teori kasus diskusi dftr pustaka itp edit
Post on 23-Jan-2016
231 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ITP
Immun Trombositopenia Purpura ( ITP)
Immun Trombositopenia Purpura (ITP) adalah kelainan hematologis
dimana ditemukan adanya penurunan jumlah trombosis di bawah normal
( trombositopenia), dengan disertai manifestasi klinis berupa perdarahan di kulit
(purpura) dan kadang disertai manifestasi perdarahan lain (misal epistaksis) tanpa
ditemukan sebab sistemik atau toksisitas yang jelas. ITP merupakan proses
autoimun.1
Epidemiologi
Di Amerika Serikat kasus ITP dalam kehamilan meliputi 1-2 kasus per
1000 kehamilan. ITP kadang terdiagnosa selama kehamilan, tetapi sebagian besar
kasus telah terdiagnosa sebelum kehamilan, dimana wanita telah memiliki riwayat
ITP. Di Finlandia prevalensi ITP dalam kehamilan juga mencapai 1.8 kasus dari
1000 kehamilan, sedangkan untuk prevalensi dunia sampai sekarang belum ada
data yang adekuat. ITP meliputi 3% kasus trombositopenia pada wanita
melahirkan. 2,3,4
ITP dapat terjadi pada semua ras, dan terutama menyerang wanita dengan
ratio 3:1. ITP seringkali terdiagnosa pada usia reproduksi terutama decade 2-3
(usia remaja dan dewasa muda). 3,5
Patofisiologi
Trombositopenia pada ITP merupakan proses autoimun dimana terjadi
perusakan trombosit yang dimediasi oleh autoantibodi antitrombosit yang terikat
pada antigen permukaan sel. Trombosit yang telah memiliki kompleks antigen
antibodi ini kemudian akan dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial.
Autoantibodi antitrombosit tersebut dapat melewati sawar darah plasenta,
sehingga dapat mempengaruhi ibu dan janinnya. 2,3
1
Diagnosis
Immun Trombositopenia Purpura adalah diagnosis eksklusi, yaitu
diagnosis setelah diagnosis diferensial lain telah tersingkirkan. Immun
trombositopenia purpura sendiri ditegakkan bila ditemukan antara lain adanya
purpura pada kulit, uji tourniquete positif, jumlah trombosit kurang dari
100.000/mL, adanya perpanjangan masa perdarahan, waktu pembekuan, serta
gangguan koagulasi lainnya, dengan jumlah megakariosit dalam sumsum tulang
lebih banyak, dengan tanpa ditemukan adanya kelainan sistemik maupun
toksisitas obat atau racun, dan tidak ditemukan pula splenomegali. Lebih dari 80%
kasus ITP berhubungan dengan antibodi antiplatelet, tetapi adanya antibodi
antiplatelet ini bukan merupakan kriteria diagnosis untuk ITP. 3,6
ITP juga bisa terlihat dan terdiagnosa pada saat kehamilan. Karena sangat
sulit membedakan diagnosis antara ITP dan trombositopenia gestational Bahkan
dengan pemeriksaan antibodi antitrombosit, kecuali bila terdapat penurunan
trombosit yang drastik tanpa ditemukan penyebab lain untuk trombositopenia. pun
tidak. ITP ringan sampai sedang merupakan kondisi yang sering ditemui pada
akhir kehamilan, tanpa ditemui manifestasi klinis yang berarti. Akan tetapi untuk
mendiagnosis ITP hendaknya dilakukan pemeriksaan dan evaluasi ulang post
partum. 3,6,7
Klasifikasi
Berdasar derajat trombositopenia, Immun Trombositopenia Purpura (ITP) dapat
dibagi menjadi: 3,8
1. Ringan bila kadar trombosit dalam darah > 50.000/mL, dan berhubungan
dengan risiko perdarahan bila terjadi trauma.
2. Sedang adalah trombositopenia dengan kadar 10-50.000/mL, dapat
menyebabkan perdarahan spontan, tetapi biasanya tidak serius dan tidak
begitu banyak.
