 197 ayat (1) hurufi
KUHAP, dikarenakan para terdakwa terbukti bersalah maka terhadap
biaya perkara tersebut harus dibebani kepada para terdakwa.
12. Bahwa didalam persidangan yang dilakukan di Pengadilan Negeri
Surakarta sebelum majelis hakim memutus perkara dengan Nomor
291/Pid.B/2011/PN. Ska dalam hal penjatuhan pidana, terlebih dahulu
majelis hakim akan memperhatikan hal - hal yang memberatkan dan hal –
hal yang meringankan pada diri dan perbuatan para terdakwa. Berkaitan
dengan hal tersebut diatur dalam pasal 197 ayat (1) KUHAP. Adapun hal
– hal yang memberatkan adalah:
a. Perbuatan para terdakwa dapat meresahkan masyarakat;
b. Perbuatan yang mengatasnamakan zakat, infaq dan shadaqoh untuk
mencari keuntungan padahal para terdakwa mengaku beragama Islam;
c. Khusus terdakwa II sebagai Kepala Keluarga mengajak terdakwa I
selaku isterinya melakukan tindak pidana.
Hal – hal yang meringankan para terdakwa adalah:
a. Para terdakwa mengakui terus terang perbuatannya dan menyesali
perbuatannya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
b. Para terdakwa mempunyai tanggungan keluarga;
c. Para terdakwa belum pernah dihukum.
Dengan adanya pertimbangan majelis hakim terhadap perkara tindak pidana
tersebut, kemudian para majelis hakim melakukan musyawarah serta perundingan
untuk dapat memutus perkara yang didakwakan terhadap para terdakwa hingga
akhirnya hakim mengeluarkan putusan dengan Nomor Putusan
291/Pid.B/2011/PN.Ska, yang pada amar putusannya berbunyi:
MENGADILI
1. Menyatakan terdakwa I: PUJI LESTARI BINTI JIMIN dan terdakwa II:
HARI AGUNG ALIAS AGUNG BIN SURAHMAN telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ PENIPUAN” ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap para terdakwa oleh karena itu dengan
pidana penjara masing – masing selama: Terdakwa I: 7 (Tujuh) bulan,
Terdakwa II: 8 (Delapan) bulan;
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh para terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
4. Memerintahkan agar para terdakwa tetap dalam tahanan.
5. Menyatakan barang bukti berupa:
- 1 (satu) bendel proposal asli dengan Nomor 295 tanggal 11 April 2011
yang terdiri dari 6 (enam) lembar permohonan bantuan pembangunan
Masjid Nur Rohmah yang beralamat di Losari Rt. 04 Rw. 02
Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta;
- 1 (satu) buah amplop warna putih dengan cap PANITIA
PENERIMAAN ZAKAT, INFAQ dan SHADAQOH Masjid
Istiqomah Lemah Abang Rt. 04 Rw. 23 Kadipiro, Banjarsari Surakarta
yang berisi 1 (satu) lembar uang kertas pecahan Rp. 20.000,- (dua
puluh ribu rupiah);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
- 1 (satu) lembar proposal permohonan zakat, infaq, shadaqoh Masjid
Istiqomah
- 1 (satu) buah amplop warna putih terdapat cap PANITIA
PEMBANGUNAN MASJID NUR ROHMAH Losari Rt. 04 Rw. 02
Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta yang
berisi 1 (satu) lembar uang kertas pecahan Rp. 100.000 (seratus ribu
rupiah);
- 1 (satu) lembar kwitansi yang berwarna kuning tertanggal 15 – 08 –
2011 yang ditanda tangani A. WALID dengan stempel pengurus
Masjid Nur Rohmah;
- 3 (tiga) lembar proposal dengan cap PANITIA PEMBANGUNAN
MASJID NUR ROHMAH Losari Rt. 04 Rw. 02 Kelurahan Semanggi
Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta;
- 1 (satu) lembar surat yang dikeluarkan oleh pengurus masjid Istiqomah
Kp. Lemah Abang Rt. 04 Rw. 23 Kadipiro, Banjarsari Surakarta dan
dibagian bawah terdapat tanda tangan ketua SITAM S dan sekretaris
ARIES B S dan juga terdapat stempel berbentuk bulat didalamnya
terdapat tulisan pengurus Masjid Istiqomah Lemah Abang Rt. 04 Rw.
23 Kadipiro, Banjarsari Surakarta dan ditengahnya terdapat tulisan
Istiqomah;
- 1 (satu) potong jilbab warna merah dan 1 (satu) buah tas kecil warna
biru dengan Merk Wilson, dirampas untuk dimusnahkan;
- Uang tunai Rp 120.000,- dikembalikan kepada H. AHMAD WALID,
SH, ST BIN IRSAM;
- Beberapa proposal dan amplop Mesjid Istiqomah dan Masjid Nur
Rohmah yang tidak asli dirampas untuk dimusnahkan;
- Proposal asli dari Masjid Nur Rohmah dikembalikan kepada Pengurus
Masjid Nur Rohmah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
- 1 (satu) unit sepeda motor Suzuki UY 125 AT, warna putih tahun
2009, No. Pol AD- 4711- JZ beserta kunci dan STNK nya atas nama
PUJI LESTARI dengan alamat Jetak Rt 03 Rw. 01, Wonorejo,
Gondangrejo, Karanganyar dikembalikan kepada para terdakwa.
