sosiologi dakwah masyarakat terpencil (studi naratif …
Post on 01-Dec-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
SOSIOLOGI DAKWAH MASYARAKAT TERPENCIL
(STUDI NARATIF DAI MUHAMMADIYAH DI DESA PATUKKU
KABUPATEN BONE)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Musfira
105381109416
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
OKTOBER, 2020
ii
iii
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar Fax (0411) 860 132 Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info
SURAT PERYATAAN
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama : Musfira
Stambuk : 105381109416
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
DenganJudul : Sosiologi Dakwah Masyarakat Terpenci (Studi Naratf Dai
Muhammadiyah Di Desa Pattuku Kabupaten Bone)
Dengan menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji
adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh
siapapun. Demikian peryataan ini saya buat da saya bersedia menerima sanksi apabila
pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Oktober 2020
Yang Menbuat Peryataan
Musfira
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar Fax (0411) 860 132 Makassar 90221 www.fkip-unismuh-info
SURAT PERJANJIAN
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama : Musfira
Stambuk : 105381109416
Jurusan : Pendidikan Sosiologi
Fakultas : Keguruandan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1.2 dan 3 saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat Perjanjian
Musfira
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Tidak ada tantangan tidak ada perubahan
Musfira
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku, keluargaku, dan sahabat yang telah memberiku semangat,
motivasi serta doa dan keikhlasannya dalam mendukung penulisan mewujudkan
harapan menjadi kenyataan.
vii
ABSTRAK
Musfira, 2020. Sosiologi Dakwah Masyarakat Terpencil (Studi Naratif Dai
Muhammadiyah Di Desa Patukku Kabupaten Bone). Skripsi. Dibimbimg oleh
Kaharuddin dan Hadi Saputra.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang sosial Ustaz
Bangga sehingga terlibat dalam menyosialisasikan ajaran Islam sesuai paham
Muhammadiyah di Desa Patukku, untuk mengetahui bentuk tindakan sosial yang
dilakukan Ustaz Bangga dalam menyosialisasikan ajaran-ajaran Islam sesuai paham
Muhammadiyah dan untuk mengetahui bentuk perubahan sosial akibat sosialisasi
ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ustaz Bangga.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan studi
naratif, dengan melalui dua metode pengumpulan data ialah pertama secara primer
yaitu melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Kedua secara sekunder ialah
kajian pustaka melalui buku, jurnal, skripsi, laporan tahunan dan situs internet yang
terkait dengan judul penelitian. Yang menggunakan teori pardigma definisi sosial,
tindakan sosial, dan perubahan sosial sebagai pisau analisis mendapatkat data yang
akurat.
Hasil dari penelitian ini bahwa dakwah yang dibawakan oleh Ustaz Bangga
dengan paham Muhammadiyah berdampak positif bagi masyarakat Pattuku yang
masyarakatnya masih banyak melakukan perbuatan menyimpan yang tidak sesuai
ajaran Islam bahkan melakukan musyrik. Selain itu dengan kehadiran Ustaz Bangga
sangat berdampak juga terhadap pendidikan warga desa Pattuku.
Kata kunci : Muhammadiyah, Dakwah, Perubahan Sosial
viii
ABSTRACT
Musfira, 2020. Sociology of Remote Community Da'wah (Narrative Study
of Dai Muhammadiyah in Patukku Village, Bone Regency). Essay. Guided by
Kaharuddin and Hadi Saputra.
The purpose of this study was to determine the social background of Ustaz
Bangga so that he was involved in socializing Islamic teachings according to
Muhammadiyah understanding in Patukku Village, to find out the forms of social
action taken by Ustaz Bangga in socializing Islamic teachings according to
Muhammadiyah understanding and to determine the form of social change due to
socialization. Islamic teachings according to the Muhammadiyah understanding
conveyed by Ustaz Bangga.
This research uses qualitative research and a narrative study approach,
through two data collection methods, the first is primary, namely through
observation, interviews, documentation. The second secondary is literature review
through books, journals, theses, annual reports and internet sites related to the
research title. Those who use the paradigm theory of social definitions, social action,
and social change as analysis tools get accurate data.
The result of this research shows that the preaching delivered by Ustaz
Bangga with Muhammadiyah understanding has a positive impact on the Pattuku
people, whose people still do many acts of storing that are not in accordance with
Islamic teachings and even do musyrik. In addition, the presence of Ustaz Bangga
had a very significant impact on the education of the Pattuku villagers.
Kata kunci : Muhammadiyah, Dakwah, Perubahan Sosial
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah, SWT atas berkat
rahmat dan taufiq-Nya sehingga proposal ini dapat disusun dan diselesaikan sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Salam dan shalawat semoga tetap tercurahkan
kepada hamba dan kekasihnya Rasulullah Muhammad SAW, keluarga beliau, para
sahabat dan seluruh umatnya yang tetap istiqomah di atas ajaran Islam.
Sebagai peneliti pemula, penulis sangat menyadari keterbatasannya, bahwa
masih terdapat kekurangan-kekurangan disana sini dalam proposal ini. Untuk saran
dan kritikan dari pembaca senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan proposal
ini selanjutnya.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse,
M.Ag
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.,
Ph.D. serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Drs. H. Nurdin, M.Pd. dan Sekretaris
Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph.D,
beserta seluruh stafnya.
x
4. Bapak Kaharuddin, S.Pd., M.Pd,. Ph.D. Sebagai pembimbing I (satu) dan Bapak
Hadisaputra, S.Pd,.M.Pd. Selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan
waktunyauntuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi FKIP UNISMUH Makassar
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan dan jasa-
jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis.
6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan
rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang tercinta, Ayahanda
Mustawaf dan Ibunda A. Hasfiah serta kakek dan nenek penulis yang dengan segala
pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu,
nasihat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan moril yang paling
efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.
7. Keluarga besar DR. Muhammad Syukur, M.Si yang memberikan bantuan dan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Keluarga besar Hj. Fatmawati yang memberikan bantuan dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar A. Siji Ibrahim yang memberikan bantuan dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar A. Erniati yang memberikan bantuan dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga besar Drs. Bangga yang memberikan bantuan dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
xi
12. Para sahabatku Hasni, Aidah, Wde, dan Salma yang memberikan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini dan kawan-kawanku Mahasiswa program studi pendidikan
sosiologi khususnya kawan-kawan seperjuangan Kelas C yang selalu memberikan
support kepada penulis.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun tetap tak
mengurangi rasa terima kasih penulis kepada mereka.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya
Makassar, Oktober 2020
Musfira
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN............................................................................................ iii
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... v
ABSTRAK BAHASA INDONESIA .......................................................................... vi
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ............................................................................... vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
xiii
C. Tujuan ............................................................................................................. 5
D. Manfaat ........................................................................................................... 6
E. Definisi Operasional........................................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................... 9
A. Tinjauan Konsep ............................................................................................. 9
1. Sosiologi Dakwah ..................................................................................... 9
2. Dakwah di Daerah Terpencil ................................................................... 10
3. Muhammadiyah........................................................................................ 12
4. Dakwah Kultur ......................................................................................... 13
B. Tinjaun Teori .................................................................................................. 15
C. Kerangka Pikir ............................................................................................... 20
D. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................................. 22
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 25
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................................... 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 25
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................... 27
D. Informan Peneltian ......................................................................................... 27
E. Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 28
F. Instrumen Penelitian....................................................................................... 28
G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 29
xiv
H. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 29
I. Teknik Keabsahan Data ................................................................................. 32
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN .................. 34
A. Sejarah Desa Pattuku....................................................................................... 34
B. Kondisi Umum Desa Pattuku .......................................................................... 35
C. Sejarah Muhammdiyah di Sulawesi Selatan ................................................... 37
D. Perkembangan Muhammadiyah di Bone ........................................................ 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................. 40
A. Hasil Penelitian ............................................................................................... 40
1. Latar belakang Ustaz Bangga................................................................... 40
2. Bentuk tindakan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga dalam
menyosialisasikan ajaran-ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah…49
3. Bentuk perubahan sosial akibat sosialisasi ajaran Islam sesuai paham
Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ustaz Bangga ........................... 51
B. Pembahasan ..................................................................................................... 53
1. Latar belakang Ustaz Bangga................................................................... 53
2. Bentuk tindakan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga dalam
menyosialisasikan ajaran-ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah…56
3. Bentuk perubahan sosial akibat sosialisasi ajaran Islam sesuai paham
Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ustaz Bangga ........................... 58
xv
BAB VI KESIAMPULAN DAN SARAN ................................................................. 62
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 62
B. Saran ................................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 64
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
xvi
DAFTAR TABEL halaman
Tabel 3.1 Lokasi Penelitian……………………………………………26
Tabel 3.2 waktu penelitian ..................................................................... 26
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk ................................................................... 35
xvii
DAFTAR GAMBAR halaman
Gambar 2.1 Kerangka pikir ......................................................................................... 21
Gambar 3.3 Langkah-langkah Analisis Data ................................................................. 31
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses Islamisasi terhitung lama karena dimulai pada abad 7 hingga 13
masehi. Salah buktinya yaitu adanya Kerajaan Islam yang berdiri pada masa itu, salah
satunya berada pulau Sulawesi pada abad 17 masehi. Islam masuk Kerajaan Gowa
pada abad 17 masehi dan dijadikan sebagai agama resmi kerajaan. Maka dakwah
Islam mulai berkembang sampai Kerajaan Bone, yang dibawa oleh Sultan Alauddin.
Meskipun pada awalnya pihak kerajaan menolak ajakan tersebut namun pada
akhirnya Islam masuk pada masa pemerintahan La Tenriruwa (1611 M) yang pada
saat itu menjadi Raja Bone XI dan hanya menjabat kurang lebih tiga bulan lamanya
(Kadril, 2018:142-143).
Penyebaran Islam pada masyarakat terbagi dalam stratifikasi sosial, yakni ada
kelas bawah, menengah dan kelas atas. Selain stratifikasi sosial, interaksi sosial
sangat dibutuhkan dalam melakukan dakwah pada masyarakat (sosiologi dakwah).
Interaksi sosial dalam aktivitas dakwah Islam dibutuhkan karena kelas sosial ini
menjadi hal yang sangat penting, semuanya hendaklah menjadi orientasi dakwah,
sasaran dakwah Islam tidak mengenal kasta sosial. Islam adalah agama yang
ditetapkan bagi semesta alam.
Objek dakwah adalah siapa saja yang menjadi tujuan dakwah Islam, baik yang
sudah beragama Islam atau pun kalangan masyarakat yang belum tersentuh dengan
ajaran Islam, tanpa memandang latar belakang sosial, etnis maupun ras tertentu.
2
Sejalan dengan dinamika kehidupan modern, dalam tinjauan sosiologi, stratifikasi
sosial suatu keniscayaan. Sehingga muncul kelas-kelas sosial atau komunitas tertentu
yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.
Dakwah yang dilakukan pada komunitas tersebut diperlukan strategi dan
pendekatan khusus, sehingga dakwah Islam dapat masuk dan diterima dengan baik.
Muhammadiyah memiliki perhatian yang besar untuk memberdayakan umat Islam
dalam kehidupan dengan menggunakan spiritualitas Islam yaitu melalui gerakan
Islamis yang organis, institusional, dan sistematis (Maria, 2012:56-57).
Dalam Muhammadiyah memiliki komitmen untuk melakukan gerakan
pencerahan sebagai dari gerakan pembaruan yang dilakukan pada abad pertama.
Gerakan pencerahan merupakan suatu gerakan yang aktual yang bersifat
transformatif, yaitu strategi perubahan dinamis yang menekankan pada proses
gerakan yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan
masyarakat. Gerakan pencerahan harus diwujudkan dalam seluruh bidang usaha
Muhammadiyah, sehingga tidak terhenti dalam tataran pemikiran dan teori semata,
tetapi membumi menjadi gerakan praksis bagi kehidupan umat, bangsa dan
kemanusiaan secara universal (Abror, 2012:54).
Upaya pengembangan dan penguatan dakwah ini perlu dijaga dan
ditingkatkan, terutama dakwah pencerahan bagi masyarakat kelas bawah yang
berdomisili pada daerah terpencil, terluar dan terdalam. Apalagi saat ini, tantangan
dan persoalan dakwah yang dihadapi semakin kompleks, Muhammadiyah tentu
3
memerlukan strategi dan model dakwah yang lebih menarik dan khusus, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang menjadi objek dakwah.
Muhammadiyah didirikan atas dasar gagasan pemikiran dari Kiai Haji Ahmad
Dahlan pada tahun 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah adalah organisasi Islam
dengan berdasarkan purifikasi dan langsung merujuk Al Quran dan As Sunnah serta
merefleksikan dakwah AMAR Makruf Nahi Munkar. Organisasi ini lambat laun
mampu menyebarkan pengaruhnya kepada umat muslim selain Yogyakarta, salah
satunya Sulawesi.
Sulawesi merupakan salah satu daerah yang mendapat pengaruh dari
Muhammadiyah terbukti dengan berdirinya Muhammadiyah Cabang Makassar pada
tahun 1926 sebagai cabang Muhammadiyah pertama selain pulau jawa dan Sumatra
(Darmawijaya, 2014:467). Kehadiran Muhammadiyah di Makassar dimulai dari
kedatangan Mansyur Al-Yamani pada tahun 1924, yang dikenal sebagai seorang
pedagang batik dari Surabaya, yang membuka toko di Pasar Straat (sekarang jalan
Nusantara) Makassar.
Penelitian ini melengkapi kajian Rafiq (2016), dan studi Amar dan Setiawan
(2018), seputar dakwah Muhammadiyah pada daerah terpencil. Perbedaan studi ini
dengan kedua kajian tersebut adalah bahwa penelitian mereka lebih condong ke
metode, pola, model, sikap, dan perkembangan gerakan dakwah dalam masyarakat.