3. Berat bila kadar trombosit < 10.000/mL Perdarahan massif spontan dapat
terjadi.
2
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ITP harus dilakukan menyeluruh dengan melibatkan
wanita hamil dan keluarga. Terapi dapat berupa terapi medikamentosa dan terapi
pembedahan. Terapi medikamentoda merupakan terapi jangka panjang dengan
efek samping yang harus dimonitor dengan baik terutama pada kehamilan
sehingga tidak terjadi efek yang merugikan ibu maupun janinnya. Antenatal Care
yang baik dan teratur, dengan pemeriksaan darah rutin, disertai kepatuhan ibu
serta ketelitian dokter dan tenaga kesehatan akan memberikan hasil terapi yang
optimal.9
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa terutama ditujukan untuk menekan proses
imunologis yang terjadi ndalam tubuh serta mengatasi/mengkoreksi jumlah
trombosit bila terjadi perdarahan atau defisiensi hebat.1,3,9
a. Kortikosteroid
Terapi utama ITP adalah kortikosteroid, immunoglobulin intravena (IV
Ig), dan splenectomy. Masih terdapat kontroversi mengenai efek kortikosteroid
terutama terhadap terjadinya malformasi kongenital. Akan tetapi steroid memiliki
efek samping yang cukup membahayakan antara lain hiperglikemia, hipertensi,
dan osteoporosis.
Tetapi sampai saat ini pemberian prednisolon dengan dosis 1mg/kg/hari
masih merupakan obat lini pertama untuk ITP yang direkomendasikan, akan tetapi
dalam penggunaan jangka pendek. Penggunaan ini dapat ditappering off setelah
terjadi respon positif. Dosis steroid tinggi dapat diberikan lagi pada minggu-
minggu akhir mendekati persalinan. Kortikosteroid lain yang digunakan adalah
dexamethasone 40mg/hari selama 4 bulan.
b. Immunoglobulin
Alternatif lain adalah pemderian Ig IV dengan dosis 0.4 g/kg/hari selama
lima hari. Terapi ini akan menyebabkan remisi pada sekitar 75% pasien, dan dapat
berlangsung selama tiga sampai empat minggu. Imunoglobulin tersebut dapat
menembus sawar plasenta akan berefek yang sama dalam darah janin, yaitu
dengan memblokade reseptor Fc dalam sistem makrofag monosit. Karena kadang
3
ditemui reaksi alergi, maka sebaiknya penggunaan Ig IV hanya diberikan pada
kasus yang serius, misalnya bila sudah terjadi perdarahan, dan tidak diberikan
sebagai profilaksis bila sudah mendekati persalinan.
c. Anti D Intra Vena
Anti D intra vena sudah mulai digunakan untuk terapi ITP pada anak dan
dewasa, dimana anak menunjukkan respon yang lebih baik daripada anak, dimana
70% menunjukkan respon positif. Dosis yang direkomendasikan adalah 25-200
mcg/kg/hari. Akan tetapi pemakaian Anti D intra vena pada kehamilan sampai
sekarang belum ada data mengenai efektivitas dan keamanannya. Karena adanya
kekhawatiran terjadinya hemolisis janin karena molekul IgG yang melewati sawar
plasenta.
d. Tranfusi trombosit
Sebaiknya hanya dilakukan sebagai terapi dan bukan profilaksis. Karena
adanya antibodi antiplatelet maternal menyebabkan destruksi trombosit yang
ditranfusikan, sehingga terjadi penurunan trombosit dengan cepat. Tranfusi
trombosit hanya direkomendasikan bila jumlah trombosit < 10.000/mL atau
terjadi perdarahan maternal. Biasanya diberikan 6-10 unit trombosit bila akan
dilakukan section cesaria pada wanita dengan jumlah trombosit < 50.000/mL
untuk mencegah perdarahan intra atau post partum.
e. Immunosupresan
Obat-obatan lain yang juga sering digunakan dalam kasus ITP antara lain
imunosupresan seperti siklofosfamid, vincristine, danazole, dan siklosporon. Akan
tetapi tidak digunakan untuk kehamilan karena dianggap memiliki efek
teratogenik.
