strategi pelayanan kantor kementerian agama kota...
Post on 25-Oct-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI PELAYANAN KANTOR KEMENTERIAN
AGAMA KOTA JAKARTA TIMUR PADA JAMAAH HAJI
MANULA TAHUN 2018
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
HAIKAL FADLY
NIM: 11140530000068
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAJ
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
i
ABSTRAK
Haikal Fadly. 11140530000068, Strategi Pelayanan Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur Pada Jamaah Haji
Manula Tahun 2018
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur merupakan
wadah layanan keagamaan masyarakat kota Jakarta Timur yang
dibentuk oleh pemerintah guna melayani dan menyelenggarakan
kegiatan keagamaan. Dalam hal ini adalah penyelenggaraan
ibadah Haji seperti yang tertulis pada Undang-Undang No 13
Tahun 2008 tentang penyelenggaraan dan pelayanan Ibadah haji.
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
strategi pelayanan yang dilakukan oleh Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur kepada jamaah haji yang sudah
memasuki usia lanjut/resiko tinggi.
Penelitian ini merupakan1 penelitian lapangan (field
research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilokasi
penelitian dengan mengadakan pengamatan tentang suatu
fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Sedangkan dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriftif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa strategi pelayanan
yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
dilihat dari situasi dan kondisi,yaitu pada saat pelaksanaan ibadah
selalu berkoordinasi dengan lintas kementerian dan tim petugas
haji Indonesia, dan strategi pelayanan yang dilakukan pada saat di
tanah air yaitu dengan menjadikan Standar Operasional
Pelayanan (SOP) yang berlaku, hal ini dan telah di lakukan
dengan maksimal, namun juga pelayanan yang diberikan kepada
jamaah haji manula/usia lanjut, dilakukan secara kondisional dan
telah dimaksimalkan sesuai dengan situasi dan kondisi
dilapangan.
Kata Kunci: Strategi Pelayanan, Jamaah Haji
Manula.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita nikmat iman, Islam dan ihsan. Semoga nikmat tersebut selalu
tersimpan dalam diri kita sebagai cerminan manusia yang
bertaqwa. Shalawat beserta salam semoga selalu Allah SWT
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
sahabatnya dan orang-orang yang selalu istiqomah berada di
jalan-Nya.
Alhamdulillah dengan rahmat dan ridho Allah SWT,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi
Pelayanan Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
Kepada Jamaah Haji Manula” Skripsi ini merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi
Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sampaikan terima kasih tak terhingga kepada
orang tua penulis yaitu, Abi M. Nuh Fuady dan Umi Maryam dan
juga Kakak Tuhfah Hayati dan Moh Abduh beserta Keluarga
yang telah memberikan kasih sayang, do’a dan semangat yang
menjadi motivasi bagi penulis untuk dapat menyelesaikan
pendidikan di perguruan tinggi.
Selanjutnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak.
iii
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA selaku
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suprapto, M.Ed, Ph.D Selaku Dekan Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Nafsiyah, MSW,
selaku Wakil Dekan I, Ibu Dr. Sihabuddi Noor, MA
selaku Wakil Dekan II, Bapak Drs. Cecep Castrawijaya,
MA selaku Wakil Dekan III. Terima kasih atas
pelayanannya yang diberikan kepada saya. Semoga Bapak
dan Ibu menjadi Pemimpin yang amanah dan selalu
mendapat lindungan dari dari Allah SWT.
3. Bapak Drs. Sugiharto, MA, dan Bapak Amirudin M.si
selaku Ketua dan Wakil Program Studi Manajemen
Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya dalam
membimbing penulis dari awal sampai akhir penelitian
skripsi ini selesai.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Manajemen
Dakwah yang telah memberikan Pengajaran dan
Pembelajaran teori maupun pengalaman hidup yang luar
biasa.
6. Seluruh Pimpinan dan Jajaran Pegawai Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur, dan PT.
iv
Semesta Bertowaf yang telah memberikan bimbingan
selama Praktikum Profesi Terpadu (Magang) dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.
7. Muhammad Abduh Kafa, Risa Aulia, Habibu Rohman
Irwansyah, Dede Juliansyah, Khoirul Wildan, Ichlasul
Akmal, Akmal Dhiya ulhaq, dan Asep Syaifullah selaku
teman seperjuangan terbaik yang tidak pernah lelah
menyemangati penulis setiap harinya, Semoga selalu
dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.
8. Sahabat-sahabat terbaik Konsentrasi Manajemen Haji dan
Umroh Angkatan 2014 yang namanya tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, Semoga silaturahmi tetap terjaga.
Aamiin.
9. Sahabat-sahabat terbaik Program Studi Manajemen
Dakwah Angkatan 2014.
Akhirnya penulis menyadari keterbatasannya sebagai
manusia biasa, mungkin mempunyai kekurangan atau kelemahan.
Begitupun penulis dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak
yang harus diperbaiki dan diperbaharui oleh karenanya kritik dan
saran yang membangun senantiasa penulis harapkan untuk
kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap,
semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.
Jakarta, 10 Juli 2019
Haikal Fadly
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................... . i
KATA PENGANTAR ........................................................ . ii
DAFTAR ISI ....................................................................... . v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................ . 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.................... . 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................. . 7
D. Metodelogi Penelitian ........................................... . 8
E. Tinjauan Pustaka ................................................... . 11
F. Sistematika Penulisan ........................................... . 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi .................................................................... 15
1. Pengertian Strategi .......................................... . 15
2. Kriteria Strategi Yang Baik ............................ . 18
3. Proses Stategi .................................................. . 19
B. Pelayanan ................................................................ 22
1. Pengertian Pelayanan ...................................... . 22
C. Jamaah Haji Manula ................................................24
vi
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTERIAN
AGAMA KOTA JAKARTA TIMUR
A. Sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
.................................................................................. 26
B. Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur ........................................................................ 27
C. Struktur Organisasi Kantor Agama Kota Jakarta Timur
.................................................................................. 28
D. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur ................................................... 33
E. Jumlah Jamaah Haji Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur .......................................................... 35
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Jamaah Haji Manula Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur .................................................... 36
1. Data Jamaah Haji Manula .................................. . 36
B. Data Temuan Strategi Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur dalam melayani Jamaah Haji Manula .
.................................................................................... 37
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur kepada Jamaah Haji Manula ......................... . 40
vii
B. Strategi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
dalam memberikan pelayanan kepada Jamaah Haji
Manula ..................................................................... ..41
1. Percepatan Keberangkatan ................................. ..42
2. Pada Saat Pendaftaran ........................................ ..43
3. Pada Saat Manasik Haji ..................................... ..44
4. Pada Saat Pemondokan (Embarkasi dan Debarkasi)
............................................................................ ..47
5. Pada Saat Pelaksanaan Ibadah Haji.................... ..47
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................. 51
B. Saran ......................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................... 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang wajib
dilaksanakan sekali seumur hidup bagi setiap muslim yang
telah memiliki kemampuan baik secara finansial/biaya dan
kemampuan kesehatan jasmani (Isthitoah maliah dan
Isthitoah badaniah) serta adanya jaminan keamanan selama
dalam perjalanan dan dalam pelaksanaan ibadah haji.1
Allah telah menjanjikan surga bagi kaum muslimin
yang mampu menunaikan ibadah haji dan pahala yang besar
bagi jamaah haji yang mabrur, haji mabrur merupakan suatu
karunia yang tidak dapat dinilai dengan materi, karena
kandungan hikmahnya yang sangat luar biasa, dan tidak
berlebihan jika dengan menunaikan ibadah haji, seorang
kaum muslimin merasa telah menyempurnakan agamanya.2
Penyelenggaraan Ibadah Haji Indonesia dilaksanakan
oleh pemerintah atas amanat Undang-Undang RI Nomor 13
Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun
2012.
Allah SWT telah memerintahkan kepada manusia
untuk melaksanakan haji disebutkan dalam al-Quran surat
Al-Imron ayat 97:
1 Ahmad Kartono, Solusi Hukum Manasik Dalam Permasalahan
Ibadah haji ( Jakarta: Pusaka Cendikiamuda 2016), hlm 1 2 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji (Jakarta: FDK
Press, 2008), hlm 1
2
Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
قام ت بي ن ت ءاي فيه ىعل ولل ا ءامن كان ۥدخله ومن هيم ر إب م
ا ه إلي تطاع س ٱ من ت بي ل ٱ حج لناس ٱ ٱ فإن كفر ومن سبيل عن ي غن لل
٩٧ لمين ع ل ٱ
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam”. (QS. Ali Imran: 97). 3
Sebagaimana ayat al-Quran di atas menjelaskan bahwa
haji merupakan ibadah yang wajib dilaksanakan bagi umat
islam yang mampu untuk mengadakan perjalanan ibadah
haji, dalam hal ini kemampuan yang di maksud ialah
kemampuan seorang jamaah dalam membiayai Ongkos Naik
Haji (ONH) dan dalam kemampuan fisik.
