strategi nazhir dalam pengelolaan wakaf pondok …repository.uinjambi.ac.id/4300/1/skripsi jilid...
Post on 16-Dec-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI NAZHIR DALAM PENGELOLAAN WAKAF
PONDOK PESANTREN
(Studi di Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh,
Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Hukum Ekonomi Syariah
Oleh:
MILDA AUDINA
SHE.162564
Dosen Pembimbing:
Dr. H. BAHRUL MAANI, M.Ag
DIAN MUSTIKA. SHI., M.A
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2019/2020
i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : MILDA AUDINA
Nim : SHE 1625564
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Syariah
Alamat : Desa Mengupeh Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: Strategi Nazhir
Dalam Pengelolaan Wakaf Pondok Pesantren (Studi di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo) adalah hasil karya
pribadi yang tidak mengandung plagiatisme dan tidak berisi materi yang
dipublikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan
sumbernya sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan secara ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung jawabkan
sesuai hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.
Jambi, Mei 2020
Yang menyatakan
Milda Audina
SHE 162564
ii
Pembimbing I : Dr. H. Bahrul Maani, M.Ag
Pembimbing II : Dian Mustika. SHI., M.A
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren
Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Jambi, Mei 2020
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Di Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikum wr wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi saudari Milda
Audina, SHE 162564 yang berjudul:“ Strategi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf
Pondok Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh,
Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo)”Telah disetujui dan dapat diajukan untuk
dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1)
dalam program studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan
Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum wr wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Bahrul Maani, M.Ag Dian Mustika, S.HI., M.A
NIP: 196302171990031004 NIP: 1983062220101201
iii
Pembimbing I : Dr. H. Bahrul Maani, M.Ag.
Pembimbing II : Dian Mustika. SHI., M.A
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS JAMBI
Jl. Jambi - Ma.Bulian KM.15 Desa Simpang Sei. Duren
Kab. Muaro Jambi 31346 Telp.(0741)584118-583183
Kepada Jambi, Mei 2020
Yth
Bapak Dekan Syariah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
Jambi
NOTA DINAS
Assalaamu‟alaikum Wr, Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sepenuhnya maka skripsi
saudari Milda Audina NIM: SHE 162564 yang berjudul : “Strategi Nazhir
Dalam Pengelolaan Wakaf Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok
Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo” telah
disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi syarat-
syarat memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam ilmu Hukum Ekonomi Syariah pada
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikian, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan
Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalaamu‟alaikum Wr, Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Bahrul Maani, M.Ag Dian Mustika, S.HI., M.A
NIP: 196302171990031004 NIP: 19830622201012012
iv
KEMENTERIAN AGAMA
UINSULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS SYARI’AH Jln. Jambi – Ma.Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren – Jambi 36363 Telp (0741) 582021
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
Nomor:……………………………
Skripsi/Tugas Akhir dengan judul “Strategi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pondok
Pesantren (Studi di Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir,
Kab. Tebo)”
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : Milda Audina
NIM : SHE. 162564
Telah dimunaqasyahkan pada : 06 Juli 2020
Nilai Munaqasyah : 78, 22
Dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Tim Munaqasyah/Tim Penguji
Ketua Sidang
Rasito, SH.,M. Hum
NIP. 195503211998031003
Penguji I Penguji II
Drs. A. Faruk, MA
NIP. 197110142003121003
Fauzi Muhammad, S,Ag., M.Ag
NIP. 197410232003121003
Pembimbing I Pembimbing II
Dr.H. Bahrul Maani, M.Ag
NIP. 196302171990031004
Dian Mustika, S.HI.,MA
NIP. 196809181994032003
Sekretaris Sidang
Zarkani, S.Ag
NIP. 197603262002121001
Jambi, Juli 2020
Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Dekan Fakultas Syariah
Dr. Sayuti Una, S.Ag.,M.H NIP. 19720102 2000031 005
v
MOTTO
به عليم ا تحبىن وما تىفقىا مه شيء فإن الل له تىالىا البس حتى تىفقىا مم
Artinya:”Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa
saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
(QS. Al-Imran(3):92).
vi
PERSEMBAHAN
Dengan keridhoan Allah SWT dan sholawat serta salam kepada Rasulullah
SAW skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ayahku tercinta Ependi, ibundaku tercinta Hermawati dan adikku
tercinta A.Fadhil yang sangat aku sayangi dan yang selalu aku banggakan.
Terimakasih, selama ini tidak pernah lelah dan tidak pernah bosan berdoa
untuk meminta kepada Allah SWT untuk selalu memberikan kemudahan dan
kekuatan dalam setiap langkah kakiku menghadapi kehidupan ini
Saya ucapkan terimaksih kepada kedua pembimbing skripsi saya Bapak
Dr.H. Bahrul Ma’ani, M.Ag dan ibu Dian Mustika. SHI., M.A karena banyak
ilmu yang diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih untuk semua teman-teman seperjuangan Hukum Ekonomi
Syariah angkatan 2016 terutama sahabatku Rizky Wanda Putri, Nurul Hikah
Nia dan Wahyu Hidayanti yang telah banyak memberi semangat kepada saya
dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini semoga kita semua selalu
dalam lindungan Allah SWT.
vii
ABSTRAK
Strategi nazhir sangat penting dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf.
Namun demikian, peran penting dan esensial dari Nazhir wakaf tersebut tidaklah
selamanya mulus dalam praktek. Karena pada kenyataannya masih banyak tanah-
tanah wakaf yang belum dikelola apalagi dikembangkan dengan baik sehingga
belum dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat banyak. Hal ini bisa
saja dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari sumber daya atau kualitas.
Permasalahan dalam skripsi ini (1) Bagaimana strategi nazhir dalam pengelolaan
wakaf pondok pesantren babussalam di Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab.
Tebo (2) Apa kendala nazhir dalam pengelolaan wakaf pondok pesantren
babussalam di Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo (3) Apa solusi nazhir
penerapan pengelolaan wakaf pondok pesantren babussalam di Desa Mengupeh
Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris yaitu suatu pendekatan
yang dimaksud untuk menjelaskan masalah yang diteliti dengan hasil penelitian
yang diperoleh dalam kaitannya dengan peraturan hukum dan melihat kehidupan
dan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat. dalam penelitian ini adalah
strategi nazhir dalam pengelolaan wakaf. Hasil penelitian pertama pengelolaan
wakaf di pondok pesantren babussalam yang dilakukan oleh nazhir yaitu
pembangunan sarana dan prasarana yang berkelanjutan, meningkatkan
profesionalitas dan keahlian para pengurus dan pelaksana pondok pesantren,
melindungi asset wakaf dan pemanfaat hasil pengelolaan wakaf. Kedua kendala
nazhir dalam pengelolaan wakaf yaitu kurangnya sumber daya manusia yang
mengelolah (nazhir), kurangnya perhatian dari pemerintah dan kurangnya
perhatian dari masyarakat sekitar . Ketiga solusi nazhir dalam pengelolaan wakaf
yaitu dengan adanya pelatihan nazhir, edukasi masyarakat dan bagi pemerintah
agar lebih perhatian lagi terhadap pondok pesantren.
Kata Kunci : Strategi, nazhir, Pengelolaan, wakaf, pesantren
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul Strategi Nazhir Pondok Pesantren Meningkatkan Pengelolaan Wakaf
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir,
Kab. Tebo.
Kemudian tak lupa penulis kirimkan sholawat teriring salam kepada nabi
besar Muhammad SAW. Yang telah memberi kita petunjuk dari alam kejahilan
menuju alam yang terang benderang seperti yang kita rasakan sekarang ini, yang
disinari dengan iman dan Islam. Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran
terhadap perkembangan ilmu dan memenuhi sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar serana strata satu (S1) pada Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha
semaksimal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan
ilmu pengetahuan yang penulis miliki, sehingga masih terdapat kejanggalan dan
kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
ribuan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi Asyari, MA. Ph. D, Sebagai Rektor Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag.,MH sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
3. Bapak Agus Salim, S.Th.I.,MA.,M.IR.,Ph.D sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik dan Kelembagaan
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH,M.Hum sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan
5. Bapak Dr. H. Ishak, SH.,M.Hum sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama.
6. Bapak Rasito, SH., M.Hum dan Ibu Pidayan Sasnifa, SH., M.Sy sebagai Ketua
dan Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr. H. Bahrul Maani, M.Ag dosen pembimbing I.
8. Ibu Dian Mustika. SHI., M.A selaku dosen pembimbing II.
9. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah.Bapak dan Ibu Karyawan/Karyawati di
lingkungan Fakultas Syariah UIN STS Jambi
10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga allah SWT
melimpahkan ridha dan keberkahan-Nya kepada kita. Amiin.
Jambi, Mei 2020
Penulis,
Milda Audina
SHE.162564
x
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN .................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA ......................................................................................... iv
NOTA DINAS……………………………………………………………………..…v
MOTTO ....................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Batasan Masalah ................................................................................................... 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5
E. Kerangka Teori ...................................................................................................... 6
F. Tinjauan Pustaka ................................................................................................. 34
BAB II METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 37
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 37
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................................... 38
D. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................................... 39
E. Teknik Analisis Data .......................................................................................... 40
F. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 42
G. Jadwal Penelitian ................................................................................................ 43
xi
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Babusalam Desa Mengupeh, Kec.
Tengah Ili, Kab. Tebo ........................................................................................ 44
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah
Ilir, Kab. Tebo ..................................................................................................... 51
C. Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Babussalam Desa
Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo ......................................................... 51
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab.Tebo…...……..........56
B. Kendala Yang Dihadapi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf di Pondok
Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo….....62
C. Solusi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren Babussalam
Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir, Kab.Tebo……….…………………....65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 68
B. Saran ...................................................................................................................... 69
DAFTAR PUTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk
dikelolah dan dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya. Posisi nazhir sebagai
pihak yang bertugas untuk memlihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai
kedudukan yang penting dalam perwakafan. Sedemikian penting kedudukan
nazhir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya wakaf bagai maukuf „alai
sangat bergantung pada nazhir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa
nazhir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan
kepadanya.1
Perwakafan di Indonesia mulai mendapatkan perhatian yang lebih dari
masyarakat maupun pemerintah sejak penerbitan regulasi wakaf yang mandiri
yakni penerbitan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf. Undang-
Undang tersebut mengamanatkan agar wakaf dikelolah secara prodektif dan tidak
konsumtif, sehingga wakaf dapat memberikan kontribusi bagi penanggulangan
ekonomi umat. Paradigmaa wakaf produktif ini menjadi tuntunan bagiinstitusi
wakaf khususnya pesantren. Hal ini disebabkan karena pesantren merupakan
bagian dari institusi wakaf mayoritas di Indonesia, di samping itu pesantren juga
1 Depertemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam , 2007), hlm. 70.
2
mempunyai kedudukan yang relatif kuat di mata masyarakat itu sendiri. Pesantren
mampu bertahan selama berabad-abad dalam menetapkan nilai-nilai hidupnya
sendiri dan mampu melakukan transformasi total dalam sikap hidup masyarakat
sekitarnya tanpa mengorbankan identitas dirinya. Kedudukan pesantren yang
demikian diharapkan agar pesantren mampu menjadi pioner dan ganda depan bagi
pengelolaan wakaf produktif di Indonesia sehingga pesantren tidak hanya
melaksanakan fungsi-fungsi tradisionalnya seperti transformasi ilmu,
pemeliharaan tradisi dan reproduksi ulama, namun juga dapat berfungsi sebagai
agen perubahan dan pembangunan kemasyarakatan serta pusat pemberdayaan
ekonomi.2
Peran Nazhir yang tradisonal (tidak Profesional) dan tidak terfokus, yang
jumlahnya besar itu tentu tidak mampu mengelolah aset wakaf ke arah produktif.
Nazhir masih tradisional dan cenderung belum produktif. Oleh karena itu ahli
fikih mengharuska wakif (orang yang wakaf) untuk menunjuk nazhir wakaf yang
profesional. Nazhir inilah yang bertugas untuk mengelolah harta wakaf. Tapi
sayangnya para Nazhir wakaf di Indonesia kebanyakan masih jauh dari harapan.
Pemahamannya masih terbilang cenderung bersifat konsumtif (non produktif).
Maka tak heran, jika pemanfaatan tanah wakaf kebanyakan digunakan belum
sesuai dengan apa yang diharapkan.3
2 Mohammad Daud Ali Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press),1988) , hlm 93 3 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia.( Jakarta: Sinar Grafika, 2013),
hlm.51
3
Namun demikian, peran penting dan esensial dari Nazhir wakaf tersebut
tidaklah selamanya mulus dalam praktek. Karena pada kenyataannya masih
banyak tanah-tanah wakaf yang belum dikelola apalagi dikembangkan dengan
baik sehingga belum dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat banyak.
Hal ini bisa saja di pengaruhi berbagai faktor, mulai dari sumber daya atau
kualitas para Nazhir, sosio kultural masyarakat, permodalan dan lain sebagainya.4
Tugas Nazhir selain bertugas melakukan pengadministrasian tanah wakaf
dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada badan wakaf Indonesia, Nazhir juga
bertugas untuk mengelola dan mengembangkan tanah benda wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi dan peruntukannya serta mengawasi dan melandasi tanah dan benda
wakaf yang dikelolanya. Melihat tugas tersebut, maka jelaslah bahwa, berfungsi
atau tidaknya suatu lembaga perwakafan tergantung pada Nazhirnya. Masalah
Nazhir sebagai orang yang bertugas mengurus tanah wakaf sangat penting
diperhatikan, mengingat banyaknya terjadi sengketa terhadap tanah wakaf,.