2. Pembedahan1,3
Splenectomi merupakan terapi paling permanen untuk ITP. Akan tetapi
biasanya tidak dilakukan sebelum diberikan terapi dengan kortikosteroid, atau
setelah terapi kortikosteroid tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Akan
tetapi, dilakukannya splenektomi yang merupakan operasi besar selama kehamilan
juga memiliki efek samping yang serius, terutama bagi janin, dan juga bagi ibu,
4
misalnya perdarahan, memperberat anemia, aborsi, dan persalinan premature.
Splenektomi selama kehamilan masih merupakan kontroversi. Sampai saat ini
belum diperoleh data yang cukup mengenai terapi lain untuk ITP dalam
kehamilan.
Komplikasi
Komplikasi akibat ITP sebagian besar merupakan akibat trombositopenia
serta masuknya autoantibodi antitrombosit dari ibu yang dapat menembus sawar
plasenta hingga beredar dalam sirkulasi janin, sehingga menyebabkan
trombositopenia janin bahkan neonatus.3,4,5,8,9
Komplikasi maternal
Komplikasi ibu yang paling sering terjadi adalah perdarahan, baik
perdarahan antepartum, perdarahan intra partum, maupun perdarahan post partum.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan metode persalinan tidak memiliki
korelasi langsung dengan risiko perdarahan asal dilakukan dengan penanganan
tepat. 3,9
Hitung trombosit > 50.000/mL masih aman untuk persalinan, bahkan
beberapa ahli mengatakan sampai level 30-50.000/mL masih dapat melahirkan
dengan normal tanpa komplikasi. Wanita dengan ITP yang mengalami perdarahan
intra-partum memiliki jumlah trombosit < 30.000/mL. Penatalaksanaan ITP dalam
kehamilan haruslah mengacu pada hal tersebut.3,8
Prognosis
Bila tanpa komplikasi yang berat, prognosis untuk ibu, janin dan
persalinan baik, terutama bila trombositopenia yang terjadi ringan atau sedang.
Sampai saat ini sejak 20 tahun yang lalu di Amerika belum pernah ditemui
kematian maternal akibat ITP. Komplikasi yang dapat ditangani dengan baik juga
dapat memberikan hasil yang memuaskan.9
5
ILUSTRASI KASUS
Telah di rawat seorang pasien perempuan berusia 40 tahun di Bangsal
Penyakit Dalam sejak tanggal 31 Agustus 2014 dengan:
Keluhan Utama :
Gusi berdarah sejak 1 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Gusi berdarah sejak 1 minggu yang lalu. Semula dirasakan hilang timbul
sejak 2 bulan yang lalu keluhan timbul tanpa riwayat trauma. Keluhan
perdarahan timbul tanpa didahului demam. Sejak 2 bulan yang lalu pasien
mengeluhkan pendarahan hilnag timbul dari gusi, hidung dan saluran
kewanitaan. Setiap keluhan pasien selalu berobat dan dirawat di RSUD
Pariaman, selalu mendapat tranfusi trombosit. Setiap mendapat tranfusi
keluhan pasien berkurang dan pasien di perbolehkan pulang, Pasien pada
akhirnya dirujuk ke RSUP M Djamil untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Pendarahan di kemaluan 2 bulan yang lalu, terjadi 1x, dengan jumlah
pendarahan membasahi 2 buah pembalut. Namun setelah itu pendarahan
berhenti sendiri.
kelopak mata kiri jatuh sejak 6 minggu yang lalu , pagi hari bangun tidur
kelopak mata kiri terbuka lebih lebar, semakin sore semakin bertambah
jatuh. Keluhan membaik bila pasien beristirahat dan tidur.
Letih-letih sejak 1 bulan yang lalu.
Keluhan sering haus- haus, lapar-lapar ada sejak 1 bulan yang lalu
Nafsu makan meningkat sejak 1 bulan yang lalu.
Bercak-bercak kebiruan yang bertambah banyak sejak 2 minggu yang lalu.
Awalnya bercak-bercak kebiruan ini telah muncul sejak 2 bulan yang lalu.
