tesis - digilib.uns.ac.id fileperubahan gaya hidup anak muda di surakarta akibat berkembangnya mall...
Post on 13-Sep-2019
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERUBAHAN GAYA HIDUP
ANAK MUDA DI SURAKARTA
AKIBAT BERKEMBANGNYA MALL
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister
Program Studi Kajian Budaya
Minat Utama Perubahan Sosial
Oleh :
Jun Chizuwa
S701208006
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERUBAHAN GAYA HIDUP ANAK MUDA DI SURAKARTA
AKIBAT BERKEMBANGNYA MALL
TESIS
Oleh
Jun Chizuwa
S701208006
Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I Dra. SK. Habsari, M. Hum., Ph.D ............................... ..................
NIP 196703231995122001
Pembimbing II Dr. Hartini, M. Hum ............................... .................
NIP 1950030011978032004
Telah dinyatakan memenuhi syarat
pada tanggal.................... 2014
Ketua Program Studi Kajian Budaya
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Prof. Dr. Bani Sudardi, M, Hum
NIP 196409181989031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERUBAHAN GAYA HIDUP
ANAK MUDA DI SURAKARTA
AKIBAT BERKEMBANGNYA MALL
TESIS
Oleh :
Jun Chizuwa
S701208006
Telah dipertahankan di depan penguji
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ......... 2014
Tim Penguji :
Ketua Prof. Dr. Bani Sudardi, M, Hum
NIP196409181989031001
.................................
Anggota Penguji Dra. SK. Habsari, M. Hum., Ph.D
NIP196703231995122001
.................................
Dr. Hartini, M. Hum
NIP1950030011978032004
.................................
Mengetahui :
Direktur
Program Pascasarjana
Ketua
Program Studi Kajian Budaya
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus M.S.
NIP196107171986011001
Prof. Dr. Bani Sudardi, M, Hum
NIP196409181989031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN
PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul :” Perubahan Gaya Hidup Anak Muda di Surakarta Akibat
Berkembangnya Mall” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat
karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
idterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dengan acuan yang idsebutkan
sumbernya, baik dalam naskah karangan dan daftar pustaka. Apabila ternyata
dalam naskah tesisi ini dapat dibktikan terdapat unsur plagiasi, maka saya
bersedia menerima sangsi, baik Tesisi beserta gelar magister saya dibatalkan
serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesisi pada jurnal atau forum ilmiah
harus menyertakan tim promotor sebagai author dan PPs UNS sebagai
institusinya. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini,
maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 22 Juni 2014
Mahasiswa,
Jun Chizuwa
S701208006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Chizuwa, Jun. S701208006. 2014. Perubahan Gaya Hidup Anak Muda di Surakarta
Akibat Berkembangnya Mall. Tesis program Studi Kajian Budaya Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing 1 Dra. SK. Habsari, M. Hum., Ph.D
dan Pembimbing 2 Dr. Hartini, M. Hum.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses perubahan gaya
hidup masyarakat khususnya anak muda yang diamati dari perubahan kunjungan
mereka dari pasar tradisional ke pasar modern (mall) di Surakarta. Sebaliknya untuk
mengetahui perubahan gaya hidup apa saja pada masyarakat khususnya anak muda yang
tercermin dari kunjungan mereka ke pasar modern (mall) di Surakarta dan untuk
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat
khususnya anak muda di Surakarta. Penelitian ini dilatarbelakangi karena pada beberapa
tahun terakhir ini fenomena pembangunan pasar modern (mall) di wilayah kota
Surakarta kian ramai. Hal ini memperngaruhi eksistensi pasar tradisional sebagai pusat
jual-beli. Terlebih, pembangunan pasar modern (mall) ini juga mempengaruhi
perubahan gaya hidup masyarakatnya, khususnya anak muda di Surakarta akibat
berkembangnya pasar modern (mall). Permasalahan ini ditemukan oleh peneliti setelah
melakukan observasi di lingkungan mall di Surakarta.
Penelitian ini dilakukan dalam ranah ilmu kajian budaya dengan menggunakan
metode kualitatif dan teknik analisi data secara deskriptif dan interpretatif. Sumber data
untuk penelitian ini adalah masyarakat Surakarta, khususnya anak muda. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa perubahan gaya hidup anak
muda di Surakarta akibat berkembangnya mall telah mendorong budaya konsumtif di
kalangan anak muda di Surakarta yang dianggap sebagai bagian dari gaya hidup modern
dan berkiblat pada Barat. Mall juga menjadi budaya globalisasi warga di berbagai kota,
terutama anak muda untuk menghindari stereotip “orang kampungan”. Hal ini akibat
dari realitas semu yang ditawarkan oleh mall dan faktor-faktor yang mempengaruhi
gaya hidup mereka di antaranya adalah kelengkapan fasilitas yang ditawarkan mall
lebih beragam,suasana aman dan nyaman saat berada di dalam mall, intensitas pergi ke
mall yang sering dan aktivitas yang dapat mereka lakukan di mall lebih banyak dari
pada saat mereka mengunjungi pasar tradisional. Hal ini semakin memperkuat
pandangan anak muda Surakarta mengenai pentingnya mall sebagai pusat untuk
pengembangan diri dan salah satu tempat untuk pembentukan identitas diri melalui
gaya, sebagai salah satu alat komunikasi simbolik dan makna-makna personal yang
dengan mudah menyebar seperti wabah ke masyarakat luas.
Kata Kunci : Pasar Tradisional, Mall, Anak Muda Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Chizuwa, Jun. S701208006. 2014. The Changing Lifestyle of Youth in Surakarta as a
result of Mall developments. Thesis. Postgraduae Studies in Cultural Studies. Sebelas
Maret University Surakarta. Supervisor 1 Dra. SK. Habsari, M. Hum., Ph.D and
Supervisor 2. Dr. Hartini, M. Hum.
This research aims to determine how the lifestyle has changed from their
shopping perspectives. Focus of this research is on lifestyle changes among young
people of the city of Surakarta. First, this research observes how this change occurs with
the shifting patterns from shopping in traditional markets to shopping in modern
markets (malls) in Surakarta. Second, this research determines lifestyle changes, within
society, in recent years; the city of Surakarta has witnessed the increase of constructions
of the new malls. With this, traditional markets have experienced a decrease as the
centers for buying and selling. This constructions and changes eventually have effect on
the lives of people especially youngsters. This research is conducted in the biggest malls
in Surakarta.
This research is conducted in the realm of cultural studies discipline using
qualitative methods and technique of data analysis is descriptive analysis. The source of
data are got from young people of Surakarta and techniques of data collection for this
research are observation, interview and documentation.
The changes of lifestyle among Surakarta youth appear because of the
development of mall and mall culture. The malls are connected with development of a
culture of consumption (consumerism), malls are considered as part of modern life, and
they tend to be associated to the West. The malls are also seen as product of
globalization and modernization and many residents of Surakarta, by frequent visits to
mall try to erase "villager" label that they may have. Malls offer this escape by
providing false reality with many facilities that are offered there. The malls tend to be
more secure than traditional markets, prices are fixed, and there are different stores
"under one roof". All of these reasons contribute to the popularity of the malls among
young people in Surakarta. Moreover, they see malls like places where they can develop
their identity through various styles offered by various shops there. This is a symbolic
communication and together it is creating personal image and these issues, together with
above mentioned consumerism mall culture can spread like a plague to society at large.
Keywords: Traditional Market, Mall, Surakarta Juvenile.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kehendak-Nyalah penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyusunan tesis ini dengan baik dan lancar.
Selain Sebagai bentuk tanggung jawab penulis untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Tesis ini adalah laporan penelitian dan kajian teoritis yang harus diajukan
sebagai syarat akhir untuk menyelesaikan program studi S2 Kajian Budaya, Program
Pascasarjana Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Surakarta.
Dalam menyelesaikan tesis ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, sehingga sepantasnya penulis ucapkan terimakasih setinggi tingginya
kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret, Bapak Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, M.S.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Bapak Prof. Dr. Ir.
Ahmad Yunus, M.S.
3. Ketua Program Studi S2 Kajian Budaya, Bapak Prof Dr. Bani Sudardi, M.Hum.
4. Ibu Pembimbing, Dra. SK. Habsari, M. Hum., Ph.D dan ibu Dr. Hartini, M. Hum.
5. Ayah dan Ibu tercinta di Jepang
6. Kekasihku, Lisa
7. Seluruh teman kelas Kajian Budaya tahun 2012-2014
8. Teman-teman kos yang baik dan semua teman-temanku; Nebojsa Djordjevic, Akmal
Ungalov, Maksud Khosimov, Mukhridin Khosimov, Muhammad Lokhmi, Steven
Kao, Justyna Dworak, Miftah, Chika, dan teman-teman di Surakarta yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis mengucapkan terimakasih yang tiada henti atas bimbingan yang telah diberikan
dengan penuh perhatian sehingga tesis ini selesai dikerjakan dalam waktu yang
diharapkan. Tidak lupa, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada
masyarakat Solo yang dengan ramah dan baiknya mau menerima penulis sebagai salah
satu bagian dari masyarakat kota Solo dan membantu menyelesaikan penelitian ini, juga
kepada keluarga penulis yang selalu memberikan motivasi tiada henti agar penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan penuh tanggung jawab. Demikian juga teman-teman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
telah dengan sudi membantu penulis untuk mencari data guna kelengkapan data
penelitian.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kebahagiaan dan membalas
pertolongan mereka. Rasa terima kasih juga dipersembahkan kepada para informan
yang telah memberikan informasi dan berbagi pengalamannya yang berharga bagi
penelitian ini. Sekali lagi terima kasih atas doa-doa yang selalu dipanjatkan oleh semua
pihak untuk penulis agar dapat menyelesaikan penulisannya.
Surakarta, 11 Juni 2014
Penulis
Jun Chizuwa
S701208006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGESEHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN............................................................................... iv
ABSTRAK.............................................................................................................. v
ABSTRACT........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR........................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................ ................. ix
DAFTAR TABEL........................................................................................ ........ xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xii
BAB I: LATAR BELAKANG............................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH....................................................................... 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN ....................................................................... 5
1.4 MANFAAT PENELITIAN ................................................................... 5
BAB II: LANDASAN TEORI............................................................................. 6
2.1TINJUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1.1 Konsumerisme ............................................................................. 6
2.1.2 Modernisasi .................................................................................. 8
2.1.3 Evolusi Budaya ........................................................................... 10
2.1.4 Globalisasi Kebudayaan ............................................................. 11
2.2 PENELITIAN TERKAIT ....................................................................... 12
2.3 KERANGKA BERFIKIR ...................................................................... 15
2.3.1 Pasar ........................................................................................... 15
2.3.2 Mall ............................................................................................ 15
2.3.3 Konsumen (Pengunjung) ........................................................... 16
2.3.4 Gaya Hidup ................................................................................. 17
2.4 HIPOTESIS ............................................................................................ 18
BAB III: METODE PENELITIAN...................................................................... 19
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 19
3.2 Lokasi .................................................................................................... 20
3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 20
3.3.1 Data Primer ................................................................................. 20
3.3.2 Data Sekunder ............................................................................. 21
3.4 Teknik Penelitian Informan ................................................................... 21
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 21
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 21
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................. 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ................................................... 23
BAB IV: HASI PENELITIAN .......................................................................... 24
4.1 Deskripsi Kota Surakarta ...................................................................... 24
4.2 Mall-mall di Kota Surakarta ................................................................ 27
4.2.1 Solo Grand Mall ......................................................................... 28
4.2.2 Solo Square ................................................................................. 34
4.2.3 Solo Paragon Mall ...................................................................... 36
4.3 Profil Informan ....................................................................................... 38
4.4 Hasil penelitian ....................................................................................... 45
4.4.1 Perubahan gaya hidup anak muda di Surakarta akibat
Berkembangnya mall ........................................................................... 45
4.4.2 Manfaat mall bagi Masyarakat Surakarta khususnya anak muda . 46
4.4.3 Intensitas masyarakat Surakarta khususnya anak muda
mengunjungi mall .................................................................................. 49
4.4.4 Aktivitas yang dilakukan di dalam mall ....................................... 51
4.4.5 Kerugian mall menurut masyarakat Surakarta khususnya anak
muda mengunjungi mall ...................................................................... 54
4.4.6 Pasar tradisional sebagai resistensi masyarakat khususnya anak
muda terhadap berkembangnya mall ..................................................... 56
4.4.7 Faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat
khususnya anak muda di Surakarta akibat berkembangnya mall .......... 59
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 64
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 64
5.2 Saran ......................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 67
LAMPIRAN ....................................................................................................... 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan Hal
Tabel IV.1 Jumlah penduduk kota Surakarta tahun 2002 26
Tabel 1V.2 Data Primer 44
Tabel IV.3 Manfaat mall bagi masyarakat Surakarta khususnya anak muda 49
Tabel IV.4 Intensitas masyarakat Surakarta khususnya anak
muda mengunjungi mall 51
Tabel IV.5 Aktivitas yang dilakukan di dalam mall 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Keterangan Hal
Gambar IV.1 Logo kota Surakarta 24
Gambar IV.2 Keraton Surakarta 24
Gambar IV.3 Pura Mangkunegaran 25
Gambar IV.4 Peta Kota Surakarta 26
Gambar IV.5 Event Musik di mall 27
Gambar IV.6 SGM Tampak Samping 28
Gambar IV.7 SGM Tampak Depan 28
Gambar IV.8 di dalam SGM 29
Gambar IV.9 di dalam SGM 29
Gambar IV. 10 Pusat Perbelanjaan, Hypermart 29
Gambar IV. 11 Pusat Perbelanjaan, Hypermart 29
Gambar IV.12 KFC 30
Gambar IV.13 Toko Roti, Breadtalk 30
Gambar IV.14 ATM Center 31
Gambar IV. 15 Pusat Perbelanjaan, Matahari Department Store 32
Gambar IV.16 Arena Bermain anak, timezone 33
Gambar IV. 17 Arena Foodcourt 33
Gambar IV.18 Bioskop film di Solo Grand Mall 34
Gambar IV. 19 Solo Square Mall 35
Gambar IV.20 Apartement Solo Paragon 36
Gambar IV. 21 Solo Paragon Mall 37
Gambar IV. 22 Aktivitas Nongkrong I 48
Gambar IV. 23 Aktivitas Makan Bersama 48
Gambar IV. 24 Aktivitas Nongkrong II 50
Gambar IV. 25 Aktivitas Menonton Film di Bioskop 52
Gambar IV. 26 Aktivitas Berbelanja 52
Gambar IV.27 Aktivitas Berbelanja II 52
Gambar IV. 28 Aktivitas Jalan-jalan 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses perekonomian masyarakat Indonesia sebagian besar ditopang oleh sebuah
proses jual beli dan hal ini terjadi dalam pasar. Pasar merupakan cermin perekonomian
dan sosial budaya setiap komunitas masyarakat di dunia ini. Pasar merupakan tempat
bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi. Pasar dibedakan menjadi
dua yaitu pasar modern (mall) dan pasar tradisional (M.Fuad, Christine H, Nurlela, dan
Sugiarto, 2000:14).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi atau tawar menawar penjual dan pembeli secara
langsung, bangunan terdiri dari kios-kios atau gerai, akses lebih luas bagi para produsen
dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun sesuatu pengelola pasar.
Kebanyakan pasar tradisional menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan
makanan, ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa,
serta menjual kue-kue (Izza, 2010:1-2). Setiap daerah di Indonesia pasti mempunyai
pasar tradisional yang menyediakan kebutuhan masyarakat pada suatu tempat tertentu.
Setiap daerah tidak selalu menyediakan barang yang sama dengan daerah lainnya untuk
diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan pasar tradisional hanya menyediakan apa yang
dibutuhkan masyarakat pada suatu daerah tertentu.
Pasar modern berbeda dari pasar tradisional. Pasar Modern adalah pasar yang
berkonsep modern dimana barang-barang diperjualbelikan di suatu tempat yang bersih
dan nyaman. Di dalam pasar bersih ini menyediakan berbagai jenis dagangan yang telah
dikelompokkan seperti ikan, daging, buah-buahan, dan sayur-sayuran sehingga
konsumen bisa mendapatkan kenyamanan dalam berbelanja. Konsep utama dari pasar
modern adalah menyediakan segala bahan kebutuhan pokok konsumen dengan tempat
yang bersih, tidak becek, dan tidak bau. Dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak
bertransaksi secara langsung, melainkan pembeli hanya melihat label harga yang
tercantum dalam barang (barcode) dan pelayanannya dilakukan secara mandiri
(swalayan) atau dilayani pramuniaga (http://manunggaldayasebulu.com/).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Seiring dengan perubahan zaman dan pengaruh globalisasi yang masuk ke
Indonesia, pasar tradisional tidak lagi dianggap sebagai pusat kegiatan ekonomi di mana
transaksi jual-beli diadakan. Pasar tradisional dianggap terlalu kaku untuk mengikuti
perubahan sosial masyarakat Indonesia yang semakin modern. Pasar tradisional tidak
menawarkan kenyamanan dan tidak menyediakan fasilitas yang menjadi keinginan
penjual dan pembeli akan mudahnya dan cepatnya suatu transaksi jual beli. Pasar
tradisional dapat dikatakan tidak mengikuti perubahan gaya hidup modern yang
berkembang di masyarakat. Terlebih lagi, sejak munculnya supermarket yang menjadi
awal lahirnya mall. Pasar tradisional semakin kurang diminati. Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa keberadaan mall dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi
dari gaya hidup modern yang berkembang di masyarakat Indonesia. Tidak hanya di kota
metropolitan saja, bahkan sudah merambah hingga kota-kota kecil di tanah air.
