skripsi - digilib.uns.ac.id/pola... · pariwisata merupakan sub sektor ... memberikan sumbangan...
Post on 17-Jun-2018
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
POLA PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI
DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN
KARANGANYAR
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Disusun oleh :
MUSLIH MUTTAQIN
D 0306049
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Prof. Dr.RB Soemanto, MA (……………………) NIP. 1947090140 197612 1 001
2. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si (……………………) NIP. 19770719 200801 2 016
3. Drs. Argyo Demartoto, M.Si (……………………) NIP. 19650825 199203 1 003
Disahkan Oleh :
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan,
Prof. Drs. Pawito, Ph.D
NIP. 19540805 19850 3 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Sesuatu yang dikerjakan dengan penuh perhitungan, tidak ada kata penyesalan
untuk sesuatu yang dihasilkannya, walaupun mati adalah jawaban akhirnya”
( Penulis)
“Hidup ini seindah mimpi, dan menyegerakan melangkah adalah jalan terbaik
menggapai mimpi ”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
MUSLIH MUTTAQIN, 2011, D0306049, POLA PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN KARANGANYAR, Skripsi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pariwisata merupakan sub sektor ekonomi merupakan industri besar yang memberikan dampak positif untuk berbagai elemen masyarakat. Satu kekayaan alam yang menjadi daya tarik di Kabupaten Karanganyar adalah potensi ekowisata yang ada di Desa Berjo. Tujuan penelitian dalam pengembangan ekowisata ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat Desa Berjo serta faktor pendorong dan penghambat masyarakat dalam pengembangan ekowisata. Dalam penelitian ini menggunakan teori aksi atau Action Theory dari paradigma definisi sosial. Didalam teori aksi ada individu sebagai aktor. Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai tujuan. Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan bahwa di Desa Berjo mempunyai potensi ekowisata yang dapat dikembangkan. Selain itu adanya tindakan sosial masyarakat Berjo untuk partisipasi dalam mengembangkan wisata di desanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Untuk teknik pengambilan sampel digunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis model interaktif yang menggunakan tiga komponen utama, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Untuk memperoleh data dengan tingkat validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber dan metode. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tindakan sosial masyarakat Desa Berjo yang berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata. Partisipasi tersebut meliputi partisipasi masyarakat dalam Perencanaan pengembangan ekowisata yaitu memberikan gagasan dan menentukan pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata yaitu dengan memberikan bantuan tenaga, waktu, dan pemikiran. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan yaitu dengan mendirikan usaha informal dalam bidang wisata dan jasa wisata. Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan adanya faktor-faktor pendorong masyarakat dalam pengembangan ekowisata yaitu mulai pahamnya masyarakat tentang pariwisaata dan adanya perhatian dari pemerintah dalam mengembangkan ekowisata dan adanya kekurangan dana serta fasilitas penunjang pariwisata yang menjadikan faktor penghambat masyarakat Desa Berjo dalam berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata . Kata Kunci: Ekowisata, Pengembangan Ekowisata, Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat ALLAH
SWT atas karunianya yang tak terkira ini sehingga penulis dapat mengerjakan
skripsi dengan judul: “POLA PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO
KABUPATEN KARANGANYAR”
Skripsi ini disusun dan dipersiapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret. Rasa Syukur alhamdulillah atas nikmat yang diberikan kepada
penulis serta Berbagai pihak telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi
ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si selaku Ketua Jurusan Sosiologi FISIP
UNS
3. Bapak Drs.Argyo Demartoto,M.Si selaku pembimbing skripsi saya.
4. Bapak Dra. Suyatmi, M.S. selaku pembimbing akademik.
5. Terimakasih kepada Bapak Ibu Dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas
ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
Juga terimakasih kepada seluruh Staff FISIP atas bantuannya selama ini.
6. Terimakasih kepada Sekretaris Desa Berjo Bapak Supardi yang selalu
mengarahkan penulis selama penelitian.
7. Terimakasih kepada Bapak-Ibu Marimo beserta keluarganya yang
memberikan peneliti tempat menginap selama melakukan penelitian.
8. Terimakasih untuk seluruh responded dan informan yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam melengkapi data
penelitian ini beserta semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
9. Terimakasih untuk kedua orangtua ku, kakak-kakak ku, serta adikku yang
selalu mendoakanku.
10. Terimakasih kepada dik Rafa yang memberikan motifasi yang luar biasa
kepadaku untuk menyelesaikan skripsiku.
11. Terimakasih untuk calon Bidadari dunia akhiratku yang sangat berjasa
memberikan semangat untuk menyelesaikan studi ku.
12. Terimakasih kepada teman-teman satu angkatan jurusan Sosiologi Karena
sedikit banyak memberikan warna dalam kuliah ku.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan Kemampuan dan
pengetahuan dalam penyusunan skripsi ini. Masukan dan kritik yang membangun
sangat diharapkan guna perbaikan penelitian selanjutnya hingga menjadi lebih
baik. Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat,
memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
bagi pembaca.
Surakarta, april 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kepariwisataan di Indonesia akhir-akhir ini berkembang dengan
pesat. Hampir seluruh daerah atau provinsi mengembangkan progam
pariwisata dengan cara menjual atau menawarkan keindahan dan keunikan
budaya serta lingkungan alamnya. Memang dalam kerangka yang besar atau
nasional, kepariwisataan ini diharapkan dapat menyumbang devisa bagi
negara (Fandeli,2005).
Pariwisata sebagai sub sektor ekonomi merupakan industri besar dan
cepat perkembangannya, namun perkembangan industri pariwisata tidak
hanya terkait dengan bisnis perjalanan secara umum, tetapi juga pada tingkat
kunjungan wisatawan secara nasional pada kawasan-kawasan yang dilindungi
seperti taman nasional, cagar alam, dan sejenisnya (Hidayati,2003).
Seiring dengan kesadaran wisatawan terhadap lingkungan dan isu-isu
tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan telah memberikan
kontribusi terhadap pandangan pentingnya prinsip-prinsip ekowisata yang
berkelanjutan. Prinsip ekowisata ini diharapkan mampu mempertahankan
kualitas lingkungan, mempertahankan budaya, memberdayakan masyarakat
lokal dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal. Menurut
Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 pasal 3 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pariwisata menyebutkan pada hakikatnya tujuan dari penyelenggaraan
pariwisata sebagai berikut:
1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan
mutu obyek dan daya tarik wisata.
2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar
bangsa.
3. Memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.
Dalam kerangka kecil, pariwisata diharapkan oleh masyarakat dapat
ikut serta berpartisipasi dalam pengembangan dengan melibatkan diri dalam
perekonomian yang berkembang seiring dengan masuknya wisatawan.
Idealnya apa yang dibelanjakan wisatawan merupakan keuntungan masyarakat
setempat dari proyek pengembangan daerah wisata tersebut.
Ada 3 aktor penting yang menggerakkan sistem pariwisata, yaitu
masyarakat, pemerintah, dan swasta. Semua komponen itu berjalan secara
bersamaan dan perlu adanya koordinasi bersama untuk dapat mengembangkan
pariwisata. Dengan perkembangan suatu daerah menjadi daerah wisata
,berkembang pula peluang-peluang bisnis dari yang kecil sampai besar.
Tentunya peluang itu cepat atau lambat akan terisi
Salah satu kekayaan alam yang menjadi daya tarik di Kabupaten
Karanganyar adalah potensi ekowisata yang ada di Desa Berjo. Desa tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mempunyai keindahan alam yang sangat luar biasa yang menjadikan daya
tarik wisatawan untuk datang dan menikmati keindahan serta melepas
kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Diantara obyek wisata yang ada di Desa
Berjo adalah Air Terjun Jumog yaitu air terjun yang memiliki ketinggian 40 m
terletak di sebelah selatan Candi Sukuh tersebut memiliki panorama alam
yang sangat luar biasa serta alam yang masih natural. Selain itu Desa Berjo
juga mempunyai kekayaan alam yang lain yaitu Candi planggatan yang
merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya.Ada juga Candi Sukuh.
Candi Hindu ini berada pada ketinggian 910 mdpl yang berbentuk piramida
yang dapat dinaiki hingga puncak candi. Candi yang dibangun sebagai tempat
pemujaan ritual keagamaan saat ini lebih berfungsi sebagai tempat meditasi
dan sesaji yang dianggap sakral. Kekhasannya adalah berada di tengah
suasana desa serta dilatarbelakangi hutan pinus menjadikan tempat ini
mempunyai daya tarik perpaduan kekayaan budaya dan kekayaan alami
Indonesia. Di atas Candi Sukuh, terdapat Taman Hutan Rakyat ( TAHURA)
yaitu wisata yang menyajikan keindahan serta kealamian alam yang sangat
menantang untuk dijelajahi. Yang tidak kalah indah dan eksotik dari Desa
Berjo adalah mulai dikembangkannya potensi wisata Telaga Madigda. Telaga
ini mempunyai kealamian yang masih terjaga, sehingga obyek wisata ini
sangat potensial untuk dikembangkan.
Dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah
tujuan wisata, agar dapat menarik untuk dikunjungi harus memenuhi syarat
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1. Daerah tersebut harus memiliki apa yang disebut sebagai : “something to
see”. Artinya di tempat tersebut harus memiliki obyek wisata,yang
berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.
2. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah
”something to do”. Artinya di tempat tesebut setiap banyak yang dapat
dilihat dan disaksikan harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat
membuat mereka tinggal lebih lama di tempat itu.
3. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut ”something to buy”.
Artinya ditempat tersebut harus ada fasilitas-fasilitas untuk
berbelanja(shooping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan
rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-
masing (Yoeti, 1996: 177-178)
Kalau melihat kerangka tersebut, sebenarnya penduduk setempat
adalah pihak yang paling memahami dan untuk mengembangkan pariwisata di
Desa nya. Pemberdayaan masyarakat dapat ditempuh dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka (penduduk desa) sebagai
subyek pembangunan untuk mengelola dirinya dengan SDA, SDM serta
perangkat kelengkapan yang dimilikinya untuk kesejahteraan bersama
(Demartoto,2009 : 125-126). Karena masyarakat setempat paling mengenal
daerahnya dan sejarah yang terkandung dalam obyek wisata tersebut. Selain
itu dengan lahan yang dimiliki penduduk setempat akan lebih memudahkan
dalam melakukan pengembangan obyek wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dalam pengembangan ekowisata di Kabupaten Karangayar ini
penulis tertarik dengan pola masyarakat dalam pengembangan Desa Berjo
karena potensi ekowisata di Desa Berjo ini sangat potensial untuk lebih
dikembangkan, dan penulis ingin melihat secara jelas sejauh apa partisipasi
masyarakat dalam pengembangan potensi ekowisata yang sudah berjalan
ataupun yang masih dalam tahap pengembangan di Desa Berjo.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas maka masalah pokok yang akan
diteliti dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah pola pengembangan
ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Tujuan Operasional
a. Untuk mengetahui potensi ekowisata di Desa Berjo antara lain,
kekayaan alam, kekayaan budaya lokal, aksesibilitas, sarana dan
prasarana serta keterlibatan masyarakat yang ada di Desa Berjo dalam
pengembangan ekowisata.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengembangan
ekowisata di Desa Berjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
c. Untuk mengetahui pola masyarakat desa Berjo dalam kaitannya
dengan pengembangan ekowisata.
2. Tujuan Fungsional
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan
dan bahan masukan bagi masyarakat setempat, dinas terkait dan instansi-
instansi yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo
Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar
3. Tujuan Individual
Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan guna mencapai gelar
kesarjanaan Strata 1 (S1).
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak yang terkait di dalam
pengembangan ekowisata di Desa Berjo serta penduduk setempat. Manfaat
penting lainnya adalah, penelitian ini diharapkan bisa membuka perspektif
yang luas bagi para peneliti kualitatif, sebagai acuan tambahan bagi penelitian
sejenis berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. LANDASAN TEORI
Sosiologi adalah ilmu yang mempunyai keragaman dalam
pemikirannya. Pendekatan pakar sosiologi tentang pokok-pokok pikiran
dalam ilmu sosiologi dalam perkembangannya melahirkan beberapa
macam teori dan tergambarkan dalam berbagai paradigma. Menurut Ritzer
ilmu sosiologi terdiri atas tiga paradigma yaitu paradigma fakta sosial,
\paradigma definisi sosial, dan paradigma perilaku sosial.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan paradigma definisi sosial.
(social action). Max Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang
tindakan sosial antar hubungan sosial. Tindakan sosial adalah tindakan
individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi
dirinya dan diarahkan kepada tindakan orang lain. (Ritzer, 2004: 38).
Berbalik dengan konsep tindakan sosial antar hubungan sosial
tersebut, Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi sasaran
dalam penelitian sosiologi yaitu:
a. Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang
subyektif ini meliputi tindakan nyata.
b. Tindakan yang nyata dan bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat
subyektif.
c. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan
dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
d. Tindakan ini diarahkan pada seseorang atau beberapa individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah pada
orang lain.
Menurut Weber, atas dasar rasionalitas, maka Weber secara garis
besar menggolongkan tindakan sosial menjadi beberapa perbedaan yaitu:
a. Zwerk rational yaitu tindakan sosial murni. Aktor tidak hanya sekedar
menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga
menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.
b. Werkrational action yaitu tindakan aktor tidak dapat dinilai apakah
cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah
lebih tepat untuk mencapai yang lain.
c. Affectual action yaitu tindakan yang dibuat-buat, dipengaruhi oleh
perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor. Tindakan aktor kurang
dipahami dan tidak rasional.
d. Traditional action atau tindakan tradisional.tindakan ini didasari atas
kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja.
(Ritzer, 2004: 40-41)
Di dalam paradigma definisi sosial terdapat tiga teori, yaitu teori aksi
(Action theory), Interaksionisme simbolik (Simbolic interactionism), dan
fenomenologi (Phenomenology).
Selain Weber, tokoh lain yang ada dalam teori ini adalah Talcott
Parsons. Dia adalah pengikut Weber yang utama. Teori Aksi yang
dikembangkannya mendapat sambutan luas. Parsons seperti pengikut
Teori aksi yang lainnya menginginkan pemisahan antara Teori Aksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dengan aliran behaviorisme. Dipilihnya istilah “action” bukan
“behavior” secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara mekanik
antara perilaku (respons) dengan rangsangan dari luar (stimulus).
Sedangkan istilah “action” menyatakan secara tidak langsung suatu
aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Parsons dengan
hati-hati sekali membedakan antara Teori Aksi dengan Teori Behavior
atau perilaku. Menurutnya suatu teori yang menghilangkan sifat-sifat
kemanusiaan dan mengabaikan aspek subyektif tindakan manusia tidak
termasuk ke dalam Teori Aksi. Behaviorisme menurut Parsons adalah
seperti itu.
Dari semula Parsons menjelaskan bahwa Teori Aksi tidak dapat
menerangkan keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun Teori Aksi
berurusan dengan unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial
namun ia mengakui bahwa unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan
dengan keseluruhan struktur sosial (Ritzer, 2004 : 48).
Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan
karakteristik sebagai berikut :
a. Adanya individu selaku aktor.
b. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu.
c. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai
tujuannya.
d. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat
dikendalikan oleh individu.
e. Aktor berada dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan
berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan
menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma
mengarahkan pada pemilihan alternatif cara dan alat untuk mencapai
tujuan. Pemilihan terhadap cara dan alat ini ditentukan oleh
kemampuan aktor dalam memilih, kemampuan itu disebut
voluntarism. Di sini aktor mempunyai kemampuan bebas dalam
menilai dan memilih alternatif tindakan walaupun disini juga dibatasi
oleh tujuan yang hendak dicapai,kondisi dan norma serta situasi yang
penting lainnya.
Teori-teori diatas dapat dijadikan dasar untuk menganalisa sejauh
mana pola masyarakat Desa Berjo dalam mengembangankan ekowisata
didesanya dan sesuatu yang mempengaruhi masyarakat dalam
mengembangkan ekowisata tersebut. Dalam pengembangan ekowisata ini
ditekankan pada partisipasi masyarakat setempat untuk bisa lebih mandiri,
kreatif dan terampil dalam mengembangkan potensi ekowisata yang ada di
desa mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. KONSEP YANG DIGUNAKAN
Adapun konsep-konsep yang ada dalam penelitian ini adalah:
a. Pengembangan Pariwisata
Pengertian pengembangan menurut J.S. Badudu dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia adalah hal, cara, atau hasil kerja
mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka,
memajukan, membuat jadi maju dan bertambah baik. Sehingga dapat
diartikan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan adalah usaha
untuk memajukan suatu obyek atau hal agar menjadi lebih baik dan
mempunyai hasil guna bagi kepentingan bersama.
Pengembangan pariwisata adalah usaha yang dilakukan secara
sadar dan berencana untuk memperbaiki obyek yang sedang
dipasarkan, pengembangan pariwisata tersebut meliputi perbaikan
obyek dan pelayanan kepada wisatawan semenjak berangkat dari
tempat tinggalnya menuju tempat tujuan hingga kembali ke tempat
semula (Yoeti, 1982: 52). Pengembangan pariwisata di suatu daerah
pada umumnya didasarkan pada pola perencanaan pembangunan. Oleh
karena itu konsep pembangunan kepariwisataan harus menjadi
pertimbangan utama.
Untuk lebih jelasnya, sesuai dengan Instruksi Presiden No. 9
Tahun 1969 dikatakan dalam Pasal 2, bahwa tujuan pengembangan
kepariwisataan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan
negara serta masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan
serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri
penunjang dan industri sampingan lainnya.
b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan
kebudayaan Indonesia.
c. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan
internasional.
(Yoeti, 1997: 42).
Dalam Jurnal Internasional, penelitian mengenai
pengembangan pariwisata pernah dilakukan oleh Anne Torn, Anne
Tolvanen, Pirkko Siikamaki, Pekka Kaupilla dan Jussi Ramet (2007).
Penelitian tersebut berjudul “Local People, Natural Conservation, and
Tourism in Northestern Finland (Penduduk Lokal, Konservasi Alam
dan Pariwisata di Finlandia Timur)”. Tujuan dari penelitian tersebut
adalah untuk meneliti apakah pendapatan dari penduduk lokal,
konservasi alam dan pengembangan pariwisata dipengaruhi oleh faktor
sosio ekonomi dan demografi. Data dikumpulkan melalui sebuah
survey atas penduduk lokal mengenai konservasi alam dan
pengembangan pariwisata alam tergantung pada latar belakang dan
nilai-nilai sosio demografi. Ketika pemilik modal memberikan
kesempatan kepada penduduk lokal untuk ikut serta dalam proses
perencanaan sejak awal, mereka akan mempunyai pandangan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pendapat yang positif tentang pengembangan di daerah mereka
dibandingkan dengan penduduk yang tidak ikut dalam proses
perencanaan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa masyarakat di
negara berkembang mempunyai perhatian dan keluhan tentang
konservasi alam dan pengembangan pariwisata. Pendapat negatif dan
kurangnya komitmen dari penduduk lokal terhadap proses perencanaan
kemungkinan dapat menyebabkan gangguan terhadap konservasi alam
dan pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Pendapat dari
penduduk lokal seharusnya merupakan komponen yang penting dalam
perencanaan pariwisata, tetapi masih terdapat masalah mengenai
bagaimana caranya untuk membuat semua pemilik modal terlibat.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengembangan pariwisata adalah kegiatan atau tindakan yang
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan nilai serta manfaat obyek
wisata yang dikelola.
b. Ekowisata
Dalam hal definisi ekowisata atau wisata ekologi masih
terdapat perbedaan dalam pengertian dan persepsinya. Berbagai
pengamat mengartikan sebagai kegiatan wisata yang hanya dilakukan
di kawasan-kawasan yang dilindungi saja, atau dilakukan di kawasan
yang relatif masih alami. Di samping itu terdapat pandangan yang
bersifat ekosentris yakni dimaksudkan untuk menunjang pelestarian
sumber daya alam maupun budaya. Definisi operasional wisata alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(naturebased tourism) tidak dapat diartikan secara langsung sebagai
ekowisata, meskipun wisata alam mempunyai sisi strategis sebagai
entry point untuk memahami ekowisata. Etin Supriatin dalam
tulisannya berjudul “Ada Lima Unsur Dalam Pengelolaan Ekowisata”
yang dimuat dalam Berita Wisata tanggal 21 Oktober 1997 dalam Oka
A. Yoeti (2000: 31) mengambil batasan tentang ekowisata dari
(Ecotourism Society) sebagai berikut:
“Purposeful travel to natural area to understand the culture and
natural history of the environment, taking care not to alter the integrity
of the ecosystem, while producing economic opportunities that make
the conservation of natural beneficial to local people”.
Secara bebas batasan itu dapat diartikan sebagai berikut:
“Ekowisata merupakan suatu jenis pariwisata yang kegiatannya
semata-mata menikmati aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan
alam dengan segala bentuk kehidupan dalam kondisi apa adanya dan
berkecenderungan sebagai ajang atau sarana lingkungan bagi
wisatawan dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan proyek
wisata”.
Definisi di atas secara eksplisit dinyatakan bahwa fokus dari
ekowisata lebih diarahkan untuk kawasan-kawasan alam seperti
peninggalan sejarah dan arkeologis, perlindungan satwa liar seperti
kawasan pengamat burung-burung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari
waktu ke waktu. Namun pada hakekatnya pengertian ekowisata adalah
suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area
yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi
dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Jadi
bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi
yang dilakukan oleh penduduk dunia.
Di samping itu berkembangnya ekowisata yang berbasis
masyarakat menawarkan pembangunan ekologi yang berkelanjutan
dan juga peningkatan hubungan sosial, ekonomi, politik dari
masyarakat daerah setempat.
Kalau dilihat dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan suatu batasan yang lebih sederhana, yaitu:
ekowisata adalah suatu jenis pariwisata yang berwawasan lingkungan
dengan aktivitas melihat, menyaksikan, mempelajari, mengagumi
alam, flora dan fauna, sosial-budaya, etnis setempat, dan wisatawan
yang melakukannya ikut membina kelestarian lingkungan alam di
sekitarnya dengan melibatkan penduduk lokal.
Semakin populernya kegiatan ekowisata dan sumbangan-
sumbangan penting yang diberikan bagi aktivitas konservasi
mendorong PBB lewan Badan Lingkungan Hidup (UNEP)
menetapkan tahun 2002 sebagai International Year of Ecotourism.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dari definisi tentang ekowisata di atas dapat disarikan bahwa
terdapat unsur-unsur pokok yang mendasar dalam aktivitas ekowisata
yaitu:
a. Perjalanan ke kawasan alamiah
Kawasan alamiah yang dimaksud adalah kawasan dengan
kekayaan hayati dan bentang alam yang indah, unik, dan kaya.
Kawasan ini dapat berupa taman nasional, cagar alam, suaka
margasatwa, tanam hutan rakyat, taman laut, dan kawasan lindung
lainnya.
b. Dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan rendah
Dampak yang ditimbulkan harus ditekan sekecil mungkin.