Bercak-bercak ini muncul di paha dan kaki pasien, tanpa adanya riwayat
trauma sebelumnya. Pasien juga merasakan adanya nyeri pada bercak dan
anggota gerak terkadang terasa lemah. Pasien kemudian berobat ke RSUD
Pariaman.
6
Pasien telah didiagnosa ITP sejak 2 minggu yang lalu tanpa pemeriksaan
BMP dan sejak 2 minggu yang lalu pasien sudah mendapat terapi steroid
( methyl prenisolon) 20-20-20 mg
Riwayat hasil pemeriksaan gula darah tinggi ada sejak mengkomsusi
steroid dan mendapat terapi insulin dari dokter spesialis penyakit dalam
sebelumnya
Riwanyat terkena penyinaran yang berulang tidak ada
Badan tampak pucat tidak ada.
Demam tidak ada
Mual dan muntah tidak ada.
Rambut rontok tidak ada
Nyeri sendi tidak ada
Ganguan menelan tidak ada
Sesak nafas tidak ada.
Suara serak tidak ada.
Muka merah saat terkena cahaya matahari tidak ada
Kembung tidak ada.
Pusing berputar tidak ada.
Mata kabur tidak ada
Riwayat kesemutan tidak ada
Penurunan berat badan tidak ada.
Buang air kecil sering malam hari tidak ada.
BAB hitam tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat sakit kuning tidak ada
Riwayat keganasan tidak ada
Riwayat minum obat dalam jangka waktu yang lama tidak ada.
Riwayat asma tidak ada.
Riwayat hipertensi tidak ada
Riwayat bercak-bercak kebiruan dan pendarahan spontan saat kecil tidak
ada.
7
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami penyakit yang sama
seperti pasien
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Status Perkawinan dan Kebiasaan:
Pasien seorang Ibu Rumah Tangga, pendidikan SMA, suku Minang.
Pasien mempunyai kepribadian yang terbuka, mudah bergaul dan
mempunyai banyak teman.
Nafsu makan biasa, frekuensi 3x sehari, pasien menghabiskan makanan 1
piring tiap kali makan dengan lauk-pauk yang bervariasi.
Pasien aktif mengikuti berbagai kegiatan saat sekolah.
Pasien mempunyai seorang suami
Riwanyat melahirkan anak dengan BBL > 4 kg tidak ada.
Riwayat seks bebas tidak ada.
Riwayat memakai tato tidak ada.
Riwayat menggunakan obat-obatan dengan jarum suntik bersama tidak
ada.
Pemeriksaan Umum
Kesadaraan : CMC
Keadaan Umum : Sedang
Tekanan Darah :130/90mmHg
Frekuensi Nadi :100x/mnt,
denyut teratur, pengisian cukup
Frekuensi Nafas : 22 x/mnt
Suhu : 37,50C
BB : 75 kg
TB : 158 cm
BMI :29,31
8
Ikterus : (-)
Edema : (-)
Anemia : (-)
Lingkar pinggang :
Kulit : Pucat (-), Turgor baik, ptekiae (-), ekimosis (+),
purpura (+)
Kelenjar Getah Bening : KGB tidak membesar
Kepala : Normocephal, tidak tampak massa/benjolan
Rambut : Hitam, tidak mudah patah, mudah rontok (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera tidak ikterik
Telinga : deformitas (-), tanda-tanda radang (-)
Hidung : deformitas (-), tanda-tanda radang (-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis , pseudomembran (-), tonsil
T1-T1 tidak hiperemis
Gigi dan Mulut :Caries (-), candida (-), atrofi papil lidah (-),
hipertrofi ginggiva (-)
Leher : JVP 5-2 cmH2O, deviasi trakea (-), kelenjar tiroid
tidak membesar.
Thoraks :
Paru depan
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, saat statis ataupun dinamis
Palpasi : Fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor, Batas pekak hepar RIC IV dextra
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Paru belakang
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, saat statis ataupun dinamis,
Palpasi : Fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor, Batas peranjakan paru 1 jari
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Iktus tidak terlihat
Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
9
Perkusi : Batas atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri 1 jari
medial LMCS RIC V
Auskultasi : Irama teratur, M1 > M2, P2 < A2, Bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae, 1 jari bpx tepi
tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-).