Potensi wakaf di Indonesia yang jumlahnya begitu banyak, pada umumnya
pengelolaannya masih bersifat konsumtif. Lembaga wakaf di Indonesia belum
terasa manfaatnya secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. berdasarkan
pengamatan penulis, pada umumnya wakaf di Indonesia digunakan hanya untuk
rumah-rumah ibadah seperti masjid, mushola atau lembaga Islam lainnya. Begitu
pula pondok pesantren yang dibangun diatas tanah wakaf yang berada di
4 Mannan. MA, Sertifikat Waqaf Tunai, Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan
Islam.(Jaksel: Ciber-PKTTI-UI, 2001), hlm. 30
4
Indonesia. Sedikit sekali tanah wakaf khususnya pondok pesantren yang dikelola
secara produktif.5
Dalam penelitian ini, penulis menjadikan Pondok Pesantren Babussalam
sebagai objek penelitian. Pondok Pesantren Babussalam adalah lembaga
pendidikan yang didirikan di atas tanah wakaf. Tanah wakaf tersebut diwakafkan
oleh tiga orang pewakaf (wakif) yaitu Pak Winoto, Mbah Karso dan Datuk husin.
Tanah wakaf tersebut diberdayakan sedemikian rupa, sehingga berdiri di atasnya
lembaga pendidikan yang secara simbiosis bekerja sama dengan para guru pondok
dan akhirnya para guru mendapatkan keberkahan (gaji).6
Namun masih ada tanah wakaf di Pondok Pesantren yang tidak
dikembangkan sehingga tanah tersebut tidak bermanfaat. Lokasi tanah tersebut
tepatnya berada di belakang pondok pesantren. Berdasarkan apa yang dilihat oleh
penulis ketika penelitian bahwa tanah tersebut bisa digunakan untuk usaha
produktif agar bisa membantu pengembangan pondok pesantren. Melalui realitas
tersebut, kiranya menarik bagi penulis untuk meneliti lebih lanjut bagaimana
sebenarnya peranan Nazhir wakaf dalam pengelolaan dan penembangan wakaf di
Pondok Pesantren Babussalam Simpang Niam tersebut. Untuk itu kemudian
penulis menuangkannya dalam sebuah penelitian mendalam dalam bentuk skripsi
dengan judul “Strategi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pondok Pesantren
5 Mannan. MA, Sertifikat Waqaf Tunai, Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan
Islam.(Jaksel: Ciber-PKTTI-UI, 2001), hlm. 30 6Wawancara: Winoto salah satu pewakaf tanah di Pondok Pesantren Babussalam Desa
Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo 21 Februari 2020
5
Babussalam (Studi di Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec.
Tengah Ilir, Kab. Tebo).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
dapat diambil penulis adalah:
1. Bagaimana strategi nazhir dalam pengelolaan wakaf Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo?
2. Apa kendala nazhir pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren Babussalam Desa
Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo?
3. Apa solusi nazhir dalam pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren Babussalam
Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan ini tepat sasaran dan tidak terlalu meluas serta tidak
menyalahi sitematika penulisan karya ilmiah sehingga membawa hasil yang
diharapkan. Maka dalam penelitian ini penulis hanya membahas mengenai
Strategi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pondok Pesantren (Studi di Pondok
Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo).
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penulis dalam melakukan penelitian ini mempunyai tujuan tertentu yang
ingin dicapai sebagai pemecahan masalah yang dihadapi. Berdasarkan pokok
masalah diatas, adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
6
a. Ingin mengetahui strategi nazhir dalam pengelolaan wakaf Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo
b. Ingin mengetahui kendala nazhir dalam pengelolaan wakaf di Pondok
Pesantren Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo
c. Ingin mengetahui solusi nazhir dalam pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan
dan dapat mengembangkan kreatifitas dari pengetahuan dalam masalah
strategi nazhir dalam pengelolaan wakaf sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan.
b. Bagi universitas, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan
ilmiah di perpustakaan dan juga dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
mamhasiswa yang meneliti masalah yang sejenis.
c. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada msyarakat umum khususnya Desa Simpang Niam Kec.
Tengah Ilir Kab. Tebo tentang wakaf di pondok pesantren babussalam
E. Kerangka Teori
Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematik yang berpikir akstrak
tentang subjek tertentu. Teori berfungsi sebagai eksplanasi (penjelasan),
eksplorasi (penjelajah), prediksi (meramalkan) dan kontrol (pengendali). Teori
dipakai sebagai acuan dalam merumuskan hipotesis penelitian (tradisi kuantitatif),
7
dan teori dapat juga menjadi pisau analisi dan pemakna temuan penelitian (tadisi
kualitatif).
Kerangka teori diperlukan dalam jenis penelitian lapangan dan jenis
penelitian pustaka. Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang
digunakan dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab pertanyaan
penelitian.
1. Wakaf
a. Pengertian wakaf
Kata wakaf diprediksi telah sangat popular dikalangan umat Islam dan
malah juga dikalangan nonmuslim. Kata wakaf yang sudah menjadi bahasa
Indonesia itu berasal dari kata kerja bahasa Arab waqafa (fiil madi)-yaqifu (fiil
mudari‟)-waqfan (isim masdar) yang secara etimologi (bahasa) berarti berhenti,
berdiri, berdiam ditempat, atau menahan. Kata waqafa dalam bahasa Arab adalah
sinonim dari kata habasa (isim masdar) yahbisu (fiil mudari‟) dan habsan (isim
masdar) yang menutut etimologi juga bermakna menahan. Dalam hal ini ada pula
yang menarik untuk dicermati dan agar menjadi ingatan bahwa ternyata
Rasulullah SAW menggunakan kat al-habs (menahan), yaitu menahan suatu harta
benda yang manfaatnya digunakan untuk kebajikan dan dianjurkan agama.7
Menurut Abu Hanifah wakaf adalah suatu benda yang menurut hukum, tetap
milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.
7 Suhrawardi K. Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010),hlm. 4
8
Berdasarkan definisi itu maka pemilik harta wakaf tidak lepas dari wakif, bahkan
ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya.
Menurut Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan
harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah
wakif melakukan tindakan yang dapat menjelaskan kepemilikannya atas harta
tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya
serta tidak boleh menarik kembali wakafnya.
Menurut Mazhab Syafi‟i wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya dengan tetap utuhnya barang, dan dan barang itu lepas dari
penguasaan si wakif serta dimanfaatkan pada sesuatu yang diperbolehkan oleh
agama.8
Berdasarkan pengertian wakaf menurut para ulama diatas dapat disimpulkan
bahwa wakaf adalah melepaskan harta kepada pengurus wakaf (nazhir) untuk
dikelo la dan dimanfaatkan hasilnya sesuai dengan prosedur perwakafan.
b. Dasar hukum wakaf
1. Al-Quran
ا أخسجىا لكم مه الزض ول ت بي يا أيها الريه آمىىا أوفقىا مه طيبات ما كسبتم ومم مىاال يم
غىي حميد مىه تىفقىن ولستم بآخريه إل أن تغمضىا فيه واعلمىا أن الل
Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman, Infakkanlah sebagian dari hasil
usahamu yang baik, dan dari apa yang kamu keluarkan untuk dari alam
bumi. Dan janganlah kamu memilih yang buru-buruk daripadanya untuk
kemudian kamu infakkan padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
8 Abd Shomad, HUkum Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hlm. 356.
9
kecuali dengan memicingkan mata (enggan). Ketahuilah bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha terpuji”.9
Kata-kata menafkahkan harta yang disebut dalam Al-quran tidak kurang
dari 72 tempat, selain berkonotasi pada nafkah wajib, seperti zakat atau memberi
nafkah keluarga, juga menunjuk hukum sunnah, seperti sedekah, hibah, wakaf
dan lain-lain. Dalam Al-quran tidak ditemukan secara eksplisit dan tegas
mengenai wakaf, al-quran hanya menyebutkan dalam artian umum saja, tidak
tegas dan khusus menggunakan kata wakaf. Para Fuqaha menjadikan ayat-ayat
umum itu sebagai dasar wakaf dalam Islam. Seperti ayat-ayat yang
membicarakan sedekah, infak dan amal jariyah. Para ulama menafsirkannya
bahwa wakaf itu sudah tercakup di dalam cakupan ayat tersebut.
Dalam ayat ini terdapat anjuran untuk melakukan infak secara umum
terhadap sebagian dari apa yang dimiliki seseorang, dan termasuk kedalam
pengertian umum infak menurut Jumhur ulama adalah melalui sarana wakaf.10
2. Hadits
وسان اوقطع عمله إل مه ثلثة مه صدقة جازية وعلم يىتفع به وولد ص ال يدعىله إذا مات ال
Artinya:“ Dari Abu Hurairah r.a (dilaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Apabila seseorang meninggal dunia, maka putuslah amalannya kecuali
tiga hal: sedekah yang mengalir, ilmu yang dimanfaatkan atau anak
shahih yang mendoakannya”. (HR. Muslim)
Sedekah Jariyah yang disebutkan dalam hadits Abu Hurairah tidak lain yang
dimaksud adalah wakaf, dimana pokok bendanya tetap, sedangkan manfaat benda
9 QS. Al-Baqarah (2): 276.
10 Siska Lis Sulistiani, Pembaharuan Hukum Wakaf di Indonesia , (Bandung: PT Refika
Aditama, 2017), hlm.49
10
yang diwaafkan itu mengalir terus (Jariyah=Mengalir) sehingga wakif tetap
mendapat pahala atas amalnya meskipun ia telah meninggal dunia.11
3. Ijma‟
Para ulama sepakat (ijma‟) menerima wakaf sebagai suatu amal jariyah yang
disyariatkan dalam Islam. Tidak ada orang yang dapat menapikan dan menolak
amalan wakaf dalam Islam karena telah menjadi amalan yang senantiasa
dijalankan dan diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum muslim sejak awal
Islam hingga sekarang ini. Dengan pengalaman wakaf sejak zaman Nabi
Muhammad SAW sampai saat ini dan sekarang telah berkembang di seluruh
dunia, maka wakaf merupakan ijma‟ amali.12
4. Ijtihad
Ketentuan-ketentuan detail mengenai perwakafan didasarkan kepada ijtihad
para ahli hukum Islam seperti pendapat Imam Al-Zuhri (w. 124H) bahwa
mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut
ssebagai modal usaha kemudian keuntungannya disalurkan kepada mauquf „alaih.
c. Rukun dan syarat wakaf
Dalam perspektif fiqh Islam, untuk adanya wakaf harus dipenuhi 4 (empat)
rukun atau unsur dari wakaf tersebut, yaitu:
1. Adanya orang yang berwakaf (wakif) sebagai subjek wakaf
2. Adanya benda yang diwakafkan (mauquf bih) sebagai objek wakaf
3. Adanya penerima wakaf (nazir) sebagai subjek wakaf
11
Ibid, hlm 51. 12
Athoilah, Hukum Wakaf Benda Bergerak, (Bandung: Al-Qarint 2012), hlm 40.
11
4. Adanya Akad dan lafazh pernyataan penyerahan wakaf dari tangan waqif 13
Adapun penjelasan mengenai syarat-syarat wakaf adalah sebagai berikut:
a) Adanya orang yang berwakaf (wakif) sebagai subjek wakaf
Wakif adalah pemilik harta secara sah, ia bertanggung jawab penuh
terhadapa tanah yang diwakafkan.
Adapun ketentuan wakif adalah sebagai berikut:
1) Seorang yang merdeka yang menguasai sepenuhnya tentang harta yang
diwakafkan
2) Seorang yang memiliki akal sempurna, dan tidak sah wakaf orang gila
3) Akil balig, tidak sah wakaf yang dilakukan oleh anak sekalipun mumayyiz
4) Wakif harus normal dan cerdas, tidak sah wakaf seorang yang berada dibawah
tekanan, bodoh, bangkrut dan gaflah walaupun wakaf dilakukan oleh wali
b) Adanya benda yang diwakafkan (mauquf bih) sebagai objek wakaf
Adapun yang dimaksud dengan mauquf bih yaitu benda yang diwakafkan
untuk kepentingan umum. Adapun syarat mauquf bih sebagai berikut:
1) Harta itu bernilai
2) Harta itu berupa benda tidak bergerak/benda bergerak
3) Harta itu diketahui kadar dan batasannya
4) Harta itu terpisah dari harta perkongsian atau milik bersama
c) Adanya penerima wakaf (nazir) sebagai subjek wakaf
13
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),hlm. 59
12
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk
dikelolah dan dikembangkan sesuai dengan peruntukkannya. Posisi nazhir sebagai
pihak yang bertugas untuk memlihara dan mengurusi harta wakaf mempunyai
kedudukan yang penting dalam perwakafan. Sedemikian penting kedudukan
nazhir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya wakaf bagai maukuf „alai
sangat bergantung pada nazhir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa
nazhir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan
kepadanya.14
Dalam hal ini Al-Khatib Al-Syarbini mengemukakan syarat nazhir
sabagai berikut:
1) Jujur dan adil karena wakaf adalah amanah yang harus dijaga dengan sebaik-
baiknya dan manfaatnya disalurkan sesuai dengan peruntukan wakaf.
2) Memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan untuk mengelola
dan mengembangkan harta benda wakaf sehingga mencapai hasil optimal, dan
jika terabaikan maka penguasa hukum wilayah segera memecat dan
menggantiannya yang telah ditunjuk oleh wakif, agar harta benda wakaf
terselamatkan.
Karena urgennya nazhir dalam pengelolaan wakaf, maka kemudian dalam
Undang-undang RI Nomor 41 tahn 2004 tentang wakaf, nazhir merupakan unsur
wakaf yang harus dipenuhi, bahkan perspektif fiqh, nazhir dapat berupa
perorangan secara sendiri asalkan ditunjuk oleh wakif, atau wakif boleh menunjuk
14
Depertemen Agama RI, Fiqih Wakaf, (Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam , 2007), hlm. 70
13
dirinya sendiri sebagai nazhir, pada Undang-undang Nomor 41 tahun 2004
dikembangkan menjadi nazhir perseorangan, organisasi, atau badan hukum,
asalkan memenuhi syarat:
1) Nazhir perseorangan
(a) Warga Negara Indonesia;
(b) Beragama Islam;
(c) Dewasa;
(d) Amanah;
(e) Mampu secara jasmani dan rohani; dan
(f) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum.
2) Organisasi
(a) Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir
perseorangan sebagaimana syarat nazhir perorangan;
(b) Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan
dan/atau keagamaan Islam.15
3) Badan Hukum
(a) Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan nazhir
perseorangan sebagaimana syarat nazhir perorangan;
(b) Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
15
Farid Wadjdy & Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (filantropi Islam Yang Hampir
Terlupakan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 164
14
(c) Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.16
d) Sighat
Sighat adalah salah satu ucapan yang dilakukan ketika menyerahkan benda
wakaf, yaitu pihak yang menyerahkan dan dan yang menerima (ijab dan qabul).
Jika pernyataan itu tidak disertai dengan qabul maka transaksi tersebut tidak sah.
Ijab dan qabul adalah sighat yang menyebabkan sahynya wakaf dan diucapkan
oleh wakif sebagai pihak yang menyerahkan dan mauquf alaih sebagai penerima
wakaf dan memiliki akibat hukum.
d. Macam-macam wakaf
1. Wakaf ahli
Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu, seoang atau lebih,
keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini juga disebut wakaf dzuri. Wakaf
jenis ini juga disebut wakaf „alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukkan bagi
kepentingan dan jaminan social dalam lingkungan keluarga, lingkungan kerabat
sendiri.17
2. Wakaf khairi
Yaitu, wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama (keagamaan) atau
kemasyarakatan (kebajikan umum). Seperti wakaf yang diserahkan untuk
16
Ibid,hlm.165 17
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf , (Jakarta: Departemen Agama, 2007).
Hlm.14.
15
keperluan pembangunan masjid, sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan
anak yatim dan lain sebagainya.18
2. Profesionalisme Nazhir dalam Pengelolaan Wakaf
Kata profesionalisme berasal dari bahasa inggris “profesessional” yang
berarti engaged in a spesific acrivity as a source of livelihood. Sementara nazhir
berasal dari bahasa arab ظر ينظر نظران yang berarti menjaga, memelihara,
mengelola dan mengawasi. Lafal نا ظر adalah isim fa‟il yang berarti pengawas
(orang yang menjaga) harta wakaf. Kata “nazhir” disebut juga qoyyim atau
mutawalli yang berarti pengurus, penjaga dan administrator.19
Pada prinsipnya nazhir adalah orang yang diserahi tugas untuk mengawasi,
menjaga, memelihara, mampu secara administrasi dan profesional dibidangngnya.
Ia diberikan tugas untuk aktif menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan
perwakafan dan boleh mendapatkan hasilnya tetapi tidak boleh membelanjakan
secara bebas. Ia berhak memperolah upah 10% dari hasil bersih atas pengelolaan
pengembangan harta benda wakaf sebagai imbalan secara terus menerus.
Kedudukan dan fungsi si nazhir sebagai (mauquf „alaih) sangat penting untuk
meningkatkan pemberdayaan wakaf. Untuk itu, wakif berhak mengangkat nazhir
yang diinginkan meskipun berdasarkan wasiat, dan dapat pula mengangkat dirinya
sendiri menjadi nazhir. Namun nazhir yang lebih tepat adalah yang ditunjuk
18
Ibid, hlm 16. 19
Bahrul Maani, Fikih Wakaf Kontemporar, (Yogyakarta:Litera 2019), hlm, 99.
16
langsung oleh hakim karena kewenangan dan kekuasaannya dapat diterima
apabila salah seorang wakif tidak menjelaskan kepada siapa wakaf itu ditujukan.20
Berdasarkan tugas tersebut, nazhir adalah sebagai pihak yang menerima
harta benda wakaf dari wakif (peseorangan/lembaga/organisasi) yang
mewakafkan untuk mengelolanya agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan peruntukannya, kemudian ia melaporkan kinerjanya kepada Menteri dan
BWI. Karena itu, kehadiran BWI diharapkan untuk melakukan pembinaan
terhadap nazhir sesuai dengan Undang-Undang Perwakafan dan meminta
pertimbangan ketika akan dilakukan perubahan dan perubahan dan alih fungsi
tanah wakaf. Ia dapat membina nazhir melengkapi surat-surat wakaf tanah secara
administrasi, sehingga wakaf tanah mendapatkan jaminan keamanan sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dan Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2006 serta peraturan pelaksanaannya melalui sertifikat tanah. Dengan
demikian barulah wakaf tanah dapat dimanfaatkan sesuai denan tujuan wakaf.
Sebalikanya jika wakaf tanah itu tidak amandari ancaman baik dari ahli waris
maupun pihak lain.21
Dalam hal ini mayoritas Ulama sepakat bahwa wakif atau pihak berwenang
harus menunjuk nazhir baik dari kalanga keluarga maupun dipihak lain, walaupun
Imam Mujtahid tidak sependapat jika nazhir menjadi salah satu rukun wakaf.
Adapun kedudukan nazhir, dalam Peraturan Perundang Pemerintah Nomor 42
20
Ibid, hlm 100. 21
Ibid, hlm 101.
17
Tahun 2006 pasal 5 ayat (1) nazhir sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 4
ayat (1) berhenti dari kedudukannya apabila:
a) Meninggal dunia;
b) Berhalangan tetap;
c) Mengundurkan diri, atau
d) Diberhentikan oleh BWI
Berdasarkan pasal 11 dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
dijelaskan bahwa nazhir mampunyai tugas:
a) Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
b) Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,
fungsi dan peruntukannya;
c) Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf;
d) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada BWI.
Sementara pasal 12 menjelaskan bahwa dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11, nazhir dapat menerima imbalan dari hasil
bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya
tidak melebihi 10% (sepuluh persen). Bagi Imam Ahmad bahwa nazhir
memperolah upah berdasarkan ketentuan wakif. Tetapi dikalangan Hanabilah ada
dua argumen yang menjadi alasan untuk memberi upah. Pertama, nazhir tidak
layak mendapatkan upah kecuali sekedar memenuhi kebutuhannna sehari-hari.
Kedua, nazhir seharusnya mendapatkan gaji sesuai dengan volume kerjanya.
Dalam konteks tersebut, peran nazhir dalam mengelola wakaf dapat dibagi
kepada tiga klasifikasi, yaitu:
18
a) Nazhir wakaf untuk sarana ibadah, khusus bertugas untuk mengelola dan
memanfaatkan wakaf untuk kepentingan ibadah, seperti langgar, masjid yang
berhubungan dengan spiritual;
b) Nazhir wakaf untuk sarana pendidikan, bertugas mengurus dan mengelolah
wakaf yang berkaitan dengan pendidika, seperti madrasah, yayasan, pondok
pesantren, santri dan proses belajar mengajar;
c) Nazhir wakaf untuk sarana sosial khusus bertugas untuk mengelola wakaf
yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan, seperti panti asuhan, TPU dan
lembaga kemsyarakatan.
Sebenarnya tugas nazhir secara umum mengelola harta benda wakaf
meliputi seluruh benda-benda wakaf tanpa adanya bagian khusus sebagaimana
tersebut di atas, namun kecenderungannya di dalam sering terpolarisasi dengan
sendirinya sesuai dengan situasi dan kebutuhannya.
Wakaf disebut juga الاعما ل الجرية amal jariyah yang diperuntukkan manfaat
dan penggunaanya berrlangsung secara continue dengan mengacu kepada asas
keabadian yang mengelolanya tidak terbatas kepada orang atau kelompok tertentu.
Selain amal jariyah, ia disebut juga الاعمال الوقف amalan wakaf yang hanya
ditujukan untuk benda-benda yang memenuhi persyaratan jual beli, seperti uang
dan jasa dengan alasan bahwa uang menjadi punah ketika digunakan. Wakaf al-
iqrar mengelola wakaf yang terbatas pada benda-benda tidak bergerak, sementara
benda-benda bergerak untuk kepentingan sosial, seperti penerangan jalan, masjid,
penyediaan air minum, di jalan-jalan umum atau penyediaan air wudhu di tempat-
19
tempat peribadatan dan biaya-biaya operasional yang bersifat “amal jariyah”
bukan sebagai wakaf.22
3. Kewajiban Nazhir
Ada beberapa hal yang dibebankan kepada nazhir, dimana nazhir wajib
melaksanakannya agar kondisi harta wakaf tetap terjaga dan keuntungannya bias
dipertahankan, sehingga kemaslahatan mauquf „alaih bias terpenuhi. Dalam
pembahasan berikut ini akan dijelaskan beberapa kewajiban yang paling utama:23
a. Pengelolaan dan pemeliharaan wakaf
Kewajiban utama seorang nazhir adalah melakukan pengelolaan dan
pemeliharaan barang yang diwakafkan. Sebab, mengabaikan pengelolaan dan
pemeliharaannya akan berakibat pada kerusakan dan kehancurannya, dan
berlanjut pada hilangnya fungsi wakaf itu sendiri.
b. Melaksanakan syarat dari wakif
Nazhir diharuskan melaksanakandan mengikuti syarat-syarat dari wakif yang
diakui secara hukum atau syarat yang tertulis saat serah terima wakaf. Nazhir
tidak diperkenanankan melanggarnya kecuali jika ada faktor lain yang
membolehkannya.
c. Membela dan mempertahankan kepentingan harta wakaf
Wakaf sebagai satu aktivitas yang diakui dalam hukum dan agama dapat
menyebabkan suatu ikatan atau hubungan resmi dengan pihak lain, baik orang
tersebut para mustahik atau mereka yang tidak terus terang dan melampaui batas
22
Bahrul Maani, Fikih Wakaf Kontemporar, hlm, 110. 23
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Jakarta: Kuwais Mandiri Cahaya
Persada, 2003). Hal. 480
20
dalam maengambil hasil dan manfaat harta wakaf, ataupun mereka yang menuntut
bahwa dirinya berhak untuk mendapatkan bagian dari harta wakaf dan lain
sebagainya. Dengan adanya hubungan resmi ini pasti akan muncul sengketa dan
pertentangan antara orang-orang tersebut dengan nazhir baik untuk mendapatkan
hak ataupun menghindari ancaman bahaya. Karena itu, nazhir sebagai pengelola
dan pemegang amanah wakaf harus berusaha sekuat tenaga dalam menjaga
keberlangsungan wakaf dan hak-hak dari mereka yang berhak menerimanya.
Usaha ini, bisa dilakukan sendiri atau dengan bantuan pihak lain (wakilnya),
seperti pengecara atau penasihat hukum.
d. Melunasi utang wakaf
Nazhir berkewajiban melunasi segala utang yang berkaitan dengan harta
wakaf yang diambil dari pendapatan atau hasil produksi harta wakaf tersebut.
Pelunasan utang-utang ini harus didahulukan ketimbang pembagian hasil kepada
mustahik. Sebab, jika utang ini belum lunas atau ditunda-tunda akan berdampak
pada status harta wakaf, sehingga tidak bertambah dan berkembang, bahkan
terancam akan hilang. Selanjutnya, hal ini akan berakibat tidak terpenuhnya
bagian atau hak para mustahik.
e. Menunaikan hak-hak mustahik dari harta wakaf
Nazhir harus menunaikan dan menyerahkan hak-hak mustahik dari harta
wakaf dan tidak boleh menunda-nundanya sedikit pun, kecuali terjadi sesuatu
yang mengakibatkan pembagian tersebut tertunda. Misalnya kebutuhan mendesak
guna untuk merenovasi atau memperbaiki harta wakaf yang mrnuntut hasil wakaf
21
dialokasikan untuk kepentingan tersebut, atau melunasi utang yang terkait dengan
harta wakaf.
4. Strategi Nazhir dalam Pengelolaan Wakaf Secara Umum
a. Manajemen strategi nazhir dalam pengelolaan wakaf
Menurut James Stoner seperti yang dikurip Eri Sudewo, manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengearahan dan pengawasan usaha para
anggota organisasi dengan menggunakan sumber data yang ada agar mencapai
tujuan organisasi yang sudah diterapkan.24
Berdasarkan pengertian manajemen oleh stoner di atas, ada 4 tahapan yang
harus dilakukan yaitu:
1) Perencanaan atau planning
Dalam Islam planning dikenal dengan istilah musyawarah, dengan
demikian planning adalah proses yang menyangukut upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan dating dengan penuntutan
strategi dan taktik yang tepat untuk mewijudkan target dan tujuan organisasi.
