strategi bimbingan manasik haji di kantor urusan agama...
Post on 08-Mar-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI BIMBINGAN MANASIK HAJI
DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN BANGSAL
KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Prasyarat Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
Habib Musthofa Kamal
1111053100005
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
ABSTRAK
Habib Musthofa Kamal, NIM 1111053100005, Strategi Bimbingan Manasik
Haji di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur Tahun 2015, Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dibawah Bimbingan Drs. H. M. Sungaidi,
MA.
KUA Kecamatan Bangsal sebagai salah satu institusi ditingkat paling
bawah dari struktur Kementerian Agama RI, secara langsung memberikan
pembinaan dan bimbingan manasik haji kepada masyarakat yang akan
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Bimbingan yang diselenggarakan
bertujuan untuk membekali calon jama’ah haji dengan ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan masalah haji, sehingga dapat melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji
sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan memperoleh haji yang mabrur. Hal
ini menuntut keseriusan dari KUA untuk menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan untuk menyukseskan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah
disepakati.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan strategi
dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji yang diselenggarakan oleh KUA Kec.
Bangsal dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan KUA untuk mengefektifkan
bimbingan haji dalam rangka peningkatan pengetahuan calon jamaah haji
terhadap manasik haji.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
kualitatif. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah jenis penelitian deskriptif
yang mengacu pada data yang dikumpulkan berupa kata–kata, gambar, buku dan
angka–angka. Selain itu jenis penelitian yang diperlukan untuk membantu
menyelesaikan penelitian ini dapat berupa studi pustaka dan riset lapangan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan strategi dalam
bimbingan manasik haji di KUA Kec. Bangsal dengan menggabungkan beberapa
metode yang bervariasi serta kemampuan para pembimbing yang telah disiapkan
oleh KUA telah mampu membangkitkan girah calon haji untuk memahami materi
yang disampaikan, hal ini dapat terlihat dari antusias para calon haji yang turut
aktif pada saat bimbingan manasik haji berlangsung. Upaya yang dilakukan dalam
bimbingan manasik di KUA Kec. Bangsal adalah dengan menggunakan bahasa
yang komunikatif sesuai dengan adat kebiasaan calon jamaah haji dan materi-
materi pokok bimbingan dibuat semacam ringkasan mirip pepujian sehingga
jama’ah calon haji mampu memahami materi bimbingan dengan mudah.
Kata kunci : Strategi, Bimbingan, Manasik Haji di KUA.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan kesehatan jasmani, rohani, rahmat, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan berkah.
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, yang telah membawa risalah yang penuh dengan ilmu pengetahuan
khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita, baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan apapun yang
sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih ini terutama penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suparto, M.Ed. Ph.D., selaku Wakil Dekan I, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, MA., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iii
4. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs. Sugiharto, MA., selaku Sekretaris
Jurusan Manajemen Dakwah yang juga selalu memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
6. Bapak Drs. M. Sungaidi, MA., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
dengan sangat besar hati dan sabar, meluangkan waktunya untuk
memberikan saran, konsultasi, motivasi, dan bimbingan terhadap skripsi
ini hingga akhirnya bisa sampai ke meja munaqasah.
7. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Manajemen
Dakwah Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah yang telah berbagi ilmu
pengetahuan serta pengalaman berharga kepada peneliti. Semua amal
kebaikan bapak dan ibu dibalas dengan pahala yang tidak terhingga.
8. Bapak Drs. H. Mudjib, selaku Kepala KUA Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan,
arahan dan informasi mengenai strategi bimbingan haji dan izin penelitian
di KUA Kecamatan Bangsal.
9. Seluruh staf dan pegawai KUA Kec. Bangsal yang juga telah menerima
penulis untuk dapat turut serta dalam proses pelaksanaan bimbingan
iv
manasik haji di KUA, yang meskipun singkat waktunya, namun akan
sangat berharga pengalaman dan pengetahuan yang telah penulis dapatkan
dari proses bimbingan manasik tersebut.
10. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas bagi peneliti untuk
mengadakan studi kepustakaan.
11. Staf Tata Usaha Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
melayani dan membantu penulis dalam hal administratif.
12. Tim Penguji Sidang Munaqasyah yang telah banyak memberikan sarandan
kritik dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
13. Ayahanda H. Mudjib dan Ibunda Hj. Khoswatun yang selalu mendukung
baik secara moral maupun materiil serta adik-adik sekalian Ilham, Ifa dan
Afif yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam
peenyelesaian skripsi ini.
14. Seluruh teman-teman Manajemen Haji dan Umrah angkatan 2011 yang
selama ini telah semangat dan bersedia belajar bersama di dalam kelas
hingga sampai saat ini yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan
dukungan ketika penulis telah sampai pada tugas akhir yaitu penyusunan
skripsi.
v
Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca dalam memperkaya khazanah ilmu di bidang Manajamen Dakwah
Konsentrasi Manajemen Haji dan Umrah. Peneliti juga mengharapkan kritik dan
saran demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 18 Mei 2016
Habib Musthofa Kamal
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 5
D. Metodologi Penelitian 6
E. Tinjauan Pustaka 9
F. Sistematika Penulisan 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi 12
1. Pengertian Strategi 12
2. Proses Strategi 16
3. Karakter Keputusan Strategik 22
B. Bimbingan Manasik Haji 24
1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji 24
2. Metode dan Bentuk Bimbingan 26
vii
3. Unsur-Unsur Bimbingan Manasik Haji 28
4. Tujuan Bimbingan Manasik Haji 31
5. Fungsi Bimbingan Manasik Haji 32
BAB III GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA
KECAMATAN BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO
JAWA TIMUR
A. Profil KUA Kecamatan Bangsal 33
B. Visi dan Misi KUA Kecamatan Bangsal 35
C. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Bangsal 36
D. Tugas KUA Kecamatan Bangsal 36
E. Tujuan dan Sasaran yang Hendak Dicapai 37
F. Pokok-Pokok Program Kerja KUA Kec. Bangsal 38
G. KUA Kec. Bangsal dalam Pelayanan Bimbingan
Manasik Haji 39
H. Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Bimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan
Bangsal Tahun 2015 47
B. Upaya Mengefektifkan Bimbingan Haji dalam Rangka
Peningkatan Pengetahuan Calon Jamaah Haji Terhadap
Manasik Haji 57
viii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 60
B. Saran 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Penyusunan Strategi 17
Gambar 2.2 Skema Proses Manajemen Strategik 22
Gambar 3.1 Batas-batas Lokasi KUA Kec. Bangsal 33
Gambar 3.2 Struktur Organisasi KUA Kec. Bangsal 36
Gambar 4.1 Penyampaian Materi dengan Menggunakan Metode Ceramah 53
Gambar 4.2 Simulasi Manasik Ibadah Haji di KUA Kec. Bangsal 55
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Perumusan dan Implementasi Strategi 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
فج عييـق ن كي ر يأتيني مي ضامي لحجي يأتوك ريجالا وعل كي اسي بي ن في النـ وأذي
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya
mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai
unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,” (QS. Al-
Hajj : 27)
Haji merupakan salah satu rukun Islam yang sangat unik dan complicated.
Sebagai bagian dari ajaran Islam, mekanisme pelaksanaan ibadah haji
membutuhkan segala bentuk kemampuan (isthitha’ah) yang berkaitan dengan
persiapan fisik dan non fisik, kesiapan mental, kesadaran diri, semangat
keagamaan, ketulusan hati, perjuangan dan pengorbanan. Oleh karena itu,
pelaksanaan ibadah haji mempunyai perbedaan yang sangat signifikan dibanding
dengan keempat rukun Islam lainnya.1 Ibadah haji yang waktu dan tempatnya
telah ditentukan langsung oleh Allah SWT, membuat ibadah ini membutuh usaha
lebih ekstra daripada ibadah lainnya, karena dalam suatu waktu berjuta umat
muslim berkumpul dalam satu tempat untuk menunaikan ibadah haji.
Indonesia adalah negara dengan jumlah umat Islam terbesar di muka bumi
ini. Maka wajar jika jumlah jama’ah haji asal Indonesia merupakan jumlah
terbesar pula dibanding jama’ah haji dari negara-negara lain. Jumlah jama’ah haji
Indonesia mencapai 200 ribu lebih tiap tahunnya, dengan beragam latar belakang
1M. Shaleh Putuheba, Histografi Haji Indonesia, (Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara
Yogyakarta, 2007), h. 5
2
ekonomi, pendidikan dan budaya masing-masing. Oleh karena itu, dengan
kebijakan dan legalitas Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama
senantiasa berusaha meningkatkan pelayanan dan pemenuhan kebutuhan jama’ah
haji Indonesia dari tahun ke tahun, sekaligus ikut mendorong partisipasi
masyarakat meningkatkan kualitas ibadah hajinya sebagaimana yang dituntunkan
dalam syari’at.2
Haji dalam struktur syari’at Islam termasuk bagian dari ibadah.
Sebagaimana ibadah lainnya, haji dalam pengamalannya melewati suatu proses
yang dimulai dengan pengetahuan tentang haji, pelaksanaan haji dan berakhir
pada berfungsinya haji, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat. Ketiga
pengamalan haji tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh. Pengetahuan
tentang haji diperlukan sebagai acuan bagi pelaksanaan ibadah haji itu sendiri.
Sahnya pelaksanaan haji sangat tergantung pada penerapan ketentuan-ketentuan
formal tentang haji yang telah diketahui itu. Nilai haji, atau yang biasa disebut
haji mabrur (hajjan mabruran), tidak tergantung pada sahnya pelaksanaan ibadah
haji semata, tetapi juga tergantung pada berfungsinya ibadah haji itu bagi
pembentukan integritas pribadi pelaku haji dan bagi masyarakat dimanapun ia
berada.
Ibadah haji merupakan salah satu jenis ibadah mahdloh yang tata cara
pelaksanaannya dianggap paling rumit, tidak sebagaimana ibadah-ibadah mahdloh
lainnya. Oleh karenanya, disamping niat yang tulus kepada Allah SWT, ibadah
2Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Sambutan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Said Agil
Husin Al-Munawar, MA, buku Sejarah Mekah, (Madinah: Al-RasheedPrinters, 2003), cet ke II, h.
8
3
haji memerlukan seperangkat ilmu pengetahuan yang memadai, setidaknya
pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan ibadah haji dengan segala
kaidah-kaidah perintah haji.
Untuk memperbaiki kualitas ibadah haji, Kementerian Agama (Kemenag)
telah melakukan peningkatan pada manasik haji. Manasik haji merupakan
komponen penting didalam pelaksanaan ritual ibadah haji, karena manasik haji
merupakan salah satu penentu sah atau tidaknya suatu ibadah haji. Oleh karena itu
sudah sewajarnya kalau manasik haji memperoleh perhatian khusus dari
pemerintah Indonesia.
Sekjen Kementerian Agama, Nur Syam mengatakan manasik haji akan
dilakukan di tingkat paling bawah dari struktur organisasi dan tata kelola
Kementerian Agama yakni Kantor Urusan Agama (KUA). Ia menjelaskan,
nantinya KUA masing-masing daerah akan melakukan bimbingan manasik haji
sebanyak 10 kali.3
Sebagai institusi yang menyelenggarakan tugas kepemerintahan di bidang
keagamaan di tingkat Kecamatan yang telah terstruktur, diantara tugasnya adalah
memberikan pembinaan jama’ah haji. Hal ini seperti dikemukan Iskandar Idy
(Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulama (PWNU) Sulawesi
Selatan periode 2013-2018) bahwa pemberian peran Kantor Urusan Agama
3 http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/15/01/15/ni7qph-
manasik-haji-akan-dilakukan-kua, diakses 10 Juni 2015, jam 11.30 WIB
4
Kecamatan dalam penyuluhan dan pembinaan haji merupakan pola strategis
sesuai dengan tuntutan dan dinamika masyarakat sekarang ini.4
KUA Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto sebagai salah satu
institusi ditingkat paling bawah dari struktur Kementerian Agama RI, secara
langsung memberikan pembinaan dan bimbingan manasik haji kepada masyarakat
yang akan menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Pelaksanaan bimbingan
manasik haji ini bisa dinilai cukup berhasil dalam melaksanakan tugas tersebut.