Dampak dapat dihasilkan dari pengelola wisata, wisatawan,
penginapan, dan sebagainya. Semua pihak dituntut untuk
meminimalkan dampak yang mempunyai peluang, menyebabkan
pencemaran dan penurunan mutu habitan atau destinasi wisata.
c. Membangun kepedulian terhadap lingkungan
Tujuan aktivitas ini pada dasarnya untuk mempromosikan
kekayaan hayati di habitat aslinya dan melakukan pendidikan
konservasi secara langsung. Seringkali kesadaran terhadap
lingkungan hidup akan mudah dimunculkan pada pelajaran-
pelajaran di luar kelas, karena sentuhan-sentuhan emosional yang
langsung dapat dirasakan. Dengan demikian, usaha ekowisata
harus mampu membawa seluruh pihak yang terlibat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ekowisata mempunyai kepedulian terhadap konservasi lingkungan
hidup.
d. Memberikan dampak keuntungan ekonomi secara langsung bagi
konservasi
Dalam hal ini, ekowisata dengan sebuah mekanisme
tertentu harus mampu menyumbangkan aliran dana dari
penyelenggaranya untuk melakukan konservasi habitat. Sebagai
contoh di Griya SUA Bali salah satu bentuk ekowisata dimana
semua turis yang tinggal di situ wajib menyumbangkan paling
sedikit 1 dolar untuk kegiatan masyarakat sekitar dan pemeliharaan
pura.
e. Memberikan dampak keuangan dan pemberdayaan masyarakat
lokal
Masyarakat lokal harus mendapatkan manfaat dari aktivitas
wisata yang dikembangkan, seperti sanitasi, pendidikan, perbaikan
ekonomi, dan dampak-dampak lainnya. Unit-unit bisnis pendukung
wisata seperti pusat penjualan cinderamata, usaha penginapan
harus dikendalikan oleh masyarakat lokal. Hal ini untuk menjamin
keiikutsertaan masyarakat lokal dalam pertumbuhan ekonomi
setempat, karena aktivitas wisata.
f. Adanya penghargaan terhadap budaya setempat
Budaya masyarakat lokal, biasanya unik bagi wisatawan
dan menjadi bagian dari atraksi wisata. Budaya ini telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
berkembang dalam jangka waktu yang lama sebagai bagian dari
strategi masyarakat lokal untuk hidup dalam lingkungan
sekitarnya. Budaya itu harus mendapatkan penghargaan dan
pelestarian, agar kontribusinya bagi konservasi kawasan tetap
memainkan peran. Harus diakui bahwa masyarakat lokal dengan
budayanya, lebih mengetahui cara berinteraksi dan memanfaatkan
sumber daya sekitarnya secara bijaksana dan lestari daripada
pengambil keputusan, yang tinggal jauh dari kawasan hutan.
g. Mendukung Hak Asasi Manusia dan Gerakan Demokrasi
Pada dasarnya penduduk setempat merupakan masyarakat
yang selama bertahun-tahun telah berinteraksi dengan lingkungan
sekitar daerah tujuan wisata. Beberapa kelompok masyarakat
secara tradisional masih tergantung kepada sumber daya hutan,
pesisir, dan laut. Oleh karena itu, penetapan kawasan lindung tidak
semata-mata “memagari kawasan dari pengaruh manusia”. Karena
secara de facto, masyarakat sekitar mempunyai kekuatan untuk
tetap memasuki kawasan dan menggunakan sumber daya alam.
Oleh karena itu, melakukan sebuah regulasi dan diskusi-diskusi
dengan masyarakat untuk menjamin pemanfaatan secara adil
menjadi parameter yang tepat dan berguna untuk menilai
keberhasilan ekowisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
c. Masyarakat
Individu adalah bagian terkecil dari masyarakat. Sedangkan
masyarakat sendiri memiliki beberapa definisi. Masyarakat adalah
suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dan wewenang dan kerja
sama antara berbagai kelompok dan penggolongan dari pengawasan
tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang
selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan
jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.
Menurut Ralph Linton dalam buku The Study of Man (1936:
91), masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup dan
bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dalam kuliah-kuliah
Pengantar Sosiologi pada Fakultas Hukum dan Fakultas IPK UI tahun
ajaran 1968, masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan. Sedangkan unsur-unsur dari masyarakat
sendiri meliputi:
1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tidak ada
ukuran yang mutlak/angka yang pasti yang menentukan berapa
jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis angka
minimnya adalah 2 (dua) orang yang hidup bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Bercampur aduk waktu yang lama. Dengan berkumpulnya
manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru melalui
pemikiran-pemikiran.
3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap angota
kelompok merasa dirinya terikat satu sama lain.
Dengan demikian, maka setiap masyarakat mempunyai
komponen-komponen dasar, yaitu:
1. Populasi, yakni warga suatu masyarakat yang dilihat dari sudut
pandang kolektif. Secara sosiologis, maka aspek-aspek sosiologis
yang perlu dipertimbangkan yaitu Aspek-aspek genetik yang
konstan diantaranya:
1) Variabel-variabel genetik
2) Variabel-variabel demografis
2. Kebudayaan yakni hasil karya, cipta karsa dari kehidupan bersama
mencakup sistem lambang-lambang, dan informasi
3. Hasil-hasil kebudayaan material
4. Organisasi sosial, yakni jaringan hubungan antara warga-warga
masyarakat yang bersangkutan, yang antara lain mencakup:
a. Warga masyarakat secara individual
b. Peranan-peranan
c. Kelompok-kelompok sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d. Kelas-kelas sosial
e. Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya (Soekanto, 1990: 20-
21).
Jadi masyarakat adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai
komponen yang meliputi populasi, kebudayaan, hasil-hasil kebudayaan
material, organisasi sosial serta lembaga-lembaga sosial dan sistemnya,
dimana mempunyai suatu tujuan bersama dan tinggal dalam satu
kawasan yang sama pula.
3. PENELITIAN TERKAIT TENTANG EKOWISATA
a. Potensi Ekowisata Kawasan Karst Gunungkidul
Penelitian mengenai ekoweisata pernah dilakukan Haerudin
(2006) yang meneliti potensi yang dimiliki kawasan karst Gunungkidul
yang mendukung untuk mengembangkan ekowisata. Jenis penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan analisis kualitatif.
Namun demikian, penelitian ini hanya untuk menggali potensi yang
ada di dalam kawasan karst Gunumhkidul, tanpa meneliti kemampuan
mayarakat setempat untuk berpartisipasi dalam pengembangan
ekowisata. ( Haerudin, 2006 )
b. Research on Cmmunity Participation in Environmental management of
Ecotorism
Ecological environment is the material base of the development of ecotourism. The ecotourism cannot develop wellwithout high quali ecotourism environment. The goal of ecotourism development is to protect ecological environment, which is also the essential
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
characteristic of ecotourism different from other kind of tourism. This paper tries to discuss the community participation in environmental management of ecotourism, aims to improve the awareness of participation and environmental protection among community residents and, to establish the mechanism of community participation in environmental management of ecotourism. In this way, can the community residents be benefit from ecotourism; and at the same time, the communities provide strong motive to protect the resources and environment of ecotourism well. ( Hongshu Wang & Min Tong School of Economics & Management Northeast Forestry University, China). www.ccsenet,org/journal.html
Hongshu Wang & Min Tong (2009) dalam penelitiannya
menjelaskan Lingkungan ekologi adalah bahan dasar pengembangan
ekowisata. ekowisata tidak dapat berkembang dengan baik tanpa
kualitas lingkungan ekowisata tinggi. Tujuan pengembangan
ekowisata adalah untuk melindungi lingkungan ekologi, yang juga
merupakan karakteristik penting dari ekowisata yang berbeda dari jenis
lain pariwisata. Hongsu Wang mencoba membahas partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan ekowisata, bertujuanuntuk
meningkatkan kesadaran partisipasi dan perlindungan lingkungan
antara warga masyarakat dan, untuk mendirikan mekanisme komunitas
partisipasi dalam pengelolaan lingkungan ekowisata. Dengan cara ini,
bisa warga masyarakat akan manfaat dari ekowisata, dan pada saat
yang sama, masyarakat memberikan motif yang kuat untuk melindungi
sumber daya dan lingkungan ekowisata baik
c. Ecotorism: A Consumption Perspective
Over the last quarter century, both the supply of and demand for ecotourism have grown significantly. At the same time, ecotourism has, as a particular form of tourism development, become increasingly recognised and legitimised as a means of achieving sustainable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
development in destination areas. Underpinning this wide-spread support for ecotourism is the assumption that tourists themselves are demanding more responsible, environmentally-appropriate forms of tourism yet, as this paper argues, there is little evidence to suggest that the growth in ecotourism has been demand led. Emphasising the key role of responsible behaviour on the part of tourists in the achievement of ecotourism, the paper highlights the characteristics of the ecotourist as compared to that of the mass tourist. These are then challenged by an exploration of the motivation, values and consumption practices of tourists which suggests that there is little distinction between the two. It concludes, therefore, I that the ecotourist label has become increasingly irrelevant and that ecotourism development remains elusive (Sharpley, R, 2006).www.uclan.ac.uk
Sharpley, R (2006) menjelaskan bahwa Selama seperempat
abad terakhir ekowisata telah tumbuh secara signifikan. Pada saat yang
sama, ekowisata sebagai bentuk khusus dari pengembangan pariwisata,
menjadi semakin diakui dan disahkan sebagai alat untuk mencapai
pembangunan berkelanjutan di daerah tujuan. Ini mendasari dukungan
nyata bahwa wisatawan dituntut lebih bertanggung jawab kepada alam
F. KERANGKA BERFIKIR
Berdasarkan unit-unit dasar tindakan sosial seperti yang dikemukakan
oleh Parsons, bahwa keterlibatan tiap individu sangat mendukung dalam
pembangunan ekowisata
Munculnya Pola pengembangan sebenarnya tergantung dari respon dan
konsep seseorang mengenai suatu hal, sedangkan reaksi merupakan tingkah
laku sebagai akibat dari stimulus sosial (gejala social) yang berupa perubahan
nilai yang timbul ditengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini nilai yang
muncul tersebut menentukan respon yang diambil sebagai landasan pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
perbuatan atau tindakan. Konsep respon berkaitan sekali dengan sikap dan
ilmu psikologi yang terutama memfokuskan kepada kebudayaan yang
merupakan lingkungan dari invidu tetsebut.
Setiap kegiatan pembangunan dan pengembangan, keterlibatan
masyarakat merupakan salah satu syarat mutlak dari suksesnya kegiatan
tersebut. Masyarakat dianggap pihak yang paling mengetahui seluk-beluk dari
pariwisata tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam program pengembangan
obyek wisata merupakan suatu bentuk pola perilaku masyarakat dalam setiap
tahap kegiatan yang meliputi proses pembentukan keputusan, pelaksanaan
program maupun pemanfaatan hasil-hasil dalam suatu program. Dengan ciri
masyarakat desa biasanya digambarkan sebagai masyarakat yang tenang dan
tentram serta konservatif dan kurang adaptif terhadap perubahan, maka pola
masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar perlu bekerjasama dengan pemerintah,
dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karanganyar,
Dinas Peerjaan Umum, dan Dinas Perindustrian.
Akan tetapi kerjasama saja tidak cukup, perlu pengetahuan yang cukup
bagi masyarakat dalam pengembangan potensi ekowisata di Desa Berjo.
Karena pengetahuan adalah dasar mereka dalam bertindak guna
pengembangan obyek wisata. Sehingga pengetahuan merupakan dasar dalam
pencapaian tujuan, yakni pengembangan obyek wisata. Setelah itu, ketika
masyarakat sudah mengetahui seluk beluk tentang pariwisata dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pengembangannya, maka mereka baru melakukan tindakan dengan mengacu
pada pengetahuan yang mereka dapat dan hasilnya tujuan akan tercapai.
Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo
berawal dari mengetahui potensi-potensi yang terkandung didalam pariwisata
tersebut, kemudian pola pengembangan ekowisata dapat dikelompokkan
kedalam tiga tahapan partisipasi yaitu pengembangan mereka dalam
perencanaan (Idea Planing Stage). Pola masyarakat dalam perencanaan
pengembangan ekowisata di Desa Berjo perlu ditumbuhkan dengan dibukanya
perkumpulan yang memungkinkan masyarakat Desa Berjo untuk
berpastisiapasi langsung dalam program-program pembangunan di wilayah
setempat. Tahap kedua adalah dalam pelaksanaan (Implementation Stage).
Pola masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata adalah sebagai
pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang, waktu, dan
lain sebagainya. Secara fisik partisipasi masyarakat dapat dilihat dengan
dibangunnya warung, homestay dan fasilitas lain. Pola masyarakat dalam
pemanfaatan (Utilization). Pola pengembangan dalam pemanfaatan adalah
memetik hasil ataupun memanfaatkan hasil pengembangan ekowisata tersebut.
Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dalam arti
sesungguhnya merupakan syarat utama penyelenggaraan wisata.
Mengembangkan ekowisata seharusnya dipahami bukan saja sebagai
menjalankan kewajiban tetapi juga memperoleh hak. Dengan kata lain ada
korelasi keduanya. Dengan hal itu pengembangan ekowisata di Desa Berjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dapat berkembang dan terjaga keasliannya serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dapat digambarkan
sebagai berikut.
Bagan 1
Pola Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo
Potensi ekowisata Perencanaan pengembangan ekowisata
Pelaksanaan pengembangan ekowisata
Pemanfaatan pengembangan ekowisata
Faktor Pendorong dan penghambat pengembangan ekowisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
G. DEFINISI KONSEPTUAL
Suatu konsep menyatakan suatu abstraksi yang dibentuk oleh
generalisasi dari hal-hal khusus. Karena proses pembentukannya melalui
proses abstraksi (mengabstrakkan hal-hal empiris) dan generalisasi (menarik
kesimpulan dari hal-hal yang khusus) dengan demikian maka konsep bersifat
umum. Konsep pada hakekatnya adalah suatu istilah yang mengandung
pengertian tertentu yang membedakan pengertian yang satu dengan yang lain.
Suatu konsep memerlukan definisi sehingga antara satu orang dengan yang
lainnya tidak salah arti dengan konsep yang lainnya (Slamet, 2006 : 28).
1. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan Pariwisata adalah kegiatan atau tindakan yang
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan nilai serta manfaat obyek
wisata yang dikelola.
2. Ekowisata
Ekowisata adalah bentuk kegiatan pariwisata yang bertumpu pada
lingkungan, serta kebudayaan dan bermanfaat secara ekologi, sosial, dan
ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam
dan pemanfaatan yang berkelanjutan.
3. Masyarakat
Masyarakat yaitu sebuah sistem yang terdiri atas berbagai
komponen yang meliputi populasi,kebudayaan, hasil-hasil kebudayaan
material, organisasi sosial, serta lembaga-lembaga sosial dan sistemnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dimana mempunyai suatu tujuan bersama dan tinggal dalam satu kawasan
yang sama pula.
H. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Berjo, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Karanganyar merupakan kabupaten
yang mempunyai keindahan alam yang sangat potensial untuk lebih
dikembangkan wisata alamnya,salah satunya yaitu di Desa Berjo yang
memiliki kondisi alam yang masih terjaga.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, karena penulis merasa cocok dengan penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan
uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Peneliti mendeskripsikan
suatu gejala berdasarkan indikator-indikator yang dijadikan dasar dari ada
tidaknya suatu gejala yang diteliti.
3. Sumber Data
Analisa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari :
a. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari
sumber pertama, yaitu Kepala Desa Berjo, masyarakat desa, wisatawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pengunjung wisata di Desa Berjo, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Karanganyar.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh, melalui
studi kepustakaan yaitu dari buku atau karya ilmiah, makalah serta
arsip dan dokumen resmi.
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri –
cirinya dapat diduga. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah masyarakat Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar.
b. Sampel
Dalam logika penelitian kualitatif sampel yang diambil tidak
mewakili populasi, tapi mewakili informasinya. Pada penelitian ini
sampel yang diambil akan menyesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Dalam pemilihan sampel yang lebih diutamakan adalah bagaimana
menentukan sampel yang sevariatif mungkin dan berikutnya dapat
dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih
dahulu sehingga dapat dipertentangkan. Dengan demikian dapat
mengisi kesenjangan informasi. Dalam penelitian ini sampel yang
dianggap mewakili informasinya adalah Kepala Desa Berjo,
masyarakat Desa Berjo, wisatawan, baik domestik maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
mancanegara yang berkunjung ke wisata di Desa Berjo dan
DISBUDPAR Kabupaten Karanganyar
5. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah purposive sampling. Hal ini dilakukan guna mendapatkan data yang
tepat sasaran. ( Slamet, 2006 : 60 ).
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah :
a. Teknik Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan
pengamatan dan pencatatan suatu obyek dari fenomena yang diselidiki.
Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang.
Observasi ini dilakukan secara informal sehingga mampu
mengarahkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin
informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Teknik Wawancara Mendalam ( indepth interview )
Teknik wawancara adalah teknik yang dipakai untuk
memperoleh informasi melalui percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara (
interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Wawancara mendalam mengarah pada kedalaman informasi, guna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menggali pandangan subjek yang diteliti tentang fokus penelitian yang
sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya
secra lebih jauh dan mendalam.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah penelitian terhadap benda-benda tertulis
atau dokumen, digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan
dalam penelitian. Penggunaan dokumentasi ini sebagai upaya untuk
menunjang data-data yang telah didapatkan melalui observasi dan
wawancara.
7. Validitas Data
Untuk menguji keabsahan data yang terkumpul, perlu
menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang diluar data itu. Teknik triangulasi
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu
melakukan pengecekan dan pembandingan terhadap derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal
ini dapat dicapai dengan jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang dengan situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat, orang yang
berpendidikan menengah, orang berada, orang pemerintahan dan
sebagainya.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
( Moleong, 2005 : 178 ).
8. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis data model interaktif, yang terdiri dari tiga
komponen analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, proses
ini berlangsung secara terus-menerus sepanjang pelaksanaan
penelitian, yang dimulai sebelum pengumpulan data dilakukan. Data
reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dalm memilih
kasus, pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan data
yang dipakai.
b. Penyajian Data
Kegiatan merakit informasi atau pengorganisasian data serta
menyajikan dalam bentuk cerita agar dapat diambil suatu kesimpulan.
c. Penarikan Kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Yang mana
kesimpulan masih besifat sementara sampai penelitian berakhir baru
dapat diambil kesimpulan yang sesungguhnya.(Sutopo, 2002 : 96 ).
Bagan 1
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif
(Sumber: Sutopo, 2002 : 187)
Reduksi
data
Pengumpulan
Data
Penarikan
simpulan/
verifikasi
Sajian
Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanaan di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar. Desa Berjo adalah salah satu tujuan wisata yang unik di Kecamatan
Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Dalam banyak hal desa ini memiliki berbagai
keistimewaan yang tidak dimiliki oleh desa-desa lain. Desa ini memiliki panorama
alam yang begitu indah, beberapa situs peninggalan sejarah, dan tentunya keramah-
tamahan penduduk. Selain itu desa Berjo juga telah dilengkapi dengan fasilitas-
fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan.
Dalam Bab II ini penulis akan menyajikan beberapa hal yang berkaitan
dengan Desa Berjo.
A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Berjo
Desa merupakan perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan
lingkungannya. Hasil dari perpaduan tersebut adalah suatu wujud yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, dan kultural yang
saling berinteraksi dan berhubungan satu dengan yang lainnya.
Tiga elemen yang mendasari terbentuknya desa serta mempunyai arti
penting bagi kelangsungan dan kemajuan desa adalah terdapatnya daerah atau
lokasi pemukiman, penduduk yang menempati lokasi tersebut serta tata
kehidupan masyarakat secara tidak tertulis maupun oleh pemeirntah resmi
menurut Undang-Undang Negara yang sah. Letak desa yang strategis serta
berbatasan dengan daerah lainnya akan menyebabkan terjadinya interaksi sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
antara masyarakat desa. Lingkungan perkotaan juga memberi pengaruh
khususnya terhadap perkembangan bidang ekonomi bagi lingkungan desa
terdekat.
Modal dasar pembangunan dan kemajuan desa dapat dilihat dari kualitas
penduduk yang menempati suatu wilayah dengan adanya rasa tanggung jawab
yang tinggi terhadap kemajuan daerahnya. Kualitas penduduk suatu daerah dapat
diukur dari tingkat pendidikan, ekonomi, maupun tingkat pendapatan penduduk di
daerah tersebut. Sedangkan untuk memperlancar jalannya pemerintahan di suatu
wilayah diperlukan tata kehidupan masyarakat dan pemerintahan sebagai saluran
aspirasi masyarakat bagi pembangunan daerah yang berjalan seimbang dan saling
melengkapi satu dengan yang lainnya.
1. Kondisi Geografis
Wilayah dan masyarakat adalah unsur penting yang harus ada dalam
terbentuknya suatu negara sebagai potensi yang utama dalam pembangunan.
Wilayah mempunyai peranan penting terhadap perkembangan sosial,
ekonomi, politik dan kebudayaan karena merupakan tempat tinggal kumpulan
masyarakat suatu daerah.
Desa Berjo secara administratif termasuk wilayah Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Menurut
topografi, Desa Berjo terletak pada dataran tinggi dengan ketinggian kurang
lebih 1.000 m dari permukaan air laut. Iklim tropis dan suhu udara rata-rata
yang mencapai 23OC menjadikan Desa Berjo sangat cocok sebagai daerah
pertanian, baik bagi pemenuhan kebutuhan hidup setiap hari maupun dijual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
keluar desa untuk menambah pendapatan masyarakat dalam upaya
peningkatan kesejahteraan hidup. Selain sebagai daerah pertanian Desa Berjo
juga memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata yang menjadi tujuan
kunjungan wisata dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai obyek wisata yang ada di wilayah Desa Berjo antara lain: Kompleks
Candi Sukuh, Telaga Mardirdo, dan Air Terjun Jumog.
Berdasarkan monografi desa, letak Desa Berjo kurang lebih 16 km dari
ibukota Kabupaten Karanganyar atau sekitar 37 km sebelah Timur Kota Solo.
Luas wilayah Desa Berjo sekitar 1.623.865 Ha yang terbagi dalam tanah kas
desa, sawah, ladang, pemukuman penduduk, jalan serta tanah yang belum
dikelola.
Wilayah Desa Berjo terbagi menjadi enam dusun meliputi Dusun
Gandu, Berjo, Tagung, Gero, Tambak, dan Dusun Tlogo (lihat peta desa).
Masing-masing dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun (Kadus) yang
bertugas membantu Kepala Desa dalam menjalankan fungsi pemerintahan
desa serta mengatur tata tertib masyarakat bersama perangkat desa lainnya.
Desa Berjo wilayahnya dibatasi oleh desa-desa disekitarnya. Adapun
batas-batas Desa Berjo adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara dibatasi oleh Desa Girimulyo Kecamatan Ngargoyoso.
b. Sebelah Selatan dibatasi oleh wilayah Tawangmangu.
c. Sebelah Barat dibatasi oleh Desa Puntukrejo Kecamatan Ngargoyoso
d. Sebelah Timur dibatasi oleh Hutan Lawu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Hubungan Desa Berjo dengan daerah lainnya dihubungkan dengan jalan
beraspal dan cor jalan yang sudah cukup bagus. Sementara itu hubungan
dengan Kota Karanganyar sebagai pusat pemerintahan Kabupaten
dihubungkan dengan jalur Solo – Tawangmangu yang merupakan jalan
sebagai jalur wisata yang ramai dengan tujuan berbagai obyek wisata seperti
Obyek Wisata Grojogan Sewu, Balekambang, Pendakian Puncak Lawu yang
berada di wilayah Tawangmangu termasuk obyek wisata Candi Sukuh, Canci
Planggatan, Taman Hutan Rakyat, Grojogan Jumog, Perkebunan Teh
Kemuning yang berada di wilayah Kecamatan Ngargoyoso. Kondisi jalan
yang memadai sebagai sarana perhubungan sangat membantu mempermudah
hubungan masyarakat Desa Berjo dengan daerah yang lainnya baik sektor
perekonomian, pemerintahan, pendidikan, dan sebagainya.
Kondisi jalan desa yang menghubungkan antara dusun sebagian besar
merupakan jalan beraspal serta sebagian lainnya merupakan jalan yang
dilakukan oleh pengecoran atas swadaya masyarakat. Hal ini memberikan
kemudahan masyarakat melakukan hubungan komunikasi antar warga, serta
kemudahan pemerintahan desa melakukan pembinaan terhadap warga serta
masyarakat. Letak desa yang berdekatan dengan jalan raya (daerah wisata)
berpengaruh terhadap perkembangan pola hidup masyarakatnya di daerah
tersebut.
Prasarana perhubungan berupa jalan desa yang memadai semakin
mempermudah masyarakat Desa Berjo melakukan interaksi (hubungan)
serta bersosialisasi dalam berbagai kegiatan desa sebagai upaya membangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kebersamaan antar warga termasuk menumbuhkan peran aktif masyarakat
dalam pembangunan desanya.
Tanah sebagai salah satu sumber penting bagi manusia merupakan
tempat untuk tumpuan penghidupan manusia pada umumnya terutama
masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan. Bagi desa yang merupakan
daerah pertanian petani sangat bergantung pada kondisi kesuburan tanah
untuk bercocok tanam.
