strategi peningkatan kualitas program kb
Post on 29-Nov-2014
1.205 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM KB MENUJU KELUARGA SEJAHTERA
DI KABUPATEN SOLOK
Oleh Afrizal.SP.MM
Masalah Umum• Masalah Umum dari menurunnya kualitas program kependudukan
dan keluarga berencana menuju keluarga sejahtera di Kabupaten Solok adalah sebagai berikut :1. Belum adanya komitmen politik yang kuat dalam upaya mendukung
berbagai kebijakan dalam pelaksanaan program KB hingga tingkat lapangan.
2. Tidak adanya sinergitas program dan kegiatan antar instansi terkait dalam pengentasan masalah kependudukan dan Keluarga Berencana.
3. Pada tataran pelaksanaan di lapangan masyarakat kerap mendapat informasi menyesatkan atau informasinya tidak sampai.
4. Masih kurangnya tenaga penyuluh KB sebagai ujung tombak pelaksanaan program di lapangan.
5. Rendahnya kualitas pelayanan karena kurangnya sarana dan prasarana penunjang kegiatan.
2
Masalah Pokok
Pengendalian jumlah penduduk untuk meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga.
3
Pengertian KEBIJAKAN PUBLIK
4
Suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu, melakukan kegiatan tertentu , mencapai tujuan tertentu, yang dilakukan oleh instansi yang berkewenangan dalam rangka penyelenggaraan Negara dan Pembangunan.
Mustopadidjaja AR
Lanjutan …
Thomas R, Dye :
Public policy is whatever the Government chooses to do or not to do.Kebijakan publik bukan hanya kebijakan yang secara sengaja dibuat, tetapi juga yang sengaja tak dibuat oleh pemerintah, karena dianggap bahwa masyarakat sudah mampu mengatur kepentingannya oleh masyarakat sendiri.
5
MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK
Meliputi :1. Sistem Kebijakan Publik2. Proses Pengelolaan Kebijakan
Publik.3. Stratifikasi Kebijakan Publik.
6
SUATU PENGATURAN YANG DIPERLUKAN
UNTUK MERENCANAKAN KEGIATANTUJUAN YANG DITETAPKAN
FORMULASI
IMPLEMENTASI
EVALUASI HASIL
MEMANFAATKAN
SUMBER DAYA
MEMANFAATKAN LINGKUNGAN
EFEKTIIVITAS
EFISIENSI
MANAJEMEN
KEBIJAKAN
PUBLIK
-INTERNAL -EKSTERNAL
Alur Manajemen Kebijakan Publik
MANAJEMEN KEBIJAKAN PUBLIK
7
ICEBERG THEORY
ISSUE
EVENT
PATTERN OF
BEHAVIOR
SYSTEMIC STRUCTURE
MENTAL MODEL
SIFAT TINDAKAN YANG DILAKUKAN
INFORMASI MELALUI MASS MEDIA MERUPAKAN SUATU PERISTIWA YANG TERLIHAT DIPERMUKAAN
Reactive, cepat mengambil tindakan untuk menyelesaikan
masalah.
BILA PERISTIWA KEJADIAN BERULANG AKAN TIMBUL
POLA PRILAKU
Responsif, bertindak dengan melihat pola tingkah laku kejadian
yang berulang
PEMIKIRAN MENDALAM YG TAMPAK DIPERMUKAASBG HASIL PERAN DARI
POLA PERILAKU
Generatif, bertindak setelah melihat struktur
permasalahan dan diselesaikan secara
terstruktur pula.
DARI TKT PEMIKIRAN YG PALING DLM KITA TEMUKAN STRUKTUR SISTEMIK PERMASALAHAN MODEL2 MENTAL INDIVIDU DAN ORG
Fundamental, dari tingkat pemikiran yang paling dalam, ditemukan sistemik permasalahan dan model mental indivudu.
TEORI GUNUNG ES INI MENJADI DASAR UNTUK MEMAHAMI DINAMIKA PROSES KEBIJAKAN PUBLIK, KHUSUSNYA DINAMIKA LINGKUNGAN KEBIJAKAN.
POLICY FORMULATION (AGENDA SETTING )
• James E. Anderson, mengemukakan proses pembuatan kebijakan sbb:
9
PRIVATE PROBLEM
PUBLIC PROBLEM
ISSUE
SYSTEMIC AGENDA
INSTITUTIONAL AGENDA
DIK
ON
VERS
IKAN
Dinamika Proses KP
ELEMEN KEBIJAKAN PUBLIK
10
LK (Lingkungan Kebijakan)
- Tokoh Masyarakat- Partai Politik- Instansi Pemerintah- Kelompok Kepentingan- Masyarakat
PK (Pelaku Kebijakan)
- Menteri- Gubernur- Bupati, - Legislatif.