Hal ini bisa dilihat dari persentase kehadiran calon jama’ah haji yang mencapai
80% dari jumlah keseluruhan calon jama’ah haji di Kecamatan Bangsal. Padahal
jika dilihat dari jumlah pegawai yang ada di KUA Kec. Bangsal hanya ada 4
orang, yaitu 2 PNS termasuk Penghulu yang mendapat tambahan tugas sebagai
Kepala KUA, dan 2 orang lagi sebagai pegawai non-PNS.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Strategi Bimbingan Manasik Haji di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto Jawa Timur Tahun
2015”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian ini penulis memberikan batasan permasalahan agar tidak terjadi
perluasan materi yang akan dibahas. Batasan masalah yang akan dibahas adalah
4 http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=
article&id=505:manajemen-pembinaan-haji-di-kantor-urusan-agama-kua-kecamatan, diakses 10
Juni 2015, jam 13.00 WIB
5
tentang Strategi Bimbingan Manasik Haji di KUA Kec. Bangsal Kab. Mojokerto
Jawa Timur Tahun 2015.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Strategi Bimbingan Manasik Haji di KUA Kec. Bangsal Kab.
Mojokerto?
2. Bagaimana upaya KUA Kec. Bangsal mengefektifkan bimbingan haji
dalam rangka peningkatan pengetahuan calon jama’ah haji terhadap
manasik haji?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
penulis mengemukakan tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian:
a. Untuk mengetahui strategi bimbingan manasik haji di KUA Kec.
Bangsal Kab. Mojokerto.
b. Untuk mengetahui upaya KUA Kec. Bangsal mengefektifkan
bimbingan haji dalam rangka peningkatan pengetahuan calon jama’ah
haji terhadap manasik haji.
2. Manfaat penelitian:
a. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan bagi
Jurusan Manajemen Dakwah khususnya dan Fakultas Ilmu Dakwah
6
dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta pada
umumnya.
b. Praktis
1) Penelitian ini penulis berharap dapat memberikan bahan masukan
dan evaluasi bagi pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA
Kec. Bangsal Kab. Mojokerto.
2) Penelitian ini bisa dijadikan pedoman rekomendasi bagi
pemerintah untuk menentukan strategi bimbingan manasik haji.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy Moleong menyatakan
bahwa metode dengan menggunakan pendekatan kualitatif adalah sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.5
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah Kantor Urusan Agama (KUA)
Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.
b. Objek pada penelitian ini adalah strategi Bimbingan Manasik Haji
terhadap calon jama’ah haji Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
5Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2009), h. 4
7
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah jenis penelitian deskriptif
yang mengacu pada data yang dikumpulkan berupa kata–kata, gambar, buku
dan angka–angka. Selain itu jenis penelitian yang diperlukan untuk membantu
menyelesaikan penelitian ini dapat berupa studi pustaka dan riset lapangan.
4. Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu penelitian pada bulan
Agustus – Oktober 2015.
5. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan Bangsal.
6. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap gejala-gejala yang diteliti.6 Penulis mengadakan pengamatan
secara langsung mengenai obyek penelitian melalui pengamatan dan
penelitian dengan sistematika dari pemilihan data, pencatatan dan
6Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003), h. 53
8
sebagainya dengan maksud memperoleh gambaran yang jelas mengenai
kejadian atau peristiwa yang terjadi di KUA Kec. Bangsal tentunya yang
berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan
berlandaskan dengan tujuan penelitian.7 Metode ini dilakukan oleh peneliti
dengan cara meminta informasi atau menggali informasi baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada responden (orang yang
diwawancara atau disurvey) dari pihak KUA Kec. Bangsal dan beberapa
pihak yang terkait.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui
dokumen-dokumen seperti data-data, arsip-arsip dan gambar-gambar
ataupun bentuk lainnya.8 Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti
meminta data kepada lembaga yang diteliti yakni KUA Kec. Bangsal
sesuai dengan judul yang dibahas. Dalam kaidah metodologi penelitian,
menurut cara perolehannya sumber data dibagi menjadi dua, yakni data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari objek penelitian perorangan, kelompok atau organisasi.
7Sutrisno Hadi, Metode Research III, (Yogjakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM, 1984), h. 193
8Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2003), h. 57
9
Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi atau tersedia melalui publikasi dan informasi yang
dikeluarkan berbagai organisasi atau perusahaan.9
7. Teknik Analisis Data
Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif yaitu penulis
mencoba memaparkan semua data dan informasi yang diperoleh, kemudian
menganalisa data serta menggambarkan obyek penelitian (pengawasan)
dengan apa yang ada sesuai dengan kenyataan. Adapun yang dijadikan subyek
penelitian adalah KUA Kec. Bangsal.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini sebelum peneliti mengadakan penelitian secara
jauh dan mendalam maka tahap yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan
tinjauan pustaka terhadap skripsi sebelumnya dan melihat buku-buku yang akan
dijadikan reverensi oleh penulis. Setelah penulis melakukan kajian kepustakaan
penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki keterkaitan dengan
skripsi penulis dengan membahas tentang:
1. Karya Aldi Cahya Ramadhan dengan judul “Metode Bimbingan Jama’ah
Haji Pada Yayasan Ar-Risalah Ciracas Jakarta Timur” skripsi mahasiswa
Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2012. Pada skripsi ini membahas
9Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 29-30
10
tentang metode bimbingan ibadah haji yang diterapkan oleh yayasan Ar-
Risalah Ciracas Jakarta Timur.
2. Karya Rifa’atul Fitria dengan judul ” Manajemen Pembinaan Jama’ahPada
KBIH Yayasan Al-Falah Cibinong Bogor” skripsi mahasiswa Jurusan
Manajemen Dakwah Tahun 2012. Pada skripsi ini membahas tentang
manajemen pembinaan jama’ah pada KBIH Yayasan Al-Falah Cibinong
Bogor.
3. Karya Iwan dengan judul ”Strategi Pelayanan Haji Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Barat Terhadap Jama’ah Haji Tahun 2009” skripsi
mahaiswa jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2010. Pada skripsi ini
membahas tentang bagaimana strategi pelayanan haji Kantor Kementerian
Agama Kota Jakarta Barat terhadap jama’ah haji tahun 2009.
Skripsi ini menarik untuk dikaji mengingat KUA Kecamatan Bangsal
sebagai salah satu institusi ditingkat paling bawah dari struktur Kementerian
Agama RI yang bertugas memberikan bimbingan, penyuluhan dan pembinaan
kepada masyarakat Islam Indonesia.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada karya ilmiah “skripsi” ini terdiri dari lima (5)
BAB yang memiliki sub-sub bab. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
penulisan. Penyusunan sub-sub bab sebagai berikut:
11
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini meliputi pengertian strategi, proses strategi, karakter
keputusan stratrgik, pengertian bimbingan manasik haji, metode
dan bentuk bimbingan, unsur-unsur bimbingan serta tujuan dan
fungsi bimbingan manasik haji.
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG OBYEK PENELITIAN
Membahas tentang gambaran umum obyek penelitian yakni KUA
Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur dan
pelayanan pembinaan
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada Bab ini merupakan inti dari proses penelitian itu sendiri.
Yang berisi tentang strategi bimbingan Manasik Haji di KUA Kec.
Bangsal, Kab. Mojokerto, faktor pendukung dan menghambat
proses penyelenggaraan bimbingan manasik calon jama’ah haji
tersebut.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini memuat tentang kesimpulan dan saran.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Di dalam buku Kebijakan dan Strategi Manajemen, George A. Steinermen
mendefinidsikan strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos, yang berarti
jenderal. Oleh karena itu, kata strategi secara harfiah berarti “seni para jenderal”.
Kata ini mengacu pada perhatian utama manajemen puncak organisasi. Secara
khusus, strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi
dengan mengingat kekuatan internal dan eksternal, perumusan kebijakan dan
strategi tentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.10
Sedangkan secara istilah pengertian strategi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah:
a. Siasat perang
b. Ilmu siasat perang: sebagai komandan ia memang menguasai betul –
seorang perwira di medan perang
c. Tempat yang baik menurut siasat perang
10
George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta:
Erlangga, 1997), h.18
13
d. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus.11
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi, penulis akan
memaparkan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar,
diantaranya adalah:
a. George L. Morrisey, dalam bukunya “Pedoman Pemikiran Strategis”
memberikan definisi, strategi adalah pelengkap alamiah bagi visi dan
misi, strategi adalah suatu proses untuk menentukan arah yang dijalani
oleh suatu organisasi agar misinya tercapai.12
b. Michael Allison Jude Kaye, dalam bukunya “Perencanaan Strategis
Bagi Organisasi Nirlaba”, memberikan definisi strategi adalah prioritas
atau arah keseluruhan yang luas yang diambi oleh organisasi.13
c. Haniel dan prahalad, mendefinisikan strategi sebagai tindakan yang
bersifat senantiasa meningkat/incremental dan terus-menerus, serta
dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan
oleh para pelanggan di masa depan.14
d. Definisi strategi menurut Glueck adalah suatu kesatuan rencana,
komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan strategi
11
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), h.859 12
George L. Morrisey, Pedoman Pemikiran Strategis: Membangun LandasanPerncanaan
Anda (Jakarta: Prenhallindo, 1997), h.69 13
Michael Allison Jude Kaye, Perencanaan Strategis: Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.3 14
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan
Pengukuran Kinerja, (Jakarta: Indeks, 2013), h.61-62
14
perusahaan dengan lingkungan yang dihadapi guna menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran pokok.15
e. Menurut Karl Von Clausewitz, strategi merupakan suatu seni
menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang,
sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah
pertempuran.16
f. Dalam Oxford English Dictionary strategi sebagai “The art of
commonder in chief, The art of projecting and directing the larger
military movements and operations of compaign (seni seorang
panglima tertinggi, seni memproyeksikan dan mengatur gerakan
militer yang lebih besar serta operasi-operasi kampanye)”.17
g. Chandler memberikan definisi strategi dalam konteks organisasi
adalah penetapan berbagai tujuan dan sasaran jangka panjang yang
bersifat mendasar bagi sebuah organisasi, yang dilanjutkan dengan
penetapan rencana aktivitas dan pengalokasian sumberdaya yang
diperlukan guna mencapai berbagai sasaran tersebut.
Strategi merupakan garis acuan suatu organisasi, termasuk di dalamnya
lembaga atau institusi. Jika strategi suatu organisasi mengalami stagnasi dan tidak
responsif terhadap perkembangan yang terjadi maka hampir dapat dipastikan
kehidupan organisasi itu akan stagnan. Oleh karena itu perlu, bahkan merupakan
15
Matondang, Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h.73 16
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Belajar Strategik,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h.16 17
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.20
15
suatu keharusan, dilakukan analisis atas kondisi lingkungan organisasi
bersangkutan, kekuatan dan kelemahannya, melakukan pengajian secara
mendalam terhadap setiap peluang dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi,
selanjutnya menentukan masalah serta pencapaian tujuan yang menjadi targetnya.
Dalam konteks pemberdayaan, strategi dapat dirumuskan sebagai
berikut18
:
a. Program umum tindakan dan pengarahan sumberdaya untuk mencapai
tujuan organisasi.
b. Program tujuan organisasi dan perubahan yang diperlukan,
sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan serta kebijakan
yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh serta
memanfaatkan sumberdaya.
c. Penentuan tujuan jangka panjang yang mendasar menyangkut tindakan
yang disesuaikan dengan alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
Penerapan strategi sering kali dihadapkan pada berbagai kemungkinan dan
kendala, lebih-lebih lagi jika strategi itu berkaitan dengan pelayanan publik,
seperti pelayanan bimbingan manasik haji, yang tidak dapat dilepaskan dari
berbagai aspek yang melingkupinya, seperti aspek sosio-budaya, aspek politik
(berkaitan dengan kebijakan pemerintah), dan tingkat pendidikan dari calon
jama’ah haji yang mengikuti program bimbingan, yang terkadang mempengaruhi
18
Achmad Nidjam, Alatief Hanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Mediacita, 2006), h. 132
16
proses berjalannya program, sehingga harus mengubah strategi yang telah
ditetapkan.
Disinilah perlunya strategi-kreatif dalam menyiasati berbagai
kemungkinan ketika harus menemukan solusi bagi permasalahan yang timbul
secara tak terduga. Namun apapun yang terjadi dan permasalahan apapun yang
dihadapi, strategi yang ditetapkan harus selalu konsisten dengan tujuan, tepat
sasaran, dan dapat diterapkan atau dilaksanakan serta menjadi stimulus bagi
anggota/staf/karyawan/tenaga kerja.19
2. Proses Strategi
Menurut Agustinus Sri Wahyudi, manajemen strategi adalah suatu seni
dan ilmu dari pembuatan, penerapan, dan evaluasi keputusan-keputusan strategis
antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-
tujuan masa datang. Dari uraian di atas maka manajemen strategi terdiri atas tiga
proses, yakni:
a. Perumusan Strategi
Yang termasuk di dalam perumusan strategi ini adalah
pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancam eksternal,
menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif, dan
memilih strategi tertentu yang dilaksanakan.20
19
Ibid, h.133 20
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h.15
17
Penyusunan strategi ditentukan oleh misi yang komprehensif dan
tegas, keberhati-hatian dalam menilai lingkungan eksternal, serta
keterbukaan organisasi dalam menyadari kekuatan dan kelemahannya.