Sedangkan penelitian saya tentang tentang sosialisasi, tindakan sosial, dan perubahan
sosial dalam penyebaran paham Muhammadiyah.
4
Berdasarkan observasi awal saya, Desa Pattuku Kabupaten Bone termasuk
desa yang akses belum terlalu lancar dari kota ke desa, jaringan belum memadai
bahkan lampu PLN baru masuk pada akhir tahun 2019. Desa ini merupakan desa
pegunungan, masyarakatnya masih banyak melakukan perbuatan yang tidak sesuai
ajaran agama Islam, seperti melakukan ritual yakni membawa sesajen ke sungai jika
melakukan acara besar dalam rumah. Dari kata lain, jika kita berada pada jalan yang
salah pasti ada pencerahan yang datang seperti masyarakat yang kebanyakan masih
percaya kebiasaan yang dilakukan nenek moyangnya pasti muncul pencerahan, yaitu
muhammadiyah datang melakukan dakwah agar masyarakat berada pada jalan yang
benar. Masuknya Muhammadiyah daerah Pattuku, sebagian masyarakat sudah
meninggalkan ritual-ritual yang tidak sesuai ajaran agama islam.
Muhammadiyah pertama kali disebarkan melalui bapak Ustaz Arsyad yang
dilanjutkan Ustaz Bangga secara lahan perlahan dalam masyarakat Desa Pattuku.
Sebelumnya beliau menjadi ketua pimpinan cabang Pao Tombolo Kabupaten Gowa,
serta menjadi guru MTs Muhammadiyah Datarang Desa Tamaona kurang lebih 10
tahun. Setelah pindah pada Kabupaten Bone beliau menjadi ketua pimpinan cabang
Kecamatan Bonto Cani. Sekarang beliau adalah bapak kepala desa sampai sekarang,
walaupun banyak rintangan yang dihadapi dalam melakukan gerakan dakwah pada
masyarakat beliau tetap sabar menghadapi berbagai karakter masyarakat. Beliau juga
mengajar sekolah swasta yaitu MTs Pattuku dan SMA Al-Jameah. Dia mengajar
tentang keagamaan sukarela walaupun beliau merupakan kepala desa yang
mempunyai banyak kesibukan sebagai pemimpin Desa Pattuku, beliau banyak
5
memberi motivasi kepada siswa pentingnya pendidikan. Beliau merupakan salah satu
motivasi bagi siswa yang pernah dia ajar.
Berdasarkan pada penelitian ini maka penulis memilih permasalahan yang
berkaitan gerakan dakwah dengan melakukan penelitian yang berjudul ―Sosiologi
Dakwah Masyarakat Terpencil (Studi Naratif Dai Muhammadiyah di Desa Pattuku
Kabupaten Bone)‖
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah latar belakang sosial Ustaz Bangga sehingga terlibat dalam
mensosialisasikan ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah di Desa Pattuku?
2. Apakah bentuk tindakan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga dalam
mensosialisasikan ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah?
3. Bagaimanakah bentuk perubahan sosial akibat sosialisasi ajaran Islam sesuai
paham Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ustaz Bangga?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latar belakang sosial Ustaz Bangga sehingga terlibat dalam
mensosialisasikan ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah di Desa Pattukku
2. Untuk mengetahui bentuk tindakan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga dalam
mensosialisasikan ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah
3. Untuk mengetahui bentuk perubahan sosial akibat sosialisasi ajaran Islam sesuai
paham Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ustaz Bangga
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian peneliti yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan menambah literatur ilmiah yang membahas dakwah
sosiologi
b. Penelitian diharapkan menjadi sumber referensi tambahan mengenai gerakan
dakwah Muhammadiyah, yang merupakan pelengkap sekaligus bahan bahan
perbandingan dengan studi tentang Muhammadiyah sebelumnya
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, dapat memberi pemahaman mengenai gerakan dakwah
Muhammadiyah
b. Bagi penulis, menambah wawasan mengenai ilmu kependidikan dan memberi
pengalaman dengan terjun secara langsung pada lapangan.
E. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional adalah sebagai berikut:
1. Sosiologi dakwah adalah salah satu cabang kajian Sosiologi yang bersifat terapan,
agar pelaku dakwah (dai) dapat memberikan solusi terhadap masalah-masalah
yang terkait dengan dakwah dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Aspek
sosiologi dakwah adalah masyarakat karena terdapat hubungan dengan pergaulan
sosial, yakni hubungan antara pelaku dakwah dan jamaah dakwah.
7
2. Masyarakat terpencil ialah masyarakat yang sebagian kecil mengenal internet,
akses belum terlalu lancar dari kota ke desa, jaringan belum memadai bahkan
lampu PLN baru masuk pada akhir tahun 2019
3. Muhammadiyah adalah organisasi Islam dengan tujuan menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga menjadi masyarakat Islam yang
sebenarnya.
4. Dai adalah orang yang menjadi pelaku dakwah, misalnya membawakan
pengajian, khotbah jumat, khotbah nikah, dan lain-lain.
5. Desa Pattuku adalah salah satu desa yang berada pada Kecamatan Bontocani
Kabupaten Bone yang mempunyai luas wilayah seluas ± 30,24 km2 dengan batas-
batas sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Gowa dan desa Watangcani
b. Sebelah timur berbatasan dengan desa Langi dan Bulusirua
c. Sebelah utara berbatasan dengan desa Erecinnong
d. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Bontojai
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konsep
1. Sosiologi Dakwah
Secara epistemologi, sosiologi dakwah terdiri dari dua kata yakni sosiologi
dan dakwah. Istilah Sosiologi terdiri dari dua kata socius yang berarti kawan
sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan. Sosiologi adalah ilmu sosial yang
mempelajari masyarakat. Ungkapan ini pertama kali diungkapkan dalam buku yang
berjudul ―Course De Philosophie Positive‖ karangan Auguste Comte. Walaupun
banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu
pengetahuan tentang masyarakat (Soekanto, 2014).
Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu da’a-yad’u-
da’watan yang artinya adalah memanggil, mengundang, mengajak, menyeru,
mendorong dan memohon. Dakwah merupakan suatu usaha yang dilakukan secara
sengaja dan sadar dengan maksud mengajak orang lain untuk berbuat baik dan
mencegah perbuatan munkar (Syamsuddin, 2016:19). .
Sosiologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tentang solusi suatu masalah
dakwah dengan menggunakan pendekatan sosiologi. Aspek sosiologi dakwah adalah
masyarakat karena kegiatan dakwah terdapat hubungan sosial dan pergaulan sosial,
yaitu pendakwah dengan sasaran yang dituju yakni masyarakat. Dalam hubungan
dalam lembaga-lembaga, kelompok sosial, dan proses sosial terdapat hubungan sosial
9
atau disebut juga dengan interaksi sosial. Hasil interaksi sosial ini masyarakat harus
mampu mengembangkan dan membentuk tingkah laku sehingga menumbuhkan dan
mengembangkan sistem dakwah (Syamsuddin, 2016:19).
Sosiologi dakwah merupakan salah satu mata kuliah yang spesifik hasil
pengembangan ilmu dakwah yang mengkaji ragam persoalan yang terjadi dalam
kehidupan bersama manusia dalam masyarakat untuk membangun kesadaran baru
dalam memahami persoalan masyarakat secara kritis sehingga dapat dijadikan dalam
memecahkan persoalan sosial masyarakat dalam proses dakwah (Sarbini, 2020:12)
Jadi dapat disimpulkan bahwa sosiologi dakwah adalah salah satu cabang
kajian sosiologi yang memberikan solusi terhadap masalah-masalah sosial dengan
pendekatan sosiologi.
2. Dakwah Daerah Terpencil
Dakwah diartikan dapat memberikan pedoman serta jalan hidup untuk
memperbaiki keadaan seseorang atau masyarakat dari satu situasi ke situasi lain yang
lebih baik dan memberikan pengharapan akan sesuatu nilai agama Islam yang telah
disebar, sehingga bisa dirasakan oleh orang lain tentang kebutuhan yang sangat wajib
dalam kehidupannya.
Berdasarkan Kepmenkes 949 tahun 2007, daerah terpencil adalah daerah yang
sangat sulit dijangkau karena disebabkan oleh keadaan geografis (kepulauan,
pegunungan, daratan, hutan dan rawa (Radinal, 2013:20). Menurut Murni Himawati,
2014:40, daerah terpencil adalah kawasan yang tertinggal dari pertumbuhan/daerah
10
lain akibat kekurangan sarana (infrastruktur) perhubungan, sehingga menghambat
pertumbuhan/perkembangan kawasan.
Dakwah pada daerah terpencil membutuhkan strategi tersendiri. Dalam
dakwah pedalaman harus memiliki prinsip terpenting yaitu memperkenalkan agama
yang membuat hidup masyarakat lebih mudah dan nyaman. Dakwah pada daerah
terpencil menekankan nilai-nilai kemanusiaan. Islam mengajarkan untuk menjadi
pribadi yang selalu berbuat baik, tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang
lain. Oleh karena itu, Islam diwajibkan bagi setiap pemeluk agama agar dapat turut
andil dalam kegiatan dakwah demi tersebarnya ajaran dan nilai-nilai Islam khususnya
daerah terpencil.
Kesimpulannya bahwa dakwah daerah terpencil selalu mendorong pada umat-
Nya untuk selalu aktif melakukan kegiatan dakwah. Setiap umat muslim dituntut
untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat manusia. Dengan kegiatan dakwah
ini, Islam dapat menyebar dan diterima pada seluruh belahan dunia terutama daerah
terpencil.
3. Muhammadiyah
Hadirnya Muhammadiyah dalam kehidupan manusia merupakan salah satu
pencerahan menghadapi tantangan kehidupan umat Islam terkhusus dalam Desa
Pattuku Kabupaten Bone. K.H. Ahmad Dahlan merupakan orang yang mendirikan
Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18
November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah telah melakukan berbagai upaya
pengembangan Islam termasuk melakukan gerakan reformasi pemahaman Islam
11
dalam kehidupan masyarakat mulai dari kota sampai daerah terpencil yang masih
dipengaruhi kebiasaan yang tidak sesuai ajaran agama islam seperti melakukan ritual-
ritual sesajen dipohon dan batu besar. Wajar bila Peacock memandang
Muhammadiyah sebagai gerakan reformasi Islam yang terkuat di Asia Tenggara,
malah tidak menutup kemungkinan seluruh dunia Islam (Hasmida, 2017:1-2).
Muhammadiyah adalah suatu gerakan Islam dari jauh tampak
doktrin, dari dekat merupakan sistematisasi teologis yang menekankan
aspek moral dari al-Quran dan Sunnah. MC. Ricklefs menganggap
bahwa Muhammadiyah adalah salah satu organisasi yang pernah
tumbuh dan berkembang di Indonesia, hingga 100 tahun usianya telah
menghasilkan gerakan filantropi yang sedikit banyak telah ikut
menyumbang dalam perubahan sosial dalam kurun satu abad terakhir
ini (Jinan, 2015).
Muhammadiyah juga merupakan suatu gerakan dakwah AMAR Makruf Nahi
Munkar yang mengajak untuk beragama Islam, meluruskan keislaman kaum muslim,
serta meningkatkan kualitas taraf hidup. Muhammadiyah juga sebagai gerakan
pembaruan yang telah menjalankan misi dalam berbagai bidang. Terbukti bahwa
Muhammadiyah telah membangun sekolah mulai tingkat TK sampai Perguruan
Tinggi termasuk bidang pendidikan dan bidang lainnya seperti sosial, ekonomi, dan
politik. Dengan semangat Al-Qur'an, khususnya al-ma'un (Alwi, 2013:1-11).
Maka dapat disimpulkan bahwa Muhammadiyah adalah salah satu organisasi
islam yang besar di Indonesia dengan gerakan dakwah AMAR Makruf Nahi Munkar
yang meningkatkan taraf hidup umat manusia baik dalam bidang pendidikan,
ekonomi, politik, dan sosial. Selain itu, Muhammadiyah memberikan pencerahan
kepada manusia supaya berada pada jalan yang benar
12
4. Dakwah Kultural
Sebagai gerakan dakwah yang mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan
umat manusia, Muhammadiyah senantiasa melakukan revitalisasi sebagai upaya
terjadi penguatan untuk menuju terwujudnya cita-cita dan tujuan Muhammadiyah,
yaitu masyarakat Islam yang sebenarnya. Muhammadiyah selalu menjadi agenda
penting dari waktu ke waktu dalam peningkatan intensitas dan ekstensitas dakwah.
Muhammadiyah memandang bahwa dakwah memiliki pengertian yang luas,
yakni upaya untuk mengajak seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) agar
memeluk dan mengamalkan ajaran Islam ke dalam kehidupan yang nyata. Dengan
demikian, dakwah dapat bermakna pembangunan kualitas sumber daya insani,
pengentasan kemiskinan, mencerdaskan masyarakat. Juga, dapat berarti perluasan
penyebaran rahmat Allah.
Dalam halnya, desa termasuk masyarakatnya yang masih percaya tradisi
nenek moyang yang menyimpang bahkan keluar dari ajaran islam perlu konsep yang
strategis seperti konsep dakwah kultural yang sebagaimana diputuskan oleh Sidang
Tanwir Muhammadiyah tahun 2002 di Bali, didorong oleh keinginan Muhammadiyah
untuk mengembangkan sayap dakwah yang menyentuh ke seluruh lapisan umat Islam
yang beragam kondisi sosiokultural. Bahwa dakwah kultural adalah kegiatan dakwah
dengan memperhatikan, memperhitungkan, dan memanfaatkan adat-istiadat, seni, dan
budaya lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dalam proses menuju
kehidupan Islami sesuai dengan Manhaj Muhammadiyah yang bertumpu pada prinsip
tajdid, dengan purifikasi dan dinamis (pembaruan) (Husein, 2017:117).
