studi kasus perencanaan jaringan perpipaan air …
Post on 20-Oct-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Hal| 1 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
STUDI KASUS PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN
AIR BERSIH SISTEM GRAVITASI
KABUPATEN KAPUAS HULU
EKO SARWONO
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Pontianak
e-mail : ekosarwono18@yahoo.com
Abstrak
Sistem penyediaan air bersih perdesaan menghadapi banyak kendala dalam menjaga
keberlanjutannya. Sarana air bersih yang telah dibangun oleh pemerintah, biasanya dikelola oleh
masyarakat dengan membentuk lembaga pengelola air. Keterbatasan kemampuan pengelola, baik secara
teknis maupun manajerial, akan mempengaruhi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di pedesaan.
Karena keterbatasan kemampuan tersebut, maka dalam perencanaan sistem penyediaan air bersih perlu
mempertimbangkan teknologi penyediaan air bersih yang diterapkan. Faktor penting yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi ini adalah kemudahan pengoperasian dan keterjangkauan
biaya. Dalam kaitan dengan permasalahan di atas, telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metoda
studi kasus yang dilakukan di Kabupaten Kapuas Hulu. Studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan
teknik observasi lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemilihan teknologi yang sesuai dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakat setempat menjadi faktor
penting bagi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih.
Studi kasus ini dilatarbelakangi oleh masih sulitnya masyarakat sekitar untuk mendapatkan
pemenuhan jaringan air bersih PDAM karena instalasi jaringan air bersih PDAM di desa tersebut belum
ada sama sekali, mengingat di desa tersebut memiliki jumlah penduduk yang semakin pesat sesuai dengan
proyeksikebutuhan air bersih per 5 tahun sehingga pemenuhan kebutuhan air bersih cukup tinggi. Dari
hasil studi kasus ini memunculkan hasil analisa yang mana diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih di
desa tersebut tersebut pada saat sekarang dan 5 (lima) tahun ke depan sekiranya pihak Unit Pengelola
Sarana (UPS) desa Rantau Kalis Kecamatan Kalis dan desa Suka Maju Kecamatan Mentebah Kabupaten
Kapuas Hulu sudah dapat pengetahui dan merealisasikan pembangunan instalasi jaringan air bersih sampai
menjadi PDAM Desa.
Kata Kunci : Air bersih, pedesaan, penentuan teknologi, jaringan perpipaan, keberlanjutan
1. PENDAHULUAN
Pembangunan Sarana Air Bersih di wilayah pedesaan sering mengalami banyak kendala pasca
konstruksi dan keberlanjutannya. Salah satu kendala yang penting adalah kerusakaan jaringan perpipaan
yang tidak sesuai dengan pelaksanaan perencanaan / tidak sesuai standar perencaan air bersih dan juga
kendala kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat pedesaan. Kelompok masyarakat ini
mempunyai keterbatasan dalam mengakses terhadap kebutuhan air bersih yang aman dan layak. Telah
diidentifikasi bahwa kemiskinan dan jenis proyek ataupun program yang partisipatif merupakan faktor
signifikan yang mempengaruhi kondisi sistem penyediaan air bersih.
Dalam menjaga keberlanjutan pelayanan air bersih di pedesaan, diperlukan Unit Pengelola Sarana
(UPS) yang baik dan didukung oleh partisipasi masyarakat, baik dalam bentuk kelancaran pembayaran
pemakaian air atau keterlibatan langsung dalam setiap tahapan kegiatan pelayanan air bersih. Pengelolaan
yang baik dan keterlibatan masyarakat menjadi pendorong keandalan sistem penyediaan air bersih, yang
pada akhirnya menaikkan tingkat kepuasan masyarakat.
Pengelolaan yang baik harus didukung oleh kemampuan pengelola yang memadai dalam
mengoperasikan sistem penyediaan air bersih. Keterbatasan kemampuan pengelola dapat diantisipasi dengan
pemilihan teknologi penyediaan air bersih yang mudah pengoperasiannya dengan biaya yang terjangkau.
Unit Pengelola Sarana (UPS) dalam mempermudah pengoperasian dan keterjangkauan biaya inilah yang
Hal| 2 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
akan dibahas pada makalah ini. Studi kasus perencaan jaringan perpipaan air bersih sistem gravitasi
dilakukan di Desa Rantau Kalis di wilayah Kecamatan Kalis dan di Desa Sukamaju Kecamatan Mentebah
Kabupaten Kapuas Hulu.