6. Membebani para terdakwa untuk membayar biaya perkara masing –
masing sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan demikian dari beberapa penjelasan yang bahas oleh penulis diatas
maka dapat disimpulkan;
1. Bahwa pengaturan tindak pidana penipuan dengan penggunaan proposal palsu
dalam hukum pidana termasuk didalam pasal 378 Kitab Undang – Undang
Hukum Pidana yang telah memenuhi unsur – unsur berupa unsur subjektif
dan unsur objektif. Unsur subjektif ialah unsur yang berupa dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara melawan
hukum. Sedangkan unsur objektif ialah unsur yang memuat mengenai hal –
hal yang berkaitan dengan unsur barangsiapa, unsur menggerakkan orang lain
agar menyerahkan suatu benda, mengadakan suatu perikatan serta meniadakan
suatu piutang dengan memakai nama palsu, sifat palsu, dengan tipu muslihat,
dan rangkaian kata – kata bohong. Dalam tindak pidana penipuan dengan
penggunaan proposal palsu tersebut pula terdapat adanya unsur – unsur
penyertaan berupa melakukan, penyuruh lakukan dan turut serta melakukan
yang tercantum dalam pasal 55 ayat 1 KUHP.
2. Adapun mengenai dasar hukum pertimbangan hakim dalam memutus perkara
tindak pidana yang berkaitan dengan penggunaan proposal palsu dalam
pemungutan zakat, infaq, dan shadaqoh dengan cara penipuan serta adanya
unsur melakukan atau menyuruh melakukan atau turut serta melakukan oleh
terdakwa PUJI LESTARI BINTI JIMIN dan terdakwa HARI AGUNG ALIAS
AGUNG BIN SURAHMAN dalam perkara Nomor 291/Pid.B/2011/PN.Ska
antara lain adanya tuntutan dari jaksa penuntut umum, adanya surat dakwaan
yang diajukan oleh jaksa penuntut umum, adanya fakta hukum bahwa
76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
terdakwa tidak didampingi oleh seorang pengacara atau penasehat hukum,
serta adanya beberapa barang bukti yang dijadikan suatu bahan pembuktian
suatu tindak pidana. Terdakwa telah terbukti telah melanggar pasal 378
KUHP Jo pasal 55 ayat (1) KUHP mengenai tindak pidana penipuan serta
adanya unsur melakukan atau menyuruh melakukan atau turut serta
melakukan karena telah memenuhi unsur – unsur yang ada dalam pasal
tersebut, adanya fakta hukum yang diperoleh dalam proses persidangan serta
adanya pembuktian dengan seluruh barang bukti yang ada disertai dengan
keterangan para saksi dan para terdakwa. Selanjutnya pertimbangan hakim
juga memperhatikan hal – hal yang memberatkan serta hal – hal yang
meringankan terdakwa yang dapat mempengaruhi putusan hakim dalam
menjatuhkan putusannya terhadap terdakwa yang kaitanya dengan kasus
tersebut maka terdakwa I PUJI LESTARI BINTI JIMIN dijatuhi hukuman
pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan dan terdakwa II HARI AGUNG ALIAS
AGUNG BIN SURAHMAN dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, maka penulis memberikan saran – saran
sebagai berikut:
1. Dalam pemberian sanksi pidana terhadap kedua terdakwa apabila dilihat dari
sanksi pidana yang diberikan oleh ketentuan Peraturan Perundang – Undang
Hukum Pidana adalah empat tahun sedangkan yang diberikan kepada kedua
terdakwa adalah tujuh bulan dan delapan bulan. Hal ini terlihat perbedaan
yang sangat jauh antara sanksi pidana yang ditetapkan dalam KUHP dan hasil
putusan yang diberikan oleh majelis hakim. Namun apabila dilihat dari jumlah
uang yang diterima oleh pelaku dalam tindak pidana penipuan dengan
penggunaan proposal palsu sebesar Rp. 120.000,. (seratus dua puluh ribu)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
sanksi pidana yang dijatuhkan cukuplah berat bagi kedua terdakwa. Oleh
sebab itu, perlu adanya pertimbangan majelis hakim yang seadil – adilnya
sehingga tindak pidana semacam ini tidak terulang kembali.
2. Dalam memberikan sanksi pidana terhadap suatu perkara diharapkan tetap
berpegang teguh pada rasa keadilan di masyarakat dan hukuman tersebut
dianggap sebagai suatu cara untuk memberikan efek jera kepada seseorang
yang melakukan tindak pidana agar di masa yang akan datang terpidana dapat
memperbaiki hidupnya dan bisa menjadi pembelajaran bagi masyarakat agar
tidak mengulangi kesalahan yang sama atau sejenisnya demi tercapai
ketentraman dalam masyarakat.
3. Apabila masyarakat ingin memberikan zakat, infaq maupun shadaqoh kepada
lembaga – lembaga sosial yang ada didalam masyarakat baik lembaga agama
maupun lembaga sosial lainnya hendak langsung disalurkan kepada lembaga
yang bersangkutan tanpa adanya suatu perantara orang lain. Hal ini dilakukan
agar menghindari serta mencegah terulang kembali tindak pidana penipuan
yang menggunakan proposal palsu dari lembaga – lembaga sosial
dimasyarakat.
4. Masyarakat diharapkan memiliki rasa keberanian untuk dapat melaporkan
kepada pihak yang berwajib apabila mengetahui adanya tindak pidana yang
terjadi dilingkungannya. Hal tersebut dilakukan agar terciptanya suatu tatanan
kehidupan masyarakat yang aman dan tentram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
top related