13
Dakwah kultural sebagai strategi perubahan sosial bertahap sesuai dengan
kondisi yang diarahkan kepada pengembangan kehidupan Islami sesuai dengan
paham Muhammadiyah yang bertumpu para pemurnian pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam. Dengan memfokuskan pada penyadaran iman melalui potensi
kemanusiaan, diharapkan umat dapat menerima dan memenuhi seluruh ajaran Islam
secara bertahap sesuai dengan keragaman sosial, ekonomi, budaya, politik, dan
potensi yang dimiliki oleh setiap kelompok umat.
Maka disimpulkan gerakan dakwah kultural merupakan dakwah yang
berkaitan budaya lokal yang tidak bertentangan ajaran Islam. Ini menuntut para
aktivis Muhammadiyah yang sekaligus sebagai dai untuk trampil memahami adat-
istiadat masyarakat
B. Tinjauan Teori
Dalam konteks penelitian kali ini, peneliti menggunakan paradigma definisi
sosial menurut Max Weber yaitu paradigma ini berbicara mengenai perilaku seorang
individu aktif yang mampu membuat sebuah realitas sosial tersendiri. Halnya aktor
dapat menciptakan suatu realitas sosial dan mengalami perubahan sosial pada
masyarakat. Seperti dalam penelitian yang dilakukan peneliti mengenai dakwah
sosiologi masyarakat terpencil mengenai ajaran Islam dengan paham
Muhammadiyah. Aktor berdakwah dalam masyarakat secara perlahan dan mengalami
perubahan sosial dan menerima apa yang disampaikan aktor tersebut.
Selanjutnya peneliti menggunakan teori tindakan sosial karena tindakan sosial
merupakan sebuah perilaku atau tindakan yang dilakukan individu berasal dalam
14
dirinya dan dapat mempengaruhi sekitarnya seperti penelitian yang dilakukan oleh
peneliti tentang dakwah sosiologi masyakat terpencil mengenai ajaran islam dengan
paham Muhammadiyah. Kita lihat, aktor melakukan dakwah karena dia memutuskan
untuk melakukannya guna mencapai apa yang dikehendakinya. Barulah kemudian
aktor memilih tindakan. Menurut Max Weber tindakan sosial terbagi 4 yaitu:
a) Tindakan rasionalitas instrumental merupakan suatu tindakan sosial yang
dilakukan seseorang berdasarkan atas pertimbangan dan pilihan secara sadar
untuk mencapai tindakan tersebut. Seperti halnya dakwah yang dilakukan Ustaz
Bangga kepada masyarakat yang tidak pernah mengenal siapa saja asalkan apa
yang disampaikan ustaz Bangga merupakan suatu arahan supaya tetap berada
pada jalan yang benar dan tidak melakukan penyimpanan agama islam seperti
kemusyrikan.
b) Tindakan rasional nilai ini merupakan pertimbangan dan perhitungan secara
sadar, sementara tujuannya sudah ada hubungannya dengan nilai-nilai hidup
manusia. Dalam penelitian ini Ustaz Bangga melakukan dakwah pada
masyarakat sehingga tetap beriman kepada Allah, selalu berada pada jalur yang
benar dan tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Al-Quran dan
hadis seperti musyrik dan tindakan ini merupakan ibadah kepada Allah.
c) Tindakan afektif merupakan tindakan sosial yang didominasi perasaan atau
emosi tanpa perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan merupakan
ekspresi emosional dari individu. Seperti pada kerumunan masyarakat atau
tempat keramaian lainnya, ustaz Bangga berdakwah secara tiba-tiba agar
15
d) masyarakat tersebut tidak melakukan gibah dan merugikan dirinya sendiri dan
orang terdekatnya.
e) Tindakan tradisional yaitu suatu tindakan yang dilakukan karena kebiasaan.
Halnya dalam Ustaz Bangga berdakwah dalam masyarakat, tidak pernah lupa
mengajak masyarakat salat berjamaah di masjid supaya masjid itu ramai seperti
salat berjamaah pada waktu magrib (wirawan, 2012:101).
Terakhir peneliti menggunakan teori perubahan sosial dengan adanya
tindakan sosial, dakwah yang dibawakan Ustaz Bangga mengenai dakwah sosiologi
masyarakat terpencil ajaran islam dengan paham Muhammadiyah otomatis
masyarakat akan mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu
perubahan yang terjadi dalam hidup masyarakat secara terus-menerus sepanjang
manusia masih hidup.
Di dalam kehidupan masyarakat sering dijumpai berbagai bentuk perubahan
sosial adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Sosial secara Lambat
Perubahan sosial secara lambat atau evolusi merupakan perubahan waktu lama,
dan perubahan kecil yang saling mengikuti. Perubahan secara lambat terjadi
karena masyarakat berusaha menyesuaikan diri yang sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat berdasarkan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul. Oleh
sebab itu perubahan yang terjadi melalui evolusi terjadi dengan sendirinya secara
alami, tanpa rencana atau kehendak tertentu.
16
b. Perubahan Sosial secara Cepat
Perubahan sosial secara cepat atau revolusi adalah perubahan yang terjadi pada
masyarakat secara cepat dan menyangkut aspek kehidupan masyarakat serta
menimbulkan konflik dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.
c. Perubahan Sosial Kecil
Perubahan sosial kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat karena tidak
terpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan dan lembaga kemasyarakatan.
d. Perubahan Sosial Besar
Perubahan sosial besar yaitu suatu perubahan yang membawa pengaruh sangat
besar dalam aspek kehidupan manusia serta menimbulkan perubahan pada
lembaga kemasyarakatan seperti pada masyarakat yang mengalami proses
modernisasi - industrialisasi.
e. Perubahan Sosial yang Direncanakan
Perubahan Sosial yang direncanakan adalah perubahan yang diperhitungkan oleh
orang yang akan mengadakan suatu perubahan terhadap masyarakat . Adanya
perubahan yang mempengaruhi masyarakat dapat melakukan rekayasa sosial yang
biasa disebut sebagai perencanaan sosial.
f. Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan
Perubahan sosial yang tidak direncanakan merupakan perubahan tanpa
dikehendaki oleh masyarakat dari luar jangkauan pengawasan masyarakat.
17
Perubahan ini tidak dikehendaki dan ternyata masyarakat mengharapkan dan
menerima seperti reformasi terjadi pada Indonesia (Soekanto, 2014).
Seperti halnya perubahan yang terjadi pada desa Pattuku dulu masih banyak
orang yang mengikuti kebiasaan nenek moyangnya seperti mattampung dan
mabbarasanji yang dilakukan masyarakat. Dan dengan adanya dakwah dengan
paham Muhammadiyah masyarakat sudah ada perubahan yaitu masyarakat sudah
banyak meninggalkan kebiasaan tersebut.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan dugaan sementara terhadap objek permasalahan
pada topik penelitian. Yang menjadi kriteria utama dalam membuat suatu kerangka
pikir yaitu dapat meyakinkan ilmuwan dengan alur pemikiran logika dalam membuat
kerangka pikir yang dapat menghasilkan kesimpulan berupa hipotesis.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sosialisasi, tindakan sosial,
dan perubahan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga mengenai dakwah ajaran islam
paham Muhammadiyah Desa Pattuku. Muhammadiyah merupakan gerakan dakwah
AMAR Makruf Nahi Munkar, yang diperlukan tindakan sosial adalah sebuah
tindakan individu yang berasal dalam dirinya yang mempengaruhi sekitarnya, dan
terjadi perubahan sosial adalah perubahan kehidupan masyarakat yang berlangsung
terus-menerus dan tidak akan pernah berhenti selama manusia hidup dalam dunia ini.
Dari uraian tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut:
18
Gambar Bagang Kerangka Pikir 2.1
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan atau penelitian terdahulu yang mendeskripsikan penelitian
ini pada dasarnya dapat dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas
penelitian ini. Sehubungan dengan masalah yang akan kita teliti perlu ada penelitian
yang sudah ada yang dianggap relevan dengan penelitian ini.
Penelitian terdahulu tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Amar dan Setiawan (2018) mengkaji tenteng Model Dakwah Muhammadiyah Di
Daerah Terpencil, Terluar Dan Terdalam: Studi Kasus Di Kalimantan Tengah.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dakwah pencerahan
Muhammadiyah berbasis komunitas atau jamaah sebagai bagian dari komitmen
Muhammadiyah dalam melakukan gerakan dakwah dan tajdid pada abad kedua.
Sosiologi Dakwah
Tindakan
Sosial
Dampak
Perubahan
Latar Belakang
Muhammadiyah Desa Pattuku Kabupaten Bone
19
Metode yaitu penelitian kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitis.
Sumber data penelitian ini adalah komunitas atau jamaah Muhammadiyah
Kalimantan Tengah, terutama Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau dan Kabupaten
Katingan. Teknik pengumpulan data yaitu observasi dan kuesioner. Analisis data
menggunakan regresi linier. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan
pengembangan dakwah pencerahan Muhammadiyah yang berbasis komunitas
bagian dari komitmen Muhammadiyah dalam melakukan gerakan dakwah pada
abad kedua.
2. Rafiq (2016) penelitiannya tentang Metode Dakwah Muhammadiyah Di
Kabupaten Tapanuli Selatan. Tujuannya yaitu dapat menjelaskan metode dakwah
yang dilakukan Muhammadiyah pada masyarakat Muslim Kabupaten Tapanuli
Selatan dan dapat mendeskripsikan efektivitas dalam pelaksanaan metode dakwah
Muhammadiyah Kabupaten Tapanuli Selatan. Penelitian menggunakan penelitian
deskriptif analitis, yaitu penelitian menggambarkan keadaan objek pada saat
penelitian dilakukan, berdasarkan data dan fakta. Teknik pengumpulan data
peneliti menggunakan dokumentasi dan studi pustaka. Temuan observasi
mengenai pelaksanaan dan efektif metode dakwah pada suatu tempat, diuji
melalui komentar subjek lain pada tempat yang sama atau tempat lain, begitu juga
mengenai pendapat da’i diuji dengan pendapat dai Muhammadiyah lainnya,
sehingga lebih objektif dan akurat. Jadi hasilnya adalah dakwah ditandai dengan
pengamalan ajaran Islam pada aspek mental dan spiritual, dapat tercapai apabila
metodologi yang digunakan diterima masyarakat.
20
Penelitian ini melengkapi kajian Rafiq (2016), dan studi Amar dan Setiawan
(2018), seputar dakwah Muhammadiyah masyarakat terpencil. Perbedaan studi ini
dengan kedua kajian tersebut adalah bahwa penelitian mereka lebih condong ke
metode, pola, model, sikap, persepsi, dan perkembangan gerakan dakwah dalam
masyarakat. Sedangkan penelitian saya tentang sosialisasi, tindakan sosial, dan
perubahan sosial dalam penyebaran paham Muhammadiyah.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dan pendekatan studi
naratif. Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang mengungkapkan situasi
sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan yang secara benar. Bogdan
mendefinisikan ―metode penelitian kualitatif sebagai penelitian yang dapat
menghasilkan berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang yang diamati‖
(Afrizal, 2015:13).
Pendekatan studi naratif adalah studi yang menceritakan tentang pengalaman
hidup seseorang ataupun kronologi suatu kejadian yang unik. Jenis naratif yang
digunakan peneliti yaitu studi biografi yaitu suatu jenis studi naratif yang berisikan
tentang pengalaman hidup seseorang. Penelitian naratif fokus terhadap satu orang
atau individu tunggal yang memberikan makna terhadap pengalaman melalui cerita
yang disampaikan (Cresswel, 2016:18).
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian yaitu Peneliti memberikan penjelasan alasan pemilihan lokasi,
baik alasan Obyektif maupun subyektif
22
Rancangan Kriteria Pemilihan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian
Penelitian ini terkait dengan sosiologi
dakwah masyarakat terpencil dilakukan
di desa Patukku kabupaten Bone
Peristiwa / Persoalan (issu)
Di desa pattuku masih banyak
masyarakat yang mengikuti kebiasaan
nenek moyang yang tidak sesuai dengan
ajaran agama islam.
Adanya paham Muhammadiyah pada
desa ini, masyarakat ada yang mulai
meninggalkan kebiasaan yang mengikuti
tradisi nenek moyang dengan itulah
peneliti tertarik meneliti.
Gambar Tabel 3.1
2. Waktu Penelitian: Peneliti terlebih dahulu menjelaskan waktu pelaksanaan
penelitian, selanjutnya peneliti membuat tabel jadwal penelitian, dengan format
sebagai berikut:
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengusulan Judul
2 Penyusunan proposal
3 Konsultasi Pembimbing
4 Seminar Proposal
5 Pengurusan Izin Penelitian
6 Menyusun Pedoman Wawancara
7 Observasi
8 Wawancara
9 Pengumpulan Dokumen
10 Pengumpulan Data
11 Penyusunan Hasil Penelitian
No Jenis kegiatanBulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
Gambar Tabel 3.2
23
C. Fokus Dan Deskripsi Fokus Penelitian
Adapun fokus dan deskripsi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. Fokus penelitian, yaitu sosiologi dakwah masyarakat terpencil
2. Deskripsi fokus penelitian adalah Ustaz Bangga mensosialisasikan ajaran islam
sesuai paham Muhammadiyah karena masih banyak masyarakat yang mengikuti
tradisi nenek moyang yang tidak sesuai ajaran agama islam seperti melakukan
ritual seperti membawa sesajen pada pohon dan batu besar. Muhammadiyah
datang sebagai pencerahan, sebagian sudah meninggalkan kebiasaan yang tidak
sesuai ajaran islam.