Kehadiran mall di Indonesia pertama kali dirintis oleh Dick Gelael yang
kemudian mendapat julukan “Raja Supermarket Indonesia”. Dia memilih orang-orang
asing yang tinggal di Jakarta sebagai mitra bisinsnya. Gelael membuka pasar swalayan
pertamanya dan memulai pengantaran barang pesanan ke rumah-rumah secara
berlangganan di Jakarta pada tahun 1957. Pada akhirnya “Gelael Supermarket”
diresmikan pada tahun 1970 dan mulai membuka cabang di kota-kota besar lainnya.
Pada tahun 1988, dia telah memiliki 15 cabang yang tersebar di pelosok Indonesia.
Fenomena ini berdampak terhadap semakin pesatnya penyebaran pusat perbelanjaan
seperti supermarket dan yang kemudian memiliki bentuk yang lebih kompleks berupa
mall karena fasilitas dan bangunan yang lebih megah serta barang dagang yang
ditawarkan lebih variatif.
Pusat perbelanjaan saat ini telah berevolusi dari asalnya sebagai pusat konsumsi
beralih menjadi aspirasi dan gaya hidup konsumen, bukan hanya sebatas tempat untuk
melakukan pembelian produk saja, akan tetapi telah berubah fungsi menjadi tempat
rekreasi yang menarik, menyenangkan, aman, nyaman, dan dapat dipercaya (Neo &
Wing, 2005:143). Dari kutipan tersebut, dapat disimpulkan bahwa mall sekarang ini
bukan hanya tempat berbelanja namun tempat rekreasi dan hiburan. Mall telah mampu
memenuhi hampir semua kebutuhan masyarakat, mulai dari Supermarket, toko-toko
retail asing maupun domestik yang menjual berbagai macam produk fashion, pusat
jajanan, arena bermain anak, bioskop, dan berbagai acara hiburan lainnya. Biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
konsep hiburan ini lebih disebut dengan istilah one stop shopping atau one stop
entertainment, yaitu pengunjung tidak perlu ke tempat lain karena mall menyediakan
segalanya.
Mall sudah menjadi sebuah keharusan bagi kota-kota di sebagian propinsi di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa. mall telah menjadi sebuah identitas dari sebuah kota.
Sebagian kota besar di Indonesia “menghiasi” dirinya dengan bangunan-bangunan super
megah yang menawarkan berbagai kebutuhan manusia. Di tengah tekanan ekonomi
yang masih membelit sebagian masyarakat, mall hadir sebagai ekstasi bagi masyarakat
untuk “megurangi” kepenatan hidup yang mengepung mereka. Manusia memiliki
kebutuhan mulai dari kebutuhan fisik hingga kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
Berkaitan dengan itu, mall-lah yang dapat memenuhi semuanya itu. Secara ringkas,
mall dapat disebut sebagai Surga bagi konsumerisme. mall tampak sebagai pemuas bagi
dunia konsumerisme. Ia telah merubah gaya hidup masyarakat. Mall sudah menjadi
kebanggaan dan gengsi tersendiri bagi pengunjungnya, khususnya bagi anak muda,
sehingga jika mereka belum pernah atau jarang ke mall, dianggap sebagai “orang
kampungan” atau orang yang memiliki perilaku dan kebiasaan jauh dari modernisasi.
Mall sudah menjadi budaya warga di berbagai kota, terutama anak muda untuk
menghindari stereotip “orang kampungan”.
Kota Surakarta yang memiliki slogan “The Spirit of Java” yang berarti jiwa
Jawa ada di kota ini, merupakan salah satu kota berkembang dan modernis di Indonesia.
Kota ini banyak menyerap budaya baru yang datang tanpa melupakan kearifan lokalnya
sebagai kota Budaya. Kota ini lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Sebagai kota
berkembang, Solo memiliki tiga mall besar yaitu Solo Grand Mall (SGM), Solo Square
(SS), Solo Paragon Mall, dan beberapa pusat perbelanja serupa lainnya atau yang lebih
dikenal dengan sebutan shopping mall di Surakarta sejak beberapa tahun terakhir,
eksistensi shopping mall telah "menggugah ketentraman" masyarakat secara
keseluruhan. Tua-muda, besar-kecil, kaya maupun miskin, hampir bisa dipastikan
menyempatkan waktunya untuk berkunjung dan membelanjakan uangnya, meski
terkadang kondisi perekonomian mereka sedang tidak menentu, tetap saja memaksakan
untuk berkunjung ke mall. Saat ini juga mereka telah terjangkit virus budaya konsumtif.
secara sosiologis, kehadiran mall membawa dampak yang amat serius bagi masyarakat
surakarta yang dahulu memegang teguh nilai-nilai tradisi budaya Jawa. seperti yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dikutip dari Frans Magnis Suseno (2003:39) dalam bukunya yang berjudul etika jawa,
dia mengatakan bahwa masyarakat Jawa selalu memegang teguh landasan dan filosofi
orang jawa yang mengedepankan keselarasan sosial dan mempunyai solidaritas sosial
yang tinggi.
Hampir setiap hari, SGM, SS dan Paragon mall dijadikan sebagai tempat
“nongkrong” atau hang out anak-anak muda, menyantap makanan, berbelanja hingga
dijadikan tempat pameran, festival dan event-event lainnya. Jadi dapat dikatakan mall
tersebut bukan hanya menjadi pusat perbelanjaan dan pusat aktivitas bagi masyarakat,
khususnya anak muda di Surakarta dan sekitarnya, tetapi juga menjadi cerminan
perubahan sosial mereka dimasyarakatnya.
Ramainya ketiga mall besar tersebut dikunjungi anak-anak muda memegang
peranan penting untuk mengetahui perubahan gaya hidup apa saja yang terjadi pada
anak-anak muda di Surakarta. Oleh karena itu, penelitian ini menarik untuk dilakukan.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar berakang masalah di atas dapat diidentifikasi tiga
permasalahan yang disajikan dalam bentuk pernyataan sebagai berikut ;
1. Bagaimana perubahan gaya hidup masyarakat khususnya anak muda dengan
hadirnya sejumlah mall di Surakarta?
2. Bagaimana masyarakat khususnya anak muda menggunakan mall sebagai
bagian gaya hidup mereka?
3. Bagaimanakah resistensi masyarakat khususnya anak muda terhadap
perkembangan mall di Surakarta?
4. Faktor apa yang mempengaruhi perubahan gaya hidup masyarakat khususnya
anak muda di Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami proses perubahan gaya hidup masyarakat khususnya anak
muda yang diamati dari perubahan kunjungan mereka ke pasar modern (mall) di
Surakarta.
2. Untuk mengetahui perubahan gaya hidup apa saja pada masyarakat khususnya
anak muda yang tercermin dari kunjungan mereka ke pasar modern (mall) di
Surakarta.
3. Untuk memahami resistensi masyarakat khususnya anak muda terhadap
perkembangan mall di Surakarta.
4. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup
masyarakat khususnya anak muda di Surakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Manfaat yang dapat kita ambil dari
dalam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang gaya hidup
masyarakat khususnya anak muda di Surakarta zaman sekarang.
2. Memperluas wawasan pembaca, khususnya di dalam perubahan gaya hidup
yang tercermin pada pasar modern (mall).
3. Menambah wawasan masyarakat tentang kajian budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Konsumerisme
Konsumerisme adalah sebuah budaya dan gaya hidup kontemporer yang
tersosialisasi di kalangan kaum urbanis saat ini di hampir semua kota besar dunia yang
dimulai dari kota-kota besar Amerika Serikat. Dalam padangan kaum radikal,
konsumerisme berkaitan dengan gerakan kapitalisme dalam suatu proses akumulasi
modal (Tommy, 2010:3). Asumsi ini akan lebih jelas dengan membahas lebih dahulu
tentang gaya hidup atau budaya ”konsumerisme” (consumerism).
Di Amerika, konsumerisme menjadi budaya masa yang sulit dikendalikan,
sampai-sampai ruang politik dihiasi dengan retorika George Bush : “We can‟t let the
terrosist stop as from shopping” Artinya, konsumerisme sudah menjadi hiasan dan
keseharian bagi ruang politik dan publik. Hannah Arendt (dalam Prabowo, 2013:70),
menggunakan istilah Marx, mengatakan bahwa konsumerisme di Barat itu
menunjukkan betapa besarnya tingkat alienasi duniawi, dan ini sebetulnya merupakan
pemberontakan melawan eksistensi manusia yang telah ada (Prabowo, 2013:70).
Menurut Guy Ben-Porat dan Yarif Feniger (dalam Prabowo, 2013:69-70),
Budaya konsumerisme itu kini sudah meluas seiring dengan globalisasi. Tidak
ketinggalan di Indonesia, meskipun kemampuan ekonomi Indonesia masih termasuk
dalam kategori developing country tetapi gejalanya diidap secara masif oleh semua
kalangan. Kemunculan budaya konsumerisme di Indonesia ini membuat para konsumer
berada pada “realitas semu” dalam satu panggung konsumerisme untuk menemukan
refleksi dirinya melalui objek-objek yang dikonsumsi. Maka tidak heran, jika
keberadaan shopping mall dalam konteks konsumerisme disebut “gereja baru” yang
merupakan “sebuah panggung realitas semu”.
Menurut Baudrillard, komsumerisme juga dikatakan memiliki ruang
simulacrum yang merupakan ruang yang disarati oleh duplikasi dan daur ulang berbagai
fragmen dunia yang berbeda-beda (dalam wujud komoditas) dalam satu ruang dan
waktu yang sama (dalam Ibrahim, 2005:175). Ruang ini yang kemudian memungkinkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
masyarakat di Indonesia mengikuti model-model yang sedang in di New York atau di
Paris, Perancis secara langsung melalui kecanggihan media elektronik dan atau media
massa saat ini. Kemunculan di bidang fashion ini kemudian dengan cepat mengalir di
Indonesia, khususnya pusat-pusat perbelanjaan dalam kecepatan tinggi (bagian penting
dari budaya konsumerisme) yang mampu memberikan cara ampuh dalam memacu
kecepatan produksi dan konsumsi. Hal ini tidak hanya berlaku pada model pakaian,
tetapi juga pada model barang konsumer lainnya yang bernaung di bawah panji-panji
fashion dan berkaitan dengan gaya hidup. Sehingga kecepatan dan pelipatan waktu
produksi menggiring masyarakat konsumer kedalam budaya “kesesatan” (fast food,
instant furniture, instant food,dll).
Kita bisa saksikan pula bagaimana produk alat komunikasi merambah secara
luas di pasaran dan toko-toko; bagaimana mall-mall dan pusat perbelanjaan yang
gemerlap. dibangun hampir di setiap kota di wilayah Indonesia; produk-produk yang
memanjakan kebutuhan manusia dijajakkan di swalayan-swalayan yang kini sudah
masuk desa. Kualitas benda kini tidak lagi ditentukan oleh manfaat secara fungsional,
melainkan oleh merk sebagai signs. Manusia kini bukan lagi sebagai objek, melainkan
sudah menjadi subjek yang aktif “terpanggil” secara tidak sadar untuk selalu
memuaskan hasrat dan nafsu duniawinya dengan mengkonsumsi produk-produk
perbelanjaan.
Contohnya saja ketika setiap orang merasa perlu membeli jam tangan baru,
meskipun sebenarnya ia tidak membutuhkannya atau bagaimana kecenderungan mereka
menggunakan pakaian, mobil, atau produk lain. Itu berarti, konsumerisme semacan ini
sudah tidak lagi bersifat fungsional akan tetapi lebih bersifat simbolik yang mamou
mengekspresikan “identitas” seseorang di mata masyarakatnya. Barang yang dimiliki
itulah kini yang dianggap menentukan status sosial seseorang. Bidang-bidang strategis
dalam hal ini di antaranya fashion, kuliner, hiburan, telekomunikasi, dan lain
sebagainya yang bisa ditemukan di satu tempat. Tempat yang juluki sebagai “surga
belanja” (para kaum konsumeris), shopping mall yang mampu menjadikan diri mereka
“eksis”. Manusia modern Indonesia turut mengangkat semboyan “live and let buy”
yang berarti bahwa shopping mall salah satu tempat yang mengembangkan fungsi
tradisionalnya sebagai pasar jual-beli modern namun juga merupakan ruang untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
berekspresi dan menunjukkan budaya konsumerisme mereka melalui merek-merek
ternama dunia yang ia pakai saat berkunjung.
2.1.2. Modernisasi
Teori Modernisasi muncul pada pasca perang dunia kedua, yaitu pada saat
Amerika terancam kehilangan lawan dagang sehingga terjadi kejenuhan pasar dalam
negeri; dari keterlibatan Amerika inilah negara-negara Eropa yang porak poranda seusai
perang mulai bangkit dari keterpurukannya, keterlibatan ini bukan saja banyak
„menolong‟ negara-negara Eropa, tetapi di balik itu justru banyak memberikan
keuntungan yang lebih bagi Amerika itu sendiri.
Pada perkembangannya kemudian, keberhasilan pembangunan yang diterapkan
pada negara-negara di Eropa ini memberikan pemikiran lanjut untuk melakukan
ekspansi pasar ke negara-negara dunia Ketiga, dan banyak memberikan bantuan untuk
pembangunannya; dalam kenyataannya, keberhasilan yang pernah diterapkan di Eropa,
ternyata banyak mengalami kegagalan di negara-negara dunia Ketiga (Budiman, dalam:
Frank, 1984: 9). Penjelasan tentang kegagalan ini memberikan inspirasi terhadap
sarjana-sarjana sosial Amerika, yang kemudian dikelompokkan dalam satu teori besar,
dan dikenal sebagai teori Modernisasi.
Teori inilah yang kemudian dianut oleh banyak negara untuk memodernisasikan
negaranya. Pada dasarnya, teori modernisasi berangkat dengan gagasan awal yaitu
mengenai perubahan sosial dari tradisional ke modern, yang mencakup perubahan di
sebagian besar sektor vital dalam masyarakat, terutama sektor ekonomi. Kemudian,
perubahan sosial tersebut diwujudkan dalam suatu konstruksi modern dalam bentuk
industrialisasi sesuai konsep Barat.
Sebuah ke-tradisional-an merupakan suatu masalah yang erat kaitannya dengan
keterbelakangan. Kemudian negara-negara yang masih tradisional dan terbelakang di
“haruskan” di bangun agar “maju” layaknya negara Barat. Untuk menjadi “maju” sesuai
negara barat, maka perlu adanya suatu pembangunan, salah satunya pembangunan
bidang ekonomi. Teori ini secara otomatis dipakai saat ekspansi-ekspansi pasar modern
yang mulai menduduki takhta-takhta barunya sebagai new comers dan sebagai pemilik
modal yang mampu memodernisasikan negara non-modern kedalam konstruksi negara
modern. Konstruksi-konstruksi baru ini selanjutnya memodernisasi suatu masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dalam suatu proses transformasi atau suatu perubahan masyarakat dalam segala
aspeknya.
Untuk memuluskan pengimplementasian teori-teori modernisasinya, para
ilmuwan Barat memulainya dengan konsep utama mengenai “pertumbuhan dan
pemerataan”. Pertumbuhan dan pemerataan dapat diartikan dalam suatu definisi, yaitu
negara-negara yang diimpikan nantinya merupakan negara yang tumbuh ke arah modern
yang didominasi oleh industrialisasi dengan neraca keuangan yang “positif” dan hal
tersebut terjadi “rata” di berbagai negara di belahan dunia.
Di Indonesia sendiri, teori modernisasi ini muncul abad ke 20an. Indonesia
kemudian mengadopsi pembangunan-pembangunan pasar modern nan megah di pusat-
pusat kota untuk modernisasikan negara dengan tujuan perkembangan perekonomian
negara. Modernisasi ini juga dikatakan mampu mencakup proses transformasi total
kehidupan masyarakat tradisional atau pra-modern dalam artian teknologis serta
organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-
negara barat yang stabil. Dalam hal ini, Indonesia diharapkan agar dapat mengikutin
jejak negara stabil dengan menerapkan teori ini.
Budiman, menerangkan asumsi dasar dari teori modernisasi mencakup: (1)
Bertolak dari dua kutub dikotomis yaitu antara masyarakat modern (masyarakat negara-
negara maju) dan masyarakat tradisional (masyarakat negara-negara berkembang); (2)
Peranan negara-negara maju sangat dominan dan dianggap positif, yaitu dengan
menularkan nilai-nilai modern disamping memberikan bantuan modal dan teknologi.
Tekanan kegagalan pembangunan bukan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal
melainkan internal; (3) Resep pembangunan yang ditawarkan bisa berlaku untuk siapa,
kapan dan dimana saja (1984: 10).
