success story wanagama, indonesia

Post on 16-Apr-2017

2.587 Views

Category:

Business

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Prof. Dr. Mohammad Na’iem MAgrSc.Fakultas Kehutanan U G M

Yogyakarta

SUCCESS STORY WANAGAMA: DARI PROBLEM MENJADI

SOLUSI

(1) Tujuan Pembanguna WanagamaI• Menemukan pola pembangunan Hutan Serba Guna atau

Daerah Kritis.

• Pusat pendidikan dan pelatihan bagi siswa, masyarakat dan praktisi lapangan,

• Tempat penelitian bagi siswa dan dosen untuk mengiden-tifikasi problem-problem utama dalam rehabilitasi lahan kritis berdasarkan asas kelestarian lingkungan,

• Berbagai pelatihan dan aktivitas untuk meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam hal reforestasi, rehabilitasi, model pembangunan HTI, perlindungan tanah, air dan lingkungan

• Aplikasi dan transfer hasil-hasil penelitian ke instansi pemerintah, swasta, dan organisasi sosial.

(2) Sejarah perkembangan WG I

• 1964 -1968 (Petak 5 luas 10 ha)

• 1968 -1983 (Petak 5 luas 79,9 ha)

• 1983 sampai sekarang (jumlah 7 petak) Petak 5 : 79,9 ha; Petak 6 : 51,3 ha;

Petak 7 : 77,7 ha; Petak 13 : 88,1 ha;

Petak 14 : 90,7 ha; Petak 16 : 72,0 ha;

Petak 18 : 76.2 ha;

Peta lokasi dan Uji genetik di Wanagama I

(3) Para Pendiri Wanagama I

(4) Wanagama di awal pembangunannya

Informasi Kondisi Fisik Wanagama I (Gunung Kidul)

Curah Hujan Curah hujan rata-rata 1.900 mm/tahun, bulan kering (<60 mm/bulan) berkisar antara

2 – 6 bulan / setahun, jumlah hari hujan rata-rata 80 hari/ tahun. Musim hujan Oktober- April, curah hujan tertinggi pada bulan Desember - Pebruari dengan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan, jumlah hari hujan pada bulan-bulan tersebut antara 10 – 24 hari/bulan. Menurut klasifikasi iklim oleh Schmidt dan Ferguson daerah tersebut mempunyai tipe iklim C.

Suhu udara Suhu udara mempengaruhi terutama evaporasi dan transpirasi tumbuh-tumbuhan

sehingga dapat berdampak terhadap kandungan air tanah maupun air di permukaan tanah. Suhu udara yang diambil dari Lanuma Adisucipto rata-rata berkisar antara 23,2 ºC (minimum) sampai 32,4 ºC (maksimum) dengan rata-ratanya 27,7 º C.

Kelembaban udara Kelembaban nisbi (relative humidity) di Kabupaten Gunung Kidul rata-rata berkisar

antara 80 –90 %. Angka ini tidak terlalu terpengaruh oleh ketinggian tempat atau jarak letak dari laut. Kelembaban tertinggi dicapai pada bulan Januari sampai Maret, sedangkan kelembaban terendah pada bulan Agustus – September

• Geomorfologi1. Perbukitan-pegunungan struktural, tersebar di daerah Kecamatan: Patuk,

Gedangsari, Ngawen, Semin dan sebagian Kecamatan Karangmojo dan Ponjong. Relief berbukit sampai bergunung, dengan ketinggian antara 400 - > 700 m dpl, kemiringan antara 25 – 100 % (45º). Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir sedimen volkanik (volkan klastik). Tingkat pengikisannya sangat kuat, sehingga terbentuk lereng-lereng yang curam dan lembah-lembah yang dalam. Erosi sangat kuat sehingga jeluk (kedalaman) tanah sangat dangkal bahkan sebagian besar tinggal singkapan batuan.