Desa Berjo memiliki luas tanah 1.623.865 Ha, dengan kondisi tanah
yang subur. Wilayah seluas itu terdiri dari tanah sawah, pekarangan, tegalan,
dan lain-lain seperti kuburan, lapangan, jalan dan saluran irigasi. Luas
masing-masing areal tanah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 Pembagian Tanah Menurut Kegunaan di Desa Berjo
No Tanah Luas Tanah (Ha)
20010 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
Sawah dan ladang Pekarangan/bangunan Tegalan/ kebun Hutan negara Tanah keperluan sosial( masjid, sarana kesehatan, sarana sosial) Tanah keperluan umum( lapangan olahraga, pemakaman. Lain-lain (jalan, kuburan, dan lain-lain)
83,935 81,712
191,865 1236,000
5,177 91,950 25,176
13,74
Jumlah 1623,865 Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
PETA DESA BERJO
KANTOR DESA BERJO
Dusun Tagung
Dusun Tlogo
Dusun Gandu
Dusun Berjo
Dusun Gero
Dusun Tambak
U
SKALA 1 : 5.000
K ETER AN GAN : Jalan Desa : B at as Desa : Jembatan
DESA BERJO - KKN UGM 2006
Gambar. 1 Peta Desa Berjo
2. Kondisi Demografi
Penduduk merupakan potensi pembangunan yang memegang peranan
besar dalam membangun daerah. Ciri pokok dari sifat kependudukan di
Indonesia antara lain kepadatan penduduk yang tinggi serta pertambahan
penduduk yang cepat maupun keragaman masyarakatnya.
Penduduk di Indonesia sebagian besar tinggal di wilayah pedesaan
dengan jumlah terbesar di Pulau Jawa yang tingkat kepadatan tinggi
dibanding pulau-pulau lainnya. Walaupun kenyataan tersebut tidak semua
terjadi pada semua desa di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kepadatan
jumlah penduduk Desa Berjo baik mengenai jumlah penduduk, mata
pencaharian, tingkat pendidikan, dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Jumlah Penduduk
Desa Berjo mempunyai potensi sumber daya manusia yang cukup
besar. Berdasarkan statistik tahun 2010 penduduk Desa Berjo secara
keseluruhan tercatat 5.842 jiwa dengan perincian terbagi dalam 1.355 KK
(Kepala Keluarga) meliputi jumlah penduduk laki-laki berjumlah 2.944
orang dan jumlah penduduk perempuan mencaai 2.898 orang.
Tabel 2
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Desa Berjo Tahun 2010
No Usia Jumlah Penduduk (orang) Laki-laki Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
0-04 05-09 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59
60 keatas
210 219 222 216 215 216 218 215 217 216 214 216 344
207 218 218 214 210 213 213 213 214 214 208 212 351
Jumlah 2944 2898
Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Menurut Widjaya Nitisastro, penduduk dapat dibedakan menjadi 3
golongan yaitu: penduduk usia belum produktif (umur 0-14 tahun),
penduduk usia produktif (umur 15-65 tahun) dan penduduk usia
reproduktif (umur 60 tahun ke atas).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Penduduk yang termasuk usia produktif (kerja) di Desa Berjo sampai
tahun 2010 mencapai 3853 jiwa. Sementara itu penduduk usia belum
produktif mencapai 1294 jiwa dan jumlah penduduk yang bukan usia kerja
mencapai 695 jiwa. Akan tetapi dalam praktiknya dapat dilihat banyak
penduduk usia belum produktif atau belum masuk usia kerja karena
terdesak kebutuhan ekonomi keluarga mereka harus bekerja dan
meninggalkan bangku sekolah untuk membantu orang tua menambah
pendapatan keluarga seperti bekerja sebagai pembantu rumah tangga di
luar daerah, buruh bangunan dan lainnya yang dapat kita temukan tenaga
kerja anak-anak.
Penduduk yang berusia 60 tahun ke atas termasuk dalam usia tidak
produktif tetapi masih bekerja, baik sebagai petani, buruh tani dengan
bekerja di lahan milik orang lain. Hal ini disebabkan mereka masih kuat
untuk bekerja serta berupaya menambah ekonomi keluarga untuk
kebutuhan sehari-hari.
b. Mata Pencaharian
Perkembangan tingkat kesejahteraan penduduk Desa Berjo
menunjukkan grafik yang meningkat dengan dilihat dari pendapatan rata-
rata keluarga dan kemampuan daya beli penduduk yang bertambah.
Perkembangan sosial ekonomi masyarakat Desa Berjo juga dilihat
dari mata pencaharian penduduk yang beraneka ragam. Mata pencaharian
penduduk Desa Berjo sebagian besar di sektor pertanian baik sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
petani yang mengelola lahan sendiri maupun bekerja sebagai buruh di
lahan orang lain.
Dilihat dari komposisi jumlah penduduk Desa Berjo berdasarkan
penggolongan jenis pekerjaan menurut mata pencaharian dapat dilihat
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3
Komposisi Jumlah Penduduk Desa Berjo Menurut Mata Pencaharian
Tahun 2010
No Mata
Pencaharian 2010
1 2 3 4 5 6 7 8
Karyawan a. Pegawai Negeri b. TNI c. Swasta Wiraswasta Petani Pertukangan Buruh tani Pensiunan Angkutan Jasa
55 1
340 255
2942 117 115 11 10 10
Jumlah 3826 Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas pekerjaan terbesar dalam masyarakat Desa
Berjo adalah tani. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang subur ditambah
iklim yang mendukung serta pengairan yang memadai sehingga cocok
untuk pertanian sawah, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan
sebagian penduduk lainnya bekerja sebagai pedagang (wiraswasta),
pertukangan, karyawan, baik sebagai pegawai negeri karyawan swasta,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
termasuk TNI, maupun bekerja di sektor jasa lainnya. Hal ini tentunya
berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat Desa Berjo yang
memiliki semangat kerja dan kebersamaan antar warga dalam membangun
daerahnya.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana utama dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa yaitu untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan, keterampilan yang memadai serta berwawasan
yang luas dalam membangun bangsa.
Kehidupan masyarakat Desa Berjo yang mulai berkembang serta
menuju daerah swasembada ditandai peran serta masyarakat yang cukup
besar dalam pembangunan desanya. Program pembangunan pemerintah
dan masyarakat Desa Berjo yang terarah tidak lepas dari pengaruh faktor
pendidikan termasuk tumbuhnya kelompok-kelompok swadaya lokal yang
timbul atas partisipasi masyarakat dalam upaya menjembatani upaya
aspirasi warga masyarakat yang terus berkembangan.
Perubahan pola pemikiran masyarakat termasuk kesadaran dalam
membentuk kelompok masyarakat merupakan pengaruh semakin
meningkatnya pendidikan dalam masyarakat Desa Berjo. Pendidikan
dalam pengertian pengajaran adalah usaha sadar untuk mencapai tujuan
dengan sistematika terarah pada perubahan tingkah laku yang menunjuk
ada proses yang dilalui, sedangkan yang dimaksud dengan proses adalah
proses pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Komposisi tingkat pendidikan masyarakat Desa Berjo dapat
dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4
Komposisi Jumlah Penduduk Desa Berjo Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun 2010
No Pendidikan 2010
1
2
3
4
5
6
7
8
9
TK
Tidak tamat SD
Sekolah Dasar
SLTP/sederajat
SLTA/sederajat
Akademi/D1-D3
Sarjana/S1-S3
Pesanren
Kursus
80
380
1930
1355
890
98
126
10
15
Jumlah 4884
Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
d. Agama dam Kepercayaan Masyarakat
Agama merupakan faktor utama dalam kehidupan masyarakat dalam
membentuk pribadi yang memiliki akhlak yang baik. Melaksanakan
ibadah dengan benar sebagai landasan dasar dalam membangun manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan. Ajaran agama yang mengatur
nilai-nilai hidup manusia haruslah tercermin dalam kehidupan sehari-hari
sebagai dasar pegangan hidup manusia.
Agama sebagai norma (aturan) dalam kehidupan bermasyarakat
dapat tumbuh berkembang dengan baik serta dapat diterapkan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
semua aspek kehidupan bergantung dari keadaan masyarakat serta
pemerintah yang memberikan kebebasan masyarakatnya untuk memeluk
suatu agama dan memberikan perlindungan dalam menjalankan aturan
agamanya masing-masing.
Masyarakat Desa Berjo mayoritas penduduknya beragama Islam.
Data terakhir tahun 2010 jumlah penduduk yang beragama Islam
mencapai 5811 orang, sedangkan 2 orang beragama Kristen Katolik. Hal
ini tentu berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan masyarakat terhadap
pola perilaku kehidupan sehari-hari.
Adapun komposisi penduduk Desa Berjo berdasarkan agama dan
kepercayaan yang berkembang dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 5
Komposisi Jumlah Penduduk Desa Berjo Menurut Agama dan Kepercayaan
Tahun 2010
No Agama 2010
1
2
3
4
5
6
Islam
Kristen Katolik
Kristen Protestan
Hindu
Budha
Kepercayaan lain
5811
2
-
-
-
-
Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Berbagai kegiatan keagamaan di Desa Berjo cukup banyak dan
berjalan dengan lancar antara lain: kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al
Qur’an) bagi anak-anak usia TK (Taman Kanak-Kanak) dan Sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dasar serta Madrasah Diniyah bagi para remaja. Kegiatan keagamaan lain
yang masih berjalan adalah pengajian rutin keliling yang diadakan di
masing-masing dusun dengan diisi ceramah agama maupun kajian-kajian
terhadap bidang ilmu tertentu seperti tafsir Al Qur’an, Fiqih (hukum
Islam) dan sebagainya.
Perkembangan kegiatan keagamaan yang semakin meningkat
sebagai salah satu bentuk tumbuhnya kesadaran menjalankan aturan
agama harus diimbangi dengan tersedianya sarana penunjang berjalannya
kegiatan keagamaan seperti Masjid yang setiap dusun di Desa Berjo telah
memiliki masjid sebagai pusat ibadah dan kegiatan umat Islam. Kegiatan
pembinaan dan pendidikan agama dalam belajar Al Qur’an melalui wadah
Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) bertujuan menanamkan kecintaan
anak terhadap Al Qur’an sejak dini serta membentuk generasi yang
berakhlak mulia. Di samping itu juga terdapat kegiatan silaturahmi antar
masjid di Desa Berjo dan Ikatan Remaja Masjid (IRMA) yang rutin
mengadakan pertemuan setiap sebulan sekali untuk menyatukan gerak,
tukar informasi serta merancang berbagai kegiatan termasuk dalam
peringatan hari-hari besar Islam.
Sebagian besar masyarakat Desa Berjo yang mayoritas agama Islam
juga masih tetap melestarikan tradisi atau adat istiadat yang berlangsung
secara turun menurun sebagai salah satu kekayaan budaya merupakan
perpaduan antar unsur agama dan keyakinan masyarakat Desa Berjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tradisi yang berkembang di masyarakat Desa Berjo dibebankan
menjadi dua yaitu tradisi Jawa yang bersifat religius (terdapat hubungan
dengan nilai-nilai agama) dan tradisi yang bersifat non religius yang telah
berakar lama di masyarakat sebagai budaya masyarakat Desa Berjo.
Tradisi yang bersifat religius seperti tradisi Syawalan, Padusan menjelang
datangnya bulan Ramadhan, upacara kematian yang dilakukan setiap 7
hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari (nyewu), bersih desa (Rasulan), serta
kendurian dan berkembang di masyarakat adalah gotong royong atau
sambatan saat hajatan, perbaikan jalan dan kebersihan lingkungan.
B. Sarana-sarana Penunjang di Desa Berjo
1. Sarana Perhubungan dan Komunikasi
Secara umum wilayah Desa Berjo memiliki sarana perhubungan yang
memadai seperti jalan-jalan desa yang telah beraspal, termasuk adanya
pengecoran jalan masuk ke perkampungan di sebagian dusun yang
memudahkan kelancaran komunikasi dan transportasi masyarakat Desa Berjo.
Sarana perhubungan yang sangat penting dalam perkembangan
masyarakat adalah transportasi dan komunikasi. Sarana transportasi yang ada
di Desa Berjo meliputi mobil angkutan penumpang maupun barang dagangan
ke pasar yang mudah terjangkau masyarakat, truk angkutan pasir dan bahan-
bahan bangunan yang dimiliki orang perorangan maupun sarana transportasi
oleh kendaraan lainnya maupun sarana ojek kendaraan bermotor yang telah
tersedia di tiga lokasi dan satu lokasi di wilayah kawasan wisata Candi Sukuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Berbagai sarana transportasi tersebut telah dikelola dengan baik, sehingga
mempermudah kegiatan masyarakat serta semakin terbukanya hubungan antar
warga masyarakat maupun dengan daerah lainnya.
Berbagai sarana komunikasi yang terdapat di Desa Berjo seiring
perkembangan teknologi informasi adalah tersedianya sarana Warung Telepon
(Wartel) maupun telepon seluler yang menggunakan tenaga satelit telah
tersedia di Desa Berjo. Keberadaan sarana dan prasarana di Desa Berjo seperti
jalan, jembatan, dan sarana transportasi lainnya dilihat dalam tabel di bawah
ini:
Tabel 6
Sarana Perhubungan, Komunikasi dan Transportasi di Desa Berjo
Tahun 2010
No Sarana 1994 A. 1 2 3 4 B 5 6 C 7 8 9
10 11
Perhubungan Jalan Desa Jalan Dusun Jalan Kabupaten Jembatan Telekomunikasi Wartel Pemancar Radio Transportasi Sepeda Sepeda Motor Mobil Pribadi Truk Lain-lain
6
11 6 3
2 2
- 40
420 50
4 10
Sumber: Data Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Tabel di atas menunjukkan keberadaan sarana jalan komunikasi dan
transportasi yang kondisi dan jumlahnya cukup banyak di masyarakat Desa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Berjo. Hal ini merupakan wujud pembangunan Desa Berjo yang terus berjalan
didukung lancarnya hubungan dari dan ke daerah lain termasuk bertambahnya
wawasan masyarakat dengan masuknya media informasi.
2. Sarana Perekonomian
Ketersediaan sarana perekonomian dalam masyarakat pedesaan
sangatlah diperlukan, karena gerak kehidupan kegiatan ekonomi masyarakat
tidak lepas dari tersedianya sarana perkonomian yang memadai. Kegiatan
ekonomi berupa menghasilkan barang (produksi), membutuhkan barang
(konsumsi) maupun memasarkan hasil produksi (distribusi) tentunya harus
diimbangi dengan tersedianya pasar, toko, koperasi simpan pinjam dan
sebagainya yang keberadaannya saling melengkapi untuk kelancaran kegiatan
ekonomi masyarakat.
Masyarakat Desa Berjo yang sebagian besar bekerja sebagai petani baik
ladang maupun sawah menjadikan pasar sebagai tempat menjual hasil
pertanian dan membeli berbagai keperluan pokok untuk keperluan sehari-hari.
Masyarakat Desa Berjo sampai saat ini belum memiliki pasar desa sebagai
pusat kegiatan ekonomi masyarakat namun telah ada pasar sebagai pusat jasa
dan perdagangan yang letaknya dekat dengan wilayah Desa Berjo, seperti
Pasar Kemuning, Pasar Gentungan, serta Pasar Karangpandan sebagai pasar
terbesar di Karanganyar yang ditunjang sarana jalan dan transportasi yang
memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Adapun sarana perekonomian masyarakat Desa Berjo yang terus
bertambah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 7
Sarana Perekonomian Masyarakat Desa Berjo Tahun 2010
No Sarana Perekonomian 2010 1 2
3
Perdagangan - Toko - Warung - Pasar Desa Jasa dan Koperasi - Koperasi Simpan Pinjam - Badan kredit - Lumbung Desa Industri - Sedang - Kecil
25 10 - - - - - - 5
Jumlah 15 Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Sejalan berkembangnya sarana perekonomian masyarakat Desa Berjo,
tumbuhnya industri kecil atas modal masyarakat sendiri seperti usaha
penyulingan daun cengkeh, pembuatan tempe, pembuatan kripik singkong,
dan lainnya sebagai wujud berkembangnya kegiatan ekonoi masyarakat Desa
Berjo.
3. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendorong perubahan
dalam masyarakat. Sebagai proses yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
masyarakat. Pendidikan merupakan wahana untuk sumber daya manusia yang
berpikiran maju dan bersifat bijak dalam mengambil keputusan serta terbuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
terhadap hal-hal yang baru yang berguna bagi pengembangan pembangunan
masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan ini masih belum mendapat
perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini dilatarbelakangi bahwa desa
hanya dianggap sebagai pelengkap pembangunan padahal desa seharusnya
menjadi titik tolak pembangunan nasional karena sebagian besar penduduk
Indonesia tinggal di daerah pedesaan.
Pendidikan yang berkembang di Desa Berjo meliputi pendidikan formal
(umum) serta nonformal (khusus). Pendidikan formal (umum) yang ada
meliputi jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar
atau Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah atau setingkat SLTP
sedangkan untuk pendidikan lanjut seperti Sekolah Menengah Umum (SMU)
dan kejuruan belum tersedia. Pendidikan non formal yang sedang digarap
terus dikembangkan berupa Pendidikan Pesantren Al Hikmah beserta
madrasahnya di Susun Tagung yang sarana gedung dan fasilitasnya sebagian
telah selesai dikerjakan. Adapun sarana pendidikan yang ada di Desa Berjo
dapat dilihat di dalam tabel berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 8
Sarana Pendidikan di Desa Berjo Tahun 2010
No Sarana Pendidikan 1994 1 2 3 4 5 6
Kelompok Bermain (Paud) Taman Kanak-Kanak SD/MI SLTP/MTs Pondok Pesantren Pusat Kegiatan Wanita Islam Kursus/Keterampilan
3 4 4 1 - -
Jumlah 11 Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas jumlah bangunan untuk sarana pendidikan di
Desa Berjo masih dirasa sangat kurang karena tidak sebanding dengan jumlah
penduduk usia sekolah.
Sarana pendidikan formal yang tersedia hanya sampai sekolah lanjutan
pertama yang berupa Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang memadukan
pendidikan umum dan pendidikan agama dengan pengelolaan dari pihak
yayasan (swasta). Sementara untuk melanjutkan ke pendidikan negeri harus
keluar dari daerah baik untuk wilayah administratif Kecamatan Ngargoyoso
yang tersedia tiga buah sekolah lanjutan tingkat pertama negeri maupun ke
daerah Karangpandan serta Karanganyar yang telah memiliki sarana
pendidikan sampai ke tingkat Sekolah Menengah Umum maupun Sekolah
Kejuruan. Adanya mereka yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi akan membawa nilai-nilai baru sebagai masukan bagi perkembangan
dan kemajuan pembangunan Desa Berjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4. Sarana Sosial Desa
Sarana sosial desa dibangun untuk lebih mempermudah kegiatan-
kegiatan sosial masyarakat desa. Sarana sosial yang terdapat di Desa Berjo
meliputi kantor desa, balai desa, puskesmas, tempat ibadah, sarana olah raga,
maupun sarana pengairan. Berikut adalah tabel sarana-sarana sosial yang ada
di Desa Berjo
Tabel 9
Sarana Sosial di Desa Berjo Tahun 2010
No Sarana Perekonomian 2010
1
2
3
4
5
6
7
Kantor Desa
Balai Desa
Posyandu
Puskesmas Pembantu
Rumah Bersalin
Sarana Ibadah
Sarana Olahraga
1
1
8
1
1
23
6
Jumlah 41
Sumber: Monografi Desa Berjo Tahun 2010
C. Ekowisata Di Desa Berjo
Desa Berjo merupakan desa tujuan pariwisata yang terletak di lereng
Gunung Lawu. Desa Berjo adalah sebuah desa wisata yang memiliki banyak daya
tarik di dalamnya. Sebagai sebuah desa yang memiliki predikat desa wisata
tentunya Desa Berjo memiliki banyak obyek wisata yang layak untuk dikunjungi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dan dinikmati. Satu hal yang paling menarik dari Desa Berjo adalah panorama
alam yang dimilikinya, dengan jalan yang naik-turun dan meliuk-liuk merupakan
suatu keindahan. Obyek wisata yang ada di Desa Berjo diantaranya adalah:
1. Telaga Madirdo
Telaga Madirdo merupakan danau kecil yang airnya bersumber dari
mata air di lereng Barat Gunung Lawu. Danau yang juga disebut warga
sebagai Telaga Wurung ini menjadi tumpuan kehidupan warga karena airnya
tak pernah surut meski musim kemarau panjang melanda. Uniknya, air di
danau ini tak pernah penuh meski musim penghujan, sehingga disebutlah
sebagai telaga wurung atau telaga yang tidak sempurna. Nama Telaga
Madirdo ini kemudian dijadikan nama dusun.
Jarak telaga dari balai desa sekitar 4 km yang dapat ditempuh dengan
kendaraan pribadi dengan cukup mudah. Dilihat dari prospeknya, telaga ini
memiliki potensi yang layak untuk dikembangkan menjadi wisata unggulan
bagi Desa Berjo seperti yang diimpikan oleh Masyakat Desa Berjo pada
umumnya.Telaga Madirdo juga sudah cukup dikenal oleh wisatawan yang
memasuki Desa Berjo terutama turis asing karena telaga ini termasuk dalam
jalur Tracking Sukuh-Grojogan Sewu. Apabila di kemudian hari telaga ini
sudah dikemas sedemikian rupa menjadi obyek wisata seperti yang diimpikan
masyarakat Desa Berjo, tentunya telaga ini akan memberikan sumbangsih
yang besar pada peningkatan taraf hidup masyarakat Berjo.
Menurut kisah dari sejumlah tokoh masyarakat serta beberapa catatan
sejarah yang di publikasikan, awal keberadaan Telaga Madirdo ternyata mirip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
dengan salah satu bagian dari cerita Ramayana. Bermula dari kisah seorang
resi yang memiliki ilmu kawruh sangat tinggi dan memiliki pusaka bernama
Cupu Manik Astagina. Rasi bernama Gutama yang beristrikan Nyi Widardi
ini dikaruniai tiga anak, yakni Guwarso, Guwarsi, dan Dewi Anjani. Suatu
ketika Gutama gelisah karena anak-anaknya selalu bertengkar memperebutkan
cincin Cupu Manik Astagina.
Demi keadilan, Sang Resi membuang cincin pusaka ke Telaga
Madirdo. Kepada anak-anaknya, Gutama mengatakan, pemilik pusaka itu
adalah yang mampu mengambil cincin dari dasar telaga. Tapi ketiganya justru
berkelahi di telaga, bukannya berlomba secara sportif memperoleh cincin
yang dibuang ayah mereka. Keajaiban terjadi. Wajah Giwarso dan Guwarsi
tiba-tiba berubah menjadi kera yang keduanya dijuluki Sugriwo dan Subali.
Begitu pula Dewi Anjani, setiap kali melihat pantulan wajah
Gambar. 2 Wisata Telaga Madirdo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Air Terjun Jumog
Air terjun Jumog terletak di Dusun Berjo yang dibangun pada tanggal
7 Agustus 2004 atas kerjasama bapak Abdullah Faray Abdad dan
pemerintahan Kabupaten Karanganyar. Bapak Abdullah adalah investor lokal
yang telah mengarahkan warga Jumog merebas semak-belukar, memunculkan
pesona keindahan air terjun Jumog. Pada awalnya bapak Abdullah hanya
memiliki sebidang tanah di Dusun Jumog, namun setelah menjelajah, secara
tidak terduga dia menemukan air terjun ini. Kemudian dia mengajukan sewa
lahan selama 20 tahun dengan opsi 20 tahun. Tiada sewa dikeluarkan, hanya
bagi hasil dengan pemerintah daerah, warga setempat, dan bapak Abdullah
sendiri. Sehingga bisa dikatakan bahwa Jumog merupakan milik masyarakat
Desa Berjo, Kabupaten Karanganyar dan investor. Pengerjaannya hanya
memakan waktu lima jam setelah terjadi kesepakatan dengan pejabat desa.
Aliran air terjun Jumog memiliki tiga cabang , yaitu Klueng,
Kusumajati dan Jubleg. Air murni yang berasal dari sumber mata air
sepanjang tahun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun
wisatawan domestik. Disamping itu akses jalan masuk yang datar juga sangat
menguntungkan bagi para wisatawan. Keadaan di sekitar air terjun sangat asri
dan sekitar pukul 09.45 WIB pelangi akan terlihat selama kurang lebih satu
jam.
Di tempat wisata ini para wisatawan dapat menikmati pemandangan
dan pesona keindahan air tejun Jumog, sambil mencicipi sate kelinci yang
dijual di dalam maupun di luar tempat wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar. 3 Wisata Air Terjum Jumog.