KP (Kebijakan Publik)
Peraturan Perundang-undangan
KS(Kelompok Sasaran)
• Masyarakat
PK
KP
KS
LK
SISTEM DAN PROSES KEBIJAKAN
11
PK
KP
KS
LK F
I
EK
POLICY CYCLEPOLICY SYSTEM
LK = MENGHADAPKAN BERBAGAISUBSTANSI KEBIJAKAN YANG DIUSUNG BERBAGAI STAKEHOLDERS
PK = YANG HARUS MERESPONS BERBAGAIMASALAH KEBIJAKAN TERDIRI DARISEJUMLAH STAKEHOLDERSKS = KELOMPOK SASARANDALAM HUBUNGAN ITU PARA PEJABATPUBLIK HRS MEMPERHATIKAN POSISIDAN KONDISI
STRUKTUR DAN DINAMIKA POLICY SYSTEMTERSEBUT MENANDAI/BERLANGSUNG PADAKESELURUHAN TAHAPAN “POLICY CYCLE”
F = FORMULASII = IMPLEMENTASIEK= EVALUASI KINERJA
DISAMPING DIMENSI TEKNIS MENGANDUNG DIMENSI SOSIO POLITIS
[EK dilakukan dalam rangka pengawasan dan pertanggung jawaban
12
Teknik Perumusan Masalah (1)
META MASALAH
PENDEFINISIAN MASALAH
MASALAH SUBSTANTIF
SPESIFIKASI MASALAH
MASALAH FORMAL
PENGENALAN MASALAH
SITUASI MASALAH
PENCARIAN MASALAH
William N. Dunn, 2000
Tujuh Langkah Formulasi Kebijakan - Mustopadidjaja AR
1. PENGKAJIAN PERSOALAN
2. PENENTUAN TUJUAN
3.
4. PENYUSUNAN MODEL
5. PENETAPAN KRITERIA
6. PENILAIAN ALTERNATIF
7. PERUMUSAN REKOMENDASI
MASALAH KEBIJAKAN
PERUMUSAN MASALAH
MASA DEPAN KEBIJAKAN PERAMALAN
AKSI KEBIJAKAN REKOMENDASI
PERUMUSAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
14
TEKNIK METODE PELAKSANAAN KEBIJAKAN PUBLIK
Langkah Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan Publik Sosialisasi dan diseminasi kebijakan Pembentukan organisasi pelaksanaan Penyusunan program kerja Perincian program kerja Pelaporan secara berkala
Pelaksanaan dan Pengendalian Kebijakan Publik
15
Pengertian dan Prinsip Evaluasi Kebijakan
Bentuk Evaluasi
Evaluasi Formatif : evaluasi yang dilakukan ketika kebijakan/program sedang diimplementasikan dan apa kondisi yang bisa meningkatkan keberhasilan implementasi.
Evaluasi Sumatif : evaluasi yang dilakukan untuk mengukur dampak kebijakan/program secara aktual terhadap permasalahan.
Cara Pengukuran Kinerja
Balanced Score Card Basic Production Model Cost Benefit Analysis
Evaluasi Kinerja Kebijakan
16
Teknik Pengukuran dalam Evaluasi Kinerja Kebijakan Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard
Evaluasi Kinerja Kebijakan
Financial Strength Product
Customer Satisfaction
Business Process Improvement
Organization Learning
Kondisi Keuangan yang Kuat
Kepuasan Pelanggan
Penyempurnaan Proses Internal
Pembelajaran dan Inovasi
17
Teknik Pengukuran dalam Evaluasi Kinerja KebijakanPengukuran Kinerja dengan Balance Scorecard
Evaluasi Kinerja Kebijakan
Financial Perspective
Goals Measures
Maximize Value at Least Cost Cost-to-Spend Ratio
Maximize Cost Savings Purchasing Influenced Savings
Timely Payments under prompt Pay
Delinquent Payment Penalties
Maximize Productivity Ratios
Employee Empowerment Perspective
Goals Measures
Quality Works Force Self-Assessment
Quality Work Environment Quality of Work Environment as Defined by Employees
Executive Leadership Quality and Integrity of Leadership as Defined by Employees
Customer Perspective
Goals Measures
Timeliness On-Time Delivery as Defined by the Customers
Quality Quality of Product/Service as Defined by the Customer
Service/ Partnership
Responsiveness as Defined by the Customers
Internal Business Perspective
Goals Measures
Acquisition Excellence
Assessment of Internal Quality System
Accurate, Timely and Effective Data Collection
Assessment of Management Information Systems
Learning and Growth Perspective
Goals Measures
Meet Present Mission Goals