Semua itu berperan dalam mengidentifikasi ancaman dan peluang di masa
depan, serta membuat keputusan strategik yang mampu meminimumkan
ancaman dan meningkatkan peluang organisasi yang bersangkutan. Misi
yang komprehensif dan tegas akan memberikan kejelasan mengenai ke
mana organisasi berjalan untuk mencapai tujuan-tujuannya di masa depan.
Skema penyusunan strategi sesuai tahapan masukan-proses-luaran
dapat dilihat pada gambar berikut21
:
Gambar 2.1 Skema Penyusunan Strategi
21
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2014), h. 11
Masukan Luaran
Misi
Proses
Strategi
Kekuatan
Organisasi
si
Kekuatan
Organisasi
Ancaman
Masa Depan
Kelemahan
Organisasi
si
Kekuatan
Organisasi
Peluang
Masa Depan
Sinergi
Keputusan strategik
untuk meminimumkan
ancaman
Keputusan strategik untuk meningkatkan
peluang
Strategi
18
Skema yang dikemukakan diatas menunjukkan pentingnya para
pemimpin untuk memperkirakan bahwa hari esok merupakan kelanjutan
hari ini, dengan cara mengelola perubahan (lingkungan turbulen), baik
sebagai peluang maupun ancaman. Penyusunan strategi erat kaitannya
dengan kelompok kerja yang dibentuk dan inventarisasi kegiatan
(misalnya fasilitas fisik dan sumber daya manusia, pendanaan, program,
dan pengembangan) sesuai jenis kegiatan (rutin, sosial, komersial, dan
lain-lain) selama satu periode (2-5 tahun) untuk memprediksi kuadran
organisasi dan kelompok pengguna.22
Dalam perencanaan strategik, beberapa pertanyaan dasar yang
harus dijawab perusahaan adalah:
1) Apa yang akan kita kerjakan dan untuk siapa hal itu dikerjakan?
2) Tujuan apa yang ingin kita capai?
3) Bagaimana kita mengelola aktivitas organisasi supaya dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan?
Tujuan perencanaan strategi sendiri adalah merumuskan cetak biru
yang digunakan sebagai landasan gerak organisasi untuk dapat mencapai
tujuan.
22
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2014), h. 10-11
19
b. Implementasi Strategi
Tahapan penting setelah perumusan strategi selesai adalah
implementasi strategi. Tahapan ini merupakan tahapan yang kritis karena
banyak organisasi mampu menyusun perumusan strategi yang baik namun
tidak mampu mengimplementasikannya dengan baik. Implementasi adalah
proses ketika rencana direalisasi. Implementasi membutuhkan
keterampilan manajerial yang berbeda dengan proses perumusan strategi.23
Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam
mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif,
mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan
memanfaatkan sistem informasi yang masuk.24
Implementasi strategi
sering pula disebut tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti
juga aktualisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi
tindakan.
Perumusan strategi yang sukses tidak menjamin implementasi
strategi yang sukses. Selalu sulit untuk melaksanakan sesuatu
(implementasi strategi) daripada mengatakan bahwa anda sedang berusaha
melakukannya (perumusan strategi). Perumusan dan implementasi strategi
dapat dibedakan berdasarkan hal-hal yang dimuat pada tabel berikut25
:
23
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2014), h. 27 24
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h.5 25
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2014), h. 27
20
Tabel 2.1 Perbedaan Perumusan dan Implementasi Strategi26
Perumusan Strategi Implementasi Strategi
1. Memosisikan kekuatan
sebelum dilakukan tindakan
2. Berfokus pada efektivitas
3. Prioritas utama adalah
proses intelektual
4. Membutuhkan keahlian
intuitif dan analisis yang
baik
5. Membutuhkan koordinasi di
antara beberapa individu
1. Mengelola kekuatan yang
mengelola semua hal selama
tindakan dijalankan
2. Berfokus pada efisiensi
3. Prioritas utama adalah proses
operasional
4. Membutuhkan motivasi khusus dan
keahlian kepemimpinan
5. Membutuhkan koordinasi di antara
banyak individu
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam strategi adalah evaluasi strategi. Ada tiga
macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi
dasar strategi. Adapun faktor perubahan eksternal seperti
tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi
suatu hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan
faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau
26
Ibid, h 105
21
aktivitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula
bagi hasil yang akan dicapai.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana,
mengevaluasi prestasi individual dan menyimak kemajuan
yang dibuat kearah penyampaian sasaran yang dinyatakan.
Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan
dibuktikan, kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari
pada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah terjadi.
3) Mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi
yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi harus
dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan
korektif sesuai dengan yang dibayangkan semula atau
pencapaian yang dirncanakan, maka disitulah tindakan korektif
diperlukan.27
Evaluasi strategi adalah proses yang ditunjukkan untuk
memastikan apakah tindakan-tindakan strategik yang dilakukan
perusahaan sudah sesuai dengan perumusan strategi yang telah dibuat atau
ditetapkan.28
27
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h.104 28
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2014), h. 28
22
Secara Umum tahapan proses manajemen strategik dapat diuraikan
sebagai berikut29
:
Gambar 2.2 Skema Proses Manajemen Strategik
3. Karakter Keputusan Strategik
Karena berkaitan dengan keputusan, maka dengan sendirinya keputusan
strategik punya kekhasan sendiri, bila dibandingkan dengan keputusan-keputusan
lain. Sebuah keputusan dikatakan bersifat “strategik”, setidaknya bila ia
memenuhi tiga karakteristik, yaitu jarang dibuat, memiliki implikasi yang
signifikan dan penting serta menjadi acuan bagi keputusan-keputusan pada level
berikutnya (yang operasional) (Wheleen, Hunger, 2008).
a. Jarang, extraordinary. Sebuah keputusan strategis selalu implikasi
luas dalam organisasi. Karena itu, ia tidak bisa diambil secara
sembarangan dengan cukup sering. Apalagi dimensi waktunya akan
memakan waktu cukup panjang. Ini persis seperti mahasiswa yang
ingin melanjutkan studi ke jenjang kuliah. Secara umum, keputusan
29
Musa Hubeis dan Mukhamad Najib, Manajemen Strategik dalam Pengembangan Daya
Saing Organisasi, (Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2014), h. 29
Tahap 1
Analisis
lingkungan
(internal dan
eksternal)
Tahap 2
Penetapan tujuan
organisasi (misi
dan tujuan)
Tahap 3
Perumusan
strategi
Tahap 4
Implementasi
strategi
Tahap
5
Kontrol
strategi
Umpan Balik
23
seseorang untuk mengambil sebuah program studi atau perguruan
tinggi tertentu bukanlah keputusan yang bisa dilakukan secara
“sering”. Tidak mudah untuk mengubah keputusan itu, apalagi kalau
seseorang sudah mencapai tingkat/tahun 3 atau 4. Keputusan oleh si
mahasiswa tadi, bersifat strategis. Contoh lain, misalnya sebuah
institusi perguruan tinggi yang memutuskan untuk membangun gedung
baru. Tentu institusi ini tidak mudah mengubah keputusannya, apalagi
kalau persiapan sudah matang, konstraktor sudah dipilih, jadwal sudah
ditetapkan, material sudah dipesan. Keputusan ini bersifa strategis,
karena otomatis mendirikan gedung (atau tidak jadi membangun
gedung) bukanlah keputusan yang sering dilakukan, keputusan
strategis jarang dibuat.
b. Signifikan, penting. Derajat keputusan strategis selalu penting dan
melibatkan sumber daya dan komitmen yang besar. Bayangkan
kembali individu di atas yang memilih untuk kuliah di satu program
studi di sebuah pendidikan tinggi. Keputusan itu akan berdampak
signifikan padanya; pada waktunya, pada upayanya ataupun mungkin
pada sumber daya yang diperlukan (walaupun soal uang, ini bisa
berasal dari orang tua). Sekali ia memilih maka itu berlaku signifikan
padanya. Sebuah perguruan tinggi yang memutuskan untuk
membangun gedung juga akan berimplikasi pada berbagai aspek
organisasi. Setidak-tidaknya, kalaupun itu tidak menganggu operasi
24
perguruan tinggi yang sedang berjalan, maka ia akan secara maksimal
memengaruhi sisi keuangan perguruan tinggi.
c. Berdampak luas. Keputusan strategi berdampak luas dan menjadi
dasar bagi keputusan-keputusan selanjutnya bagi keseluruhan
organisasi. Keputusan individu berkuliah tadi, akan berpengaruh pada
keputusan tentang penggunaan transportasi, pemilihan tempat tinggal
(tempat kos), dan keputusan tentang pembelian prasarana lain.
Keputusan membuat gedung baru bagi sebuah perguruan tinggi akan
membawa berbagai keputusan terkait dengan jumlah kelas, desain
yang akan dibuat, kontraktor yang akan digunakan, serta fasilitas yang
akan digunakan. Jadi keputusan yang bersifat strategik akan menjadi
landasan bagi keputusan-keputusan lain yang bersifat operasional. Ada
juga yang mengatakan keputusan diterjemahkan kelapangan oleh
keputusan operasional.30
B. Bimbingan Manasik Haji
1. Pengertian Bimbingan Manasik Haji
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
guidance berasal dari kata kerja toguide yang mempunyai arti menunjukkan,
membimbing, menuntun, ataupun membantu. Kata bimbingan bila dilihat dari
segi bahasa berarti “menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain karah
30
M. Taufiq Amir, Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), Cet ke- I, h. 10-11
25
yang bermanfaat atau yang lebih bermanfaat bagi dirinnya, baik hari ini, esok,
atau yang akan datang”.31
Menurut Frank Parson “bimbingan adalah proses layanan yang diberikan
kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan,
rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk
menyesuaikan diri yang baik.32
Menurut Moh. Surya menyatakan bahwa bimbingan ialah proses
pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada
yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan
yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.33
Dari definisi diatas maka pengertian bimbingan dapat diartikan sebagai
proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang berupa
tuntunan secara terus-menerus dan sistematis guna mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menjadi individu yang mandiri.
Kemudian setelah memperoleh definisi bimbingan maka selanjutnya
adalah bagaimana mendefinisikan manasik itu sendiri. Menurut Hamka manasik
adalah “tata cara ibadah haji”. Pendapat ini sejalan dengan Zuhdi dan Arifin yang
31
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Belajar Strategik,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), h.140-141 32
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2008), h.94 33
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1995), h.2
26
mengertikan manasik haji sebagi rentetan ibadah yang harus dikerjakan oleh
jama’ah haji.34
Menurut Harahap sumuran manasik adalah tata cara pelaksanaan ibadah
haji. Atau hal-hal peribadatan yang berkaitan dengan ibadah haji; melaksanakan
ihram dan miqat yang telah ditentukan, tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di
Muzdalifah dan Mina, melempar jumrah dan lain sebagainya.35
Dari kedua pengertian di atas tentang arti bimbingan dan manasik, maka
dapat diperoleh pengertian dari bimbingan manasik itu sendiri. Jadi bimbingan
manasik adalah proses pemberian bantuan berupa tuntunan yang
berkesinambungan mengenai tata cara ritual ibadah haji dan seterusnya, serta
mengembangkan potensi calon jama’ah haji untuk dapat melaksanakan ibadah
haji secara mandiri sesuai dengan tuntunan agama sehingga akan mendapatkan
haji yang mabrur.
2. Metode dan Bentuk Bimbingan
Dalam penyampaian materi, tentunya menggunakan metode dan bentuk
bimbingan yang sesuai, agar proses bimbingan yang dilakukan dapat berjalan
efektif. Berikut adalah beberapa metode dan bentuk bimbingan:
34
M. Najmuddin Zuhdi dan M. Lukman Arifin, 125 Masalah Haji, (Solo: PT. Tiga
Serangkai, 2008), h.217 35
Harahap Sumuran, Kamus Istilah Haji dan Umrah, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2008),
h.362
27
a. Metode Bimbingan
Metode bimbingan merupakan salah satu cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan yang diinginkan, didalam bimbingan
bisa dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses
bimbingan. Secara umum ada dua metode dalam bimbingan, yaitu
pertama, metode bimbingan individual dan kedua, metode bimbingan
kelompok. Metode bimbingan kelompok dikenal juga dengan bimbingan
(groupguidance) sedangkan metode bimbingan individul dikenal dengan
individual konseling.36
1) Metode bimbingan individual, metode ini upaya pemberian secara
individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara
pembimbing dengan klien.