3. Candi Sukuh
Candi Sukuh terletak di Dusun Sukuh yang dikategorikan sebagai
candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini
digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena
banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
Candi Sukuh dibangun pada sekitar abad XV, dari permukaan air laut
ketinggiannya sekitar 910 M. Kompleks Situs purbakala Candi Sukuh mudah
dicapai dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat,
dengan jarak 27 km dari Kota Karanganyar. Didukung panorama alam yang
sangat indah kawasan Candi Sukuh diharapkan mampu menjadi objek wisata
andalan bagi Desa Berjo dan Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Situs purbakala Candi Sukuh ini ditemukan oleh Residen Surakarta
"Yohson" pada masa penjajahan Inggris. Mulai saat itu banyak kalangan
sarjana yang mengadakan penelitian di Candi Sukuh antara lain Dr. Van der
Vlis tahun 1842, Hoepermen diteruskan Verbeek tahun 1889, Knebel tahun
1910, dan sarjana Belanda Dr. WF. Stutterheim. Untuk mencegah kerusakan
yang semakin memprihatinkan, Dinas Purbakala setempat pernah
merehabilitasi Candi Sukuh pada tahun 1917, sehingga keberadaan Candi
Sukuh seperti kondisi yang kita lihat sekarang.
Usaha penyelamatan dan pengamanan terhadap candi Sukuh dilakukan
oleh Dinas Purbakala sejak tahun 1971, sedangkan peresmian pemugarannya
ditandatangani oleh Mendikbud Daoed Yoesoef pada tahun 1982. Selanjutnya
beberapa peneliti bangsa Indonesia yang menaruh minat terhadap kekunoan
Candi Sukuh diantaranya adalah : Ph. Soebroto, Riboet Darmosutopo, Y
Padmopuspito, Harry Truman Simanjuntak dan lain-lain.
Susunan Candi dibagi menjadi 3 trap, yaitu teras pertama, teras kedua,
dan teras ketiga
Setiap trap terdapat tangga dengan suatu gapura. Gapura-gapura itu
amat berbeda bila dibandingkan dengan gapura umumnya candi di Jawa
Tengah, apa lagi gapura pada trap pertama. Bentuk bangunannya mirip candi
Hindu dipadu dengan unsur budaya asli Indonesia yang nampak begitu
kentara, yakni kebudayaan megaliticum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
a. Teras pertama candi
Trap I Candi Sukuh menghadap ke Barat. Seperti yang sudah
diutarakan, trap pertama candi ini terdapat tangga. Bentuk gapuranya amat
unik yakni tidak tegak lurus melainkan dibuat miring seperti trapesium,
layaknya pylon di Mesir (Pylon : gapura pintu masuk ke tempat suci).
Pada sisi gapura sebelah Utara terdapat relief "manusia ditelan
raksasa" yakni sebuah "sengkalan rumit" yang bisa dibaca "Gapura buta
mangan wong "(gapura raksasa memakan manusia). Gapura dengan
karakter 9, buta karakternya 5, mangan karakter 3, dan wong mempunyai
karakter 1. Jadi candra sengkala tersebut dapat dibaca 1359 Saka atau
tahun 1437 M, menandai selesainya pembangunan gapura pertama ini.
Pada sisi Selatan gapura terdapat relief raksasa yang berlari sambil
menggigit ekor ular. Menurut KC Vrucq, relief ini juga sebuah Sangkalan
rumit yang bisa dibaca : "Gapura buta anahut buntut "(gapura raksasa
menggigit ekor ular), yang bisa di baca tahun 1359 Saka, seperti tahun
pada sisi utara gapura.
Menaiki anak tangga dalam lorong gapura terdapat relief yang
cukup vulgar. terpahat pada lantai. Relief ini menggambarkan phallus
yang berhadapan dengan vagina. Sepintas memang nampak porno, tetapi
tidak demikian maksud si pembuat, sebab tidak mungkin di tempat suci
yang merupakan tempat peribadatan terdapat lambang-lambang yang
porno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Relief ini mengandung makna yang mendalam. Relief ini mirip
lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan
istrinya (Parwati). Lingga-yoni merupakan lambang kesuburan. Relief
tersebut sengaja di pahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa
saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di badan
menjadi sirna sebab sudah terkena "suwuk". Boleh dikata relief tersebut
berfungsi sebagai "suwuk" untuk "ngruwat", yakni membersihkan segala
kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Dalam bukunya Candi Sukuh
dan Kidung Sudamala Ki Padmasuminto menerangkan bahwa relief
tersebut merupakan sengkalan yang cukup rumit yaitu : "Wiwara Wiyasa
Anahut Jalu". Wiwara artinya gapura yang suci dengan karakter 9, Wiyasa
diartikan daerah yang terkena "suwuk" dengan karakter 5, Anahut
(mencaplok) dengan karakter 3, Jalu (laki-laki) berkarakter 1. Jadi bisa di
temui angka tahun 1359 Saka. Tahun ini sama dengan tahun yang berada
di sisi-sisi gapura masuk candi.
b. Teras kedua
Trap kedua lebih tinggi daripada trap pertama dengan pelataran
yang lebih luas. Gapura kedua ini sudah rusak, dijaga sepaSang arca
dengan wajah komis. Garapannya kasar dan kaku, mirip arca zaman pra
sejarah di Pasemah. Di latar pojok belakang dapat dijumpai seperti jejeran
tiga tembok dengan pahatan-pahatan relief, yang disebut relief Pande Besi.
Relief sebelah Selatan menggambarkan seorang wanita berdiri di depan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
tungku pemanas besi, kedua tangannya memegang tangkai "ububan"(
peralatan mengisi udara pada pande besi).
Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan Ganesya
dengan tangan yang memegang ekor. Inipun salah satu sengkalan yang
rumit pula yang dapat dibaca : Gajah Wiku Anahut Buntut, dapat ditemui
dari sengkalan ini tahun tahun 1378 Saka atau tahun 1496 M. Relief pada
sebelah Utara menggambarkan seorang laki-laki sedang duduk dengan
kaki selonjor. Di depannya tergolek senjata-senjata tajam seperti keris,
tumbak dan pisau.
c. Teras ketiga
Trap ketiga ini adalah trap tertinggi yang merupakan trap paling
suci. Candi Sukuh memang dibuat bertrap-trap semakin ke belakang
semakin tinggi. Berbeda dengan umumnya candi-candi di Jawa Tengah,
Candi Sukuh dikatakan menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu
Widya. Di dalam buku itu diterangkan bahwa bentuk candi harus bujur
sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang di tengah
itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikhwal Candi Sukuh ternyata
menyimpang dari aturan-aturan itu, hal tersebut bukanlah suatu yang
mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu
sudah memudar dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli
Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori zaman
Megalithic, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa
Indonesia tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candi Sukuh ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar.4 Candi Sukuh
4. Candi Planggatan
Candi Planggatan terletak di dusun Tambak, berjarak sekitar 3 km arah
Selatan Candi Sukuh. Tampaknya Candi Planggatan tidak begitu populer
dibandingkan dengan Candi Sukuh ataupun Candi Cetho. Hal tersebut perlu
dimaklumi mengingat kondisi Candi Planggatan tidak selengkap Candi Sukuh
atau Cetho. Artinya jika kita mencoba membandingkan aspek arsitektur candi
tersebut dengan Candi Sukuh atau Cetho jelas suatu hal yang sia-sia saja.
Yang tersisa dari Candi Planggatan yang dibangun pada ketinggian
910 meter di atas permukaan laut kini hanyalah sisa-sisa candi berupa
sekumpulan batu andesit tersusun berderet membentuk denah berukuran 30 x
30 meter, sedangkan bagian tengahnya berupa gundukan tanah setinggi satu
meter saja. Dari tinggalan beberapa batu candi yang tersisa ini ada yang
mempunyai relief.
Relief yang dipahatkan pada sebuah batu sebagai bagian dari sebuah
candi biasanya berfungsi sebagai penghias candi belaka atau dapat pula
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
memuat cerita yang sesuai dengan sifat keagamaan candi tersebut.
Tampaknya relief-relief yang tersisa di candi ini dahulunya merupakan
rangkaian sebuah cerita tetapi mengingat jumlahnya yang terbatas (6 buah)
tampaknya cerita yang ingin disampaikan dalam relief tersebut sukar untuk
diketahui kembali.
Relief-relief tersebut antara lain relief seorang tokoh laki-laki yang
merangkul pinggang tokoh lain (wanita) di bagian muka dan di bagian
belakang tokoh terdapat tiga orang pengiring; relief seorang tokoh
menunggang kuda sedang di bagian belakang tokoh tersebut ada dua orang
pengiring membawa tombak dan pada bagian depan terdapat tiga orang
bertubuh pendek; relief rumah panggung dan dua rumah berbentuk pendapa
yang di bagian sampingnya terdapat seorang pengawal membawa tombak
mengiring seorang tokoh menunggang kuda; relief beberapa orang membawa
senjata; relief seorang tokoh menunggang kuda diiringi oleh beberapa wanita
dan tiga punakawan.
Dari sejumlah relief yang tersisa ini ada satu relief yang cukup
menarik dan menjadi petunjuk kuat mengenai pertanggalan candi tersebut.
Relief itu adalah relief seekor gajah yang digambarkan secara antropomorfis
(setengah hewan-setengah manusia) dalam posisi berdiri dengan belalai ke
bawah dan di bagian mulutnya terdapat gambar bulan sabit, seolah-olah gajah
tersebut tengah memakan buah sabit. Gajah digambarkan memakai sorban
seperti seorang wiku/pendeta. Pada bagian pinggang memakai ikat pinggang
yang dibuat dari lipatan kain dan pada bagian pinggang sampai lutut tertutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
kain pula. Relief ini merupakan sebuah sengkalan memet yang jika dibaca
berbunyi "Gajah wiku mangan wulan" yang jika diartikan menjadi sebuah
angka tahun 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Penggambaran Gajah
Wiku ini sama dengan relief yang ditemukan di Candi Sukuh merupakan
bagian dari relief pande besi, hanya saja relief Gajah Wiku di Candi Sukuh
digambarkan tengah memakan buntut.
Pada bagian kanan relief Gajah Wiku ini terdapat pahatan prasasti
sebanyak empat baris. Bentuk pahatan huruf prasasti ini juga sama dengan
prasasti batu yang ditemukan di Candi Cetho dan Sukuh. Hasil pembacaan
Riboet Darmosoetopo, seorang dosen arkeologi Fakultas Sastra UGM,
Yogyakarta menyebutkan:
"padamel ira rama balanggadawang barnghyang punun dah nrawang"
Terjemahannya adalah: "Pembuatannya rama Balanggadawang
bersamaan dengan Hyang Panunduh Nrawang"
Selain relief di candi ini juga ditemukan sebuah yoni yang mempunyai
tinggi 39 cm, lebar permukaan dan dasar 32 cm dengan panjang cerat 15 cm.
Dengan temuan yoni ini maka dapat dipastikan bahwa sifat keagamaan Candi
Planggatan adalah Hinduistik. Artinya baik Candi Planggatan, Sukuh maupun
Cetho juga ditemukan lingga-yoni, ketiga candi ini mempunyai sifat
keagamaan yang sama yakni Hinduistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar.5 Peninggalan Candi Planggatan
5. Taman Hutan Raya Ngargoyoso
Taman ini terletak di lereng Gunung Lawu tepatnya di Desa Berjo,
luas hutan ini adalah 231,3 Ha merupakan kawasan yang strategis untuk
ditingkatkan fungsinya menjadi taman hutan raya. Penetapan ini berdasarkan
Surat Keputuan Menteri Kehutanan Nomor 849/ Kpts-II/1999 .
Kawasan ini merupakan hutan pinus yang sangat cocok untuk
kegiatan rekreasi alam dan perkemahan remaja dengan pemandangan yang
indah dan sejuk. Di kawasan ini dapat dilakukan wisata lintas alam “jalan kaki
atau berkuda” menuju Taman Wisata Grojogan Sewu melalui jalan hutan dan
pedesaan sepanjang dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Di petak 9 terdapat
air terjun dengan ketinggian sekitar 50-60 M.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Gambar.6 Taman Hutan Raya Ngargoyoso.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Pengembangan masyarakat pada saat ini masih menjadi isu yang
cukup relevan untuk dibicarakan seiring dengan menguatnya kesadaran
masyarakat untuk mengambil peran secara lebih partisipatif dalam proses
pembangunan. Sejalan dengan semangat pembangunan di era otonomi yang
mengakui kesetaraan antara masyarakat, swasta dan negara sebagai
stakeholders pembangunan, maka aksi-aksi pembangunan masyarakat menjadi
signifikan untuk dilakukan. Hal ini didasari keyakinan bahwa apabila
masyarakat menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi dalam pembangunan,
maka secara tidak langsung mereka telah memperkuat kemampuan bangsanya
sendiri dalam menghadapi dinamika perubahan pada lingkup regional,
nasional maupun global. Oleh karena itu, upaya pengembangan masyarakat
seharusnya menjadi bagian integral dari upaya suatu bangsa dalam rangka
memperbaiki tingkat inisiasi dan partisipasi para warganya dalam proses
pembangunan (Muslim, 2009 :1).
Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang
menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek: sosiologis,
psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang mendapat
perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang
dianggap penting ialah aspek ekonomisnya (Soekadijo, 1996: 25).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Untuk mengadakan perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang
diterima oleh orang-orang yang menyelenggarakan angkutan, menyediakan
bermacam-macam jasa, atraksi wisata, dan lain-lainnya. Keuntungan
ekonomis untuk daerah yang dikunjungi wisatawan, itulah yang pertama-tama
merupakan tujuan pembangunan pariwisata. Meskipun juga menyinggung
tujuan budaya serta persahabatan internasional, Instruksi Presiden No. 9
Tahun 1969 juga menetapkan keuntungan ekonomis sebagai tujuan yang
pertama dari pembangunan pariwisata di Indonesia (Soekadijo, 1996: 25-26).
Pada suatu obyek wisata, pasti di tempat tersebut juga terdapat produk
wisata setempat. Disinilah produk wisata ditawarkan pada wisatawan, ada
konsumen, ada permintaan (demand) dan penawaran(supply). Ada produsen
yang menghasilkan produk untuk memenuhi permintaan konsumen. Dalam
hal ini sudah jelas bahwa konsumennya adalah wisatawan, wisatawanlah yang
mempunyai kebutuhan permintaan-permintaan yang harus dipenuhi. Dan
untuk itu wisatawan mengeluarkan uang. Motif wisata menuntut adanya
atraksi wisata yang komplementer dengan motif itu. Jadi atraksi wisata itu
termasuk yang diminta oleh wisatawan. Permintaan akan adanya atraksi
wisata harus dipenuhi oleh hal-hal atau tindakan-tindakan yang menarik.
Ketika wisatawan berada pada desa wisata akan disuguhi dengan
pemandangan alam, permainan anak-anak, perkebunan, tarian daerah dan
sebagainya.
Permintaan lain dari konsumen wisata yang harus dipenuhi terletak di
bidang jasa, yang berupa kegiatan-kegiatan dan fasilitas-fasilitas untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
memenuhi kebutuhan hidup wisatawan selama ia dalam perjalanan. Misalnya
penginapan, rumah makan, pramuwisata, dan sebagainya. Selain atraksi wisata
dan jasa wisata wisatawan dalam pariwisata juga diperlukan transferabilitas,
yang berarti bahwa wisatawan memerlukan kondisi dan sarana untuk bergerak
dari tempat kediamannya ke tempat tujuan wisata. Semua kebutuhan
wisatawan dibidang ini dapat disebut kebutuhan akan transportasi. Kebutuhan
ini harus dipenuhi dengan menyediakan sarana transportasi.
Hal tersebut merupakan peluang bagi masyarakat setempat untuk
mengembangkan potensi diri mereka untuk kemajuan wisata di daerah
mereka, dan wisata tersebut akan menjadi industri pariwisata yang akan
membantu perekonomian masyarakat. Industri pariwisata adalah industri yang
kompleks, yang meliputi industri-industri lain. Dalam kompleks industri
pariwisata terdapat industri penginapan, industri rumah makan, industri
kerajinan/cindera mata, industri perjalanan, dan sebagainya.
Dibawah ini dijelaskan bagaimana gambaran umum aktivitas informan
pengunjung wisata serta kegiatan penduduk di Desa Berjo Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar .
1. Karakteristik Informan
Dari pengungkapan informan akan memperlihatkan ciri-ciri
mereka seperti nama, umur, alamat, serta kegiatan yang telah dilakukan
terkait dengan partisipasinya dalam pengembangan ekowisata di Desa
Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Selain itu juga
bisa diketahui atraksi wisata dan aktivitas apa yang dilakukan pengunjung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Dari pengungkapan tersebut diharapkan dapat memperlihatkan gambaran
umum dari para informan serta dapat digunakan untuk menjelaskan bagian
analisa tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga komponen yang
berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo yaitu
pemerintah, swarta, dan masyarakat. Untuk lebih mengetahui identitas
informan, maka sebelumnya akan dilihat identitas informan dan responden
sebagai berikut:
a. Informan Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Karanganyar.
1) Ir. Sukarno, MT
Bapak Ir. Sukarno,MT adalah pegawai Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang menjabat sebagai
Kasubbab Perencanaan. Dalam kaitannya dengan penelitian atau
riset ini, Ir. Sukarno, MT adalah orang yang memberikan ijin untuk
melakukan penelitian serta memberi informasi tentang wisata di
Desa Berjo.
2) Drs. Suparno
Drs. Suparno adalah pegawai Dinas Kabupaten Karanganyar
yang menjabat dibidang Pemasaran yang sekaligus yang menerima
pertayaan- pertanyaan seputar kepariwisataan di Kabupaten
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
3) Sulardi, SE
Bapak Sulardi, SE berusia 46 tahun adalah Sekretaris Desa
Berjo yang telah bekerja kurang lebih 16 tahun di Pemerintah Desa
Berjo. Sulardi adalah orang yang mengurusi kegiatan yang
berkaitan dengan kepariwisataan di Desa Berjo.
4) Nanang Marwoto
Nanang Marwoto berusia 32 tahun adalah pengurus dari
BUMDES, adapun pekerjaannya adalah sebagai operator penunggu
loket di wisata Air Terjun Jumog.
b. Responden Masyarakat dan pihak Swasta di Desa Berjo
Dalam penelitian ini pihak swasta yang menjadi informan
adalah pihak yang melakukan aktifitas pekerjaannya berkaitan dengan
kepariwisataan di Desa Berjo, dan informannya adalah:
1) Abdullah Faray Abbad
Bapak Abdullah Faray Abbad adalah orang keturunan Arab
yang telah lama bermukim di Desa Berjo.Setelah lama tinggal di
Desa Berjo, masyarakat menganggap dia adalah orang yang
mampu menjadi investor dalam pengembangan wisata di Desa
Berjo. Beliau dulu adalah pemilik PT. Jumog Kreatif yang
sekarang vakum, pindah dan membuka usaha di sekitar Candi
Sukuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
2) Ibu Marimo
Ibu Marimo berusia 52 tahun dan mempunyai pekerjaan yaitu
sebagai pegawai di Pemerintah Desa Berjo. Selain menjadi
pegawai, beliau juga mempunyai Homestay di sekitar Telaga
Madirda yang pengelolaannya dibantu bersama suaminya yang
merupakan pensiunan Polisi Hutan.
3) Suraji
Suraji berusia 40 tahun adalah tokoh masyarakat di Desa
Berjo yang menjabat sebagai Ketua RT dan aktif dalam kegiatan
pertemuan- pertemuan di Desa Berjo.
4) Joko
Joko, 23 tahun adalah Ketua Karang Taruna di dusun Berjo
yang mengkoordinir pemuda dalam melaksanakan kegiatan
perparkiran
5) Kastono
Kastono yang berumur 48 tahun adalah tokoh masyarakat
serta pengusaha di Desa Berjo.
6) Kasiem
Ibu Kasiem 49 tahun adalah seorang wiraswasta yang
memproduksi olahan makanan berbahan baku wortel. Dalam
pelaksanaan penjualannya, Ibu Kasiem menjajakan hasil
produksinya di sekitar obyek wisata. Hasil olahannya diantaranya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
adalah serbuk minuman dari wortel, geplak wortel serta makanan
lainnya yang bahan utamanya adalah wortel
7) Agung
Agung yang berusia 25 tahun adalah pengurus latihan seni
musik Lesung ”Tunggal Laras”di Desa Berjo. Dalam aktifitas
pementasan seninya dilakukan di sekitar Candi Sukuh.
8) Aminah
Ibu Aminah, 43 tahun adalah pedagang bunga yang
menjajakan dagangannya di sekitar wisata Air Terjun Jumog.
9) Sutarso
Bapak Sutarso, berusia 40 tahun adalah tukang ojek yang
sering mangkal di jalan masuk Air Terjun Jumog. Sebelumnya,
Bapak Sutarso adalah petani di Desa Berjo, namun karena melihat
peluang usaha di desanya maka dia beralih menjadi tukang ojek.
c. Responden wisatawan di Desa Berjo
1) Rista
Rista 21 tahun adalah wisatawan asal Solo yang berkunjung
di obyek wisata Air Terjun Jumog
2) Fatih
Siswa kelas 3 SMA, berumur 16 tahun dan berasal dari
Kabupaten Sragen yang berkunjung di obyek wisata di Telaga
Madirda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) Ajeng
Ajeng adalah siswi kelas 3 SMA berasal dari Kabupaten
Sragen yang berkunjung di wisata Air Terjun Jumog
4) Albert
Albert 20 tahun adalah mahasiswa asal Yogyakarta, yang
berkunjung ke Candi Sukuh
5) Tony
Tony mahasiswa di Universitas swasta di Yogyakarta yang
menikmati tahun baru di Taman Hutan Rakyat.
Berdasarkan data mengenai informan di atas maka dapat disusun
matriks sebagai berikut :
Matriks. 1 Matriks Informan dan Responden
No Nama Komponen 1 Ir. Sukarno.MT Pemerintah Daerah 2 Suparno Pemerintah Daerah 3 Sulardi. SE Pemerintah Desa 4 Nanang Marwoto Pemerintah Desa 5 Abdullah Swasta 6 Suraji Masyarakat 7 Joko Masyarakat 8 Marimo Masyarakat 9 Kastono Masyarakat 10 Kasiem Masyarakat 11 Agung Masyarakat 12 Aminah Masyarakat 13 Sutarso Masyarakat 14 Rista Wisatawan 15 Fatih Wisatawan 16 Ajeng Wisatawan 17 Albert Wisatawan 18 Tony Wisatawan Sumber : Data Primer, diolah Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
2. Potensi Ekowisata Di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar.
Desa Berjo adalah desa wisata yang berbasis wisata alam, namun
selain mempunyai potensi wisata alam, Desa Berjo juga mempunyai
potensi wisata kebudayaan. Dari potensi tersebut Desa Berjo mempunyai
daya tarik tersendiri untuk dijadikan suatu obyek wisata dan dikunjungi
oleh wisatawan.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Suparno,
Pegawai Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar
bagian Pemasaran, bahwa alasan pengembangan wisata di Desa Berjo
adalah potensi alam yang sangat mendukung untuk dikembangkan, serta
potensi budaya yang ada di Desa Berjo. Yang dimaksud dengan potensi
wisata alam disini adalah seluruh keindahan yang ada di alam dan
berkaitan dengan lingkungan alam dengan segala bentuk kehidupan dalam
kondisi apa adanya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan disini
ialah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi ‘kebudayaan
tinggi’ seperti kesenian atau perikehidupan keraton dan sebagainya, akan
tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di
tengah-tengah suatu masyarakat : pakaiannya, caranya berbicara,
kegiatannya di pasar, dan sebagainya. Pokoknya semua act dan artifact
(tingkah laku dan hasil karya) sesuatu masyarakat, dan tidak hanya
kebudayaan yang masih hidup, akan tetapi juga kebudayaan yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
peninggalan-peninggalan atau tempat-tempat bersejarah. (Soekadijo, 1997
: 54 ).
Dari pernyataan di atas maka dapat diketahui atraksi ekowisata di
Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
Atraksi wisata adalah atraksi yang diidentifikasikan dalam suatu
penelitian tentang kegiatan yang ditawarkan dalam pariwisata, dan telah
dikembangkan menjadi atraksi wisata yang berkualitas dan memiliki
asesibilitas yang baik.
Desa Berjo mempunyai kondisi pedesaan yang masih alami karena
merupakan daerah pegunungan serta mempunyai warisan budaya yang
sangat luar biasa, sehingga wisatawan dapat menikmati atraksi wisata yang
ada di Desa Berjo. Berikut ini adalah atraksi wisata yang ditawarkan di
Desa Berjo :
a. Atraksi Wisata Alam
Atraksi wisata alam adalah seluruh keindahan alam yang dijadikan
daya tarik wisatawan untuk berwisata.Dalam Atraksi wisata alam di
Desa Berjo diantaranya adalah
1) Air Terjun
Air Terjun di Desa Berjo terletak di Obyek Wisata Jumog.