Satu hal yang menonjol dari teori modernisasi ini adalah, modernisasi seolah-
olah tidak memberikan celah terhadap unsur luar yang dianggap modern sebagai sumber
kegagalan, namun lebih menekankan sebagai akibat dari dalam masyarakat itu sendiri.
Asumsi ini ternyata banyak menimbulkan komentar dari berbagai fihak, terutama dari
kelompok pendukung teori Dependensi, sehingga timbul paradigma baru yang dikenal
sebagai teori Modernisasi Baru (Suwarsono, 1991: 58-61).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Modernisasi tidak terjadi begitu saja, melainkan Modernisasi terjadi karena
adanya faktor pendukung yang menunjang terjadinya suatu perubahan. Beberapa syarat
suatu modernisasi dapat terjadi adalah sebagai berikut:
1. Cara berpikir yang ilmiah yang melembaga dalam kelas penguasa maupun
masyarakat. Hal ini menhendaki suatu sistem pendidikan dan pengajaran yang
terencana dan baik.
2. Sistem Administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan Birokrasi
3. Adanya pengumpulan data yang baik dan teratur dan terusat pada suatu lembaga
atau badan tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang kontinu agar mereka
tidak tertinggal.
4. Penciptaan iklim yang farodable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi
tahap karena banyak sangkut pautnya dengan sistem kepercayaan masyarakaat
(belief system).
5. Tingkat Organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain
pihak berarti pengurangan Kemerdekaan.6. Sentralisasi wewenang dalam
pelaksanaan perencanaan sosial (social planning) apabila itu tidak di lakukan,
perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan dari kepentingan-
kepentingan yang ingin mengubah perencanaan tersebut demi kepentingan
golongan kecil dalam masyarakat,(Soerjono Soekanto, 2009;306-307).
2.1.3. Evolusi Budaya
Evolusi kebudayaan adalah proses perkembangan kebudayaan umat manusia
mulai dari bentuk-bentuk kebudayaan yang sederhana sampai yang semakin lama
semakin kompleks, yang dilanjutkan dengan proses difusi, yaitu penebaran kebudayaan-
kebudayaan yang terjadi bersamaan perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi ini.
Proses evolusi kebudayaan dapat dianalisis secara mikro maupun secara makro. Proses
kebudayaan yang dianalisis secara mikro (detail) dapat memberikan gambaran
mengenai berbagai proses yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat.
Proses evolusi sosial-budaya secara makro adalah proses yang terjadi dalam jangka
waktu yang panjang (Koentjaraningrat, 1996:142).
Di dalam Ilmu Sosiologi proses ini hanya memperhatikan perubahan-perubahan
besar yang terjadi. Ilmu Paleoantropologi dapat memperkirakan bahwa makhluk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
manusia yang pertama hidup di daerah Sabana beriklim tropis di Afrika Timur. Manusia
pada saat ini ternyata telah menduduki hampir seluruh muka bumi dengan berbagai
jenis lingkungan iklim yang berbeda-beda. Hal ini hanya dapat terjadi dengan proses
pengembang biakan, migrasi, serta adaptasi fisik dan sosial budaya, yang telah
berlangsung salam beratus-ratus tahun lamanya (Koentjaraningrat, 1996:150).
Selanjutnya di katakan oleh Koentjaraningrat bahwa migrasi dapat berlangsung
lamban dan otomatis maupun secara cepat dan mendadak. Migrasi yang lamban dan
otomatis berkembang sejajar dengan peningkatan jumlah umat manusia di dunia, yang
konsekuensinya membutuhkan daerah yang semakin lama semakin luas.
2.1.4 . Globalisasi Kebudayaan
Istilah “globalisasi“ dari kata global, yang maknanya universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition),
sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai
suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia semakin terikat satu sama lain, mewujudkan satu
tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis, ekonomi dan budaya masyarakat(Gultom, 2012: 3).
Menurut Gultom (2012: 9), faktor mempengaruhi timbulnya globalisasi adalah sebagai
berikut :
1. Mulai berkembangnya teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi di negara-
negara dunia.
2. Banyaknya negara-negara yang menyediakan diri sebagai pasar yang bebas.
3. Perkembangan tingkat perekonomian dunia semakin tinggi.
4. Banyaknya anggapan bangsa-bangsa di dunia bahwa kapitalisme adalah jalan
terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia.
5. Kondisi saling ketergantungan dan keterkaitan antar masyarakat negara-negara di
dunia.
6. Banyak ditemukan berbagai ragam teknologi dan menjadi dasar perkembangan
teknologi saat ini.
Sub-kebudayaan punk adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang
secara global. Globalisasi mempengaruhi budaya, seperti nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat, persepsi yang berkaitan dengan aspek-aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kejiwaan/psikologis, karena tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh apa yang ada
dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan
penemuan seseorang adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan
(Gultom, 2012: 12). Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan
budaya tertentu keseluruh dunia, sehingga menjadi budaya dunia (world culture).
Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan
para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini, (Lucian W. Pye, dalam
Gultom, 2012:12). Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi
pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antar-bangsa. Perubahan
tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini
menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan. Globalisasi
kebudayaan mencakup: budaya makan, budaya fashion, budaya kerja, budaya musik
dan hiburan, budaya bahasa, dan sebagainya (Gultom, 2012: 12-3).
2.2. Penelitian Terkait
Dari judul penelitian yang diangkat penulis, sudah banyak penelitian-penelitian
yang dilakukan oleh para peneliti sosial mengenai munculnya mall. Adapun hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh para peneliti sosial lainnya dapat kita temui
dalam berbagai bentuk, baik artikel, makalah dan lain-lain. Berikut beberapa penelitian
tentang dampak munculnya mall.
Pertama, riset yang dilakukan oleh M. Imam Zamroni mahasiswa Master UGM
(2011) dalam jurnalnya yang berjudul “Mall, Masyarakat Yogyakarta dan Budaya
Konsumsi” berisi tentang perubahan gaya hidup masyarakat Yogyakarta karena
maraknya pembangunan shopping mall sebagai representasi ekonomi kapitalis yang
mampu mendorong terciptanya perubahan sosial masyarakatnya. Menurutnya,
perubahan sosial yang terjadi bisa di lihat dari cara berpakaian dan gaya hidup mereka.
Dalam jurnalnya, Zamroni menyimpulkan bahwa modernitas mampu merubah segala
aspek sosial dan identitas masyarakat lokal mulai tergerus atau meluntur. sejak tahun
2000an, espektasi pemerintah Yogyakarta terhadap predikat Kota Pendidikan mulai
menurun. Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya pembangunan mall di Kota ini.
Sedangkan pusat-pusat studi seperti perpustakaan daerah, museum Affandi terlihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
kurang diperhatikan. Pemerintah lebih berkonsentrasi pada kapitalisasi aset-aset budaya
dan mengesampingkan situs-situs bersejarah.
Kedua, penelitian serupa yang juga dilakukan oleh Tuti Alawiyah, mahasiswa
jurusan sosiologi Agama di UIN Sunan Kalijaga (2009) dengan judul “mall dan
perilaku konsumtif masyarakat Muslim Ambarukmo”. Dia mengatakan dalam
Skripsinya bahwa Perubahan sosial dan ekonomi di Yogyakarta bisa dilihat setelah
pembangunan Plaza Ambarukmo. dari pembangunan mall tersebut, Dia menyimpulkan
bahwa perubahan sosial nampak perubahan hubungan yang bersifat emosi digantikan
dengan hubungan rasional akibat munculnya warung-warung makan kecil, toko-toko
dan kos-kosan di sekitar mall. Hubungan antara penduduk asli yang bersifat emosi
berubah karena mereka disibukkan dengan urusan pengelolaan sumber ekonomi yang
baru. Masyarakat sekitar mulai berpandangan bahwa mall menjadi salah satu penyebab
perubahan masyarakat dari masyarakat sosial menjadi masyarakat yang individualistik
yang corak hubungannya dibangun atas hubungan status. Dia juga menjelaskan
mengenai perilaku konsumtif yang terjadi pada masyarakat muslim Ambarukmo, sangat
kontras dengan ajaran agama, yang menganjurkan untuk hidup sederhana dan tidak
berlebih-lebihan. Menurutnya, masyarakat Ambarukmo menganggap agama hanya
sekedar ritual. karena mereka tidak lagi hanya menjalankan perintah agama akan tetapi
juga berperilaku konsumtif sehingga dia menyimpulkan bahwa agama tidak
berpengaruh pada ekonomi.
Munculnya budaya mall di India dalam naskah aslinya yang ditulis dalam
bahasa inggris “emergence of mall culture in India” yang ditulis oleh Ahmed abad dan
diterbitkan oleh shodhganga. Didalam artikelnya, dia mengatakan secara jelas bahwa
fenomena munculnya mall telah mengubah gaya hidup dari kegiatan belanja yang
awalnya didorong oleh kebutuhan kemudian dijadikan sebagai alat hiburan di waktu
senggang. Pernyataan ini dikutip dari jurnalnya yang mengatakan “In India, malls have
transformed shopping from a need driven activity to a leisure time entertainment”. Dia
juga mengatakan bahwa mall di sini bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada
pembeli dan menggaris bawahi tentang suksesnya mall dapat dilihat dari bagaimana
mall mampu menyesuaikan budaya mall dengan kepekaan konsumen dan preferensi.
Artikel lainnya yang memiliki kesinambungan tema, diambil dari penelitian
yang berjudul “Changing lifestyles and consumption patterns in developing countries:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
A scenario analysis for China and India”, Mengubah gaya hidup dan pola konsumsi di
negara berkembang:Sebuah analisis skenario China dan India yang dilakukan oleh
Klaus Hubaceka, Dabo Guana dan Anamika Baruaa dari Universitas Leeds di Inggris.
Mereka menyimpulkan penelitiannya dengan latar belakang reformasi ekonomi China
dan India yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan disertai dengan
pencemaran lingkungan yang sangat besar dan meningkatkan kesenjangan pendapatan.
Sehubungan dengan sisi konsumsi, mereka juga mengkaitkannya dengan gaya hidup
barat yang di idap oleh masyarakat China dan India yang dirasa jauh lebih sulit dalam
mengembangkan negaranya sendiri.
Kanabar dalam jurnal internasionalnya yang berjudul Perubahan Perilaku
Konsumen Dalam Surat Dengan Pendahuluan Dari mall “Change In Consumer
Behavior In Surat With Introduction Of Mall”. Mengatakan bahwa seperti yang jelas
terlihat di supermarket dan mall bertingkat yang menawarkan belanja, hiburan dan
ketentuan untuk makan di bawah satu atap. Pengecer dan manajer mall harus menyadari
manfaat yang dirasakan oleh konsumen di mall-mall, apakah konsumen mengalihkan
preferensi mereka dari membeli yang berbasis zona-tradisional untuk berbelanja di mall
dan faktor-faktor yang bertanggung jawab atas perubahan tersebut, dalam rangka
mengoptimalkan memposisikan diri. Budaya mall telah memperoleh penerimaan dan
konsumen mengulangi kunjungan mereka untuk pembelian berturut-turut ditandai
dengan peningkatan pengguna biasa di mall. Faktor gaya hidup dengan simbol status
lebih tinggi saat mereka berada di mall, ditambah dengan pendapatan yang lebih besar
adalah alasan utama yang mendorong mereka ke mall.
Taneja, dari Universitas Nottingham dalam jurnal internasionalnya yang
berjudul “Mall Mania in India –Changing Consumer Shopping”, dia berargumen sesuai
dengan penelitiannya bahwa makna belanja telah berubah. Hal ini tidak hanya didorong
oleh faktor kebutuhan belaka, seperti yang sebelumnya, tapi lebih dari itu. faktor yang
mempengaruhinya salah satunya adalah toko yang menarik pelanggan yang
menyediakan ruang, suasana, dan kenyamanan. Dia juga mempelajari tren belanja
perubahan konsumen di perekonomian India secara gamblang.
Kemudian, ada pergeseran juga yang ditimbulkan oleh Mall yang dikutip dari
Zimmer dalam artikelnya yang berjudul “SHIFTING SHOPPING - Market Competition
Mall vs. lifestyle centers”. Dia mengatakan bahwa mall menghadapi tekanan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kompetitif baru. Dari munculnya Spring Hill yang menampilkan puluhan toko ternama
dunia,termasuk Borders, Talbots, Old Navy, Abercrombie & Fitch dan Victoria Secret.
yang dia katakan pula sebagai "pusat gaya hidup”. Istilah ini mengacu ke mall yang
biasanya ditunjukkan kepada kaum kelas atas. Ini berbeda dengan pasar lokal termasuk
Deer Park Town Center dan The Glen Town Center yang perkembangannya tidak se-
pesat mall.
2.3. Kerangka Berfikir
2.3.1. Pasar
Pasar adalah pusat tukar-menukar, perdagangan sebagai kegiatan tukar-menukar
yang sebenarnya, dan uang sebagai alat penukar. Pasar adalah pranata pembangkit
sedangkan perdagangan dan uang adalah fungsi-fungsinya. Tukar-menukar,
perdagangan, uang dan pasar sebagai suatu sistem yang membentuk suatu keseluruhan
yang tidak terpisahkan. Kerangka konsepnya adalah pasar (Mahendra Wijaya, dalam
Hasto, 2007:83).
Pasar dibedakan menjadi dua yaitu pasar modern dan pasar tradisional. Menurut
Deni Mukbar (2007:44) karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau
dari beberapa aspek. Berdasarkan aspek kondisi fisik tempat usaha, pasar tradisional
memiliki bangunan temporer, semi permanen, atau permanen. Kondisi fisik pasar
modern yaitu memiliki bangunan permanen, fasilitas memadai, dan mewah.
Berdasarkan aspek metode pelayanan, di pasar tradisional pedagang melayani pembeli
dan terjadi tawar-menawar. Metode pelayanan di pasar modern yaitu sistem swalayan di
mana pembeli melayani dirinya sendiri dan harga sudah pasti sehingga tidak ada tawar-
menawar. Ancaman yang muncul dari keberadaan pasar modern.
2.3.2. Mall
Mall adalah sebuah tempat dimana di dalamnya terdapat toko-toko yang
berhubungan sehingga pengunjung dapat dengan mudah berpindah dari satu toko ke
toko yang lain. Mall atau pusat perbelanjaan adalah suatu tempat berkumpulnya para
peritel yang mampu menjual aneka barang dan jasa yang dibutuhkan pribadi dan rumah
tangga (Ma‟ruf, 2005:79).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Shopping mall merupakan suatu arena yang memiliki arti tempat yang luas
dalam suatu bangunan yang terdiri dari berbagai macam toko, baik super-market, game
online/timezone, toko buku, toko kaset, toko pakaian, kantin/cafe untuk nong-krong,
toko ATK (alat tulis kantor), dan konter-konter elektronik (HP, tape, dll.). Biasanya
didukung pula oleh satu atau lebih departement store yang dikelilingi oleh tempat parkir
yang luas. Sebuah shopping mall harus memiliki tem-pat terbuka (walaupun tetap
beratap) yang biasanya disebut atrium. Pengunjung yang ma-suk ke shopping mall
secara langsung bertemu dengan ruang luas (atrium). Jika melongok ke atas terlihat arus
massa yang sangat padat dan berlalu lalang pada lantai atas sesuai dengan kebutuhannya.
(Al-Hambi, dalam Tungga, 2010:26).
Menurut Beddington(dalam Dewi, 2010:15-16), tipe mall dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. The Open Mall Centre
Karakter dasar dari open mall atau mall terbuka ini adalah pedestriannisasi
pada area perbelanjaan, serta pandangan yang luas tanpa terhalang apapun.
Pedestrian pada mall terbuka ini dinaungi oleh sebagian atap kanopi dari
pertokoan di dalam area perbelanjaan.
2. The Close Mall Center
Tipe mall ini lebih banyak digunakan karena pada tipe mall ini sistem one-
stop shopping dapat terpenuhi. Tipe ini merupakan konsep bangunan yang
lengkap karena pedagang dan pembeli terlindungi dengan adanya penutup
dan dapat mengkontrol temperatur udara di dalam ruangan.
3. The composite Mall Center
Composite mall adalah gabungan dari mall terbuka dan tertutup. Bentuk ini
mulai muncul pada tahun 1970an disebabkan untuk mengatasi masalah
krisis energi dan mahalnya biaya pembangunan serta perawatan pada mall
tertutup.
2.3.3. Konsumen (Pengunjung)
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dapat dikelompokkan
yakni konsumen antara dan konsumen akhir. Konsumen antara adalah distributor, agen
dan pengecer. Mereka membeli barang bukan untuk dipakai, melainkan untuk
diperdagangkan. Sedangkan pengguna barang adalah konsumen akhir. Yang dimaksud
konsumen akhir adalah konsumen akhir memperoleh barang atau jasa bukan untuk
dijual kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri,
keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain (Suryani, 2003:12).
Seiring dengan perkembangan jaman, konsumen indonesia terus tumbuh
karena dampak dari globalisasi ekonomi dan transformasi kapitalisme konsumsi yang
ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan semacam mall, industri hiburan,
industri mode atau fashion, industri kecantikan, industri kuliner, munculnya gaya hidup
modern, dan lain-lain (Chaney, dalam Ibrahim. 1996:8). Banyak konsumen Indonesia
sekarang ini sangat mempedulikan tren berbagai industri, karena mereka ingin
menggunakan produk atau jasa yang terbaru dengan alasan gengsi. Mereka cenderung
memilih berbelanja di tempat dengan lokasi yang strategis, bersih, nyaman, lengkap,
berkualitas dengan berbagai fasilitas dan layanan yang menarik seperti mall, plaza,
ataupun hyper market.