Self-Assessment for Continuous Improvement
Meet Future Mission Goals Self-Assessment for Strategic/Tactical Planning
The Balanced Scorecard-Measures that Drive
Performance The Customer Perspective-
Core Measures
Perspektif FinansialTujuan, Ukuran Kinerja,Target dan
Langkah/Upaya
Perspektif PelangganTujuan, Ukuran kinerja, Target
dan Langkah/Upaya
Visi &Strategi
Perspektif Proses InternalTujuan, Ukuran kinerja,
Target dan Langkah / Upaya
Perspektif Pembelajaran & PertumbuhanTujuan, Ukuran kinerja, Target dan Langkah/Upaya
MODEL BSC UNTUK SEKTOR PUBLIK
NO SKALA DERAJAT KINERJA
1 > 85 - 100
SANGAT BERHASIL (GREEN)
2 70 - 85 BERHASIL (GREEN)
3 55 - 70 KURANG BERHASIL (YELLOW)
4 0 < 55 TIDAK BERHASIL (RED)
DASHBOARD
0 100
5570
RED
YELLOW
GREEN
GREEN
RED
YELLOW
• Distop krn sdh selesai dan berhasil• Dilanjutkan
: Dilanjutkan dgn perbaikan/perubahan program
: Dihentikan krn tdk berhasil
ICEBERG THEORY
ISSUE
EVENT
PATTERN OF
BEHAVIOR
SYSTEMIC STRUCTURE
MENTAL MODEL
SIFAT TINDAKAN YANG DILAKUKAN
PeristiwaTingginya Tingkat Pertumbuhan mengancam kesejahteraan masyarakat.
Reactive; Optimalisasi pelaksanaan Program Kependudukan Dan Keluarga Berncana
Pola PerilakuRendahnya Partisipasi Masyarakat Dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi Jangka Panjang
Responsif : Sosialisasi Pemakaian Alat Kontrasepsi Jangka Panjang dan Pemberdayaan Perempuan.
Struktur SistemikSinergi instansi pemerintah blm efektif
Generative; Program penanganan lintas sektoral ttg kependudukan dan keluarga berencana.
Fundamental,; Kebijakan tentang Regulasi Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Mental Model• Persepsi banyak anak banyak rezeki
• Pernikahan usia muda
Tingginya Tingkat Pertumbuhan Penduduk
• Peningkatan Peran serta Stake Holder dan Masyarakat.
Regulasi Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Public ProblemPrivate Problem
Institutional Agenda System Agenda
Policy-issues
Rendahnya Tingkat Kesejahteraan Keluarga
•Peningkatan kesadaran masyarakat utk ber-KB
•Penyeimbangan jumlah lapangan kerja dgn angka angkatan kerja
PROSES AGENDA SETTING PROSES AGENDA SETTING
PK : PENGELOLAAN KEBIJAKAN 1. Pemerintah Kabupaten2. Badan KB PP 3. Instansi Terkait.4. Pemerintah Kecamatan.5. Pemerintah Nagari/Desa.PELAKSANA KEBIJAKAN1. LSM Peduli kependudukan2. Pengamat & pemerhati
kependudukan 3. Keluarga sasaran 4. Kelompok Akseptor KB Posyandu.5. Kelompok
KP : 1. UU No. 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
2. UU Nomor 32/2004 yang Berkeadilantentang Pemerintah Daerah
3. Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan
KS : •Pemerintah •Masyarakat usia subur/produktif
•Masy di Daerah Tertinggal/terpencil.
•Generasi Muda
ELEMEN SISTEM KEBIJAKANLK : STAKEHOLDERS KEBIJAKAN- Tokoh Masyarakat
- Akademisi
- Partai Politik
- Instansi Pemerintah
- Kelompok Kepentingan
- Masyarakat (Akseptor KB, dll)
-Etnis tertentu
LK :Masalah-Masalah 1. Program KB blm efektif2. Pemanfaatan Posyandu blm optimal3. Tenaga penyuluh blm memadai4. Program Desa Siaga blm merata5. Penyebaran lapangan pekerjaan blm
merata 6. Akses Pelayanan Pendidikan, Kesehatan
dan KB belum memadai 7. Sinergitas antar instansi dan pihak lain
yg terkait blm optimal8. Program CSR blm opotimal
PELAKU KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PUBLIK
KELOMPOK SASARAN
KEBIJAKAN
LINGKUNGAN KEBIJAKAN
24
SITUASI MASALAH META MASALAH MASALAH SUBSTANTIF MASALAH FORMAL
•Pemerintah •Masyarakat usia subur/produktif
•Masy di Daerah Tertinggal/terpencil.