Keindahan air terjunlah yang menjadikan wisatawan datang ke
obyek wisata Jumog. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Nanang
Marwoto :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
“ Tujuan utama wisatawan datang ke Obyek Wisata
Jumog adalah air terjunnya mas, embun yang dihasilkan
dari air terjun menjadi sensasi tersendiri bagi wisatawan.
(Hasil wawancara tanggal 4 Januari 2011)
2) Telaga Alami
Telaga yang ada di Desa Berjo airnya bersumber dari mata air
di lereng Barat Gunung Lawu. Danau yang juga disebut warga
sebagai Telaga Wurung ini menjadi tumpuan kehidupan warga
karena airnya tak pernah surut meski musim kemarau panjang
melanda. Keadaan telaga yang masih sangat terjaga kealamiannya,
menjadikan obyek ini sangat disukai anak-anak muda untuk
berlibur di telaga ini. Hal ini seperti diungkapkan Ibu Marimo :
“ Telaga madirdo ini sangat disukai anak-anak
muda mas, mereka biasanya datang bersama pacarnya
atau rombongannya, terus bermalam di sekitar telaga. “
(Hasil wawancara tanggal 31 Januari 2011)
3) Taman Hutan
Taman Hutan di Desa Berjo ini merupakan hutan pinus yang
sangat cocok untuk kegiatan rekreasi alam dan perkemahan remaja
dengan pemandangan yang indah dan sejuk. Hal ini juga
diterangkan Bapak Sulardi :
“ Hutan Raya biasanya wisatawan untuk jalan-
jalan menikmati suasana hutan yang sejuk, serta untuk
berkemah di masa liburan. “
(Hasil wawancara tanggal 31 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
b. Atraksi Wisata Budaya
Atraksi wisata kebudayaan adalah semua ciri khas tradisional
Desa Berjo yang menarik dan bisa membuat wisatawan untuk datang
ke Desa Berjo, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Candi Sukuh
Candi Sukuh merupakan candi peninggalan Agama Hindu
yang mempunyai nilai budaya sangat tinggi. Bentuk Candi yang
sangat unik membuat wisatawan lokal maupun mancanegara sangat
tertarik untuk menikmati dan mengkaji lebih dalam nilai-nilai
yang terdapat pada Candi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Bapak
Sulardi
“ Bentuk Candi Sukuh yang unik mas, membuat
banyak orang tertarik untuk menikmati keindahan serta
mempelajari relief-relief yang ada di Candi.
(Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2011)
2) Candi Planggatan
Candi Planggatan adalah situs yang sudah dimasukan ke
dalam warisan peninggalan sejarah oleh Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Keadaan Candi yang berada
di tengah-tengah perkampungan, menjadikan suasana yang berbeda
yang dirasakan oleh wisatawan. Hal ini juga diungkapkan oleh
Bapak Suraji sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
“ Candi Planggatan ini seperti rumah biasa mas,
letaknya ditengah-tengah desa kami.”
(Hasil wawancara tanggal 4 Januari 2011)
3) Kesenian lesung “Tunggal Laras”
Peralatan pokok yang digunakan yaitu lesung dan alu
sebagai penumbuknya. Namun, sekarang sudah divariasikan
dengan gendang dan beberapa jenis alat musik gamelan lain untuk
menambah keanekaragaman permainan musiknya. Hal ini juga
dijelaskan Agung, pengurus seni di Desa Berjo :
” Kesenian lesung ini sangat menarik mas, alat-alat
yang digunakan adalah lesung yang biasanya digunakan
sebagai menumbuk, dan sering kami pentaskan di Candi
Sukuh dalam suatu event- event tertentu”
(Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2011)
4) Kesenian Bambu “Mekar Sari”
Semenjak berdiri alat yang dipergunakan hanya kentongan
saja. Namun dengan bertambahnya waktu, alat yang digunakan
semakin beragam, antara lain kentongan, gendang, dan angklung.
Hal ini diungkapkan Sulardi, selaku wakil Pemerintah Desa yang
ikut mengurusi seni Di Desa Berjo :
”Kami terus mengembangkan Seni Bambu dan Seni
Lesung mas, karena ini juga menjadi daya tarik
wisatawan”
(Hasil wawancara tanggal 3 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Untuk lebih jelasnya mengenai atraksi wisata yang ada di Desa
Berjo dapat dilihat melalui matriks berikut ini :
Matriks. 2
Atraksi Wisata di Desa Berjo
No Kategori Atraksi Wisata
1 Alam 1. Air Terjun
2. Telaga Alami
3. Hutan Raya
2 Budaya 1. Candi Sukuh
2. Candi Planggatan
3. Kesenian Lesung
4. Kesenian Bambu
Sumber: Data Primer, diolah Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
3. POLA PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS
MASYARAKAT DI DESA BERJO
Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat merupakan
suatu bentuk kepedulian masyarakat Desa Berjo untuk mencapai tujuan
bersama, yaitu mewujudkan sebuah tujuan wisata yang baru dan alami
serta dibarengi dengan usaha peningkatan pendapatan masyarakat
sekitarnya menuju pada taraf kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan
pembangunan sangat ditentukan oleh sumber-sumber pembangunan yang
ada pada suatu tempat. Salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan
adalah keikutsertaan masyarakat atau lebih tepatnya disebut dengan
partisipasi masyarakat.
Pola masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo
dibagi menjadi tiga tahapan partisipasi, yaitu:
a. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pengembangan.
b. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pengembangan.
c. Partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan pengembangan.
Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan keikutsertaan
masyarakat dalam setiap tahapan berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
3.1 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pengembangan
Ekowisata di Desa Berjo.
Seperti diketahui bahwa perencanaan dalam arti seluas-luasnya
tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sedangkan perencanaan pembangunan sendiri adalah suatu
pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan yang terbatas
adanya, untuk mencapai tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang
lebih baik secara lebih efisien dan efektif. Sehingga, satu hal yang
harus disadari disini bahwa perencanaan memiliki pengaruh yang besar
dan keberhasilan suatu pembangunan sangat bergantung pada
kecermatan perencanaan yang dibuat.
Partisipasi masyarakat Desa Berjo dalam perencanaan
pembangunan dan pengembangan ekowisata dapat dilihat secara
langsung dari kenyataan di lapangan dan dapat dipahami dari
pernyataan dan pengakuan masyarakat setempat, tentang keikutsertaan
mereka dalam perencanaan dan pengembangan ekowisata di daerah
tersebut.
Partisipasi masyarakat Desa Berjo dalam perencanaan
pembangunan dan pengembangan ekowisata diwujudkan dengan
memberikan ide, gagasan, pendapat serta kegiatan pelatihan yang
dilandasi keyakinan bahwa daerahnya memiliki keindahan alam
pegunungan, serta peninggalan budaya yang perlu dilestarikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
dikelola dan dikembangkan menjadi sebuah ekowisata yang menarik,
sekaligus juga akan memberikan pengaruh sosial ekonomi yaitu akan
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Berjo.
Keberhasilan suatu program sangat dipengaruhi oleh keaktifan
dari masyarakat dalam setiap kegiatan. Hal tersebut dapat diketahui
dari pernyataan Bapak Sulardi, Sekretaris Desa Berjo berikut ini:
"...Dalam pengembangan wisata di desa ini, sering diadakan
perkumpulan rapat tokoh masyarakat Desa Berjo guna
membahas pengembangan potensi wisata di desa kami ini ada
juga penyuluhan- penyuluhan dari pemerintah ,hasilnya mas,
Desa Berjo ini satu satunya desa yang mempunyai badan usaha
milik desa ( BUM D E S).
…Badan ini mempunyai fungsi menjalankan tugas yaitu
mengelola wisata yang ada, dengan pertanggung jawaban pada
desa "
(Sumber: Wawancara. 3 Januari 2011)
Hal senada juga diungkapkan oleh Mas Nanang Marwoto, selaku
anggota pengelola wisata dan anggota BUMDES:
“….Di desa ini mas, tiap 1 bulan diadakan rapat khusus
BUMDES dan tiap 3 bulan diadakan rapat yang membahas
tentang wisata di Desa Berjo ini, baik laporan pendapatan,
maupun perencanaan yang akan dilakukan, dan a
(Sumber: Wawancara. 4 Januari 2011)
Kekayaan alam dari Desa Berjo itu sendiri merupakan salah
satu nilai lebih, oleh karena itu warga masyarakat berinisiatif untuk
berpartisipasi dalam mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Desa Berjo dengan membentuk BUMDES yang sebelumnya
dikembangkan oleh pihak luar desa diantaranya PT. Jumog Kreatif,
serta dari Pengelola Taman Hutan Raya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Pak Abdullah itu sendiri yang sekarang mengelola Out
Bond serta Homestay di kawasan Candi Sukuh yaitu:
"...saya disini sudah lama mas. Saya mengagumi wisata
yang ada di desa Berjo ini. Dulu saya mengelola Jumog mas,
tetapi berhubung sekarang di kelola BUMDES, saya ganti
mengelola Out Bond di Candi Sukuh ini.
(Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Selain itu juga diungkapkan Lilik S, pengelola Taman Hutan
Rakyat (TAHURA)
Dulu awalnya hutan ini tidak kami publikasikan, tetapi
mulai tahun 2010 setelah mendapat bantuan dari pusat, kami
memusyawarahkan bersama pemerintah daerah yaitu kalurahan
guna mengelola bersama potensi wisata ini.
(Sumber: Wawancara, 31 Januari 2011)
Pengembangan ekowisata tersebut juga melibatkan masyarakat
desa setempat. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan Bapak Suraji
selaku Ketua RT Dukuh Tagung
" Kalau ada rapat, saya aktif mas. Karena disini posisi saya
sebagai wakil dari masyarakat desa, jadi apa yang diinginkan
warga masyarakat saya harus benar-benar mengerti dan
disampaikan di pertemuan-pertemuan seperti ini....,"
( Sumber: Wawancara, 4 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Selain itu, perencanaan pengembangan juga melibatkan Karang
Taruna desa setempat guna lebih memberdayakan pemuda. Hal ini
diungkapkan oleh Joko, selaku Ketua Karang Taruna Dukuh Berjo.
”...Kalau ada rapat, saya tidak jarang diundang mas, ya
sebagai wakil karangtaruna yang nantinya ikut mengembangkan
wisata gitu, lebih kongkritnya pemuda biasanya dikasih bagian
parkiran.”
(Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Hal ini juga diutarakan Mas Agung, selaku pimpinan dalam
pelatihan seni musik Lesung Bambu yang difasilitasi oleh pemerintah
desa
” Saya sering ikut rapat mas, selain rapat partisipasi kami
selaku pemuda ya latihan seni ini, nantinya kami manggung di
wisata pada saat ada event ”
(Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Hal tersebut menunjukkan bahwa peran atau partisipasi
masyarakat dalam perencanaan mempunyai pengaruh yang besar,
tepatnya dalam suatu kegiatan. Dalam hal ini Bapak Sulardi. Sekretaris
Desa Berjo memberi tanggapan sebagai berikut:
" Dari awal tujuan pengembangan potensi wisata di Desa
Berjo ini adalah memberdayakan masyarakat desa kami, agar
warga kami lebih mendapatkan manfaat dari apa yang dimiliki
mereka di desanya.. Hal ini dapat dilihal pada partisipasi
masyarakat yang tinggi. Wong gak diundang tapi dengar saja
mereka pasti datang kok. Ini karena rasa gotong royong dari
masyarakat sini masih tinggi, mas. Mereka juga sadar akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
dampak positif yang timbul dari pengembangan ini, karena
nanti hasilnya buat masyarakat juga "
(Sumber: Wawancara, 3 Januari 2011)
Partisipasi disini dapat dilihat bahwa masyarakat merupakan
aktor utama dalam pembangunan. Sedangkan peran dari Pemerintah
Desa sendiri sebagai media dan memegang peranan administratif, yaitu
agar bisa mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Hal ini ditandai
dengan antusiasme yang tinggi dari masyarakat dalam mengikuti
semua program pengembangan yang telah ditetapkan dalam
setiap pertemuan oleh Pemerintah Desa dan Dinas Pariwisata
Kabupaten Karanganyar. Hal ini persis di sampaikan oleh Bapak Ir.
Sukarno, MT selaku Kasubbag Perencanaan Dinas Pariwisata
Kabupaten Karanganyar:
” Peran Pemerintah Daerah sendiri dalam pengembangan
ekowisata yang terdapat di Desa Berjo sangat penting. Peran
Dinas Pariwisata sendiri adalah dengan meningkatkan SDM
masyarakat Desa Berjo di bidang kepariwisataan.Seperti
mengadakan pelatihan-pelatihan, sosialisasi tentang pariwisata,
serta melakukan promosi ke daerah lain.”
. (Sumber: Wawancara, 7 Januari 2011)
Adanya kegiatan untuk mrningkatkan SDM masyarakat Desa
Berjo di bidang kepariwisataan dibuktikan dengan yang dikatakan Ibu
Kasiem, perintis usaha serba wortel serta pemilik warung makan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
”Usaha saya ini dulunya ya dari pelatihan ini mas, saya ikut
rapat dan pelatihan yang tidak lain tujuannya untuk lebih
mengembangkan ibu-ibu di Desa Berjo ini.
(Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
Hal lain yang ikut mendasari warga masyarakat selalu datang
pada setiap pertemuan-pertemuan adalah karena kepedulian pada
daerahnya dan masyarakatnya sendiri yaitu untuk menaikkan taraf
penghidupan dan kehidupan ekonomi masyarakat. Yang berarti
menciptakan situasi dan kondisi, kekuatan dan kemampuan desa serta
masyarakat desa dalam suatu tingkat yang lebih kuat dan nyata untuk
tahap-tahap pembangunan selanjutnya. Hal ini didukung oleh sifat dari
masyarakat desa sendiri yang masih menjunjung tinggi asas gotong
royong. Seperti yang diungkapkan Ibu Marimo, pemilik usaha
Homestay
Orang daerah sini itu mas, kerja baktinya masih pada
semangat, dulu itu ada kerja bakti pengecoran jalan, dana dari
pusat tidak mencukupi, akhirnya warga swadaya patungan
untuk menyelesaikan proyek itu, dan iurannya juga besar. Dan
waktu pelaksanaannya, dari bapak-bapak sampe ibu-ibu keluar
semua untuk membantu penyelesaian pengecoran jalan.Ada
yang masak, bantu ngecor jalan...pokoknya pada semangat
mas....”
(Sumber: Wawancara, 31 Januari 2011)
Selain itu Bapak Kastono juga mengemukakan :
“Kula tumut kegiatan ngoten niku mboten wonten pamrihe
kok, mas. Wong niku niat kula piyambak. Amargi nggih kaitane
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
kaleh warga mriki kiambak. Dados rnangke menawi hasile sae,
wangsule nggih teng warga mriki kiambak, saged ndadosaken
rejaning deso mriki. Mekanten , mas. "
(Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
(Saya ikut kegiatan seperti itu tidak ada pamrihnya, mas. itu
semua niat saya sendiri. Sebab ada kaitannya dengan warga desa
ini sendiri. Jadi apabila hasilnya baik, akan kembali pada warga
sendiri, dapat memajukan bagi desa.)
Pada awal mulanya pengembangan potensi ekowisata di Desa
Berjo ini merupakan rencana yang tertunda. Setelah dulu sekitar tahun
1992 dari warga desa telah berupaya untuk mengajak Pemerintah
Daerah untuk bersama-sama membangun dan mengembangkan obyek
wisata baru di sekitar Candi Sukuh dan Air Terjun Jumog. Tetapi
rencana ini tidak mendapat respons dari Pemerintah Daerah dan
akhirnya rencana itu tidak terlaksana. Setelah beberapa tahun tidak
ditindak lanjuti, akhirnya rencana tersebut berlanjut pada tahun 2004.
Hal itu bermula ketika salah seorang warga desa dan beberapa aparat
Pemerintahan Desa berdiskusi bagaimana kalau rencana
pengembangan air terjun itu dilanjutkan. Hal ini dilakukan setelah
sebelumnya dilakukan survey bersama-sama di lokasi air terjun, yang
memang kondisi alamnya sangat sulit dijangkau. Kemudian setelah itu
baru diberitahukan kepada masyarakat desa dan akhirnya diadakan
pertemuan yang mengikutsertakan semua komponen masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
ada di Desa Berjo. Hal tersebut dijelaskan oleh pernyataan Bapak
Sulardi selaku Sekretaris Desa :
"Sebenarnya pihak desa sudah lama ingin mernanfaatkan
tanah kas desa ilu untuk dijadikan obyek wisata, karena tidak
ada dana dan dukungan dari Pemerintah, ya jadinya menunggu
ada investor masuk. Padahal pembangunan obyek tersebut akan
memberi manfaat bagi masyarakat dan memberi tambahan bagi
kas Desa. "
(Sumber: Wawancara. 5 januari 2011)
Pada awalnya Pemerintah Desa sepakat agar wisata ini dapat
dikelola sendiri yaitu bersama warga Desa Berjo sendiri. Sedangkan
Pemerintah Desa menawarkan kepada masyarakat Desa Berjo yang
mungkin bisa menjadi investor di dalam rencana tersebut. Tetapi dari
masyarakat sendiri tidak ada yang sanggup. Kemudian Pemerintah
Desa melihat ada seorang warga keturunan Arab yang memang telah
lama bermukim di Desa Berjo dan memiliki potensi untuk menjadi
investor. Setelah Pemerintah Desa mengutarakan maksudnya, ternyata
dari pihak investor itu menyanggupi. Tetapi dari pihak Pemerintah
Desa menginginkan investor adalah sebuah badan dan bukan individu.
Warga keturunan Arab yang bernama Abdullah Faray Abdad itupun
akhirnya membentuk sebuah badan untuk mengelola obyek wisata Air
Terjun Jumog yang diberi nama PT. Jumog Kreatif.
Setelah berjalan hampir tiga tahun, akhirnya pengelolaan
wisata di Desa Berjo dilakukan sepenuhnya oleh BUMDES yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Badan Usaha Milik Desa yang bertanggung jawab mengelola wisata.
Setelah 1 tahun berjalan, pemerintah desa mulai mengembangkan
wisata-wisata lain yang ada di Desa Berjo ini, diantaranya yaitu Taman
Hutan Rakyat ( TAHURA) yang letaknya di atas Candi Sukuh yang
memiliki potensi wisata alam yang sangat luar biasa, Telaga Madirda
yang memiliki pesona alam yang masih terlihat alami, serta Candi
Planggatan peninggalan pubakala yang tercatat dalam Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Indonesia.
Selain itu, ada juga potensi wisata yang lain yaitu Candi Sukuh.
Akan tetapi dalam pelaksanaan pengelolaannya sepenuhnya dikelola
Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar. Sedangkan warga
masyarakat berpartisipasi dalam menyediakan sarana bagi wisatawan
diantaranya Home Stay,warung makan, serta fasilitas lain yang
bermanfaat serta memberikan nilai ekonomi bagi warga.
Dalam suatu pembangunan, proses perencanaan merupakan
suatu kegiatan yang harus dilakukan sebelum melakukan kegiatan
yang lain, dan perencanaan juga mempunyai arti yang strategis. Seperti
dalam kasus ini dimana perencanaan yang matang sangat menentukan
berhasil tidaknya pembangunan jangka panjang dan bertahap seperti
dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo. Pada situasi seperti
inilah masyarakat dilibatkan dan dituntut untuk bebas mengeluarkan
ide-ide dan gagasan-gagasan yang dirasa perlu dan dibutuhkan dalam
pengembangan wilayah mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Pembangunan pariwisata yang seperti ini sesuai dengan misi
yang telah dirumuskan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar,
yaitu:
1. Meningkatkan pengelolaan obyek dan daya tarik wisata, baik
wisata alam budaya dan buatan secara profesional yang
berwawasan lingkungan dan berbasis masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pariwisata
serta meningkatkan pelayanan pariwisata.
3. Meningkatkan peran serta swasta dan masyarakat dalam usaha
kepariwisataan dan menjadikan industri pariwisata sebagai andalan
untuk menciptakan kesempatan kerja.
4. Meningkatkan promosi pariwisata, meningkatkan kerjasama
dengan daerah lain yang saling menguntungkan dalam rangka
mendorong tumbuhnya pemasaran pariwisata.
5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang
kepariwisataan.
Bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pengembangan yaitu memberikan ide, gagasan dalam pertemuan yang
diikuti, dan hal ini sesuai dengan skema unit-unit dasar tindakan sosial
yang disusun Parsons yaitu individu selaku aktor, dipandang sebagai
pemburu tujuan-tujuan tertentu, serta aktor mempunyai alternatif cara,
alat serta teknik untuk mencapai tujuannya.Tipe tindakan informan
berdasarkan rasionalitas tindakan sosial yang dikemukakan Weber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
adalah tipe tindakan sosial Zwekrational Action, dimana informan
mengetahui cara yang terbaik untuk mencapai tujuan dan menentukan
nilai dari tujuan tersebut.
Partisipasi informan dalam perencanaan pengembangan
ekowisata di Desa Berjo dapat dilihat dari matriks berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Matriks. 3 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pengembangan Ekowisata di
Desa Berjo
No Status Partisipasi dalam Perencanaan
1 Informan
(Dinas Pariwisata
Karanganyar, Aparat Desa
Berjo)
Menyusun rencana program-program pengembangan ekowisata
Sebagai pihak pengundang dalam suatu pertemuan, serta memberikan masukan gagasan serta pendapat. Sebagai pengelola yang memberikan masukan dalam rapat-rapat perencanaan pengembangan
4 Responden
( Masyarakat Desa, Pihak
Swasta, Pemuda,
Pedagang)
Sebagai pihak swasta yang memberikan masukan serta usulan guna lancarnya pengembangan wisata.
Memberikan usulan atau gagasan dari warganya serta menyampaikan program dari pemerintah dalam halnya pengembangan ekowisata di desanya. Menyampaikan masukan dan usulan dari pemuda kepada pemerintah, menjadi perantara dari pemerintah, serta memutuskan rencana kerja untuk pemuda dalam pelaksanaan pengembangan wisata Menghadiri rapat dalam kaitannya pengembangan ekowisata di Desa Berjo
Menghadiri rapat Menghadiri rapat serta pelatihan-pelatihan yang diadakan dalam kaitannya pengembangan wisata
Sumber : Data primer, diolah Januari 2011 Berdasarkan matriks diatas dapat diketahui bahwa partisipasi
masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo khususnya
dalam perencanaan ini bersifat aktif dimana pihak-pihak yang
mewakili masyarakat mampu melakukan sosialisai terhadap
masyarakat sekaligus memperjuangkan hak dan kepentingan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
masyarakat dan mendorong masyarakat untuk terlibat langsung dalam
setiap tahap partisipasi.
3.2 Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Pengembangan Ekowisata
di Desa Berjo.
Pada tingkatan pelaksanaan program ini pengukurannya bertitik
pangkal pada sejauh mana masyarakat secara nyata terlibat di dalam
aktivitas-aktivitas riil yang merupakan perwujudan program-program
yang telah direncanakan. Dalam tahap pelaksanaan ini, partisipasi
masyarakat ditunjukkan dengan memberikan sumbangan materi
ataupun non-materi. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan
pengembangan ekowisata di Desa Berjo ini sendiri seperti yang telah
tertera dalam Surat Perjanjian Kerja Sama antara Pemerintah Daerah,
Pemerintah Desa dan Badan Usaha Milik Desa, yaitu:
1. Mengembangkan kepariwisataan Daerah yang berwawasan
lingkungan dan kebudayaan dan berbasis masyarakat.
2. Mengembangkan kerja sama antara Pemerintah Daerah dan
Pemerintah Desa Berjo, dengan badan usaha milik desa dalam
pengembangan pariwisata di Kabupaten Karanganyar.
3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam sektor
pariwisata.
Dalam tahap pelaksanaan ini partisipasi masyarakat dapat
dilihat secara nyata dimana penduduk laki-laki mendominasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
setiap kegiatan fisik yang diadakan di daerah tersebut, namun peran
wanita dalam pelaksanaan pengembangan wisata di Desa Berjo juga
penting guna menunjang dalam pengembangan wisata. Pada
pelaksanaan ini penduduk laki-laki yang berusia muda dan produktif
mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan pembangunan yang
bersifat fisik sesuai dengan kondisi yang ada dalam masyarakat.