Jika membahas tentang kemampuan fisik, maka
ibadah haji merupakan satu-satunya ibadah yang
membutuhkan kemampuan fisik yang baik, kemampuan fisik
ini sangat dibutuhkan bagi semua jamaah haji untuk
melakukan rangkaian ibadah haji sejak berada di Indonesia
sampai berada di Arab Saudi, dan sebaliknya.
Melihat animo masyarakat Indonesia saat ini untuk
menunaikan ibadah haji, menunjukkan peningkatan yang
cukup tinggi, terbukti dengan semakin lamanya masa tunggu
(waiting list) keberangkatan bagi calon jamaah haji, melihat
pada hal tersebut tak terkecuali calon jamaah haji yang sudah
3 Al- Qur’an Surat Al-Imran (97), Magfiroh Pustaka
3
memasuki usia lanjut, mereka harus bersabar dengan
lamanya masa tunggu, seiring dengan berjalannya waktu dan
bertambahnya usia, maka tentu ini bukan perkara yang
mudah bagi mereka, disebabkan oleh kondisi fisik yang
sudah tidak muda lagi, dan berbanding terbalik dengan
kondisi rangkaian ibadah haji yang dipastikan membutuhkan
kekuatan fisik yang prima dan kuat.
Hal ini yang membuat mereka jamaah haji yang sudah
memasuki usia lanjut menjadi perihal yang harus
diperhatikan oleh semua penyelenggara ibadah haji baik
yang melalui kementerian agama maupun biro perjalanan
haji (swasta), misalnya dari sisi pelayanan yang bersifat
ibadah dan pelayanan non ibadah.
Usia lanjut pada penyelenggaraan ibadah haji 1998
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dijelaskan bahwa usia
lanjut yang di maksud adalah seseorang yang telah berusia
60 ke atas.4 Namun menurut kebijakan Kementerian Agama
tahun 2018 usia lanjut yang di maksud adalah seluruh jamaah
haji yang sudah memasuki usia 75 tahun.5 Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami
oleh semua individu dan merupakan kenyataan yang tidak
dapat dihindarkan dan semua manusia dan tentu akan
merasakan masa usia lanjut.
4 Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia 5 Hasil penelitian langsung kepada Kasi Divisi PHU Kemenag Kota
Jakarta Timur 27 Desember 2018
4
Menurut Komisi Nasional Lanjut Usia yang dikutip
dari tesis Ayu Diah, bahwa ada beberapa permasalahan yang
umum dijumpai pada masa tua antara lain masalah hubungan
keluarga, hubungan sosial yang cenderung mengisolasi diri
dan kurang melakukan sosialisasi, menurunnya daya tahan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit dan masa
penyembuhan penyakit lebih lama, akses transportasi yang
belum ramah lansia dan terlalu jauh dari rumah serta
pekerjaan rumah tangga yang harus dilakukan sendiri dan
tidak jarang melakukan pekerjaan untuk anggota keluarga
lain seperti menjaga rumah, mengasuh cucu dan lain-lain.
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi para usia lanjut
tersebut akan saling berkaitan, seperti kondisi fisik dan psikis
dapat mempengaruhi keadaan sosial ekonomi, sehingga
kecendrungan usia lanjut menjadi tergantung pada orang lain
menjadi cukup besar.6
Jika melihat dari banyaknya permasalahan yang
dihadapi oleh usia lanjut, maka sangat penting bagi
penyelenggara ibadah haji baik itu pemerintah maupun biro
perjalanan haji khusus untuk memikirkan keselamatan,
keamanan, dan kesejahteraan para calon jamaah haji usia
lanjut.
Pelayanan ibadah haji merupakan tanggung jawab
bagi pemerintah dan penyelenggara ibadah haji khusus,
6 Ayu Diah, “Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Eldery Day
Care Service Tahun 2012 di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Dharma
Bekasi Timur,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas
Indonesia, 2018), hlm 20
5
karena keberhasilan suatu penyelenggara ibadah haji yaitu
sebuah pelayanan yang prima, sehingga membuat jamaah
haji merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
Pada masalah ini pelayan prima menjadi faktor utama
dalam mendukung jamaah haji lanjut usia agar bisa
melakukan ibadah secara maksimal dan mencapai kepuasan
spiritual.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2008 pasal 6
menyebutkan bahwa pemerintah berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan.7
Dalam Undang-undang No. 17 Tahun 1999 tentang
penyelenggaran ibadah haji diisyaratkan tiga hal yang harus
diupayakan secara konsisten dan terus menerus oleh
pemerintah. Dalam hal ini Kementerian Agama sebagai
leading sector penyelenggaraan ibadah haji, yaitu: 8
Pertama, Pembinaan yang mencakup bimbingan,
penyuluhan, dan penerangan.
Kedua, Pelayanan yang terdiri dari pelayanan
administrasi, transportasi, akomodasi dan lain sebagainya
Ketiga, perlindungan yang meliputi keselamatan,
keamanan, serta asuransi perlindungan dari pihak lain yang
merugikan jamaah.
7 Departemen Agama, Undang-Undang Republik Indonesia No 13
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Jakarta : Departemen
Agama, 2009) hlm 5 8 BULLETIN AL-MABRUR, Menuju Haji Mabrur (Jakarta,
Departemen Agama RI, 2004), No.05/Desember/2004) hlm 3
6
Dengan demikian maka setiap jamah haji harus
dalam keadaan sehat baik jasmani maupun rohani, karena
selain kekuatan fisik, kesiapan mental juga sangat
dibutuhkan agar bisa mendapatkan cita-cita yang di impikan
bagi semua calon jamaah haji, yaitu haji yang mabrur.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Strategi
Pelayanan Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur Pada Jamaah Haji Manula Tahun 2018”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan yang akan dipaparkan oleh
penulis sesuai dengan latar belakang masalah, maka
penulis membatasi masalah pada Strategi Pelayanan
calon jamaah haji manula di Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Agar lebih fokus penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi Kantor Kementeruian Agama
Kota Jakarta Timur dalam memberikan pelayanan
prima kepada jamaah haji manula?
b. Apa langkah-langkah yang dilakukan oleh Kantor
Kementrian Agama Kota Jakarta Timur dalam
melayani jamaah haji manula?
7
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemikiran perumusan masalah di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui strategi Kantor Kementeruian
Agama Kota Jakarta Timur dalam memberikan
pelayanan kepada jamaah haji manula
b. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan
oleh Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta Timur
dalam melayani jamaah haji manula.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki nilai manfaat akademis,
teoritis, dan praktis diantaranya:
a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini merupakan suatu penelitian
yang dapat dijadikan sebagai pelengkap dan
pembanding untuk studi-studi delanjutnya.
b. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi khazanah
keilmuan bagi manajeman dakwah dalam lingkup
manajemen haji dan umroh oleh Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur dan dapat dijadikan acuan
dalam penulisan karya ilmiah.
8
c. Manfaat Praktis
1) Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
Sebagai sumber pengetahuan tentang strategi
pelayanan calon jamaah haji usia lanjut pada
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
untuk dapat lebih baik lagi dalam peningkatan
pelayanan kepada jamaah haji manula. Supaya
menjadi referensi untuk menjalankan strategi
pelayanan yang lebih efektif dan esisien agar tidak
menjadi penyimpangan dalam proses pelayanan
kepada jamaah haji manula.
2) Jamaah haji
Sebagai salah satu gambaran dan informasi
kepada masyarakat umum khususnya pada
mahasiswa Manajemen Dakwah konsentrasi
Manajeman Haji dan Umroh terkait strategi
pelayanan pada jamaah haji manula.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode
kualitatif, yaitu suatu metode dalam meneliti status
kelompokmanusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
9
masa sekarang.9 Menurut Bogdan dan Taylor
mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis dari orang-orang perilaku yang dapat
diamati.10 Ditinjau dari sifat penyajian datanya, penulis
menggunakan metode deskriptif yang mana metode
deskriptif merupakan penelitian yang tidak mencari data
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
prediksi.11 Penelitian dengan kualitatif itu sendiri adalah
data yang diperoleh dalam bentuk kata verbal, bukan
dalam bentuk angka.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur yang
terletak di Jl. Gading Raya 1 No. 67 Pisangan Timur.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang atau sekelompok
orang yang dapat memberikan informasi refresentatif,
mereka terdiri dari kasi haji, dan para jajaran bagian
haji/staff Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur.