2) Metode bimbingan kelompok, bimbingan yang digunakan melalui
kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah,
seminar dan sebagainya. Hal ini bisa dilakukan untuk
menumbuhkan atau mengembangkan potensi-potensi sosial klien
atau bimbingan yang diberikan bagi klien yang mengalami
kesulitan dalam melakukan kontak sosial dalam masyarakat. Maka
melalui bimbingan kelompok secara bertahap klien diberikan
peluang untuk berinteraksi dan bergaul dalam kelompoknya.37
36
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press, 1998), cet k-6, h. 43 37
M. Lutfi, Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 125
28
b. Bentuk-Bentuk Bimbingan
Bentuk-bentuk bimbingan dapat dilihat dari segi bidangnya,
menurut HM. Arifin diantaranya:
1) Bimbingan dan penyuluhan bidang Vocational Guidance, yaitu
bimbingan dalam memilih lapangan pekerja atau jabatan/profesi.
2) Bimbingan dan penyuluhan bidang Mental Health Guidance, yaitu
suatu bimbingan yang bertujuan untuk menghilangkan faktor-
faktor yang menimbulkan gangguan jiwa klien. Sehingga ia akan
memperoleh ketenangan hidup ruhaniah yang sewajarnya seperti
yang diharapkan.38
3. Unsur-Unsur Bimbingan Manasik Haji
Untuk mencapai tujuan bimbingan, dalam hal ini manasik haji harus ada
beberapa unsur-unsur yang terkait dimana antara satu unsur dengan unsur lain
tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur tersebut antara lain:
a. Subjek (Narasumber)
Subjek yaitu orang yang memberikan bimbingan kepada seseorang.
Pelaksaannya baik perorangan, organisasi, maupun badan lain. Seorang
pembimbing mempunyai tugas untuk mengarahkan, memberi petunjuk dan
membimbing serta bertanggung jawab terhadap orang yang dibimbing.
38
M. Arifin, Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 46
29
Seorang pembimbing atau konselor dalam hal ini adalah
pembimbing haji harus mempunyai persyaratan. Di antaranya adalah
pertama, kemampuan profesional (keahlian). Kedua, sifat kepribadian
yang (berakhlakul karimah). Ketiga, kemampuan kemasyarakatan
(ukhuwah islamiyah). Keempat, taqwa kepada Allah SWT.39
b. Objek (Jama’ah)
Jama’ah adalah kata bahasa Arab yang artinya “kompak atau
bersama-sama” ungkapan shalatberjama’ah berarti shalat yang dikerjakan
secara bersama-sama di bawah pimpinan seorang imam. Jama’ah juga
berarti sekelompok manusia yang terikat oleh sikap, pendirian, keyakinan,
dan tugas serta tujuan yang sama.
Sedangkan pengertian jama’ah haji yaitu Warga Negara Indonesia
beragama islam yang telah mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah
haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.40
c. Metode
Metode adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh
narasumber agar proses bimbingan pada jama’ah tercapai sesuai dengan
tujuan. Metode ini sangat penting dilakukan agar proses bimbingan
39
Thohari Musnawar, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 1992), h. 42 40
Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jama’ah Haji, (Jakarta: Pusat Kesehatan Haji
Kementerian Kesehatan RI,2010), h. 9
30
tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat jama’ah jenuh dengan
mudah dapat diterima oleh jama’ah.
d. Media
Media merupakan suatu wadah atau sarana dalam menyampaikan
suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media adalah segala
bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian
informasi.41
e. Tujuan
Tujuan dari bimbingan manasik haji yaitu membekali jama’ah haji
dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan masalah haji, agar para jama’ah
dapat melaksanakan seluruh kegiatan ibadah haji sesuai dengan tuntunan
Rasulullah SAW. Diharapkan para jama’ah haji mampu melaksanakan
seluruh kegiatan ibadah haji di tanah suci secara mandiri dan memperoleh
haji mabrur.
f. Efek (Pengaruh)
Adapun pengaruh dari bimbingan manasik haji ini adalah teori
yang diberikan selama ditanah air dapat dipraktekkan secara benar ketika
pelaksanaan ibadah haji ditanah suci dan memperoleh haji mabrur dengan
perubahan sikap yang lebih baik dari sebelumnya.
41
Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini, (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), h. 11
31
4. Tujuan Bimbingan Manasik Haji
Pembekalan yang dilakukan oleh pemerintah kepada calon jama’ah haji
sebelum melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci sangatlah penting, hal ini
mengingat mayoritas calon jama’ah haji belum sepenuhnya mengerti dan
memahami bagaimana cara manasik ibadah haji.
Terkait dengan tujuan bimbingan manasik, menurut AinurRahmi dalam
bukunya Bimbingan dan Konseling dalam Islam, dibagi menjadi dua yaitu tujuan
secara umum dan tujuan secara khusus, adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Membantu para calon jama’ah haji guna mewujudkan dirinya
menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.
b. Tujuan Khusus
Membantu dalam mengatasi masalah dalam pelaksanaan haji dan
membantu memelihara serta mengambangkan situasi dan kondisi yang
baik dalam pelaksanaan ibadah haji.42
Menurut Kementerian Agama RI adalah untuk meningkatkan pengetahuan
manasik haji dan dapat melaksanakan tata cara ibadah haji dengan benar sesuai
tuntunan ajaran agama Islam.43
42
Ainur Rahmi Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), h.36-37
32
Tujuan bimbingan manasik haji kelompok disamping memberikan
pengetahuan tentang ilmu perhajian yang sebaik-baiknya (jama’ah haji dapat
menunaikan ibadahnya sesuai dengan ketentuan ajaran agama Islam), juga agar
tercipta ukhuwah antar jama’ah untuk saling berbagi dan tolong-menolong selama
proses perjalanan mulai dari rumah sampai kembali lagi ke rumah dengan selamat
dengan predikat haji mabrur.44
5. Fungsi Bimbingan Manasik Haji
Menurut Latif Hasan dan Nidjam Ahmad dalam bukunya Manajemen
Haji, fungsi bimbingan manasik haji adalah sebagi berikut:
a. Agar semua calon jama’ah mampu memahami semua informasi
tentang pelaksanaan ibadah haji, tuntunan perjalanan, petunjuk
kesehatan dan mampu mengamalkannya pada saat pelaksanaan ibadah
haji di Tanah Suci.
b. Agar jama’ah haji dapat mendiri dalam melaksanakan ibadah haji, baik
secara mandiri regu atau rombongan.
c. Agar para jama’ah haji mempunyai kesiapan menunaikan ibadah haji
baik mental, fisik, kesehatan, maupun petunjuk ibadah haji yang lain.45
43
Desain Pola Bimbingan Calon Jama’ah haji, (Jakarta: Departemen Agama RI,
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, 2007), h.26 44
Laporan Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji Kelompok
KUA Kec. Bangsal Tahun 1435 H/2015 M. Tanpa Halaman. 45
Latif Hasan dan Nidjam Ahmad, Manajemen Haji, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), h.17
33
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN
BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR
A. Profil KUA Kecamatan Bangsal
Eksistensi Kepenghuluan di Kecamatan bangsal sudah ada setelah
Indonesia merdeka, hal ini dapat dilihat dari regester yang ada yakni sejak tahun
1949. Pada periode tahun 1950-1986 Kantor Urusan agama Kecamatan bangsal
masih berkantor di masjid Jami’ Sabilul Huda Ds. Pacing. Selanjutnya pada tahun
1986 dibangunlah Kantor Urusan Agama Kecamatan Bangsal di atas tanah Milik
Kementerian Agama untuk KUA Bangsal seluas 837 m2 yang terletak di Jl.
Tawangsari No.12 Desa Sumbertebu Bangsal Kecamatan Bangsal Kab.
Mojokerto.46
KUA Kecamatan Bangsal terletak pada km 12 arah barat daya kabupaten
mojokerto, dengan alamat Jl.Tawang sari No. 12 Bangsal Kab. Mojokerto.
Batas-batas Lokasi KUA Bangsal:
Gambar 3.1 Batas-batas Lokasi KUA Kec. Bangsal
46
Profil KUA Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
U
S
T
B
KUA KEC.
BANGSAL
Ds. Ngrowo
Ds. Ngrowo
Persawahan
Rumah Makan Basro
34
Dari Segi Geografis, kecamatan Bangsal yang terletak di sebelah selatan
sungai brantas mempunyai wilayah seluas 837 m2 dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
1. Sebelah Timur : Kecamatan Mojosari
2. Sebelah Barat : Kecamatan Puri
3. Sebelah Utara : Kecamatan Mojoanyar
4. Sebelah Selatan : Kecamatan Kutorejo Dan Kecamatan Dlanggu47
KUA Kec. Bangsal menempati lahan seluas ± 837 m2 yang terdiri dari
gedung utama, halaman depan, halaman samping, dan halaman belakang, serta
gedung yang terdiri dari Ruang BP-4 /Ruang Pertemuan, Ruang Staff, Ruang
Kepala, Ruang PPAI, Ruang Gudang dan Toilet.
Halaman depan KUA Kecamatan Bangsal dapat menampung parkir 4
mobil dan di halaman belakang 1 mobil. Parkir roda 2 kendaraan tamu di halaman
depan sedangkan kendaraan pegawai berada di belakang gedung melewati
halaman samping. Seluruh halaman ditutup dengan paving blok dan dikelilingi
pagar dengan satu gerbang pintu masuk.48
47
Ibid. 48
Wawancara dengan pepeawai TU KUA Kec. Bangsal Beni Setiawan , tanggal 10
Agustus 2015 di Kantor Urusan Agama Mojokerto.
35
B. Visi dan Misi KUA Kecamatan Bangsal
Adapun Visi dari KUA Kecamatan Bangsal adalah:
Menjadikan Agama sebagai landasan moral serta inspirator dan motivator
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara guna mewujudkan
masyarakat kecamatan bangsal yang berakhlak mulia, maju, mandiri, dan
sejahtera.
Misi:
1. Meningkatkan pembinaan kerukunan umat beragama pada masyarakat
Kecamatan Bangsal.
2. Mewujudkan kehidupan yang sakinah pada masyarakat Kecamatan
Bangsal.
3. Meningkatkan pelayanan prima khususnya bidang Nikah dan Rujuk pada
masyarakat Kecamatan Bangsal.49
49
Profil KUA Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
36
C. Struktur Organisasi KUA Kecamatan Bangsal
Gambar 3.2 Struktur Organisasi KUA Kec. Bangsal Tahun 2015
D. Tugas KUA Kecamatan Bangsal
Adapun tugas-tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan Bangsal adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan pelayanan di bidang kepenghuluan.
2. Memberikan pelayanan di bidang keluarga sakinah / BP4.
3. Memberikan pelayanan di bidang zakat, wakaf, infaq, sodaqoh.
4. Memberikan pelayanan di bidang ibadah haji.
5. Memberikan pelayanan di bidang kemasjidan dan hisab ru’yah.
6. Memberikan pelayanan di bidang produk halal.
7. Memberikan pelayanan di bidang Kemitraan Umat (lintas sektoral).50
50
Ibid.
Petugas TU :
1. Nur Atika, SE
2. Beni Setiawan
3. Rina S
Pembantu Penghulu
Penghulu
Drs. H. Mudjib
Kepala KUA
Drs. H. Mudjib
37
E. Tujuan dan Sasaran yang Hendak Dicapai
Tujuan:
1. Meningkatkan hubungan yang harmonis dan koordinatif antar aparatur/
pegawai di KUA Kec. Bangsal
2. Meningkatkan kualitas dan skill individu pegawai terutama dalam bidang
NR, Zawaibsos dan administrasi perkantoran modern.
3. Meningkatkan hubungan lintas sektoral yang harmonis dan dinamis
dengan instansi terkait, ormas – ormas dan lembaga – lembaga keagamaan
yang ada di Kec. Bangsal.
4. Meningkatkan sarana prasarana serta mengefektifkan fungsi pelayanan
kepada masyarakat menuju pelayanan prima yang lebih professional.
5. Meningkatkan pelayanan kehidupan umat beragama serta memantapkan
kualitas pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama.51
Sasaran:
1. Terciptanya kedisiplinan, etos kerja dan produktivitas kerja pegawai
meningkat dan profesional.
2. Terwujudnya spesialisasi kualitas skill individu pegawai dalam bidangnya.
3. Terjalinnya kerjasama yang sinergis dengan instansi terkait, ormas –
ormas dan lembaga – lembaga keagamaan sehingga terjadi sinkronisasi
program kerja.
51
Ibid.
38
4. Terpenuhinya sarana dan prasarana keagamaan dan perkantoran serta
terwujudnya system manajemen pelayanan yang baik guna member
kemudahan pelayanan kepada masyarakat.