Sedangkan penduduk laki-laki yang usianya sudah tua, perannya lebih
pada memberikan pengarahan dan motivasi pada penduduk yang lebih
muda. Namun tidak jarang pula, ada penduduk yang sudah tua dan
tidak layak dalam kegiatan fisik namun tetap mengikuti kegiatan yang
seharusnya dikerjakan warga yang lebih muda.
Hal ini merupakan salah satu bentuk sifat gotong royong dari
warga yang aktif berpartisipasi dalam pembangunan terutama
pembangunan di bidang pariwisata di daerahnya.
Sarana fisik yang telah dibangun baik oleh warga maupun dari
Pemerintah Daerah yaitu diantaranya adalah
1. Akses menuju lokasi Air Terjun Jumog yaitu jalan utama yang
sudah diaspal dan jalan menuju lokasi air terjun yang sudah bisa
dilewati. Seperti diketahui bahwa pada Januari 2010 telah terjadi
longsor disekitar jalan masuk lokasi air terjun, selanjutnya dengan
gotong royong warga membuat jalan baru di bawah jalan lama
2. Akses jalan menuju Tawangmangu yang sebelumnya hanya bisa
dilewati oleh pejalan kaki. Dalam pembangunan ini menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dana swadaya dari masyarakat desa Berjo yang jumlahnya sangat
besar.
3. Pengembangan wahana di Telaga Madirdo oleh warga dengan
gotong royong memperbaiki jalan masuk serta penambahan
fasilitas umum seperti gapura selamat datang, tempat duduk
wisatawan, arena bermain, serta toilet
4. Pembersihan Candi Planggatan yang banyak ditumbuhi ilalang.
Dalam pelaksanaan program pembangunan dan pengembangan
ekowisata di Desa Berjo ini, penulis mengkategorikan menjadi 2 jenis
kegiatan, yaitu:
a. Pelaksanaan pembangunan di dalam obyek wisata
b. Pelaksanaan pembangunan di luar obyek wisata.
Kegiatan masyarakat yang secara aktif berpartisipasi dalam
pelaksanaan pembangunan dan semacam ini merupakan salah satu
bentuk penyaluran ide yang aktif dan berinisiatif untuk
mengembangkan daerahnya secara kolektif. Partisipasi tersebut
ditunjukkan tidak hanya dengan memberikan sumbangan yaitu waktu
dan tenaga, tetapi juga materi. Kesediaan masyarakat dalam kegiatan
partisipasi semacam ini merupakan tanda adanya kemampuan awal
masyarakat itu untuk berkembang dan mandiri. Penggolongan jenis
kegiatan yang dilaksanakan di Desa Berjo, yaitu:
a. Pelaksanaan Pembangunan di dalam Ekowisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Dalam pelaksanaan pembangunan di dalam lokasi wisata ini
dari awal memang sudah mcnjadi kesepakatan bahwa
pembangunan fisik maupun non-fisik yang diadakan di dalam
lokasi wisata adalah menjadi tanggungan dari pihak ketiga. Dalam
hal ini yaitu BUMDES. Pembangunan fisik yang telah dibangun
dalam lokasi obyek wisata itu antara lain: loket tiket untuk
pembelian karcis masuk, restaurant, tempat permainan anak, dan
pengeras suara yang diletakkan disudut-sudut lokasi wisata itu.
Untuk pembangunan fisik dalam obyek wisata selama sekitar
3 tahun ini terbilang masih kurang jika dibandingkan dengan obyek
wisata unggulan lain di Kabupaten Karanganyar. Tapi hal ini tidak
mempengaruhi jumlah angka pengunjung di obyek wisata di Desa
Berjo. Dari data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten
Karanganyar, angka pengunjung di salah satu obyek wisata Desa
Berjo yaitu obyek wisata Air Terjun Jumog ini menduduki
peringkat kedua setelah air terjun Grojogan Sewu yang berada di
Tawangmangu.
Hal itu juga diperjelas dari pernyataan Bapak Sulardi, selaku
sekretaris Desa Berjo.
"Memang pembangunan wisata di Desa Berjo ini masih
kurang mas, warga dan pemerintah pun saya kira juga
berpikiran sama. Pembangunan ini sebagian besar dari dana
warga serta pemerintah desa, untuk dari pemerintah daerah
masih sulit. Tapi kami sudah bangga ms dengan ini, buktinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
kunjungan wisatawan di tempat kami terbanyak nomor 2 di
daerah Karanganyar.
(Sumber: Wawancara , 3 Januari)
Pembangunan dalam obyek wisata memang sepenuhnya
menjadi tanggung jawab BUMDES selaku pengelola wisata. Akan
tetapi masih ada ruang-ruang yang bisa dirnanfaatkan oleh warga
sekitar. Hal ini ditandai dengan adanya pedagang yang bermukim
di dalam obyek wisata. Pedagang sate kelinci, pedagang bunga,
dan pedagang makanan lainnya yang merupakan warga lokal ini
ingin ikut menikmati ramainya pengunjung air terjun sekaligus
mencoba mencari rejeki dengan berjualan. Tapi sesuai ketentuan
yang ada, setiap pedagang yang membuka stand di dalam obyek
wisata diwajibkan membayar uang sewa sebesar Rp. 1.500.000 per
bulan kepada pihak pengelola obyek wisata.
Daya tarik obyek wisata ini memang dirasakan oleh
masyarakat Desa Berjo. Hal ini dijelaskan oleh bapak Sulardi,
selaku Sekretaris Desa Berjo. Beliau melihat bahwa jika
pembangunan dan pengembangan di wisata ini dapat berjalan
dengan baik, maka akan membawa manfaat yang besar bagi
penduduk sekitar. Hal ini dipertegas dengan pernyataan Ibu
Kasiem:
” Karena saya melihat benyaknya pengunjung di wisata ini
mas, saya ya jadi berinisiatif mencari tambahan penghasilan
dengan menjajakan produk saya di area wisata...”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
(Sumber: Wawancara, 5 januari 2011)
Hal senada juga diutarakan oleh Bapak Kastono, pedagang
makanan di sekitar wisata Candi Sukuh
"...Kalau saya melihat perkembangan obyek wisata ini yang
terus bertambah, maka saya mengambil stand di sekitar Candi
Sukuh ini mas..."
(Sumber: Wawancara, 5 januari 2011)
Badan Usaha Milik Desa selaku pelaksana pengelola wisata
di Desa Berjo memiliki 8 orang pegawai, dimana pegawai-pegawai
tersebut terbagi dalam beberapa jenis pekerjaan. Semua pegawai
dari BUMDES ini merupakan warga masyarakat sekitar yang
sebelumnya memang tidak mempunyai pekerjaan. Semua ini
memang merupakan salah satu kesepakatan antara BUMDES
dengan Pemerintah Desa bahwa semua sumber daya manusia yang
berhubungan dengan pengelolaan wisata harus berasal dari warga
lokal. Semua ini merupakan salah satu bentuk partisipasi
masyarakat dan juga proses pemberdayaan masyarakat dalam
pengembangan obyek wisata di Desa Berjo. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan dari Nanang Marwoto berikut ini:
"Semua tenaga yang mengelola wisata di Desa Berjo
berasal dari daerah sini. Karena ini mencpakan salah salu
kesepakatan dengan Pemdes yang mengharuskan
mernberdayakan masyarakat desa, tentunya yang menjadi isi
utama dari kesepakatan tersebut mengenai pembagian hasil, hak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
dan kewajiban semua pihak dimana saya sebagai pengelola
berkewjiban membangun dan mengelola obyek dibawah
pengawasan Pemdes "
(Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
Pada pelaksanaannya, obyek wisata di Desa Berjo yang sudah
dikelola dengan serius baru dua obyek, dalam artian adanya
pemanfaatan ekonomi yaitu penarikan biaya masuk untuk ke obyek
wisata yang dikunjungi. Sedangkan wisata lain yang berada di
Desa Berjo seperti Candi Planggatan, Telaga Madirdo, Taman
Hutan Rakyat (TAHURA) pemanfaatan dalam hal ekonomi baru
sekedar karcis parkir serta penginapan. Untuk pengunjung yang
ingin melihat secara dekat obyek wisata. karcis atau tanda masuk
obyek wisata itu harganya sebesar Rp. 3.000,00 untuk satu orang,
baik dewasa maupun anak-anak, namun pada wisata Candi
Sukuh,pengelolaan retribusi sepenuhnya dikelola pemerintah
daerah. Penentuan harga tiket masuk Air Terjun Jumog ini
diperoleh dari kesepakatan antara BUMDES dengan Pemerintah
Daerah. Dimana dari pihak Pemerintah Daerah rnelibatkan Dinas
Pariwisata, Dipenda dan juga Bappeda dalam hal ini. Sedangkan
dari pengunjung yang berdomisili di Desa Berjo tidak dikenakan
biaya masuk. Rata-rata penjualan karcis masuk untuk hari biasa
sekitar 100 karcis, sedangkan hari Minggu dan hari libur nasional
serta hari besar keagamaan bisa mencapai 400-500 karcis, bahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
untuk tahun baru 2011 kemarin penjualan mencapai 2000 tiket
dalam 1 hari.
Pembagian pendapatan dari hasil penjualan tiket atau karcis
masuk sebagaimana disepakati bersama yaitu sebagai berikut:
1. Pihak pertama Pemerintah Daerah mendapatkan 30% dari
seluruh pendapatan bersih penjualan karcis tanda masuk.
2. Pihak kedua Pemerintah Desa mendapatkan 30 % dari
seluruh pendapatan bersih penjualan karcis tanda masuk.
3. Pihak ketiga BUMDES yang mengelola obyek wisata
mendapatkan 40 % dari seluruh pendapatan bersih penjualan
karcis tanda masuk.
4. Semua pendapatan yang diterima harus dipotong pajak
sebesar 10%.
Dalam pembagian hasil, pihak ketiga mendapatkan bagian
yang lebih besar dari pada pihak pertama dan kedua. Hal ini
dikarenakan pihak ketiga merupakan pengelola yang berkewajiban
membangun sarana pariwisata di dalam obyek wisata. Dalam
perjanjian yang telah disepakati, pihak ketiga memiliki kewajiban:
a. Memungut retribusi kepada pengunjung sesuai ketentuan
Undang Undang yang berlaku.
b. Menyetorkan pendapatan sebagaimana dengan porsi masing-
masing pihak dan untuk bagian dari pihak pertama disetorkan
ke Kas Daerah setiap bulannya selambat-lambatnya tanggal 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
bulan berikutnya setiap bulan hingga berakhirnya masa
perjanjian ini.
c. Mengirimkan laporan keuangan kepada pihak pertama yaitu
Pemerintah Daerah setiap bulan selama perjanjian berlangsung.
d. Membantu pelaksanaan proses audit yang dilakukan oleh pihak
pertama terhadap laporan keuangan pihak ketiga BUMDES.
e. Membuat rencana pengembangan obyek wisata baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang untuk dibahas bersama
dengan pihak pertama.
f. Membangun dan atau menyediakan fasilitas pendukung
pengembangan obyek wisata dengan kesepakatan dan
persetujuan pihak pertama.
g. Menjaga kebersihan, keamanan, kenyamanan dan kelestarian
lingkungan obyek wisata.
h. Wajib menaati semua ketentuan yang ada dalam perjanjian.
Selain itu, pengelolaan penyewaan lahan di dalam wisata
yang digunakan untuk berjualan juga dikelola oleh Badan Usaha
Milik Desa yang pada pelaksanaannya juga diserahkan kepada dan
warga Desa Berjo dengan melalui perjanjian terlebih dahulu.
Dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata di Desa Berjo,
partisipasi lain dari masyarakat di dalam obyek wisata untuk lebih
meningkatkan minat wisatawan berkunjung yaitu dengan
mengadakan kegiatan seperti pementasan tari, dan seni lain seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Reog Ponorogo, seni menumbuk lesung yang dipadukan dengan
musik. Kegiatan tersebut dilakukan pemuda di Desa Berjo yang
bekerjasama dengan pemuda dari daerah lain yang diadakan rutin
tiap tahunnya, yang memberikan potensi baru dalam obyek
tersebut untuk dikunjungi wisatawan.
Dalam pelaksanaan tersebut dapat dilihat bagaimana
partisipasi warga masyarakat Desa Berjo yang sekaligus pengelola
dalam pembangunan dan pengembangan ekowisata lewat
pembangunan fisik didalam obyek wisata dan pemberdayaan
masyarakat lewat perekrutan tenaga kerja lokal.
b. Pelaksanaan Pembangunan di luar Obyek Wisata
Pada dasarnya pembangunan sarana dan prasarana di luar
obyek wisata merupakan kewajiban dari Pemerintah Kabupaten
dan Pemerintah Desa yang dibantu oleh masyarakat setempat.
Dalam pembangunan fisik di luar obyek wisata ini ada beberapa
pembangunan awal yang perlu dan secepatnya dilakukan, yaitu
pembangunan jalan masuk menuju air terjun. Dalam pembangunan
ini melibatkan partisipasi warga di dalamnya. Dimana warga
masyarakat bersama-sama pamong desa bergotong royong untuk
membuat akses menuju lokasi obyek wisata.
Dalam pembangunan di luar obyek wisata ini, partisipasi
masyarakat sangat terlihat sekali. Hal ini tidak lepas dari inisiatif
dan keaktifan dari masyarakat untuk berupaya mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
daerahnya. Ini dapat dilihat dari tingkat kesukarelaan yang tinggi
dan juga tingkat keterlibatannya yang tinggi pula dalam mengikuti
setiap bentuk kegiatan pembangunan dan pengembangan. Dalam
pembangunan fisik di luar obyek wisata, pembangunan fisik
pendukung kegiatan pariwisata di obyek inipun juga
mengikutsertakan warga dalam pelaksanaannya. Seperti pada area
parkir dan pengelolaannya.
Pada awalnya setelah wisata yang ada di Desa Berjo berjalan
yaitu Candi Sukuh, Air Terjun Jumog, Taman Hutan Rakyat dan
Candi Planggatan, parkir menjadi salah satu sarana dalam sebuah
obyek wisata. Sebelum Perda mengenai pengelolaan obyek ini dari
Pemda belum turun, dari Pemerintah Desa, memberi amanat
kepada BUMDES, yaitu bahwa parkir harus segera diadakan dan
disepakati menggunakan sistem lelang.
Untuk mengikuti sistem lelang ini lebih diutamakan pada
warga dari Desa Berjo. Hal ini dibenarkan dengan pernyataan dari
Bapak Nanang selaku pengurus lelang parkir :
"...Menawi badhe tumut mboten wonten syarat khususipun,
mas. Inggih ingkang pasti ingkang diutamaaken nggih tiyang
Berjo mriki. Mboten angsal tiyang njawi. Inggih mangke setiap
wulan nyelaki tanggal 14 dalu utcnva malem tanggal 15 inggih
menika wayah lelangan, Ketua RT maringi pirso dhateng
warganipun ingkang pengen tumut lelang. Lajeng mangke pas
lelangan mlempak wonten daleme Pak Bayan. "
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
(Apabila mau ikut, tidak ada syarat khusus. Yang
diutamakan adalah orang Berjo saja. Tidak boleh ada orang
dari luar. Nanti setiap bulan mendekati tanggal 14 yaitu waktu
lelang, Ketua RT atau Ketua RW memberi informasi kepada
warganya yang ingin mengikuti lelang Lalu waktu lelangan
semua berkumpul di rumah Bapak Bayan.)
(Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
Dalam mengikuti lelang, biasanya terdiri dari kelompok-
kelompok, tetapi waktu lelangan hanya diwakili 1 orang dari
kelompok tersebut. Satu kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5
orang. Sehingga nanti apabila suatu kelompok berhasil
memenangkan lelang, dalam mengurusi parkir bisa bergantian
setiap Minggu.
Setiap bulan panitia membuka harga dasar lelang yang
berbeda-beda. Harga dasar ditentukaan oleh kalender, yaitu apabila
musim liburan, maka harga dasar yang dibuka tinggi begitu
sebaliknya. Apabila sudah ada yang menawar paling tinggi maka
lelang ditutup. Setiap pemenang lelang harus membayar uang
muka sebesar setengah dari harga lelang. Lalu pelunasannya waktu
lelangan bulan selanjutnya.
Untuk pembagian hasil parkir, dibagi sesuai dengan
kesepakatan awal yaitu 25% masuk kas desa, 20% untuk menyewa
lahan parkir, 20% untuk kas Karang Taruna, dan 35% untuk biaya
operasional parkir dan lain-lainnya seperti kerja sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Polsek untuk membantu keamanan. Tarif untuk parkir di obyek
wisata ini adalah sepeda motor Rp.1.000,00; untuk mobil Rp.
2.000,00; untuk minibus Rp. 3.000,00; dan untuk bus besar Rp.
6.000,00.
Dampak lain dari kegiatan pariwisata semacam ini adalah
munculnya pedagang sekitar obyek wisata. Hal ini merupakan
fenomena yang muncul dengan sendirinya. Rata-rata pedagang
yang berjualan merupakan warga lokal yang berusaha
memanfaatkan obyek wisata untuk mencari nafkah. Para pemilik
warung harus membayar biaya sewa sebesar Rp. 700.000,00
pertahunnya kepada pemilik tanah, akan tetapi jika lokasinya milik
Pemerintah Desa, maka pembayarannya diserahkan kepada
BUMDES. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Aminah,
berikut:
"... Yen manggen mriki niku kedah mbayar sewa kaleh
ingkang gadah nggen, sewane Rp. 700.000,00 pertahun.. Menawi
warung nggen kila niki mboten nyewo, amargi gadhahe wong tuwo
kula kiambak. "
(Apabila berjuaian disini harus membayar sewa kepada pemilik
tempat. Sewanya pertahun Rp. 700.000,00. Kalau warung tempat
saya ini tidak menyewa, sebab punya orang tua saya sendiri.)
(Sumber: Wawancara. 7 januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Melihat keberadaannya, warung-warung tersebut belum
terkoordinasi dengan baik sehingga kurang menarik jika diiihat
dari sisi tata ruangnya. Selain itu belum adanya koperasi
paguyuban antar pedagang juga menjadi kelemahan tersendiri
untuk menuju kesejahteraan yang lebih baik.
Pembangunan sarana dan prasarana dari Pemerintah Daerah
sendiri sampai dengan saat ini sudah cukup baik. Hal ini dapat
dilihat dari listrik yang sudah memadai, dan pengaspalan jalan
yang telah dilaksanakan oleh DPU sepanjang jalan menuju ke
lokasi wisata, namun sulitnya signal HP masih menjadi kendala
tersendiri bagi warga dan wisatawan.
Peran Pemerintah selain dalam hal infra struktur yaitu antara
lain dalam hal promosi, karena promosi merupakan faktor
terpenting dalam mempromosikan suatu obyek wisata yang bisa
menarik minat wisatawan untuk datang, dan promosi ini
merupakan tanggung jawab dari Dinas Pariwisata. Hal ini
diungkapkan oleh Bapak Suparno pegawai Dinas Pariwisata
Kabupaten Karanganyar Bagian Promosi berikut ini:
"Dari Disparta sendiri telah mengikuti pameran-pameran,
baik di tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Lain membuat
brosur-brosur, kalender event yang berisi agenda-agenda
pariwisata tahunan dan long banner. Selain itu kami juga telah
bekerja sama dengan Kabupaten lain, seperti Kab Sragen,
Wonogiri, Sukoharj, Wonogiri dan daerah lain "
(Sumber: Wawancara, 10 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Hal ini juga sesuai dengan kewajiban Pemerintah Daerah
dalam perjanjian kerja sama, yaitu dimana dalam rangka
pengelolaan obyek wisata, Pihak Pertama wajib untuk:
1) Menyediakan, memperbaiki dan memelihara sarana jalan
menuju obyek wisata.
2) Melaksanakan pembinaan terhadap kelangsungan dan
kelestarian lingkungan obyek wisata.
3) Melaksanakan pemasaran dan promosi wisata.
4) Bersama-sama Pihak Kedua (Pemerintah Desa) dan atau pihak-
pihak terkait ikut menjaga keamanan, ketertiban dan
ketentraman lingkungan di lokasi obyek wisata.
5) Mentaati semua ketentuan dalan perjanjian ini.
Selain dari pembangunaan yang telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa pun juga terus berupaya
untuk melakukan pembangunan-pembangunan baik yang secara
fisik maupun non fisik yaitu diantaranya adalah rnelakukan kerja
sama dengan mahasiswa dari UGM dan juga dari UNS yang
rnelakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Berjo. Dalam hal
ini, mahasiswa bisa memberikan pengarahan dan pembinaan
tentang hal-hal pendukung kegiatan pariwisata. Seperti pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, sistem sanitasi yang
baik dan lain-lainnya. Upaya rnelakukan pembinaan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
masyarakat lokal untuk menyiapkan masyarakat menuju ke konsep
awal dari pembangunan Desa Berjo ini, yaitu menjadikan Desa
Berjo sebagai "Desa Wisata", yang juga dilakukan oleh Pemerintah
Desa Berjo dengan menjalin kerja sama dengan LPPM-UNS. Hal
ini dibenarkan oleh Bapak Sulardi, sebagai berikut:
" untuk menunjang pembangunan fisik air terjun agar cepal
selesai sesuai rencana, pihak Pemdes sendiri melakukan kerja
sama dengan LPPM-UNS, yaitu tujuannya untuk menyiapkan SDM
di Desa Berjo ini agar nanti ke depannya siap untuk mewujudkan
Desa Berjo sebagai "Desa Wisata". Dimana disini kita memilih
pemuda-pemuda yang kita nilai cukup potensial, kemudian dibagi
ke dalam Pokdawis/Kelompok Sadar Wisata"
(Sumber: Wawancara, 3 Januari 2011)
Untuk mewujudkan Desa Berjo sebagai desa wisata, pihak
LPPM-UNS melakukan pembinaan pada warga melalui program
POKDARWIS untuk mewujudkan unsur-unsur SADAR WISATA
bagi masyarakat setempat yang meliputi:
1. AMAN (KEAMANAN)
Tujuan:
Menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan
dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati
kunjungannya ke suatu wisata. Bentuk aksi:
1. Tidak mengganggu wisatawan.
2. Menolong dan melindungi wisatawan.
3. Bersahabat terhadap wisatawan.
4. Memelihara keamanan lingkungan.
5. Membantu memberi informasi kepada wisatawan.
6. Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit
menular.
7. Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan
fasilitas publik.
2. TERTIB (KETERTIBAN)
Tujuan:
Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan
teratur dan efektif bagi wisatawan.
Bentuk aksi:
1. Mewujudkan budaya antri.
2. Memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang
berlaku.
3. Disiplin waktu/tepat waktu.
4. Serba teratur, rapi dan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
5. Semua sisi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat
menunjukkan keteraturan yang tinggi.
3. BERSIH (KEBERSIHAN)
Tujuan:
Menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan
higienis bagi wisatawan. Bentuk aksi:
1. Tidak membuang sampah/limbah sembarangan.
2. Turut menjaga kebersihan sarana dan lingkungan objek dan
daya tarik wisata.
3. Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis.
4. Menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan
minuman yang bersih.
5. Pakaian dan penampilan petugas bersih & rapi.
4. SEJUK (KESEJUKAN)
Tujuan:
Menciptakan lingkungan yang nyaman dan sejuk bagi
berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
menawarkan suasana yang nyaman, sejuk, sehingga
menimbulkan rasa "betah" bagi wisatawan, sehingga
mendorong lama tinggal dan kunjungan yang lebih panjang.
Bentuk aksi:
1. Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon.
2. Memelihara penghijauan di objek dan daya tarik wisata
serta jalur wisata.
3. Menjaga kondisi sejuk dalam ruangan umum, hotel,
penginapan, restoran dan alat transportasi dan tempat
lainnya.
5. INDAH (KEINDAHAN)
Tujuan:
Menciptakan lingkungan yang indah bagi berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana
yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi
wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/ pasar
yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang.
Bentuk aksi:
1. Menjaga keindahan objek dan daya tarik wisata dalam
tatanan yang alami dan harmoni.
2. Menata tempat tinggal dan lingkungan secara teratur, tertib
dan serasi serta menjaga karakter kelokalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
3. Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh
sebagai elemen estetika lingkungan yang bersifat natural.
6. RAMAH (KERAMAH-TAMAHAN)
Tujuan:
Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya
kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana
yang akrab, bersahabat serta seperti di "rumah sendiri" bagi
wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan
promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas.
Bentuk Aksi:
1. Bersikap sebagai tuan rumah yang baik dan rela membantu
wisatawan.
2. Memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan.
3. Para petugas bisa menampilkan sikap dan perilaku yang
terpuji.