D. Informan Penelitian
Informan penelitian yang dimaksud disini yaitu di mana peneliti diberi
informasi oleh informan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan peneliti itu
sendiri dengan menggunakan purposive sampling. Peneliti memilih informan yang
terbagi tiga yaitu:
1. Informan kunci yaitu yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok
yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini yaitu imam desa (Yusrianto 45
tahun) dan pemuka agama lain (Ustaz Saddike 68 tahun),
2. Informan utama adalah pelaku yang mengetahui secara langsung dan terlibat
dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah
Ustaz Bangga 60 tahun
24
3. Informan tambahan yaitu orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak
terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Informan tambahan
adalah keluarga (Rafida 52 tahun) dan jamaah Ustaz Bangga (Sumardi 35)
E. Jenis Dan Sumber Data
Adapun sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah, sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang
memenuhi kriteria penelitian melalui teknik wawancara dan wawancara secara
langsung dan mendalam.
2. Data sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang memberikan informasi secara tidak
langsung. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari laporan yang berkaitan dengan penelitian ini, yang berupa buku, teori-
teori, jurnal, arsip dan data lain yang relevan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan segala unsur yang digunakan dalam proses
penelitian yang diharapkan akan menunjang keberhasilan peneliti dalam penelitian.
Pada umumnya, penelitian tertentu membutuhkan beberapa instrumen dan semakin
banyak instrumen yang digunakan makan akan besar peluang keberhasilan suatu
penelitian.
26
Adapun instrumen penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Instrumen utama adalah peneliti itu sendiri, peneliti berkiprah meneliti dakwah
Ustaz Bangga dengan paham Muhammadiyah
2. Pedoman wawancara sebagai salah satu cara atau metode yang digunakan dalam
pengumpulan data
3. Pedoman observasi yaitu Desa Pattuku Kabupaten Bone
4. Pedoman studi dokumen seperti arsip, buku panduan dakwah, dan buku-buku
Muhammadiyah
5. Kamera ponsel sebagai alat dokumentasi setiap kegiatan peneliti
6. Alat tulis dan laptop sebagai penunjang
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengamati secara teliti
terhadap suatu objek yang menggunakan seluruh indera (pengamatan langsung).
Zainal Arifin mendefinisikan observasi adalah suatu proses yang melalui pengamatan
kemudian melakukan pencatatan yang bersifat sistematis terhadap berbagai macam
fenomena dalam situasi yang sebenarnya, maupun buatan (Kristanto, 2018). Kegiatan
observasi yang telah dilakukan oleh peneliti adalah melakukan kunjungan langsung
desa pattuku, yaitu tempat sosialisasi ajaran islam paham Muhammadiyah yang
disebarkan oleh Ustaz Bangga.
26
2. Wawancara
Wawancara ialah interaksi berupa percakapan secara langsung maupun tidak
langsung antara peneliti dan informan secara langsung. Teknik pewawancara dalam
penelitian ini dilakukan secara terencana atau terstruktur, di mana pewawancara
menyusun secara terperinci dan sistematis pedoman pertanyaan menurut pola kaidah
tertentu dengan menggunakan format yang baku. Peneliti telah menanyakan tentang
seputar Muhammadiyah yakni tentang mensosialisasikan ajaran islam paham
Muhammadiyah, tindakan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga dan perubahan sosial
yang terjadi pada masyarakat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang
digunakan untuk memperoleh data dari informasi dalam bentuk buku, arsip,
dokumen, tulisan, angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang
dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
kemudian ditelaah. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi buku
panduan dakwah dan buku-buku Muhammadiyah.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dimaksud adalah proses pengelolaan data yang telah
dikumpulkan oleh mahasiswa dengan cara mengacu pada aturan atau metode
penelitian yang digunakan. Untuk penelitian kualitatif, analisis data dapat dilakukan
pada gambar berikut yang merupakan model analisis data kualitatif:
27
Gambar 3.3 Langkah-langkah Analisis Data
Penjelasan bagan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pengumpulan data yaitu kegiatan mencari data pada lapangan untuk memecahkan
permasalahan peneliti
2. Transkripsi data adalah peneliti membuat catatan tentang data yang didapat
3. Membaca berulang-ulang, peneliti membaca berulang-ulang apa yang dicatat
4. Organisasi data merupakan mengelompokkan data seperti data tentang sejarah
Muhammadiyah
5. Kategori data seperti data yang kelompokkan yaitu data dari informan kunci,
utama, dan tambahan
6. Tema data yakni mengaitkan judul peneliti apa yang didapat dalam lapangan
Pengumpulan Data Transkripsi Data Membaca Berulang-
Ulang
Organisasi Data Kategori Data Tema Data
Tahap Kejenuhan
Data
Demonstrasi Tingkat Kepercayaan dan
Keabsahan Data
Hasil Reduksi Data Laporan
28
7. Demonstrasi tingkat kepercayaan dan keabsahan data adalah membuktikan
apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah
sekaligus untuk menguji data yang diperoleh
8. Hasil reduksi data yaitu suatu bentuk analisis yang menajamkan atau
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sampai kesimpulan final
9. Laporan merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan
mematuhi peraturan-peraturan keilmuan
I. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah triangulasi data yang terdiri dari data observasi,
wawancara, dan dokumen. Adapun alat yang digunakan untuk menguji keabsahan
data yaitu:
1. Triangulasi sumber adalah peneliti yang menggali kebenaran informasi melalui
berbagai sumber dari perolehan data. Seperti peneliti telah melakukan wawancara
tentang sosiologi dakwah Muhammadiyah secara mendalam dan observasi,
peneliti bisa menggunakan observasi terlibat.
2. Triangulasi waktu, Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Seperti
data yang dikumpulkan dengan wawancara pada pagi hari saat narasumber masih
segar, sehingga memberikan data yang lebih valid.
3. Triangulasi teori yaitu teori yang akan dipakai pada lapangan seperti pendekatan
paradigma definisi sosial, teori tindakan sosial, dan perubahan sosial.
4. Triangulasi teknik merupakan teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
29
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Desa Pattuku
Pada zaman pemerintah Hindia Belanda dan Jepang dahulu, Pattuku
diperintah oleh pemangku Adat yang disebut “Gallareng‖ dengan nama Gellareng
pattuku yang mencakup wilayah yang kini sebagian sudah masuk wilayah desa
Watangcani, Bontojai, dan Erecinnong. Kata Pattuku menurut berbagai sumber
berasal dari kata ―Tukku” yang berarti Tampung, dan ditambah awalan “Pa” menjadi
“Pattuku” yang berarti Penampung. Kata ini berasal dari bahasa Bugis lokal yang
kemudian memiliki arti sebagai ― Pattuku Ulu Adanna Gowa Na Bone” yang berarti
Penampung Aspirasi antara kerajaan Gowa dan Bone.
Dalam sejarah kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan diketahui bahwa
kedua kerajaan besar ini, pernah berseteru cukup lama pada puncaknya pelarangan
lintas batas, sehingga warga Bone menyeberang ke Gowa dianggap mati atau
sebaliknya, tetapi apabila melewati desa Pattuku dianggap melewati zona aman atau
garis lintas perdamaian antara Bone dan Gowa. Dasar inilah sehingga masyarakat
Pattuku sampai saat ini ditempati oleh dua suku/bahasa yaitu Bugis dan Konjo,
bahkan pemerintah Belanda dan Jepang merintis jalan darat Trans Bone Gowa
melewati Pattuku.
Dari segi pemerintahan Pattuku sebelum kemerdekaan diperintah berturut-
turut oleh Gellareng atau pemangku adat. Setelah kemerdekaan sampai dengan
sebutan pemerintahan desa telah diperintah oleh:
30
1. A. Ukkas/P. Ukka mememrintah dari tahun 1960-1964
2. A. Lanti Petta Nyonri memerintah dari tahun 1964 sampai 1965
3. A. Siji Ibrahim memerintah selama 36 tahun dari tahun 1966 sampai 2002
4. A. Supiati Ibrahim selaku Pjs dari tahun 2002 sampai 2003
5. Drs. Bangga selaku kepala desa Pattuku dari tahun 2003 sampai sekarang
(wawancara desa Pattuku tanggal 15 Agustus 2015)
B. Kondisi Umum Desa Pattuku
Desa Pattuku merupakan salah satu dari 11 desa pada wilayah kecamatan
Bontocani yang terletak kurang lebih 10 km ke arah utara dari kecamatan Bontocani,
desa ini mempunyai luas wilayah seluas ± 30,24 km2 dengan batas-batas sebagai
berikut:
1) Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Gowa dan desa Watangcani
2) Sebelah timur berbatasan dengan desa Langi dan Bulusirua
3) Sebelah utara berbatasan dengan desa Erecinnong
4) Sebelah selatan berbatasan dengan desa Bontojai
a. Jumlah penduduk
Desa Pattuku mempunyai jumlah 1.426 jiwa, yang tersebar dalam 3 dusun
yaitu dusun Pattuku 681 orang, dusun Lemo 189, dan dusun Samaenre 470 (laporan
data kependudukan bulan September tahun 2020).
b. Tingkat pendidikan
Di desa Pattuku tingkat pendidikan masih rendah, masih banyak anak-anak
yang tidak peduli terhadap pendidikan dan lebih memilih langsung pergi ke kota
31
mencari uang atau merantau keluar negeri. Desa Pattuku tercatat yang tidak sekolah
40 orang, SD 250 orang, SMP/MTs 143 0rang, SMA 120 0rang dan Sarjana 49 orang
(data tahunan desa Pattuku pada tahun 2019)
c. Mata pencaharian
Desa Pattuku merupakan desa pegunungan, maka sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan berkebun untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya.
d. Keadaan keagamaan
Corak kehidupan desa Pattuku masih tergolong sangat tradisional. Hal ini
disebabkan oleh letaknya yang terpencil dan jauh dari ibukota kabupaten.
Masyarakatnya sangat cenderung memiliki ciri berdasarkan pada ikatan kekeluargaan
yang erat. Dan menganggap bahwa masyarakat merupakan suatu ―gemeinschaft”
yang memiliki unsur gotong royong yang sangat kuat. Hal ini dapat dimengerti
karena penduduk desa ini sebagian besar adalah penduduk desa yang merupakan
―face to face group” mereka saling mengenal betul, seolah-olah mereka mengenal
dirinya sendiri. Dari segi kepercayaan, seluruh penduduk masyarakat desa Pattuku
menganut agama Islam.
C. Sejarah Muhammadiyah Sulawesi Selatan
Sulawesi merupakan salah satu daerah yang mendapat pengaruh dari
Muhammadiyah terbukti dengan berdirinya Muhammadiyah Cabang Makassar pada
tahun 1926 sebagai cabang Muhammadiyah pertama selain pulau jawa dan Sumatra.
Kehadiran Muhammadiyah Makassar ditandai awal datang Mansyur Al-Yamani pada
33
tahun 1924. Dia dikenal sebagai seorang pedagang batik dari Surabaya, yang
membuka toko di Pasar Straat (sekarang jalan Nusantara) Makassar (Alwi, 2013:77)
Beberapa tahun terbentuknya cabang Muhammadiyah dan tersebar Dalam
beberapa kampung yang ada pada Makassar, bahkan juga ada yang berdomisili
pedalaman. Dalam buku Daeng Muntu bahwa setelah keluarnya anggota Shiratal
Mustaqiem dari Muhammadiyah, sehingga menyebabkan tersisa 17 orang anggota
Muhammadiyah cabang Makassar. Masing-masing anggota tersebut menjadi kader
dalam mengembangkan paham Muhammadiyah daerah masing-masing, terutama
kalangan keluarga dan sahabat karibnya (Darmawijaya, Abbas 2014:469).
Penyebaran Muhammadiyah telah menyebar daerah yang ada pada Sulawesi
Selatan, seperti Rappang (1928), Pinrang (1930), Pare-Pare (1929), Majene (1929),
Soppeng (1928), Sengkang (1928) Pangkajene (1928), Maros (1929), Barru (1930),
Gowa (1928), Takalar (1930), Bantaeng (1927), Bulukumba (1928), Sinjai (1928),
Selayar (1930), Jeneponto (1933), Luwu (1928), dan Enrekang (1933). Hanya
kabupaten Bone saja yang kaum bangsawan menolak secara tegas atas kehadiran
gerakan Muhammadiyah (Darmawijaya, Abbas 2014:475).
D. Perkembangan Muhammadiyah Bone
Muhammadiyah Bone diperkenankan oleh Haji Abdullah, beliau adalah ulama
Sulawesi Selatan yang pertama kali menyatakan bahwa kalau solat Jumat tidak ada
solat Zuhur, pernyataannya gempar dalam kota Makassar, sehingga Kadhi dan Daeng
Marangka mengadu ke Pengadilan. Dalam pengadilan, hakim memutuskan Haji
Abdullah bebas dari segala tuduhan. Maka nama beliau diperbincangkan seluruh
pelosok Sulawesi selatan termasuk Bone (Rahmawati, Reni, 2017:182).
Haji Abdullah menjadi ketua, dan beberapa orang ulama lainnya menjadi
anggota pengurus, diantaranya Haji Abdul Razak, Muhammad Said Daeng Massikki.
Dalam syarikat Muhammadiyah, Haji Abdullah dan kawannya bekerja keras
memberantas kemusyrikan, bidah, dan khurafat. Mereka mendirikan tempat-tempat
ibadah, sekolah-sekolah agama dan rumah-rumah pemeliharaan anak yatim, serta
berbagai kegiatan dakwah pada tempat umum, walaupun diawasi dengan keras oleh
PID (Politik Inlictingen Dienst) dari Kepolisian Hindia Belanda.