9 Koentjoroningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:
Gramedia, 1998), hal.12 10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya 2000), cet. Ke 11, hlm. 3 11 Jalaludin Rahmat, Metodologi Penelitian Komunikasi dilengkapi
Contoh Analisi Statistik. (Bandung: PT. Remaja Roskadarya, 2002), Cet. 11.
hlm. 24
10
4. Teknik dan Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi merupakan proses pencatatan pola
perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau
kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan
atau komunikasi atau komunikasi dengan individu-
individu yang diteliti.12 Selain itu, Observasi adalah
pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.13 Penulis melakukan
penelitian dengan cara mengamati langsung
terhadap obyek.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data
dengan menggunakan tanya jawab yang dikerjakan
secara sitematis dan berlandaskan dengan tujuan.14
Tehnik yang dilakukan dengan wawancara yaitu
campuran antara wawancara tertruktur dan tidak
terstruktur. Hal ni dilakukan dengan tujuan agar
para narasumber mendapatkan kebebasan dalam
menjawab pertanyaan yang diebrikan namun tetap
terarah pada masalah yang diangkat.
12 Sangadji Etta Memang dan Sopiah, “Metedologi Penelitian
Pendekatan Praktis dalam Penelitian”, h. 171 13 Husaini Usman dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian Sosial.
Penerbit PT. Bumi Akarsa: Jakarta 14 Sutrisno Hadi, Metode Research III, ( Yogyakarta: Yyasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h.193
11
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen.15
Dokumentasi yang diperoleh yaitu dengan
mengkaji dokumentasi dan arsip yang di miliki
oleh Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur.
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan yang sudah dilakukan beberapa
sumber kepustakaan, maka penulis menemukan skripsi yang
dijadikan tinjauan pustaka sebagai berikut:
1. Strategi Pelayanan Prima Jamaah Haji pada Kantor
Kemenag Jakarta Selatan, ditulis oleh Ahmad Muis
Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi pada tahun 2010. Pada pembahasan yang
dilakukan saudara Ahmad Muis ialah tentang strategi
pelayanan prima pada jamaah haji secara umum, dalam
penelitian kami, penulis sedikit berbeda yaitu
menganalisa bagaimana pelayanan yang diberikan
Kemenag Kota Jakarta Timur kepada jamaah haji
manula/usia lanjut.
2. Strategi Pelayanan Calon Jamaah Haji usia lanjut pada
Mihrob Qolbi Travel di Jakarta Selatan, ditulis oleh
Chairunnisa mahasiswi Jurusan Manajemen Dakwah
15 Husin Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian
Sosial, h. 73
12
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, pada
Skripsi tersebut Chairrunnisa membahas bagaimana
strategi travel haji umroh dalam melayani calon jamaah
haji usia lanjut, namun pada skripsi kami, penulis
membahas bagaimana strategi pelaayanan prima yang
dilakukan oleh Kantor Kemenag Kota Jakarta Timur
pada calon jamaah haji usia lanjut, berbeda waktu dan
tempat penelitian.
Demikian tinjauan pustaka ini penulis lakukan guna
menghindari kesamaan judul, sedangkan yang penulis
paparkan dalam penelitian ini yaitu tentang bagaimana
strategi yang dilakukan oleh Kementerian Agama dalam
melayani jamaah haji yang sudah lanjut usia dengan judul “
Strategi Pelayanan Prima Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur pada Jamaah Haji Manula”.
F. Sistematika Penulisan
Peneliti membagi skripsi ini menjadi lima bab, kemudian
masing-masing bab dibagi menjadi beberapa sub bab.
Sistematika penulisan tersebut adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan di dalam bab ini
tertuang sub-bagian dengan komposisi
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
13
Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI
Di dalam bab ini akan dibahas
tentang definisi strategi, definisi pelayanan
prima yang dijabarkan oleh para ahli.
BAB III GAMBARAN UMUM Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur
Dalam bab ini penulis akan
menerangkan tentang sejarahKantor
Kementerin Agama Kota Jakarta Timur,
visi dan misi, fungsi dan tugas pokok,
strukur organisasi, jumlah jamaah haji
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
tahun 2018.
BAB IV DATA TEMUAN
Data dan Temuan Penelitian: bab
ini berisi tentang temuan dan data lapangan
yang ada di Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur.
BAB V HASIL ANALISIS PENELITIAN
Di dalam bab ini akan membahas
mengenai hasil penelitian dan pembahasan
14
tentang Strategi Pelayanan Prima dan
langkah-langkah yang dilakukan Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
pada Jamaah Haji Manula
BAB VI PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir
yang didapat penulis yaitu kesimpulan dari
hasil penelitian mengenai keseluruhan
masalah yang terdapat dalam penelitian
dan saran. Kemudian penulis sertakan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang
berkaitan dengan penelitian yang telah
dilakukan.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang
luas yang diambil oleh organisasi, strategi juga merupakan
pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk
mencapai misi organisasi.1
Kata strategi berasal dari bahasa yunani “Strategos”
(Stratos yang berarti militer dan AG yang berarti
memimpin yang berarti “generalship” atau sesuatu yang
dikerjakan oleh para jendral perang dalam membuat
rencana untuk memenangkan perang. Konsep ini relevan
dengan situasi zaman dahulu yang sering diwarnai perang
dimana jendral dibutuhkan untuk memimpin suatu
angkatan perang.2
Awalnya, istilah ini sering dipakai oleh para
pimpinan perang pada zaman dahulu pada dunia
kemiliteran, dimana strategi merupakan sesuatu yang
dikerjakan oleh para jenderal agar dapat memenangkan
suatu peperangan. Seperti yang ditulis dalam oxford
1 Nashir ibn Musfir, Indahnya Ibadah Haji, (Jakarta: Qishi Press,
2004), hlm. 118 2 Hendrawan Supratikno, Advance Strategic Management: Back to
Basic Aproach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), hlm 19
16
pocket dictionary yaitu “Strategi adalah seni perang,
khusunya perencanaan gerakan pasukan, kapal dan
sebagainya menuju posisi yang layak”.
Di samping itu para ahli juga telah mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut:
a. Menurut Sondang Siagian, Strategi adalah cara yang
terbaik untuk mempergunakan dana, dan tenaga
yang tersedia sesuai tuntutan lingkungan.3
b. Menurut Prof. Dr. Onong Uchayana Efendi, MA.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan
(planning) dalam manajemen untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukan bagaimana taktik operasional.4
c. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan
keputusan manajemen puncak dan sumber daya
perusahaan dalam jumlah yang besar, selain itu
strategi memengaruhi perkembangan jangka
panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun
kedepandan karenanya berorientasi kemasa yang
akan datang, strategi mempunyai konsekuensi multi
fungsional atau multi divisional serta perlu
3Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijakan dan Strategi Organisasi.
(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986) cet. ke-2, hlm. 17 4Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, hlm. 32
17
d. Mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun
internal yang dihadapi perusahaan.5
e. Stainer dan Minner dalam bukunya Manajemen
Strategic mengatakan bahwa strategi adalah
penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran
organisasi dalam mengingat kekuatan eksternal
maupun internal, penumusan kebijakan dan strategi
tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikaan
implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan
sasaran utama organisasi dapat tercapai.6
Menurut Agustinus Sri Wahyudi dalam bukunya
memberikan pendapat tentang sifat strategi yaitu:7
a. Menyatu (Unified), yaitu menyatukan seluruh bagian-
bagian dalam perusahaan.
b. Menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup
seluiruh aspek dalam perusahaan.
c. Integral (Integrated) strategi sesuai/cocok dari seluruh
tingkatan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
mengenai pengertian strategi, dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan proses perencanaan secara menyeluruh
dan telah terintegrasi yang berisikan program berdasarkan
5 Fred R. David, Konsep Manajemen Strategi (Jakarta: Salemba
Empat, 2012), hlm. 19. 6 George Stainer dan Minner, Manajemen strategic. (Jakarta :
Erlangga), hlm. 20 7
18
kekuatan dan kelemahan perusahaan guna mencapai
tujuan yang ditetapkan serta dapat dikatakan bahwa
strategi merupakan seni penyusunan perencanaan kegiatan
agar tercapainya suatu tujuan.
2. Kriteria Strategi Yang Baik
Pada sebuah organisasi atau perusahaan tentu
mereka telah menyusun sebuah perencanaan untuk dapat
menyelesaikan visi dan misi yang telah direncanakan,
tentu saja dalam mengaplikasikannya, organisasi tersebut
harus merancang strategi-strategi yang jitu supaya mampu
merealisasikan seluruh perencanaan tersebut.
Menurut Hisyam Alie, dikutip dalam buku Rafiudin,
stategi yang disusun, dikonsentrasikan dan dikonsepkan
dapat membuahkan pelaksanaan yang disebut strategis.
Menurutnya untuk mencapai stategi yang strategis harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kekuatan, yaitu memperhitungkan kekuatan yang
dimiliki biasanya berkaitan dengan manusia, dana
dan piranti yang dimiliki.
b. Kelemahan, yaitu memperhitungkan kelemahan-
kelemahan yang dimiliki dan menyangkut aspek-
aspek sebagaimana kekuatan.
c. Peluang, melihat seberapa besar peluang yang
mungkin tersedia diluar hingga peluang yang sangat
kecil sekalipun dapat diterobos.