•Generasi Muda
1. Tingkat pendidikan rendah2. Komposisi gender tdk
seimbang3. Angka kelahiran tinggi4. Angka kematian menurun5. Nilai lokal utk pernikahan
usia muda6. Persepsi “banyak anak
banyak rezeki”7. Penggunaan alat kontrasepsi
bertentangan dg keyakinan 8. Distribusi tenaga penyuluh
tidak merata9. Diskriminasi etnis tertentu10.Peningkatan jml Akseptor KB
blm proporsional dg peningkatan jml penduduk
11.ego sektoral penanganan kependudukan
12.Pembangunan tdk merata / Masih adanya Daerah Tertinggal dan Terpencil
EKONOMI1. Persepsi “banyak anak banyak
rezeki”2. Distribusi tenaga penyuluh
tidak merata3. Peningkatan jml Akseptor KB
blm proporsional dg peningkatan jml penduduk
SOSIAL DAN BUDAYA4. Tingkat pendidikan rendah5. Komposisi gender tdk
seimbang6. .Angka kelahiran tinggi7. Angka kematian menurun8. Nilai lokal utk pernikahan usia
muda9. Penggunaan alat kontrasepsi
bertentangan dg keyakinanPOLITIK10.Tidak adanya Kebijakan tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
11. Sinergitas penanganan kependudukan blm optimal
1. Tidak adanya Kebijakan tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
2. Sinergitas penanganan kependudukan blm optimal
Hasil Analisis CLDNO VARIABEL Nilai Rangking
1 Persepsi “banyak anak banyak rezeki” 4
2 Distribusi tenaga penyuluh tidak merata 0
3 Peningkatan jml Akseptor KB blm proporsional dg peningkatan jml penduduk
0
4 Tingkat pendidikan rendah 2
5 Komposisi gender tdk seimbang 0
6 Angka kelahiran tinggi 10 III
7 Angka kematian menurun 9
8 Nilai lokal utk pernikahan usia muda 0
9 Nilai lokal utk pernikahan usia muda 10 III
10 Penggunaan alat kontrasepsi bertentangan dg keyakinan 0
11 Tidak adanya Kebijakan tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
21 I
12 Pembangunan tdk merata 11 II
Pengenalan Masalah Spesifikasi
Masalah
Pendefinisian MasalahPencarian
Masalah
Tingginya Tingkat
Pertumbuhan
Penduduk
Meta Masalah1. Tingkat pendidikan rendah2. Komposisi gender tdk seimbang3. Angka kelahiran tinggi4. Angka kematian menurun5. Nilai lokal utk pernikahan usia muda6. Persepsi “banyak anak banyak rezeki”7. Penggunaan alat kontrasepsi
bertentangan dg keyakinan 8. Distribusi tenaga penyuluh tidak merata9. Diskriminasi etnis tertentu10. Peningkatan jml Akseptor KB blm
proporsional dg peningkatan jml penduduk
11. ego sektoral penanganan kependudukan
12. Pembangunan tdk merata / Masih adanya Daerah Tertinggal dan Terpencil
MASALAHSUBSTANTIF
MASALAHFORMAL
SITUASIMASALAH
TAHAPAN PERUMUSAN MASALAH(FORMULASI KEBIJAKAN-W.DUNN)
EKONOMI1. Persepsi “banyak anak
banyak rezeki”2. Distribusi tenaga penyuluh
tidak merata3. Peningkatan jml Akseptor KB
blm proporsional dg peningkatan jml penduduk
SOSIAL DAN BUDAYA4. Tingkat pendidikan rendah5. Komposisi gender tdk
seimbang6. .Angka kelahiran tinggi7. Angka kematian menurun8. Nilai lokal utk pernikahan usia
muda9. Penggunaan alat kontrasepsi
bertentangan dg keyakinanPOLITIK10. .Diskriminasi etnis tertentu 11. Ego sektoral penanganan