2) Pengorganisasian atau organizing
Yaitu struktur dari wewenang atau kekuasaan nazhir atau bias juga diartikan
sebagai suatu kerangka tingkah laku untuk analisis proses pengambilan keputusan
organisasi. Dengan proses organizing ini diharapkan dapat merumuskan kibijakan
strategi dan taktik sehingga struktur organisasi menjadi tangguh dan yang lebih
24
Farid Wadjdy & Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (filantropi Islam Yang Hampir
Terlupakan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 175.
22
penting adalah bagaimana semua pihak yang terlibat dalam organisasi bias bekerja
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi.
3) Directing
Yaitu proses implementasi program agar bias dijalankan oleh seluruh pihak
(para nazhir) dalam organisasi serta proses memotivasi agar semuanya dapat
menjalankan tangung jawab dengan penuh kesadaran dan prodektivitas yang
tinggi.
4) Pengawasan
Kata pengawasan dipakai sebagai arti harfiah dari kata controlling, yaitu
proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bias berjalan sesuai
dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan telah terjadi.
Pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan dan pengukuran
terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah diterapkan, penafsiran
dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan
tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan antara hasil (output) yang
dicapai dengan masukannya (input) yang digunakan.
Griffin mendefinisikan strategi dengan rencana komprehensif untuk
mencapai tujuan organisasi.25
Definisi senada dikemukakan Newman dan Logan
di mana strategi adalah perencanaan yang melihat ke depan yang dipadukan
25
Griffin, Manajemen, (Jakarta: Penerbit Erlangga), 2004, hlm 21.
23
dalam konsep dasar atau misi perusahaan.26
Definisi yang mendukung pendapat
Griffin, Newman dan Logan disampaikan oleh Glueck yang menyebutkan strategi
adalah satu kesatuan rencana yang komprehensif dan terpadu yang
menghubungkan kekuatan strategi perusahaan dengan lingkungan yang
dihadapinya, kesemuanya menjamin agar tujuan perusahaan tercapai.
Jauch dan Glueck (1998: 216), menyamakan strategi baik pada tingkat perusahaan
maupun tingkat bisnis. Berikut ini diuraikan secara rinci :27
1) Strategi ekspansi; alasan penerapan strategi ini bermacam-macam, di anta
ranya perusahaan berada dalam industri yang labil, motivasi manajemen,
keyakinan bahwa perubahan lingkungan yang cepat menghendaki ekspansi,
dan keyakinan bahwa ekspansi mengakibatkan perbaikan prestasi. Organisasi
yang mengimplementasikan strategi ini adalah organisasi yang inovatif,
mencari kesempatan pasar baru, dan berani mengambil sejumlah resiko.
2) Strategi penciutan; dipakai untuk menghadapi krisis. Strategi ini dilakukan
perusahaan bila merasa perlu mengurangi lini produk atau jasa, atau
pengurangan kegiatan dalam perusahaan. Strategi penciutan merupakan
strategi terbaik bagi perusahaan yang telah mencoba segala-galanya, namun
tidak berhasil tapi terus berusaha memperbaiki keadaan.
26
Newman, Strategy, Policy, and Central Manajement, (Cincinanti Ohio: South Western
Publishing Co 27
Jauch, Lawrence R and William F. Glueck, 1998, Manajemen Staregis dan Kebijakan
Perusahaan, (Alih Bahasa Murad dn AR. Henry Sitanggang dari judul asli Strategic Management
and Business Policy), Jakarta: Penerbit Erlangga
24
3) Strategi stabilitas diterapkan perusahaan atau organisasi dalam sektor produk
atau jasa sebagaimana ditetapkan dalam batasan bisnisnya. Strategi utamanya
difokuskan pada perbaikan fungsi pelayanan, seperti meningkatkan mutu dan
meningkatkan efisiensi produk.
4) Strategi kombinasi; di mana perusahaan yang melakukan strategi ini pada
mulanya sering mengkonsentrasikan diri pada satu lini produk atau jasa.
Mereka berkembang sedikit demi sedikit dengan menambahkan produk dan
jasa baru, menambah daerah pasar geografis, dan lain sebagainya.
b. Manajemen keuangan pondok pesantren
Sebagai implementasi dari paradigma manajemen pendidikan yang ada di
indonesia, MBS Manajemen Berbasis Sekolah, masalah keuangan dan
pembiayaan menjadi lebih banyak di atur oleh lembaga pendidikan itu sendiri,
tidak terkecuali Pesantren. Walaupun sebenarnya Pesantren dari dahulu sejak awal
berdirinya memang adalah lembaga yang mandiri dalam penataan manajemenya.
Namun alangkah lebih baik jika Pesantren bisa mengadopsi penataan manajemen
yang bisa membawa kemaslahatan umat. Hal ini tentunya tidak terlepas dari
prinsip Pesantren, (a-lmuhafadhoh „ala al-qodim as-sholih – wa al-akhdu bi al-
jadid al-ashlah) menjaga tradisi lama yang bermangfaat dan mengadopsi hal-hal
baru yang banyak membawa mashlahat.28
Oleh karena itu dalam makalah kita kali ini penulis akan membahas tentang
bagaimanakah membentuk manajemen keuangan pendidikan Pesantren yang
ideal. Yang dalam pembahasan ini meliputi:
28
Halim, Manajemen Pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren), hlm 68.
25
1) Prosedur Angaran.
Prosedur Anggaran merupakan suatu langkah perencanaan yang
fundamental, Jadi Anggaran atau budget adalah sebagai suatu rencana operasi dari
suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk
periode tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Adapun fungsi pengangaran
adalah proyeksi kegiatan finansial yang diperlukan guna mencapai tujuan yang
akan dilaksanakan oleh suatu organisasi (perusahaan, yayasan, atau pondok
Pesantren, dll).
Untuk Penyusunan anggaran secara umum dalam lembaga pendidikan perlu
dikembangkan dalam format-format yang meliputi:
a) Perencanaan angaran, merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan,
menentukan prioritas, menjabarkan tujuan kedalam operasional yang terukur,
serta adanya analisis yang terarah dalam pencapaian tujuan, serta membuat
rekomendasi alternativ untuk mencapai sasaran.
b) Persiapan anggaran, yaitu adanya kesesuaian anggaran yang telah ada dengan
segala bentuk kegiatan Pesantren, baik pendistribusian, progam pengajaran
yang akan dicanangkan serta adanya inventarisasi kelengkapan peralatan dan
bahan-bahan yang tersedia.
c) pengelolaan pelaksana anggaran, prosedur yang harus di terapkan dalam
pelaksana anggaran adalah, adanya pembukuan yang jelas dan teratur,
pembelanjaan dan transaksi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
telah ada. Perhitungan yang jelas dan terencana, pengawasan prosedur kerja
26
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melakukan serta membuat laporan
keuangan sebagai bentuk pertangungjawaban keuangan terhadap lembaga.
d) Menilai pelaksanaan anggaran, dari semua anggaran yang telah dibuat dan
diaplikasikan ke taraf pendidikan praktis, perlu adanya evaluasi sebagai
rekomendasi untuk perbaikan manajemen dan anggaran yang akan datang.29
2) Prosedur Akutansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah suatu sistem yang terdiri dari metode dan
catatan-catatan yang dibuat untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan,
menganalisis, mencatat dan melaporkan keuangan –keuangan organisasi dan
menyelengarakan pertanggungjawaban.30
Sebuah organisasi tentunya membutuhkan pengelola keuangan untuk
memastikan tertopangnya kegiatan operasional dari aspek pendanaan, Tidak
terkecuali Pesantren. Akutansi adalah pembukuan, pengaturan atau pengurusan.
Di setiap Pesantren memerlukan dana yang cukup untuk menjalankan sejumlah
program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti halnya organisasi-organisasi
umum lainnya, dana yang dimiliki Pesantren harus diatur dan dicatat sedemikian
rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk ketepatan penggunaannya.
Pencatatan dan pengelolaan dana yang baik menjadi kegiatan yang penting
sebagai wujud pertanggungjawaban Pesantren. Pada dasarnya pelaksanaan
akuntannsi keuangan hanya meliputi penerimaan atau pemasukan dan
pengeluaran.
29
Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya 2003),
hlm 199. 30
Goerge, Bodnar dan Willliam, system Informasi Akuntansi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001),
hlm 182.
27
Dalam melakukan akutansi keuangan, Pesantren perlu menegakan prinsip-
prinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas publik. Hal ini sesuai
dengan UU Sisdiknas pasal 48. selanjutnya pembahasan mengenai akutansi
keuangan ini meliputi:
a) Penerimaan atau pemasukan
Pemasukan keuangan Pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan
pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun
peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita
klasifikasi sebagai dana langsung dan dana tidak langsung. Dana tidak langsung
adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan peserta dididk dalam
mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren, seperti penyesuaian
waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika guru atau peserta
didik mengunakanya untuk bekerja, dan juga perhitunganya dengan transportasi,
dan biaya hidup. dana ini memang sulit sekali dihitung karena tidak ada catatan
resminya. Namun dalam perencanaan biaya ini turut dihitung. Dana langsung,
adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber yang sah.
b) Pengeluaran
Alokasi dari dana pendapatan Pesantren harus pula diatur secermat
mungkin. Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara
umum di lembaga-lembaga pendidikan kita:
(1) Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dan digunakan untuk
pembangunan dan pembenahan sarana fisik lembaga, dana ini di sesuaikan
28
dengan kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di lembaga
pendidikan tersebut.31
(2) Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untuk biaya operasional
satu tahun anggaran. Dana rutin pengunaanya meliputi pelaksanaan progam
belajar mengajar, pembayaran gaji guru maupun personil, serta pemeliharaan
dan perawatan sarana prasarana lembaga pendidikan.
Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung total
cost atau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit cost
merupakan nilai satuan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan
terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang pendidikan.
Berdasarkan akutansi keuangan di Pesantren, ada beberapa hal yang harus di
perhatikan oleh bendaharawan Pesantren:
(a) Membuat laporan keuangan kepada Pesantren dan komite Pesantren untuk di
cocokan dengan rancangan anggaran Pesantren.
(b) Menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti pembayaran pajak
bila ada.
(c) Kwitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan penerimaan berupa tanda tangan
penerima atau bukti pengeluaran yang lain.
(d) Menunjukan neraca keuangan untuk di periksa oleh tim penangungjawaban
keuangan dari yang bersangkutan.
Hal-hal yang perlu di persiapkan oleh bendaharawan Pesantren meliputi :
31
Nanang Fatah, Ekonomi dan Pembiayaan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm
26.
29
(a) Buku kas umum
(b) Buku persekot atau uang muka
(c) Daftar potongan-potongan
(d) Daftar honoranium
(e) Buku tabungan
(f) Buku iuran atau kontrbusi santri
(g) Buku catatan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga.
3) Pembelanjaan
pembelanjaan dalam arti luas, yaitu Keseluruhan aktivitas yang
bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau
mengalokasikan dana tersebut. Sedangkan prinsip dari manajemen adalah dalam
memperoleh maupun dalam menggunakannya atau mengalokasikan dana harus
didasarkan pada pertimbanggan efesiensi dan efektivitas. Dalam manajemen
terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian.32
Ditarik dari kesimpulan diatas, pembelanjaan mempunyai fungsi. sebagai
Fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana. Maksudnya bahwa setiap
rupiah dana yang tertanam harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat
menghasilkan tingkat keuntungan investasi. Fungsi penggunaan dana meliputi
perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar
maupun aktiva tetap.
32
Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembiayaan Perusahaan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm 4.
30
Aktiva tetap adalah aktiva yang berubah menjadi kas memerlukan waktu
lebih dari satu tahun dan merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva relative
permanen. Aktiva tetap ini disebut juga aktiva berwujud (tangible assets) karena
ada secara fisik. Aktiva ini dimiliki dan digunakan oleh organisasi serta tidak
untuk dijual karena sebagai bagian dari operasional normal. Sedangkan Aktiva
lancar adalah aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu
tahun atau kurang seperti dana pemasukan yang ada baik donatur atau usaha
pondok Pesantren, dan manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi
(investment decision), Fungsi pemenuhan kebutuhan dana, atau fungsi pendanaan
(financing; obtaining of funds).33
4) Prosedur Investasi
Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah (jika ada), pemerintah
daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas, Pasal 46 no. 1 tahun
2003. perlu di kelola dengan baik, salah satu bentuk pengelolaan yang paling
efisien adalah dengan menginvestasikan.
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga
produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi
digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk
membangun rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau kopontren.
Investasi memiliki dua jenis yaitu:
33
Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm 21.
31
a) Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam organisasi
yang terkait untuk menjalankan fungsinya. Dalam hal ini Pesantren
mendapatkan modal permanen dari pengasuh atau pengelola Pesantren saja.
b) Variabel, artinya permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap
karena harus disesuaikan dengan perubahan pendapatan dan keadaan
penyokong dana. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal variable dari
para donatur kemasyarakatan ataupun dari donator alumnus Pesantren dan
para wali santri dan lain-lain.
5) Prosedur Pemeriksaan Atau Pengawasan
Menurut Murdick prosedur Pengawasan atau pemeriksaan merupakan
proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan meskipun bagaimanapun rumit
dan luasnya cakupan dalam suatu organisasi. Sedangkan metode yang di gunakan
adalah:34
a) Penentuan standar
Yang dimaksudakan adalah batasan-batasan mengenai keberhasilan dan
kegagalan suatu kegiatan. Misalnya suatu kegiatan direncanakan terlaksana 90%
dari keseluruhannya maka apabila sama atau lebih dari 90% maka dikatakan
sesuai dengan standar. Sebaliknya, apabila kurang dari 90% maka dianggap tidak
sesuai dengan standar.
b) Mengadakan pengukuran
34
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2000), hlm 101.