Limpa S0
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) N
Punggung : Nyeri ketok dan tekan CVA tidak ada
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Anus : Tidak ada kelainan
Anggota Gerak : Reflek fisiologis (+/+), Reflek Patologis (-/-), edem (-/-)
Kekuatan motorik :
5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5
pulsasi Kiri kanan
A.dorsalis pedis + +
A.poplitea + +
A.tibialis posterior + +
sensibilitas Kanan Kiri
kasar + +
halus + +
Laboratorium
Hemoglobin : 13,6 gr/dl
Leukosit : 12.500/mm3
10
Trombosit : 15.000/mm3
Hit Jenis : 0/1/0/57/40/2
Gula darah sewaktu : 376
Gambaran darah tepi :
Eritrosit : normositik normokrom
Leukosit : kesan jumlah cukup dengan netrofilia shift to the right
Trombosit : jumlah kurang
Kesan : trombositopenia, hiperglikemia
Urinalisis:
Protein : +
Glukosa : -
Leukosit : 0-1/LPB
Eritrosit : 0-1/LPB
Silinder : -
Kristal : -
Epitel : gepeng +
Bilirubin : -
Urobilinogen : +
Feses:
Makroskopis : Mikroskopis:
Warna : kuning Leukosit : 0-1
Konsisten : lunak Eritrosit : 0-1
Darah : - Amuba : -
Lendir : - Telur cacing : -
EKG :
Irama : sinus takikardi QRS Komplek : 0,08 “
HR : 110 x/1’ Axis : Normal
Gel P : Normal ST segmen : Isoelektrik
PR Interval : 0,12 “ SV1+RV5 < 35
R/S V1 < 1
Kesan : Sinus takikardi
Daftar Masalah:
Trombositopenia
Ptosis
11
Leukositosis
Obesitas I
hiperglikemia
Diagnosis Kerja Primer:
Trombositopenia ec ITP
Myastenia gravis class I
DM tipe 2 baru dikenal obesitas I
Diagnosis Banding :
Trombositopenia ec hepatitis
Trombositopenia ec HIV
SLE
DM tipe II baru dikenal , obesitas I
Terapi :
Istirahat/DD1700 kkl (karbohidrat 900 kkal, protein 60 gr, lemak 360 kkal)
IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
Transfusi trombosit 10 unit
Noverapid 3x 10 ui
Cefotaxim 2x1gr
Pemeriksaan anjuran :
Faal ginjal (ureum, kreatinin)
Elektrolit (Na, K, Cl)
Faal hepar (SGOT, SGPT, bilirubin I&II, albumin&globulin)
Profil lipid
Ro thorak
Hba1c
Homa-ir
GDP, 2JPP
Konsul Mata12
Konsul Neurologi
Faal hemostatis (prothrombin time (PT), partial thromboplastin time
(PTT))
Screening virus (HIV, anti HCV, HBsAg)
Bone Marrow Puncture
Follow Up
1 september 2014
S: letih (+), bercak kebiruan (+), pendarahan gusi (+) sedikit, pendarahan dari
kemaluan (-), kelopak mata kiri turun pada pagi hari (-)
O:
KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 92x/menit
Nafas : 20x/menit
T : 36,7 C
Hasil laboratorium:
SGOT : 16 u/L
SGPT : 45 u/L
Albumin : 3,6 gr/dL
Globulin : 1,7 gr/dL
PT : 9,8”
APTT : 23,4”
GDS : 376
Ureum : 25 mg/dL
Kreatinin : o,6 mg/dL
Cl : 101 mmol/L
Kalium : 3,6 mmol/L
Natrium : 134 mmol/L
Kolesterol total : 258
HDL kolesterol : 43
LDL kolesterol :179
Trigliserida : 180
Trombosit : 15.000/mm3
Kesan: dislipidemia
P:
Simvastatin 1 x20 mg
Keluar hasil Expertise Ro thorak
Kesan : Cor dan pulmo dalam batas normal
13
Konsul Konsultan Hematologi-Onkologi Medik