4. Menampilkan senyum dan keramahtamahan yang tulus
7. KENANGAN
Tujuan:
Menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan,
sehingga pengalaman perjalanan / kunjungan wisata yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan
menumbuhkan motivasi untuk kunjungan ulang. Bentuk Aksi:
1. Menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal.
2. Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih,
sehat dan menarik.
3. Menyediakan cinderamata yang menarik, unik/ khas serta
mudah dibawa.
Dalam rangka pengelolaan ekowisata di Desa Berjo,
Pemerintah Desa sebagai Pihak Kedua, berkewajiban untuk:
a. Menyediakan lahan untuk obyek wisata.
b. Ikut serta menjaga keamanan dan ketentraman lingkungan
obyek wisata.
c. Ikut serta menjaga dan memelihara lingkungan obyek
wisata.
d. Ikut serta mengembangkan dan mendukung seni budaya.
e. Pihak kedua (Pemerintah Desa) wajib mentaati semua
ketentuan dalam perjanjian ini.
Pembangunan yang berorientasi pada pembangunan
manusia ini, dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan
keterlibatan langsung pada masyarakat penerima program
pembangunan (partisipasi pembangunan). Karena hanya
dengan partisipasi masyarakat penerima program, maka hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
pembangunan ini akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat itu sendiri. Dengan adanya kesesuaian ini maka
hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal
bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Adapun partisipasi
masyarakat dalam tahap pelaksanaan dapat kita lihat melalui
matriks berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Matriks. 4
Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pengembangan Ekowisata di
Desa Berjo
No Status Partisipasi Dalam Pelaksanaan
1 Informan
(Dinas Pariwisata
Karanganyar, Aparat Desa
Berjo)
Pembangunan fasilitas umum penunjang wisata
Mengikuti pameran-pameran, baik di tingkat propinsi maupun tingkat nasional, membuat brosur-brosur, kalender event yang berisi agenda-agenda pariwisata tahunan dan long banner.
2 Responden
( Masyarakat , Pihak Swasta,
Pemuda, Pedagang)
Menyediakan fasilitas Homestay
Pembangunan fasilitas obyek wisata, Pengelolaan parkir Pementasan Seni di obyek wisata Menjual hasil kebun berupa bunga, sayuran di sekitar wisata
Menjajakan makanan di sekitar wisata
Menjajakan makanan di Obyek Wisata
Sumber: Data primer, diolah Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
3.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan Pengembangan
Ekowisata di Desa Berjo
Tahap pemanfaatan ini adalah partisipasi masyarakat di dalam
memanfaatkan berbagai hasil-hasil dari pembangunan dan
pengembangan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Partisipasi dalam
pemanfaatan disini akan melibatkan berbagai kelompok dalam
masyarakat karena pariwisata merupakan kegiatan industri yang
melibatkan berbagai industri yang lain. Desa Berjo sebagai salah satu
desa yang sedang menggalakkan pembangunan dan pengembangan di
bidang pariwisata juga akan memperoleh manfaat yang timbul dari
proses pembangunan ini, dan masyarakatlah yaang paling merasakan
dampak positif dari pembangunan dan pengembangan ini, misalnya
dengan dapat memanfaatkan hasil-hasil pembangunan untuk kemudian
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Artinya
dengan partisipasi masyarakat dalam penerimaan program yaitu dalam
hal ini adalah pemanfaatan, maka hasil pembangunan ini akan sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya kesesuaian
ini maka hasil pembangunan akan memberikan manfaat yang optimal
bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Seperti yang diutarakan
Bapak Sulardi:
” Hasil dari pengembangan wisata di Desa Berjo ini
sangat nyata mas, untuk Pemerintah Daerah maupun Desa jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
mendapatkan penghasilan yang besar dari retribusi, sedangkan
pemuda di Desa Berjo juga mendapatkan pemasukan dari
pengelolaan parkirnya, dan Masyarakat Desa Berjo
mendapatkan manfaat dari benyaknya kunjungan wisatawan
sehingga usaha yang mereka tekuni berbuah hasil dengan baik.”
(Sumber: Wawancara, 3 Januari 2011)
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bapak
Nanang Marwoto, sebagai berikut:
" Warga masyarakat Desa Berjo mulai merasakan manfaat
dikembangkannya wisata di Desa mereka, banyak dari mereka
yang mendirikan warung maupun penginapan. Sedang bagi kami
selaku pengurus BUMDES sendiri manfaat dari pengembangan
yaitu meningkatnya kunjungan wisatawan yang berarti
meningkatnya pemaasukan. Tetapi untuk terus meningkatkan
kunjungan, kami terus mengembangkan wisata yaitu dengan jalan
menambah fasilitas maupun meningkatkan kenyamanan bagi
pengunjung yang nantinya akan menarik pengunjung untuk datang
kembali, serta senantiasa menjaga kelestarian alam yang ada
disini.. "
(Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
Hal ini diperkuat oleh Rista, wisatawan yang berkunjung di Air
Terjun Jumog:
” Saya sering kesini mas, ya sekitar 5x lah...,, saya lihat
ada perkembangan dari obyek ini mas, seperti kebersihan, dan
fasilitas umumnya”
(Sumber: Wawancara, 4 januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Berbagai usaha baru yang tumbuh di Desa Berjo merupakan
salah satu wujud dari partisipasi warga dalam memanfaatkan hasil
pembangunan. Salah satunya adalah industri rumah tangga yang
memproduksi makanan dan minuman berbahan baku wortel dan lain-
lain. Kondisi alam serta hasil sayuran yang melimpah menjadi faktor
positif untuk mengembangkan industri berbahan baku wortel. Dengan
usaha tersebut warga menilai bahwa wisatawan yang datang ke obyek
wisata yang ada di Desa Berjo dapat dijadikan pangsa pasar yang baik
untuk memasarkan hasil produksinya selain itu dengan adanya produk
khas Desa Berjo akan memberi identitas yang membedakannya dengan
obyek wisata di daerah lain. Hal ini secara tidak langsung juga akan
membantu meningkatkan penghasilan mereka. Seperti yang diutarakan
oleh Ibu Kasiem, berikut ini:
"Kula ndamel usaha produk home industri ngeten niki pun 4
tahunan, mas. Tapi sak derenge nggih dereng kados sak niki. Sak
niki pun lumayan, pun saged ngge nyangoni lare-lare sekolah. Sak
suwene rame ingkang liburan..”
(Saya membuat usaha produk home industry seperti ini sudah 4
tahun, mas. Tapi sebelumnya belum seperti sekarang, Kalau
sekarang sudah lebih baik, bisa untuk memberi uang saku anak-
anak sekolah. Setelah banyak yang liburan.)
(Sumber: Wawancara, 5 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Dari kegiatan yang berawal dari PKK yang mendapat pelatihan
dari pemerintah tersebut telah berhasil mendapat pengakuan dari
Propinsi. adapun kendala yang masih ada yaitu cara pembuatan yang
masih tradisional, masalah klasik dalam kegiatan home industry seperti
ini yaitu kurangnya modal dan ijin dari Departemen Kesehatan serta
hasil yang kurang tahan lama. Tetapi dari berbagai kekurangan
tersebut, produk ini cukup terkenal dari Desa Berjo sendiri.
Selain, dari kegiatan home industry dari pedagang-pedagang
yang berada di sekitar lokasi wisata di Desa Berjo juga ikut merasakan
manfaat dari pengembangan ini. Hal ini juga dirasakan oleh Ibu
Aminah dalam pernyataannya di bawah ini:
"Sak derenge mbikak warung niki, kula dodolan kembang
keliling, mas tapi sak niki bar obyek wisata niki dibukak, kula
nggih pilih dodolan mawon wonten mriki. Yen dodolan ngeten niki
pas dinten biasa nggih mboten mesti, mas, nanging yen dinten
Minggu rame sanget mas. Yen dina Minggu kula nggih dodolan
biasane telase nggih antarane 20 biji.. "
(Sebelum membuka warung ini, saya berjualan bunga keliling, tapi
setelah obyek wisata ini buka, saya memilih berjualan disini. Kalau
jualan disini pada hari biasa tidak pasti, Kalau hari Minggu ramai
sekali. Kalau Minggu saya ya laku sampe 20 biji )
(Sumber: Wawancara. 7 Januari 2011)
Sementara itu, akomodasi yang berkaitan dengan wisatawan
dalam hal ini penginapan yang dapat menunjang perkernbangan wisata
di Desa Berjo juga merasakan manfaat dari pengembangan pariwisata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
ini. Penginapan-penginapan atau losmen-losmen yang berada di sekitar
kawasan Sukuh/ Tahura,Air Terjun Jumog, Telaga Madirda mengalami
peningkatan jumlah hunian walaupun hanya sedikit. Hal ini merupakan
salah satu indikasi dari keberhasilan suatu pembangunan. Seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Marimo, pemilik penginapan di sekitar
Telaga Madirda, berikut:
"Kalau saya melihatnya ada peningkatan, mas. Tapi tidak lerlalu
banyak. Hal itu lebih kurang karena obyek disini lumayan baru
ada di sekitar sini.."
(Sumber: Wawancara, 31 Januari 2011)
Sarana transportasi untuk menuju ke lokasi wisata merasakan
keuntungan tersendiri dari kegiatan seperti ini. Karena bus hanya
berhenti di pertigaan Sukuh atau pangkalan ojek Sukuh, dan untuk
menuju obyek wisata Air Terjun Jumog, begitu juga jika mau ke
Tahura dan Telaga Madirda. Pengunjung harus berganti alat
transportasi berupa ojek atau kendaraan kecil yang langsung menuju
kawasan obyek wisata tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh salah
seorang pengendara ojek yang bernama Mas Sutarso, demikian:
"Pengunjung yang ingin naik ojek juga ada, mas tapi kebanyakan
mereka membawa kendaraan sendiri. Kalau dikatakan meningkat
kurang lebih meningkat tapi hanya kecil. Lumayan juga, sehari
bersih kalau hanya Rp.40.000,00. untuk wisatawan lokal paling
5000, tapi untuk turis asing bisa Rp. 10.000,00."
(Sumber: Wawancara: 9 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Selain manfaat ekonomi yang timbul dari pengembangan
wisata di Desa Berjo, manfaat lain dari pengembangan wisata di Desa
Berjo adalah semakin dikenalnya keindahan alam serta kebudayaan
yang ada di Desa Berjo, hal tersebut jga diucapkan Fatih, pengunjung
Telaga Madirda:
” Saya baru tau lho mas, kalau disini juga ada obyek wisata lain,
sangat bagus karena suasananya yang masih alami, jadi enak buat
pacaran....”
( Sumber wawancara 4 januari 2011)
Hal ini juga diakui oleh Agung anggota sanggar tari yang ada
di Desa Berjo
” Hasil dari pengembangan wisata di Desa Berjo ini buat kami
adalah semakin banyaknya pengunjung yang datang saat kami
melakukan pementasan seni, sehingga percaya diri kai semakin
bertambah dan kegiatan kita mementaskan seni semakin
bertambah..”
(Sumber wawancara 5 januari 2011)
Pernyataan tersebut diperkuat Ajeng wisatawan yang
berkunjung ke Candi Sukuh
”Alasan saya ke Candi Sukuh karena saya tahu, tiap tahun baru
disini diadakan kegiatan kebudayaan”
( Sumber wawancara 1 januari 2011)
Hal Senada diungkapkan Tony, yang juga sengaja menikmati
tahun baru di Desa Berjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
” Karena saya tau kalau ada pagelaran seni, maka saya datang
kesini (Candi Sukuh)...
Nantinya saya sama teman-teman bermalam di TAHURA..”
( Sumber wawancara 31 Januari 2011)
Adanya inisiatif warga untuk memanfaatkan obyek wisata
untuk meningkatkan pendapatan mereka dengan jalan menyediakan
akomodasi maupun sarana penunjang lainnya maupun manfaat lainnya
secara tidak langsung ikut mengembangkan kegiatan pariwisata itu
sendiri. Karena pada dasarnya kegiatan yang dilakukan masyarakat itu
merupakan pendukung utama kelangsungan dan keberhasilan obyek
wisata dalam menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Dari tahap
pemanfaatan ini partisipasi masyarakat sangat diperlukan bagi
kelangsungan ekowisata dikawasan Desa Berjo, partisipasi masyarakat
tersebut dapat kita lihat melalui matriks dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Matriks. 5
Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pengembangan Ekowisata di
Desa Berjo
No Status Partisipasi Dalam Pemanfaatan
1 Informan (Dinas Pariwisata
Karanganyar, Aparat Desa
Berjo)
Pemerintah mendapatkan tambahan pendapatan daerah dari pengembangan wisata.
Pemerintah Desa mendapatkan tambahan pendapatan daearah dari pengembangan
Meningkatnya pendapatan usaha
2 Responden
( Masyarakat , Pihak Swasta, Pemuda, Pedagang, Tukang ojek)
Meningkatnya pengunjung
Mendapatkan pendapatan Karang Taruna dari parkir Meningkatnya wisatawan yang menggunakan Home Stay
Mengembangkan usaha Bertambahnya pendapatan serta berkembangnya usaha
Seringnya muncul dalam Pagelaran Seni serta meningkatnya percaya diri karena banyaknya penonton
Meningkatnya penjualan Bunga
Meningkatnya pendapatan dari wisatawan yang menggunakan jasanya.
Sumber : Data primer, diolah Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Dari matriks diatas kita juga dapat melihat dengan jelas apa
yang mendasari masyarakat untuk ikut memanfaatkan hasil
pembangunan obyek wisata dimana sebagian besar masyarakat ikut
berpartisipasi dengan alasan untuk mendapat keuntungan pribadi yang
berupa tambahan pendapatan.
Dari beberapa pernyataan di atas dapat dilihat pula bahwa
program pembangunan dari pengembangan wisatawan memberikan
manfaat kepada semua golongan masyarakat yang berada di sekitar
lokasi pengembangan. Mereka dapat merasakan manfaat ini dari usaha
masing-masing yang mereka dirikan dan mereka kembangkan seiring
dengan perkembangan dari Desa Berjo itu sendiri.
Dengan adanya partispasi masyarakat dalam setiap tahapan
pembangunan, secara otomatis juga akan membantu Pemerintah dalam
rangka meningkatkan taraf hidup dan kesejahteran masyarakat lewat
kegiatan kepariwisataan seperti ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
4. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT
PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI
DI DESA BERJO KECAMATAN NGARGOYOSO KABUPATEN
KARANGANYAR
Masyarakat Berjo memiliki beberapa hambatan dan pendorong
untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata. Faktor-faktor
pendorong dan penghambat tersebut berasal dari faktor internal maupun
dari faktor eksternal yang mempengaruhi masyarakat dalam berpartisipasi.
Faktor-faktor pendorong dan penghambat merupakan sebuah
realita sosial dimana aktor dalam hal ini masyarakat Desa Berjo baik
secara individu maupun kelompok memiliki kemampuan yang terbatas
untuk melakukan suatu tindakan sosial. Masyarakat Berjo berhadapan
dengan sejumlah kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya
dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi di
bawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma yang mempengaruhinya
dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk
mencapai tujuan dimana sebagian ada yang dapat dikendalikan individu.
1. Faktor Pendorong
Masyarakat Desa Berjo pada dasarnya sadar akan potensi yang
dimiliki di daerah mereka. Hal tersebut menimbulkan sebuah
kepercayaan diri bahwa daerah mereka dapat berkembang. Kondisi
alam yang sangat indah, serta peninggalan kebudayaan di masa lampau
yang sangat mengagumkan menjadikan Desa Berjo sangat potensial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
untuk lebih dikembangkan. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Bapak
Sulardi, berikut ini:
" Masyarakat menyadari akan potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Berjo ini mas, sehingga apabila dapat dikelola dengan baik maka akan dapat berkembang menjadi salah satu pariwisata yang potensial di Kabupaten Karanganyar. Apalagi setelah diadakan beberapa pertemuan yang membahas mengenai pengembangan pariwisata di Desa Berjo. "
(Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
Hal senada diutarakan oleh Nanang Marwoto sebagai berikut:
” Yang menjadikan saya ikut berpartisipasi dalam pengembangan wisata di Desa Berjo salah satunya adalah keyakinan saya dengan potensi wisata yang ada di Desa Berjo...,saya kira cuma di Desa Berjo yang mempunyai banyak obyek wisata di desanya,.
(Sumber wawancara: 4 Januari 2011)
Hal itu juga diterangkan Ibu Aminah :
” Kalau saya pikir-pikir mas, daripada saya hanya mengandalkan penghasilan dari tani itu kurang, makanya saya usaha jualan bunga di obyek wisata ini
(Sumber wawancara: 5 Januari 2011) .
Selain faktor internal dari dalam masyarakat, juga terdapat faktor
pendorong eksternal, yaitu bantuan pembinaan kepada masyarakat
untuk lebih berperan dalam mengembangkan pariwisata di Desa Berjo
guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu pemerintah juga
memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk mendukung
wisata seperti perbaikan jalan dan fasilitas umum lainnya. Hal ini
dipertegas Bapak Ir. Sukarno
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
” Supaya masyarakat itu lebih terdorong untuk berpartisipasi, maka kami selaku pemerintah mengusahakan pembinaan- pembinaan untuk warga masyarakat di Desa Berjo
(Sumber wawancara: 5 Januari 2011).
Hal ini dipertegas mas Agung, selaku pengurus kesenian di Desa
Berjo.
” Pada mulanya kami tidak begitu semangat mengembangkan kesenian ini, akan tetapi setelah ada bentuan dan pembinaan dari pemerintah, kami melihat ada prospek baik dari kegiatan kami.
(Sumber wawancara: 5 Januari 2011)
Ibu Kasiem dalam hal ini juga mengungkapkan demikian :
”Saya pernah mendapatkan bantuan modal dari pemerintah mas,
sehingga usaha yang saya dirikan menjadi berkembang”
(Sumber wawancara: 5Januari 2011)
Pemerintah juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai Sapta Pesona dan Sadar Wisata. Dengan program tersebut
diharapkan dapat menghidupkan sektor kepariwisataan serta
meningkatkan kesiapan mental khususnya dalam SDM dan SDA agar
tepat guna.
Peran pemerintah dalam pengembangan ekowisata juga tidak
hanya dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana saja, tetapi juga
dalam bentuk promosi. Bentuk promosi tersebut diwujudkan dengan
diadakan kerjasama pariwisata antar daerah seperti kerjasama dengan
Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, dan
daerah lainnya. Seperti yang diungkapkan Bapak Suparno :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
” Kami sering mengadakan promosi guna pariwisata di Desa Berjo, dan hal itu guna meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan kesadaran masyarakat guna mengembangkan pariwisata di daerah mereka ”
(Sumber wawancara: 5 Januari 2011)
Walaupun pariwisata di Desa Berjo masih dalam tahap
pengembangan dan pembenahan untuk menjadi daerah tujuan wisata
yang menarik, tidak akan mampu berkembang tanpa dukungan dari
masyarakat disekitarnya. Namun perlu disadari bahwa untuk mencapai
sebuah tujuan, yaitu membuat daerah mereka berkembang menjadi
daerah tujuan wisata dengan mempertahankan kelestarian lingkungan
dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Berjo, banyak
menghadapi tantangan dan hambatan.
2. Faktor Penghambat
Hambatan-hambatan yang dialami oleh masyarakat Desa Berjo
dalam pengembangan ekowisata berasal dari berbagai faktor.
Hambatan yang paling dirasakan adalah mengenai masyarakat itu
sendiri. Adakalanya masyarakat belum mempunyai motivasi untuk
maju, mereka belum mengerti dan mau belajar bagaimana pariwisata
bisa meningkatkan perekonomian. Hal ini diterangkan Bapak Sulardi :
” Faktor penghambat dari pengembangan pariwisata di Desa Berjo ini adalah dari mental masyarakat Berjo itu sendiri, hal itu karena sebelumnya masyarakat itu adalah petani. Merubah pola kebiasaan masyarakat yang sebelumnya adalah masyarakat agraris menjadi masyarakat pariwisa menjadi kendala pemerintah untuk lebih mengikutsertakan masyarakat dalam proyek pariwisata ini.
(Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Kemajemukan dari masyarakat di Desa Berjo terkadang juga
menjadi batu sandungan masyarakat dalam mengembangkan
pariwisata. Adakalanya program guna mengembangkan wisata budaya
di Desa Berjo mendapat tentangan dari pihak lain yang tidak
menyetujui diadakan pengembangan dengan alasan tidak sesuai
dengan keyakinan masyarakat di Desa Berjo saat sekarang. Hal ini
seperti yang diungkapkan Bapak Sulardi,SE demikian :
” Kalau kami ingin mengembangkan pariwisata dalam hal kebudayaannya mas, kami sangat berhati-hati, karena ada masyarakat di Desa Berjo ini ada yang tidak suka, alasannya karena itu menyimpang dari keyakinan masyarakat di Desa Berjo itu sendiri ”
(Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
Faktor dana yang kurang mencukupi merupakan kendala utama
dalam lambatnya pengembangan ekowisata di Desa Berjo, karena
selama ini masyarakat Berjo sering mengandalkan bantuan dari
pemerintah dalam pembangunan sarana dan prasarana. Dana sangat
diperlukan dalam pengembangan suatu daerah. Hal ini diterangkan
oleh Bapak Kastono selaku tokoh masyarakat di Desa Berjo.
”Karena kurangnya dana, maka untuk lebih mengembangkan pariwisata di Desa Berjo ini jadi terhambat ”
(Sumber wawancara: 5 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Hal ini juga diungkapkan Bapak Marimo, pemilik Homestay di
kawasan Telaga Madirdo:
”Karena tidak adanya dana untuk membenahi jalan, maka akses ke Telaga Madirdo menjadi terkendala, sehingga wisatawan yang berkunjung juga tidak banyak.”
(Sumber wawancara: 31 Desember 2010)
Sedangkan hambatan lainnya dalam mengembangkan pariwisata
di Desa Berjo adalah kurangnya sarana telekomunikasi yaitu signal HP
yang sangat sulit didapatkan. Hal ini diungkapkan Bapak Abdullah
Faray yang mempunyai usaha Homestay dan Outbond di sekitar Candi
Sukuh.
” Signal di Desa Berjo ini sulit mas, banyak wisatawan yang mengeluhkan tentang masalah ini.
(Sumber wawancara: 3 Januari 2011)
Sedangkan hambatan yang berasal dari luar adalah mengenai
kurangnya perhatian dari pemerintah untuk lebih memberikan
pelayanan pariwisata pada masyarakat.
Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat Desa
Berjo dalam pengembangan ekowisata dapat dilihat dalam matriks
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Matriks. 6
Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Pengembangan Ekowisata
Berbasis Masyarakat di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar
Faktor Pendorong Faktor Penghambat
Faktor Internal Faktor Eksternal Faktor Internal Faktor eksternal
1.Kesadaran dari masyarakat akan potensi wisata di daerahnya yang perlu dikembangkan
1. Adanya sosialisasi mengenai kepariwisataan.
1. Masyarakat Desa Berjo pada mulanya adalah masyarakat tradisional yang kurang paham mengenai pariwisata.
1.Kurangnya perhatian pemerintah dalam pelayanan kepariwisatan
2. Budaya masyarakat yang sudah mulai menerima perubahan
2. Adanya pembinaan serta bantuan modal bagi pedagang dan usaha menengah serta sarana dan prasarana
2. Kurangnya dana yang dimiliki masyarakat untuk membangun sarana pendukung pariwisata
2.Kurang memadainya sarana transportasi dan komunikasi di Desa Berjo.
3. Kerelaan mereka mengorbankan waktu, biaya dan tenaga
3. Adanya komunikasi , diskusi yang melibatkan masyarakat dan pemerintah
3. Adanya benturan keyakinan antar masyarakat di Desa Berjo, sehingga pengembangan di sektor budaya terhambat.
Sumber : Data primer, diolah Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
B. PEMBAHASAN
Pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar merupakan suatu usaha dalam mengembangkan
potensi wisata dengan pendekatan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Kalau dilihat dari syarat suatu daerah untuk dapat menjadi suatu daerah
tujuan wisata dan dapat dikembangkan yang diutarakan Oka Yoeti, Desa Berjo
memiliki syarat-syarat tersebut diantaranya adalah:
1. Desa Berjo memiliki apa yang disebut sebagai ”something to see”
artinya memiliki obyek wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki
daerah lain yaitu Candi Sukuh, Candi Planggatan, Telaga Madirdo, Air
Terjun Jumog, dan Taman Hutan Rakyat.