32
Dalam hal ini pemimpin tidak boleh percaya bergitu saja kepada
bawahannya karena dikuatirkan laporan yang ada tidak sesuai dengan yang
realita. dua cara dalam pengukuran. Pertama, Teknik tes, yang dilakukan untuk
mengetahui aspek yang nyata terjadi. Misalkan : Ditanya tentang kejadian yang
riil terjadi dilapangan. Kedua, Teknik non tes yang digunakan untuk mengetahui
keseluruhan aspek yang tidak dapat dijangkau oleh teknis tes. Seperti, bagaimana
kinerja para anggotanya kemudian disesuaikan dengan evaluasi dari para anggota.
Selanjutnya yang dilakukan adalah menyesuaikanya dengan ketentuan yang telah
berlaku. Dan hasilnya digunakan untuk umpan balik (feedback) berupa revisi, atau
modifikasi.
c. Strategi pengelolaan dan pengembangan harta wakaf
1) Regulasi peraturan perundangan wakaf
Sebelum lahir UU No. 41 tentang wakaf, perwakafan di Indonesia diatur
dalam PP No. 28 Tahun 1997 tentang perwakafan tanah milik dan sedikit tercover
dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok agrarian. Regulasi
peraturan perundangan perwakafan tersebut berupa UU No. 41 Tahun 2004
tentang wakaf dan peraturan pemerintah No. 42 tahun 2006 tentang
pelaksanaannya.35
2) Pembentukan badan wakaf Indonesia
Lembaga wakaf yang secara khusus akan mengelola dana wakaf dan
beroperasi secara nasional itu berupa badan wakaf Indonesia. Tugas dari lembaga
35
Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Ashyar, Menuju Era Wakaf Produktif, (Depok; Muntaz
Publishing), 2007, hlm, 89.
33
ini adalah mengkordinir Nazhir yang sudah ada atau mengelola secara mandiri
terhadap harta wakaf yang dipercaya kepadanya.
3) Oprimalisasi UU daerah dan perda
Beberapa daerah saat ini memang sudah diberi wewenang untuk
melaksanakan UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah. Otonomi daerah
sangat memberikan peluang bagi pengembangan dan pemberdayaan pengelolaan
wakaf. Disisi lain terdapat visi kedaerahan yang berorientasi pengentasan
kemiskinan melalui cara yang islami.36
4) Pembentukan kemitraan usaha
Pengembangan aspek produktif dari dana wakaf tunai, perlu diarahkan
model pemanfaatn dana tersebut kepada sector usaha yang produktif dengan
lembaga usaha yang memiliki reputasi yang baik. Salah satu caranya adalah
dengan membentuk dan menjalin kerja sama dengan perusahaan model venture,
seperti bentuk dan mekanisme kerja perusahaan model venture dapat sesuai
dengan model pembiayaan dalam system keuangan islami. (pembiayaan
mudharabah dan musyarakah).
5) Penerbitan sertifikat wakaf tunai
Manfaat sertifikat wakaf tunai adalah dapat mengubah kebiasaan lama
dimana kesempatan wakaf itu seolah olah hanya untuk orang kaya saja. Karena
sertifikat wakaf tunai diharapkan dapat menjadi sarana bagi rekontruksi social dan
pembangunan, dimana mayoritas penduduk dapat ikut berpartisipasi.
6) Penerbitan sertifikat wakaf investasi
36
Ibid, hlm 98.
34
Selain memberikan porsi yang cukup kepada perbankan syariah dalam
pengumpulan dana wakaf tunai melalui jalan investasi setelah diserahkan kepada
Nazhir, lembaga-lembaga swasta lain memiliki kredibilitas baik dalam
pengelolaan investasi sesuai dengan konsep syariah islami harus juga diberikan
ruang kesempatan mengelola dana wakaf tunai.
F. Tinjauan Pustaka
Diantara langkah penting peneliti dalam memulai aktivitas peneitiannya
adalah melakukan tinjauan pustaka atau penelusuran peneliti terdahulu yang
memiliki kaitan langsung atau tidak langsung dengan permasalahan peneliti yang
diangkat. Bahkan tinjauan pustaka juga sangat diperlukan sebelum peneliti
menemukan permasala han. Harus dipahami bahwa tinjauan pustaka harus
dimasukkan pada jenis penelitian lapangan (field research) dan jenis penelitian
pustaka (library research).37
Dalam pembuatan skripsi ini, tinjauan pustaka sangat dibutuhkan dalam
rangka menambah wawasan terhadap masalah yang akan diteliti oleh karena itu,
maka sebelum meneliti, peneliti melakukan tinjauan pustaka mengenai penelitian-
penelitian sebelumnya yang terkait dengan judul menganai pengelolaan harta
wakaf.
Penelitian yang dilakukan oleh Putri Nirina Nurul Imam yang berjudul
“Analisis Terhadap Wakaf Atas Hak Cipta” hasil dari penelitiannya adalah
pertama, kedudukan harta wakaf merupakan harat jariyah yang pahalanya
37
Sayuti Una, ( Ed ). Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi). (Jambi:Fakultas Syariah
IAIN STS Jambi dan Syariah Press.2012), hlm 34
35
mengalir secara terus menerus. Kedua, wakaf menguntungkan pencipta atau
pemegang hak cipta (wakif) karena merupakan kegiatan ibadah bagi pihak yang
tidak memiliki benda berwujud untuk diwakafkan, juga menguntungkan pihak
pengelola yang memperoleh keuntungan ekonomis berupa imbalan pengelola
harta benda wakaf.38
Penelitian yang dilakukan oleh Hasan Asy‟ari “Pengelolaan Dan
Pengembangan Wakaf Produktif Di Yayasan Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Al-Yasin” dari skripsi tersebut dapat menyimpulkan bahwa wakaf produktuf
yayasan pondok pesantren miftahul ulum al-yasin mengalami perkembangan
dengan adanya penambahan dua unit LKS (lembaga keuangan syariah).39
Skripsi yang disusun oleh Izzi Azizi Tahun 2015 yang berjudul wakaf
Produktif (Konsep dan Aplikasinya Di Pondok Pesantren An-Nur Tangkit Muaro
Jambi) pengelolaan (manajemen) wakaf di Pondok Pesantren An-Nur Tangkit
relatif berjalan dan berkembang dengan baik karena didukung oleh pimpinan
pondok.40
Dari uraian tinjauan pustaka tersebut di atas terlihat jelas bahwa penyusunan
skripsi yang mempunyai artikulasi pembahasan pada wakaf produktif telah ada
dan beberapa buku pedoman tentang pelaksanaan organisasi pengelolaan wakaf
juga telah ada, dalam hal ini dapat diterapkan pada manajemen wakaf produktif
38
Putri Nirina Nurul Imam, Analisis Terhadap Wakaf Hak Cipta, diakses dari
http://eore.ac.ul/download/pdf/776265.pdf.html, pada tanggal 21februari 2020 pukul 19:30 39
Asy‟ari Hasan, Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif Di Yayasan Pondok
Pesanten Miftahul Ulum Al-yasin, diakses dari http://etheses.uin-
malang.ac.id/3974/1/10210108.pdf.html, pada tanggal 21 Februari 2020 pukul 20:00 40
Mahasiswa Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Tahun 2015
36
juga telah beredar banyak. Akan tetapi skripsi yang saya bahas tidak sama dengan
tulisan diatas, karena skiripsi yang saya bahas yaitu tentang pengelolan dan
pengembangan tanah wakaf dan peran nazhir dalam pengelolaan tanah wakaf.
37
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah
dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana penelitian adalah
sebagai instrumen kunci.41
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
atau perilaku yang diamati. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang menggambarkan semua data atau kejadian subjek atau objek penelitian
kemudian dianalisis dan dibandingan berdasarkan kenyataan yang sedang
berlangsung pada saat ini dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan
masalahnya dan dapat memberikan informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan pada
berbagai masalah.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
lapangan dengan kualitatif. Pentingnya jenis data karena diperoleh temuan
dilapangan mengenai kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini.pendekatan ini
dilakuakan dengan tehnik pengumpulan data berdasarkan instrumen pengumpulan
data. Penulis juga menggunakan pendekatan yuridis. Pendekatan yuridis
41
Albi, Johan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jawa Barat: CV Jejak 2018) hlm, 8.
38
digunakan untuk melihat objek hukum karena berkaitan dengan stretegi nazhir
dalam pengelolaan wakaf.
Penelitian ini juga bersifat deskriftif, metode ini adalah metode yang
menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik oleh penulis maupun secara
kelompok. Ciri-ciri metode deskriftif adalah memusatkan diri pada masa sekarang
dan masalah-masalah yang aktual, dan kemudian data yang dikumpulkan disusun
dijelaskan, dan dianalisis.42
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan penelitian kepustakaan
(library research). Penelitian kepustakaan adalah sebuah penelitian yang
dilakukan literatur-literatur putaka, seperti buku, jurnal ataupun tulisan-tulisan
lainnya yang perkaitan dengan penelitian.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian penulis menggunakan 2 (dua) sumber data yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan studi
lapangan, dengan cara melakukan wawancara dan observasi. Wawancara secara
terstuktur dengan berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah disiapkan
yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang diambil Mengenai Perah
Nazhir dalam Pengelolaan dan Pengembangan Tanah Wakaf Studi Kasus Pondok
42
Sayuti Una, (ed) Pedoman Penulis Skripsi (Edisi Revisi), (Jambi: Syariah Press, 2012),
hlm.251
39
Pesantren Babussalam Simpang Niam Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo
Provinsi Jambi.43
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang yang diperoleh dengan melakukan
studi kepustakaan yakni melakukan serangkaian kegiatan membaca, mengutip dan
mencatat buku-buku, menelaah perundang-undangan yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah sumber subjek dari mana data data
dapat diperoleh. Sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah orang atau
narasumber. Posisi narasumber sangat penting, bukan hanya sekedar memberi
respon melainkan juga sebagai pemilik informasi. Jadi sumberdata dalam
penelitian ini adalah pimpinan pondok pesantren, guru-guru yang tinggal di
pondok pesantren dan pengelolah wakaf di pondok pesantren babussalam tersebut.
D. Instrumen Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi meliputi kegiatan pemustan perhatian terhadap suatu subjek
dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobsevasi dapat dilakukan
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecapan.
Pengamatan dalam penelitian ini adalah terhadap pengelolaan dan pengembangan
43
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian sebagai Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta :
Rineka Cipta Cinta 2002), hlm. 108.
40
aset wakaf produktif di Pondok Pesantren Babussalam Simpang Niam, serta
pemanfaatan produk dari aset wakaf tersebut.
b. Wawancara (interview)
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Disini peneliti
melakukan wawancara dengan Pimpinan Pondok Pesantren Babussalam, beberapa
orang guru, pengurus koperasi pondok, dan pihak-pihak yang terkait.
c. Dokumentasi (dokumentation)
Dokumentasi sebagai cara mencari data mengurai hal-hal atau variabel-
variabel yang merupakan catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,
prasasti, legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi penelitian ini dikumpulkan
melalui data-data dokumentatif yang ada di Pondok Pesantren Babussalam,
terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengembangan wakaf produktif,
selain itu juga menelusuri dan menelaah hal-hal yang berkaitan dengan sertifikat
wakaf, aset wakaf, dan lainnya guna mencari landasan pemikiran dan pemecahan
masalah.
E. Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses analisi untuk memilih, memusatkan perhatian,
menyederhanakan, mengabstakkan data yang muncul dari catatan-catatan
lapangan. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok,
menfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang
41
di anggap tidak perlu. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah penelitian melakukan
pengumpulan data selanjutnya serta mencari data tambahan jika diperlukan.44
2. Penyajian (Display) Data
Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian
(display) data. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasi,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian
data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori,
diagram alur (flow chart) dan lain sebagainya. Penyajian data dalam bentuk-
bentuk tersebut akan memudahkan penelitian memahami apa yang terjadi dan
merencanakan kerja penelitian selanjutnya.45
3. Verifikasi Data
Langkah berikutnya dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik
kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat smentara dan akan berubah bila ditemukan
bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses
untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data.
4. Pengujian Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak
ada perbedaan antara yang dilaporkan penelitian dengan apa yang sesungguhnya
terjadi pada objek yang diteliti.
44
Salim, Haidir, Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Prenamedia Group 2019), hlm, 113. 45
Ibid, hlm 115.
42
F. Sistematika Penulisan
Untuk mencapai kepada pembahasan yang lebih sfesifik dan terarah maka
pembahasan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yang penjelasannya sebagai
berikut:
Bab 1 pendahuluan, Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori dan
tinjauan pustaka yang membahas tantang wakaf.
Bab II metode penelitian, dalam bab ini akan membahas mengenai metode
penelitian, yaitu mengenai pendekatan penelitian, jenis dan sumber data,
instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, serta sistematika penulisan.
Bab III gambaran umum lokasi penelitian, pada bab ini dibahas tentang
sejarah singkat Pondok Pesantren Babussalam. Struktur Organisasi Pondok
Pesntren Babussalam, Visi dan Misi Pondok Pesantren Babussalam.