Kesan: trombositopenia ec ITP
Advis:
BMP
Singkirkan kemungkinan penyebab trombositopenia (HIV, SLE, Hepatitis)
Konsul Konsultan Endokrin metabolok
Kesan: DM tipe 2 baru dikenal, Obesitas I
DD/ DM iduksi obat steroid
Advis:
Cek GDP, GD2jPP, HbA1C
Profil lipid
2 september 2014
S: letih (-), bercak kebiruan (+) sudah berkurang, pendarahan gusi (-), pendarahan
dari kemaluan (-)
O:
KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 92x/menit
Nafas : 20x/menit
T : 36,7 C
Hasil laboratorium:
Hba1C : 10,9
Homa –IR : 5,51
GDP :244 mg/dL
GD2PP :146 mg/dL
Kesan : diabets millitus tipe 2
Konsul bagian Mata
Kesan: -saat ini tida ada terdapat tanda-tanda retinopati diabetikum
- Ptosis OS ec susp myastenia gravis
14
Advis:
Konsul neurologi
EMG
Kontrol poli mata
3 september 2014
S: letih (-), pucat (-), pendarahan gusi (-), pendarahan dari kemaluan (-), bercak
kebiruan di kulit sudah jauh berkurang
O:
KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 22x/menit
T : 37 C
Hasil laboratorium:
HBsAg : non reaktif
Anti HCV : negatif
Rapid test HIV: non reaktif
Keluar hasil BMP
Kesan : gambar sumsum tulang masih dalam batas normal
Konsul bagian Neurologi
Kesan: - Myastenia gravis class I
- ITP
Advis:
Mestinon 2 x30 mg
Awasi tanda krisis kolinergik
Periksa fs tiroid T3,T4, TSH
Ro thorak AP
EMG
Rawat Bersama
15
4 september 2014
S: bercak kebiruan berkurang, pendarahan di gusi dan kemaluan (-)
O:
KU : sedang
Kesadaran : CMC
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 80x/menit
Nafas : 16x/menit
T : 36,6 C
Konsul Konsultan Hematologi-Onkologi Medik
Kesan: Di terapi sebagai ITP
Advis:
Metil prenisolon 20-20-20 mg
Lansoprazole 1 x30 mg
Osteocal 1x1000 mg
Hasil laboratorium:
GDP : 219 mg/dL
GD2PP : 173 mg/dL
Kesan : hiperglikemia
DISKUSI
16
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 24 tahun di bagian Penyakit
Dalam dengan diagnosis akhir:
Trombositopenia ec ITP
Myastenia gravis
DM tipe 2 baru dikenal obesitas I
Diagnosis ITP ini ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan bercak-
bercak kebiruan tanpa adanya riwayat trauma sebelumnya, riwayat pendarahan
pervaginam serta pendarahan gusi. Pada anamnesis juga ditanyakan tentang
riwayat bercak kebiruan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya ekimosis dan
purpura. Pemeriksaan penunjang pada pasien ini berdasarkan adanya gambaran
darah tepi trombositopenia.
Immun Trombositopenia Purpura adalah diagnosis eksklusi, yaitu
diagnosis setelah diagnosis diferensial lain telah tersingkirkan. Pada pasien ini
telah kita lakukan penelusuran untuk mencari penyebab-penyebab lain dari
trombositopenia seperti infeksi Hepatitis, HIV dan SLE, dan didapatkan hasil
yang normal sehingga diagnosis dari ITP dapat ditegakkan.3,6
Pemeriksaan sumsum tulang pada ITP berguna untuk evaluasi dalam
mengeksklusi proses infiltratif pada pasien-pasien dengan trombositopenia.