5. Terciptanya pelayanan prima terhadap kehidupan umat beragama melalui
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama.52
F. Pokok-Pokok Program Kerja KUA Kec. Bangsal
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kantor.
2. Meningkatkan profesionalisme Aparatur / Pegawai KUA
3. Meningkatkan pelayanan di bidang kepenghuluan
4. Meningkatkan pelayanan di bidang keluarga sakinah / BP4
5. Meningkatkan pelayanan di bidang zakat, wakaf, infaq, sodaqoh.
6. Meningkatkan pelayanan di bidang ibadah haji
7. Meningkatkan pelayanan di bidang kemasjidan dan hisab ru’yah
8. Meningkatkan pelayanan di bidang produk halal
9. Meningkatkan pelayanan di bidang Kemitraan Umat (lintas sektoral).53
52
Ibid. 53
Ibid.
39
G. KUA Kec. Bangsal dalam Pelayanan Bimbingan Manasik Haji.
Untuk dapat melaksanakan ibadah haji dengan baik dan benar, yaitu
khusyuk, sesuai syari’ah, aman, dan selamat, selain diperlukan penguasaan
penguasaan dan pemahaman manasik secara benar, juga dibutuhkan kekuatan dan
kesehatan fisik yang baik. Karena itu, agar jama’ah memiliki pemahaman yang
benar dan utuh mengenai ibadah haji, diperlukan bimbingan kepada jama’ah
secara komprehensif dan berkesinambungan, baik berupa penambahan waktu
bimbingan manasik, ditambah dengan pengetahuan dasar tentang latar belakang
sosio-historis ibadah haji serta pemahaman sejarah hidup Rasul.
Bimbingan tersebut hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan
frekuensi yang lebih banyak, bahkan jika dimungkinkan selama jama’ah dalam
waktu tunggu (waitinglist) keberangkatan, sejauh calon jama’ah haji tersebut telah
melunasi BPIH. Hal ini dijamin oleh Undang-undang No. 13 Tahun 2008 bahwa
pembinaan jama’ah haji memang harus dilakukan sejak mereka memperoleh
nomor porsi dan melunasi uang muka. Bukan hanya pembinaan manasik,
pemerintah juga berdasarkan Undang-undang yang baru berkewajiban
memberikan pelatihan tambahan kepada jama’ah seperti pelatihan tentang
perjalanan (travelling), yang bisa mengambil program seperti pre-
departuretraining. Hal ini penting dilakukan mengingat rata-rata tingkat
pendidikan jama’ah haji Indonesia masih rendah dan belum pernah melakukan
perjalanan ke luar negeri.54
54
A. Chunaini Saleh, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi, Analisis Internal Kebijakan
Publik Departemen Agama, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2008), h.92
40
Departemen Agama juga harus terus menyempurnakan efektivitas petugas
haji agar dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap jama’ah. Pembinaan
petugas dan jama’ah harus seiring, karena jika petugasnya memiliki dasar
pengetahuan perjalanan dan perhajian yang maksimal, diharapkan jama’ah akan
terbantu dengan baik. Pada akhirnya diharapkan jama’ah dapat memahami proses
kesejarahan haji yang mampu meningkatkan ke khusyukanjama’ah dalam berhaji.
Pembinaan calon jama’ah yang dilakukan oleh masyarakat memang masih
dimungkinkan, tetapi dengan mekanisme dan prosedur yang harus ditetapkan
standarnya oleh Departemen Agama. Untuk mengurangi peran KBIH yang
terkadang malah ikut memberatkan jama’ah secara finansial, sebaiknya proses
pembinaan memang harus diberikan kepada petugas KUA tingkat kecamatan di
bawah Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam. Karena itu diperlukan beberapa
kajian/survei kemampuan petugas dalam memahami persoalan perhajian ,
termasuk capacitu Building untuk semua pegawai KUA yang akan menjadi
penyuluh dan pembina masalah perhajian, bukan melulu masalah
nikah/talak/cerai.55
Terkait dengan layanan bimbingan ibadah haji, kini tanggung jawab
pemerintah semakin tinggi sejalan dengan hilangnya peran dari penyedia jasa para
syekh dulu. Muasssasah dan pemerintah Arab Saudi tidak lagi menyentuh aspek
bimbingan ini dan menyerahkan tanggung jawab ini kepada masing-masing
negara pengirim jama’ah haji dan jama’ah haji itu sendiri. Dalam konteks itulah
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 memasukkan layanan bimbingan ibadah
55
Ibid, h. 94
41
haji sebagai kewajiban Pemerintah Indonesia, baik yang diberikan kepada jama’ah
haji bentuk pelatihan dan pembekalan manasik selama di Tanah Air maupun
pembimbingan dan panduan pelaksanaan ibadah selama di Arab Saudi. Namun
demikian, Undang-Undang ini juga membuka ruang partisipasi masyarakat
melalui kelompok bimbingan ibadah haji untuk ikut serta membantu pemerintah
dalam memberikan bimbingan dan pelatihan manasik kepada calon jama’ah haji.
Berikut adalah dasar hukum pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA:
1. Undang-Undang No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
2. Peraturan pemerintah No.79 tahun 2012 tantang Bimbingan Jama’ah Haji.
3. Peraturan Menteri Agama No.14 tahun 2012 tentang Bimbingan Jama’ah
Haji.
4. Surat Dirjen PHU No. Dt.VII.I/1Hj.01/1470/2013 tangaal 20 Mei tentang
Tata Pelaksanaan Bimbingan Jama’ah Haji.
5. Surat Dirjen PHU tentang pengangkatan pejabat pengelola biaya
penyelenggaraan ibadah haji, pejabat pengadaan barang/jasa, dan pejabat
penerima hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa pada direktorat jenderal
penyelenggaraan haji dan umroh.
6. Surat kanwil tentang pedoman pelaksanaan anggaran operasional haji pada
satker kap/kota dan surat tentang pencairan biaya manasik haji kap/kota,
biaya manasik haji KUA dan Operasional KUA.
42
7. Surat kementrian agama kabupaten tentang pengesahan panitia dan
pembimbing manasik haji kelompok kecamatan bangsal tahun serta
instruksi penyelenggaraan program bimbingan kelompok manasik haji.56
H. Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji
Menunaikan ibadah haji adalah salah satu pelaksanaan ibadah umat Islam
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pasal 29, untuk itu MPR telah
mengamanatkan kepada Pemerintah di dalam Garis-garis Besar Halauan Negara
1999, yang berbunyi :
“Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan
ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji
...”
Penyelenggaraan urusan haji merupakan tugas nasional dan dilakukan
terkoordinasi dibawah koordinasi dan tanggung jawab Menteri Agama
bekerjasama dengan Departemen-departemen/Lembaga/Instansi-instansi yang
terkait menurut bidang, tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
Untuk itu pemerintah dari tahun ke tahun secara terus menerus berupaya
meningkatkan pelayanan umum, kesehatan dan termasuk pelayanan bimbingan
manasik haji.
Pelayanan bimbingan manasik haji ini diselenggarakan oleh beberapa
instansi, baik dari KBIH, maupun dari instansi di bawah Kementrian Agama, yang
salah satunya adalah KUA.
56
Wawancara dengan Kepala KUA Kec. Bangsal Drs. H. Mudjib, tanggal 10 Agustus
2015 di Kantor Urusan Agama Mojokerto.
43
Penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA Kecamtan Bangsal
merupakan bimbingan kelompok, kelompok yang dimaksud adalah seluruh calon
jama’ah haji yang terdaftar sebagai calon jama’ah haji Kec. Bangsal Kab.
Mojokerto. Sesuai dengan Jadwal Pembinaan Manasik Calon Jama’ah Haji Kec.
Bangsal Kab. Mojokerto Tahun 1436 H/2015 M, dilaksanakan sebanyak 8 kali
tatap muka selama 4 hari dengan durasi waktu 2 jam dalam sekali tatap muka
setiap harinya. Berikut penjabarannya :
1. Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama materi yang disampaikan adalah bimbingan
perjalanan ibadah haji dengan pokok bahasan : 1. Kegiatan sebelum
berangkat ke asrama haji, 2. Kegiatan di asrama haji
(embarkasi/debarkasi), 3. Kegiatan selama dipesawat, 4. Kegiatan di
Airport Arab Saudi, saat kedatangan dan pemulangan, 5. Kegiatan dalam
perjalanan menuju pemondokan, 6. Kegiatan dipemondokan
Makkah/Madinah, 7. Kegiatan di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Metode
yang digunakan adalah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab.
2. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua ini materi yang disampaikan adalah bimbingan
pelaksanaan ibadah umrah dengan materi : 1.Ihram/Miqat, 2. Niat dan
bacaan Talbiyah, 3. Tawaf, 4. Sa’i, 5. Tahallul, 6. Larangan-larangan
selama Ihram. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi adalah
metode ceramah dan tanya jawab.
44
3. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga materi yang disampaikan adalah simulasi
pelaksanaan ibadah umrah dengan materi : 1. Ihram/Miqat, 2. Praktek
memakai pakaian ihram, 3. Praktek niat dan salawat sunah ihram, 4.
Praktek Tawaf, 5. Praktek Sa’i, 6. Praktek Tahallul. Pada pertemuan
ketiga ini metode penyampaian materi menggunakan metode ceramah,
tanya jawab dan praktek simulasi.
4. Pertemuan Keempat
Pada pertemuan keempat materi yang disampaikan adalah bimbingan
pelaksanaan ibadah haji dengan materi : 1. Ihram/Miqat, 2. Wukuf di
Arafah, 3. Mabit di Muzdalifah, 4. Mabit di Ina, 5. Melontar Jamarat, 6.
Tawaf Ifadhah, 7. Tahallul Awal dan Tsani, 8. Nafar Awal dan Tsani.
Metode yang digunakan dalam penyampaian materi adalah metode
ceramah dan tanya jawab.
5. Pertemuan Kelima
Pada pertemuan kelima materi yang disampaikan adalah simulasi
pelaksanaan ibadah haji dengan materi : 1. Praktek Ihram/Miqat, 2.
Praktek memakai pakaian ihram, 3. Praktek wukuf, mabit di Muzdalifah
dan Mina, 4. Praktek Tawaf, 5. Praktek Sa’i, 6. Praktek Tahallul. Pada
pertemuan kelima ini metode penyampaian materi menggunakan metode
ceramah, tanya jawab dan praktek simulasi.
45
6. Pertemuan Keenam
Pada pertemuan keenam ini materi yang disampaikan adalah ibadah dan
kegiatan di dalam pesawat. Materinya adalah : 1. Bersuci tayamum di
pesawat, 2. Shalat di pesawat, 3. Membaca Al-Qur’an, zikir dan do’a, 4.
Memanfaatkan fasilitas selama di pesawat, 5. Menjaga keselamatan
penerbangan. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi ini
adalah ceramah, tanya jawab dan simulasi.
7. Pertemuan Ketujuh
Pada pertemuan ketujuh ini para peserta bimbingan akan mendapatkan
materi tentang hak dan kewajiban jama’ah haji dengan materi : 1. Hak
memperoleh bimbingan manasik, 2. Hak memperoleh pelayanan
dokumen, akomodasi, transportasi, konsumsi dan pelayanan kesehatan
selama di tanah air dan Arab Saudi, 3. Mematuhi tata tertib dan aturan
tentang penyelenggaraan haji, 4. Menjaga nama baik bangsa dan negara
selama di Arab Saudi. Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya
jawab.
8. Pertemuan Kedelapan
Pada materi terakhir ini peserta bimbingan akan mendapatkan bimbingan
tentang etika dan ahlak jama’ah selama proses ibadah haji serta
penjelasan tugas dan fungsi karu dan karom.
46
Kegiatan bimbingan manasik calon jama’ah haji dilaksanakan pada:
Hari : Kamis s/d Sabtu dan Selasa
Tanggal : 13 – 15 dan 18 Agustus 2015
Waktu : 08.00 s/d selesai
Tempat : Masjid Ki Buyut Lanky, Desa Sumber Tebu, Kecamatan Bangsal,
Kabupaten Mojokerto
Untuk Jadwal Pembinaan Manasik Calon Jama’ah Haji Kec. Bangsal
Kab. Mojokerto Tahun 1436 H/2015 M terlampir.
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Bimbingan Manasik Haji di KUA Kecamatan Bangsal Tahun
2015
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan
pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun
waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-
prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan
memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.
Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima yang menjadi dambaan
setiap muslim untuk melaksanakan kewajibannya, bagi yang telah memenuhi
persyaratan mampu atau istitho’ah, baik secara fisik, materi, terlebih lagi mampu
dalam pelaksanaan manasik haji.