2. Perbukitan struktural tersolusi, tersebar di Kecamatan Patuk, Paliyan, Gedangsari, Ponjong dan Semin. Satuan ini dicirikan oleh relief berbukit, dengan ketinggian antara 200 – 600 m dpl, dan kemiringan berkisar antara 15 – 45 %. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir gampingan, kalkarenit, batugamping tuff dan breksi batuapung. Tingkat pengikisan kuat, ditandai oleh lereng-lereng miring sampai curam, lembah-lembah agak dalam sampai dalam, erosi agak berat sampai berat, jeluk tanah agak dalam, tetapi di beberapa tempat tampak singkapan batuan

3. Dataran tinggi (plateau), teragih/tersebar di Kecamatan Playen, Paliyan, Wono-sari, Ponjong, dan Karangmojo. Satuan ini dicirikan oleh relief yang datar sampai bergelombang, ketinggian berkisar antara 100 – 200 m dpl, dengan kemiringan umumnya kurang dari 8 %. Batuan penyusunnya terdiri atas batuan gamping, batupasir gampingan dan tuf gampingan. Tingkat pengikisan lemah – sedang, erosi rendah – sedang, jeluk tanah dangkal hingga agak dalam

4. Perbukitan (karst), meliputi Kecamatan Paliyan, Panggang, Saptosari, Semanu, Tepus dan Rongkop. Satuan ini dicirikan oleh relief yang berbukit-bukit, dengan puncak-puncak bukit yang bentuknya membulat yang sering disebut Bukit atau Gunung Seribu. Kemiringan lereng berkisar antara 8 % hingga 45 %, ketinggian dari 300 - > 400 m dpl. Struktur batuan gamping berlapis-lapis hampir horisontal ke arah Selatan

Struktur batuan gamping yang berlapis-lapis di daerah Wanagama.

Air permukaan

Daerah Wanagama terbelah oleh Sungai Oyo yang bersifat perenial yaitu sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun. Kondisi air sangat dipengaruhi oleh musim pada musim hujan airnya melimpah, sebaliknya pada musim kemarau airnya sangat berkurang

Air tanah dan mata airPada kelompok perbukitan-pegunungan berlereng miring – terjal, air bawah tanah (ground water) cukup dalam dan hanya terdapat pada lembah atau dataran lembah kanan-kiri sunga.Cadangan air tanah di daerah ini sangatrendah dan termasuk dalam klasifikasi non akifer dengan kedalaman airtanah berkisar 30 – 300 m.

Beberapa mata air yang terdapat di Wanagama

Proses perkembangan tanah di Wanagama I, dari batuan yang ditumbuhi lumut, rumput, tanaman pioner seperti Akasia (Acacia vilosa), perdu/pohon gliricidea (Glirisidia maculata), cendana (Santalum album) dll.

Perkembangan tanah

Solusi yang diterapkan :

• Pendekatan teknik/biologis Pembangunan terasering, penanaman tanaman penguat teras

dengan jenis legum, pembelukaran, mencari kecocokan jenis, mengembangkan agro-forestry

• Pendekatan sosial

Melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan di Wanagama. Melakukan bimbingan, penyuluhan dan contoh dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dll

Acacia villosa Gliricidea sepium

Jenis legum yang sangat berperan pada awal pengembangan Wanagama

Pendekatan teknis/biologis

Teknik terasering

Pendekatan Sosial:

1. Penanaman tanaman obat-obatan : kumis kucing, temu lawak

2. Membuat kolam dan memelihara ikan

3. Memelihara itik, ayam dan kelinci

4. Memelihara lebah

5. Menanam dan memelihara rumput kolonjono

6. Menanam murbei dan memelihara ulat sutera

Ulat sutra sebagaicikal bakal persuteraan alam Indonesia

Rumah sutera dan tanaman murbei di Wanagama

KONSEP KLEBSFaktor genetik Faktor

lingkungan

Proses fisiologis

PERTUMBUHAN

Beberapa jenis tanaman yang cukup bagus pertumbuhannya di Wanagama

Tegakan mahoni

Tegakan S. albumTegakan eboniTegakan eboni

Tegakan jati

Tegakan Kayuputih

Wanagama sebagai areal ex situ konservasi genetik

Santalum album

Pohon Plus Cendana

Pertanaman uji genetik

Progent test of E. pellita

A.mangium stand

E. pelliata x urophylla hybrid

Diospyros celebica

Dyospiros celebica

Arthocarpus heterophylla

E. pellita x urophylla

Wanagamga Sebagai Pusat Uji Genetik dan Plot Demonstrasi

Progeny test of E. pellita

Tectona grandis

A. mangium

E. urophylla

Silvikultur Intensive (SILIN)

Wanagama sebagai Objek Penelitian Agroforestry

Wanagama Sebagai Objek Pendidikan Lingkungan dan Eko-

tourisme

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan

Asrama dan Ruang Pertemuan

top related