Namun pemeriksaan sumsum tulang bukan pemeriksaan yang direkomendasikan
oleh American Society of Hematology dalam 2013 Clinical Practice Guide on
Trombocytopenia in Pregnancy.11
Pada kasus ini diberikan tranfusi trombosit 10 unit oleh karena pada saat
masuk pasien datang dengan kadar trombosit di bawah 50.000/mm3 dengan
riwayat pendarahan. Setelah dilakukan tranfusi trombosit, keadaan klinis pasien
mengalami perbaikan yang sesuai dengan hasil laboratorium yaitu peningkatan
kadar trombosit dan pada pasien ini dilakukan observasi dari nilai trombosit.
Setelah diobservasi didapatkan bahwa nilai trombosit berkisar > 30.000/mm3.
Pada literatur dikatakan bahwa wanita tanpa adanya manifestasi pendarahan dan
nilai trombosit > 30.000/mm3 tidak membutuhkan terapi hingga masa gestasi 36
minggu.11
17
Myastenia gravis pada pasien ini ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik dimana dari anamnesis didapati jatuhnya kelopak mata secara
perlahan-lahan dari pagi hari sampai sore hari dan pasien juga mudah lelah dan
dari pemeriksaan fisik didapatkan kelopak mata kiri jatuh, dan dilakukan tes
counting (+), tes wartenberg (+) direncanakan untuk di lakukan pemeriksaan
EMG pada pasien untuk lebih spesifik untuk MG
DM Tipe 2 baru dikenal obesitas I ditegakkan dari riwayat pasien yang tidak
menderita DM sebelumnya, adanya riwayat sering haus-haus, lapar-lapar ada
sejak 1 bulan yang lalu, nafsu makan meningkat sejak 1 bulan yang lalu, dimana
setelah pemakainan steroid selama 2 minggu pasien mengalami peningkatan gula
darah. Dari pemeriksaan penunjang Hba1C : 10,9. Homa –IR : 5,51. GDP:244
mg/dL GD2PP :146 mg/dL
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Harrison C, Machin S. 2006. Idiopathic Thrombocytopenia
Purpurae(ITP), dari http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/itp.htm
2. Abdul Rahim Gari-Bai.1997. Thrombocytopenia during Pregnancy. Dari
http://www.kfshrc.edu.sa/annals/182/97-160.html
3. Millar Lynnae. 2006. Immune Thrombocytopenia and Pregnancy. Dari
www.emedicine.com
4. PayneSD, Resnik R, Moore TR, Hedriana HL, Kelly TF.1997. Maternal
Characteristics And Risk Of Severe Neonatal Thrombocytopenia And
Intracranial Hemorrhage In Pregnancies Complicated By Autoimmune
Thrombocytopenia. American Journal of Obstetrics and Gynecology.
Volume 177 No 1
5. Fischer R, Hageboutros A. 2006. Thrombocytopenia in Pregnancy. Dari:
www.emedicine.com
6. Suwito Tjondro Hudono. 1999. Penyakit Darah. Dalam Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta. Hal 448-488
7. Lescale KB, Eddleman KA, Cines DB, Samuels P, Lesser ML, McFarland
JG, Bussel JB. 1996. Antiplatelet Antibody Testing In Thrombocytopenic
Pregnant Women.American Journal of Obstetrics and Gynecology.Volume
174 No 3
8. Peleg D, Hunter SK. 1999. Perinatal Management Of Women With
Immune Thrombocytopenic Purpura: Survey Of United States
Perinatologists, American Journal of Obstetrics and Gynecology. Volume
180 No 3.
9. Cines DB, Bussel JB. 2005. How I Treat Idiopathic Thrombocytopenic
Purpura (ITP). In Blood Journal, Vol. 106, No. 7, pp. 2244-2251
19
10. Cines, DB. 2003. ITP and Pregnancy. In Blood Journal, Vol. 102 No. 13.
Pp 4250-4251
11. Rajasekhar A, et al. 2013. The American Society of Hematology 2013
Clinical Practice Guide on Trombocytopenia in Pregnancy. The American
Society of Hematology.
12. Anonymous. 2008. Renal Tubular Acidosis. National Kidney and Urologic
Diseases Information Clearinghouse.
13. John C, Domingo A. 2014. Renal Tubular Acidosis. Nutrition in Health
and Disease. University of the Philippines.
20
top related