2. DASAR TEORI
2.1. Model Penyedian Sarana Air Bersih Sistem Perpipaan
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan sistem perpipaan :
1. Tersedianya peta dasar, data air baku dan data pengukuran air baku.
2. Hasil dari perencanaan sistem air bersih perpipaan pedesaan harus memenuhi kaidah persyaratan teknis
air bersih yang berlaku.
3. Hasil perencanaan sistem harus merupakan hasil yang terbaik, termudah dan termurah dalam pelaksanaan
dan pengoperasian.
Pilihan sistem penyediaan air bersih untuk perpipaan terdiri dari :
Bangunan penangkap mata air dengan perpipaan sistem gravitasi.
Bangunan penangkap mata air dengan perpipaan dilengkapi pompa.
Pemompaan dari sungai dengan Saringan Pasir Lambat/SPL atau dengan pengolahan sederhana ( IPAS)
dan chlorinasi.
Sumur dalam/bor (kedalaman> 60m) yang dialirkan dengan/tanpa pompa dilengkapi tangki penyimpan
(tandon) dan didistribuskan melalui HU/KU.
Sumur bor kedalaman medium (>20-60) m dengan pompa dan tangki penyimpan.
Tahapan dalam perencanaan sistem perpipaan :
Tinjau kelayakan kualitas dan kuantitas setiap alternatif sumber air sesuai dengan diagram untuk
pemilihan teknologi penyediaan air bersih perpipaan pedesaan ( skema diatas).
Rencanakan sistem perpipaan transmisi dan perpipaan distribusi dengan tahapan :
a. Petakan jalur pipa transmisi dan jalur distribusi yang telah dilengkapi pula dengan sungai, jalan,
bangunan rumah, kantor, masjid, gereja, jembatan,dll sehingga merupakan peta desa.
b. Peta desa yang telah tergambarkan dibuat blok-blok perumahan dan dibuat tanda pada posisi
bangunan penting yaitu sekolah, masjid, gereja, kantor.
c. Buat peta letak jaringan pipa lengkap dengan bangunan pelengkap yang diperlukan sampai dengan
titik penempatan bangunan pelayanan yang berupa HU dan atau KU.
Tentukan jenis pipa sesuai kriteria design.
Tentukan diameter pipa.
Penentuan diameter pipa dan perhitungan hidrolis menggunakan program yang sudah baku.
Pendekatan pola lama dalam pembangunan membagi sektor ke dalam sub-sektor ‘pedesaan’ dan
‘perkotaan’ (Gambar 1). Ada garis pembatas yang jelas antara keduanya, yaitu batas wilayah administrasi.
Batasan ini sekaligus menjadi pembagian tanggung jawab dalam pendanaan dan pengelolaannya. Berdasar
pola tersebut, penyediaan air bersih di pedesaan pada masa lalu banyak yang menggunakan model satu desa
(single village), artinya suatu proyek air bersih dibangun untuk melayani penduduk dalam satu desa.
Cakupan pelayanan dibatasi oleh wilayah administrasi desa. Demikian pula pengelolaannya biasanya masuk
dalam struktur pemerintahan desa.
Model lain dari penyediaan air di perdesaan adalah multi-village system (lebih dari satu desa). Model
ini relatif lebih kompleks dibanding model satu desa, baik ditinjau dari aspek teknis maupun pengelolaannya.
Ada dua tipe sistem distribusi pada multivillage system, yaitu:
a. Sumber air di satu desa digunakan untuk melayani penduduk di beberapa desa lain.
Gambar 1 Klasifikasi Permukiman dalam Perkotaan dan Pedesaan
Hal| 3 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
b. Air dari kota (seperti dari PDAM) disalurkan ke beberapa desa di sekitar kota.