Bab IV pembahasan dan hasil penelitian, pada bab ini akan dibahas tentang
bagaimana pengelolaaan wakaf di pondok pesantren babussalam, apa saja kendala
nazhir dalam pengelolaan wakaf dan apa saja solusi dalam pengelolaan wakaf di
pondok pesantren babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo.
Bab V penutup, pada bab ini berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya
dalam rangka menjawab tiga pokok masalah di atas dan saran-saran yang
ditujukan kepada pengelola pondok secara umum, kepada pengelola unit usaha di
pondok dan kepada dinas-dinas terkait dengan pengembangan usaha tersebut,
seperti dinas koperasi, perdagangan dan lain sebagainya.
43
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama enam bulan. Penelitian dilakukan dengan
pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar
skripsi, setelah pengesahan judul dan surat izin riset maka penulis mengadakan
pengumpulan data. Verifikasi data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis
melakukan konsultasi dengan pembimbing sebelum diajukan kesidang
munaqasah.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Babusalam
Berawal dari pembicaraan beberapa tokoh agama dan masyarakat Tebo yang
berangkat ke tanah suci Mekah yang menunaikan ibadah haji tahun 2003-2004
diantara meraka H. Komarudin, H. Suhaidi Dkk, setelah melihat beberapa
pendidikan di Mekah Madinah maka tercetuslah ide dan harapan untuk membuat
lembaga pendidikan yang bermutu dan seimbang. Maka pada hari kamis, 10
Februari 2005 bertepatan dengan 01 Muharram 1426 H, Berkat Rahmat Allah
SWT dan pertolongannya, dimulailah pembangunan Pesantren tersebut di
sebidang tanah di wilayah Simpang Niam yang diwakafkan oleh tiga orang
dermawan hamba Allah yaitu: H. Karso, Husin dan Winoto dan sebagai pemasang
batu pertamanya yaitu: Bapak Drs, Teguh Swarno, M,Si yang pada waktu itu
menjabat sebagai Kapolres Tebo, kemudian peantren tersebut diberi nama
PONDOK PESANTREN BAABUSSALAM AL-ISLAMI.46
Sebagai salah satu lembag pendidikan pondok pesanatren banyak andil
dalam pembianaan masyarakat baik mental maupun spiritual yang merupakan
tulang punggung untuk membentuk manusia yang berakhlak dan berilmu
pengetahuan yang tinggi.
46
Wawancara: Anwar Musaddad selaku Mudir sekaligus nazhir di Pondok Pesantren
Babussalam, 17 Februari 2020
45
Melihat perkembangan dan kemajuan zaman di era globalisasi ini kita tidak
bisa mengingkari bahwa antara bekal untuk hidup di dunia dan akhirat tidak bisa
dipisahkan, kita akan ketinggalan jauh jika hanya memilih salah satu daari dua hal
ini. Untuk itu, Pondok Pesantren Babussalam berusaha menjaga keseimbangan
antara pendidikan agama dan pendidikan umum.
Pondok Pesantren Babussalam dengan program KMI (Kuliyatul Mu‟allimin
Al-Islamiyah) yang beraplisasi dalam kurikulum perpaduan antara modern dan
salafiyyah dipimpin oleh Mudirnya yang alumni Pondok Pesantren
Saadatuddaren Jambi dan dibantu beberapa alumni Pondok Pesantren Modern dan
Salafiyyah yang berada di Indonesia berupaya mengintensifkan stabiltas
pendidikan dan pengeajaran dengan variasi program-programnya dengan ritme
dinamika yang beragama menuju peningkatan manajemen mutu pendidikan
santrinya. Dalam rangka menjawab dunia modern serta global. Maka, peran
Pondok Pesantren juga tertantang untuk sama-sama menjadi solusi. Sudah saatnya
out put Pondok Pesantren dapat menjadi solusi dalam mejawab tantangan dunia,
yang tidak hanya sebagai pendidikan tapi juga sebagai pelopor pembangunan
negara.
Sebagaimana layaknya Pondok Pesantren, untuk langkah pendidikan
Pondok Pesantren Babussalam juga mewajibkan kepada seluruh santrinya untuk
mondok si asrama santri yang tersedia di kompleks Pesanten. Selain itu juga
memberlakukan aturan-aturan santri yang telah dibuat sebelumnya sebagai rambu-
rambu pendidikan. Usaha Pondok Pesantren dalam mendidik santrinya haruslah
sesuai dengan nilai-nilai luhur Islam dan perkembangan dunia informasi dewasa
46
ini, hal ini sesuai dengan motto pondok “berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas dan berpikiran bebas.”
a. Keadaan Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Babussalam
Pondok Pesantren Babussalam berada disebuah lingkungan masyarakat yang
hiterogen, baik dilihat daari segi aspek sosial budaya maupun politik. Dari segi
pendidkan secara umum masyarakat Kecamatan Tengah Ilir masih rendah, ini
dikarenakan masyarakat Kecamtan Tengah Ilir berasal dari kalangan menengah
kebawah. Namun dikarenakan ekonimi mereka saat ini sudah mapan masalah
masalah pendidikanpun mulai sangat diperhatikan oleh masyarakat, hal ini
tergambar jelas dengan jumlah peserta didik disetiap lembaga pendidikan cukup
meningkat.
b. Kegiatan Pendidikan Pondok Pesantren Babussalam
Pendidikan yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Babussalam terdiri
dari:
1) Taman Kanak-Kanak
2) Madrasah Tsanawiyah
3) Madrasah Aliyah
4) Badan Pengkajian Hukum Islam.
Kurikulum yang dipakai adalah perpaduan antara kurikulum dari pesantren,
depag dan kurikulum dinas pendidikan nasional.
Adapun pendidikan pesantren yang diselenggarakan adalah mengkaji kitab-
kitab kuning yang beranilasi pada pendalaman materi ilmu agama dan bentuk
47
kegiatan santri yang membahas berbagai permasalahan umat yang disebut dengan
Bahtsul Masail.
c. Kegiatan Ekstrakulikuler Pondok Pesantren Babussalam
Kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan di Pondok Pesantren
Babussalam baru tersedia diantaranya:
1) Kaligrafi
2) Al-Barzanji
3) Tilawah Al-Quran
4) Rebana
5) Volly Ball
6) Bulu Tangkis
7) Pengembangan Bahasa Asing
8) Muhadharah/latihan ceramah
9) Kursus Bahasa Inggris dan arab
10) Pramuka
11) Diskusi Agama
d. Sumber Dana dan Usaha Ekonomi Pondok Pesantren Babussalam
Sumber dana dan usaha ekonomi Pondok Pesantren Babussalam adalah:
1) Iuran santri setiap bulan
2) Koperasi dapur
3) Jariyah wali santri
4) Dana bos
5) Donatur
48
6) Sumbangan yang ridak mengikat
7) Dana dari unit usaha sebagai berikut:
- Koperasi
- Peternakan sapi
- Peternakan ayam
e. Pendidikan dan kurikulum
Pondok pesanten babussalam dengan program KMI (Kuliyatul Mu‟allimin
Al-Islamiyah) yaitu perpaduan antara program depertemen agama baik madrasah
tsanawiyah atau madrasah aliyah dan program pondok pesantren yang
menggunakan paket silabus dari kelas 1 sampai kelas 6 (1-3 MTs 1-3 Aliyah)
diantara pelajaran agama yang dipelajari di Pondok Pesantren Babussalam adalah:
aAl-Qur‟an, tapsir, hadist, tauhid, fiqih, bahasa arab, nahwu, faroid, mantiq, ilmu
hadist, dan balaghoh.
Tabel 1.
Jumlah Santriwan dan Santriwati Pondok Pesantren Babussalam Desa
Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Taman Kanak-Kanak 34 Murid
2 Madrasah Tsanawiyah 160 Santri
3 Madrasah Aliyah 340 Santri
49
f. Guru
Jumlah tenaga pendidik di Pondok Pesantren Babussalam yaitu 3 orang kiyay,
ustadz/ustazdah 48 orang, laki-laki 26 orang perempuan 22 orang, latar belakang
pendidikan guru/ustadz anatara lain adalah alumni pondok pesantren dan
perguruan tinggi sebagai berikut:47
1) Pondok Pesantren Sa‟adatuddaren Jambi
2) Pondok Modern Ummul Quro Al-aislamiy Bogor Jawa Barat
3) Pondok Modern Diniyah Putri Padang
4) Pondok Pesantren Babussalam Al-Islami
5) Universitas Jambi (UNJA)
6) Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Jambi (UIN)
7) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Binjol Sumbar
8) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Falah Tebo
9) Lembaga Kaligrafi (LEMKA) Sukabumi Jawa Barat
10) Pondok Pesantren Nidaul Quron Sarolangun
11) Pondok Pesantren Darussalam Martapura Kalimantan Selatan
12) Pondok Pesantren al-Anwar Purworejo Jawa Tengah
47
Dokumen wawancara Ustadzah Sofwatun Selaku Bendahara Pondok Pesantrren
Babussalam, 16 Februari 2020
50
Tabel 2.
Nama-Nama Guru di Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh Kec.
Tengah Ilir Kab. Tebo
NO Nama Usatadz NO Nama Ustadzah
1 k.h. Komaruddin, SPd.I 1 Sofwatun, S.Pd
2 k. Anwar Musaddad, SPd.I 2 Riffiana
3 Maulian, SPd.I 3 Nur Cahaya, SPd.I
4 Syargawi 4 Sermat, SPd.I
5 Sabroni 5 Suprihatin, S.Pd
6 Mustofani 6 Suraiya, S.Pd
7 Ibnu Aidil 7 Guspita Wati, S.Pd
8 Muhrozi 8 Zahro, S.Pd
9 Mainuddin 9 Yanti Enis, S.Pd
10 Alfin 10 Annisa, S.Pd
11 Mahbub, SPd.I 11 Syarifah, S.Pd
12 Abdurrahman, S.Pd 12 Siti Sahiril
13 Eko Suryadi, S.Pd 13 Nur Fajriah
14 Suryo Utomo, S.Pd 14 Nur Ainun
15 Emas, S.Pd 15 Nurul Masitoh
16 Alfin Syahrul 16 Wulan Dari
17 Taufiqurrahman 17 Ros Andriani
18 Ramadani 18 Wati Sholehati
19 Harusdi 19 Zaharatul Husna
20 M.fauzi 20 Sari Rahma
21 Musa 21 Asmiwat
22 Abdul Hakim 22 Maiyuni
23 Arsyad
24 Al-Fajri
25 Tarmizi Taher
26 Fadhil
51
B. Visi dan Misi Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh Kec.
Tengah Ilir Kab. Tebo
1. Visi
a) Menjadikan Pondok Pesantren Babussalam sebagai lembaga pendidikan yang
berkualitas
b) Menjadikan alumni Pondok Pesantren Babussalam sebagai pendidik/mu‟alim
yang berkualitas
c) Membina da‟i/da‟iah yang cerdas
d) Membina kepemimpinan generasi umat islami
e) Memperluas Syariat Islam dengan pendidikan yang bermutu
f) Penggalian skill, bakat tanpa membedakan ras, suku dan golongan
g) Menjadikan pusat pembelajaran bahasa arab, bahasa inggris dan kitab kuning
(kitab klasik)
2. Misi
a) Mendidik masyarakat sekitar demi regenerasi Umat Islam kedepan
b) Mendidik masyarakat di Kabupaten Tebo dan sekitarnya dan Provinsi Jambi
umumya
c) Orang tua wali santri
d) Anak-anak terlantar dan yatim piatu
e) Dan pegawai/pekerja di lingkungan pondok
52
C. Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Babussalam Desa
Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo
Gambar. 3.1
Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantre Babussalam Desa Mengupeh
Kec, Tengah Ilir Kab. Tebo
Adapun penjelasan mengenai tugas masing-masing dari struktur organisasi
di pondok pesantren Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo
a. Kewenangan pembina meliputi
1) Membuat keputusan mengenai perubahan anggaran dasar
2) Mengangkat dan memberhentikan anggota pengurus serta anggota pengawas
3) Menetapkan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran Dasar yayasan
PEMBINA
KOMARUDDIN
PENGAWAS KETUA: WINOTO
ANGGOTA: HUSIN
KETUA PENGURUS
NURHAFIZH ADLIY.K
SEKRETARIS
MUHAMMAD
ZIYADI. K
BENDAHARA
ANWAR
MUSADDAD
53
4) Mengesahkan program kerja dan rancangan anggaran
tahunan yayasan
5) Membuat keputusan mengenai pembubaran dan penggabungan
yayasan.
b. Tugas dan Wewenang Pengurus
1) Pengurus bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan untuk
kepentingan Yayasan
2) Pengurus wajib menyusun program kerja dan rancangan anggaran tahunan
yayasan untuk diserahkan Pembina
3) Pengurus wajib memberikan penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan
oleh Pengawas
4) Setiap anggota Pengurus wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
menjalankan tugasnya dengan mengindahkan peraturan perundang –
undangan yang berlaku
5) Pengurus berhak mewakili Yayasan di dalam dan di luar pengadilan tentang
segala hal dan dalam segala kejadian, dengan pembatasan terhadap hal – hal
sebagai berikut :
a) Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Yayasan (tidak termasuk
mengambil uang Yayasan di Bank
b) Mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam usaha baru
untuk melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha, baik di dalam
maupun di luar negeri
c) Memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap
54
d) Membeli atau dengan cara lain mendapatkan memperoleh harta tetap atas
namaYayasan
e) Menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan Yayasan serta
menggunakan/membebani kekayaan Yayasan
f) Mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliansi dengan yayasan,
Pembina, pengurus, dan atau pengawas yayasan atau seorang yang bekerja
pada yayasan, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud
dan tujuan yayasan
g) Perbuatan mengurus sebagaimana diatur dalam ayat (5) huruf a, b, c, d, e,
dan f harus mendapat persetujuan dari Pembina
c. Kewenangan Pengawas
Sesuai dengan Pasal 43, kewenangan Pengawas adalah:
1) Pengawas berhak melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, keuangan,
pembukuan yayasan. Oleh karena itu selayaknya ditunjuk orang yang
memiliki keahlian dan pengalaman yang berkaitan dengan akuntansi,
keuangan, sehingga dapat mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang
baik.