Tujuan penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana yang tertuang dalam
Undang-Undang No. 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,
menyatakan bahwa; Penyelenggaraan Haji bertujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan
manajemen penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat
berjalan dengan aman, tertib, lancar, dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama
48
serta jama’ah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri sehingga
diperoleh haji mabrur.57
Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang tersebut berbagai usaha
telah dilakukan oleh KUA Kec. Bangsal dalam rangka peningkatan pelayanan
dibidang haji, yaitu pelayanan bimbingan manasik haji. Oleh karena itu dirasa
perlu bagi KUA Kec. Bangsal untuk memiliki strategi guna meningkatkan mutu
pelayanan bimbingan manasik haji yang telah menjadi bagian dari program kerja
KUA Kec. Bangsal itu sendiri.
Penyusunan strategi ditentukan oleh misi yang komprehensif dan tegas,
keberhati-hatian dalam menilai lingkungan eksternal, serta keterbukaan organisasi
dalam menyadari kekuatan dan kelemahannya. Semua itu berperan dalam
mengidentifikasi ancaman dan peluang di masa depan, serta membuat keputusan
strategik yang mampu meminimumkan ancaman dan meningkatkan peluang
organisasi yang bersangkutan. Misi yang komprehensif dan tegas akan
memberikan kejelasan mengenai ke mana organisasi berjalan untuk mencapai
tujuan-tujuannya di masa depan.
Sebelum menentukan strategi apa yang akan digunakan oleh KUA Kec.
Bangsal, KUA melakukan beberapa identifikasi perihal kekurangan dan
kelebihannya.
57
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementerian Agama RI, Modul
Pembelajaran Manasik Haji, 2010, h. 1
49
Ada beberapa unsur yang menjadi perhatian dari KUA dalam
melaksanakan bimbingan manasik haji ini, yaitu Man (manusia), Methode
(metode) serta materi bimbingan manasik haji itu sendiri.
Unsur yang pertama adalah Man (Manusia), Sumber Daya Manusia
memang menjadi unsur yang penting, karena SDM yang nanti akan melaksanakan
tugas sebagai panitia maupun pembimbing adalah penggerak utama dari proses
bimbingan manasik itu sendiri. Tanpa SDM yang memadahi tentunya suatu
organisasi tidak bisa bergerak secara maksimal dalam merealisasikan program-
programnya.
Dalam bimbingan manasik haji yang menjadi penggerak adalah panitia
pelaksana dan pembimbing manasik haji. Dalam hal ini KUA Kec. Bangsal telah
menyiapkan panitia dengan menempatkan pegawai KUA yang aktif serta
bertanggung jawab sebagai panitia pelaksana, sehingga dapat meminimalisir akan
terjadinya permasalahan teknis pada saat proses bimbingan haji berlangsung.
KUA telah menanamkan rasa tanggung jawab kepada seluruh pegawai
atas pekerjaannya masing-masing, baik dengan cara pemberian tugas dan lain-lain
sebagai motivasi. Hal ini diharapkan mampu menciptakan kedisiplinan, etos kerja,
serta meningkatkan produktivitas kerja yang profesional.58
Pembimbing manasik haji adalah orang yang bertanggung jawab untuk
memberikan bimbingan mengenai ritual ibadah haji dan seterusnya, serta
mengembangkan potensi calon jama’ah haji untuk dapat melaksanakan ibadah
58
Wawancara dengan pegawai TU KUA Kec. BangsalBeni Setiawan , tanggal 10 Agustus
2015 di Kantor Urusan Agama Mojokerto.
50
haji secara mandiri sesuai dengan tuntunan agama sehingga akan mendapatkan
haji yang mabrur. Oleh karena itu KUA Kec. Bangsal menyiapkan pembimbing-
pembimbing yang profesional di bidang pelaksanaan ibadah haji. Pembimbing
yang disiapkan oleh KUA terdiri dari pegawai Kementerian Agama Kabupaten
serta tokoh agama/kyai/ustadz karismatik yang mampu menciptakan ikatan
emosional dengan para peserta bimbingan manasik.
Dalam kegiatan bimbingan manasik haji pembimbing berusaha
menyampaikan materi-materi bimbingan, sehingga peserta bimbingan mampu
memperoleh pengetahuan, wawasan dan keterampilan untuk melaksanakan ibadah
haji.
Untuk metode yang digunakan dalam bimbingan manasik haji ini, KUA
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi manasik haji. Oleh
karena itu, pembimbing tidak hanya dituntut untuk memiliki wawasan tentang
ibadah haji, namun juga kesiapan mendidik serta memperagakan serangkaian
ritual ibadah kepada calon jama’ah haji.
Berikut adalah susunan panitia dan pembimbing manasik haji kelompok
KUA. Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto tahun 1436 H/2015 M:
1. Pengarah : Ahmad Rodi (Kepala Kantor
Kementerian Agama Kab.
Mojokerto)
2. Kepala Seksi PHU : Mukti Ali (Kepala Seksi PHU Kab.
Mojokerto)
51
3. Ketua Pelaksana : Drs. H. Mudjib
4. Anggota : Nur Atikah, SE
Hj. Dewi Hammamah M, S.Ag,
M.Pd.
Beni Setiawan
5. Tim Pembimbing : H. Abdul Kholiq, M. Pd.I
Drs. H. Mashudo
KH. MuzainiRo’is, M. Pd.I
Drs. Abd. Rokim
H. MuhithBadri, M. Hi
KH. MuzainiRo’is, M. Pd.I
Drs. H. Fayakun, M. Pd.I
Drs. H. Nur Fauzi
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses
penyampaian materi bimbingan. Setiap kali membimbing, pembimbing pasti
menggunakan metode. Metode yang digunakan itu tidak sembarangan, melainkan
sesuai dengan tujuan dari bimbingan.
Tujuan yang dirumuskan menghendaki penggunaan metode yang sesuai.
Untuk mencapai suatu tujuan tidak mesti menggunakan satu metode, tetapi bisa
juga menggunakan lebih dari satu metode. Pada bimbingan manasik yang
dilaksanakan KUA Kec. Bangsal menggunakan gabungan beberapa metode
52
pembelajaran, dengan begitu kekurangan metode yang satu dapat ditutupi oleh
kelebihan metode yang lainnya. Strategi metode bimbingan yang saling
melengkapi ini akan menghasilkan hasil bimbingan yang lebih baik daripada
penggunaan satu metode.
Metode yang diterapkan pada proses bimbingan manasik haji di KUA
Kec. Bangsal adalah metode ceramah, tanya jawab dan simulasi. Penggunaan
metode bimbingan yang bervariasi dapat menggairahkan minat belajar peserta
bimbingan.
Pada awalnya penyajian materi disampaikan dengan menggunakan metode
ceramah, penyampaian materi dilakukan pembimbing dengan sangat antusias dan
semangat, seperti yang dituturkan oleh KH. Muzaini Ro’is, M. Pd. I bahwa proses
penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA Kec. Bangsal berjalan cukup
lancar dan cukup baik. Para narasumber menyampaikan materinya dengan
semangat, begitu juga para peserta sangat antusias mengikuti bimbingan manasik
yang diselenggarakan.
53
Gambar 4.1 Penyampaian Materi dengan Menggunakan Metode Ceramah
Pembimbing menyampaikan materi dengan gaya bicara yang baik dalam
intonasi, nada dan kecepatan. Pembimbing dapat mendramatisir suatu peristiwa,
serta menunjukkan hal-hal yang dianggap penting. Tidak hanya itu, pembimbing
juga melakukan gerakan anggota badan/gestur dan penekanan kalimat pada aspek-
aspek tertentu yang penting untuk memfokuskan perhatian peserta bimbingan.
Pada suatu kondisi tertentu peserta bimbingan merasa bosan dengan
metode ceramah, disebabkan mereka harus dengan setia dan tenang
mendengarkan penjelasan yang disampaikan pembimbing. Dengan begitu
pemateri langsung mengubah metode bimbingannya dengan metode tanya jawab,
sehingga kebosanan itu dapat terobati dan berubah menjadi suasana bimbingan
yang jauh dari kelesuan.
Setelah ceramah kemudian diselingi dengan tanya jawab seperlunya untuk
mengetahui tingkat pemahaman calon haji terhadap apa yang baru saja
54
disampaikan oleh pembimbing, cara tersebut dapat dilakukan untuk mendapatkan
umpan balik dari calon haji. Dengan metode tersebut suasana bimbingan menjadi
lebih bersemangat. Para peserta mananyakan beberapa pertanyaan, baik mengenai
meteri bimbingan yang kurang dipahami oleh peserta, maupun hal lain yang
berubungan dengan pelaksanaan ibadah haji.
Dalam bimbingan manasik haji tidak semua materi bimbingan dapat
diserap oleh seluruh peserta bimbingan dengan metode ceramah dan tanya jawab,
sebagian dari mereka membutuhkan metode yang lebih dari itu. Dalam hal ini
KUA membutuhkan strategi bimbingan yang tepat. Metodelah sebagai salah satu
jawabannya.
Selain metode bimbingan yang digunakan adalah ceramah dan tanya
jawab, KUA juga menggunakan metode simulasi. Pada metode ini pembimbing
memperagakan secara detail bagimana pelaksanaan ibadah haji, mulai dari pada
saat perjalanan pergi ke Tanah Suci, ritual ibadah haji sampai pemulangan.Teknik
yang digunakan dalam metode ini yaitu pembimbing mendemonstrasikan
bagaimana cara berihrom, thawaf, sa’i, tahalul, miqot dan mabit yang kemudian
diperagakan secara bersama-sama beserta calon haji, sehingga calon haji dapat
memiliki gambaran bagaimana proses ibadah haji secara lebih nyata.
55
Gambar 4.2 Simulasi Manasik Ibadah Haji di KUA Kec. Bangsal
Penggunaan beberapa metode diatas dapat membantu peserta bimbingan
untuk memahami materi bimbingan yang telah diberikan. Umpan balik dari
peserta akan bangkit sejalan dengan metode bimbingan yang sesuai dengan
kondisi peserta. Jadi penggunaan metode yang bervariasi ini adalah strategi yang
sesuai dalam bimbingan manasik haji di KUA.
Dalam menentukan materi yang akan disampaikan, tentunya KUA Kec.
Bangsal mengacu pada materi-materi pokok yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Materi pembinaan bagi jama’ah haji dapat dikelompokkan dalam
enam bahasan pokok, yaitu:
1. Manasik haji
2. Bimbingan ibadah
3. Perjalanan
4. Pelayanan kesehatan
56
5. Pembinaan haji mabrur
6. Ukhuwah Islamiah, dan ibadah sosial.59
Disamping itu materi pembinaan yang dilakukan dapat dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan calon jama’ah haji Kec. Bangsal.
Adapun strategi yang digunakan KUA Kec. Bangsal untuk meningkatkan
pengetahuan calon jama’ah haji di Kecamatan Bangsal yaitu dengan meringkas
materi pokok menjadi sebuah kata yang mudah diingat seperti Ihtosakur yang
merupakan sebuah singkatan dari Ihram, Thawaf, Sa’i dan Cukur/Tahalul dan
Ihwamamuzmin Lontoi Sakur yaitu singkatan dari Iham, Wukuf di Arafah, Mabit
di Muzdalifah dan Mina, Lontar Jumrah, Thawaf Ifahah, Sa’i serta Cukur/Tahalul.