Sejak gerakan Islam Muhammadiyah ditangani haji Abdullah, beliau selalu
ada hambatan dari kaum adat dan kaum raja. Pemerintah Bone, yang dikenal amat
keras menentang Muhammadiyah. Berbagai aturan yang menghambat masuknya
Muhammadiyah daerah Bone. Akan tetapi ajaran Muhammadiyah itu lambat laun
diterima juga oleh orang-orang terkemuka pada daerah Bone (Rahmawati, Reni,
2017:183).
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Latar belakang Ustaz Bangga
Di desa Pattuku sudah ada bibit-bibit Muhammadiyah sebelum Ustaz Bangga
terutama tokoh-tokoh agama yang tertanam melalui Ustaz Arsyad yang pertama
memperkenalkan Muhammadiyah. Ustaz Bangga adalah anak dari Abdul Latif yang
merupakan salah satu anggota Tentara Islam Indonesia yang berlari dalam hutan dan
ibunya Rennu, Ustaz Bangga memiliki satu adik perempuan yang bernama Roslawati.
Ustaz Bangga lahir di Pattuku 1 juli 1960 dan hidup daerah pegunungan.
Pada waktu kecil beliau sudah diajarkan tentang puasa dan salat. Pada bulan ramadan
beliau rajin ke masjid walaupun jauh dari tempat tinggalnya yakni dari gunung turun
ke kampung yang berjarak kurang lebih 2 kilo meter dengan menggunakan obor
sebagai penerang, beliau tidak pernah bolong dalam melaksanakan salat tarawih di
masjid walaupun jauh dari rumahnya. Beliau itu dari kecil sudah tertanam nilai-nilai
keagamaan dari bapaknya.
Beliau masuk perkampungan setelah masuk SD pada tahun 1967, pada waktu
SD beliau rajin membantu ibu dan bapaknya, beliau juga termasuk orang pintar dan
cerdas dalam keluarganya. Pada waktu itu beliau sering mengikuti kegiatan adat yang
dilakukan keluarganya atau masyarakat. Seperti halnya beliau mengikuti orang
tuanya setiap mau tanam padi atau panen, biasanya ada acara adat budaya yaitu adat
mabbaca-baca di rumah tertentu yang dianggap bisa melimpahkan rezeki.
35
Pada tahun 1973 beliau masuk PGA 4 tahun setelah tamat SD, pas waktu
peralihan tahun ajaran dari januari sampai juli. Tahun 1975 semua PGA dialihkan
menjadi MTs kecuali dari beberapa tempat yaitu PGA Negeri 6 tahun Makassar, PGA
Negeri 6 tahun Bone, PGA Negeri 6 tahun Palopo, dan PGA Negeri 6 tahun
Bulukumba, selain itu semua dilebur menjadi MTs semua.
Pada saat MTs beliau melihat bahwa agama sudah mulai berkembang karena
ada guru beliau bernama Petta Toba yang berdakwah pada masyarakat tentang
musyrik, selain Petta Toba ada juga guru sekolah beliau yang paham Muhammadiyah
dari Tombolo yang sering mengajarkan beliau tentang musyrik. Petta Toba adalah
guru sekolah beliau yang mengajar mengaji di pondok setelah pulang dari sekolah,
dari tempat itu beliau diperkenankan sedikit demi sedikit pemahaman tentang
musyrik. Ustaz Bangga mulai paham apa itu musyrik dan tidak ikut kebiasaan orang
tua yang musyrik. Seperti halnya kebiasaan masyarakat setelah panen harus pergi ke
Kobban dengan maksud syukuran dan memohon doa restu atas panen yang
melimpah. Selain itu, Ustaz Bangga melihat pada waktu itu, masyarakat masih
banyak melakukan perbuatan musyrik.
Pada tahun 1977 Ustaz Bangga mengikuti ujian MTs, sehingga hasilnya Ustaz
Bangga tidak lulus dari sejumlah siswa. Walaupun Ustaz Bangga adalah orang yang
selalu mendapatkan peringkat satu sampai ujian. Ustaz Bangga merasa curiga kenapa
Dia sendiri tidak lulus bahkan Ustaz Bangga adalah orang yang pintar di sekolah.
Kecurigaan beliau terbukti pada waktu itu ada orang mau menikah dengan salah satu
warga desa Pattuku. Orang tersebut adalah pegawai Kemenag dari Bone yang
36
memiliki kekuasaan luas yang memiliki istri, kebetulan bapak Ustaz Bangga adalah
imam desa pada waktu itu, bapak Ustaz Bangga tidak mau menikahkan orang tersebut
karena dilarang keras menikahkan kalau tidak ada restu dari istri pertama, sehingga
tidak jadi dinikahkan oleh bapak Ustaz Bangga, sehingga dampaknya terjadi pada
Ustaz Bangga yang tidak lulus ujian.
Akibat kejadian tersebut, awal Ustaz Bangga merasa kecewa dengan Bone.
Ustaz Bangga sudah bertekat bahwa insya Allah beliau akan pindah ke Gowa, dan
tidak akan mendapatkan ijazah selain SD, beliau tidak mau lagi mendapatkan ijazah
pada kabupaten Bone. Pada tahun 1978 Ustaz Bangga hijrah ke Gowa dengan guru
yang mengajarnya waktu PGA dan kebetulan guru tersebut adalah kepala sekolah
Aliyah Muhammadiyah Dataran Tombolo Kabupaten Gowa. Ustaz Bangga tinggal di
rumah guru tersebut karena sudah lima tahun sekolah PGA dan seharusnya beliau
sudah kelas 2 sekolah menengah atas, daripada mengulang dari kelas satu Aliyah
guru tersebut menawarkan Ustaz Bangga bahwa Dia langsung Masuk kelas 2 Aliyah
dengan catatan mengikuti ujian MTs Muhammadiyah Limbung kabupaten Gowa dan
beliau lulus.
Selama pindah ke Gowa Ustaz Bangga sudah mulai mengikuti kajian
Muhammadiyah, ikut pengaderan Ikatan Pengajar Muhammadiyah, dan aktif
berorganisasi dan belajar dengan giat untuk mencapai cita-citanya. Pada tahun 1980
beliau ujian untuk memiliki ijazah Aliyah Muhammadiyah dan masuk kampus IAIN
atau dikenal UIN Makassar, 1982 beliau ujian lagi untuk mengambil ijazah negeri
Aliyah dan saat itu beliau sudah masuk semester dua Perguruan Tinggi.
37
Selama Ustaz Bangga kuliah, Ustaz Bangga aktif diorganisasi ekstra kampus
yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, beliau pernah menjadi instruktur
pengaderan Muhammadiyah Sulawesi Selatan dan beliau mulai aktif sekali dalam
Muhammadiyah. Ada dosen sekaligus rektor IAIN berpengaruh dalam motivasi
beliau yakni Drs. H. A. Moerad Oesman sekaligus orang Muhammadiyah dan mulai
memperkenalkan tentang Muhammadiyah.
Pada tahun 1990 beliau masuk menjadi Satuan Tugas wilayah bina IAIN
selama 5 tahun dan Satuan Tugas Tinggimoncong Di kabupaten Gowa selama
menjadi satuan tugas beliau diberi dana dari kampus. Dalam menjadi Satuan Tugas
beliau mengalami suka duka dalam menjalankan tugas tersebut. Terutama masyarakat
yang sangat mengalami keterbelakangan tentang pengetahuan agama dan masih
campur baur antara agama dan adat budaya, beliau mulai mengajarkan sedikit demi
sedikit agama, menanamkan nilai-nilai Muhammadiyah, dan kebiasaan tradisi dalam
Muhammadiyah. Selama menjadi SATGAS 1991, beliau dipilih kembali menjadi
TKPMP (Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional) selama tiga tahun walaupun
beliau masih sebagai Satuan Tugas IAIN.
Dalam perekrutan Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional beliau bergerak
bagian koperasi dan penyuluhan. Beliau fokus dalam peningkatan ekonomi
masyarakat, bahkan menumbuhkan usaha mikro seperti koperasi yang sifatnya
simpan pinjam dalam masyarakat yang menumbuhkan moral masyakat dan ekonomi
masyarakat. Dalam penyuluhan Ustaz Bangga melakukan pencerahan seperti pada
tempat melakukan tugasnya sebagai contoh dalam masyarakat yang beliau bina yakni
38
masyarakat mandi pada tempat terbuka, beliau menyarankan agar dibuatkan pembatas
agar tidak kelihatan dari luar jika mandi.
Setelah selesai, beliau mengajar sekolah MTs dan Aliyah Muhammadiyah
Dataran kabupaten Gowa karena disana kekurangan guru. Beliau mengajar kurang
lebih 10 tahun lamanya dan beliau aktif pada Muhammadiyah dan mendapatkan
keanggotaan Muhammadiyah hingga menjadi pengurus cabang, sekretaris umum
Pemuda Muhammadiyah, dan menjadi sekretaris umum cabang Pao Tombolo
kabupaten Gowa.
Pada bidang pendidikan beliau menjadi ketua Pendidikan Dasar dan Menegah
Muhammadiyah MTs dan Aliyah Dataran Pao Tombolo. Ustaz Bangga mengajar
pada cabangn MTs dan Aliyah Muhammadiyah Balaisuka cabang Pao Tombolo.
Pada tahun 1998, beliau sudah meninggalkan kabupaten Gowa dan masuk kabupaten
Bone dan menjadi pimpinan cabang Muhammadiyah Bonto Cani. Pada saat itu,
beliau berat sekali meninggalkan Gowa karena beliau sudah terbiasa dengan
masyarakat dan aktif sekali dalam Muhammadiyah.
Beliau pindah ke Bone karena bapaknya meninggal, pada saat itu bapak beliau
adalah imam desa. Mau tidak mau beliau juga harus menjadi imam desa dikarenakan
tidak ada yang menggantikan bapaknya. Satu tahun menjadi imam desa, jika beliau
ke Gowa tetap mengajar Aliyah sampai dua tahun bolak balik Bone Gowa.
Khususnya Bone desa Pattuku beliau langsung berdakwah, selain itu, beliau mengajar
pada MTs, waktu itu Cuma lima siswa, siswa kelas tiga tiga orang, kelas dua hanya
dua orang, dan kelas satu tidak ada. Setelah beliau menetap, awalnya beliau
39
menerima siswa sebelas orang sampai dari tahun sampai tahun berikutnya sudah
mengalami peningkatan, beliau juga berpengaruh dalam pendidikan pada desa
Pattuku.
Beliau menjadi Imam desa kurang lebih 6 tahun lamanya, selain itu beliau
juga mengajar sekolah Mts Pattuku, yang bukan naungan Muhammadiyah. Tahun
2003 beliau terpilih menjadi kepala desa sampai sekarang, beliau pernah menjadi
kepala sekolah pertama SMA AL-Jameah selama 2 tahun dan sekarang beliau
menjadi guru sekolah tersebut.
Selama beliau tinggal desa Pattuku dia tetap berdakwah dengan paham
Muhammadiyah, dia beranggapan bahwa dengan berdakwah paham Muhammadiyah
dengan tuntunan Al-Quran dan Hadis karena itu lebih simpel, mudah dipahami, dan
mudah dipraktikkan pada masyarakat, dan menghilangkan kebiasaan buruk
masyarakat yang tidak sesuai ajaran agama islam. Selama beliau berdakwah dengan
paham Muhammadiyah, hampir semua paham Muhammdiyah beliau gunakan. Baik
itu perayaan hari besar Islam seperti hari raya Idul Fitri dan Adha, pembinaan remaja
mesjid, siswa yang diajar beliau dan ikut kepada tuntunan Muhammadiyah, dalam hal
pelaksanaan beliau menggunakan tuntunan Tarjih Muhammadiyah.
Istri Ustaz Bangga (Rafida) berpendapat tentang latar belakang ustaz Bangga
yaitu:
―Saya mengenal beliau pada tahun 1988, saya mengenal beliau sejak
mengajar Aliyah, beliau memang aktif Muhammadiyah dari dulu, jadi
kepala desa sajana dia senangtiasa mengikuti Muhammadiyah
walaupun tidak seperti waktu di Gowai. Beliau itu tinggal Pattuku
karena paksaan menjadi imam desa kah tidak ada jadi imam desa
40
waktu dulu setelah bapaknya meninggal, akhirnya beliau tinggal dan
menjadi imam desa selam 6 tahun dan menjadi kepala desa tahun 2003
sampai sekarang, (wawancara 25 agustus 2020)‖.
Dari informasi yang diberikan istri Ustaz Bangga, dapat disimpulkan bahwa
dia mengenal Ustaz Bangga pada tahun 1988 pada sekolah Aliyah pada waktu itu
mengejar dalam sekolah yang sama, Dia mengatakan Ustaz Bangga sangat aktif
dalam Muhammadiyah dari dahulu. Beliau tinggal tinggal pada Pattuku karena tidak
ada yang menggantikan bapaknya menjadi imam desa, sehingga beliau menjadi imam
desa 6 tahun dan menjadi kepala desa sampai sekarang.
Diperjelas juga oleh ustaz Saddike mengenai latar belakang ustaz Bangga
yaitu:
―saya kenal Muhammadiyah dari beliau, beliau itu dulu imam desa
setelah bapanya meninggal, setelah meninggal bapak dipanggil ke
kampung gantikan bapaknya menjadi imam desa selama 6 tahun. Baru
dipilih menjadi kepala desa sampai sekarang, beliau itu pindahan dari
Tombolo dan mengenal Muhaddiyah dari sana dan sekolah disana dan
menjadi guru dan mengajar di MTs dan Alyah naungan
Muhammadiyah. Pindah di kampong beliau menjadi pendai, guru dan
kepala desa sampai sekarang, selama maccerama beliau tidak
mengalami kendala karena warga desa Pattuku menerima dengan baik
ustaz, walau engka upa masyarakat menjalankan kebiasaan nenek
moyangnya tapi ustaz tetap melakukan ceramah lahan perlahan pada
masyarakat sehingga tidak ada mattampung dan mabbarsanji dalam
masyarakat.