2.2. Matrik Pemilihan Teknologi Sarana Air Bersih
Matrik pilihan teknologi air bersih, merupakan alat bantu untuk memberikan penjelasan pilihan opsi
air bersih yang tepat guna, bagi masyarakat :
Dahulukan dengan pertanyaan, bagaimana dengan kebiasaan masyarakat (perempuan, laki-laki, miskin,
kaya) pada saat ini dalam mengakses kebutuhan air bersih untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Mulailah memberikan penjelasan sumber mata air, kemudian lanjutkan penjelasan secara bertahap
kesamping (horizontal), sampai tahapan pilihan teknologi yang akan dipilih.
Namun jika secara kuantitas sumber airnya tidak cukup, maka teruskan secara vertical kebawah sesuai
urutan sumber air berikutnya, lanjutkan penjelasan kesamping (horizontal), hingga menemukan pilihan
teknologi yang layak dipilih.
Demikian dengan penjelasan untuk air tanah, selesaikanpenjelasan kesamping (horizontal) hingga
menemukan pilihan teknologi yang layak. Namun jika secara kuantitas tidak memenuhi, maka teruskan
ke sumber berikutnya yang berada pada urutan dibawahnya.
Jika kuantitas belum terpenuhi maka dapat dilanjutkan dengan kemungkinan menggunakan air tanah
dalam. Jelaskan kesamping untuk menemukan pilihan teknologi yang layak. Sumur bor dengan jet pump
merupakan juga alternatif yang dapat dipilih untuk pelayanan > 15 KK, dan alternatif lainnya adalah
menggunakan sumur bor dalam, yang memerlukan bantuan tenaga ahli dan peralatan memadai, sehingga
merupakan pilihan teknologi yang sangat mahal.
Menggunakan sumber air permukaan merupakan pilihan yang sulit, karena memerlukan biaya investasi
besar dan sustainabilitas setelah pasca proyek rendah. Maka upayakan pilihan teknologi yang tidak
memerlukan biaya operasional tinggi, dan pengelolaanya masih dapat dijangkau oleh masyarakat
setempat. Namun jika sumber air permukaan mempunyai kualitas air yang sangat berat untuk dilakukan
pengolahan sederhana, maka sebaiknya direkomendasikan kepada program lain, agar lebih optimal
pelaksanaannya.
Sumber air hujan merupakan pilihan terakhir, jika semua sumber-sumber diatas tidak dijumpai/layak
secara kualitas.
Proses pemilihan teknologi tergantung pada strategi dasar yang diambil oleh perencana dan
kecenderungan umum dalam sektor sarana air bersih. Ada tiga langkah dalam menentukan pilihan teknologi
yang sesuai dengan kondisi lingkungan di pedesaan, yaitu:
Hal| 4 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
Tahap 1: menentukan tujuan
Tahap 2: melakukan analisis
Tahap 3: menentukan output
3. METODOLOGI STUDI KASUS
Penelitian perencanaan jaringan perpipaan air bersih sistem gravitasi ini dilakukan dengan
pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi atas sarana air
bersih pedesaan, wawancara dengan pengelola dan pelanggan air bersih (tiap desa diambil 15 pelanggan
sebagai responden), dan dokumentasi atas pengelolaan air bersih. Data yang dikumpulkan bersifat
kualitatif dan kuantitatif, meliputi data fisik wilayah, data sosial-ekonomi, dan data kondisi pengelolaan
sarana air bersih, termasuk data kualitas air yang diperiksa di laboratorium. Analisis data dilakukan
secara deskriptif. Hasil analisis akan menggambarkan kondisi sarana air bersih, partisipasi masyarakat,
kepuasan pelanggan, kemauan membayar, dan kondisi institusi pengelola.