2.3.4. Gaya Hidup
Engel, Blackwel, dan Miniard (dalam Nindyastari: 2) mengartikan gaya hidup
sebagai pola dimana manusia hidup dan menghabiskan waktu dan uang. Gaya hidup
merefleksikan aktivitas, minat, dan pendapat seseorang. Selanjutnya, Chaney (dalam
Nindyastari: 2) mengemukakan gaya hidup sebagai pola-pola tindakan yang
membedakan antara satu orang dengan orang lain. Gaya hidup membantu memahami
apa yang orang lakukan, mengapa mereka melakukannya, dan apakah yang mereka
lakukan bermakna bagi dirinya maupun orang lain. Gaya hidup merupakan bagian dari
kehidupan sosial sehari-hari dunia modern.
Menurut Adler (dalam Nindyastari: 2) faktor yang menentukan gaya hidup
seseorang sebagian besar ditentukan oleh inferioritas-inferioritas khusus, entah khayalan
atau nyata yang dimiliki orang. Gaya hidup merupakan kompensasi dari suatu
inferioritas khusus. Apabila anak memiliki kelemahan fisik, maka gaya hidupnya akan
berwujud melakukan hal-hal yang akan menghasilkan fisik yang kuat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sementara itu, faktor pembentuk gaya hidup menurut teori Bordieu (dalam
Nindyastari: 2-3) dicerminkan dalam sebuah 3 rangkaian atau lingkup proses sosial
yang lebih panjang atau luas, yang melibatkan modal, kondisi objektif, habitus,
disposisi, praktik gaya hidup, sistem tanda, dan selera.
David Chaney (dalam Ibrahim. 1996:40) mengatakan bahwa gaya hidup
merupakan ciri dari dunia modern atau yang biasa juga disebut modernitas. Maksudnya
adalah masyarakat modern akan menggunakan gagasan atau ide tentang gaya hidup
untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-
pola aksi yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi
sehari-hari kita dapat menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa
menjelaskan apa yang dimaksud, akan tetapi sebenarnya sulit menemukan deskripsi
umum mengenai hal-hal yang merujuk pada gaya hidup, maka jika kita bisa
menemukannya, gaya hidup membantu memahami apa yang orang lakukan, mengapa
mereka melakukannya, dan apakah yang mereka lakukan bermakna bagi dirinya
maupun orang lain.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, tinjauan pustaka dan kerangka berfikir yang diajukan dalam
penelitian ini yang akan diuji adalah sebagai berikut:
1. Terdapat dugaan mengenai perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya anak
muda di Surakarta akibat berkembangnya mall.
2. Terdapat dugaan mengenai eksistensi pasar tradisional yang kian meredup akibat
berkembangnya mall di Surakarta.
3. Terdapat dugaan mengenai faktor perubahan gaya hidup masyarakat Surakarta,
ditinjau dari intensitas anak muda Surakarta dalam mengunjungi pasar modern,
mall.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam lingkup bidang ilmu kajian budaya dan dilakukan
dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik analisis data secara deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang akan dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan dll., secara holistic, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong,2007:6).
Menurut Moleong (2007:168) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif
adalah ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis,
penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Ciri-ciri umum
manusia sebagai instrumen mencakup sebagai berikut:
a. Responsif, manusia responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-
pribadi yang menciptakan lingkungan.
b. Dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada
keadaan dan situasi pengumpulan data.
c. Menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan
kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi
sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka memandang
dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang real, benar, dan
mempunyai arti.
d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah
mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam mengadakan
penelitian dan memperluas kembali berdasarkan pengalaman praktisnya.
e. Memproses data secepatnya, manusia dapat memproses data secepatnya
setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dasar penemuannya, merumuskan hipotesis kerja ketika di lapangan, dan
mengetes hipotesis kerja itu pada respondennya.
f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengikhtisarkan, manusia memiliki kemampuan untuk menjelaskan
sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden.
g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan
disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk menggali informasi
yang lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak
diduga sebelumnya, atau yang tidak lazim terjadi.
Metode deskriptif analisis adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa
data dengan cara mendeskripsika atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2007: 14).
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di tiga mall wilayah administrasi pemerintah Kota
Surakarta yaitu Solo Grand Mall (SGM), Solo Square (SS), dan Solo Paragon Mall.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian adalah data kualitatif atau data non angka. Sumber
data yang terkait adalah wawancara pengunjung SGM, SS dan Solo Paragon Mall. Di
samping itu, berdasarkan cara memperolehnya, penelitian ini menggunakan data primer,
yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti secara langsung dari
objeknya. sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.3. 1 Data primer
Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab
masalah risetnya secara khusus (Istijanto : 2005). Data primer penelitian ini berupa tabel
hasil wawancara dengan objek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3.3. 2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain bukan periset
sendiri untuk tujuan yang lain (Istijanto : 2005). Data sekunder ini berasal dari situs
website terkait dengan 3 mall besar di Surakarta; Solo Grand Mall, Solo Square dan
Solo Paragon Mall. Data ini berupa gambaran umum tentang perusahaan, sejarah
berdirinya dan mengenai bagian sumber daya manusia.
3.4. Teknik Penelitian Informan
Informan-informan yang wawancarai dalam penelitian ini adalah pengunjung
mall. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang perubahan gaya hidup
pengunjung mall tersebut.
3.5. Instrumen Penelitian
Dalam mengumpulkan data penelitian ini, peneliti menggunakan alat-alat berikut ;
1. Pedoman wawancara.
2. Alat perekam gambar (kamera) dan alat perekam suara.
3. Alat tulis.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini diperlukan adanya studi dokumen dan studi kepustakaan.
Selain itu, Untuk memahami secara mendalam tentang perubahan sosial pada mall
diperlukan adanya teknik observasi dan wawancara secara langsung terhadap responden.
Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2007: 186). Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dengan
memberikan pertanyaan secara langsung kepada para responden dan pihak yang
berkompeten dalam penelitian. Untuk mengumpulkan data ini menggunakan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada responden untuk
di jawab.
b. Observasi
Pengumpulan data melalui observasi dijalankan dengan mengamati dan
mencatat pola perilaku orang, objek, atau kejadian-kejadian melalui cara yang
terstruktur.
c. Studi pustaka
Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data melalui bukubuku panduan, atau
artikel-artikel yang diambil melalui internet.
3.7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan analisis
kualitatif yang berbentuk deskriptif, yaitu berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang
tingkah laku manusia yang dapat diamati (Taylor dan Bogdan, dalam Moleong, 2007: 4).
Terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan (Miles dan Huberman, 1992:16). Reduksi data adalah proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi
data kasar yang muncul dari cattatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung
terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka konseptual penelitian, permasalahan studi,
dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Penyajian data adalah kegiatan
ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga member kemungkinan akan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus-menerus selama
berada di lanpangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori),
penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan
proposisi. Kesimpulan-kesimpulan ini ditangani secara longgar, tetap terbuka dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
sketptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan. Mula-mula belum jelas, namun kemudian
meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh.
3.8. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Berupa narasi hasil analisis data dengan didukung oleh teori-teori dan konsep
yang sesuai penelitian ini. Pemberian gambar, bagan, dan foto-foto untuk mendukung
dan menguatkan hasil analisi data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Kota Surakarta
Surakarta merupakan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah. Kota ini
memiliki slogan “The Spirit of Java” yang berarti jiwa jawa.
Gambar IV.1 Logo kota Surakarta
Sumber : bimarioeza.blogspot.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/16:14 WIB)
Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran
(sejak 1745) menjadikan Solo sebagai poros, sejarah, seni dan budaya yang
memiliki nilai jual. Nilai jual ini termanifestasi melalui bangunan-bangunan
kuno, tradisi yang terpelihara, dan karya seni yang menakjubkan.
Gambar IV.2 Keraton Surakarta
Sumber : dokumentasi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar IV.3 Pura Mangkunegaran
sumber : dokumentasi pribadi
Tatanan sosial penduduk setempat yang tak lepas dari sentuhan-sentuhan
kultural dan spasial keraton semakin menambah daya tarik wisatawan domestik
maupun mancanegara untuk berkunjung.
Surakarta merupakan salah satu kota berkembang dan modernis di
Indonesia. Kota ini banyak menyerap budaya baru yang datang tanpa melupakan
kearifan lokalnya sebagai kota budaya. Secara geografis wilayah Kota Surakarta
berada antara 110º45‟15”- 110º45‟35” BT dan 7º36‟00”- 7º56‟00”LS dengan luas
wilayah 44,04 Km² dengan batas-batas sebagai berikut:
Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Batas Timur : Kabupaten Sukoharjo
Batas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan seluas 44,04 km2 dengan jumlah
penduduk sesuai sensus penduduk pada tahun 2000 sejumlah 490.214 jiwa. Kecamatan
yang mempunyai luas wilayah paling besar yaitu Kecamatan Banjarsari (14,81 km2)
sedangkan kecamatan yang mempunyai luas paling kecil yaitu Kecamatan Serengan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Pasar Kliwon (915.418 jiwa/km2) dan terendah terdapat pada Kecamatan
Laweyan (10.127 jiwa/km2). Berikut rincian jumlah penduduk beserta kepadatannya
disetiap kecamatan :
Secara umum kota Surakarta merupakan dataran rendah dan berada antara
pertemuan sungai-sungai dengan Bengawan Solo. Berikut peta kota Surakarta beserta
pebagian wilayah per kecamatan dan gais batas disetiap kecamatan di kota Surakarta.
(www.sukarakarta.co.id).
Gambar IV.4 Peta Kota Surakarta
Sumber : fourforstudio.wordpress.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/16:15 WIB)
Tabel IV.1 JUMLAH PENDUDUK KOTA SURAKARTA TAHUN 2002
NO
KECAMATAN LUAS (Km²) PENDUDUK
JUMLAH KEPADATAN
1 Laweyan 8,64 107.622 12.459
2 Serengan 3,19 61.945 19.394
3 Pasar Kliwon 4,82 85.593 17.776
4 Jebres 12,58 136.762 10.870
5 Banjarsari 14,81 162.708 10.986
TOTAL 44,04 554.630 12.594
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pariwisata dan perdagangan merupakan dua sektor yang berpengaruh besar pada
pertumbuhan perekonomian di Kota Surakarta. Sektor pariwisata tidak akan ada artinya
jika tidak didukung oleh sektor perdagangan. Keberadaan Pasar tradisional dan pasar
modern selalu memberikan konstribusi retribusi kedua terbesar setelah pajak
penerangan jalan.
Kota ini lebih dikenal dengan sebutan kota Solo. Sebagai kota
berkembang, Solo memiliki tiga mall besar yang juga mejadi salah satu alasan
dan tempat pariwisata bagi para turis domestik maupun mancanegara yaitu Solo
Grand Mall (SGM), Solo Square (SS), Solo Paragon Mall, dan beberapa pusat
perbelanja serupa lainnya atau yang lebih dikenal dengan sebutan shopping mall.
Hampir setiap hari, SGM, SS dan Paragon Mall dijadikan sebagai tempat
“nongkrong” atau hang out anak-anak muda, menyantap makanan, berbelanja
hingga dijadikan tempat pameran, festival dan event-event lainnya. Jadi dapat
dikatakan mall tersebut bukan hanya menjadi pusat perbelanjaan dan pusat
aktivitas bagi masyarakat, khususnya anak muda di Surakarta dan sekitarnya,
tetapi juga menjadi cerminan perubahan sosial mereka dimasyarakatnya.
Gambar IV.5 event Musik di mall
Sumber : www. www.solopos.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/16:17 WIB)
4.2 Mall-Mall di Kota Surakarta
Surakarta memiliki tiga mall besar yang berada di jantung kota surakarta.
berikut deskripsi mall-mall besar yang ada di kota Surakarta:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4.2.1 Solo Grand Mall
Solo Grand Mall (SGM) adalah sebuah mall yang terletak di pusat
kota Surakarta. Mall ini dibangun di atas lahan seluas 12.080 m² yang
terdiri atas 7 lantai dengan total luasannya 63.000 m². SGM saat ini
merupakan mall terbesar dan terlengkap bagi kota Solo dan sekitarnya.
Gambar IV.6 SGM Tampak Samping
(Sumber : www.lintassolo.wordpress.com)
(Tanggal Akses 11 juni 2014/11:00 WIB)
Gambar IV.7 SGM Tampak Depan
Sumber : www.flickr.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/09:04 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Mall ini mulai dibuka secara resmi sejak 4 Desember 2004.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Solo_Grand_Mall) .
Gambar IV.8 dan IV.9 di dalam SGM
Sumber : www.catatanpunyarose.blogspot.com (Tanggal Akses 11 juni 2014/11:00 WIB)
Dari 529 total unit ruang usaha, telah terjual sebanyak 96% ruang usaha
dari total unit yang tersedia, dan tenant yang telah bergabung diantaranya
sebagai berikut :
a. Lantai Basement:
Dilantai basement Solo Grand Mall, terdapat pusat perbelanjaan
bernama Hypermart yang menyediakan kebutuhan rumah tangga seperti:
Bahan-bahan pokok, pakaian, barang elektronik, alat tulis sekolah,
sayuran, buah-buahan, alat-alat listrik dan masih banyak lagi.
Gambar IV.10 dan IV.11 Pusat Perbelanjaan, Hypermart
Sumber : dokumentasi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Lantai Dasar :
Dilantai dasar ini, Solo Grand Mall menyediakan restoran-
restoran cepat saji bernama; KFC (Kentucky Fried Chicken), Texas Fried
Chicken, Es Tentrem. Terdapat pula toko roti seperti; BreadTalk, Roti
Dika, Asia Bakery. Bahkan, ada pula apotik plus, DRTV (Innovation
Store), Indomusic, Matahari Department Store, Sport
Station, Kassaya Parfum, Iwan Fashion,Salon Christoper, Julia Jewelery,
Love Jewelery, Indomusic, Nakamura The Healing Touch.
Gambar IV. 12 KFC
Sumber : www.solopos.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/01:09 WIB)
Gambar IV.13 Toko Roti, Breadtalk
Sumber : www.id.openrice.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/08:11 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
c. ATM Center :
Tidak ingin dikatakan sebagai mall yang kurang akan fasilitas
perbankan berskala nasional maupun internasional, Solo Grand Mall juga
menghadirkan Pusat Mesin ATM. Mesin ATM-ATM yang berada di mall
ini diantaranya adalah: ATM Bank Bukopin, ATM Bank Mandiri, ATM
BNI, ATM NISP, ATM Lippo Bank, ATM Bank Permata dan ATM Bank
Niaga.
Gambar IV.14 ATM Center
Sumber : Dokumentasi pribadi
d. Lantai 1:
Dilantai 1 Solo Grand Mall, terdapat pusat perbelanjaan seperti:
Matahari Dept. Store, Metta Fashion, Danzer, Mode Collection, Celcius,
Famous Shoes, FILA, Adidas. Terdapat pula salon kecantikan pria dan
wanita: My Salon, Johnny Andrean Salon, restoran cepat saji: Pizza Hut,
Toko Mas Semar, ATM BCA, Beauty Shop, Naughty Accessories, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Gambar IV. 15 Pusat Perbelanjaan, Matahari Department Store
Sumber :dokumentasi pribadi
e. Lantai 2 :
Solo Grand Mall juga menghadirkan toko-toko dari Brand-brand
ternama di dunia seperti: Kappa, Hush Puppies, Green Light, 3 Second,
Country Fiesta, Ocean Pacific, Lea Jeans, Basic Elemen, ounter Culture,
Benhill, Maugust, Tumble Tots School, Number 61, Ferry Internasional,
dll.
Dan untuk melengkapi fasilitas arena berbelanja, Mall ini juga
menghadirkan arena bermain anak yang aman bernama: AMAZONE.
Sisanya ada toko roti bernama Roti Boy, pusat perbelanjaan alat-alat
musik; Kurnia Music, pusat aksesoris; Stroberi, Toko Buku Karisma, dan
jajanan modern bernama Ichiban Crepes.
f. Lantai 3 :
Lantai 3 ini lebih dominan dengan pusat makanan atau sering
disebut food court. Restoran-restoran yang terdapat di sini diantaranya:
Mie Menteng, Hayam Muruk Resto, California Fried Chicken, Es Teller
77, Bakso Lapangan TembakArea Foodcourt: Baskin & Robbin Kedai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Cobek, Mister Baso, Buffet Ice,Oriental, FB Resto, Kedai Enak, Moen-
Moen, Xiang wei, Kedai BIO, Red Bean, Café Pesona, Oshin Tepanyaki,
Bakso Gres, Warung Bu Lin, Mie Hantaro, Sea Food Nelayan, Oishii
Bento, Sapo-Sapo, Pempek Anugerah, Klenting Kuning, Valentine, Mie
Horizon, Iki Wae, Holland Steak, Nasi Kabuli. Dan dilengkapi juga
dengan arena bermain anak, Timezone & Fantasy Kingdom, sekolah
kecantikan; Beauty School: Rudi Hadisuwarno School, pusat CDs &
Cassettes: Indo Music dan pusat handphone, elektronik dan komputer.