Dari pernyataan Ustaz Saddike dapat ditafsirkan bahwa Dia mengenal
Muhammadiyah dari Ustaz Bangga. Ustaz Bangga dahulu tinggal kawasan Tombolo
disana Dia mengenal Muhammadiyah dan mengajar di sekolah Muhammadiyah. Dia
pindah ke kampung karena bapaknya meninggal dan tidak ada yang menggantikan
bapaknya menjadi imam desa pada waktu itu. Ustaz Bangga juga menjadi
41
pendakwah, guru, dan kepala desa sampai sekarang. Melakukan kegiatan berdakwah
Ustaz Bangga tidak mengalami kendala walaupun masih ada masyarakat mengikuti
tradisi nenek moyang. Ustaz Bangga tetap melakukan dakwah lahan perlahan
sehingga tidak ada lagi matampung dan mabbarasanji.
Keluarga ustaz Bangga menerima dengan tulus jika beliau berdakwah dengan
paham Muhammadiyah karena keluarga sudah mengenal Muhammadiyah, sebelum
beliau berdakwah paham Muhammadiyah. Selama beliau berdakwah dengan paham
Muhammadiyah beliau sudah menghilangkan acara mattampung digantikan takziah
selama tiga malam rumah pada orang yang meninggal tersebut dan acara mabarasanji
diganti dengan acara nasehat perkawinan.
Dalam berdakwah ustaz Bangga menggunakan buku tentang dakwah sebagai
acuan dalam dakwah beliau seperti buku Tarjih yang isinya tentang ibadah. Ibadah
yang dimaksud adalah ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah terbagi tiga yaitu ibadah lisan,
hati, dan anggota badan. Rasa takut, mengharap, cinta, ketergantungan, senang, dan
takut adalah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur ibadah lisan dan hati. Sedangkan salat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah
fisik dan hati, Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah. Dalam ibadah itu ada
yang umum seperti segala amal yang diterapkan Allah dan khusus yaitu apa yang
ditetapkan oleh Allah.
2. Bentuk tindakan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga dalam mensosialisasikan
ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah
42
Dalam berdakwah Ustaz Bangga melakukan pendekatan dan memberi
pemahaman sedikit demi sedikit secara pelan-pelan pada warga, baik dakwah secara
langsung maupun dakwah dengan perbuatan sebagai tindakan yang diambil, supaya
warga tetap menerima dengan baik ceramah beliau yang disampaikannya dan selalau
melakukan perbuatan baik, sehingga masyarakat meninggalkan perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT. Misalnya, mattampung, mabarasanji, maccera baca,
mabbaca-baca yang tujuannya tertentu dan lain-lain yang sifat menyimpang dalam
masyarakat.
Dalam melakukan dakwah biasanya Ustaz Bangga jalan kaki ke Mesjid,
seperti halnya ke dusun Lemo yang jalanannya masih belum terlalu bagus dan disana
masyarakat masih banyak yang percaya perbuatan yang menyimpang dalam akidah.
Seperti kendaraan motor belum terlalu lancar walaupun beliau tetap melakukan
dakwah dengan jalan kaki.
Ustaz Bangga berceramah dengan paham Muhammadiyah, dalam ceramah
yang Dia bawa selalu menekankan untuk meninggalkan perbuatan musyrik yang
masih banyak warga melakukannya. Ustaz Bangga mengajak masyarakat supaya rajin
melaksanakan salat berjamaah pada masjid, dia juga memberi pesan pentingnya
pendidikan dalam kehidupan, dan melakukan perbuatan yang dianjurkan Allah dalam
al-Quran dan Hadis.
Diperjelas juga oleh istri beliau mengenai bentuk tindakan sosial Ustaz
Bangga dalam mensosialisasikan ajaran islam dengan paham Muhammadiyah yaitu:
43
―Ustaz itu biasa melakukan tindakan dengan mendekati dan memberi
pemahaman kepada warganya tentang perbuatan yang baik dan sesuai
ajaran islam yang benar.‖ (wawancara 25 agustus 2020).
Adapun pendapat Imam desa Pattuku mengenai bentuk tindakan sosial Ustaz
Bangga dalam mensosialisasikan ajaran Islam dengan Paham Muhammadiyah yaitu
―Ustaz Bangga itu melakukan tindakan pendekatan pada masyarakat
dan memberi pemahaman supaya masyarakat yakin tentang perbuatan
yang baik dan buruk dan sesuai ajaran Islam yang benar(Wawancara
tanggal 21 Agustus 2020‖.
Dapat disimpulkan bahwa Ustaz Bangga berdakwah dengan melakukan
tindakan sosial ke masyarakat dengan mendekatinya dan memberi pemahaman secara
langsung dan dengan perbuatan, supaya masyarakat tidak melakukan perbuatan
menyimpang yang dapat menyesatkan dan sesuai dalam ajaran Islam.
Begitu pun dari observasi saya pada tanggal 15 agustus 2020, pada keseharian
ustaz Bangga di kantor desa, pada saat itu telah melaksanakan gotong royong
membersihkan kantor desa, sambil bercerita dengan warganya beliau melakukan
dakwah tentang pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Beliau sering bercanda
tetapi dalam canda beliau biasanya beliau tidak lepas dengan dakwah. Pada tanggal
19 agustus 2020, acara pesta perkawinan salah satu warganya, beliau berdakwah pada
pesta berlangsung, dalam dakwah, beliau membahas tentang keluarga yang harmonis
dunia akhirat. Adapun pada tanggal 21 agustus tahun 2020, Ustaz Bangga berdakwah
di rumah tetangga yang masyarakat berkumpul, salah satu warga membahas tentang
Covid 19 yang meresahkan. Ustaz Bangga memberi pemahaman kalau semua ini
adalah cobaan dari Allah dan kita harus menerimanya, jangan berkecil hati tetap
44
berdoa kepada Allah supaya wabah ini cepat hilang, dan tetap mengikuti protokol
kesehatan yang dianjurkan pemerintah.
3. Bentuk perubahan sosial akibat sosialisasi ajaran Islam sesuai paham
Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ustaz Bangga
Selama proses dakwah, dakwah beliau berjalan lancar dengan masyarakat
menerima secara sadar, dan mengalami perubahan masyarakat mulai meninggalkan
perbuatan musyrik, walaupun masih ada sebagian yang acuh terhadap dakwah yang
disampaikan ustaz Bangga tentang kemusyrikan terhadap Allah. Seperti melakukan
perbuatan yang salah dan dilarang keras oleh Allah yakni, memotong hewan terus
melakukan ritual mabbaca-baca pada rumah salah satu warga yang memiliki benda
sakral dengan maksud tertentu seperti mendapatkan rejeki banyak dan keluarganya
diberi umur panjang dan tetap mengikuti kebiasaan nenek moyangnya.
Muhammadiyah desa Pattuku tidak berkembang secara organisasi, tetapi
beliau tetap berdakwah paham Muhammadiyah dengan tuntunan tarjih. Selama beliau
berdakwah dengan paham Muhammadiyah masyarakat mengalami perubahan sosial
secara lahan perlahan dan meninggalkan kebiasaan dahulu yang tidak sesuai agama
islam.
Muhammadiyah tidak menonjol dikarenakan dari Bone saja tidak terlalu aktif
dilihat dari masyarakat lebih dominan Nu yang pengaruhnya dan impasnya dimana-
mana, selain itu Ustaz Bangga terlalu sibuk mengurusi banyak hal seperti masalah
desa, dan siswa yang diajar Ustaz Bangga karena kurang guru di Mts dan SMA
sehingga Muhammadiyah tidak berkembang walaupun Ustaz Bangga orang
45
Muhammadiyah, beda di Gowa wakktu Ustaz Bangga tinggal disana Ustaz mengajar
di yayasan Muhammadiyah dan lebih aktif musyawarah berjenjangnya sampai disana
ikut Milad dan Muktamar Muhammdiyah.
Adapun pendapat pak Sumardi mengenai ustaz Bangga tentang perubahan
sosial yang terjadi pada masyarakat dengan adanya paham Muhammadiyah yaitu:
―selama ustaz bangga berdakwah perubahan sangat kelihatan sekali
kah sebelumnya ustaz Bangga itu masuk dalam desa ini sebagai
memberikan pencerahan masyarakat kan kebiasaan-kebiasaan
masyakat kemaren-kemarinnya sering munking mabbaca-baca atau
mungking biasanya kalau mau masuk ramadan biasanya kalau mau
masuk puasa dan keluar bulan ramadan itu dan setelah kedatangan
ustaz Bangga memberikan pencerahan kepada masyarakat,
Alhamdulillah masyarakat sedikit demi sedikit meninggalkan
kebiasaan tersebut dan menuju kepada sesuai dengan yang ditujukan
oleh agama‖ (wawancara tanggal 26 agustus 2020).
Dari hasil wawancara tersebut ditafsirkan bahwa selama Ustaz Bangga
berdakwah perubahan sangat kelihatan sekali karena sebelum Ustaz Bangga masuk
dalam desa ini sebagai pemberi pencerahan pada masyarakat, masyarakat masih
banyak yang melakukan mabbaca-baca seperti mau masuk dan keluar bulan
ramadan. Sehingga masyarakat sedikit demi sedikit meninggalkan kebiasaan tersebut
dan menuju kepada sesuai dengan yang ditujukan oleh agama.
Selanjutnya imam desa yang bernama Yusrianto mengenai perubahan yang
terjadi dalam masyarakat yaitu:
―kalau menurut pribadi saya, saya sangat setuju dakwah yang
dibawakan ustaz Bangga karena dapat kita menuju jalan yang benar,
oh kalau alasan saya sehingga setuju karena dia selalu menyuruh kita
ke jalan yang benar, dia itu tidak pernah mencela orang misalnya saya
selalu termotivasi dengan dia kah selalu memberi arah yang benar,
respon masyarakat menerima dengan baik dakwah ustaz Bangga, dia
46
itu orangnya selalu menghimbau masyarakat ke masjid untuk salat
berjamaah, dan memberikan banyak motivasi ke anak mudae
pendidikan itu penting. Selama dia menjadi kepala desa. Penceramah,
guruto, warga desa Pattukue banyak perubahan semenjak dia tinggal
disini, perubahan sosialnya mengalami kemajuan baik segi pendidikan,
keagamaan, dan pola pikir masyarakat banyak hal positi’e, terutama
keagamaanya‖ (wawancara tanggal 1september 2020).
Penafsiran dari wawancara yaitu bahwa sangat setuju dakwah yang dibawakan
Ustaz Bangga karena dapat menuju jalan yang benar dan tidak pernah mencelah.
Termotivasi dengan Ustaz Bangga karena selalu memberitahu jalan yang benar.
Selalu mengajak kepada masyarakat agar melaksanakan salat berjamaah di masjid.
Masyarakat dapat menerima dakwah Ustaz Bangga dengan baik dan memberi banyak
motivasi anak muda pentingnya pendidikan. Semenjak Ustaz Bangga tinggal pada
desa Pattuku beliau menjadi imam desa, pendakwah, guru dan kepala desa. Desa
mengalami perubahan sosial dan mengalami kemajuan baik dari segi pendidikan,
agamanya, dan pola pikir masyarakat banyak hal positif terutama agamanya.
Kesimpulannya yaitu selama beliau berdakwah dengan paham
Muhammadiyah dimasyarakat terjadi perubahan sosial, masyarakat yang dulunya
masih kental mengikuti kebiasaan nenek moyangnya sekarang masyarakat sudah
mulai meninggalkan kebiasaan tersebut bahkan sudah ada yang tidak melakukan
perbuatan menyimpang dalam akidah warga desa Pattuku. Selain itu perubahan
sangat menonjol di desa Pattuku adalah dari segi keagammanya, pendidikannya,
bahkan ekonomi masyarakat mulai meningkat selama beliau berdakwah dengan
paham Muhammadiyah . Masyarakat duhulu sebelum ada ustaz Bangga masih kental
dengan ritual-ritual yang dilakukan warga desa Pattuku bahkan dalam setiap rumah
47
memiliki sebuah benda berupa guci yang dianggap sumber kesejahtraaan dalam
keluarga.
B. Pembahasan
1. Latar belakang Ustaz Bangga
Muhammadiyah pertama kali diperkenalkan oleh Ustaz Arsyad pada
masyarakat secara luas daerah Pattuku. Penyebaran ajaran Islam dengan paham
Muhammadiyah dilakukan oleh Ustaz Arsyad yang awalnya banyak masyarakat yang
menentang dakwah yang dibawa dalam masyarakat karena menganggap bahwa ajaran
tersebut dapat mengubah kebiasaan yang sudah ada sejak dahulu, seperti mattampung
atau dikenal dengan istilah memotong hewan berupa sapi atau ayam jika ada keluarga
meninggal dengan hari meninggalnya yaitu 3,7, atau 40 hari dan dilakukan ritual
mabbaca-baca dengan niat supaya orang yang meninggal tersebut dapat berada
dalam surga dan banyak makanannya, selain mattampung ada juga kebiasaan yang
dilakukan masyarakat dalam acara pernikahan seperti mabarasanji, maccera baca
dan lain-lain.