Gambar 2 Pilihan Teknologi Sarana Air Bersih
Gambar 3 Rapat Unit Pengelola Sarana Air Bersih dan Diskusi Kendala Pelaksanaan Pengoperasian
Desa Rantau Kalis
Hal| 5 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
Gambar 4 Kondisi Fisik Sarana Air Bersih Desa Rantau Kalis
Mulai
Survey
(Pengumpulan data)
Diskusi (wawancara) dengan Unit Pengelola Sarana
(UPS)
Kualitas pelayanan
Tidak
Kualitas Air
Tidak
Ya
Uji kualitas air
Apakah pelayanan sesuai
UPS
Apakah kualitas air
sesuai standar air bersih
Analisa pelaporan
Selesa
i
Gambar 5 Diagram Alir Metodologi Studi Kasus Jaringan Perpipaan
Hal| 6 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Studi Kasus
4.1.1. Desa Rantau Kalis
Rantau Kalis merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Kalis Kabupaten Kapuas Hulu. Desa
Rantau Kalis memiliki tiga dusun, yaitu Kalis Jaya, Lunsa Pangan dan Tempurau. Jumlah penduduk desa
Rantau Kalis 149 KK dan sebanyak 590 jiwa. Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah
berladang dan berkebun., PNS dan wiraswasta. Kebutuhan air masyarakat Desa Ratau Kalis berasal dari air
permukaan (sungai bukit Bake) dengan menggunakan jaringan perpipaan sistem gravitasi. Air tersebut
digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, MCK, tempat sekolah dan tempat ibadah. Jumlah sarana air
bersih di Desa Rantau Kalis hanya 1 sarana berupa jaringan perpipaan sistem gravitasi, yaitu sekitar 81%
cakupan dari seluruh desa sesuai dengan perencanaan yang dikelola oleh Unit Pengelola Sarana (UPS).
Biaya operasi, pemeliharaan dan tarif yang dibebankan kepada pengguna kelompoak air bersih sebesar Rp.
6.600’- per KK per m3 per bulan.
4.2. Desa Suka Maju
Desa Sukamaju merupakan salah satu desa di kecamatan Mentebah, yang terdiri dari empat dusun,
yaitu Sungai Tekuyung, Sungai Jambu, Hilir Gurung dan Jelemuk. Jumlah penduduk desa Rantau Kalis 468
KK dan sebanyak 1.848 jiwa. Mayoritas mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah berladang dan
berkebun termasuk ada yang PNS serta wirausaha. Umumnya masyarakat masih memiliki tingkat
pendapatan yang rendah. Kebutuhan air masyarakat Desa Suka Maju berasal dari air permukaan (sungai
bukit Lohot) dengan menggunakan jaringan perpipaan sistem gravitasi. Air tersebut digunakan untuk
kebutuhan rumah tangga, MCK, tempat sekolah dan tempat ibadah. Jumlah sarana air bersih di Desa Suka
Maju ada 3 sarana berupa jaringan perpipaan sistem gravitasi, yaitu sekitar 75,7% cakupan dari seluruh desa
sesuai dengan perencanaan yang dikelola oleh Unit Pengelola Sarana (UPS). Biaya operasi, pemeliharaan
dan tarif yang dibebankan kepada pengguna kelompoak air bersih sebesar Rp. 6.600’- per KK per m3 per
bulan.
Gambar 7 Jaringan Perpipaan dan Meteran Air Desa Rantau Kalis
Gambar 6 Sumber Air Buku (Bukit Bake) Desa Rantau Kalis
Hal| 7 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
4.3. Diskusi dan Pembahasan
Desa Rantau Kalis dan desa Suka Maju merupakan desa-desa yang berada di wilayah Kabupaten
Kapuas Hulu. Kedua desa tersebut mendapat pelayanan air bersih dengan sistem yang sama, yaitu
jaringan perpipaan sistem gravitasi. Desa Rantau Kalis dan Desa desa Suka Maju dilayani dengan
sistem perpipaan yang menyalurkan air bersih dari sumber air baku permukaan (sungai) yang letaknya
diperbukitan. Teknologi penyediaan air bersih di dua desa tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Teknologi Penyediaan Sarana Air Bersih yang Digunakan
Unit Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju
Sumber air baku Air permukaan (sungai bukit Bake) Air permukaan (sungai bukit Lohot)
Kuantitas air Cukup Cukup
Reservoar Ada Ada
Sistem distribusi Sistem gravitasi, KU dan SR Sistem gravitasi, KU dan SR
Pipa Pipa distribusi untuk 2-3 rumah
(Saluran Rumah / SR)
Pipa distribusi untuk 2-3 rumah
(Saluran Rumah / SR)
Mata air Ada Tidak ada
Pengelolaan Intake dan Reservoar Intake dan Reservoar
Gambar 8 Jaringan Perpipaan Desa Suka Maju
Gambar 9 Kondisi Bangunan Reservoar dan Kran Umum (KU) Desa Suka Maju
Hal| 8 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
Perbedaan teknologi di desa Rantau Kalis denga desa Suka Maju di lihat dari kalitas air
menghasilkan kualitas air yang berbeda (Tabel 3). Desa Rantau Kalis dengan kualitas air yang lebih baik
menghasilkan kualitas air sejak di sumber air baku yang berasal dari Mata Air yang berada di bukit Lohot
hingga di pelanggan yang memenuhi baku mutu air minum. Kualitas air di desa Suka Maju memenuhi baku
mutu ketika di sumber dan terjadi penurunan kualitas pada air yang diterima pelanggan. Hal ini
mengindikasikan karena sumber air baku hanya air permukaan (sungai) tanpa Mata Air dari perbukitan.