kependudukan12. Pembangunan tdk merata
1. Belum adanya Regulasi Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
2. Sinergitas penanganan kependudukan blm optimal
ICEBERG
Mental Model
FundamentalRegulasi Tentang
Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
PrivateProblem
PublicProblem
IssueSistemAgenda
Institutional Agenda
Regulasi Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga
Singkron antara
Fundamental dan
institutional agenda
Sistem Kebijakan
LK
PK
KP
KS
Singkron antara
Fundamental dan
institutional agenda dg Kebijakan
Publik
Singkron antara Fundamental,
institutional agenda, Kebijakan Publik dan
Masalah Formal selanjutnya
digunakan untuk menentukan Rekomendasi
Perumusan MasalahSituasi
MasalahMasalah
Substantif
Meta Masalah
MasalahFormal
MasalahFormal
CLD
ALUR PEMBENTUKAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
Proses Agenda Setting
1. Belum adanya Regulasi.
2. Sinergitas penanganan kependudukan blm optimal
KP : 1. UU No. 52 Tahun 2009
Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
2. UU Nomor 32/2004 yang Berkeadilantentang Pemerintah Daerah
3. Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan
28
MASALAH FORMAL
1.Belum adanya Regulasi Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
2.Sinergitas penanganan kependudukan blm optimal
TUJUAN KEBIJAKAN PUBLIK
Tujuan Jangka Pendek:• Meningkatkan koordinasi
penanganan kependudukanTujuan Jangka Panjang:• Pertumbuhan penduduk
terkendaliTujuan Jangka Pendek:• Pelayanan Di Daerah
Tertinggal Tujuan Jangka Panjang:• Pemerataan Pembangunan
2.1. Pengkajian Persoalan dan Penentuan Tujuan (Langkah 1 dan 2)
3. PERUMUSAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
PERUMUSAN ALTERNATIF
1. Belum adanya Regulasi Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
2. Sinergitas penanganan kependudukan blm optimal
29
Langkah 4 : Rational Comprehensive Model
ALTERNATIF KEBIJAKAN
RAMALAN AKIBAT PERBANDINGAN
KEBIJAKAN RASIONAL
Tersedianya Regulasi Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Terwujudnya penanganan kependudukan yang terkendali
Intended impact : Pertumbuhan Penduduk IdealUnintended impact :Beban anggaran Meningkat
Intended impact .> Unintended impact :
Rasional
Sinergitas penanganan kependudukan blm optimal
Pengelolaan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Terintegrasi
Intended inpact :Pengelolaan Penduduk Tertip.Unintended impact :Biaya Hidup Meningkat
Intended impact > Unintended impact :
Rasional
5. Penentuan Kriteria PenilaianNO KRITERIA DIMENSI
1 TECHNICAL FEASIBILITY (30%)
EFEKTIVITAS PENCAPAIAN TUJUAN.
2 ECONOMIC AND FINANCIAL FEASIBILITY. (35%)
EFISIENSI (BIAYA DAN HASIL).
3 POLITICAL VIABILITY (15%)
ACCEPTABILITY. APPROPRIATENESS. RESPONSIVENESS. LEGAL SUITABILITY. EQUITY.
4 ADMINISTRATIVE OPERABILITY (20%)
DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN PADA KONTEKS SOSIAL, POLITIK, DAN ADMINISTRASI YANG BERLAKU.
31
6. Penilaian Alternatif Kebijakan
No Kriteria PenilaianAlternatif Kebjkan
Ket
Regulasi Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sinergitas penanganan kependudukan blm
optimal
1 TECHNICAL FEASIBILITY (30%)
4 x 20= 80 5 x 20 = 100
2 ECONOMIC AND FINANCIAL FEASIBILITY (35%)
5 x 35= 175 4 x 35 = 140
3 POLITICAL VIABILITY (15%)
2 X 30 = 60 2 X 30 = 60
4 ADMINISTRATIVE OPERABILITY (20%)
3 X 15 = 45 3 X 15 = 45
Jumlah 360 345
Ranking I II32
7. Perumusan Rekomendasi Kebijakan
• Kebijakan : a. Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
dilakukan : • Pembuatan Rancangan / Materi Kebijakan.• Pembuatan Peraturan Bupati.• Memasukan Dalam RKPD.
Prosedur penetapan kebijakan :• Pengajuan Rancangan Perda Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan KeluargaFaktor pendukung utk menentukan rekomendasi :
• Undang-undang 52 Tentang 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Estimasi tingkat resiko kebijakan
• Ego sektoral instansi/lembaga pengelola kependudukan dan Merubah perilaku / budaya Pembangunan Keluarga
33
7. Perumusan Rekomendasi Kebijakan
• Kebijakan : b. Sinergitas penanganan kependudukan.
Aksi yang akan dilakukan :
• Penyiapan Grand Design Sosialisasi.• Penyiapan Materi Sosialisasi.
Prosedur penetapan kebijakan :
– Pengajuan usulan Kegiatan Pengelolalan Program KKB Faktor pendukung utk menentukan rekomendasi :– Bupati dan TAPD dan DPRD Kabupaten Bungo.