Penyebaran agama islam dengan paham Muhammadiyah sudah mendapatkan
tantangan dakwah dalam kalangan umat Islam sendiri yaitu menghadapi sinkretisme
(syirik dan khurafat), bidah, dan buta. Semuanya penyakit umat harus diobati dengan
serius. Penyakit itu ternyata cukup akut karena sudah menjadi budaya dalam kalangan
masyarakat desa Pattuku, dan oleh masyarakat dipahami itulah ajaran Islam (karena
belum paham dengan ajaran dari sumber aslinya). Menghadapi hal ini perlu
48
mengambil langkah yang bijak dengan menggunakan berbagai pendekatan
mengadakan pencerahan.
Seiring waktu berjalan sebagian masyarakat sudah menerima dan ada yang
mulai meninggalkan walaupun sebagian kecil dari warga desa. Dalam penyebaran
ajaran Islam yang dilakukan oleh Ustaz Arsyad datanglah Ustaz Bangga membantu
beliau dengan berdakwah ajaran islam dengan paham Muhammadiyah.
Peneliti menggunakan paradigma definisi sosial menurut Max Weber yaitu
paradigma ini berbicara mengenai perilaku seorang individu aktif yang mampu
menciptakan sebuah realitas sosial yang dapat mempengaruhi sekitarnya (wirawan,
2012:95). Seperti perjalanan hidup Ustaz Bangga yang menjadi pendakwah atau dai,
beliau terlahir dari bapak bernama Abdul Latif dan ibu Rennu, ustaz Bangga memiliki
satu adik perempuan yang bernama Roslawati. Beliau lahir pada desa Pattuku 15 mei
1960 dan hidup daerah pegunungan, beliau masuk perkampungan setelah SD pada
tahun 1967, tahun 1974 beliau masuk PGA tapi pada tahun 1976 PGA dilebur
menjadi MTs. Beliau masuk Mts dan mengikuti ujian ke Bone dan tidak lulus
sehingga beliau mengambil ijazah MTs Muhammadiyah tahun 1976. Beliau pindah
ke Tombolo Kabupaten Gowa untuk melanjutkan sekolah, beliau masuk sekolah
Aliyah Muhammadiyah dengan ijazah Mts Muhammadiyah. Tahun 1978 beliau ujian
MTs lagi karena mau mendapatkan ijazah negeri. Pada tahun 1980 beliau ujian untuk
memiliki ijazah Aliyah Muhammadiyah dan masuk kampus IAIN atau dikenal UIN
Makassar, 1982 beliau ujian lagi untuk mengambil ijazah negeri Aliyah dan saat itu
beliau sudah masuk semester dua di Perguruan Tinggi.
49
Awal Ustaz Bangga mengenal Muhammadiyah pada tahun 1978 pada saat
beliau sekolah MTs Muhammadiyah. Di Perguruan Tinggi beliau mengambil
organisasi ekstra kampus yaitu IMM sampai selesai tahun 1987 . Setelah selesai
beliau mengajar sekolah Mts dan Aliyah Muhammadiyah Dataran kabupaten Gowa
karena disana kekurangan guru. Beliau mengajar kurang lebih 10 tahun lamanya dan
beliau aktif Muhammadiyah dan mendapatkan keanggotaan Muhammadiyah hingga
menjadi pengurus cabang, sekretaris umum Pemuda Muhammadiyah, dan menjadi
sekretaris umum cabang Pao Tombolo kabupaten Gowa.
Ustaz Bangga pindah ke Bone Karena bapaknya meninggal dan menjadi
imam desa, beliau juga menjadi guru, pendakwah, kepala desa, dan kepala sekolah.
Selama tinggal desa Pattuku, Ustaz Bangga berdakwah pada masyarakat, yang masih
terpencil dan banyak yang melakukan penyimpangan keyakinan seperti musyrik.
Dalam berdakwah beliau melakukan dakwah kultural dengan kegiatan dakwah yang
memperhatikan, memperhitungkan, dan memanfaatkan adat-istiadat, seni, dan budaya
lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam dalam proses menuju kehidupan
Islami sesuai dengan unsur Muhammadiyah yang bertumpu pada prinsip tajdid,
dengan purifikasi dan pembaruan. Dengan mempelajari kondisi sosiokultural budaya,
adat istiadat dan kultural masyarakat setempat, dakwah dapat berjalan tanpa harus
mengumpulkan massa yang banyak, dakwah dapat dilakukan di mana saja dan kapan
saja. Sebagai proses komunikasi, dakwah kultural dapat menjadikan budaya lokal
menjadi wahana dalam mendekati masyarakat sebagai sasaran dakwah sehingga
51
seluruh lapisan dan kelompok masyarakat dapat menjadi umat dakwah (Rafiq,
2016:38).
Model dai masyarakat terpencil perlu model komunikasi yang merupakan
suatu kebutuhan yang berperan penting dalam mencapai tujuan dakwah dan antara
model tersebut ialah komunikasi interpersonal yaitu merupakan pertemuan langsung
dengan salah satu warga baik pertemuan dalam rumah, pesta maupun tempat lain, jika
telah bertemu mereka saling menyapa dan tentu tidak sedikit melakukan komunikasi
dengan salah seorang warga. Komunikasi kelompok merupakan sekumpulan orang
yang memiliki tujuan tertentu, seperti hal yang dilakukan oleh dai mengikuti aktivitas
masyarakat desa seperti acara, pesta maupun program yang ada masyarakat tersebut,
ikut bersama-sama, tentu ini adalah membangun antusias warga dalam mengikuti
dakwah yang dilaksanakan oleh dai (Nasaruddin, 2018:77).
2. Bentuk tindakan sosial yang dilakukan Ustaz Bangga dalam mensosialisasikan
ajaran Islam sesuai paham Muhammadiyah
Menurut Max weber, tindakan sosial adalah proses aktor terlibat dalam
mengambil keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dipilih, tindakan tersebut mengenai semua jenis perilaku manusia,
yang dengan penuh arti kepada perilaku orang lain, yang telah lewat, yang sekarang,
dan yang masa akan datang.
Dalam menghadapi umat Islam yang belum dan masih sungkan menjalankan
syari’at/ibadah, diperlukan suatu tindakan dan strategi dakwah tersendiri dengan
berbagai pendekatan. Adapun yang perlu diperhatikan dalam dakwah Kultural adalah
52
tidak berdakwah kebudayaan, namun berdakwah dengan menggunakan pendekatan
kebudayaan. Hal ini pun tentunya tidak boleh melanggar prinsip-prinsip ajaran Islam
(strategi dan taktik tidak boleh melanggar prinsip).
Ustaz Bangga berdakwah dalam masyarakat baik itu dalam bentuk perayaan
agama islam, kerumunan atau perkumpulan tetangganya, maka beliau melakukan
beberapa bentuk tindakan sosial yaitu
a) Tindakan rasionalitas instrumental merupakan suatu tindakan sosial yang
dilakukan seseorang berdasarkan atas pertimbangan dan pilihan secara sadar
untuk mencapai tindakan tersebut. Seperti halnya dakwah yang dilakukan Ustaz
Bangga kepada masyarakat yang tidak pernah mengenal siapa saja asalkan apa
yang disampaikan ustaz Bangga merupakan suatu arahan supaya tetap berada
pada jalan yang benar dan tidak melakukan penyimpanan agama islam seperti
kemusyrikan.
b) Tindakan rasional nilai ini memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya
merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara tujuannya
sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut.
Dalam penelitian ini Ustaz Bangga melakukan dakwah dalam masyarakat
sehingga masyarakat tetap beriman kepada Allah, selalu berada pada jalan yang
benar dan tidak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan Al-Quran dan
hadis seperti musyrik dan tindakan ini merupakan ibadah kepada Allah.
c) Tindakan afektif, tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi
tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya
53
spontan merupakan ekspresi emosional dari individu. Seperti kerumunan
masyarakat atau tempat keramaian lainnya, ustaz Bangga berdakwah secara tiba-
tiba agar masyarakat tersebut tidak gibah dan merugikan dirinya sendiri dan
orang terdekatnya.
d) Tindakan tradisional yaitu suatu tindakan yang dilakukan karena kebiasaan.
Halnya dalam Ustaz Bangga berdakwah pada masyarakat, tidak pernah lupa
mengajak masyarakat salat berjamaah ke mesjid supaya mesjid itu ramai seperti
salat berjamaah pada waktu magrib (wirawan, 2012:101).
3. Bentuk perubahan sosial akibat sosialisasi ajaran Islam sesuai paham
Muhammadiyah yang disampaikan oleh Ustaz Bangga
Perubahan sosial memang harus menjadi sasaran utama dari sosialisasi atau
dakwah ajaran Islam dengan paham Muhammadiyah. Sebelumnya sosialisasi tidak
bisa dilepaskan dari adanya proses komunikasi. karena komunikasi dan perubahan
sosial harus selalu sejalan satu dengan yang lainnya. Sosialisasi tanpa komunikasi
tidak berjalan menuju target yang diinginkan yaitu terjadinya perubahan masyarakat
yang memiliki nilai berbagai bidang kehidupan. perubahan sosial adalah Perubahan
yang akan berlangsung terus selama adanya interaksi dalam masyarakat. Perubahan
terjadi lantaran ada perubahan unsur yang mempengaruhi keseimbangan masyarakat
seperti ekonomi, kebudayaan, geografis, dan biologis. Perubahan yang terjadi
berdasarkan perkembangan zaman yang semakin dinamis.
Seperti halnya, Ustaz Bangga melakukan dakwah ajaran Islam dengan paham
Muhammadiyah pada desa Pattuku yang masyarakat masih percaya sinkretisme
54
(syirik dan khurafat), bid’ah, dan buta. Dengan adanya dakwah Ustaz Bangga
masyarakat mengalami perubahan sosial secara bertahap-tahap dan mulai
meninggalkan kebiasaan buruknya dengan mengikuti kebiasaan nenek moyangnya
yang menyimpang yang tidak sesuai agama Islam.
Di dalam kehidupan masyarakat sering dijumpai berbagai bentuk perubahan
sosial adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Sosial secara Lambat
Perubahan sosial secara lambat atau evolusi merupakan perubahan waktu lama,
dan perubahan kecil yang saling mengikuti. Perubahan secara lambat terjadi
karena masyarakat berusaha menyesuaikan diri yang sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat berdasarkan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang timbul. Oleh
sebab itu perubahan yang terjadi melalui evolusi terjadi dengan sendirinya secara
alami, tanpa rencana atau kehendak tertentu.
b. Perubahan Sosial secara Cepat
Perubahan sosial secara cepat atau revolusi adalah perubahan terjadi dalam
masyarakat secara cepat yang menyangkut kehidupan masyarakat serta lembaga
kemasyarakatan, dan sering menimbulkan disintegrasi dalam kehidupan sosial,
ekonomi dan politik.
c. Perubahan Sosial Kecil
Perubahan sosial kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur
sosial yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat karena tidak
terpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan dan lembaga kemasyarakatan.
55
d. Perubahan Sosial Besar
Perubahan sosial besar yaitu suatu perubahan yang membawa pengaruh sangat
besar dalam aspek kehidupan manusia serta menimbulkan perubahan pada
lembaga kemasyarakatan seperti pada masyarakat yang mengalami proses
modernisasi - industrialisasi.
e. Perubahan Sosial yang Direncanakan
Perubahan Sosial yang direncanakan adalah perubahan yang diperkirakan oleh
pihak-pihak yang akan mengadakan perubahan dalam masyarakat. Adanya
perubahan yang mempengaruhi masyarakat dapat melakukan rekayasa sosial atau
yang biasa disebut sebagai perencanaan sosial.
f. Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan
Perubahan sosial yang tidak direncanakan merupakan perubahan tanpa
dikehendaki oleh masyarakat dari luar jangkauan pengawasan masyarakat.
Perubahan yang tidak dikehendaki ternyata diharapkan dan diterima oleh
masyarakat seperti reformasi yang terjadi pada Indonesia (Soekanto, 2014).
Strategi dalam perubahan sosial pada masyarakat Pattuku dalam terbentuk
masyarakat Islam. Identitas itu disumbang oleh praktik keseharian masyarakat, seperti
dalam praktik ritual dan tradisi masyarakat sehari-hari. Itulah yang kemudian telah
memperkuat dan memberi rasa persamaan bagi para anggotanya terutama ketika
berhadapan dengan orang lain yang memiliki identitas kolektif yang berbeda.
Penjelasan mengenai masyarakat Islam, tampak jelas ada situasi yang terbuka
munculnya sebuah gejala sosial yang mengarah terjadinya perubahan, baik dalam
56
struktur maupun kultur masyarakat tersebut. Gejala itu tentu saja sifatnya alami dan
berjalan normal yang fungsinya untuk mendukung bagi kelangsungan sebuah sistem
masyarakat.
Seperti halnya perubahan yang terjadi pada desa Pattuku dahulu masih banyak
orang yang mengikuti kebiasaan nenek moyangnya seperti matampung dan
mabbarasanji yang dilakukan masyarakat. Dan dengan adanya dakwah dengan
paham Muhammadiyah masyarakat sudah ada perubahan yaitu masyarakat sudah
banyak meninggalkan kebiasaan tersebut
Jadi, perubahan yang akan dihasilkan dakwah ialah apabila dilakukan dengan
terencana dan mempunyai tujuan. Karena dakwah merupakan salah satu ajaran yang
baik dan benar dalam Islam, maka harus disebarkan dengan cara yang baik pula.
57
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya yaitu
mengenai dakwah sosiologi masyarakat terpencil dengan paham Muhammadiyah
pada desa Pattuku, maka penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian ini sebagai
berikut:
1. Bahwa Ustaz Bangga lahir pada daerah pegunungan, setelah masuk SD baru
pindah ke perkampungan dan melanjutkan sekolah PGA atau setara dengan
sekolah menengah pertama, dan hijrah ke Tombolo untuk melanjutkan sekolah
dan beliau pertama mengenal Muhammadiyah, beliau mengikuti beberapa
serangkai pengaderan Muhammadiyah dan ikut kajian Muhammadiyah sampai
akhirnya beliau mengajar salah satu sekolah naungan Muhammadiyah Tombolo.