Tabel 3 Kualitas Air Hasil Pemeriksaan di Laboratorium
Kualitas Air Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju
Kualitas di sumber air baku Memenuhi baku mutu air minum Memenuhi baku mutu air bersih
Kualitas di rumah pelanggan Sama dengan di sumber air baku Terjadi perubahan kualitas
kandungan air (kekeruhan)
Walaupun hasil laboratorium menunjukkan ada perbedaan kualitas air, bahwa air kurang memenuhi
persyaratan air minum, khususnya untuk desa Suka Maju sistem penyediaan air bersih di dua desa tersebut
dianggap cukup andal oleh masyarakat. Persepsi keandalan tersebut dapat dinyatakan dengan kuantitas,
kualitas, dan kontinyuitas air yang diterima oleh masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap keandalan sistem
penyediaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 4. Pada persepsi tentang kuantitas air, seluruh responden
menyatakan bahwa air yang mereka terima telah mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dari sisi kualitas, semua
responden menyatakan bahwa air yang diterima berkualitas baik, yaitu air tidak berasa, tidak berwarna, dan
tidak berbau. Kontinyuitas pengaliran juga dianggap baik oleh hampir seluruh responden.
Tabel 4 Keandalan Sistem Penyediaan Air Bersih menurut Persepsi Pelanggan
Parameter Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju
Kuantitas
Kecukupan air 100% 100%
Cakupan pelayanan 81% 75,7%
Kualitas Air
Tidak berasa 100% 95%
Tidak berwarna (jernih) 100% 95%
Tidak berbau 100% 95%
Kontinyunitas
Terlayani 24 jam 100% 100%
Terlayani sepanjang tahun 100% 100%
Sejalan dengan pelayanan sistem penyediaan air bersih, maka perlu dilihat tingkat kepuasan
pelanggan atas pelayanan air bersih. Dari studi kasus perencanaan jaringan perpipaan sistem gravitasi
kepuasan pelanggan di dua desa tersebut diperoleh sebagian besar responden menyatakan sangat puas dan
cukup puas (Tabel 5). Nampak bahwa keandalan sebuah pelayanan sistem penyediaan air bersih merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Tabel 5 Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Pelayanan Air Bersih
Tingkat Kepuasan Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju
Sangat puas 85% 75%
Cukup puas 12% 15%
Kurang puas 2 3%
Tidak puas 1 7%
Kepuasan pelanggan tidak semata-mata dipengaruhi oleh keandalan sistem. Faktor lain yang
ditinjau adalah partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sistem penyediaan air bersih. Partisipasi
masyarakat dapat berupa keikutsertaan masyarakat pada semua tahapan kegiatan, yaitu pengambilan
keputusan, perencanaan, pemilihan teknologi, sosialisasi, dan pelaksanaan pembangunan. Partisipasi
Hal| 9 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
masyarakat yang tinggi terjadi pada masyarakat di Desa Rantau Kalis (Tabel 6). Proyek air bersih di
desa ini dilaksanakan dengan bantuan Community Water Services and Health Project (CWSHP), yang
merupakan proyek yang menitikberatkan pada partisipasi masyarakat / perberdayaan masyarakat.
Masyarakat disadarkan akan pentingnya air bersih dan sanitasi. Oleh karena itu sarana air bersih di desa
ini dilaksanakan secara individual di tempat tinggal masing-masing warga.