2) Pengawas berhak Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh
Pengurus.
3) Pengawas dapat memberhentikan sementara anggota Pengurus dengan
menyebutkan alasannya.
4) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara,
55
wajib dilaporkan secara tertulis kepada Pembina.
d. Tugas dan tanggung jawab sekretaris
1) Mengatur dan menerbitkan pengorganisasian administrasi yayasan.
2) Mengatur pengelolaan, pemeliharaan dan inventarisasi barang-barang milik
yayasan.
3) Bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan operasional harian
yayasan.
4) Berhak dan mempunyai wewenang mendokumentasikan serta mengarsipkan
semua surat-surat masuk maupun keluar.
5) Bertanggung jawab kepada ketua umum.
e. Tugas dan tanggung jawab bendahara
1) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan yayasan.
2) Membuat laporan keuangan secara tertulis yang disampaikan secara
berkala.
3) Menyusun dan mengatur anggaran dengan mengkoordinasikan kepada
ketua umum.
4) Mengatur pencatatan, penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran
keuangan, surat-surat berharga, bukti kas yang berhubungan dengan
kegiatan yayasan dan dilaporkan secara transparan.
5) Mempunyai hak bertanya dan menyelenggarakan audit keuangan pada
setiap kepanitiaan.
6) Bertanggung jawab kepada ketua umum.
56
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo
Strategi nazhir dalam pengelolaan menempati posisi teratas dan paling urgen
dalam mengelola harta wakaf. Karena wakaf itu bermanfaat atau tidak,
berkembang atau tidak tergantung pada pola pengelolaan. Kita lihat saja
pengelolaan wakaf yang ada sekarang ini, banyak sekali kita temukan harta wakaf
tidak berkembang bahkan cenderung menjadi beban pengelolaan atau malah tidak
terurus yang paling menyedihkan harta wakaf hilang diambil olih oleh orang-
orang yang memancing di air keruh.48
Dalam kamus bahasa indonesia pengelolaan ialah proses, cara, perbuatan
mengelola. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga
orang lain. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan juga
merupakan pengendalian dan pemanfaatan semua factor sumber daya yang
menurut suatu perencanaan diperlukan untuk penyelesaian suatu tujuan kerja
tertentu.49
48
Farid Wadjdy & Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (filantropi Islam Yang Hampir
Terlupakan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 174 49
Balderton, Rahardjo Adisasmita. Pengertian Pengelolaan, Perencanaan, Pelaksanaan
http://www.pengertianpakar.com/2014/12/ pengertian-pengelolaan-perencanaan-dan html.
57
Dalam hal pengelolaan di Pondok Pesantren Babussalam berbagai upaya
yang dilakukan para nazhir/pengurus adalah:50
a. Pengadministrasian tanah wakaf
Setelah mendata tanah wakaf secara nasional, maka hal yang perlu
dilakukan dalam rangka pengamanan tanah-tanah tersebut adalah dengan cara
memberikan sertifikat tanah wakaf yang ada di seluruh lokasi pondok pesantren.
Secara teknis, pemberian sertifikat tanah wakaf memang membutuhkan keteguhan
para nazhir dan biaya yang tidak sedikit. Sehingga diperlukan semua pihak yang
berkepentingan, khususnya peran Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan
pemerintahan daerah agar memudahkan pengurusannya.
Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang wakaf bahwa salah satu tugas nazhir wakaf adalah melakukan
pengadministrasian harta benda wakaf. Maka pengurus Pondok Pesantren
Babussalam berupaya melakukan hal yang sama.
b. Pembangunan sarana dan prasarana yang berkelanjutan
Pembangunan sarana terutama sarana pendidikan merupakan salah satu
indikator perkembangan Pondok Pesantren Babussalam yang diupayakan nazhir.
Hal ini dikarenakan awal didirikannya hanya berdiri asrama-asrama sederhana
yang dibangun dari papan, sebuah masjid, 3 kelas untuk santriwan dan 4 kelas
untuk santriwati. Namun, saat ini telah ada berbagai gedung sebagai sarana
50
Wawancara: Anwar Musaddad Selaku Mudir Sekaligus Nazhir di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo 30 Maret 2020.
58
pendidikan dan sosial keagamaaan yang mendukung berjalannya Pondok
Pesantren.
Adapun berbagai pembangunan secara fisik atau berupa sarana dan
prasarana yang telah direalisasikan yaitu:51
1) Pembangunan masjid
2) Penambahan gedung belajar (Tsanawiyah dan Aliyah)
3) Pembangunan gedung taman kanak-kanak
4) Pembangunan asrama santriwan dan santriwati
5) Pembangunan dapur umum
6) Pembangunan tembok secara keseluruhan
7) Pembangunan tempat penerimaan tamu
c. Melindungi aset wakaf
Banyak kasus dimana ketika sebidang tanah diwakafkan oleh seorang
pewakif, di kemudian hari ahli waris dari pewakif tersebut menuntut kembali
tanah yang telah diwakafkan itu. Secara hukum Islam tentu saja harta yang sudah
diwakafkan menjadi milik Allah dan tidak boleh dikalim kembali secara pribadi.
Namun banyak pihak ketika menerima wakaf tidak mencatatkannya melalui
Pejabat Pembuat Akte Tanah Ikrar Wakaf (PPAIW), sehingga mudah diklaim
kembali oleh ahli waris pewakaf.
Jika menerima wakaf tanah, lembaga wakaf Pondok Pesantren Babussalam
segera membuatkan sertifikat wakaf untuk tanah tersebut, agar dikemudian hari
51
Wawancara: Komarudin Selaku Pimpinan Yayasan di Pondok Pesantren Babussalam
Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo 29 Maret 2020.
59
tidak terjadi perebutan aset wakaf. Salah satu hal penting dalam administrasi
wakaf adalah pencatatan, termasuk pembuatan sertifikat wakaf.
d. Pemanfaatan hasil pengelolaan wakaf
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang wakaf pada bab V pasal 42 disebutkan bahwa nazhir wajib mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan
peruntukannya. Dari upaya yang dilakukan nazhir Pondok Pesantren Babussalam
dapat dikatakan bahwa upaya pengelolaan dan pengembangan tersebut bersifat
produktif. Nilai produktif yang dimaksud adalah adanya hasil laba dari hasil
pengelolaannya, baik lembaga pendidikan maupun dari majlis taklim di Pondok
Pesantren.
“Dari hasil pengelolaan wakaf di pondok pesantren ini kami bisa
memanfaatkannnya untuk keperluan pondok seperti, sebagai modal bagi
kami untuk mengembangkan pondok pesantren ini, dan juga untuk bantuan
pendidikan bagi santriwan dan santriwati kami yang berprestasi.”52
1) Sebagai modal untuk mengembangkan pondok pesantren
Sebagaimana diketahui bahwa cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren
Babussalam ini adalah berdiri diatas tanah wakaf. Seiring berjalannya waktu
pengurus pondok pesantren banyak melakukan pembangunan-pembangunan
sebagai aset Pondok Pesantren seperti mendirikan lembaga pendidikan Taman
Kanak-Kanak, gedung Madrasah Tsanawiyah, gedung Madrasah Aliyah dan
Majlis Taklim. Keseluruhan pembangunan fisik tersebut terbilang tidaklah sedikit.
52
Wawancara: Anwar Musaddad, Selaku Mudir Sekaligus Nazhir di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Simpang Niam Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo, tanggal 30 Maret 2020
60
Dana tersebut selain berasal dari masyarakat, pemerintah, donatur juga termasuk
dari kas Pondok. Sementara kas Pondok itu berasal dari pengelolaan lembaga
pendidikan dan majlis taklim yang disimpan di bendahara Pondok sebagai dana
operasional dan untuk pengembangan Pondok Pesantren Babussalam.
2) Bantuan pendidikan di pondok pesantren babussalam
Pengurus menyadari bahwa tujuan dari pengelolaan wakaf adalah demi
kemaslahatan umat, dan saalah satunya adalah lembaga pendidikan. Mengingat
hal tersebut pengurus memutuskan untuk memberikan bantuan pendidikan di
pondok pesantren babussalam. Bentuk bantuan tersebut adalah untuk pembayaran
honor Kepala Madrsah, para guru, staf tata usaha baik Taman Kanak-Kanak,
Madrsah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Selain itu Pondok juga memberikan
SPP gratis kepada santri yang berprestasi atau yang mendapat rangking kelas.
Memang benar bahwa pada level pendidikan tersebut pemerintah telah
memberikan bantuan yang disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Namun demikian bantuan tersebut tidaklah mencukupi seluruh biaya operasional
pendidikan para santri sehingga tambahan biaya yang cukup besarpun masih
diperlukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Anwar selaku muddir
sekaligus sebagai nazhir di Pondok Pesanten Babussalam mengenai strategi apa
saja yang membantu sumber dana dan usaha ekonomi dalam pengelolaan dan
pengembangan di Pondok Pesantren Babussalam.
61
“Kami mempunyai beberapo usaha dalam rangka membantu pemasukan
keuangan kami, seperti kami punyo koperasi, ternak sapi dan ternak
ayam.”53
1. Koperasi
Berdasarkan observasi, ada beberapa guru yang telah berkeluarga dan
tinggal di dalam lingkungan pondok, sebagian mereka difasilitasi oles pondok
yang berbasis wakaf tersebut berbentuk rumah tinggal sederhana, air dan listrik.
Untuk menambah pendapatan bagi keluarga guru tersebut, istri-istri mereka diberi
kesempatan berjualan kue dan makanan ringan di koperasi pondok sehingga dapat
tambahan rezeki walaupun belum seberapa. Koperasi santri tersebut, di samping
membantu kebutuhan santri dan kebutuhan hidup sehari-hari mereka, mulai dari
alat tulis, buku tulis, buku-buku teks, pakaian, sampai makanan ringan dan
jajanan. Koperasi tersebut dijaga oleh santri putri kelas 3 Aliyah dengan sistem
piket.
2. Peternakan sapi
Usaha peternakan sapi menjadi salah satu pengembangan ekonomi di
Pondok Pesantren Babussalam. Peternakan sapi di Pondok Pesantren ini terletak
di belakang kompleks Pesantren. Pengembangan usaha peternakan sapi dimulai
sekitar 5 tahun yang lalu. Sapi tersebut dipelihara oleh warga yang tinggal di
sekitar Pondok Pesantren. Namun sekarang peternakan sapi tersebut tidak lagi
dikelolah karena tidak sesuai pemasukan dan pengeluaran.
53
Wawancara: Anwar Musaddad, Selaku Mudir Sekaligus Nazhir di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Simpang Niam Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo, tanggal 30 Maret 2020.
62
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustad Anwar Musaddad selaku Mudir
di Pondok Pesantren Babussalam.
“Peternakan sapi dulunyo ado, tapi setelah beberapo tahun ni dak ado lagi
karena dak sesuai pemasukannya, tapi tidak menutup kemungkinan bagi
kami untuk adakan lagi peternakan sapi.”
3. Peternakan ayam
Dalam rangka meningkatkan kemandirian Pondok Pesantren mendirikan
peternakan ayam sebagai salah satu sumber pendanaan Pondok Pesantren dengan
harapan agar pesantren bisa mandiri secara ekonomi, sehingga dapat menutupi
biaya operasional Pesantren.
Pengelolaan wakaf, baik wakaf langsung maupun wakaf produktif
dimaksudkan untuk meningkatkan manfaat dan hasilnya untuk merealisasikan
tujuan yang ditentukan oleh wakif. Juga bertujuan untuk membentuk sumber
keuangan yang abadi dan terus berlangsung untuk kepentingan sosial dan
ekonomi umat. Karenanya keabadian aset wakaf menekankan pada tujuan
ekonomi bagi pengembangan masyarakat.54
B. Kendala Nazhir dalam Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo.
1. Kendala Internal
Kendala internal dimaksud disini adalah wakif, nazhir, dan para pelaku yang
terkait dengan wakaf lain. Kendala internal memiliki peranan yang sangat penting
54
Mohammad Daud Ali Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press),1988) , hlm 93
63
dalam mengembangkan wakaf karena sebagai pelaku pengembang wakaf. Adapun
kendala internal terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Kemampuan manajerial nazhir masih rendah
Nazhir mempunyai posisi dan fungsi yang strategis dalam pengelolaan dan
pengembangan wakaf, kapan saja dan dimana saja. Tugas dan kewajiban nazhir
adalah melakukan segala hal yang berkaitan dengan perlindungan terhadap barang
wakaf, penjagaan kemaslahatannya, dan pengembangan kemanfaatannya. Akan
tetapi kondisi nazhir di pondok pesantren babussalam yang belum memiliki
kemampuan manajerial yang baik. Dengan demikian dalam pengembangan wakaf
diperlukan nazhir yang memiliki kemampuan manajerial yang baik, nazhir yang
berbentuk badan hukum dan organisasi biasanya memiliki kemampuan manajerial
yang lenih baik dibandingkan dengan nazhir individu.
b. Manajemen keuangan pondok yang tidak tertata
Manajemen keungan pondok pesantren merupakan kegiatan yang dilakukan
guna mencapai tujuan pondok pesantren yang telah direncanakan dengan
mengembangkan dan mengelola sumber daya dan sumber dana serta potenti-
potensi yang dimiliki dalam system pondok pesantren secara efektif dan efisien.