59
Achmad Nidjam, AlatiefHanan, Manajemen Haji, (Jakarta: Mediacita, 2006), h. 72
57
B. Upaya Mengefektifkan Bimbingan Haji dalam Rangka Peningkatan
Pengetahuan Calon Jama’ah Haji Terhadap Manasik Haji
Berkaitan dengan bimbingan terhadap calon jama’ah haji, peran instruktur
pembimbing dan pembimbing calon jama’ah haji sangatlah penting. Oleh karena
itu melalui pendidikan dan latihan, diharapkan instruktur dan pembimbing calon
jama’ah haji dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta
memiliki kompetensi agar berperan dalam proses pembelajaran bimbingan
terhadap calon haji.60
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran manasik haji yang
mungkin menjadi penghambat keberhasilan tujuan pembelajaran secara efektif
adalah latar belakang calon jama’ah haji yang beragam. Ada diantaranya yang
sulit untuk mengikuti proses bimbingan dengan menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik. Lebih dari itu sifat fanatisme calon haji tentang pelaksanaan haji
juga menjadi suatu hal yang mesti ditanggapi dengan bijak. Beberapa hal tersebut
diatas akan menjadi penghambat adanya kompetensi para pembimbing terutama
penguasaan metodologi pembelajaran yang kurang dimiliki.61
Oleh karenanya KUA Kec. Bangsal dalam penyampaian materi manasik
haji selalu menggunakan bahasa yang komunikatif yang sesuai dengan adat
kebiasaan calon jama’ah haji. Lebih dari itu materi-materi pokok bimbingan
dibuat semacam ringkasan mirip pepujian yang dulu dilakukan para wali penyebar
60
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementerian Agama RI, Modul
Pembelajaran Manasik Haji, 2010, h. 2 61
Wawancara dengan Pemateri Bimbingan Manasik Haji Tahun 2015 KH. Muzaini Ro’is,
M. Pd. I tanggal 15 Agustus 2015 di Masjid Ki Buyut Lanky Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
58
agama Islam di Indonesia. Misalnya materi umrah diringkas Ihtosakur yang
merupakan sebuah singkatan dari Ihram, Thawaf, Sa’i dan Cukur/Tahalul,. Hal ini
memudahkan calon jama’ah haji sehingga secara otomatis dapat menjelaskan:
1. Pengertian Umrah
2. Niat Umrah
3. Ihram
4. Thawaf
5. Sa’i
6. Cukur (Tahallul)62
Kemudian materi haji diringkas dengan kalimat Ihwamamuzmin Lontoi
Sakur yaitu singkatan dari Iham, Wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah dan
Mina, Lontar Jumrah, Thawaf Ifahah, Sa’i serta Cukur/Tahalul. Dimana calon
jama’ah haji secara otomatis dapat menjelaskan:
1. Makna Haji
2. Niat Haji
3. Ihram
4. Wukuf
5. Mabit di Muzdalifah
6. Mabit di Mina
7. Lontar Jumrah
8. ThawafIfadhah
62
Wawancara dengan Pemateri Bimbingan Manasik Haji Tahun 2015 Drs. H. Mashudo
tanggal 15 Agustus 2015 di Masjid Ki Buyut LankyKec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
59
9. Sa’i
10. Cukur (Tahallul)63
Pembelajaran dengan sistem pepujian menjelang shalatberjama’ah dan
wirid-wirid sebenarnya efisien serta mampu menunjukkan rasa beragama.64
Walau
sebenarnya, nyaris ditinggalkan dengan dalih tidak rasional, tidak efektif dan
efisien, dan bahkan dianggap bid’ah sehingga hal-hal yang tidak pernah dilakukan
oleh Nabi SAW, seperti pepujian, wirid-wirid, menurut gerakan pemikiran
modern dalam Islam dianggap menguras sebagian metode pendidikan rasa
beragama atau rasa iman, dan akhirnya agama hanya berjalan di badan dan di
otak, tetapi kurang berjalan di hati.65
Meskipun demikian dengan menggunakan metode tersebut, merupakan
upaya yang cukup efektif dalam rangka memudahkan calon jama’ah haji untuk
menambah pengetahuan tentang manasik haji, karena dengan metode tersebut
calon jama’ah haji dapat dengan mudah mengingat materi yang disampaikan oleh
narasumber, hal ini terbukti dari calon jama’ah haji yang langsung dengan mudah
mengikuti dan menghafal pepujian-pepujianyang dilantunkan oleh pemateri.
Dengan begitu diharapkan jama’ah haji mampu melaksanakan ritual ibadah haji
dengan nyaman dan tertib sesuai dengan tuntunan agama secara mandiri.
63
Ibid. 64
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Putaka Pelajar,
2004), cet ke II, h. 298 65
Ibid. h. 298
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah meneliti, membahas dan menguraikan tentang Strategi Bimbingan
Manasik Haji di Kantor Urusan Agama Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto
Jawa Timur, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan strategi dalam pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA
Kec. Bangsal Kab. Mojokerto adalah dengan menggunakan beberapa
metode yang bervariasi sehingga menarik minat belajar calon haji
dalam memahami materi yang disampaikan. Selain itu kemampuan
para pembimbing yang telah disiapkan oleh KUA telah mampu
membangkitkan girah calon haji, hal ini dapat terlihat dari antusias
para calon haji yang turut aktif pada saat bimbingan manasik haji
berlangsung.
2. Upaya yang diterapkan dalam proses bimbingan manasik haji di KUA
Kec. Bangsal adalah pada penyampaian materi narasumber
menggunakan bahasa yang komunikatif sesuai dengan adat kebiasaan
calon jamaah haji dan materi-materi pokok bimbingan dibuat semacam
ringkasan mirip pepujian. Dengan hal ini jama’ah calon haji mampu
memahami materi bimbingan dengan mudah.
61
B. Saran
1. Perlunya penambahan jumlah sumber daya manusia atau pegawai,
karena sumber daya manusia sebagai salah satu faktor yang penting
dalam suatu organisasi. Sumber daya manusia seharusnya dapat
dikelola dan dipersiapkan dengan baik, karena bagaimanapun juga
sumber daya manusia merupakan aktor utama dalam menggerakkan
suatu organisasi.
2. Melengkapi sarana dan prasarana serta pemeliharaan aset khususnya
dalam bidang bimbingan manasik haji di KUA, agar KUA dapat
melaksanakan program bimbingan manasik haji secara lebih
profesional, serta mampu mengembangkan aset untuk dimanfaatkan
demi kemaslahatan umat.
3. Menurut penulis, masih perlu adanya evaluasi pada setiap kegiatan
bimbingan manasik yang di laksanakan oleh KUA, agar dapat
memperbaiki dan melengkapi kekurangan yang ada. Sehingga KUA
mampu memberikan pelayanan bimbingan manasik yang lebih baik
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
Arifin, M. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta:
PT. Golden Terayon Press, 1998.
________ Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama,
Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhalindo, 2002.
Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Desain Pola Bimbingan Calon Jama’ah haji. Jakarta 2007.
Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementerian Agama RI.
Modul Pembelajaran Manasik Haji. 2010
Faqih, AinurRahmi. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta, UII
Press, 2001.
Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sambutan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. Said
Agil Husin Al-Munawar, MA. Sejarah Mekah. (Tanpa Tempat, Tanpa
Penerbit,Tanpa Tahun)
Hadi, Sutrisno. Metode Research III. Yogjakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM, 1984.
Hasan, Latif dan Ahmad, Nidjam. Manajemen Haji. Jakarta, Zikrul Hakim, 2003.
Hubeis, Musa dan Najib, Mukhamad. Manajemen Strategik dalam
Pengembangan Daya Saing Organisasi, Jakarta: PT Alex Media
Komputindo, 2014.
Kaye, Michael Allison Jude. Perencanaan Strategis: Bagi Organisasi Nirlaba.
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2005.
Laporan Pertanggung Jawaban Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji
Kelompok KUA Kec. Bangsal Tahun 1435 H/2015 M.
Latuheru, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini,
(Jakarta: depdikbud, 1998).
Lutfi, M. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta, 2008.
Matondang. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009.
Morrisey, George L. Pedoman Pemikiran Strategis: Membangun Landasan
Perncanaan Anda. Jakarta, Prenhallindo, 1997.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. (tempat, penerbit, tahun
belum ada)
Musnawar, Thohari. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:
UII Press, 1992).
Nidjam, Achmad dan Hanan, Alatief. Manajemen Haji. Jakarta: Mediacita, 2006.
Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jama’ah Haji, (Pusat Kesehatan Haji
Kementerian Kesehatan RI: 2010), h. 9
Prayitno dan Amti, Erman. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta, PT.
Rineka Cipta, 2008.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta, Balai Pustaka, 1998.
Putuheba, M. Shaleh. Histografi Haji Indonesia. Yogyakarta: PT. LKis Pelangi
Aksara Yogyakarta, 2007.
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung, Refika Aditama, 2007.
Steiner, George A. dan Miner, John B. Kebijakan dan Strategi Manajemen.
Jakarta: Erlangga, 1997.
Sukardi, Dewa Ketut. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta, PT. Rineka
Cipta, 1995.
Sumarsan, Thomas. Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan
Pengukuran Kinerja. Jakarta, indeks, 2013.
Sumuran, Harahap. Kamus Istilah Haji dan Umrah. Jakarta, Mitra Abadi Press,
2008.
Syaltut, Mahmud. Islam: Aqidah Kwa saf-Syari’ah. Tt.p: Dar la-Qalam, 1996.
Usman, Husaini dan Setiady, Purnomo Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
Wahyudi, Agustinus Sri. Manajemen Strategik: Penganter Proses Belajar
Strategik. Medio, Binarupa Aksara, 1996.
Zuhdi, M. Najmuddin dan Arifin, M. Lukman. 125 Masalah Haji. Solo, PT. Tiga
Serangkai, 2008.
Sumber dari internet:
http://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?option=com_content&view=article&i
d=505:manajemen-pembinaan-haji-di-kantor-urusan-agama-kua-
kecamatan&catid=41:top-headlines
http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/15/01/15/ni7qph-
manasik-haji-akan-dilakukan-kua
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Drs H. Mudjib
Jabatan : Kepala KUA Kec. Bangsal
Waktu : 10 Agustus 2015
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : KUA Kec. Bangsal
1. Apa yang menjadi latarbelakang diselenggarakannya manasik haji di
KUA Kec. Bangsal?
Ibadah haji merupakan ibadah yang membutuhkan persiapan, baik
secara jasmani maupun rohani. Kerena dalam ibadah haji terdiri dari
beberapa rangkaian ritual ibadah, yang tempat dan waktunya ditentukan
oleh Allah SWT.
Pada waktu dan tempat yang sama, seluruh umat Islam yang
menunaikan ibadah haji berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan
serangkaian ibadah haji. Kita bisa bayangkan bagaimana kondisi disana
saat itu. Oleh karena itu dirasa sangat penting bagi calon jama’ah haji
untuk mengetahui hal-hal tersebut.
Lebih dari itu, mayoritas masyarakat kurang memahami bagaimana
tatacara ibadah haji, mulai dari Ihrom, Thawaf, Sa’i, Tahallul, Miqot, dan
Mabit. Hal ini karena setiap calon jama’ah haji belum tentu pernah
melakukan ibadah haji. Oleh karena itu sangat perlu untuk
diselenggarakan manasik ibadah haji baik ditingkat Kabupaten maupun
Kecamatan, untuk menambah wawasan dan memberikan edukasi kepada
masyarakat tentang tatacara ibadah haji. Dan bagi yang sudah pernah
melaksanaakan ibadah haji, tentunya hal ini akan mengingatkan kembali
dan dapat menjadi acuan untuk lebih menyempurnakan ibadah haji yang
telah dilaksanakannya.
2. Apa tujuan diselenggarakannya manasik haji ini?
Tujuan diselenggarakannya manasik haji ini adalah untuk
menambah wawasan kepada para calon jama’ah haji sehingga mereka
mengetahui tata cara melaksanakan ibadah haji, serta diharapkan mampu
melaksanakan ibadah haji dengan baik secara mandiri dan mendapatkan
haji yang mabrur.
3. Apa dasar hukum pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA Kec.
Bangsal?
Berikut adalah dasar hukum pelaksanaan bimbingan manasik haji
di KUA:
1. Undang-Undang No.13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji.
2. Peraturan pemerintah No.79 tahun 2012 tantang Bimbingan
Jama’ah Haji.
3. Peraturan Menteri Agama No.14 tahun 2012 tentang Bimbingan
Jama’ah Haji.
4. Surat Dirjen PHU No. Dt.VII.I/1Hj.01/1470/2013 tangaal 20 Mei
tentang Tata Pelaksanaan Bimbingan Jama’ah Haji.
5. Surat Dirjen PHU tentang pengangkatan pejabat pengelola biaya
penyelenggaraan ibadah haji, pejabat pengadaan barang/jasa, dan
pejabat penerima hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa pada
direktorat jenderal penyelenggaraan haji dan umroh.
6. Surat kanwil tentang pedoman pelaksanaan anggaran operasional
haji pada satker kap/kota dan surat tentang pencairan biaya
manasik haji kap/kota, biaya manasik haji KUA dan Operasional
KUA.
7. Surat kementrian agama kabupaten tentang pengesahan panitia dan
pembimbing manasik haji kelompok kecamatan bangsal tahun
serta instruksi penyelenggaraan program bimbingan kelompok
manasik haji.
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Beni Setiawan
Jabatan : Pegawai Tata Usaha KUA Kec. Bangsal
Waktu : 10 Agustus 2015
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : KUA Kec. Bangsal
1. Bagaimana persiapan yang dilakukan oleh KUA Kec. Bangsal untuk
menyelenggarakan manasik haji ini?
Pertama-tama yang kami persiapkan adalah pembentukan panitia.