19
d. Ancaman, yaitu memperhitungkan kemungkinan
adanya ancaman dari luar.8
3. Proses Strategi
Organisasi merupakan sekumpulan orang-orang
dalam suatu wadah/tempat yang saling berhubungan dan
saling bekerjasama secara rasional dan sistematis,
terkendali, dan terpimpin demi tercapainya tujuan yang
telah direncanakan.
Berarti suatu organisasi atau perusahaan jika
diibaratkan seperti kendaraan, maka untuk dapat tetap
berjalan pada jalannya, maka organisasi harus memiliki
setir, setir inilah ibarat strategi.
Oleh sebab itu untuk dapat mengetahui bagaimana
proses pengendalian strategi, maka ada tiga tahap, yaitu :
a. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya,
adalah pengembangan tujuan, mengenali peluang dan
ancaman eksternal menetapkan suatu obyektifitas,
menghasilkan strategi alternatif memilih strategi
untuk dilaksanakan.9
1) Tahap Input
Dalam tahap ini proses yang dilakukan
adalah meringkas informasi sebagai masukan
8 Rafi’udin dan Maman Abd. Jaliet, prinsip dan Strategi Dakwah,
(Bandung: Pustaka Setia) hlm. 7 9 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: PT
Prenhalindo, 1998). Hlm, 3.
20
awal, dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi
2) Tahap Pencocokan
Proses yang dilakukan adalah
memfokuskan pada penghasilan strategi alternatif
yang layak dengan memadukan faktor-faktor
eksternal dan internal.
3) Tahap Keputusan
Pada tahap ini menggunakan satu macam
teknik, diperoleh dari input sasaran dalam
mengevaluasi strategi alternative yang telah
diidentifikasi dalam tahap kedua.
Pada proses perumusan strategi, organisasi
diminta agar melihat kedepan, melakukan input
informasi dasar, kemudian memilih beberapa
alternatif serta memadukan antara informasi yang
didapat dengan faktor-faktor dari dalam maupun dari
luar agar bisa diambil sebuah keputusan.
b. Implementasi Strategi
Implementasi sering disebut sebagai suatu
tindakan karena implementasi merupakan mobilisasi
manusia di dalam sebuah organisasi untuk dapat
mengubah strategi yang dirumuskan menjadi
tindakan. Implementasi adalah proses ketika
perencanaan direalisasikan. Implementasi
21
membutuhkan menejerial yang berbeda dengan
proses perumusan strategi.10
Implementasi strategi termasuk pengembangan
budaya dalam mendukung strategi, menciptakan
struktur organisasi yang efektif, mengubah arah
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memanfaatkan sistem informasi yang masuk.11
Tahap ini perupakan tahap paling penting, karena
banyak organisasi mampu menyusun perumusan
strategi yang baik, namun tidak dapat
mengimplementasikan dengan baik.
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah proses
memastikan apakah tindakan-tindakan stategi yang
dilakukan organisasi sudah strategis atau sudah sesuai
dengan strategi yang telah ditentukan.
Pada proses ini ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh organisasi, yaitu:12
1) Meninjau kembali permasalahan eksternal dan
internal yang terjadi saat ini, apakah terjadi
perubahan-perubahan pada saat strategi
dirumuskan.
10 Musa Hubeis dan Muhammad Najib, Manajemen Stategik dan
Pengembangan Daya Saing Organisasi, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2008), hlm. 27. 11 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: PT
Prenhalindo, 1998). Hlm, 5. 12 Musa Hubeis dan Muhammad Najib, Manajemen Stategik dan
Pengembangan Daya Saing Organisasi, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
2008), hlm. 28
22
2) Adanya pengukuran kemampuan atau kinerja
organisasi dengan memastikan, apakah sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
3) Melakukan beberapa perbaikan untuk
perkembangan perusahaan.
4) Membantu untuk mengembangkan model dimasa
yang akan datang.
B. Pelayanan
1. Pengertian Pelayanan
Menurut KBBI pelayanan memiliki arti yaitu
kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli
barang atau jasa.13
Kemudian para ahli juga menyampaikan
pendapatnya mengenai pengertian pelayanan, namun
penulis hanya menuliskan dua pengertian pelayanan yaitu;
a. Menurut H.N. Casson, mendefinisikan pelayanan
sebagai tindakan yang dinyatakan atau dikerjakan
untuk menyenangkan, mencari petunjuk atau
memnberi keuntungan kepada pembeli dengan tujuan
menciptakan good-will atau baik serta meningkatkan
penjualan dan pendapatan.14
b. Sementara itu pengertian pelayanan menurut Atep
Adya Brata adalah segala usaha penyediaan fasilitas
13 Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Bsear Bahasa
Indonesia”, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Edisi ke-3, Cet ke-2, hlm 646. 14 Herbert N. Casson, Petunjuk Praktis dalam Berusaha, ( Surabaya:
Usaha Nasional, (1981), hlm 13
23
dalam rangka mewujudkan kepuasan para calon
pembeli atau pelanggan sebelum dan sesudah
terjadinya transaksi.15
c. Sedangkan definisi pelayanan yang lebih runci
dikemukanan oleh Gronoss yaitu suatu aktivitas yang
bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang
terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen
dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan
oleh perusahaan pemberi pelayanan yang di maksud
untuk memecahkan permasalahan konsumen atau
pelanggan.16
Jadi pelayanan merupakan aktivitas tidak terlihat
namun dapat dirasakan yang diberikan oleh
pelayan/pegawai kepada pelanggan untuk mengutamaan
kepuasan pelanggan atau dalam ibadah haji dan umroh
dapat memenuhi segala kebutuhan yang diperlukan oleh
jamaah haji maupun jamaah umroh.
Strategi pelayanan adalah suatu proses penentuan
rencana dalam memberikan pelayanan kepada costumer
(jamaah haji) berjuan agar mengurangi angka kesalahan
pada saat pelaksanaan (ibadah haji) dan juga tercapainya
semua tujuan yang telah direncanakan.
Jadi strategi pelayanan adalah, proses penentuan
rencana keutamaan pelayanan yang dilakukan oleh
15 Atep Adya Brata, Bisnis dan hukum perdata dagas SMK,
(Bandung: Amrico, 1990), hlm 93 16 Ratminto, Manajemen Pengembangan :( Model Konseptual,
Penerapan Citizen Character & Standar Pelayanan Minima), hlm 3.
24
pegawai kepada pelanggan bertujuan agar mengurangi
tingkat kesalahan dan membuat pelanggan merasa puas
dengan pelayanan yang telah diberikan.
C. Jamaah Haji Manula
Jamaah haji manula, atau disebut jamaah haji usia
lanjut, adalah jamaah haji yang sudah memasuki fase
menurunnya kemampuan akal fisik, yang dimulai dengan
adanya beberapa-beberapa perubahan dalam hidup. Menurut
beberapa ahli dalam program kesehatan telah
mengelompokan usia dengan beberapa perbedaan, seperti:
a. Kelompok Pertengahan Umur (45-54 Tahun)
Kelompok usia dalam virilitas, yaitu masa persiapan
lanjut usia menampakkan keperkasaan fisik dan
kematangan jiwa.
b. Kelompok Usia Lanjut Dini
Kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok usia
memasuki usia 55-64 tahun
c. Kelompok Usia Lanjut
Kelompok usia lanjut masa senium, yaitu kelompok usia
pada 65 tahun keatas.
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi
25
Kelompok usia pada tahap ini adalah usia lebih dari 70
tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,
terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.17
Pada dasarnya tidak ada batasan usia maksimal dalam
pelaksanaan ibadah haji, Kementerian Agama hanya
membatasi usia minimal pada calon jamaah haji yaitu yang
tertera pada UU No 13 Tahun 2008 dijelaskan bahwa orang
yang boleh berangkat menunaikan ibadah haji minimal harus
berusia 18 tahun.18
Namun Kementerian Agama juga mengklasifikasikan
batasan calon jamaah haji yang sudah memasuki usia lanjut,
yaitu mereka yang sudah berusia 75 tahun lebih 1 hari dan
jika belum genap usia tersebut maka secara otomatis
SISKOHAT akan memberikan respon bahwa calon jamaah
belum dapat dikategorikan sebagai calon jamaah haji usia
lanjut.19
17 Soekidjo Notoatmojo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
Seni,(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm 281 18 Kadar Santosa, Haji Masalah Paling Seksi dalam Dinamika dan
Perspektik Haji Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji
dan Umroh Kementerian Agama Republik Indonesia,2012) hlm. 164. 19 Wawancara pribadi dengan Kepala Kementerian Agama Kasi
Jakarta Timur Bapak H. Munib Maksum 27 Desember 2018.
