terapi bells palsy
Post on 08-Jul-2016
217 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TERAPI REHABILITASI MEDIK KABAT
Rehabilitasi fisik kabat atau nama lainnya proprioceptive neuromuscular
facilitation (PNF) adalah suatu pendekatan latihan terapi yang mengkombinasikan
secara fungsional pola gerakan diagonal dengan teknik fasilitasi neuromuskular
untuk membangkitkan respon motorik dan memperbaiki kontrol dan fungsi
neuromuskular. Pendekatan ini telah secara luas digunakan untuk latihan, dan
telah dikembangkan sejak tahun 1940 dan 1950 oleh Kabat, Knott dan Voss
(Keisner dkk, 2007).
Teknik PNF dapat digunakan untuk mengembangkan kekuatan dan
ketahanan otot, memfasilitasi stabilitas, mobilitas, kontrol neuromuskular dan
gerakan- gerakan yang terkoordinasi, dan memberikan dasar untuk pemulihan
fungsi otot. Teknik PNF bermanfaat pada keseluruhan rangkaian rehabilitasi dari
fase awal penyembuhan jaringan (teknik neuromuskular cocok) hingga ke fase
akhir rehabilitasi (gerakan diagonal dengan kecepatan tinggi dapat dilakukan
melawan tahanan maksimal). Pendekatan latihan terapi ini menggunakan pola
diagonal dan penerapan petunjuk sensorik, khususnya proprioceptif untuk
mendapatkan respon motorik yang besar. Pada pendekatan ini telah diketahui
bahwa kelompok otot yang lebih kuat dari suatu pola diagonal memfasilitasi
kemampuan reaksi dari kelompok otot yang lebih lemah. Teknik dan pola PNF
rnerupakan bentuk yang penting dari latihan resistensi untuk mengembangkan
kekuatan, tahanan otot dan stabilitas dinamik (Keisner dkk, 2007).
Rehabilitasi fisik kabat adalah salah satu bentuk latihan terapi yang telah
digunakan dalam penatalaksanaan pasien Bell’s palsy. Satu penelitian yang
dilakukan Barbara dkk (2010) terhadap 20 orang penderita Bell’s palsy, yang
dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama (9 orang) diberi terapi
medikamentosa (kombinasi steroid dan antivirus) dengan rehabilitasi fisik,
sedangkan kelompok kedua (11 orang) hanya diberi medikamentosa. Rehabilitasi
fisik yang diberikan adalah berdasarkan konsep Kabat atau disebut juga dengan
PNF. Rehabilitasi dimulai pada hari ke- 4 setelah onset paralisis fasialis, dengan
satu sesi setiap hari selama 15 hari. Pasien kemudian di follow up selama 15 hari
dan dinilai tingkat perbaikannya berdasarkan HB grading system pada hari ke 4, 7
dan 15 setelah onset pengobatan. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa
pasien-pasien pada kelompok pertama yang mendapatkan rehabilitasi fisik secara
jelas menunjukkan perbaikan klinis yang lebih cepat dibandingkan kelompok
tanpa rehabilitasi fisik.
Teknik ini dapat diterapkan secara luas pada pasien-pasien dengan
gangguan muskoloskletal (ekstremitas, leher, tubuh) dan wajah. Pada wajah,
secara rasional teknik ini dapat digunakan karena serabut- serabut ototnya paling
banyak berjalan secara diagonal, dengan suatu penyebaran yang mudah ke daerah
wajah bagian atas karena inervasi saraf fasialis yang menyilang. Pada teknik ini,
terdapat tiga fulcra yang diperhatikan, yaitu atas, tengah dan bawah. Fulcra atas
(dahi dan mata) dihubungkan melalui suatu aksis vertikal menuju fulcra
pertengahan (hidung), sedangkan fulcra yang lebih bawah (mulut) untuk
mengunyah dan artikulasi terletak disepanjang aksis horizontal. Karenanya, kerja
fulcra atas wajah juga melibatkan 2 fulcra lainnya (Barbara dkk, 2010).