Estimasi tingkat resiko kebijakan– Pemahaman SKPD Terkait dan Stak holder tentang Sinergitas
penanganan kependudukan
34
PELAKSANAAN & Pengendalian
NO LANGKAH OPERASIONALISASI
1 Sosialisasi Kebijakan
1. Sosialisasi Perda Kepada Sasaran Kebijakan Publik Tingkat Kabupaten
2. Sosialisasi Perda Kepada Pelaksana Tingkat Kecamatan.3. Sosialisasi Kepada Petugas / Instisusi / Tokoh Masyarakat Penyuluh lapangan Tingkat Desa/ Kelurahan
2 Membentuk Organisasi Pelaksana
Pembentukan Tim Pelaksana Sosialisasi Perda.1. Pengarah ; Bupati dan Wakil Bupati.2. Penangung Jawab ; Sekretaris Daerah.3. Ketua Pelaksana : Assisten II Sekda Kab Bungo4. Sekretaris ; Kepala Badan KB PP Kab. Solok.5. Anggota : SPD /Stake Holder dan Organisasi Terkait
35
Perda tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
NO LANGKAH OPERASIONALISASI
3 Penyusunan Program Kerja
1. Koordinasi dan Konsultasi antar Instansi Terkait.
2. Pemetaan Sumber Daya Lahan.
4 Rincian Program Kerja
1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran .
2. Pelaksanaan Kegiatan.3. Monitoring, evaluasi dan Pelaporan
36
Rencana Jadwal Lakdal Tahun 2013NO KEGIATAN
Waktu Bulan Ket1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A Persiapan
• Penyusunan Tim Kerja ( SC ) X
• Penyusunan Tim Teknis ( OC ) X
• Penyusunan Program Kerja X
• Penyiapan Sarana/Prasarana X
• Penyediaan Dana X
B PELAKSANAAN
• Sosialisasi Peraturan Daerah Tentang Perda tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
X x x x x x x x x
C PENGENDALIAN
• Monitoring, evaluasi dan Pelaporan X
3. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PENYUSUNAN KP
• Instansi/pejabat terkait kurang mendukung
• Pemrosesan peraturan lamban• Anggaran terbatas
38
LAKDAL KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN MASALAH
• Langkah mengatasi masalah.
Mengomunikasikan kpd pimpinan instansi
Pemberian inssentif kehadiran Pemberian anggaran yg mencukupi
39
LAKDAL KEBIJAKAN
3. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN Peraturan Daerah Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
• Sosialisasi belum tepat sasaran
• Kurang didukung dana• Instansi terkait kurang
mendukung40
PENANGGULANGAN MASALAH
• Langkah mengatasi masalah– Seleksi target sosialisasi scr tepat– Menyediakan anggaran yg cukup– Mendorong partisipasi instansi
terkait
41
LAKDAL KEBIJAKAN
3. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN Perpres ttg Kemudahan Investasi di Wilayah Potensial
• Sosialisasi belum tepat sasaran• Kurang didukung dana• Instansi terkait kurang mendukung• Ekonomi biaya tinggi • Kualitas SDM blm memenuhi kriteria yg
dibutuhkan investor• Materi Perpres tdk sesuai dgn
kondisi daerah tertentu42
PENANGGULANGAN MASALAH Pelaksanaan KP: Perpres ttg Kemudahan Investasi di Wilayah Potensial
• Langkah mengatasi masalah– Seleksi target sosialisasi scr tepat– Menyediakan anggaran yg cukup– Mendorong partisipasi instansi terkait– Menghilangkan ekonomi biaya tinggi– Meningkatkan mut SDM– Program pelayanan prima
43
LAKDAL KEBIJAKAN
Evaluasi Kebijakan DIT 12
44
Evaluasi Kebijakan merupakan proses mendapatkan gambaran tentang kebijakan publik dalam pelaksanaan baik alat yang dipakai muapun tujuan yang diberikan
David NachmiasAdalah sebagai tujuan sistematik, pengamatan empiris tentang pengaruh kebijakan yang berjalan dan program pemerintah yang telah ditentukan dalan sasaran berupa tujuan-tujuan yang akan dicapai.
Michael Howlet
Mental model
event reaktif
pola responsif
struktur generatif
Fundamental
indikasi aksi
ICEBERGAGENDASETTING
LIN
GKU
NG
AN
KE
BIJA
KAN
KEBI
JAKA
NPU
BLIK
KELO
MPO
K SA
SARA
N
PELA
KU K
EBIJA
KAN
POLICYSYSTEM
MONITORINGDATA/INFO
PENGUKURAN(BSC)
FORMULASI IMPLEMENTASIDINAMIKA PROSES KEBIJAKAN EVALUASI
FEED BACK
DIMENSI SOSPOLEKBUD DIMENSI TEKNIS
BAGAN ALIR PROSES KEBIJAKAN PUBLIK7 langkah DM &
teknik perumusan
penilaian
tujuan
alternatif
model
kriteria
rekomendasi
kaji
SOSI
ALIS
ASI
ORG
ANIS
ASI
PRO
GRAM
KEGI
ATAN
PELA
PORA
N
DIT 8DIT 9
DIT 10 DIT 11DIT 12
• Efektifitas
• Efisiensi
• Kecukupan
• Pemerataan
• Responsivitas
• Ketepatan
46
KRITERIA EVALUASI
TEKNIK PENGUKURAN DALAM EVALUASI KINERJA
Pengukuran Kinerja dengan Balance Scorecard.• Pengukuran kinerja yang komprehensif dan efektif
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.