26
BAB III
TINJAUAN UMUM
A. Sejarah Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
Kantor Departemen Agama Kota Jakarta Timur terletak di
Jalan Gading Raya I No.67 Pisangan Timur, Berdiri sejak tanggal
19 April 1982 yang diresmikan oleh Menteri Agama Republik
Indonesia yaitu H. Alamsyah Ratu Perwiranegara.
Pembentukan Kementerian Agama tingkat Kota ini diawali
ketika H.M. Rasyidi (Sekarang Prof. Dr. H.M. Rasyidi, MA)
ditunjuk sebagai Menteri Agama pertama memimpin Departemen
Agama Republik Indonesia. Kala itu susunan organisasi
Departemen Agama masih sangat sederhana terdiri dari Menteri
Agama dan Kepala Bagian.
Dengan dukungan penuh dan sambutan positif dari segenap
umat beragama, maka kiprah Departemen Agama dapat berjalan
dengan lancar, hingga akhirnya dapat membentuk instansi
Departemen Agama di daerahdaerah tingkat I (Provinsi) di seluruh
wilayah Indonesia dan instansi Departemen Agama di daerah-
daerah tingkat II (Kota/Kabupaten) yang mana salah satunya
adalah Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur.
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur sebelumnya
merupakan Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI
Jakarta. Namun pada Tanggal 31 Desember 2009 secara resmi
gedung Kantor Wilayah Depatemen Agama Provinsi DKI Jakarta
27
telah diserahkan dan menjadi Kantor Departemen Agama Kota
Jakarta Timur di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Pondok Kopi, Jakarta
Timur.
Pada tahun 2010 berdasarkan surat Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2010, tanggal 28 Januari
2010 Tentang Perubahan Penyebutan “Departemen Agama”
menjadi “Kementerian Agama” maka Kantor Departemen Agama
Kota Jakarta Timur berubah menjadi Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur. Perubahan ini menjadi tindak lanjut Menteri
Agama dari Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2007. Sehingga
semua Departemen berubah nama menjadi Kementerian termasuk
Kementerian Agama.1
B. Visi dan Misi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur
1. Visi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur:
“Terwujudnya masyarakat kota Jakarta Timur taat beragama,
rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir bathin”.
2. Misi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur:
a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama
b. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama
c. Meningkatkan kualitas Raudhatul Athfal, Madrasah,
Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
1 Anisah, Skripsi “Prosedural Pengolahan Dokumen Haji dalam Pelayanan
Calon Jemaah Haji Pada kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur”, (Ciputat:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hlm.37-38.
28
d. Meningkatkan kualitas bimbingan dan pengembangan
Zakat dan Wakaf
e. Meningkatkan kualitas bimbingan penyelenggaraan Haji
dan Umrah
f. Mewujudkan Tata Kelola kepemerintahan yang bersih dan
berwibawa.2
C. Struktur Organisasi Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur
Dalam menjalankan tugas dan fungsi Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur didukung oleh struktur organisasi yang
sudah diatur dalam Kementerian Agama (KMA) Nomor 13 Tahun
2012 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertical
Kementerian Agama. Berikut struktur kerja Kantor Kementerian
Agama Jakarta Timur.
Berikut ini akan dijelaskan tugas dan fungsi dari struktur
organisasi tersebut:3
1. Kepala Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
a. Mengepalai Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur sebagai perwakilan dari daerah Departemen.
b. Memimpin rapat di Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur.
2 Kementerian Agama Kota Jakarta Timur, Visi dan Misi Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur, (Jakarta: Kemenag Jakarta Timur, 2018). 3 Anisah, Skripsi “Prosedural Pengolahan Dokumen Haji dalam Pelayanan
Calon Jemaah Haji Pada kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur”, hlm.39-46.
29
c. Menghadiri berbagai undangan yang ditujukan kepada
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur.
2. Kepala Bagian Tata Usaha
Tugas:
Melakukan koordinasi perumusan kebijakan teknis dan
pelaksanaan pelayanan dan pembinaan administrasi keuangan
dan barang milik Negara di lingkungan Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta berdasarkan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama.
Fungsi:
a. Koordinasi penyusunan rencana, evaluasi program dan
anggaran.
b. Pelaksanaan urusan keuangan.
c. Pengelolaan urusan kepegawaian.
d. Penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan
hukum.
e. Pelaksanaan bimbingan kerukunan umat beragama.
f. Pelayanan informasi dan hubungan masyarakat.
Pelaksanaan urusan ketatausahaan, rumah tangga,
perlengkapan dan pengelolaan barang milik/kekayaan
Negara pada Kankemenag.
3. Kepala Seksi Penyelenggara Syariah
Tugas:
Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan
pengelolaan sistem informasi di bidang urusan Agama Islam
30
dan pembinaan syariah berdasarkan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama.
Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang urusan
Agama Islam dan pembinaan syariah
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan dan pembinaan di
bidang urusan agama Islam, pembinaan syariah dan
kepenghuluan.
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang urusan agama
Islam dan pembinaan syariah.
4. Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah
Tugas:
Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan
pengelolaan sistem informasi di bidang penyelenggaraan haji
dan umrah berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Kepala Kantor Kementerian Agama. Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di
bidang penyelenggaraan haji dan umrah.
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan dan pembinaan di
bidang pendaftaran, dokumen, akomodasi, transportasi,
perlengkapan haji, pengelolaan keuangan haji, pembinaan
jemaah haji dan umrah serta pengelolaan sistem informasi
haji dan umrah.
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang haji dan umrah.
31
5. Kepala Seksi Pendidikan Madrasah
Tugas:
Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan
pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan madrasah
berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama.
Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di
bidang pendidikan madrasah.
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan dan pembinaan di
bidang kurikulum dan evaluasi, pemdidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pengembangan potensi
siswa, kelembagaan, kerja sama dan pengelolaan sistem
informasi pendidikan madrasah.
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan
madrasah.
6. Kepala Seksi PK. Pondok Pesantren
Tugas:
Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan
pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan diniyyah
dan pondok pesantren berdasarkan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama.
Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di
bidang pendidikan diniyyah dan pondok pesantren.
32
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan dan pembinaan di
bidang kurikulum dan evaluasi, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pengembangan potensi
siswa, kelembagaan, kerja sama dan pengelolaan sistem
informasi pendidikan diniyyah dan pondok pesantren.
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan
diniyyah dan pondok pesantren.
7. Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam
Tugas:
Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan
pengelolaan sistem informasi di bidang pendidikan Agama
Islam pada PAUD, SD/SDLB, SMP/SMPLB,
SMA/SMALB/SMK. Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di
bidang pendidikan Agama Islam pada PAUD, SD/SDLB,
SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK.
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan dan pembinaan di
bidang kurikulum dan evaluasi, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana prasarana, pengembangan potensi
siswa, kelembagaan, kerja sama dan pengelolaan sistem
informasi pendidikan Agama Islam pada PAUD, SD/SDLB,
SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK.
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang pendidikan
Agama Islam pada PAUD, SD/SDLB, SMP/SMPLB,
SMA/SMALB/SMK.
33
8. Kepala Seksi Bimas Islam
Tugas:
Melaksanakan pelayanan, bimbingan, pembinaan dan
pengelolaan sistem informasi di bidang bimbingan masyarakat
Islam berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Kementerian Agama. Fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan teknis dan perencanaan di
bidang bimbingan masyarakat Islam.
b. Pelaksanaan pelayanan, bimbingan dan pembinaan di
bidang penerangan Agama Islam, pemberdayaan zakat dan
wakaf
c. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang bimbingan
masyarakat Islam.
D. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur
1. Tugas Pokok
a. Tugas Pokok Kementerian Agama RI
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagai tugas umum Pemerintah dan
pembangunan di bidang Agama.4
b. Tugas Pokok Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur
4 Anisah, Skripsi “Prosedural Pengolahan Dokumen Haji dalam Pelayanan
Calon Jemaah Haji Pada kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur”, hlm.39.
34
Menyelenggarakan sebagian tugas umum Pemerintah
dan pembangunan di bidang Agama di Wilayah Kota
Jakarta Timur sesuai dengan keputusan Menteri Agama
dari Keputusan Presiden No.13 Tahun 2012.
c. Fungsi
1) Fungsi Pokok Kementerian Agama RI
a) Penetapan kebijakan pelaksanaan, kebijakan
teknis dan pengendalian pelaksanaannya,
pengolahan kekayaan Negara serta perumusan
dan penyiapan kebijakan umum di bidang
Agama berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
b) Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas
administrasi Kantor Kementerian Agama dalam
arti perencanaan dan pendayagunaan
sumberdaya, pengorganisasian, serta hubungan
antar lembaga.
c) Penelitian dan pengembangan proses dalam
melaksanakan tugas serta penyajian informasi.5
2) Fungsi Pokok Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur
Tugas dan fungsi unit-unit Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur dijelaskan dalam pasal
5 Anisah, Skripsi “Prosedural Pengolahan Dokumen Haji dalam Pelayanan
Calon Jemaah Haji Pada kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur”, hlm.39-40.