2. Di Desa Berjo tersedia apa yang disebut ”something to do” artinya
memiliki banyak yang dilihat, disaksikan dan fasilitas rekreasi yang dapat
membuat wisatawan tinggal lebih lama yaitu Desa Berjo memiliki banyak
atraksi wisata yaitu atraksi wisata alam dan atraksi wisata budaya, selain
itu Desa Berjo juga mempunyai fasilitas Homestay untuk wisatawan dapat
tinggal lebih lama di sekitar obyek wisata di Desa Berjo.
3. Desa Berjo menyediakan apa yang disebut ”something to buy” artinya
fasilitas belanja untuk dijadikan oleh-oleh yaitu makanan yang terbuat dari
wortel serta tanaman hias yang dijajakan disekitar obyek wisata.
Menurut Mubyarto dalam buku Pembangunan Masyarakat Tinggal
Landas mengartikan partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu
berhasilnya setiap program sesuai kemampuan tanpa berarti mengorbankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
kepentingan sendiri. Pendapat ini sesuai dengan pola pengembangan
ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo, yaitu masyarakat ikut serta
dalam pengembangan ekowisata dengan cara mengikuti rapat desa,
pembangunan sarana umum, dan kerja bakti lainnya tanpa berarti
mengorbankan kepentingan sendiri yaitu dengan ikut andil dalam keputusan-
keputusan yang disepakati bersama serta memanfaatkan hasil dari
pengembangan ekowisata dengan cara membuka usaha di sekitar obyek
wisata.
Keikutsertaan masyarakat Desa Berjo mempunyai peranan yang penting
dalam mengembangkan Desa Berjo untuk menjadi tujuan wisata yang
diminati banyak wisatawan, karena partisipasi dalam arti sesungguhnya
merupakan syarat utama penyelenggaraan pariwisata. Partisipasi semestinya
dipahami bukan saja sebagai menjalankan kewajiban tetapi juga memperoleh
hak.
Memberdayakan masyarakat Desa Berjo dalam kegiatan pengembangan
semacam ini merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat menjadi suatu masyarakat yang mandiri. Keikutsertaan dari
masyarakat Desa Berjo secara mutlak diperlukan, karena mereka inilah yang
pada akhirnya melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan. Masyarakat
banyak memegang peranan sekaligus sebagai obyek dan subyek
pembangunan.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis mengenai pola
pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, maka pendekatan yang relevan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
dalam pembahasan tersebut adalah pendekatan dari Max Weber. Keikutsertaan
masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan pembangunan
merupakan tindakan sosial yang didasarkan pada tujuan bersama yaitu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Weber, atas dasar
rasionalitas tindakan sosial maka tipe tindakan sosial masyarakat dalam
berpartisipasi dapat dibedakan menjadi:
1. Zwekrational Action
Yaitu tindakan sosial murni, aktor dalam hal ini masyarakat Desa
Berjo tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai
tujuannya tapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Hal tersebut
dapat dilihat dari partisipasi masyarakat yang ikut memikirkan dan
merencanakan cara yang terbaik untuk mencapai keberhasilan
pengembangan dalam menjadikan daerah mereka sebagai daerah tujuan
wisata yang diminati banyak wisatawan.
2. Werkrational Action
Tipe tindakan ini adalah aktor tidak menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya itu merupakan tindakan yang paling tepat ataukah lebih tepat
untuk mencapai tujuan yang lain. Tipe tindakan ini dapat dilihat dari
tindakan masyarakat Desa Berjo yang berpartisipasi untuk bersama-sama
bergotong-royong membangun sarana umum, bersama-sama mengelola
sarana yang ada, serta aktif dalam berorganisasi dan ikut rapat walaupun
mereka belum bisa memanfaatkan secara optimal kegiatan untuk kemajuan
daerah mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
3. Traditional Action
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam
mengerjakan sesuatu di masa lalu saja. Masyarakat Desa Berjo yang
berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan masih menekankan
sifat kegotongroyongan yang masih kuat. Hal ini dapat dilihat ketika
mereka bersama-sama membangun sarana yang ada seperti perbaikan
jalan, pembangunan gapura. Selain itu, mereka juga selalu bergotong-
royong untuk kerja bakti membersihkan lingkungan.
Pendekatan masyarakat dalam mengembangkan ekowisata dilakukan
dengan melalui:
1. Partisipasi dalam perencanaan (Idea Planning Stage)
Partisipsi masyarakat tumbuh ketika mulai dibukanya forum yang
memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi langsung didalam proses
pengambilan keputusan mengenai pembangunan dan pengembangan di
daerah mereka. Dalam proses ini meliputi menerima dan memberi
informasi, gagasan, tanggapan, saran dalam merencanakan pembangunan
dan pengembangan di daerah mereka.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan (Implementation Stage)
Partisipasi dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata di Desa
Berjo adalah sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk
tenaga, uang, waktu dan lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
3. Partisipasi dalam pemanfaatan (Utilization Stage)
Partisipasi dalam pemanfaatan adalah memetik hasil ataupun
memanfaatkan pengembangan ekowisata di Desa Berjo dalam menjadikan
daerah tujuan wisata.
Partisipasi masyarakat Desa Berjo dalam pengembangan ekowisata
dimana masyarakat adalah aktor utama dalam pengembangan ekowisaata
diwujudkan dengan keikutsertaan mereka memberikan ide, gagasan, serta
membangun fasilitas pendukung seperti warung makan, serta usaha informal
lainnya serta memanfaatkan dampak positif dari pengembangan pariwisata di
desanya.
Partisipasi masyarakat Desa Berjo sesuai dengan pendekatan partisipasi
oleh Verhangen yang menyatakan bahwa partisipasi merupakan suatu bentuk
khusus dari interaksi dan komunikasi yang terkait dengan pembangunan
kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Sehubungan dengan hal itu,
berbagai kegiatan partisipasi masyarakat Desa Berjo meliputi :
1. Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan desa untuk menggerakkan
partisipasi masyarakat yang lain.
2. Melibatkan diri dalam kegiatan diskusi kelompok.
3. Mengambil bagian dalain proses pengambilan keputusan.
4. Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakat.
5. Menggerakkan sumber daya masyarakat.
Karena masyarakat Berjo pada mulanya merupakan masyarakat dengan
pola kehidupan yang tradisional, mereka harus mengalami beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
perubahan ketika harus menyesuaikan diri dengan pola pariwisata yang
berkembang didesanya. Masyarakat Desa Berjo dituntut untuk lebih kreatif
dalam mendesain desanya agar menjadi daya tarik bagi wisatawan yang
berkunjung. Selain itu, harus mulai terbiasa dengan orang asing yang datang
di desaanya. Jika pada mulanya masyarakat Desa Berjo acuh tak acuh
terhadap pengunjung yang datang, sekarang mereka harus bersikap ramah dan
sopan terhadap wisatawan. Semua hal itu bertujuan agar pengembangan
pariwisata di Desa Berjo dapat berjalan dengan baik.
Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Talcotl Parsons,
sebagai pengikut Weber yang utama dia menyusun skema unit-unit dasar
tindakan sosial dengan karakteristik sebagai berikut
1. Adanya individu sebagai aktor, dalam hal ini adalah masyarakat Desa
Berjo
2. Masyarakat Desa Berjo dipandang sebagai pembawa bagian-bagian
tertentu yang dalam hal ini adalah berpartisipasi dalam pengembangan
ekowisata di Desa Berjo.
3. Masyarakat Desa Berjo mempunyai alternatif tindakan, cara, alat, serta
teknik mencapai tujuannya. Ketika masyarakat Desa Berjo berpartisipasi
dalam pengembangan ekowisata, masyarakat menggunakan cara
mengikuti rapat,penyuluhan ataupun ikut berpartisipasi dalam
pembangunan sarana umum di Desa Berjo.
4. Pada saat masyarakat Desa Berjo melakukan kegiatan pengembangan
ekowisata, dihadapkan pada kondisi-kondisi situasional yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan. Kendala tersebut berupa
tindakan-tindakan yang tidak sejalan dengan kesepakatan rapat, serta
tindakan pembangunan yang tidak sesuai dengan warga Desa Berjo
sehingga adanya penolakan dari masyarakat Desa Berjo.
5. Masyarakat Desa Berjo melaksanakan pengembangan ekowisata dibawah
kendali dari nilai-nilai, norma-norma yang berkembang di Desa Berjo
serta ide abstrak yang mempengaruhi masyarakat Desa Berjo dalam
menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan. Dalam
hal ini nilai-nilai atau norma-norma yang melarang pengembangan
kebudayaan yaitu nilai-nilai agama yang berkembang di Desa Berjo.
Konsep Voluntarisme Parsons dapat menjelaskan bagaimana masyarakat
Desa Berjo sebagai aktor utama ikut andil serta berpartisipasi dalam
pengembangan ekowisata dalam situasi yang terbatas dimana aturan dan
norma mengarahkan dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai
tujuan. Norma-norma yang berkembang di Desa Berjo adalah norma
bagaimana masyarakat mengungkapkan pendapat pada saat rapat desa, serta
norma bagaimana masyarakat melakukan pengembangan ekowisata yang tidak
menyalahi nilai-nilai agama, serta nilai-nilai kebudayaan di Desa Berjo.
Masyarakat menghadapi berbagai hambatan dalam pengembangan
ekowisata, dimana dana untuk pembangunan seperti pelebaran jalan dan
kurangnya sarana penunjang komunikasi seperti signal HP. Selain itu
lemahnya Sumber Daya Masyarakat yang disebabkan karena minimnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
pengetahuan mengenai kepariwisataan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
wisata.
Hambatan-hambatan yang dialami oleh masyarakat merupakan sebuah
realita sosial dimana aktor dalam hal ini masyarakat Desa Berjo baik secara
individu maupun kelompok memiliki kemampuan yang terbatas untuk
melakukan suatu tindakan sosial. Masyarakat berhadapan dengan sejumlah
kondisi situasional yang dapat membatasi tindakannya dalam mencapai
tujuan. Kendala tersebut berupa situasi dan kondisi dibawah kendali dari nilai-
nilai, norma-norma yang mempengaruhinya dalam memilih dan menentukan
tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan.
Kendala yang berupa situasi dan kondisi yang sebagian dapat
dikendalikan dan kemudian memunculkan solusi bersama untuk keberhasilan
tujuan bersama yaitu kemajuan Desa Berjo dalam mencapai keberhasilan
pengembangan ekowisata menjadi daerah tujuan wisata dan menjadi
masyarakat yang mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Matriks. 7
Temuan Hasil Penelitian
No Aspek Hasil Temuan 1. Partisipasi Masyarakat
dalam Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo.
a. Menghadiri rapat b. Memberikan ide, gagasan maupun pendapat c. Menghadiri pelatihan-pelatihan yang diadakan
dalam kaitannya dengan pengembangan wisata 2. Partisipasi Masyarakat
dalam Pelaksanaan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo.
a. Pembangunan fasilitas umum b. Menyediakan fasilitas Home Stay c. Pementasan seni asli daerah d. Menjual berbagai makanan serta hasil alam Desa
Berjo. e. Ikut bergotong royong dalam kegiatan kerja bakti
lingkungan f. Ikut bergotong royong dalam kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana. 3. Partisipasi Masyarakat
dalam Pemanfaatan Pengembangan Ekowisata di Desa Berjo.
a. Meningkatnya pendapatan asli desa b. Membuka warung makan c. Meningkatnya pendapatan Karang Taruna d. Meningkatnya lapangan kerja di desa e. Membuka Home Stay f. Membuka usaha home industri g. Meningkatnya pementasan seni asli desa h. Meningkatnya jasa transportasi
4. Faktor Pendorong Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa Berjo
a. Adanya kesadaran masyarakat akan potensi wisata di daerahnya yang perlu dikembangkan
b. Adanya sosialisasi dari pemerintah dan beberapa pihak mengenai kepariwisataan, serta studi banding ke beberapa desa wisata lain.
c. Adanya pelatihan yang diadakan pemerintah guna meningkatkan usaha masyarakat di Desa Berjo
d. Kerelaan masyarakat Berjo untuk mengorbankan waktu, biaya dan tenaga dalam pengembangan wisata di desa mereka.
5. Faktor Penghambat Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Desa Berjo
a. Lemahnya Sumber Daya Masyarakat. b. Kurangnya perhatian pemerintah dalam pelayanan
kepariwisatan c. Kurangnya dana yang dimiliki masyarakat untuk
membangun sarana dan prasana pendukung pariwisata.
d. Adanya benturan keyakinan antar masyarakat di Desa Berjo, sehingga pengembangan di sektor budaya terhambat.
Sumber: Data primer, diolah Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam BAB VI ini penulis menyimpulkan beberapa hal yang diperoleh
dari penelitian yang telah dilakukan. Ada beberapa hal yang menarik untuk
dibahas dalam bagian yang merupakan hasil refleksi dari BAB-BAB
terdahulu. Untuk memudahkan dalam proses pemahaman, sajian di dalam
BAB VI ini berisi pokok-pokok temuan yang merupakan rumusan dari
berbagai hal yang telah dibahas pada BAB-BAB terdahulu.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ekowisata di Desa Berjo
sebenarnya dapat menjadi salah satu terobosan yang mampu mendukung
sektor pembangunan daerah apabila dapat dikembangkan dan dikelola dengan
baik oleh masyarakat Desa Berjo.
Pola pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Desa Berjo
dilakukan dengan melalui: 3 tahapan partisipasi yaitu:
1. Partisipasi dalam perencanaan (Idea Planning Stage). Partisipasi
masyarakat tumbuh ketika mulai dibukanya forum yang memungkinkan
masyarakat untuk berpartisipasi langsung didalam proses pengambilan
keputusan mengenai pembangunan dan pengembangan di daerah mereka.
Dalam proses ini meliputi menerima dan memberi informasi, gagasan,
tanggapan, saran dalam merencanakan pembangunan dan pengembangan
di daerah mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
2. Partisipasi dalam pelaksanaan (Implementation Stage). Partisipasi dalam
pelaksanaan pengembangan ekowisata di Desa Berjo adalah sebagai
pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga, uang, waktu dan
lain sebagainya.
3. Partisipasi dalam pemanfaatan (Utilization Stage). Partisipasi dalam
pemanfaatan adalah memetik hasil ataupun memanfaatkan pengembangan
ekowisata di Desa Berjo dalam menjadikan daerah tujuan wisata.
Dalam penelitian di lapangan, penulis memperoleh beberapa temuan,
yaitu dalam pelaksanaan pengembangan ekowisata terdapat faktor-faktor yang
mendorong sekaligus faktor-faktor yang menghambat. Faktor-faktor
pendorong tersebut antara lain:
1. Adanya kesadaran masyarakat Desa Berjo akan potensi wisata di
daerahnya yang perlu dikembangkan.
2. Adanya perubahan budaya masyarakat Desa Berjo yang sudah mulai
menerima perubahan
3. Adanya pembinaan serta bantuan modal bagi pedagang dan usaha
menengah serta sarana dan prasarana di Desa Berjo.
4. Kerelaan mereka mengorbankan waktu, biaya dan tenaga untuk
berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo..
Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam pengembangan ekowisata
di Desa Berjo antara lain:
1. Kurangnya dana yang diperlukan dalam pengembangan ekowisata,
diantaranya adalah perbaikan akses menuju obyek wisata, serta beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
sarana yang dapat mendukung dalam pengembangan ekowisata di Desa
Berjo.
2. Adanya benturan keyakinan antar masyarakat di Desa Berjo, sehingga
pengembangan di sektor budaya terhambat.
3. Masyarakat Desa Berjo pada mulanya adalah masyarakat tradisional yang
kurang paham mengenai strategi pengembangan pariwisata.
4. Kurang memadai sarana transportasi dan komunikasi di Desa Berjo
5. Kurangnya perhatian pemerintah dalam pelayanan kepariwisatan
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoritis
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma definisi
sosial, dimana exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang
khusus dari karya Max Weber, yaitu dalam analisanya tentang tindakan
sosial (social action). Melalui paradigma definisi sosial peneliti berusaha
menganalisis tentang partisipasi masyarakat Desa Berjo dalam
pengembangan ekowisata. (Ritzer, 2004 : 45 )
Teori yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah teori aksi
(Action Theory). Talcott Parsons dalam hal ini ia memilih istilah action
dan bukan behavior, karena menurutnya memiliki konotasi yang berbeda.
Behavior secara tidak langsung menyatakan kesesuaian secara mekanik
antara perilaku (respons) dengan rangsangan (stimulus). Sedangkan istilah
action menyatakan secara tidak langsung suatu aktivitas, aktivitas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
proses penghayatan diri individu. Menurutnya, suatu teori yang
menghilangkan sifat-sifat humanisme (kemanusiaan) dan mengabaikan
sifat-sifat subyektif tindakan manusia tidak termasuk dalam teori aksi.
(Ritzer, 2004 : 48)
Di dalam teori aksi harus ada individu sebagai aktor. Di dalam
penelitian ini, aktor yang dimaksud adalah masyarakat Desa Berjo,
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Sedangkan kondisi
situasionalnya adalah pengembangan ekowisata di Desa Berjo, dimana
masyarakat berpartisipasi didalamnya.
Tindakan sosial (Social Action) masyarakat Desa Berjo diwujudkan
dengan partisipasi, yaitu keterlibatan masyarakat baik secara fisik, material
maupun non fisik yaitu berupa menyumbangkan waktu, tenaga dan
pemikiran untuk mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil baik secara bebas
sukarela maupun karena terinduksi oleh bujukan dan arahan dari pihak lain
untuk ke arah pencapaian tujuan pengembangan ekowisata di Desa Berjo.
Masyarakat Desa Berjo selaku aktor sebagai pemburu tujuan-tujuan
tertentu yang melakukan tindakan sosial berpartisipasi dalam
pengembangan akan berhadapan dengan sejumlah kondisi situasional
dimana norma-norma mengarahkannya dalam memilih alterniatif cara dan
alat untuk mencapai tujuan, dimana kondisi situasional tersebut dapat
membatasi tindakannya dalam mencapai tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
2. Implikasi Empiris
Dalam proses pergembangan ekowisata di Desa Berjo, terdapat
adanya beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut
merupakan hambatan bagi masyarakat Desa Berjo untuk berpartisipasi
dalam pengembangan ekowisata. Dari hasil penemuan di lapangan,
permasalahan yang paling dominan adalah mengenai kurangnya dana yang
digunakan masyarakat Desa Berjo guna melakukan perbaikan serta
pengembangan sarana prasarana penunjang pariwisata di Desa Berjo.
Selain permasalahan tersebut terdapat pula permasalahan yang lain,
yaitu kurang pahamnya masyarakat Desa Berjo dalam hal kepariwisataan,
karena masyarakat Desa Berjo merupakan masyarakat yang berasal dari
pegunungan dengan pola kehidupan yang masih tradisional. Pada
umumnya masyarakat Desa Berjo belum mengerti dan mau belajar
bagaimana pariwisata bisa meningkatkan perekonomian. Sehingga
pengetahuan mengenai kepariwisataan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan wisata sangat minim sekali.
Dengan adanya permasalahan tersebut tentu saja berpengaruh
terhadap perkembangan ekowisata, sehingga untuk kelancaran proses
pengembangan kedepannya permasalahan tersebut harus segera
diselesaikan. Sosialisasi dan komunikasi yang aktif antara pemerintah
dengan masyarakat sangat diperlukan, terutama mengenai pembinaan
kesiapan mental masyarakat Desa Berjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
3. Implikasi Metodologis
Penelitian yang telah dilaksanakan ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat,
fakta-fakta dalam hal ini peneliti berusaha mendiskripsikan secara
mendalam tentang partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata.
Dengan metode deskriptif penulis lebih mungkin untuk mendiskripsikan
potensi-potensi yang ada di Desa Berjo, partisipasi masyarakat dalam
pengembangan ekowisata di Desa Berjo, serta faktor pendukung dan
faktor penghambat pengembangan ekowisata di Desa Berjo Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah informan,
lokasi penelitian, serta dokumen dan arsip. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan dengan wawancara mendalam (in-depth interview),
observasi berperan pasif dan dokumentasi. Di dalam proses wawancara,
peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kepada
informan untuk memperoleh informasi yang diharapkan, dan
kebenarannya dibuktikan melalui observasi atau pengamatan yang
dilakukan. Dengan obbervasi tcrsebut diketahui kesesuaian antara
informasi yang telah diperoleh dengan peristiwa yang terjadi secara nyata.
Data yang diperoleh itu didukung pula oleh arsip-arsip dan dokumen-
dokumen yang berkaitan, yang berasal dari Kecamatan, Kelurahan, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
internet. Selain itu untuk menguji validitas data, peneliti mcnggunakan
triangulasi sumber.
Dalam mempergunakan metodologi ini peneliti menemukan
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu:
a. Penelitan ini lebih sesuai dengan metode penelitian kualitatif, sehingga
peneliti bisa menggambarkan dan mendeskripsikan mengenai
partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Berjo
secara mendalam.
b. Penggunanaan teknik purposive sampling memudahkan peneliti dalam
memperoleh data yang jelas dan akurat.
c. Dengan wawancara mendalam (in depth interview) sangat berguna
dalam mendapatkan gambaran mengenai partisipasi masyarakat,
sekaligus peneliti dapat menemukan berbagai keluhan yang
dirasakan oleh informan saat itu.
Kekurangan yang ada dalam penelitian ini adalah dalam hal
pengumpulan data.
a. Peneliti memperoleh kesulitan dalam menemui informan serta
beradaptasi dengan informan maupun dengan masyarakat setempat.
Hal ini menyebabkan terhambatnya peneliti dalam menggali informasi.
b. Adanya kesulitan untuk menggali informasi secara mendalam dari
warga masyarakat. Rata-rata jawaban yang diberikan oleh warga
setempat seragam. Jadi untuk memperoleh data yang diperlukan,
peneliti menggunakan pendekatan secara kekeluargaan, berhati-hati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
dalam berbicara dan berusaha menciptakan suasana yang santai agar
informan lebih terbuka.
C. SARAN
Dalam penelitian ini, menurut peneliti ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatlan dikarenakan adanya beberapa kenyataan yang dijumpai di
lapangan yang seringkali tidak terlihat agar tidak menghambat kemajuan dan
pengembangan ekowisata di Desa Berjo. Oleh karena itu dalam penelitian ini
penulis memberikan beberapa masukan yang berupa pemikiran maupun saran.
1. Bagi PengelolaWisata
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola ekowisata
hanya melakukan upaya pengembangan di dalam obyek wisata saja,
dan kurangnya perhatian terhadap pengembangan masyarakat guna
lebih meningkatkan kualitas masyarakat dalam berpartisipasi.
Pengelola ekowisata seharusnya juga melakukan pengembangan
masyarakat melalui :
a. Studi banding ke tempat wisata lain, karena dengan mengajak
masyarakat ke tempat lain, maka masyarakat akan belajar tentang
apa yang mungkin bisa diterapkan di Desa Berjo.
b. Penyediaan buku-buku bacaan yang sesuai kebutuhan, karena
melalui buku bacaan masyarakat dapat mengetahui sumber
informasi yang lebih detail.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
c. Sosialisasi kepada masyarakat setempat, agar masyarakat lebih
paham tentang suatu informasi yang berkaitan dengan desa wisata.
2. Bagi Masyarakat
a. Mengikuti sosialisasi yang lebih intensif tentang kepariwisataan.
b. Meningkatkan kegiatan-kegiatan yang positif yang berfungsi
mengisi waktu luang bagi generasi muda.
c. Pembentukan organisasi remaja dengan orientasi pada kegiatan
yang bersifat membangun pariwisata.
d. Melakukan penggalian dana melalui suatu kegiatan untuk
kemajuan pariwisata.
e. Penganekaragaman paket wisata supaya pengunjung tidak bosan.
f. Menjaga kelestarian budaya yang ada di Desa Berjo.
3. Bagi Dinas Terkait
a. Melakukan penyuluhan rutin kepada masyarakat guna
meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat di dalam
pengembangan ekowisata di Desa Berjo.
b. Membentuk suatu program pemberdayaan masyarakat bagi
penduduk sekitar obyek wisata.
c. Mengadakan survei rutin ke masyarakat sekitar obyek wisata agar
dapat memantau perkembangan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan ekowisata.
d. Menambah alokasi dana untuk pengembangan pariwisata termasuk
sarana dan prasarana penunjang wisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
4. Bagi Pengunjung Desa Wisata
a. Memberikan kritik dan saran pada pengelola wisata setelah
melakukan kunjungan wisata.
b. Ikut menjaga kelestarian wisata
c. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar obyek wisata.
top related