• Pengukuran dilakukan terhadap empat perspektif tolok ukur kinerja.KeuanganKepuasan pelanggan.Penyempurnaan proses internal.Pembelajaran dan inovasi/pertumbuhan.
47
THE BALANCED SCORECARD-MEASURES THAT DRIVE PERFORMANCE THE CUSTOMER PERSPECTIVE-CORE MEASURES
Financial Perspective
Goals Measures
Maximize Value at Least Cost Cost-to-Spend Ratio
Maximize Cost Savings Purchasing Influenced Savings
Timely Payments under prompt Pay
Delinquent Payment Penalties
Maximize Productivity Ratios
Employee Empowerment Perspective
Goals Measures
Quality Works Force Self-Assessment
Quality Work Environment Quality of Work Environment as Defined by Employees
Executive Leadership Quality and Integrity of Leadership as Defined by Employees
Customer Perspective
Goals Measures
Timeliness On-Time Delivery as Defined by the Customers
Quality Quality of Product/Service as Defined by the Customer
Service/ Partnership
Responsiveness as Defined by the Customers
Learning and Growth Perspective
Goals Measures
Meet Present Mission Goals
Self-Assessment for Continuous Improvement
Meet Future Mission Goals
Self-Assessment for Strategic/Tactical Planning
48
Internal Business Perspective
Goals Measures
Acquisition Excellence
Assessment of Internal Quality System
Accurate, Timely and Effective Data Collection
Assessment of Management Information Systems
TEKNIK PENGUKURAN DALAM EVALUASI KINERJA
THE BALANCED SCORECARD-MEASURES THAT DRIVE PERFORMANCE THE CUSTOMER PERSPECTIVE-CORE MEASURES
Financial Perspective
Goals Measures
Maximize Value at Least Cost Cost-to-Spend Ratio
Maximize Cost Savings Purchasing Influenced Savings
Timely Payments under prompt Pay
Delinquent Payment Penalties
Maximize Productivity Ratios
Employee Empowerment Perspective
Goals Measures
Quality Works Force Self-Assessment
Quality Work Environment Quality of Work Environment as Defined by Employees
Executive Leadership Quality and Integrity of Leadership as Defined by Employees
Customer Perspective
Goals Measures
Timeliness On-Time Delivery as Defined by the Customers
Quality Quality of Product/Service as Defined by the Customer
Service/ Partnership
Responsiveness as Defined by the Customers
Learning and Growth Perspective
Goals Measures
Meet Present Mission Goals
Self-Assessment for Continuous Improvement
Meet Future Mission Goals
Self-Assessment for Strategic/Tactical Planning
49
Internal Business Perspective
Goals Measures
Acquisition Excellence
Assessment of Internal Quality System
Accurate, Timely and Effective Data Collection
Assessment of Management Information Systems
TEKNIK PENGUKURAN DALAM EVALUASI KINERJA
2. BALANCED SCORECARD (BSC)
• Menurut Atkinson, BSC adalah :
Suatu sistem pengukuran dan manajemen yang memandang kinerja suatu
unit bisnis dari 4 perspektif :
- keuangan,
- pelanggan,
- proses bisnis internal,
- pembelajaran dan pertumbuhan
PRINSIP BSC SBG SISTEM MANAJEMEN TERFOKUS PADA STRATEJI
(Norton & Kaplan, 2000)
1. Mentransformasikan strateji menjadi tindakan operasional
2. Merapikan dan mengkaitkan organisasi dengan dengan strateji
3. Mengupayakan strateji menjadi pekerjaan dan memperhatikan staf/karyawan
4. Memberlakukan strateji sebagai proses yang berkesinambungan
5. Melakukan perubahan lewat kepemimpinan eksekutif.
a. Memperjelas dan menterjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam 4 perspektifb. Mengkomunikasikan dan menghubungkan tujuan strategis dengan indikatorc. Merencanakan, menyiapkan target, dan menyesuaikan inisiatif strategisd. Meningkatkan umpan balik untuk pengambilan keputusan strategis dan proses pembelajaran.