35
429 Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 13
Tahun 2012.6
E. Jumlah Jemaah Haji Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, jumlah jamaah haji
Jakarta Timur adalah sebanyak 2461, 308 jamaah manula, orang
sudah termasuk dengan petugas haji (TPIHI, TPHI, dan TKHI).
6 Anisah, Skripsi “Prosedural Pengolahan Dokumen Haji dalam Pelayanan
Calon Jemaah Haji Pada kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur”, hlm.40. 7
Indra Perdana Putra, Laporan PULAHTA Embarkasi Jakarta Pondok Gede, (Jakarta:
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Embarkasi JakartaPondok Gede, 2018), hlm.6-8.
36
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data Jamaah Haji Manula Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur Tahun 2018
1. Data Jamaah Manula
Pada bab ini penulis akan memaparkan data jamaah
haji Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur pada
tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin, dan usia. Adapun
data tersebut akan penulis sajikan dalam bentuk tabel.
Berikut pemaparannya:
Tabel 1
Tabel jamaah usia lanjut:
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 205
2. Perempuan 103
Jumlah 308
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
jamaah haji usia lanjut laki-laki berjumlah 205 orang, dan
jamaah haji perempuan berjumlah 103 orang.1
Tabel 2
Tabel Pendamping Jamaah haji usia lanjut:
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 128
2. Perempuan 104
Jumlah 232
1 Hasil wawancara dengan staff Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur, 23 Desember 2018
37
Setelah melihat tabel di atas dapat diketahui jumlah
pendamping (mahrom) laki-laki berjumlah 128 orang,
dan jumlah pendamping perempuan ada 104 orang.2
Tabel 3
Tabel jamaah haji usia lanjut berdasarkan usia:
No Usia Jumlah
1 Usia 75-80 Tahun 245
2 Usia 80-95 Tahun 63
Jumlah 308
Adapun jumlah jamaah haji usia lanjut berdasarkan
usia, yang sudah memasuki usia 80-95 tahun lebih
banyak dibandingkan dengan yang memasuki usia 75-80
tahun.3
B. Data Temuan Strategi Kemenag Kota Jakarta Timur
dalam Melayani Jamaah Haji Manula Tahun 2018
Sebagai sebuah intansi pelayanan haji, Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur telah merencanakan, dan
memberikan pelayanan terbaik untuk semua jamaah haji
terlebih bagi yang sudah memasuki usia lanjut, hal ini
berdasarkan Standar Operasional Pelayanan (SOP) yang di
gunakan sebagai acuan dalam melayani jamaah haji.
2 Hasil wawancara dengan staff Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur, 23 Desember 2018 3 Hasil wawancara dengan staff Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur, 23 Desember 2018
38
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur telah
melakukan pelayanan bagi jamaah haji usia lanjut maupun
yang bukan usia lanjut, pada prinsipnya pelayanan yang
dilakukan oleh Kemenag Jakarta Timur sama, namun pada
saat proses pelayanan lebih mengutamakan yang sudah
memasuki usia lanjut.
Kemudian Kementerian Agama Jakarta Timur
melakukan strategi pelayanan pada saat sebelum
keberangkatan seperti proses administrasi, pelaksanaan
manasik, sampai pemondokan. strategi itu seperti yang
dikatakan oleh Bapak Jayadi sebagai Staff PU bidang
pelayanan usia lanjut di Kemenag Kota Jakarta Timur
sebagai berikut.
“Jadi Strategi yang dilakukan oleh Kementerian
Agama Jakarta timur yaitu pertama berkoordinasi dengan
lintas kementerian, terutama Kementerian Kesehatan
sebagaimana sesuai dengan UU No 8 Tahun 2013 bahwa
Kemenag sebagai kordinator penyelenggaraan ibadah haji
nasional, kemudian Kementerian Kesehatan berkordinasi
pada Puskesmas kecamatan sekitar terkait pemerikasaan
kesehatan, baik yang usia lanjut atau non usia lanjut,
kemudian setelah berkordinasi dengan Kementerian
Kesehatan, Kemenag Kota Jakarta Timur berkordinasi
dengan KBIH setempat terkait pelaksanaan bimbingan
manasik, dan pada saat pelaksanaan ibadah haji kami
berkordinasi dengan TPIHI,TPHI, dan TKHI”. Kami sebagai
pelayan masyarakat di bidang haji hanya memfasilitasi
39
pendaftaran, pengajuan lansia dan mahrom, manasik haji,
sampai pemondokan di embarkasi, namun ada juga petugas
kami yang berada disana (tanah suci) pada saat pelaksanaan
haji sebagai petugas haji Non Kloter.4
Berdasarkan hasil wawancara di atas maka penulis
berpendapat bahwa strategi yang dilakukan oleh Kemenag
Kota Jakarta Timur ialah dengan mengutamkan kordinasi di
setiap tim, jika jamaah haji usia lanjut membutuhkan
pengobatan maka ada tim kesehatan yang siap membantu,
jika jamaah haji usia lanjut membutuhkan bimbingan
manasik haji, maka ada tim pembimbing ibadah haji, dan
jika membutuhkan kebutuhan secara umum maka ada ketua
kloter.
Dari hasil wawancara yang dilakukan di atas, penulis
berpendapat bahwa Kemenag Kota Jakarta Timur hanya
melayani sampai pada saat pemondokan, selebihnya dipilih
sebagai petugas haji Non Kloter pada saat pelaksanaan haji.
Demikian data lapangan yang penulis sajikan, untuk
pembahasan lebih lengkap dapat penulis jelaskan pada bab
selanjutnya mengenai strategi pelayanan yang dilakukan
oleh Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur.
4 Hasil wawancara dengan staff Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur, 23 Desember 2018
40
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pelayanan Kantor Kementrian Agama Kota Jakarta
Timur pada Jamaah Haji Manula
Sebagaimana diketahui bahwa strategi pelayanan
adalah proses penentuan perencanaan dalam memberikan
pelayanan kepada costumer (jamaah haji) bertujuan agar
mengurangi angka kesalahan pada saat pelaksanaan (ibadah
haji) dan juga tercapainya semua tujuan yang telah
direncanakan bedasarkan keunggulan dan kelemahan
organisasi atau instansi terkait penyelenggaraan ibadah haji.
Seperti yang dikatakan oleh kepala Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur Bapak H. Munib bahwa
“perhatian pemerintah pada calon jamaah haji yang sudah
memasuki usia lanjut, saat ini sangat serius guna
menghabiskan jumlah calon jamaah haji usia lanjut sehingga
diberikan kemudahan yang diberikan oleh Kemenag untuk
calon jamaah haji usia lanjut agar bisa mengajukan
percepatan keberangkatan”.1
Begitu juga menurut Bapak H. Munib tentang syarat
bagi calon jamaah haji usia lanjut bahwasannya calon
Jamaah haji usia lanjut yang di maksud oleh Kemenag Kota
Jakarta Timur adalah seluruh calon jamaah haji yang sudah
memasuki usia 75 tahun lebih satu hari. Maka jika calon
1 Wawancara pribadi dengan H. Munib , Kasi PHU di Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur, Rabu 26 Desember 2018.
41
jamaah haji sudah memasuki usia tersebut dapat
dikategorikan sebagai calon jamaah haji usia lanjut, dan
berhak mengajukan beberapa keutamaan pelayanan terhadap
usia lanjut yaitu:
1. Berhak mengajukan percepatan masa keberangkatan
2. Berhak mengajukan pendamping ibadah haji (mahrom).
Namun tidak semua mahrom bisa mengajukan diri
sebagai pendamping, karena harus sudah terdaftar
sebagai calon jamaah haji sejak 3 tahun.
3. Berhak mendapatkan perhatian lebih dari petugas Kloter
TPHI/TPHD, kesehatan (TKHI/TKHD).
Oleh karena itu pelayanan ibadah haji yang bersifat
Ibadah atau non ibadah terus diupayakan dengan baik guna
menumbuhkan citra baik masyarakat terhadap pelayanan
yang diberikan pemerintah.
B. Strategi Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta
Timur dalam Memberikan Pelayanan Kepada Jamaah
Haji Manula
Strategi pelayanan terhadap calon jamaah haji
manula yang dilaksanakan di Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur akan efektif jika dilakukan dengan
penerapan strategi-strategi yang tepat, dalam pelaksanaannya
tentu Kemenag Kota Jakarta Timur telah memiliki cara agar
pelayanan haji berjalan sesuai UU No. 25 Tahun 2009
tentang pelayanan publik. Adapun Strategi yang dilakukan
42
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur sebagai
berikut:
1. Percepatan Keberangkatan Jamaah Haji Manula,
Pendamping (Mahrom).