Gambar IV.16 Arena Bermain anak, timezone
Sumber : dokumentasi pribadi
Gambar IV. 17 Arena Foodcourt
Sumber : www.travel.kapanlagi.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/07:14 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
g. Lantai Mezzanine :
Terdapat pula lantai tambahan yang digunakan anak-anak muda
maupun pembisnis yang sedang menginginkan nuasa santai tapi tetap
bisa beraktivitas olahraga seperti bilyard, Solo Grand Mall menyediakan
tempat bilyard di lantai ini.
h. Lantai 4 :
Dilantai 4 ini, Solo Grand Mall menghadirkan juga bioskop film
bernama Grand Cinema 21, dan pusat cuci kendaraan bermotor benama
MC Autocare.
Gambar IV.18 Bioskop film di Solo Grand Mall
Sumber : www.drwox.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/17:10 WIB)
4.2.2 Solo Square
Solo Square adalah sebuah mall besar yang terletak di Kota
Surakarta. Mall ini terletak di Jl. Brigjend Slamet Riyadi 451 – 455 Solo.
Solo Square merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang cukup besar dan
lengkap di kota Solo dan sekitarnya. Mall ini terdiri atas 5 lantai dengan
penyewa-penyewa yang sudah terkenal sebagai perusahaan besar baik skala
nasional maupun internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar IV. 19 Solo Square Mall
Sumber : www.skyscrapercity.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/07:24 WIB)
Beberapa anchor tenantnya adalah Hypermart, Matahari Department Store,
dan Cinema XXI. Hadir pula ratusan tenant lainnya mulai dari Fashion,
Apparels, Acessories, Game, Tenants F&B, Resto, Bakery dan masih
banyak yang lainnya. Diantaranya KFC, J.CO Donuts &
Coffee, BreadTalk, A&W Restaurants, Pizza Hut, Mie Horizon, D'
Cost Seafood, Hoka Hoka Bento, Solaria, Bengawan Solo Restaurant,
Niagara Sushi, Mie Pasar Baru, Toko Buku Gramedia, Ace Hardware,
Electronic Solution, Home Solution, Planet Surf, Inul Vizta, Fun
World, Optik Melawai, Vinolia, Excelso, Polo, Buccheri, Giordano,
Banana Fashion, Margo Murah Baru, Bunga Aksesoris dan ratusan tenant
lainnya (http://entertainment.kompas.com/Pengunjung.Solo.Square).
Jika dibandingkan dengan Solo Grand Mall, Solo Square memiliki
daya tarik tersendiri, karena mall ini menyediakan arena-arena yang
tersedia selama 24 jam non-stop. Arena-arena yang menyediakan pelayanan
ini diantaranya adalah: Inul Vista dan restoran cepat saji, Kentucky Fried
chicken atau lebih dikenal dengan singkatan KFC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4.2.3 Solo Paragon
Solo Paragon merupakan sebuah kompleks permukiman dan
perbelanjaan di Kota Solo. Kompleks untuk mendirikan apartemen dan
mall ini memiliki luas 4,1 Hektar. Solo Paragon terdiri dari 25 lantai Hotel
and Residence, Luxury Apartment, Condotel dan Exclusive Floordan
ditambah fasilitas megah berupa mall yang bernama Solo Paragon Lifestyle
Mall. Mall ini terdiri dari 5 lantai dan Citywalk yang berdiri di dalam
kompleks terpadu Solo Paragon. Solo Paragon Hotel and Residence ini
merupakan bangunan tertinggi di kota Solo dengan ketinggian mencapai
109 meter.
Konsep yang di usung Solo Paragon mengaplikasikan mix-used
development yang menggabungkan konsep luxury apartment, citywalk, dan
lifestyle mall. Superblok ini dibangun oleh Bandung Inti Graha (BIG) yang
bekerja sama dengan Grup Sun Motor yakni Sunindo Primaland. Proyek ini
dikerjakan sejak bulan Juni tahun 2008. Sedangkan Solo Paragon Hotel and
Residences sudah mulai dioperasikan sejak Agustus 2010 dan diresmikan
pada pertengahan Januari 2011.
Gambar IV. 20 Apartement Solo Paragon
Sumber : www.btravindonesia.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/07:21 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Solo Paragon Hotel and Residences merupakan hotel berbintang
empat yang dikelola oleh Tauzia Hotel Management. Solo Paragon
memiliki 253 kamar hotel, termasuk di dalamnya suite room, lounge
dengan live music, international restaurant dan bar. Untuk kepentingan
meeting, terdapat empat ruang meeting room, dan ballroom utama yang
berkapasitas 1500 orang.
Kelengkapan lainnya adalah The CORAL Restaurant, pelayanan
SPA, pusat kebugaran, lapangan basket, Nemo Kid's Club untuk anak-anak,
dan kolam renang bergaya resort. Para tamu yang akan menginap di Solo
Paragon Hotel juga dimanjakan fasilitas dengan LCD TV, AC, Mini Bar,
fasilitas kopi dan teh, safe deposit, dan free internet akses. Fasilitas hot spot
juga disediakan di lobi hotel selama 24 jam, di The Coral Restaurant, serta
semua ruang meeting dan semua kamar.
Sedangkan Solo Paragon Lifestyle Mall berdiri diatas 5 lantai
termasuk lantai parkir dengan luas mall 60.000 m2 dan area parkir yang
memiliki daya tampung setidaknya 1.000 mobil dan 700 motor.
Gerai Carrefour dibuka pada tanggal 19 Januari 2012.
Gambar IV.21 Solo Paragon Mall
Sumber : www.catatantjahangon.blogspot.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/07:23 WIB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Sedangkan Centro Departement Store pada 1 November 2012.
Centro Departement Store tersebut merupakan store ke-8 di Indonesia. Dan
jaringan Cineplex, Bioskop 21 yaitu Cinema XXI dan The Premiere
XXI juga buka di Solo Paragon Lifestyle Mall di akhir tahun 2013.
(http://properti.kompas.com/read/2011/01/28/1128052/Solo.Paragon.Hotel
.and.Residence.Superblok.Pertama.di.Solo).
4.3 Profil Informan
a. Dini (20 Tahun)
Dini adalah seorang mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Dini
asli dari Surakarta dan menetap tinggal di Kelurahan Banjarsari
Surakarta. Dia biasanya pergi ke pusat-pusat perbelanjaan atau mall yang
juga ramai dikunjungi oleh para pengunjung minimal satu minggu sekali.
Mall yang biasanya dia kunjungi adalah Solo Grand Mall dan Solo
Square. Menurutnya, Solo Grand Mall memiliki lebih banyak tempat
untuk dikunjungi dan harga yang ditawarkan dari kios satu dengan kios
yang lain cukup variatif dan terjangkau. Biasanya dia menghabiskan
sekitar Rp. 100.000,- untuk aktivitas berbelanja atau sekedar makan di
Pusat makanan/ Food Court di mall yang dia datangi.
“GM tuh lebih asik buat tempat nongkrong, soalnya makanannya lebih
murah daripada di Paragon”Ungkapnya.
Dia juga memaparkan jika fungsi mall untuk dirinya adalah
sebagai tempat untuk refreshing dan tempat nongkrong atau berkumpul
bersama teman-temannya. Dia juga mengaku, meskipun dia sudah
mengikuti gaya hidup modern, dia juga masih melakukan aktivitas
belanjanya di Pasar Tradisional untuk mendapatkan harga yang lebih
terjangkau dan sayuran yang lebih segar dengan kualitas yang tidak jauh
berbeda dengan mall.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b. Afifah (20 Tahun)
Afifah adalah seorang mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Dia
tinggal menetap di Kelurahan Nusukan, Surakarta. Dia biasanya pergi ke
mall minimal seminggu sekali, mall yang biasanya dia kunjungi adalah 3
mall besar di Surakarta; Solo Grand Mall Solo Square dan Paragon.
Menurutnya, Setiap mall menyuguhkan ha-hal yang berbeda-beda dan
sebagia tempat untuk refreshing dan penyemangat aktivitas yang akan
dijalankan esok harinya. Dia mengaku biasanya pergi ke mall setiap Hari
Minggu. Dia juga biasanya melakukan transaksi jual beli dengan
membeli barang-barang kebutuhan sekunder amupun tersiernya, seperti;
Sepatu dan baju. Dia bisa menghabiskan Rp. 100.000,- hingga Rp.
200.000,- untuk kegiatannya hiburannya di mall.
“Fungsi mall itu buat aku, moodbooster sih. Buat nyemangatin besok
hari senin kuliah. Pokonya buat refreshing deh” jawabnya, saat ditanya
seputar fungsi mall untuk diri pribadi.
Dia juga masih ke pasar tradisional meskipun hanya sekedar menemani
ibunya membeli kebutuhan pokok rumah tangga, seperti; sayuran dan
beras.
c. Petra (23 Tahun)
Petra merupakan mahasiswa Universitas Sebelas Maret. Dia
tinggal menetap di Surakarta. Dia biasanya pergi ke Mall minimal
seminggu sekali, mall yang biasanya dia kunjungi adalah Solo Square
dan Paragon. Menurutnya, Paragon memiliki fasilitas yang lebih lengkap
dari ketiga mall besar yang ada di Surakarta. Dia mengaku bisa
menghabiskan sekitar 1 juta rupiah guna kebutuhannya untuk berbelanja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dan melakukan aktivitas di mall lainnya seperti; Makan, Karaoke dan
Nonton.
“ya aku bisa ngabisin satu juta buat beli baju, sepatu sama tas. Aku jadi
lebih konsumtif karena perubahan gaya hidup dan kudu beli baju apa
yang lagi nge-trend biar gak ketinggalan mode” Ungkapnya.
Dia juga mengatakan bahwa sejak keberadaan mall di Surakarta,
dia menjadi lebih konsumtif dan boros karena dia dituntut oleh
lingkungannya dan kebutuhannya untuk mengikuti gaya hidup yang
sedang Tren. Dia juga masih memiliki waktu untuk pergi berbelanja
kepasar untuk membeli kebutuhan pokok seperti sayuran karena akses
pasar tradisional lebih dekat daripada pasar Modern atau mall.
d. Rita (20 Tahun)
Rita seorang Mahasiswa Swasta di Surakarta. Dia tinggal di Jl.
Sutan Syarir, Surakarta. Dia biasanya pergi ke SGM (Solo Grand Mall)
dan Solo Square di sela-sela aktivitas kuliahnya. Dia biasanya hanya
sekedar jalan-jalan atau juga menonton film di bioskop dan berbelanja
kebutuhan pribadinya seperti membeli baju dan sepatu. Dia mengaku
bahwa sejak dia mengenal mall, dia lebih konsumtif dan terkesan boros
karena dia dituntut untuk terus berbelanja di mall karena Brand atau
barang-barang yang dia beli biasanya melihat dari Merek barangnya. Dia
biasanya menghabiskan rata-rata Rp. 100.000,- hingga Rp. 500.000,-
untuk transaksi berbelanjanya. Dia juga mengatakan bahwa,
“Ketimbang diluar, aku mending nongkrong di mall-lah. Soalnya, mall
itu kan tempatnya lebih bersih dan bikin nyaman deh lama-lama disini”.
Jawabannya ketika ditanya seputar mall.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dia juga mengaku masih berbelanja di Pasar tradisional karena harga
yang ditawarkan di pasar tradisional lebih murah dari pada d i
supermarket yang ada di dalam mall.
e. Handayani (21 Tahun)
Handayani adalah seorang mahasiswa UNS yang tinggal menetap
di Sekar Pace, Surakarta. Dia biasanya pergi ke pusat perbelanjaan 2
sampai 3 kali dalam satu minggu. Mall yang biasanya dia kunjungi
adalah Solo Paragon Mall. Ia mengatakan:
“Mall itu buat tempat sosialisasi sama temen-temen kuliah dan lebih ke
entertain sih”
Fungsi mall menurutnya adalah tempat untuk bersosialisi dengan
teman kampusnya dan salah satu tempat untuk hiburan/entertain. Dia
biasanya menghabiskan sekitar Rp. 100.000,- hingga Rp. 300.000,-
tempat favoritnya adalah Starbuck Coffee. Dia juga masih berbelanja di
pasar tradisional untuk sekedar membeli sayuran.
f. Andin (16 tahun)
Andin adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Surakarta. dia mengaku jarang bepergian ke mall. Tapi biasnaya dia
pergi kesana sekitar satu bulan sekali untuk sekedar nonton di bioskop,
jalan-jalan dan berbelanja kebutuhan sekolah seperti buku dan kebutuhan
pribadi seperti baju. Uang yang dia habiskan sekali pergi ke mall di
kisaran Rp. 100.000,- sampai Rp. 200.000,-.
“aku gak pernah ke pasar tradisional, tapi klo lewat sering. Soalnya
rumahku lewat pasar”ungkapnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Menurutnya, mall adalah tempat untuk refreshing dari kepenatan di
Sekolah. Dia tidak biasa pergi ke pasar tradisional, sehingga dia
mengaku tidak pernah pergi kepasar tradisional. Mungkin hanya sekedar
melintas.
g. Erna (17 Tahun)
Erna adalah seorang pelajar SMA di Surakarta. Dia biasanya pergi
ke Solo Grand Mall satu minggu sekali. Meskipun dia masih pelajar
SMA, dia mengaku bisa menghabiskan uang hingga Rp. 200.000,- untuk
kebutuhannya di mall. dia sangat menyukai hal-hal yang berbau diskon
di mall. dan itu salah satu faktor dia untuk sekedar melihat-lihat ke mall.
“di mall itu banyak diskonya, makanya aku suka ke mall. ya, selain buat
refreshing gitu” ucapnya.
Dia juga mengaku tidak pernah pergi kepasar karena memang dia tidak
menyukai Pasar tradisional yang terkesan “Becek”.
h. Rika (25 tahun)
Rika adalah seorang karyawan swasta di Surakarta. Dia mengaku
bisa menghabiskan Rp. 500.000,- hingga 1 juta rupiah untuk berbelanja
kebutuhan pribadinya seperti; tas, baju, sepatu dan aksesoris.
Menurutnya, mall itu tempat yang ramai dan tempat segala ada. Karena
dia bisa melakukan 4 aktivitas, seperti; nongkrong, makan, belanja dan
nonton dalam satu tempat yaitu mall. Mall yang biasanya dia kunjungi
adalah Solo Paragon Mall.
Rika mengaku sudah tidak pernah pergi ke pasar. Karena
menurutnya, pasar tradisional itu tidak modern dan terkesan kuno karena
masih harus tawar menawar harga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
“gak pernah ke pasar, kumuh dan malesnya lagi, kalo harus nawar
harga” tungkasnya.
i. Koko (24 tahun)
Koko adalah seorang pegawai swasta di Surakarta. dia tinggal di
kelurahan Laweyan, Surakarta. meskipun dia seorang laki-laki, dia
sangat hobi ke mall. biasanya dia mengunjungi mall 1 minggu satu kali.
Dia berpendapat bahwa mall merupakan tempat untuk mencari inspirasi
baru untuk menunjang pekerjaannya. Dia juga mengaku awalnya pergi ke
mall hanya untuk sekedar menemani pacarnya berbelanja. Tapi lambat
laun, dia merasakan manfaat mall yang selalu menawarkan hal-hal baru.
Dia juga masih sering ke pasar tradisional meski hanya untuk menemani
sang pacar berbelanja sayuran dan dia juga mengatakan bahwa akses ke
pasar tradisional lebih dekat daripada pasar modern atau mall.
“Cuma nemenin pacar sih awalnya, tapi lama-lama aku jadi ketagihan
pergi ke mall. buat inspirasi atau cari ide baru” jawabnya, saat peneliti
menanyakan tujuan dia pergi ke mall.
j. Bayu (22 tahun)
Bayu adalah seorang mahasiswa. Dia berasal dari Kadipiro,
Surakarta. Mall yang biasanya dia kunjungi adalah Solo Square. Dia
mengaku biasanya pergi ke SS (Solo Square) sekitar 2 kali dalam
seminggu. Kagiatan yang biasanya dia lakukan di mall adalah berdiskusi,
nonton, makan, karaoke, cari kebutuhan pribadi.
“gak pernah kepasar lah. Kan aku cowok. Ya, lebih suka mall, bisa buat
ketemu temen buat diskusi kuliah dan beli-beli kebutuhan pribadi sih.
Kayak roti, sabun. Gitu-gitu aja sih”. Jawabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Dan dia juga mengaku bisa mengabiskan hingga Rp. 500.000,- untuk
membeli kebutuhan pribadinya seperti; roti, sabun, buku, baju dan sepatu.
Selain tempat untuk berdiskusi, mall juga sebagai ajang Refreshing. Dia
mengaku tidak pernah pergi ke pasar tradisional karena menurutnya, dia
tidak membutuhkan dirinya untuk pergi ke pasar tradisional.