TUJUAN PENGGUNAAN BSC
EMPAT PERSPEKTIF DALAM BSC
a. Kepuasan Pelanggan :
Bagaimana pelanggan melihat kita dan bagaimana kita melihat mereka ?
b. Proses internal :
Dalam proses apakah kita unggul dalam memenuhi harapan pelanggan?
c. Pembelajaran dan pertumbuhan :
Dapatkah organisasi meningkatkan dan menciptakan nilai dalam melayani
pelanggan?
d. Perspektif keuangan :
Bagaimana kinerja keuangan dilihat oleh stakeholders
FINANSIALMeningkatkan efisiensi
(anggaran, fasilitas)
PELANGGANMeningkatkan kepuasan pelanggan
PROSES INTERNALMeningkatkan kinerja
proses pelayanan
PEMBELAJARAN DANPERTUMBUHAN
Meningkatkan kompetensi dan Kepuasan Internal
(karyawan & manajemen)
INDIKATOR KINERJA KUNCI KEY PERFORMANCE INDICATOR
(KPI)
Perspektif FinansialTujuan, Ukuran Kinerja,Target dan
Langkah/Upaya
Perspektif PelangganTujuan, Ukuran kinerja, Target
dan Langkah/Upaya
Visi &Strategi
Perspektif Proses InternalTujuan, Ukuran kinerja,
Target dan Langkah / Upaya
Perspektif Pembelajaran & PertumbuhanTujuan, Ukuran kinerja, Target dan Langkah/Upaya
MODEL BSC UNTUK SEKTOR PUBLIK
KOND SI KEU
KEPUASAN INVESTOR
VISI, MISI, NILAI DANSTRATEGI PROSES INTERNAL
PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD
BALANCED SCORECARD(Sektor Bisnis)
Organization Learning &Growth
Business Internal Process
Customer Satisfaction
FinancialStrength.
Pembelajaran &Pertumbuhan
PenyempurnaanProses Internal
Kepuasan Pelanggan
Kondisi Keuanganyang kuat
Financial
Learning & Growth
Internal Process
CustomerSatisfaction
KONDISI KEU (ANGGARAN)
Pembelajaran &Pertumbuhan
PenyempurnaanProses Internal
Kepuasan INVESTOR DN & LN
Balanced Scorecard sektor Publik
PERSPEKTIF BOBOT PERSPE
KTIF
TARGET
( % )
REALISASI
( % )
SKOR (R/TxB)
KEPUASAN MASYARAKAT
• Meningkatnya Kesejahtraan Masyarakat
(20) 100 70 16
• Menurunna Angka Pernikahan Dini
(15) 100 90 12
PENYEMPURNAAN PROSES INTERNAL
• Sosialisasi Perda. (15) 100 90 13,5
• Gerakan Pembangunan Kependudukan dan KB
(15) 100 90 13,5
PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
• Meningkatkan Kopetensi Penyuluh KB
(15 ) 100 85 12,5
• Melengkapi Sarana dan Prasarana Penyuluh KB
(10 ) 100 85 8,5
KONDISI KEUANGAN (ANGGARAN)
• Penyediaan Anggaran Dari APBD (7,5 ) 100 100 7,5
• Peran Serta Swasta. Dan Masyarakat
( 2.5 ) 100 100 2,5
TOTAL 100 86,50%
NO SKALA DERAJAT KINERJA
1 > 85 - 100 SANGAT BERHASIL (GREEN)
2 70 - 85 BERHASIL (GREEN)
3 55 - 70 KURANG BERHASIL (YELLOW)
4 0 < 55 TIDAK BERHASIL (RED)
DASHBOARD
0 100
55
Score: 86,50
70RED
YELLOW
GREEN
86,50
DARI HASIL EVALUASI BERDASARKAN BALANCED
SCORECARD DIPEROLEH CAPAIAN SEBESAR 86,50%
BERARTI TINGKAT KEBERHASILAN KEBIJAKAN INI
DINILAI SANGAT BERHASIL.
10
KESIMPULAN
11 REKOMENDASI
WALAUPUN TELAH SANGAT BERHASIL, PERLU PENINGKATAN KINERJA KEBIJAKAN TERUTAMA MELALUI PENINGKATAN REALISASI DARI:
• PERSPEKTIF PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN (LEARNING & GROWTH)
• KEPUASAN MASYARAKAT
64
MATOR KASOON
TRIM KASIH
KASUMASAHATUR NUHUNMATUR NUWUN
SIUM MANEKATTRIMA KAHI
SUKUR DOFU
TERIMA KASIHKURRE SUMANGA’
FOI MOI
MATUR SUKSMA
top related