Karena tanpa ada panitia maka kegiatan tersebut tidak akan mungkin
terjadi. Kami menanamkan rasa tanggung jawab kepada masing-masing
pegawai, baik dengan cara pemberian tugas, dan lain sebagainya sebagai
motovasi mereka bekerja. Dengan begitu para pegawai akan memiliki rasa
tanggung jawab pada pekerjaannya masing-masing dan bekerja secara
optimal.
Kemudian setelah itu adalah konsep acara manasik haji yang akan
dilaksanakan. Setelah itu tentunya banyak hal-hal teknis yang perlu
dipersiapkan mengingat masih banyak kekurangan-kekurangan yang
terdapat di KUA Kec. Bangsal.
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung terlaksananya manasik haji
di KUA Kec. Bangsal?
Faktor pendukungnya adalah kami memiliki pegawai yang aktif
dan kreatif, jadi kegiatan di KUA dapat terlaksana dengan baik, termasuk
bimbingan manasik haji ini. Khusus untuk kegiatan bimbingan manasik
ini, karena di KUA belum tersedia aula yang memadahi untuk
melaksanakan bimbingan manasik, maka kami memilih Masjid Ki Buyut
Lanky sebagai tempat bimbingan manasik haji diselenggarakan.
Kemudian selain itu, para pemateri yang sudah berpengalaman
juga menjadi faktor yang sangat penting bagi berlangsungnya proses
manasik ibadah haji. Dengan adanya pemateri ini sangat membantu KUA
Kec. Bangsal.
3. Apa saja yang menjadi faktor penghambat terlaksanya manasik haji
di KUA Kec. Bangsal?
Faktor penghambat pelaksanaan bimbingan manasik haji di KUA
Kec. Bangsal ini adalah belum tersedianya aula di KUA Kec. Bangsal,
jumlah SDM yang sedikit dan pengetahuan calon jama’ah haji yang
kurang mengenai manasik haji. Kemudian selain itu halaman depan KUA
Kecamatan Bangsal hanya dapat menampung parkir 4 mobil dan di
halaman belakang 1 mobil. Parkir roda 2 kendaraan tamu di halaman
depan sedangkan kendaraan pegawai berada di belakang gedung melewati
halaman samping. Seluruh halaman ditutup dengan paving blok dan
dikelilingi pagar dengan satu gerbang pintu masuk. Oleh karena itu kami
memutuskan untuk memilih Masjid Ki Buyut Lanky sebagai tempat
dilaksanakannya bimbingan manasik haji.
4. Bagaimana upaya KUA Kec. Bangsal untuk menghadapi hambatan
yang ada?
Kami terus berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan-
permasalah yang ada, termasuk permasalahan-permasalahan pada
pelaksanaan manasik haji ini. Yang pertama soal tempat pelaksanaan
manasik haji, kami meminjam masjid yang terletak tidak jauh dari KUA,
yaitu Masji Ki Buyut Lanki. Masjid ini mempunyai bangunan yang cukup
luas, dan halaman masji yang cukup lebar, sehingga mampu menampung
parkir kedaraan calon jama’ah haji yang akan mengikuti masnasik haji.
Kemudian yang kedua soal SDM, kami menggunakan sistem
rolling, sehingga tidak terjadi kekosangan baik di KUA maupun di lokasi
pelaksanaan bimbingan manasik ibadah haji. Kami juga mengundang
narasumber dari luar KUA Bangsal untuk mengisi materi manasik haji ini,
yang tentunya para narasumber tersebut memiliki kompetensi dibidang
manasik haji.
5. Bagaimana proses strategi yang diterapkan oleh KUA Kec. Bangsal
pada pelaksanaan bimbingan manasik haji di tahun 2015 ini?
Sebagai langkah awal strategi yang diterapkan adalah menanamkan
rasa tanggung jawab kepada seluruh pegawai atas pekerjaannya masing-
masing, baik dengan cara pemberian tugas dan lain-lain sebagai motivasi.
Hal ini diharapkan mampu menciptakan kedisiplinan, etos kerja, serta
meningkatkan produktivitas kerja yang profesional.
Kenyamanan dan keamanan calon jama’ah haji juga tidak luput
dari perhatian KUA Kec. Bangsal. Penyajian konsumsi menjadi salah satu
pendukung setelah tempat pelaksanaan bimbingan diselenggarakan.
HASIL TRNSKRIP WAWANCARA
Narasumber : KH. Muzaini Ro’is, M. Pd. I
Jabatan : Pemateri Bimbingan Manasik Haji Tahun 2015 KUA Kec.
Bangsal
Waktu : 15 Agustus 2015
Pukul : 13.20 WIB
Tempat : Masjid Ki Buyut Lanky Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
1. Bagaimana proses penyelenggaraan manasik ibadah haji di KUA Kec.
Bangsal?
Proses penyelenggaraan bimbingan manasik haji di KUA ini
Alhamdulillah berjalan lancar dan cukup baik. Para narasumber
menyampaikan materinya dengan semangat, begitu juga para peserta
bimbingan sangat antusias mengikuti bimbingan manasik yang
diselenggarakan.
2. Apa yang menjadi faktor penghambat keberhasilan proses
penyampaian materi manasik haji kepada peserta manasik?
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran manasik haji
yang mungkin menjadi penghambat keberhasilan tujuan pembelajaran
secara efektif adalah latar belakang calon jama’ah haji yang beragam. Ada
diantaranya yang sulit untuk mengikuti proses bimbingan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Lebih dari itu sifat fanatisme
calon haji tentang pelaksanaan haji yang menjadi tolak ukur kepuasan
calon haji ini juga menjadi suatu hal yang mesti ditanggapi dengan bijak.
Beberapa hal tersebut diatas akan menjadi penghambat adanya kompetensi
para pembimbing terutama penguasaan metodologi pembelajaran yang
kurang dimiliki.1
1 Wawancara dengan Pemateri Bimbingan Manasik Haji Tahun 2015 KH. Muzaini Ro’is,
M. Pd. I tanggal 15 Agustus 2015 di Kantor Urusan Agama Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan diselenggarakannya
bimbingan manasik ini kami fokus kepada penyajian materi, sehingga
materi yang disampaikan pada proses penyelenggaraan bimbingan
manasik ini dapat dengan mudah dipahami oleh calon jama’ah haji.
3. Bagaimana respon jama’ah terhadap penyelenggaraan manasik
ibadah haji di KUA Kec. Bangsal?
Sejauh ini respon jama’ah terhadap bimbingan manasik haji yang
diselenggarakan di KUA Kec. Bangsal cukup baik. Ini terlihat dari
kehadiran peserta bimbingan yang mencapai kurang lebih 75% dari total
keseluruhan peserta bimbingan manasik di KUA Kec. Bangsal. Meskipun
waktu bimbingan di KUA bentrok dengan bimbingan yang
diselenggarakan oleh KBIH, Para peserta masih tetap semangat untuk
membagi waktu dan hadir pada acara bimbingan manasik di KUA.
Kemudian respon baik juga terlihat dari antusiasme peserta pada
saat mengikuti bimbingan manasik. Mereka memperhatikan dengan
seksama apa yang disampaikan oleh narasumber, dan mereka tidak segan
untuk bertanya kepada narasumber ketika ada yang kurang dimengerti.
4. Bagaimana pengawasan dan evaluasi yang dilakukan dalam
mengontrol kegiatan manasik ibadah haji di KUA Kec. Bangsal?
Sebagai ketua pelaksana saya selalu mengawasi berjalannya acara
bimbingan manasik yang sedang berlangsung. Hal ini saya lakukan selama
tidak ada urusan lain yang mengharuskan saya untuk meninggalkan proses
bimbingan manasik.
Untuk evaluasi kami laksanakan seusai acara berlangsung, sambil
ngobrol-ngobrol santai kami mengevaluasi apa saja yang kurang sesuai
dan perlu diperbaiki untuk kedepannya.
5. Menurut Bapak manasik ibadah haji yang diselenggarakan oleh KUA
Kec. Bangsal sudah berhasil?
Alhamdulillah sejauh ini kami rasa sudah cukup berhasil, kami
telah memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada para peserta
bimbingan manasik haji. Mereka adalah calon tamu Allah SWT, jadi
sudah kewajiban kita untuk melayani mereka dengan sebaik mungkin.
HASIL TRNSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Drs. H. Mashudo
Jabatan : Pemateri Bimbingan Manasik Haji Tahun 2015 KUA Kec.
Bangsal
Waktu : 15 Agustus 2015
Pukul : 13.20 WIB
Tempat : Masjid Ki Buyut Lanky Kec. Bangsal, Kab. Mojokerto.
1. Bagaimana strategi KUA Kec. Bangsal dalam melaksanakan manasik
haji?
Berangkat dari tujuan diselenggarakannya bimbingan manasik haji
ini, kami berusaha untuk memaksimalkan proses bimbingan manasik pada
materi bimbignan mansik haji. Karena malihat pengetahuan calon jama’ah
haji yang belum maksimal tentang tatacara manasik haji ini.
Strategi yang biasa digunakan adalah dengan meringkas step-step
ibadah haji menjadi sebuah kata-kata yang unik yang mudah diingat oleh
peserta bimbingan manasik. Dengan demikian jama’ah haji tidak perlu
bingung apa yang harus dikerjakan pada saat melaksanakan ibadah haji,
karena setidaknya mereka sudah tahu urutan dan ritual apa saja yang
dilakukan pada saat haji berlangsung.
Dan seperti yang dijelaskan tadi, bahwa memang ada beberapa
orang dari peserta manasik ini belum terbiasa menggunakan bahasa
indonesia dengan baik, oleh karenanya KUA Kec. Bangsal dalam
penyampaian materi manasik haji selalu menggunakan bahasa yang
komunikatif yang sesuai dengan adat kebiasaan calon jama’ah haji. Lebih
dari itu materi-materi pokok bimbingan dibuat semacam ringkasan mirip
pepujian yang dulu dilakukan para wali penyebar agama Islam di
Indonesia. Misalnya materi umrah diringkas Ihtosakur, yang memudahkan
calon jama’ah haji sehingga secara otomatis dapat menjelaskan :
1. Pengertian Umrah
2. Niat Umrah
3. Ihram
4. Thawaf
5. Sa’i
6. Cukur (Tahallul)
Kemudian materi haji diringkas dengan kalimat Ihwamamuzmin
Lontoi Sakur, Diana calon jama’ah haji secara otomatis dapat menjelaskan
:
1. Makna Haji
2. Niat Haji
3. Ihram
4. Wukuf
5. Mabit di Muzdalifah
6. Mabit di Mina
7. Lontar Jumrah
8. Thawaf Ifadhah
9. Sa’i
10. Cukur (Tahallul)
2. Bagaimana penerpan strategi pada proses penyelenggaraan manasik
ibadah haji?
Strategi yang kami terapkan dengan membuat ringkasan-ringkasan
tersebut bejalan cukup efektif, hal ini dapat kita lihat dari antusiasme
peserta bimbingan manasik. Cukup banyak peserta yang bertanya kepada
narasumber. Hal ini menjadi salah satu ukuran kesuksesan bimbingan
manasik yang diselenggarakan oleh KUA Kec. Bangsal.
3. Apakah strategi yang digunakan relevan dengan permasalahan yang
ada?
Ya, Alhamdulillah. Semua lancar terkendali. Beberapa
permasalahan yang ada, dapat teratasi dengan cukup baik.
PEMBUKAAN BIMBINGAN MANASIK HAJI KUA KEC. BANGSAL
TAHUN 1436 H/2015 M
PENYAMPAIAN MATERI BIMBIGAN MANASIK DI KUA KEC. BANGSAL
OLEH PERWAKILAN DARI TOKOH MASYARAKAT
PENYAMPAIAN MATERI OLEH NARASUMBER
H. ABDUL KHOLIQ, M.Pd.I
ARAHAN DAN BIMBINGAN DARI KEPALA KEMENTERIAN AGAMA
KAB. MOJOKERTO KEPADA PESERTA BIMBINGAN MANASIK HAJI
KUA KEC. BANGSAL
ARAHAN DAN BIMBINGAN DARI KEPALA SEKSI HAJI DAN UMROH
KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN MOJOKERTO KEPADA
PESERTA BIMBINGAN MANASIK HAJI KUA KEC. BANGSAL
SIMULASI MEMAKAI KAIN IHROM OLEH NARASUMBER
KH. MUZAINI RO’IS, M.Pd.I
SIMULASI THAWAF OLEH NARASUMBER KH. MUZAINI RO’IS, M.Pd.I
SIMULASI MIQOT, MABIT DAN WUQUF OLEH NARASUMBER
KH. MUZAINI RO’IS, M.Pd.I
PENUTUPAN ACARA BIMBINGAN MANASIK HAJI KUA KEC. BANGSAL
TAHUN 1436 H/2015 M
top related