“Saya selaku bendahara yang mengatur keuangan pondok, kami tidak ada
manajemen atau semacamnya, dan yang mengatur keuangannya ya saya
sendiri.”55
55
Wawancara: Sofwatun, Selaku Bendahara di Pondok Pesantren Babussalam Desa
Mengupeh, Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo, tanggal 30 Maret 2020
64
c. Minimnya kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk mengajar di
pondok pesantren babussalam
Masih banyak guru yang mengajar di Pondok Pesantren Babussalam hanya
luluan Madrasah Aliyah. Hal ini masih dirasakan menjadi salah satu kendala
dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada Pondok Pesantren Babussalam.
2. Kendala Eksternal
a. Kurangnya perhatian dari pemerintah
Kendala yang menyebabkan wakaf belum berkembang pada aspek
pemerintah adalah kurangnya dukungan dan peran pemerintah. Menurut ustadz
anwar Musaddad selaku mudir sekaligus nazhir di pondok pesantren babussalam
mengatakan bahwa perhatian pemerintah Desa Simpang Niam Kec. Tengah Ilir
Kab. Tebo terhadap wakaf masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari
kurangnya pengawasan pemerintah dan juga bantuan berupa fasilitass dan dana.
Hal ini dikarenakan wakaf masih dipandang sebelah mata oleh pemerintah.
Diantaranya dalam pengurusan sertifikat tanah wakaf Pondok Pesantren
Babussalam.
“Seluruh biaya yang dikeluarkan ditanggung sepenuhnya oleh pihak
Pondok dan juga waktu yang diperlukan dalam proses sertifikasi tanah
wakaf tersebut dirasakan juga cukup lama yaitu lebih dari lima bulan
dikarenakan para pengurus sartifikat tersebut banyak pegawai yang Non
Muslim sehingga dalam pembuatan baik itu sartifikat tanah wakaf pesantren,
tanah masjid dan jenis wakaf lainnya pasti membutuhkan waktu yang cukup
lama. Juga selama ini relatif sedikit bantuan yang diberikan oleh pemerintah
kepada Pondok Pesantren babussalam, begitu pula pendidikan dan pelatihan
dari pemerintah bagi nazhir wakaf masih dirasa kurang oleh pengurus
Pondok Pesantren.”56
56
Wawancara: Komarudin Selaku Pimpinan Yayasan di Pondok Pesantren Babussalam
Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo 29 Maret 2020.
65
Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya pengawasan pemerintah dan juga
bantuan berupa fasilitass dan dana. Hal ini dikarenakan wakaf masih dipandang
sebelah mata oleh pemerintah. Diantaranya dalam pengurusan sertifikat tanah
wakaf pondok pesantren babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab.
Tebo..
b. Kurangnya partisipasi masyarakat
Kurangnya partisipasi dan perhatian dari masyarakat sekitar dalam proses
pengelolaan wakaf di pondok pesantren babussalam Desa Simpang Niam Kec.
Tengah Ilir Kab. Tebo
“kurangnyo adaptasi dengan masyarakat sekitar kareno msyarakat siko cuek,
acuh tak acuh dengan keadaan pondok dan jugo kurangnyo kerjo samo kalu
misalnyo ado gotong royong dan pembangunan-pembangunan lainnyo.”57
Partisipasi masyarakat terutama masyarakat Desa Mengupeh yang berada di
sekitar pondok tentunya sangat diperlukan dalam pengelolaan wakaf karena
pondok pesantren selalu mengadakan kegiatan seperti gotong royong dan kegiatan
sosial lainnya yang memerlukan uluran tangan atau bantuan dari masyarakat
sekitar.
C. Solusi Nazhir dalam Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo
1. Solusi Internal
57
Wawancara: Anwar Musaddad, Selaku Mudir Sekaligus Nazhir di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo, tanggal 30 Maret 2020
66
Solusi sumber daya yang dimaksud disini adalah solusi yang dapat
diberikan untuk mengatasi masalah sumber daya manusi yang telah dipaparkan
sebelumnya. Adapun solusi sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan cara:
Pembinaan dan pendampingan nazhir sangat penting mengingat masalah
manajemen nazhir dan tingkat kreativitas nazhir di pondok pesantren babussalam
masih rendah. Nazhir memiliki kewajiban yang cukup berat, namun perhatian
terhadap kompetensi nazhir masih kurang. Berdasarkan PP Noomor 42 Tahun
2006 pada Pasal 53 menyatakan bahwa nazhir berhak memperoleh pembinaan
dari mentri dan BWI. Dengan adanya pembinaan dan pendampingan nazhir yang
intensif diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas dan manajerial para nazhir
sehingga dapat mengelola harta benda wakaf dengan baik.
2. Solusi Eksternal
Solusi pemerintah yang dimaksud disini adalah solusi yang dapat
dibenarkan untuk mengatasi masalah pemerintah yang telah dipaparkan
sebelumnya. Prioritas utama pada aspek solusi pemerintah adalah membebaskan
biaya sertifikasi tanah wakaf. Kendala n nazhir dalam melakukan sertifikasi tanah
wakaf adalah karena biaya dalam mengurus sertifikasi cukup mahal dan memakan
waktu yang sangat lama. Hal ini dikatakan langsung oleh nazhir pondok pesantren
babussalam ustadz Anwar Musaddad selaku mudir sekaligus nazhir di pondok
pesantren babussalam. Dengan membebaskan biaya sertifikasi tanah wakaf
sebenarnya dapat dilakukan oleh pemerintah dapat mendorong nazhir untuk
melakukan sertifikasi tanah wakaf, hal tersebut dapat meningkatkan minat
investor untuk berinvestasi sehingga wakaf produktif dapat berkembang.
67
Solusi dan edukasi kepada msyarakat mengenai pemahaman terhadap
masyarakat karena masih banyak masyarakat yang tidak memahami bagaimana
pentingnya wakaf. Dengan adanya edukasi kepada masyarakat sehingga mampu
membuat masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya wakaf dalam percepatan
pertumbuhan ekonomi.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Strategi nazhir dalam pengelolaan wakaf di pondok pesantren babussalam
Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo dilakukan berbagai cara seperti
melakukan pembangunan Sarana dan Prasarana yang Berkelanjutan seperti
pembangunan masjid, penambahan ruang belajar, dan pembangunan-
pembangunan lainnya, meningkatkan profesionalitas dan keahlian para
pengurus dan pelaksana pondok pesantren, melindungi aset wakaf dan
pemanfaatan hasil pengelolaan dan pengembangan tanah wakaf. Untuk
membantu sumber dana dan usaha ekonomi pondok pesantren yaitu dengan
adanya usaha peternakan sapi, peternakan ayam, dan koperasi.
2. Kendala nazhir dalam pengelolaan wakaf di pondok pesantren babussalam
Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo: 1. Kendala internal (sumber
daya manusia) yaitu kemampuan manajerial yang masih rendah karena diolah
oleh nazhir perseorangan dan manajemen keuangan pondok yang tidak tertata
sehingga tidak bisa mengatur keuangan dengan baik. 2. Kendala ekternal yaitu
kurangnya perhatian dari pemerintah setempat dan kurangnya perhatian dari
masyarakat sekitar pondok pesantren babussalam.
69
3. Solusi nazhir dalam pengelolaan wakaf di pondok pesantren babussalam Desa
Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo yaitu dengan cara: 1. Meningkatkan
sumber daya manusia dalam pengelolaan wakaf di pondok pesantren
babussalam dengan cara mengikuti pelatihan, pemmbinaan dan pendamping
yang diberikan oleh Mentri dan BWI. 2. Sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya peran masyarakat terhadap pondok dalam pengelolaan
wakaf
B. Saran
1. Untuk pondok pesantren babussalam agar bisa meningkatkan pengelolaan
wakaf di pondok pesantren babussalam agar dapat berkembang dimasa
mendatang. Kemampuan manajerial dan kreativitas nazhir menjadi masalah
utama bagi nazhir sehingga butuh diberikan pelatihan dan pendampingan yang
intensif dan berkelanjutan serta diawasi kinerjanya.
2. Kepada masyarakat terutama yang berada di lingkungan lembaga wakaf,
seperti wakaf Pondok Pesantren Babussalam agar lebih memberikan dukungan
dan partisipasi aktif dalam pengembangan lembaga wakaf. Dengan ikut serta
dalam kegiatan yang dikelola Pondok Pesantren Babussalam, semisal turut
menyekolahkan anak pada lembaga pendidikan yang dikelola pondok dan
turut memberikan donasi dalam pengembangan yayasan, tentu sangat berarti
dan bermanfaat.
3. Kerja sama antar lembaga diperlukan untuk meningkatkan efektivitas kinerja
dalam mengembangkan wakaf produktif dan kepada pemerintah agar tidak
70
memandang sebelah mata mengenai pentingnya peran pemerintah terhadap
perkembangan wakaf
71
DAFTAR PUSTAKA
A. literatur
Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya Departemen Agama RI 2009.
Abdul Ghofur Anshari, Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia,
Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2005.
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Ciputat Pres, 2005.
Achmad Djunaidi dan Thobieb Al-Ashyar, Menuju Era Wakaf Produktif, Depok;
Muntaz Publishing, 2007.
Albi Anggita & Johan Setiawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jawa Barat: CV
Jejak, 2018.
Athoilah, Hukum Wakaf Benda Bergerak, Bandung: Al-Qarint 2012.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Fiqih Wakaf , Jakarta: Departemen Agama,
2007.
Bahrul Maani, Fikih Wakaf Kontemporar, Yogyakarta:Litera 2019.
Farid Wadjdy & Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat filantropi Islam Yang
Hampir Terlupakan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Goerge, Bodnar dan Willliam, system Informasi Akuntansi, (Jakarta: Bumi
Aksara) 2001.
Griffin, Manajemen, (Jakarta: Penerbit Erlangga), 2004.
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, (Jakarta: Kuwais Mandiri
Cahaya Persada, 2003).
72
Mulyana, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya
2003.
Mohammad Daud Ali Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press),1988).
Salim, Haidir, 2019 Penelitian Pendidikan, Jakarta : Prenamedia Group, 2016.
Sayuti Una, ( Ed ). Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi). (Jambi:Fakultas
Syariah IAIN STS Jambi dan Syariah Press.2012.
Siska Lis Sulistiani, Pembaharuan Hukum Wakaf di Indonesia , Bandung: PT
Refika Aditama, 2017.
Suhrawadi K Lubis, Wakaf Dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika,
2010.
Taufiq Hamami, Perwakafan Tanah dalam Politik Hukum Agraria Nasional,
2007.
Usman, Rachmadi, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,
2006.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
C. Lain-lain
https://www.google.com/search?q=jurnal+nazhir+wakaf&oq=jurnal+nazhir+waka
f&aqs=chrome..69i57j0.12518j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://www.google.com/search?q=sistem+pengwasan+nazhir+wakaf&oq=sistem
+pengwasan+
nazhir+wakaf&aqs=chrome..69i57.12919j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
73
Putri Nirina Nurul Imam, Analisis Terhadap Wakaf Hak Cipta, diakses dari
http://core.ac.uk/download/pdf/77626546.pdf.html, pada tanggal 21 Februari 2020
pukul 19:30
Asy‟ar Hasann, Peengelolaan Dan Pengembangan Wakaf Produktif Di Yayasan
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Al-yasin, diakses dari http://etheses.uin-
malang.ac.id/3974/1/10210108.pdf.html, pada tanggal 21 Februai 2020 20:00
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara bersama Ustadz K.H. Komaruddin, SPd.I selaku ketua Yayasan di
Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab. Tebo 29
Maret 2020
Wawancara bersama Ustadz Anwar Musaddad Selaku Mudir sekaligus Nazhir
wakaf di Pondok Pesantren Babussalam Desa Mengupeh Kec. Tengah Ilir Kab.
Tebo 30 Maret 2020
Wawancara bersama Ustazdah Sopwatun selaku bendahara di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo 16 Februari 2020
Wawancara dengan pak Winoto salah satu pewakaf tanah di Pondok Pesantren
Babussalam Desa Mengupeh, Kec. Tengah Ilir, Kab. Tebo 21 Februari 2020
DAFTAR RIWAYAT
(CURICULUM VITAE)
Nama Lengkap : Milda Audina
Tempat/Tanggal/Lahir : Mengupeh, 21 Juli !998
Email/Surel : mildaaudina@gmail.com
No. Telepon/Hp : 083184508465
Alamat : Desa Mengupeh Kecamatan Tengah Ilir
Kabupaten Tebo Provinsi Jambi
Nama Ayah : Ependi
Nama Ibu : Hermawati
Pendidikan Formal
a. SDN 69 Desa Mengupeh Tahun 2004-2010
b. MTs Nurul Jalal Tebo Tahun 2010-2013
c. SMA Zulhijjah Bulian Tahun 2013-2016
d. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2016-2020
.
Jambi, Mei 2020
MILDA AUDINA
SHE. 162564
top related