Sistem yang diterapkan adalah sistem ”perpipaan gravitasi” dengan selang yang menyalurkan air
mulai dari Intake bak penampung air (Reservoar) melalui pipa transmisi sampai pipa distribusi dan
Karan Umum (KU) baru menuju rumah penduduk. Ditinjau dari sisi teknologi penyediaan air bersih,
fasilitas air bersih di desa ini jauh dari memadai. Namun, dengan fasilitas seadanya ini, masyarakat
merasa puas. Hal ini karena latar belakang penduduk desa Rantau Kalis dan desa Suka Maju di masa
lalu yang sering mengalami kesulitan air bersih dan kegagalan proyek sebelum dalam membangun
sarana air bersih. Partisipasi masyarakat cukup besar, kecuali desa Suka Maju dalam pemilhan teknologi
dan perencanaan.
Berbeda dengan desa Rantau Kalis, warga Desa Rantau Kalis mempunyai tingkat partisipasi
yang sangat mengharapkan benar adanya air bersih masuk ke dalam rumah. Desa ini telah lama
memiliki fasilitas air bersih melalui proyek yang bersifat top-down. Karena itu masyarakat mempunyai
tuntutan yang lebih tinggi dalam mendapatkan pelayanan air bersih. Dari sisi teknologi, kondisi fasilitas
air bersih di desa ini lebih baik dari desa Suka Maju.
Tabel 6 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan Jaringan Perpipaan dan Pengelolaan Air Bersih
Bentuk Partisipasi Desa Rantau Kalis Desa Suka Maju
Pengambilan keputusan kesetaraan
gender
95% 75%
Perencanaan pembangunan 75% 65%
Pleno pemilihan opsi dan teknologi 85% 65%
Pleno Rencana Kerja Masyarakat (RKM) 85% 65%
Gambar 10 Diskusi Kepuasan Pelanggan Kelompok Pemakai Air Bersama UPS Desa Rantau Kalis
Gambar 11 Diskusi Kepuasan Pelanggan Kelompok Pemakai Air Bersama UPS Desa Suka Maju
Hal| 10 Jurnal Suara Teknik Fakultas Teknik ,
Keterlibatan sosialisasi 95% 60%
Pelaksanaan pembangunan 85% 65%
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Keandalan pelayanan sistem penyediaan air bersih yang diindikasikan oleh kualitas air dipengaruhi
oleh pemilihan teknologi penyediaan air bersih. Teknologi yang tepat menghasilkan kualitas air yang
memenuhi persyaratan kualitas air minum. Keandalan sistem berdasarkan analisis dalam studi kasus secara
teknis berbeda dengan keandalan sistem menurut persepsi pelanggan. Keandalan sistem menurut persepsi
pelanggan sejalan dengan tingkat kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan juga dipengaruhi oleh
keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan fasilitas air bersih.
5.2. Saran
Peningkatan pelayanan sistem penyedian air bersih perlu ditingkatkan, terkait masalah manajemen
pengelolaan air bersih yang berhubungan dengan biaya operasional dan pemeliharaan serta tarif iuran per
bulan dalam hitungam kubik dan beban baik desa Rantau Kalis maupun desa Suka Maju. Disisi lain kedepan
bagi pelanggan kelompok pemakai air sudah di pasang meteran air di masing-masing rumah, tidak hanya
meteran air di Kran Umum (KU).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Hendro Prasetyo, MT untuk arahan dan bimbingan
sehingga artikel ini dapat ditulis. Terima kasih juga kepada pihak Unit Pengelolaan Sarana (UPS) yang telah
memberikan kesempatan untuk melakukan studi kasus tentang perencanaan jaringan perpipaan air bersih
sistem gravitasi..
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008, Perencanaan Air Bersih Pedesaan, Community Water Services and Health Project,
Jakarta.
Joko, Tri. Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Jakarta: Graha Ilmu, 2010.
Bappenas (2003) Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat, Bappenas - Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah - Departemen Kesehatan -
Departemen Dalam Negeri - Departemen Keuangan.
Masduqi, A., N. Endah, E. S. Soedjono, dan W. Hadi (2007) Capaian Pelayanan Air Bersih Perdesaan
Sesuai Millennium Development Goals – Studi Kasus Di Wilayah DAS Brantas, Jurnal Purifikasi, Vol. 8,
No. 2, Desember 2007: 115 – 120.
Masduqi, A., N. Endah, dan E.S. Soedjono (2008) Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis
Masyarakat: Studi Kasus HIPPAM di DAS Branta
top related