Calon jamaah haji yang sudah memasuki usia
lanjut menjadi perhatian pemerintah, dan menjadi
prioritas sebagai sesuatu yang harus di utamakan seperti
dalam hal pelayanan pemberian pendamping (manrom),
dan memberikan pelayanan percepatan keberangkan
haji.
Menurut Bapak H. Jayadi selaku staff Jabatan
Fungsional Umum (JFU) di Kantor Kemenag Kota
Jakarta Timur mengatakan “lansia sudah bisa
mengajukan pendamping setelah berumur 75 tahun lebih
1 hari dan sudah memiliki nomor porsi haji regular yang
sudah terdaftar 3 tahun,” lalu beliau menambahkan
“surat permohonan percepatan haji usia lanjut harus
segera di urus dan diselesaikan.”
Ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh
calon jamaah haji usia lanjut dan pendamping agar bisa
mengajukan percepatan keberangkatan, diantaranya
adalah:
a. Calon Jamaah haji usia lanjut harus memenuhi
syarat istithoah dan kelayakan berangkat haji.
b. Mengirim surat permohonan percepatan
keberangkatan haji kepada Kemenag
43
Kabupaten/Kota, dalam hal ini di Kemenag Kota
Jakarta Timur.
c. Minimal Usia 75 tahun lebih 1 Hari dan sudah
terdaftar.
d. Bagi Mahrom telah terdaftar pada haji regular
selama 3 tahun dan memiliki hubungan keluarga
seperti suami/istri, anak kandung,kakak/ adik
kandung.
e. Menyerahkan Foto Kopi KTP, KK, dan setoran awal
dan akhir yang diberikan Bank.
2. Pada Saat Pendaftaran
Bagi masyarakat yang ingin menunaikan ibadah
haji tentunya harus mendaftarkan diri ke Kantor
Kementerian Agama setempat, proses ini merupakan
tahap awal bagi calon jamaah haji karena merka harus
memenuhi syarat-syarat keberangkatan seperti:
a. Beragama Islam.
b. Berusia 12 Tahun ke atas.
c. Menyerahkan Foto Copy Rekening Tabungan Haji
nominal Rp. 25.000.000 (2 lembar).
d. Menyerahkan Foto Copy KTP/Kartu Pelajar Jakarta
Timur yang masih berlaku ukuran A4 (5 lembar).
e. Menyerahkan Foto Copy Kartu Keluarga (2 lembar).
f. Menyerahkan pas foto terbaru 80% wajah
(background putih) ukuran 3x4 (10 lembar) dan 4x6
(5 lembar) dan tidak berkacamata, tidak
44
menggunakan baju dinas, wanita berbusana
muslim.2
g. Pada proses ini pelayanan yang dilakukan
Kementerian Agama Kota Jakarta timur bagi jamaah
haji manula maupun yang bukan dilakukan secara
sama, dan menerapkan prinsip first come first
service.
3. Pada Saat Manasik
Calon jamaah haji pada umumnya harus mengikuti
proses pelatihan manasik yang diadakan oleh Kemenag,
pada calon jamaah haji usia lanjut atau non usia lanjut
keduanya memiliki hak yang sama dalam pelayanan,
tidak ada perbedaan dalam pemberian materi, hanya saja
dalam praktek praktek, jika si calon jamaah haji tidak
mampu berjalan maka sudah menjadi kewajiban bagi
petugas haji untuk membantu dan membimbing calon
jamaah haji.
Ada dua unsur manasik yang diberikan oleh
Kemenag Kota Jakarta Timur pada saat kegiatan
manasik, Pertama adalah manasik klasikal yang
diadakan di Kantor Urusan Agama (KUA) sebanyak 6
kali, manasik klasikal adalah manasik ibadah, guna
menambah pengetahuan bagi jamaah haji usia lanjut atau
non usia lanjut, pelatihan manasik tersebut meliputi:
2Standar Operasional Pelayanan Pendaftaran Pergi Haji (SPPH)
Kantor Kementerian Agama Timur.
45
a. Materi tantang perjalanan haji
b. Materi tentang fiqh ibadah
c. Materi tentang manasik umroh
d. Materi tentang manasik umroh
e. Praktek manasik umroh
f. Praktek manasik haji
g. Materi tentang dialog umroh dan haji
h. Materi tentang kesehatan
i. Dan lain-lain.
Kedua adalah manasik masal manasik masal
merupakan kegiatan manasik guna memambah
pengetahuan calon jamaah haji tentang kebijakan-
kebijakan umum penyelenggaraan ibadah haji seperti:
a. Kebijakan penerbangan
b. Kebijakan kesehatan
c. dan Kebijakan tentang regulasi yang dilakukan oleh
Kementerian Agama.
Seperti halnya yang dilakukan oleh calon jamaah
haji dari lima kecamatan berbeda di wilayah Jakarta
Timur, sebanyak 2.800 orang calon jamaah haji
mengikuti kegiatan ini yang dilaksanakan di Aula
Masjid Al-Azhar Pulo Gebang, Cakung Jakarta Timur.
Pada kesempatan ini Walikota Jakarta Timur
Bambang Musyawardana menyempatkan diri untuk
menyampaikan beberapa pesan, agar calon jamaah haji
46
dapat menjaga kesehatan, mempersiapkan diri dan fisik
dengan baik terlebih bagi yang sudah memasuki usia
lanjut, dan berharap agar kuota haji Indonesia ditambah
supaya mengurangi jumlah waiting list.3
Selama proses pemberian materi dan praktik
manasik haji Kemenag Kota Jakarta Timur akan
menggunakan strategi yg baik pada saat penyampaian,
sehingga memudahkan jamaah haji non usia lanjut atau
usia lanjut, selama pelatihan juga bagi jamaah haji yang
usia lanjut akan dibantu oleh pihak keluarga, atau jika
tidak ada maka akan dibantu oleh petugas haji yang ada
disana, melihat situasi dan kondisi pada saat itu.
Menurut UU No 8 Tahun 2008, Kementerian
Agama mengamanatkan agar berkordinasi dengan
masayarakat sekitar, agar dapat ikut dalam pembinaan
manasik haji, hal ini yang membuat adanya kelompok-
kelompok bimbingan haji (KBIH). KBIH dapat menjadi
alternatif bagi calon jamaah haji yang tidak mengikuti
manasik haji dari Kemenag, namun harus disertai
dengan surat rekomendasi yang diberikan oleh pihak
kemenag kepada KBIH untuk melaksanakan manasik
haji. Selain itu calon jamaah haji dan dikenakan biaya
tambahan diluar biaya haji dianjurkan oleh pemerintah
sebesar Rp. 3,5 juta jadi keluarga calon jamaah haji usia
lanjut dapat mengamanahkan keluarganya kepada KBIH
33 Dikutip dari TribunJakarta pada 18 Agustus 2019 https://jakarta-
tribunnews-com.cdn.ampproject.org/v/jakarta.tribunnews
47
setempat sebagai instansi yang dapat membantu dalam
pelaksanaan ibadah haji, jadi peran Kemenag Kota
Jakarta Timur adalah sebagai wadah untuk memudahkan
calon jamaah haji usia lanjut kepada KBIH.
4. Pada Saat Pemondokan (Embarkasi dan Debarkasi)
Pada saat di pemondokan (Embarkasi) Jamaah haji
telah dibentuk dan dikelompokan dan ditentukan
Karu/Karom, pada tahun 2018 Kemenag Kota Jakarta
Timur mengirim 8 orang perwakilan, untuk menjadi
petugas haji yang mempu melayani semua jamaah haji
baik yang manula maupun yang bukan manula.
Pada saat di debarkasi, ketika semua jamah haji
telah melakukan kewajiban dan rukun haji maka petugas
haji berhak memberikan pelayanan administrasi dan siap
menerima semua laporan dan memberikan pelayanan
bagi mereka yang membutuhkan layanan. Maka prinsip
yang dipegang oleh staf pegawai Kemenag Kota Jakarta
Timur adalah pertama mengedepankan kepentingan
jamaah haji, kedua berlaku adil, ketiga transparan dan
akuntabel dengan 3 prinsip itulah yang akan membuat
pelayanan yang dilakukan pada saat pelaksanaan ibadah
haji dapat berjalan dengan baik dan maksimal.
5. Saat Pelaksanaan Ibadah Haji
Ibadah haji merupakan ibadah social, ibadah yang
tidak bisa dilakukan sendiri, tentu saja melibatkan orang
48
lain di dalamnya, mulai dari awal pendaftaran sampai
proses pemulangan. dalam hal ini pelaksanaan ibadah
haji bagi calon jamaah haji usia lanjut tentu sudah
direncanakan.