Selama rehabilitasi, terapis memfasilitasi kontraksi neuromuskular dari otot
yang terganggu dengan menerapkan suatu regangan yang global kemudian
tahanan pada keseluruhan atot dan memotivasi kerja dengan input verbal dan
kontak manual. Pada fulcra atas, pengaktifan dari otot frontal, corrugators dan
orbicularis oculi dilakukan dengan traksi keatas atau ke bawah, yang selalu berada
pada bidang vertikal tergantung pada fungsi khusus yang harus diaktifkan. Pada
fulcra tengah, pengaktifan dari otot elevator communis dari ala nasi dan bagian
atas bibir juga dikerjakan dengan gerakan traksi, mengikuti garis vertikal. Untuk
fulcra bawah, manuver dikerjakan pada m. orbicularis oris dan risorium pada
bidang horizontal dan m. mentalis pada bidang vertikal (Barbara dkk, 2010).
Secara sistematis, teknik rehabilitasi kabat dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1. Melatih M. Orbicularis Oris
Pada posisi awal, jari telunjuk dan jari tengah terapis diletakkan pada sudut
mulut kiri/kanan
A. Dilakukan peregangan pada m. orbicularis oris dengan menarik sudut
mulut ke arah samping kiri/ kanan
B. Pasien disuruh mencucu sambil diberi tahanan oleh terapis dan ditahan
selama 8 kali hitungan
2. Melatih M. Zygomaticus Mayor dan Levator Labii
Pada posisi awal, jari telunjuk dan jari telinga tengah diletakkan pada sudut
mulut kiri/ kanan
A. Dilakukan peregangan pada m. zygomaticus mayor dan m. levator labii
dengan menekan sudut mulut ke arah medial.
B. Pasien disuruh untuk menarik sudut mulut ke arah luar sambil diberi
tahanan oleh terapis selama 8 kali hitungan
3. Melatih M. Dilator Nares dan Nasalis
Pada posisi awal, jari telunjuk terapis diletakkan pada kedua ala nasi/ cuping
hidung
A. Dilakukan penekanan pada kedua cuping hidung ke arah kaudal
B. Pasien disuruh mengembangkan cuping hidung sambil diberi tahanan oleh
terapis selama 8 kali hitungan
4. Melatih M. Procerus
Pada posisi awal, jari telunjuk terapis diletakkan di batang hidung pada kedua
sisi
A. Dilakukan peregangan pada batang hidung menuju bagian bawah
B. Pasien disuruh dengan menaikkan lipatan nasolabial ke arah atas sambil
diberi tahanan selama 8 kali hitungan
5. Melatih M. Orbicularis Oculi
Pada posisi awal, jari telunjuk dan jari tengah terapis diletakkan di sudut mata
pasien
A. Dilakukan peregangan dengan menarik sudut mata ke rah lateral.
B. Pasien disuruh mengerutkan kelopak mata sambil menutup mata dengan
kuat dan diberi tahanan selama 8 kali hitungan
6. Melatih M. Corrugators Supercelli
Pada posisi awal, jari telunjuk dan jari tengah terapis diletakkan di atas alis
mata
A. Dilakukan peregangan dan menarik sudut alis ke arah lateral
B. Pasien disuruh mengerutkan sudut alis ke arah medial sambil diberi
tahanan selama 8 kali hitungan
7. Melatih M. Frontalis
Pada posisi awal, jari telunjuk dan jari tengah diletakkan di atas alis mata
A. Dilakukan peregangan pada m. frontalis dengan mendorong alis mata ke
arah kaudal/ bawah
B. Pasien disuruh mengerutkan kening sambil diberi tahanan selama 8 kali
hitungan
8. Melatih M. Mentalis
Pada posisi awal, jari telunjuk dan jari tengah diletakkan pada dagu
A. Dilakukan peregangan dengan menarik dagu ke arah lateral
B. Pasien disuruh mengerutkan bibir bawah sambil diberi selama 8 kali
hitungan (Al-mohana dkk, 2007; Keisner dkk, 2007) \
top related