Tabel 1V.2
Data Primer
No Identitas
Mall yang
sering di
kunjungi
Frekuensi
ke mall
Hal yang
dilakukan
Fungsi mall Uang yang
dihabiskan
Keunggulan
pasar
tradisional
1. Dini
20 tahun
mahasiswa
Banjarsari
Grandmall
Solosquare
1x/minggu Jalan-jalan
Melihat-
lihat
Makan
Belanja
Lebih lengkap
dari pasar
tradisional
Untuk
refreshing
Rp.50.000-
Rp. 100.000,-
Lebih murah
Segar
Akses lebih
dekat
2. Afifah
20 tahun
mahasiswa
Nusukan
Grandmall
Solosquare
Paragon
1x/minggu Jalan-jalan
Melihat-
lihat
Makan
Belanja
Nonton
Moodbooster
Tempat hiburan
Untuk
refreshing
Rp. 100.000,-
Rp. 200.000,-
Lebih murah
Segar
Akses lebih
dekat
Langganan
3. Petra
23 tahun
mahasiswa
Solo
Solosquare
Paragon
(fasilitas
lebih
lengkap)
1x/minggu Shopping
Makan
Karaoke
Nonton
Hiburan
Lebih konsumtif
Boros
Mengikuti gaya
hidup
Tren
Mengikuti
zaman
Rp. 1Jt Akses lebih
dekat
4. Rita
20 Tahun
mahasiswa
Grandmall
Solosquare 3x/1
minggu
Nongkrong
Makan
Belanja
Nonton
Ramai
pengunjung
Belanja apa saja
ada
Rp. 100.000-
Rp.500.000,-
-
5. Handani
21 tahun
mahasiswa
Sekar Pace
Paragon 2-
3x/minggu
Nongkrong
Makan
Tempat
sosialisasi
Nongkrong
Entertain
Rp.100.000-
Rp.300.000,-
Lebih murah
Akses lebih
dekat
6. Andin
16 Tahun
Pelajar
SMA
Purwotomo
Paragon
Grandmall
1x/bulan Nonton
Jalan-jalan
Belanja
Refreshing Rp. 100,000-
Rp.200.000,-
-
7. Erna
17 tahun
Pelajar
Baturan
Grandmall 1x/minggu Nonton
Jalan-jalan
Belanja
Baca buku
Refreshing
entertaining
Rp. 50.000-
Rp.200.000,-
-
8. Rika Paragon 3x/1 Nongkrong Ramai Rp.500.000- -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
25 Tahun
Karyawan
Solo
minggu Makan
Belanja
Nonton
pengunjung
Belanja apa saja
ada
Rp. 1jt
9. Koko
Laki-laki
24 Tahun
kerja
laweyan
Paragon 1x/ minggu Menemani
pacar
belanja
Jalan-jalan
Cari
inspirasi
Cari ide baru Rp. 1jt/bulan Akses lebih
dekat
10. Bayu
Laki-laki
22 tahun
Mahasiswa
Kadipiro
solosquare 2x/minggu Diskusi
Nonton
Makan
Karaoke
Cari barang
Refreshing
Rp. 100.000-
Rp.500.000,-
-
Tabel 1 data primer, Sumber Pribadi
4.4 Hasil Penelitian
4.4.1 Perubahan gaya hidup anak muda di Surakarta akibat
berkembangnya mall
Dalam bab ini akan dideskripsikan mengenai proses perubahan
gaya hidup menurut pandangan para informan khususnya anak muda di
Surakarta akibat berkembangnya mall. Ditinjau baik dari manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat sejak berkembangnya mall, intensitas
mengunjungi mall yang dilakukan oleh anak muda yang tinggal di
Surakarta, aktivitas mereka saat berada di dalam mall dan kerugian yang
dirasakan terhadap perubahan gaya hidup mereka karena berkembangnya
mall. Dalam hal ini, para informan yaitu anak muda yang tinggal di
Surakarta yang notabene mereka masih di kategorikan sebagai pelajar
dan atau pekerja berusia dibawah 25 tahun yang belum terikat status
marital dapat menceritakan pengalaman mereka saat berada di dalam
mall. pandangan mereka mengenai perubahan gaya hidupnya sendiri
akibat berkembangnya mall di Surakarta, dirasa cukup membuat mereka
lebih memiliki tempat untuk mencari hiburan yang pasti dan mereka
lebih cenderung mengikuti arus yang muncul karena pengaruh
globalisasi dan modernisasi. Menurut mereka, pasar modern atau mall,
membawa banyak manfaat untuk memajukan pola hidup mereka ke arah
modernitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4.4.2 Manfaat mall bagi Masyarakat Surakarta khususnya anak muda
Mall bagi sebagian besar orang merupakan tempat untuk mencari
inspirasi. Apa yang mereka katakan sebagai „Up to Date‟ yang berarti
mereka dituntut untuk terus mengikuti Trend yang sedang berkembang di
masyarakat yang di awali dengan penawaran-penawaran yang
disuguhkan di mall.
Pendapat ini disampaikan oleh Petra, 23 tahun, bahwa:
“saya ngerasa dituntut untuk terus ke mall biar bisa „up to date‟ dan
ngikuti tren yang terbaru. Mall ngebantu banget buat tau informasi atau
barang apa yang sedang in (terbaru) di pasar global”
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Koko, 24 tahun yang juga
mengatakan bahwa:
“Mall itu menurut saya tempat yang pas buat cari ide baru. Karena
menurut saya, mall selalu menyuguhkan hal-hal yang baru”
Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat memiliki keinginan
untuk terus mencari hal-hal baru di mall yang disuguhkan oleh para
kaum kapitalis melalui peranan media massa, seperti; iklan, baliho,
pamflet, dan lain sebagainya yang menunjukkan keberadaan mall sebagai
pusat serba ada dan selalu menyuguhkan „pengalaman-pengalaman baru‟
yang tidak bisa di dapatkan di tempat lain. „pengalaman-pengalaman
baru‟ yang dimaksud disini adalah pengalaman berbelanja dan
pengalaman berjalan-jalan melintasi pertokoan atau etalase-etalase yang
ada di dalam mall yang selalu di buat menarik dan terkesan memiliki
keterkaitan dengan seni dan inovasi baru. mall sering menunjukkan
keindahan yang menggugah mata melalui pajangan-pajangan yang di tata
dengan sangat menarik dan selalu membubuhi kata „Diskon‟ di setiap
pajangan yang mampu membuat para penjelajah mall merasa berada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
surga. Karena apa yang mereka butuhkan, bisa terpenuhi di mall dan
mall selalu memberikan pilihan-pilihan menarik seperti penawaran
diskon yang menurut mereka, itu menguntungkan. Mall juga memiliki
daya tarik tersendiri karena dari ketiga mall yang ada di Surakarta,
memiliki „food court‟ atau tempat makan dengan segala macam pilihan
makanan. Tempat-tempat ini tidak hanya mereka gunakan sebagai
tempat untuk mencicipi makanan atau melepas rasa lapar mereka, akan
tetapi, menurut mereka makan di mall memberikan pengalaman baru
karena mereka bisa mengalih fungsikan tempat makan itu menjadi arena
untuk kumpul „gathering‟ bersama teman-teman sekolahnya atau teman-
teman komunitas yang memiliki kesamaan hobi. Tidak hanya itu, mereka
juga menganggap mall sebagai tempat yang tepat untuk mereka yang
membutuhkan kenyamanan saat mereka berbelanja.
Hal ini berdasarkan pada wawancara bersama para informan, yang salah
satunya bernama Handani, 21 tahun yang mengatakan :
“suka banget kalo lagi nongkrong di mall. tempatnya nyaman banget
pokoknya buat ngobrol dan ngabisin waktu bareng temen”
Bagaimana tidak, mall telah mendesain dirinya sedemkian rupa agar
tampak menawan dan membuat para pengunjung merasa nyaman dan
aman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar IV. 22 Aktivitas Nongkrong I
Sumber : sayhackk.blogspot.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/07:40 WIB)
Bayu, 22 tahun mengatakan ia mampu melakukan beberapa aktivitas di
satu tempat, mall.:
“Mall itu tempat yang segala ada. Biasanya aku di mall tu buat
nongkrong, makan, diskusi, nonton dan belanja perlengkapan pribadi”
Gambar IV. 23 Aktivitas Makan Bersama
Sumber : dokumentasi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Mall mampu membuat orang berlama-lama bahkan menghabiskan waktu
seharian mereka untuk tetap berada di mall dengan berbagai macam
aktivitas yang mereka mampu lakukan di dalam satu tempat tersebut.
Tabel IV.3
Manfaat mall bagi Masyarakat Surakarta khususnya anak muda
1 Dini
20 tahun
a. Barang yang ditawarkan lebih lengkap dari pasar tradisional
b. Untuk refreshing
2 Afifah
20 tahun
a. Sebagai moodbooster penambah semangat sebelum melakukan
aktivitas biasa
b. Tempat hiburan juga sebagai tempat refreshing
3 Petra
23 tahun
a. Tempat hiburan
b. Mengikuti Trend terbaru agar selalu tampil „up to date‟
4 Rita
20 Tahun
Tempat untuk berbelanja segala kebutuhan. Mulai dari kebutuhan primer
hingga tersier
5 Handani
21 tahun
a. Sebagai tempat untuk bersosialisasi dengan teman
b. Tempat nongkrong yang pas dan nyaman
6 Andin
16 Tahun
Tempat refreshing
7 Erna
17 tahun
Tempat refreshing
8 Rika
25 Tahun
Tempat untuk berbelanja segala kebutuhan. Mulai dari kebutuhan primer
hingga tersier
9 Koko
24 Tahun
Tempat untuk mencari inspirasi atau ide baru
10 Bayu
24 Tahun
Tempat refreshing
Sumber : data primer 2014
4.4.3 Intensitas masyarakat Surakarta khususnya anak muda
mengunjungi mall
Perubahan gaya hidup masyarakat Surakarta, khususnya anak
muda yang tinggal di surakarta terhadap berkembangnya mall juga
dipengaruhi oleh intensitas atau seringnya mereka mengunjungi mall-
mall yang berada di pusat kota Surakarta. para informan mengatakan
bahwa mereka sering melakukan kunjungannya ke setiap mall dalam satu
minggu.
Bahkan salah seorang informan, Handani, 21 tahun mengatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
“bisa 3 kali seminggu, yang paling sering ya biasanya ke Paragon,
soalnya banyak banget tempat nongkrongnya”
Dari kutipannya tersebut, ia secara jujur menngatakan kerap
menunjungi mall tiga kali dalam satu minggu. mall yang sering ia
kunjungi adalah Paragon, karena menurutnya, Paragon menawarkan
fasilitas yang lebih beragam dari mall-mall lain yang ada di Surakarta.
Hal serupa juga disampaikan oleh Rika, 25 tahun. Ia mengatakan bahwa:
“kalo di rata-ratakan sih, paling 3 kali seminggu pergi kesini. Soalnya
temen-temen kuliah juga ngajaknya nongkrong disini. Lebih asik aja,
kan ada starbuck nya.”
Gambar IV. 24 Aktivitas nongkrong II
Sumber : dokumentasi pribadi
Dalam hal ini, Rika sependapat dengan Handani yang
mengatakan bahwa Paragon menawarkan fasilitas yang lebih unggul dari
mall lainnya yang terletak di Surakarta. Frekuensi atau intensitas ini
membuat para informan merasa secara tidak langsung sudah menjadikan
mall sebagai bagian dari gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan. Alasan
yang serupa kerap kali dijadikan sebagai tujuan mengapa mereka harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ke mall. seperti yang dikatakan Rita dan Handani diatas, mereka
memiliki pendapat sama mengenai fungsi mall sebagai ajang untuk
bertemu dengan teman-teman untuk sekedar bertemu atau berdiskusi
yang biasanya lebih mereka kenal dengan istilah „nongkrong bareng‟.
Salah satu alasan yang sama inilah yang membuat mereka lebih sering
menunjungi mall daripada mengunjungi pasar tradisional yang notabene
tidak dapat dijadikan sebagai tempat untuk berdiskusi ataupun
berkumpul.
Tabel IV.4
Intensitas masyarakat Surakarta
khususnya anak muda mengunjungi mall
1
Dini
20 tahun
Satu kali dalam satu minggu
2 Afifah
20 tahun
Satu kali dalam satu minggu
3 Petra
23 tahun
Satu kali dalam satu minggu
4 Rita
20 Tahun Tiga kali dalam satu minggu
5 Handani
21 tahun Dua hingga tiga kali dalam satu
minggu
6 Andin
16 Tahun
Satu kali dalam satu bulan
7 Erna
17 tahun
Satu kali dalam satu minggu
8 Rika
25 Tahun Tiga kali dalam satu minggu
9 Koko
24 Tahun
Satu kali dalam satu minggu
10 Bayu
a. Ahun
Dua kali dalam satu minggu
Sumber : data primer 2014
4.4.4 Aktivitas yang dilakukan di dalam mall
Berdasarkan dari penelitian di lapangan, beberapa aktivitas yang
sering dilaksanakan di mall diantara adalah jalan-jalan mengelilingi mall,
makan di area food court, berbelanja kebutuhan primer maupun
sekunder, menonton film Box Office di bioskop, Nongkrong, diskusi,
karaoke, dan lain sebagainya. Hal ini dikatakan oleh Afifah, 20 tahun
bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
“banyak banget yang bisa aku kerjain di mall, mulai dari makan,
nonton, baca buku di toko buku dan juga bisa sekedar jalan-jalan untuk
liat diskonan”
Gambar IV. 25 Aktivitas Menonton Film di Bioskop
Sumber : www.teenvoice.co.id\
(Tanggal Akses 11 juni 2014/11:23WIB)
Gambar IV. 26 Aktivitas Berbelanja
Sumber : www.solopos.com
(Tanggal Akses 11 juni 2014/07:24 WIB)
Gambar IV. 27 Aktivitas Berbelanja II
Sumber : dokumentasi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar IV.28 Aktivitas Jalan-jalan
Sumber : dokumentasi pribadi
Kegiatan-kegiatan tersebut juga biasa dilakukan oleh Erna, 17 tahun,
yang mengatakan bahwa :
“aku bisa nonton, makan, belanja dalam sekali pergi”
Dari pernyataan kedua informan tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa mereka mampu melakukan beberapa aktivitas
signifikan yang kerap dilakukan oleh para informan dalam satu kali
kesempatan mengunjungi mall. kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
kegiatan yang tidak bisa mereka lakukan ditempat lain, karena adanya
keterbatasan. Sedangkan mall selalu menyediakan dan memberikan
fasilitas tanpa batas. Yang dimaksud dengan fasilitas tanpa batas disini,
berarti bahwa mereka mampu melakukan apa yang mereka inginkan
didalam satu tempat, tanpa harus pergi dari satu tempat ke tempat lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel IV.5
Aktivitas yang dilakukan di dalam mall
1
Dini
20 tahun
a. Jalan-jalan mengelilingi mall
b. Melihat-lihat toko-toko di dalam mall
c. Makan di food court
d. Belanja kebutuhan
2 Afifah
20 tahun
a. Jalan-jalan di dalam mall
b. Melihat-lihat penawaran diskon menarik
c. Makan di food court
d. Belanja kebutuhan pribadi yang sekunder
e. Nonton film di bioskop
3 Petra
23 tahun
a. Berbelanja kebutuhan sekunder
b. Makan
c. Karaoke
d. Nonton film box office
4 Rita
20 Tahun
a. Nongkrong
b. Makan
c. Belanja
d. Nonton
5 Handani
21 tahun
a. Nongkrong
b. Makan
6 Andin
16 Tahun
a. Nonton
b. Jalan-jalan
c. Belanja
7 Erna
17 tahun
a. Nonton
b. Jalan-jalan
c. Belanja
d. Baca buku
8 Rika
25 Tahun
a. Nongkrong
b. Makan
c. Belanja
d. Nonton
9 Koko
24 Tahun
a. Menemani pacar belanja
b. Jalan-jalan
c. Cari inspirasi
10 Bayu
4.5 Ahun
a. Diskusi
b. Nonton
c. Makan
d. Karaoke
e. Cari barang
Sumber : data primer 2014
4.4.5 Kerugian mall menurut masyarakat Surakarta khususnya anak
muda mengunjungi mall
Dari beberapa manfaat berkembangnya mall terhadap perubahan
gaya hidup masyarakat khususnya anak muda diatas, juga terdapat sisi
negatif yang ditimbulkan oleh mall terhadap gaya hidup mereka saat ini.
Kerugian yang mereka rasakan diantaranya adalah: hidup mereka lebih
konsumtif dan terkesan lebih dituntut untuk mengikuti Trend yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
sedang marak atau ramai di kalangan masyarakat indonesia maupun
pengaruh yang datang dari mancanegara melalu media massa yang
mampu menuntut masyarakat indonesia untuk sadar mengikuti
perubahan zaman yang mengarah pada globalisasi dan modernisasi.
Salah satu informan yang secara sadar mengatakan hal ini adalah Petra,
23 tahun. Ia mengatakan bahwa :
“sejak berdirinya mall sampe sekarang, aku lebih konsumtif karena gaya
hidupku yang semakin lama semakin berkembang dan menuntut sesuatu
yang lebih dan lebih lagi.”
Secara tidak sadar, Petra telah mengungkapkan bahwa dirinya telah
disetir oleh kaum-kaum kapitalis yang seolah memberikan barang baru
yang menuntut Petra untuk terus mengikuti keinginan para kaum
kapitalis agar membeli produknya dengan alasan tetap terlihat modern.