Kemenag Kota Jakarta Timur yang berkordinasi
dengan Kemenag pusat telah membentuk tim bagi calon
jamaah haji usia lanjut yang berdomisili di Jakarta Timur
agar dapat melayani dan membantu proses pelaksanaan
ibadah haji. Langkah-langkah yang dilakukan
Kementerian Agama ialah:
a. Berkordinasi Dengan Tim Pemandu Haji
(TPHI), Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD).
Pada dasarnya tugas TPHI dan TPHD atau ketua
Keloter adalah memandu dan membina calon
jamaah haji secara menyeluruh, mulai pada saat
manasik, saat diperjalanan, saat beribadah, sampai
pemulangan. namun juga diminta agar lebih
memberikan perhatian khusus bagi calon jamaah
haji yang memasuki usia lanjut,
Dikarenakan TPHI dan TPHD hanya berjumlah
2 orang TPHI 1 orang, dan TPHD 1 orang. Maka
adanya petugas non keloter sangat membantu TPHI
dan TPHD dalam melayani calon jamaah haji usia
usia lanjut.
49
b. Berkordinasi dengan Tim Pembimbing ibadah
haji Indonesia (TPIHI), Tim Pembimbing Ibadah
Haji Daerah (TPIHD)
Tim pembimbing Ibadah Haji Indonesia dan
Daerah pada dasarnya memiliki tugas membimbing
jamaah haji pada saat rangkaian ibadah seperti,
wukuf, thawaf, sa’i, sampai tahallu, namun juga
diarahkan agar memperhatikan calon jamaah haji
usia lanjut, apabila mereka membutuhkan
pemahaman yang lebih terkait rukun dan syarat haji,
dikarenakan ingatan usia lanjut yang tidak terlalu
baik, maka TPIHI dan TPIHD sangat membantu
dalam mengingatkan kembali jamaah haji usia
lanjut. TPIHI dan TPIHD berjumlah masing-masing
1 orang, pada tahun 2018 TPIHD baru dubentuk.
c. Berkordinasi dengan Tim Kesehatan Haji
Indonesia TKHI 3 org 1 dokter 2 paramedis, Tim
Kesehatan Haji Daerah TKHD 1.
TKHI adalah tim yang dibentuk untuk melayani
jamaah haji secara keseluruhan, yang terdiri dari 1
orang dokter dan 2 orang paramedis. Dan dibantu
oleh TKHD terdiri dari 1 orang dokter, tugas TKHD
adalah membantu TKHI. Tim Kesehatan Haji tentu
sangat dibutuhkan oleh semua calon jamaah haji,
baik non usia lanjut, atau usia lanjut.
Pasalnya haji adalah ibadah yang cukup berat
untuk dilaksanakan, diharuskan calon jamaah haji
50
mempunyai tenaga yang cukup untuk melaksanakan
serangkaian ibadah haji. Tidak menjadi jaminan jika
yang muda akan terus sehat selama pelaksanaan
haji. Maka dari itu dibentuklah Tim Kesehatan
Ibadah haji Indonesia dan Daerah guna mengecek
kesehatan jamaah, merawat jamaah, bangkan
berkordinasi dengan rumah sakit sekitar jika TKHI
dan TKHD tidak mampu menangani.
Jadi para petugas haji di atas berjumalah 8 orang
per kloter, dan diperkirakan jumlah calon jamah haji
adalah kurang lebih 393 jamaah perkeloter. Secara
umum calon jamaah haji usia lanjut di bawah
kendali 8 orang tersebut, apabila mereka (jamaah
haji usia lanjut) membutuhkan keperluan lain ada
ketua keloter, apabila mereka membutuhkan
bimbingan haji maka ada TPIHI dan TPIHD,
apabila mereka membutuhkan kesehatan ada TKHI
dan TKHD.
51
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada pembahasan sebelumnya,
maka penulis berkesimpulan bahwa:
1. Strategi pelayanan prima Kantor Kementerian Agama
Kota Jakarta Timur proses penentuan rencana keutamaan
pelayanan yang dilakukan oleh pegawai kepada
pelanggan (Jamaah Haji) bertujuan agar mengurangi
tingkat kesalahan dan membuat pelanggan merasa puas
dengan pelayanan yang telah diberikan, berdasarkan
keunggulan dan kelemahan instansi guna menghadapi
peluang dan ancaman dari dalam atau luar.
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur
memiliki strategi yaitu berkordinasi dengan lintas
kementrian, berkordinasi dengan KBIH terdekat pada
saat manasik, dan berkordinasi dengan Tim Petugas
Ibadah Haji pada saat pelaksanaan ibadah haji.
2. Langkah-langkah strategis pelayanan prima yang
diterapkan oleh Kantor Kementerian Agama Kota
Jakarta Timur adalah memperioritaskan pelayanan dalam
hal percepatanan keberangkatan dan memberikan
pendamping bagi jamaah haji manula, mengawal dan
memberikan perhatian lebih pada saat kegiatan haji
berlangsung.
52
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis hanya dapat memberikan
saran yang mudah-mudahan memberik masukan kepada
Kantor Kementerian Agama Kota Jakarta Timur:
1. Penerapan pelayanan Kandepag Kota Jakarta Timur
baik, dengan berkordinasi pada Kemenag Pusat salah
satunya dengan memberikan pelayanan yang prima
kepada jamaah haji manula dalam hal membimbing, dan
membatu calon jamaah haji manula agar dapat
melaksanakan ibadah haji.
2. Dikarenakan pelayanan haji bagi jamaah haji non lansia
dan lansia tidak terlihat signifikan, maka penulis
menyarankan agar lebih meningkatkan pelayanan pada
jamaah haji lansia.
3. Penulis berharap kepada Kementerian Agama dalam
bidang pengelolaan Haji, agar menambah petugas haji
yang mengatur dan melayani calon jamaah haji lansia
secara lebih dekat.
53
DAFTAR PUSTAKA
Anisah. Skripsi: Prosedural Pengolahan Dokumen Haji dalam
Pelayanan Calon Jamaah Haji pada Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Timur.
Basyuni, Muhammad M. Reformasi Manajemen Haji. Jakarta:
FDK Press. 2008.
Brata, Atep Adya. Bisnis dan Hukum Perdata Dagas SMK.
Bandung: Amrico. 1990.
Bulletin Al-Mabrur. Menuju Haji Mabrur. Jakarta: Departemen
Agama RI. No.05/Desember/2004.
Casson, Herbert N. Petunjuk Praktis dalam Berusaha. Surabaya:
Usaha Nasional. 1981.
David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: PT
Prenhalindo. 1998.
Departemen Agama, Undang-Undang Republik Indonesia No.
13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Jakarta: Departemen Agama. 2009.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002. Edisi ke-3. Cet
ke-2.
Diah, Ayu. Tesis: Evaluasi Proses Pelaksanaan Program Eldery
Day Care Service Tahun 2012 di Panti Sosial Tresna
Werdha Budhi Dharma Bekasi Timur. Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik. Depok: Universitas Indonesia. 2018.
Efendi, Onong Uchyana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1992. Cet. Ke-4.
Hadi, Sutrisno. Metode Research III. Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. 1984.
54
Hubeis, Musa dan Muhammad Najib, Manajemen Strategik dan
Pengembangan Daya Saing Organisasi. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo. 2008.
Kartono, Ahmad. Solusi Hukum Manasik dalam Permasalahan
Ibadah Haji. Jakarta: Pusaka Cendikia Muda. 2016.
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur. Visi dan Misi Kantor
Kementerian Agama Kota Jakarta Timur. Jakarta:
Kemenag Jakarta Timur. 2018.
Koentjoroningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia. 1998.
Memang, Sangadji Etta dan Sopiah. Metedologi Penelitian
Pendekatan Praktis dalam Penelitian.
Moleng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 2000. Cet. Ke 11.
Musfir, Nashir Ibn. Indahnya Ibadah Haji. Jakarta: Qishi Press.
2004.
Notoatmojo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
Rafi’udin dan Maman Abd. Jaliel. Prinsip dan Strategi Dakwah.
Bandung: Pustaka Setia.
Rahmat, Jalaludin. Metodologi Penelitian Komunikasi Dilengkapi
Contoh Analisi Statistik. Bandung: PT. Remaja
Roskadarya. 2002. Cet. 11.
Ratminto. Manajemen Pengembangan Model Konseptual,
Penerapan Citizen Character dan Standar Pelayanan
Minima.
Santosa, Kadar. Haji Masalah Paling Seksi dalam Dinamika dan
Perspektif Haji Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama
Republik Indonesia. 2012.
55
Siagian, Sondang P. Analisa Serta Kebijakan dan Strategi
Organisasi. Jakarta: PT. Gunung Agung. 1986. cet. Ke-
2.
Stainer, George dan Minner. Manajemen Strategic. Jakarta:
Erlangga.
Supratikno, Hendrawan. Advance Strategic Management: Back to
Basic Aproach. Jakarta: PT. Gravindo Utama. 2003.
Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia.
Usman, Husaini dan Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
top related