Ustaz Bangga pindah ke Bone karena bapaknya meninggal dan tidak ada yang
menggantikan bapaknya menjadi imam desa. Beliau juga menjadi guru, kepala
sekolah, kepala desa dan pendakwah ajaran Islam paham Muhammadiyah dengan
tuntunan tarjih karena desa Pattuku masih banyak masyarakat yang berperilaku
menyimpang khususnya keyakinan seperti musyrik.
2. Ustaz Bangga mengambil sebuah bentuk tindakan dengan metode dakwah
kultural yang proses komunikasinya dapat menjadikan budaya lokal menjadi
wahana dalam mendekati masyarakat sebagai sasaran dakwah sehingga seluruh
lapisan dan kelompok masyarakat dapat menjadi umat dakwah. Model dai
58
masyarakat terpencil perlu model komunikasi yang merupakan suatu kebutuhan
yang berperan penting dalam mencapai tujuan dakwah dalam mensosialisasikan
ajaran islam dengan paham Muhammadiyah dengan melakukan pendekatan dan
memberi pemahaman sedikit demi sedikit secara pelan-pelan dalam masyarakat
baik dakwah secara langsung maupun dakwah dengan perbuatan.
3. Perubahan sosial yang terjadi akibat dakwah Ustaz Bangga termasuk perubahan
sosial yang direncanakan karena perubahan sosial yang dikehendaki atau
direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan atau direncanakan terlebih
dahulu oleh pihak-pihak yang akan mengadakan perubahan dalam masyarakat.
Perubahan yang mengubah masyarakat desa Pattuku ke jalan yang benar dan
mulai meninggalkan perbuatan yang menyimpang yang tidak sesuai ajaran Islam
terutama akidah seperti musyrik.
B. Saran
1. Diharapkan Muhammadiyah meninjau langsung ke daerah-daerah yang terdapat
keMuhammadiyahaan, sehingga Muhammadiyah berkembang khususnya daerah
terpencil.
2. Disarankan kepada pendakwah Muhammadiyah tetap meneruskan dan
mengembangkan tema dakwah serta lebih memperluas bidang garapan dengan
mengembangkan kajian pada bidang keagamaan yang berorientasi kepada
peningkatan kesejahteraan masyarakat
3. Seharusnya ada ranting Muhammadiyah pada desa atau kecamatan supaya jelas
bahwa ada organisasi Muhammadiyah
59
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penelitian keMuhammadiyahan pada
daerah khususnya daerah terpencil sehingga Muhammadiyah bukan hanya dikenal
pada kota bahkan daerah terpencil pun.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
AB,Syamsuddin. (2016). Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Prenadamedia Grup
Abror, R. H. (2014). Rethinking Muhammadiyah: Masjid, Teologi Dakwah Dan
Tauhid Sosial (Perspektif Filsafat Dakwah). Ilmu Dakwah: Academic Journal
for Homiletic Studies, 6(1), 53-75
Afrizal. (2015). Metode Penelitian Kualitatif: Upaya mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitati fdalam Berbagai Disiplin Ilmu . Jakarta: Rajawali Pers
Amar Faozan dan Setiawan Edi. (2018). Model Dakwah Muhammadiyah Di Daerah
Terpencil, Terluar Dan Terdalam: Studi Kasus Di Kalimantan Tengah.
Prosiding Kolokiumdaktor Dan Seminar Hasil Penelitian Hibah, 1(1)
Alwi Muh. (2013) Gerakan Dakwah Muhammadiyah Di Sulawesi Selatan. Jurnal
Diskusi Islam. 1(1), 77.
Creswell John W. (2016). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmawijaya. (2014). Sejarah Muhammadiyah Di Sulawesi Selatan 1926-1942.
Jurnal Lektur Keagamaan.12(2).
Hasmida. (2017). Perkembangan Muhammadiyah Di Gampong Kuta Bak Drien
Kecamatan Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat Daya (2009-2017). Skripsi
S1. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh
Himawati Murni. (2014). Manajemen Pendayagunaan Dana Wakaf Untuk
Pembangunan Sarana dan Prasarana Desa Terpencil Pada Badan Wakaf Al-
Quran Jakarta‖. Skripsi—UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Husein Amrullah. 2017). Dakwah Kultural Muhammadiyah Terhadap Kaum Awam.
Jurnal Ath-Thariq. 1(1).
Indris Ahnu Muhammad. (2018). Dakwah Pada Masyarakat Tepencil: Metode
Da’wah bi al-hal Sebagai Upaya Meningkatkan Taraf Kehidupan Mad’u.
Jurnal Studi Keislaman. 4(1).
Jinan Mutohharun. (2015). Muhammadiyah Studies: Transformasi Kajian Tentang
Gerakan Islam Di Indonesia. Analisa Journal of Social Science and Religion.
22(2), 269-280
Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis
Ilmiah (KTI). Yogyakarta: CV Budi Utama.
xix
Kadril Muhammad. (2018). Pengembangan Syiar Islam Di Kerajaan Bone Pada Masa
Pemerintahan La Maddaremmeng Tahun (1625–1644 M). Jurnal Rihlah. 6(2),
142-143
Maria, U. H. (2012). Pembinaan Masyarakat Melalui Dakwah Muhammadiyah Di
Kabupaten Sragen Tahun 1985-2005. Journal of Indonesian History, 1(1).
Nasaruddin. (2018). Model Komunikasi Dai perbatasan Dalam Menjawab Tantangan
Dakwah (Studi Kasus Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.
Skripsi—Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh
Radinal Husein. (2013). Studi Evaluasi Ketersediaan Tenaga Kesehatan Di
Puskesmas Pada Kabupaten/Kota Daerah Tertinggal, Perbatasan Dan
Kepulauan Terhadap Capaian Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten Kota. Tesis—Universitas Indonesia, Depok
Rahmawati, Reni Andi. (2017). Dinamika Islam Dan Politik Kerajaan Bone Sebelum
Dan Setelah Memeluk Islam. Jurnal Rihlah. 5(2), 182-183
Rafiq Mohd. (2016). Metode Dakwah Muhammadiyah Di Kabupaten Tapanuli
Selatan. Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman. 2(1).
Sarbini, Ahmad (2020). Sosiologi Dakwah. Bandung: Simbiosa Rakatama Media.
Soekanto, Soerjono (2014). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta
Wirawan I.B. (2011). Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigm (Fakta Sosial,
Definisi Sosial, Dan Perilaku Sosial). Jakarta: Pernadamedia Group
60
61
PEDOMAN WAWANCARA
Judul Proposal : Sosiologi Dakwah Masyarakata Terpencil (Studi Naratif Dai
Muhammadiyah Di Desa Pattuku Kecematan Bontocani)
Nama Informan :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Lokasi :
Pertanyaan Informan
Utama
Pertanyaan Informan
Kunci
Pertanyaan Informan
Tambahan
1. Kapan Anda mengenal
Muhammadiyah?
2. Apa yang Anda
ketahui tentang
Muhammadiyah?
3. Dimana Anda pertama
kali mengenal
Muhammadiyah?
4. Mengapa Anda
akhirnya memilih
Muhammadiyah?
5. Apa yang mendasari
sehingga Anda
berdakwah ajaran
islam dengan paham
Muhammadiyah?
6. Bagaimana peran istri
mendorong Anda
1. Apakah Anda kenal
dengan Ustaz Bangga?
2. Sejak kapan Anda
mengenal Ustaz
Bangga?
3. Apa yang Anda ketahui
tentang Ustaz Bangga?
4. Apa Anda mengetahui
kalau Ustaz Bangga
berdakwah dengan
paham Muhammadiyah?
5. Apakah Anda sering
mengikuti dakwah
Ustaz Bangga?
6. Dimana Anda sering
mengikuti dakwah
Ustaz Bangga?
7. Kapan Anda biasa
1. Apakah Anda kenal
dengan Ustaz Bangga?
2. Sejak kapan Anda
mengenal Ustaz
Bangga?
3. Apa yang Anda ketahui
tentang Ustaz Bangga?
4. Apa Anda mengetahui
kalau Ustaz Bangga
berdakwah dengan
paham
Muhammadiyah?
5. Apakah Anda sering
mengikuti dakwah
Ustaz Bangga?
6. Dimana Anda sering
mengikuti dakwah
Ustaz Bangga?
62
dalam berdakwah?
7. Bagaimana tanggapan
keluarga Anda selama
mengenal
Muhammadiyah?
8. Apakah keluarga Anda
setuju berdakwah
dengan paham
Muhammadiyah atau
sebaliknya?
9. Bagaimana cara Anda
mengambil solusi jika
keluarga Anda tidak
setuju dengan dakwah
Anda dengan paham
Muhammadiyah?
10. Dimana Anda biasa
melakukan dakwah
ajaran islam dengan
paham
Muhammadiyah?
11. Kapan Anda
melakukan dakwah
ajaran islam dengan
paham
Muhammadiyah?
12. Kendala apa yang
Anda hadapi dalam
mengikuti dakwah
Ustaz Bangga?
8. Apakah Ustaz Bangga
pernah dikritik terhadap
Jamaahnya pada saat
berdakwah?
9. Bagaimana tindakan
yang digunakan Ustaz
Bangga jika
mendapatkan kritikan
dari jamaahnya?
10 Apakah terjadi
perubahan dimasyarakat
selama Ustaz Bangga
berdakwah dengan
paham Muhammadiyah,
dan masyarakat mulai
meninggalkan
kebiasaannya seperti
melakukan ritual
mabbaca baca di bawah
pohon atau batu besar?
7. Kapan Anda biasa
mengikuti dakwah
Ustaz Bangga?
8. Apakah Anda setuju
terhadap dakwah yang
dibawakan Ustaz
Bangga atau
sebaliknya?
9. Mengapa Anda tidak
setuju terhadap dakwah
yang disampaikan Ustaz
Bangga?
10. Mengapa Anda setuju
terhadap dakwah yang
disampaikan Ustaz
Bangga?
11. Apakah Ustaz Bangga
pernah dikritik terhadap
Jamaahnya pada saat
berdakwah?
12. Bagaimana tindakan
yang digunakan Ustaz
Bangga jika
mendapatkan kritikan
dari jamaahnya?
13. Apakah terjadi
perubahan dimasyarakat
selama Ustaz Bangga
63
berdakwah ajaran
islam paham
Muhammadiyah?
13. Bagaimana upaya
Anda dalam
menghadapi kendala
tersebut?
14. Tindakan apa yang
Anda pakai dalam
berdakwah ajaran
islam dengan paham
Muhammadiyah?
15. Apakah tindakan Anda
berhasil dalam
melakukan dakwah
dimasyarakat dengan
paham
Muhammadiyah?
16. mengapa
Muhammadiyah di
desa ini tak kunjung
berkembang sementara
Ustaz adalah tokoh
yang sangat
berpengaruh di desa?
17. Kenapa Anda tidak
membina remaja
masjid, dan mengajak
berdakwah dengan
paham Muhammadiyah,
dan masyarakat mulai
meninggalkan
kebiasaannya seperti
melakukan ritual
mabbaca baca di bawah
pohon atau batu besar?
64
mereka bergabung di
Ikatan pelajar
Muhammadiyah atau
di pemuda
Muhammadiyah?
18. Apa untungnya bagi
Anda tetap sebagai
aktivis
Muhammadiyah,
padahal di desa ini
justru Muhammadiyah
tidak menonjol.
Bahkan Anda sendiri
mengajar di sekolah
non Muhammadiyah?
19. Apakah terjadi
perubahan
dimasyarakat selama
Ustaz Bangga
berdakwah dengan
paham
Muhammadiyah, dan
masyarakat mulai
meninggalkan
kebiasaannya seperti
melakukan ritual
mabbaca baca di
bawah pohon atau batu
65
besar?
20. Apa harapan Anda ke
depannya sehingga
muhammadiyah eksis
di tengah-tengah
masyarakat?
DOKUMENTASI
Informan Utama (Ustaz Bangga)
66
Buku Yang Dipakai Sebagai Acuan Dakwah Ustaz Bangga
Informan Kunci (Yusrianto Dan Ustaz Saddike)
67
Informan Tambahan (Rafida R Dan Sumardi)
68
WAKTU PENELITIAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengusulan Judul
2 Penyusunan proposal
3 Konsultasi Pembimbing
4 Seminar Proposal
5 Pengurusan Izin Penelitian
6 Menyusun Pedoman Wawancara
7 Observasi
8 Wawancara
9 Pengumpulan Dokumen
10 Pengumpulan Data
11 Penyusunan Hasil Penelitian
No Jenis kegiatanBulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
69
70
71
72
73
74
75
RIWAYAT HIDUP
Musfira lahir pada tanggal 15 Mei 1998, di desa Pattuku Kabupaten
Bone Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis merupakan anak tunggal
dari pasangan A. Hasfiah dan Mustawaf. Penulis pertama kali
masuk pendidikan Formal di SD 293 Pattuku tahun 2004 dan tamat
pada tahun 2010. Pada tahun selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke MTs
Pattuku Kabupaten Bone dan tamat pada tahun 2013. Setelah tamat di MTs, penulis
melanjutkan ke SMA Negeri 6 Bone di kecematan Kahu Kabupaten Bone dan tamat
pada tahun 2016. Dan pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan pada
program Strata Satu (S1) sebagai Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah
Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Sosisologi
melalaui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis pernah aktif
organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dibidang HUMAS (Hubungan
Masyarakat).
76
77
top related