Dia juga mengungkapkan bahwa dari kebiasaan barunya yang selalu
memberi barang baru tersebut, ia menjadi sangat boros.
“biasanya aku Cuma ngabisin 100 ribu sampe 200 ribu kalo ke mall tuh,
ya paling Cuma buat makan, tapi sekarang udah engga bisa kayak gitu,
soalnya aku kan pengen keliatan modis terus, ya jadi kudu ngikutin tren
yang lagi berkembang. Ya, biasanya bisa abis 2 sampe 3 juta-lah buat
belanja sepatu dan tas baru”
Dari pernyataan tersebut, ia mengungkapkan bahwa dirinya menjadi
lebih boros karena sifat konsumtifnya yang muncul ketika ia
mengunjungi mall, dan ketika ia menyadari bahwa ia harus terus
mengikuti perubahan agar tidak ketinggalan zaman dan tetap modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4.4.6 Pasar Tradisional sebagai resistensi masyarakat khususnya anak
muda terhadap berkembangnya mall di Surakarta
Meskipun anak muda di Surakarta sudah menikmati kehadiran
Mall, mereka tetap tidak melupakan eksistensi pasar tradisional sebagai
tempat yang mereka percayai untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Hal itu menunjukkan bahwa didalam beberapa hal, masyarakat
khususnya anak muda tidak sepenuhnya menggunakan mall untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Di dalam tabel primer IV.2 terlihat bahwa
beberapa informan masih menggunakan pasar tradisional sebagai tempat
jual-beli mereka. Meskipun fungsi pasar tradisional memiliki fungsi yang
berbeda dari pasar modern, mall. dengan anggapan Pasar tradisional
masih mampu memenuhi kebutuhan pokok anak muda di Surakarta,
maka intensitas mereka mengunjungi pasar tradisional juga masih
terbilang sering. Selain pasar tradisional membantu memenuhi
kebutuhan pokok masyarakatnya, khususnya anak muda di Surakarta,
pasar tradisional cenderung memiliki akses yang lebih dekat dengan
lingkungan tempat tinggal konsumennya.
Salah satu informan yang mengungkapkan hal ini adalah Afifah, 20
tahun. Ia mengungkapkan bahwa :
“ Aku kepasar tradisional buat nganterin mamah belanja sayuran,
aksesnya lebih deket sih sama rumah, jaraknya cuma 2 km dari pada
harus ke mall yang jauhnya berkilo-kilo”
Apa yang diungkapkan Afifah juga dibenarkan oleh informan yang lain,
bernama Dini, 20 Tahun. Ia juga mengungkapkan hal yang sama dengan
Afifah :
“ Mending kalo beli buah dan sayuran di pasar sih, dari pada aku harus
ke Hypermart. Kejauhan”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dari pernyataan Afifah dan Dini ini, bisa kita simpulkan bahwa mereka
sebagai informan juga tetap menggunakan pasar tradisional sebagai
alternatif yang sangat efisien untuk membeli kebutuhan pokok seperti
sayur dan buah-buahan. Selain harganya murah juga akses yang dekat
merupakan suatu alasan signifikan untuk mengunjungi pasar tradisional.
Pasar tradisional disini memunculkan perannya dalam hal pemenuh
kebutuhan primer masyarakatnya. Faktor pendukung masyarakat masih
tetap menggunakan pasar tradisional sebagai alternatif berbelanja
kebutuhan mereka adalah akses yang dekat dan dengan harga yang relatif
murah dibandingkan dengan pasar modern atau mall atau supermarket
yang ada di dalam mall.
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, jarak pasar
tradisional satu dengan lainnya, hanya berjarak 1-2 km saja. Dengan
alasan ini, maka mereka lebih cenderung mengunjungi pasar tradisional
sebagai alternatif mereka membeli kebutuhan pokok. Meskipun aktifitas
yang dapat mereka lakukan di pasar tradisional tidak lebih dari
berbelanja kebutuhan pokok seperti; beras, sayuran, buah, minyak
goreng dan lain sebagainnya, mereka masih bisa merasakan manfaat
pasar tradisional.
Dari kutipan yang bisa peneliti ambil saat mewawancarai salah seorang
informan bernama Dini, 20 tahun yang berpendapat sebagai berikut :
“tapi pasar itu cuma buat beli sayur sama buah sih kalo buat aku. Jadi
aku lebih milih mall kalo buat beli-beli barang yang laennya”
Dini sepakat dengan informan lainnya, dengan berbelanja di
pasar tradisional, mereka mampu mendapatkan sayur dan buah-buahan
dengan harga terjangkau dengan kualitas yang lebih segar dari buah dan
sayur yang di jual di supermarket di dalam mall. Akan tetapi, manfaat
pasar tradisional bagi merekan tidak terlalu signifikan. Karena pasar
tradisional dirasa hanya mampu memenuhi kebutuhan primer mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
saja. Sedangkan kebutuhan yang lainnya, tidak mampu dipenuhi oleh
pasar tradisional.
Dini juga mengungkapkan :
“manfaat pasar gak sama kayak mall, di mall aku bisa dapetin apa aja
sesuai apa yang aku butuhin diluar dari kebutuhan kayak sayur sama
buah, terus kalo di mall itu barang-barangnya baru terus. Up-date
terus”
Jika dikaitkan dengan teori konsumerisme, mereka akan lebih
cenderung memenuhi kebutuhan-kebutuhan semu mereka di pasar
modern atau mall. Selain mall mampu memenuhi kebutuhan sekunder
hingga tersier masyarakat khususnya disini anak muda, mall juga mampu
memberikan manfaat-manfaat yang signifikan bagi para pengunjungnya.
Telah dikatakan dalam pembahasan sebelumnya, jika pasar modern atau
mall merupakan tempat yang menyajikan semua kebutuhan
masyarakatnya. Baik kebutuhan yang betul betul dibutuhkan maupun
kebutuhan semu yang ditawarkan pasar modern atau mall.
Maka dari itu, mall dikatakatan One stop solution sebagai tempat
pemenuh semua kebutuhan untuk para pengunjungnya. Jadi, para
informan yang telah berpendapat disini mengenai manfaat pasar
tradisional, mereka juga tidak dapat lepas dari pengaruh dan manfaat-
manfaat yang ditawarkan oleh pasar modern atau mall yang tetap
memegang peranan sisi konsumerisme mereka untuk terus
mengkonsumsi barang-barang yang ditawarkan oleh pasar modern
dengan harapan mereka tidak ketinggalan arus globalisasi yang
disebarkan oleh negara-negara maju melalui budaya fashion maupun
budaya makan yang menaungi masyarakat setiap harinya dan hal ini
sangat menguntungkan bagi kaum kapitalis yang juga memiliki harapan
agar proses produksi dan konsumsi trus berlanjut dengan iming-iming
mengikuti gaya hidup yang harus terus maju yang berkiblat ke Barat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4.4.7 Faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup
masyarakat khususnya anak muda di Surakarta akibat
berkembangnya mall
Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup
masyarakat Surakarta khususnya anak muda yang tinggal menetap di
kota besar ini. Kehadiran mall sebagai salah satu representasi ekonomi
kapitalis yang mampu mendorong terciptanya perubahan sosial ini,
seperti merebaknya budaya konsumerisme, perubahan prilaku sosial,
mode berpakaian dan gaya hidup terutama di kalangan usia muda, di
mana budaya pop (pop culture) menjadi trend yang berkiblat pada Barat.
Banyak dari mereka yang menganggap mall sebagai suatu alat ukur
untuk menjadikan gaya hidup mereka memakin maju. Menurut mereka,
pengetahuan yang mereka dapatkan di mall lebih banyak ketimbang saat
mereka mengunjungi pasar tradisional. Bukan perbandingan yang baik
sebetulnya, saat membandingkan pasar tradisional dengan pasar modern,
karena mulai dari tampak muka depan atau bangunannya saja sudah
berbeda apalagi fungsinya. Tapi berdasarkan dari pengamatan
dilapangan, dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dapat dilakukan di
mall lebih banyak daripada kegiatan yang dapat dilakukan di pasar
tradisional. Diyakini oleh para anak muda, bahwa pasar tradisional tidak
mampu merubah gaya hidup mereka menjadi lebih modern. Pasar
tradisional hanya mampu untuk menjaga stabilitas perekonomian bangsa
tanpa menjadikan masyarakatnya lebih modern.
Ketertarikan mereka terhadap mall, merubah pemikiran mereka
dan menganggap keberadaan pasar tradisional sebagai tempat „kuno‟
yang tidak lagi dipandang oleh mereka sebagai bagian dari eksistensi
modernisasi dan globalisasi. Meski kebutuhan primer mereka bisa
mereka dapatkan di pasar tradisional, tapi paradigma mereka terhadap
pasar tradisional sebagai „tempat kuno‟ dan hanya sebagai tempat
pemenuh kebutuhan primer yang berupa sayur dan buah-buahan saja.
Maka dari penelitian yang telah dilakukan, intensitas anak muda
Surakarta mengunjungi mall lebih intens ketimbang saat mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
mengunjungi pasar tradisional yang sangat minim meskipun letak pasar
tradisional memliki akses yang lebih dekat daripada Mall. Faktor
intensitaslah yang menurut peneliti mampu menjadikan suatu tempat,
dalam hal ini, mall membuat suatu bentuk tren tersendiri dikalangan anak
muda di Surakarta dan menjadikan mall sebagai alternatif pemenuh
semua kebutuhan mereka daripada pasar tradisional yang hanya mampu
memenuhi sebagian kebutuhan pokok mereka.
Mall dipercaya mampu mengubah gaya hidup masyarakatnya
dengan penawaran-penawaran baru yang tidak dapat di berikan ditempat
lain dalam hal ini, tempat lain yang dimaksud adalah pasar tradisional.
Fasilitas yang membuat para pengunjung betah berlama-lama di mall
juga merupakan salah satu faktor pendukung manfaat yang dirasakan
oleh para pengunjung mall. Hal ini semakin memperkuat pandangan
anak muda Surakarta mengenai pentingnya mall sebagai pusat untuk
pengembangan diri dan salah satu tempat untuk pembentukan identitas
diri melalui gaya, gaya yang dimaksudkan disini adalah saat anak muda
mulai memahami tren mode pakaian, mobil terbaru dan produk-produk
baru lainnya sebagai salah satu alat komunikasi simbolik dan makna-
makna personal yang dengan mudah menyebar seperti wabah ke
masyarakat luas.
Di samping itu juga terdapat kemudahan-kemudahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik material maupun non
material. Meskipun mereka bisa mendapatkan kemudahan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di pasar tradisional dengan harga
yang lebih terjangkau dari pada mall, akan tetapi banyak faktor yang
membuat orang berfikir untuk berbelanja di mall, karena mall merupakan
„One stop solution‟ solusi tiada henti bagi mereka. Faktor kebutuhan
rekreatif mampu menjadi dasar bagi hasrat untuk berbelanja di mall.
Oleh karena itu, mengkonsumsi barang tidak hanya didasarkan pada
logika kebutuhan semata, akan tetapi juga sisi emosi seseorang. namun,
dari sekian banyak manfaat yang dirasakan yang telah mengubah gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
hidup mereka, mereka juga menyadari akan sisi negatif dari
berkembangnya mall tersebut.
Tak bisa dipungkiri bahwa, dengan hadirnya mall membuat
masyarakat khususnya anak muda didorong untuk mengikuti
perkembangangan produk-produk baru yang secara cepat dan disebarkan
melalui iklan yang mempunyai kekuatan magnetik untuk menyedot
perhatian masyarakat agar mengkonsumsi produk-produk baru. Hal ini
merupakan fenomena globalisasi budaya yang sedang terjadi di
masyarakat Surakarta. Telah disinggung di dalam bab sebelumnya
mengenai faktor globalisasi pada kondisi saling ketergantungan dan
keterkaitan dengan negara lain. Semakin besar minat masyarakat
Surakarta, khususnya anak muda terhadap produk-produk baru yang di
pasarkan oleh negara lain, memunculkan pula ketergantungan kontinyu
terhadap negara lain yang menawarkan kebutuhan-kebutuhan semu. Di
sisi lain, penyediaan fasilitas-fasilitas tertentu diyakini juga mampu
menyedot pengunjung lebih banyak lagi dan membelanjakan uangnya
untuk kepentingan konsumtif. Pada ranah yang lain, image yang
dibangun dalam masyarakat menegaskan bahwa belanja di mall dapat
menegaskan status sosial ekonomi seseorang dan merupakan prestasi
sosial (social prestige). Orang akan semakin bangga jika mampu
membeli barang-barang bermerk yang tidak bisa dibeli oleh orang lain,
karena harganya yang mahal atau persediaan terbatas (limited edition).
Singkatnya, belanja menjadi bagian dari gaya hidup seseorang, bukan
lagi sekedar logika kebutuhan. Akan tetapi, keberadaan pasar tradisional
pun mampu membuat masyarakat khususnya anak muda bersikap
resisten terhadap berkembangnya mall yang memiliki slogan „One stop
Solution‟.Hal ini dibuktikan dengan intensitas masyarakat khususnya
anak muda yang masih mengunjungi pasar tradisional guna memenuhi
kebutuhan primernya.
Telah dikatakan di sub bab sebelumnya, bahwa sisi negatif yang
konkret dihasilkan oleh mall adalah perilaku masyarakat yang lebih
konsumtif yang menjadikan mereka memiliki gaya hidup boros atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tidak ekonomis. Gaya hidup ini yang menuntun masyarakat kepada hal-
hal yang menjerumuskan mereka kedalam kenikmatan semu atau realitas
semu yang lebih memperlihatkan kesenangan dan kebahagian daripada
kenyataan yang selalu memiliki aspek-aspek yang tidak menyenangkan,
seperti kejahatan, kemiskinan, orang-rang gelandangan dan sampah.
Dengan demikian, ini berarti masyarakat, khususnya anak muda
Surakarta lebih menyukai kegiatan-kegiatan yang berada di dalam mall
karena mereka lebih merasa nyaman daripada situasi nyata yang ada di
masyarakatnya.
Gaya hidup enak yang semakin lama semakin mengakar dan
membudaya di kalangan anak muda, khususnya di Surakarta yang kini
mulai menjadi masalah dilingkungan masyarakat. Hal ini dapat
meningkatkan jumlah kriminalitas di Surakarta. karena gaya hidup yang
telah membuat mereka nyaman, sedangkan kebutuhan mereka selalu
harus terpenuhi saat itu juga, akan tetapi anak muda ini belum memiliki
pendapatan yang cukup sehingga tindakan kriminalitas dikalangan anak
muda bisa saja terjadi. Dalam hal ini, pemerintahpun tidak mampu
memberikan solusi untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang
menjadi persoalan serius bagi bangsa ini. Secara ideal pembangunan
harus mampu mengurangi angka kemiskinan yang terus mengalami
peningkatan.
Keberadaan mall yang diakibatkan dari globalisasi budaya ini,
telah mendorong budaya konsumtif di kalangan anak muda di Surakarta
yang dianggap sebagai bagian dari gaya hidup modern dan berkiblat
pada Barat. Ironisnya, situasi tersebut secara sistematis menggeser nilai-
nilai tradisi sebagai identitas. Berawal dari situlah maka, upaya untuk
menumbuhkan kesadaran akan bahaya budaya konsumtif dalam
masyarakat tidak bisa ditawar lagi. Karena, saat ini generasi muda lebih
terkonsentrasi secara sistemik untuk mengikuti budaya yang sedang
Trend.
Terlepas dari Pro dan kontra, pembangunan tidak seharusnya
mengesampingkan kearifan lokal yang sudah dilestarikan nenek moyang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
secara turun-temurun. Namun pembangunan adalah bagaimana
mengoptimalkan potensi daerah dengan tidak mengesampingkan local
knowledge, dan terus melestarikan dan meningkatkan perekonomian
tradisional, bukan malah mematikan sektornya. Padahal pasar tradisional
juga cukup banyak menyerap tenaga kerja. Eksistensi pasar tradisional
juga mampu berperan untuk meminimalisir merebaknya budaya
konsumerisme di masyarakat, terutama generasi muda. Disinilah arti
penting kebudayaan lokal sebagai suatu identitas bangsa Indonesia yang
kembali menjujung tinggi nilai-nilai luhur bangsa yang berkiblat pada
pancasila sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang
berarti masyarakat Indonesia harus sadar betul akan makna keadilan
sosial yang menjunjung tinggi nilai sosialisme bangsa sebagai tolok ukur
bangsa Indonesia menjadi negara yang memperhatikan masyarakatnya
dan tidak terjerumus kepada sistem kapitalis yang mewabah secara
global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
B AB V
KE SI MPUL A N DA N S A RA N
5.1 Kesimpulan
Dari uraian penelitian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, Keberadaan mall
telah mendorong budaya konsumtif di kalangan anak muda di Surakarta yang dianggap
sebagai bagian dari gaya hidup modern dan berkiblat pada tren Barat. Mall yang tampak
sebagai pemuas bagi dunia konsumerisme mampu merubah gaya hidup masyarakat
khususnya anak muda di Surakarta dan sudah menjadi kebanggaan dan gengsi tersendiri
bagi pengunjungnya, khususnya bagi anak muda, sehingga jika mereka belum pernah
atau jarang ke mall, dianggap sebagai “orang kampungan” atau orang yang memiliki
perilaku dan kebiasaan jauh dari modernisasi.
mall sudah menjadi budaya warga di berbagai kota, terutama anak muda untuk
menghindari stereotip “orang kampungan”. Hal ini semakin memperkuat pandangan
anak muda Surakarta mengenai pentingnya mall sebagai pusat untuk pengembangan diri
dan salah satu tempat untuk pembentukan identitas diri melalui gaya, memahami tren
mode pakaian, mobil terbaru dan produk-produk baru lainnya sebagai salah satu alat
komunikasi simbolik dan makna-makna personal yang dengan mudah menyebar seperti
wabah ke masyarakat luas. mall sekarang ini yang mereka fahami bukan hanya tempat
berbelanja namun tempat rekreasi dan hiburan. mall telah mampu memenuhi hampir
semua kebutuhan mereka, mulai dari supermarket, toko-toko retail asing maupun
domestik yang menjual berbagai macam produk fashion, pusat jajanan, arena bermain
anak, bioskop, dan berbagai acara hiburan lainnya. Dari pengamatan dilapangan, dapat
dikatakan bahwa kegiatan yang dapat dilakukan di mall lebih banyak daripada kegiatan
yang dapat dilakukan di pasar tradisional. Diyakini oleh para anak muda, bahwa pasar
tradisional tidak mampu merubah gaya hidup mereka menjadi lebih modern. Pasar
tradisional hanya mampu untuk menjaga stabilitas perekonomian bangsa tanpa
menjadikan masyarakatnya lebih modern. Ironisnya, gaya hidup enak yang semakin
lama semakin mengakar dan membudaya di kalangan anak muda, khususnya di
Surakarta yang kini mulai menjadi masalah lingkungan masyarakat. Hal ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
meningkatkan jumlah kriminalitas di Surakarta. karena gaya hidup yang telah membuat
mereka nyaman, sedangkan kebutuhan mereka selalu harus terpenuhi saat itu juga, akan
tetapi anak muda ini belum memiliki pendapatan yang cukup sehingga tindakan
kriminalitas dikalangan anak muda bisa saja terjadi.
Akan tetapi keberadaan pasar tradisional masih menjadi salah satu alternatif
masyarakat khususnya anak muda memiliki sikap resisten terhadap berkembangnya
mall di Surakarta. Faktor akses yang dekat dan penawaran harga yang lebih murah
daripada yang ditawarkan di mall, pasar tradisional dirasa mampu mencukupi
kebutuhan primer mereka. Meskipun kebutuhan sekunder dan tersier mereka tidak di
miliki oleh pasar tradisional, pasar tradisional masih mampu untuk hadir sebagai
alternatif pemenuh kebutuhan pokok para pengunjungnya khusunya anak muda di
Surakarta dan pasar modern atau mall hadir sebagai pelengkap konsumerisme mereka
yang memberi iming-iming agar masyarakat Surakarta khususnya anak muda memiliki
gaya hidup modern.
Faktor yang mempengaruhi perubahan gaya hidup mereka adalah
berkembangnya „pusat pengembangan diri‟ yang disebut mall di Surakarta yang
menurut para responden telah mampu merubah gaya hidup mereka menjadi lebih
konsumtif. Keberadaan mall yang menyediakan berbagai macam fasilitas yang
dibutuhkan oleh para pengunjungnya dan mall yang menawarkan berbagai macam
kebutuhan-kebutuhan semu mampu meningkatkan intensitas kunjungan para anak muda
di Surakarta. Sehingga mall dikatakan sebagai tren terkini yang dianggap sebagai salah
satu cara agar taraf kehidupannya semakin maju.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penulisan tesis di atas, penilitian ini bukanlah
hasil akhir dari sebuah penelitian. Tidak menutup kemungkinan untuk peneliti
selanjutnya mengkaji lebih dalam yang berkaitan dengan tema yang sama mengenai
perubahan gaya hidup. Dibawah ini adalah saran yang dikemukakan oleh penulis:
1. saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengenai fenomena perubahan gaya hidup
memang merupakan salah satu tema yang menarik untuk diangkat menjadi sebuah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
penelitian. Dari hasil penelitian yang diperoleh perlu dilakukan penelusuran lebih jauh
mengenai gaya hidup anak muda ditinjau dari aktivitas mereka sehari-hari.
2. saran untuk lokasi penelitian, dari hasil penelitian perlu dilakukan optimalisasi area-
area fungsional di dalam mall dan pemeliharaan secara berkala oleh pihak yang
bertanggung jawab.
3. sebaiknya, untuk para peneliti selanjutnya yang akan menggunakan penelitian ini
sebagai salah satu pandangan, perlu mengembangkan lagi teori-teori sosial yang
memungkinkan untuk peneliti selanjutnya meneliti perubahan sosial masyarakat
melalui teori yang tepat dengan pemaparan yang jelas dan penelitian yang akurat.
Demikian Kesimpulan dan saran yang dapat disampaikan oleh penulis, semoga
bermanfaan dan semoga penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tema ini dapat
memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat dan lebih baik dan sempurna dari
penelitian sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D af ta r Pu s tak a
A. Sumber Buku Teks
Anantawikrama, Tungga, Atmadja. 2010. Shopping Mall: ”Sekolah”
Membentuk Manusia Berideologi Konsumerisme. Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Pendidikan Ganesha. Jln. Udayana Singaraja.
Abad, Ahmad. (2006) Emergence of Mall Culture in India. Shodhganga international
publication.
Alawiyah, Tuti. 2009. Mall dan Perilaku Konsumtif Masyarakat Muslim
Ambarukmo. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Budiman, Arif (terj.) Frank, Andre Gunder. 1984. Sosiologi Pembangunan Dan
Keterbelakangan Sosiologi, Jakarta: Pustaka Pulsar.
Deni Mukbar. 2007. Denyut Usaha Kecil di Pasar Tradisional dalam Himpitan
Hipermarket. Jurnal Analisis Sosial .
Derta Sri Widowatie. 2011. Handbook Teori Sosial. Nusa Media. Bandung.
Dewi, Saraswati. 2010. Penamaan Plaza Pada Bangunan Pusat Perbelanjaan.
Skripsi. Fakultas Teknik Departemen Arsitektur Universitas Indonesia.
Jakarta.
Dimitri, Nindyastari. 2008. Gaya Hidup Remaja Yang Melakukan Clubbing.
Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Jakarta.
Hanggoro, Hasto, P. 2010. Partisipasi Pedagang Ngarsapura Night Market
Terhadap Pengembangan Pasar Tradisional Sebagai Warisan Budaya
(Heritage). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Hawkins, Del I., Best, Roger J., Coney, Kenneth A. 1995. Consumer Behavior:
Implication For Marketing Strategy (6th ed). Richard D. Irwin Inc.
Chicago.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hendri, Ma‟ruf. 2005. Pemasaran Ritel. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hubacek, K., Guan, D. and Barua, A. (2007) Changing lifestyles and consumption
patterns in developing countries: A scenario analysis for China and India,
Futures, Volume 39 (9), 1084-1096.
Idi Subandi, Ibrahim. 1996. Lifestyles: Sebuah Pengantar Komprehensif.
Jalasutra. Yogyakarta.
Idi Subandi, Ibrahim. 2005. Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam
Masyarakat Komoditas Indonesia. Jalasutra. Yogyakarta.
Kanabar, Kavita. (2009). Change In Consumer Behavior In Surat With Introduction Of
Mall. International Journal of Research in Finance & Marketing.
Koentjaraningrat. 1996. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Miles, MB dan AM Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook
of New Methods. SAGE. Beverly Hills.
M. Nur Prabowo S. 2013. Meretas Kebahagiaan Utama di Tengah Pusaran
Budaya Konsumerisme Global:Perspektif Etika Keutamaan Ibnu
Miskawaih. IP2M STASI AL-Muhsin. Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset. Bandung.
Nahdliyul, Izza. 2010. Pengaruh Pasar Modern Terhadap Padagang Pasar
Tradisional. Skripsi. Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga. Yogyakarat.
Neo & Wing. 2005. The 4Rs of Asian Shopping Centre Management. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sassatelli, Roberta. 2007. Consumer Culture: History, Theory, and Politics.
SAGE Publications. London.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
So, Alvin Y-Suwarsono. 1991. Perubahan Sosial Dan Pembangunan Di
Indonesia, Teori-Teori Modernisasi, Dependensi, Dan Sistem Dunia.
LP3ES. Jakarta.
Soerjono Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru. Rajawali Pers.
Jakarta.
Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D” . Alfabeta.
Bandung.
Suryadarma ,dkk. 2007. Laporan Penelitian. Dampak Supermarket Terhadap
Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Daerah Perkotaan di
Indonesia. Lembaga Penelitian SMERU RESEARCH INSTITUTE.
Suryani, Tatik. 2003. Perilaku Konsumen. Edisi Pertama. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Suseno, Franz Mangis. 2003. Etika Jawa Sebuah Analisis Falsafi Tentang
Kebijaksanaan Hidup Jawa. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Syawal, Gultom. 2012. Materi, Struktur, Konsep, dan Kelimuan pendidikan
Kewarganegaraan. PSDMPK dan PMP. Jakarata.
Taneja, Kanika. (2007) Mall Mania in India –Changing Consumer Shopping: Business
School, University of Nottingham
Tommy S. S. Eisenring. 2011. Studi Metaforis Lingkungan ”Sakral”
Konsumerisme, Kasus Mal Panakkukang Makassar : Evaluasi Terhadap
Paradigma Katedral Konsumsi. Fakutas Teknik Universitas Pepabri.
Makassar.
Zamroni, M. Imam. 2011. Mall, Masyarakat Yogyakarta dan budaya Konsumsi .
Yogyakarta.
Zimmer, Nathaniel. (2004) SHIFTING SHOPPING - Market Competition Mall vs.
lifestyle centers. COURIER NEWS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Sumber Website Online
1. http://books.google.co.id/books?id=9jeBKQycgB8C&pg=PA118&dq=ket
ahanan+dan+kerentanan+usaha+kecil&hl=id&sa=X&ei=U65RT46TIYn
prQe3jrnWDQ&ved=0CDoQ6AEwAA#v=onepage&q=ketahanan%20dan
%20kerentanan%20usaha%20kecil&f=false Tanggal Akses 13 Februari
2014 pukul 20:30 WIB
2. Gambar Logo kota Surakarta : www.imarioeza.blogspot.com Tanggal Akses 11
juni 2014 pukul 16:14 WIB
3. Deskripsi Surakarta : www.sukarakarta.co.id Tanggal Akses 10 juni 2014
pukul 08:50 WIB
4. Peta Kota Surakarta : www.fourforstudio.wordpress.com Tanggal Akses
11 juni 2014 pukul 16:15 WIB
5. Gambar Event Musik di Mall : www. www.solopos.com Tanggal Akses 11
juni 2014 pukul 16:17 WIB
6. Gambar Solo Grand Mall : www.lintassolo.wordpress.com Tanggal Akses
11 juni 2014 pukul 11:00 WIB
7. Gambar Di Dalam SGM : www.catatanpunyarose.blogspot.com Tanggal
Akses 11 juni 2014 pukul 11:00 WIB
8. Gambar KFC-Solo Grand Mall (Kentucky Fried Chicken) :
www.solopos.com Tanggal Akses 11 juni 2014 pukul 01:09 WIB
9. Gambar Toko Roti, Breadtalk : www.id.openrice.com Tanggal Akses 11
juni 2014 pukul 08:11 WIB
10. Gambar Arena Foodcourt : www.travel.kapanlagi.com Tanggal Akses 11
juni 2014 pukul 07:14 WIB
11. Gambar Bioskop film di Solo Grand Mall : www.drwox.com Tanggal
Akses 11 juni 2014 pukul 17:10 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12. Gambar Solo Square Mall : www.skyscrapercity.com Tanggal Akses 11
juni 2014 pukul 07:24 WIB
13. Gambar Apartement Solo Paragon : www.btravindonesia.com Tanggal
Akses 11 juni 2014 pukul 07:21 WIB
14. Gambar Solo Paragon Mall : www.catatantjahangon.blogspot.com
Tanggal Akses 11 juni 2014 pukul 07:23 WIB
15. http://entertainment.kompas.com/Pengunjung.Solo.Square Tanggal
Akses 11 juni 2014 pukul 07:24 WIB
16. http://properti.kompas.com/read/2011/01/28/1128052/Solo.Paragon.Hot
el.and.Residence.Superblok.Pertama.di.Solo Tanggal Akses 11 juni 2014
pukul 09:40 WIB
17. http://id.wikipedia.org/wiki/Solo_Grand_Mall Tanggal Akses 11 juni
2014 pukul 10:10 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lembar Kuisioner
Nama : ..........................................
Usia : ............................Thn
Alamat : .......................................... .......................................... ........
Status : pelajar/mahasiswa/kerja/umum
Daftar pertanyaan wawancara
1. Mall mana saja yang biasa anda kunjungi?
2. Berapa kali anda mengunjunginya dalam satu minggu/satu bulan?
3. Biasanya apa saja yang anda lakukan di Mall?
4. Barang-barang apa saja yang biasa anda beli di Mall?
a. Kebutuhan sehari-hari
b. Pakaian,sepatu,dll
c. Alat elektronik
5. Menurut anda, apa fungsi Mall untuk diri anda pribadi?
6. Kesenangan apa saja yang bisa anda dapatkan ketika anda berkunjung ke
Mall?
7. Berapa besar kira-kira uang yang anda habiskan untuk belanja di Mall?
8. Apakah anda masih mengunjungi pasar tradisional?
9. Barang-barang apa saja yang anda beli di pasar tradisional?
10. Mengapa anda memilih membeli barang-barang tersebut di pasar tradisional?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Slogan Kota Surakarta
Keraton Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pura Mangkunegaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Solo Grand Mall tampak Samping
Solo Grand Mall Tampak Depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Solo Square
Solo Paragon Mall
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Solo Paragon Mall and Apartment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Saat Mewawancarai salah seorang informan di Solo Paragon Mall
Saat Mewawancarai salah seorang informan di Solo Paragon Mall
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data Primer informan
No Identitas
Mall yang
sering di
kunjungi
Frekuensi
ke Mall
Hal yang
dilakukan
Fungsi Mall Uang yang
dihabiskan
Keunggulan
pasar
tradisional
1. Dini
20 tahun
Mahasiswa
Banjarsari
Grandmall
Solosquare
1x/minggu Jalan-jalan
Melihat-
lihat
Makan
Belanja
Lebih lengkap
dari pasar
tradisional
Untuk
refreshing
Rp.50.000-
Rp. 100.000,-
Lebih murah
Segar
Akses lebih
dekat
2. Afifah
20 tahun
Mahasiswa
Nusukan
Grandmall
Solosquare
Paragon
1x/minggu Jalan-jalan
Melihat-
lihat
Makan
Belanja
Nonton
Moodbooster
Tempat hiburan
Untuk
refreshing
Rp. 100.000,-
Rp. 200.000,-
Lebih murah
Segar
Akses lebih
dekat
Langganan
3. Petra
23 tahun
Mahasiswa
Solo
Solosquare
Paragon
(fasilitas
lebih
lengkap)
1x/minggu Shopping
Makan
Karaoke
Nonton
Hiburan
Lebih konsumtif
Boros
Mengikuti gaya
hidup
Tren
Mengikuti
zaman
Rp. 1Jt Akses lebih
dekat
4. Rita
20 Tahun
mahasiswa
Paragon 3x/1
minggu
Nongkrong
Makan
Belanja
Nonton
Ramai
pengunjung
Belanja apa saja
ada
Rp.100.000-
Rp.500.000-
-
5. Handani
21 tahun
Mahasiswa
Sekar Pace
Paragon 2-
3x/minggu
Nongkrong
Makan
Tempat
sosialisasi
Nongkrong
Entertain
Rp.100.000-
Rp.300.000,-
Lebih murah
Akses lebih
dekat
6. Andin
16 Tahun
Pelajar
SMA
Purwotomo
Paragon
Grandmall
1x/bulan Nonton
Jalan-jalan
Belanja
Refreshing Rp. 100,000-
Rp.200.000,-
-
7. Erna
17 tahun
Pelajar
Baturan
Grandmall 1x/minggu Nonton
Jalan-jalan
Belanja
Baca buku
Refreshing
entertaining
Rp. 50.000-
Rp.200.000,-
-
8. Rika
25 Tahun
Karyawan
Solo
Paragon 3x/1
minggu
Nongkrong
Makan
Belanja
Nonton
Ramai
pengunjung
Belanja apa saja
ada
Rp.500.000-
Rp. 1jt
-
9. Koko
Laki-laki
24 Tahun
kerja
laweyan
Paragon 1x/ minggu Menemani
pacar
belanja
Jalan-jalan
Cari
inspirasi
Cari ide baru Rp. 1jt/bulan Akses lebih
dekat
10. Bayu
Laki-laki
22 tahun
Mahasiswa
Kadipiro
solosquare 2x/minggu Diskusi
Nonton
Makan
Karaoke
Cari barang
Refreshing
Rp. 100.000-
Rp.500.000,-
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peta Kota Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
top related