skripsi pengaruh jumlah obat terhadap …repository.unair.ac.id/10915/2/ff f 13 15 kus p.pdf ·...
Post on 03-Feb-2018
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH OBAT TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL
ARTESUNAT-KARBOKSIMETIL KITOSAN (Dibuat dengan Metode Gelasi Ionik dalam Larutan
Etanol:Air)
MEIDA AYU KUSUMA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
SKRIPSI
PENGARUH JUMLAH OBAT TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL
ARTESUNAT-KARBOKSIMETIL KITOSAN (Dibuat dengan Metode Gelasi Ionik dalam Larutan
Etanol:Air)
MEIDA AYU KUSUMA
NIM: 051111072
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul:
PENGARUH JUMLAH OBAT TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL ARTESUNAT-
KARBOKSIMETIL KITOSAN
(Dibuat dengan Metode Gelasi Ionik dalam Larutan Etanol:Air)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain
yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak
Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya
ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 28 September 2015
MEIDA AYU KUSUMA
NIM: 051111072
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Meida Ayu Kusuma
NIM : 051111072
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi yang saya
tulis dengan judul:
PENGARUH JUMLAH OBAT TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL ARTESUNAT-
KARBOKSIMETIL KITOSAN
(Dibuat dengan Metode Gelasi Ionik dalam Larutan Etanol:Air)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di
kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil dari
plagiarisme, maka saya bersedia menerima sangsi berupa pembatalan
kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Surabaya, 28 September 2015
MEIDA AYU KUSUMA
NIM: 051111072
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
iii
Lembar Pengesahan
PENGARUH JUMLAH OBAT TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL ARTESUNAT-
KARBOKSIMETIL KITOSAN
(Dibuat dengan Metode Gelasi Ionik dalam Larutan Etanol:Air)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi
pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
2015
Oleh :
MEIDA AYU KUSUMA
NIM : 051111072
Skripsi ini telah disetujui
Tanggal,28 September 2015 oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Dra. Retno Sari, M.Sc, Apt Dr. Dwi Setyawan, SSi.,M.Si.,Apt.
NIP. 196308101989032001 NIP. 197111301997031003
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “PENGARUH JUMLAH OBAT TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK NANOPARTIKEL ARTESUNAT-
KARBOKSIMETIL KITOSAN (Dibuat Dengan Metode Gelasi
Ionik dalam Larutan Etanol-Air)” ini dengan baik, sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi di Fakultas
Farmasi Universitas Airlangga Surabaya.
Pada kesempatan kali ini perkenankanlah saya sebagai
penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain :
1. Dra. Retno Sari, M.Sc, Apt. sebagai pembimbing utama yang
dengan sabar, sayang dan pengertian telah membimbing saya
dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir.
2. Dr. Dwi Setyawan, SSi., M.Si., Apt. sebagai pembimbing serta
yang telah membimbing dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir.
3.Drs. Bambang Widjaja, M.Si dan Dewi Melani
H.,S.Si.,M.Phil.,Ph.D. selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan saran dan pemahaman demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Prof. Dr. Moh. Nasih,SE., MT., Ak. selaku Rektor Universitas
Airlangga dan Dr. Hj. Umi Athijah, M.S., Apt. selaku Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah memberikan
kesempatan belajar dan menempuh pendidikan program Sarjana di
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
v
5. Dra. Hj. Esti Hendradi, Apt., M.Si, Ph.D sebagai Kepala
Departemen Farmasetika yang telah memberikan kesempatan
untuk mengerjakan skripsi di Laboratorium Teknologi Farmasi.
6. Mahardian Rahmadi, S.Si. M.Sc., Ph.D, Apt sebagai dosen wali
yang telah mendampingi, serta para dosen dan guru yang telah
mengajarkan ilmu pengetahuan selama perjalanan sarjana ini.
7. Ibu, Bapak dan Adik tersayang yang telah mencurahkan segalanya
dan senantiasa membimbing, mendukung, memberi semangat serta
memberikan doa restunya.
8. Seluruh staf karyawan Departemen Farmasetika, terutama Bapak
Supriyono, Bapak Harmono, mbak Nawang, dan Ibu Arie atas
kerjasamanya di laboratorium untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Tim Nano-Nanopartikel 2015 (Okta, Astrid dan Nissa) atas kerja
sama, kebersamaan, dan keceriannya dalam menyelesaikan skripsi
ini.
10. Era, Okta dan Faris yang selalu jadi tempat curhat, suka dan duka
dari semester satu sampai akhirnya sarjana.
11. Teman-teman seperjuangan pejuang skripsi Tekfar yang
senantiasa bekerja sama dan menghabiskan waktu bersama demi
penyelesaian skripsi ini.
12. Keluarga CTM serta teman-teman angkatan 2011 yang selalu
menghibur, membantu, memberikan do’a dan semangat, serta
mengisi hari-hari selama di farmasi ini
13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
vi
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas
segala kebaikan dan bantuan yang diberikan.
Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala keterbatasan
dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
untuk bidang farmasi.
Surabaya, 28 September 2015
Penulis
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
vii
RINGKASAN
PENGARUH JUMLAH OBAT TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN EFISIENSI PENJERAPAN
NANOPARTIKEL ARTESUNAT-KARBOKSIMETIL
KITOSAN
(Dibuat dengan Metode Gelasi Ionik dalam Larutan Etanol:Air)
Meida Ayu Kusuma
Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikel atau partikel padat dengan ukuran antara 10-1000 dan terdiri dari polimer dan bahan obat dimana obat dapat terjerap,terenkapsulasi atau tercampur dengan polimer. Nanopartikel memiliki keunggulan yaitu dapat meningkatkan bioavailabilitas obat sukar larut, penghantar obat tertarget, memperpanjang efek obat di jaringan dan meningkatkan stabilitas obat. Polimer yang dapat digunakan adalah polimer yang biodegradable dan biokompatibel seperti karboksimetil kitosan (KM kitosan). Km kitosan dapat membentuk nanopartikel dengan metode gelasi ionik melalui ikatan sambung silang antara gugus COO- pada KM kitosan dan kation Ca2+ dari CaCl2 sebagai penyambung silang. Namun, CaCl2 merupakan senyawa higroskopis yang dapat mengakibatkan hasil akhir nanopartikel tidak kering sempurna,sehingga proses gelasi ionik dilakukan dalam larutan biner-etanol air.
Pada penelitian ini digunakan model bahan obat yaitu artesunat yang termasuk BCS kelas II, yang memiliki sifat sukar larut dalam air dan bioavailabilitasnya rendah.Oleh karena itu, dibuat nanopartikel artesunat yang diharapkan mampu meningkatkan bioavailabilitasnya. Dalam pembuatan nanopartikel terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi karakteristik nanopartikel yang dihasilkan, salah satunya adalah jumlah obat yang ditambahkan pada nanopartikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah artesunat terhadap karakteristik fisik artesunat-KM kitosan yaitu bentuk, morfologi dan perolehan kembali artesunat. Pada penelitian
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
viii
ini digunakan 4 jumlah artesunat yang berbeda yaitu 100mg(FD1), 125mg(FD2), 150mg(FD3) dan 175mg(FD4), dengan jumlah KM kitosan 500mg dan CaCl2 250mg. Nanopartikel artesunat-KM kitosan dibuat dengan metode gelasi ionik dengan penyambung silang CaCl2 dan dikeringkan dengan pengeringan semprot.
Hasil pemeriksaan spektrum inframerah pada nanopartikel terlihat bahwa gugus OH/NH dan COO memiliki pita serapan yang lebih runcing dan mengalami pergeseran pada bilangan gelombang 3432,11-3434,41 cm-1 untuk OH/NH dan 1553,20-1558,52 cm-1 untuk gugus COO, hal ini menunjukkan adanya interaksi antara molekul KM kitosan dan CaCl2. Pada pemeriksaan jarak lebur nanopartikel artesunat-KM kitosan sudah tidak terlihat puncak endotermik dari artesunat,hal ini menunjukkan artesunat sudah terjerap dalam nanopartikel. Pemeriksaan nanopartikel dengan difraksi sinar X diketahui bahwa puncak-puncak dari kristalin artesunat sudah tidak terlihat pada sistem nanopartikel,muncul puncak baru yang menunjukkan adanya ikatan sambung silang antara KM kitosan dan CaCl2. Pemeriksaan ukuran dan morfologi nanopartikel menggunakan SEM menunjukkan partikel dihasilkan berbentuk bulat dan tidak berongga, tetapi ukurannya masih heterogen. Perolehan kembali artesunat FD1,FD2,FD3 dan FD4 berturut-turut adalah 41,99%, 58,82%, 56,32% dan 73,15%. Dari hasil uji statistik ANOVA satu arah yang dilanjutkan dengan uji HSD didapatkan harga sig < 0,05 menunjukkan ada perbedaan bermakna antar formula,hanya FD2 dan FD3 yang memiliki harga sig >0,05 . Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah artesunat dalam nanopartikel artesunat KM kitosan dapat meningkatkan perolehan kembali artesunat dalam nanopartikel Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa jumlah artesunat berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan efisiensi penjerapan nanopartikel. Semakin meningkat jumlah artesunat dapat meningkatkan perolehan kembali artesunat dalam nanopartikel artesunat-KM kitosan. Namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan perolehan kembali artesunat dalam nanopartikel artesunat-KM kitosan dan perlu optimasi lagi tentang proses gelasi ionik sehingga didapatkan nanopartikel dengan ukuran yang homogen.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
ix
ABSTRACT
THE EFFECT OF ARTESUNAT AMOUNT ON PHYSICAL
CHARACTERISTIC OF ARTESUNATE-CARBOXYMETHYL
CHITOSAN NANOPARTICLES
(Prepared by Ionic Gelation in Etanol:Aqueous Solution)
Meida Ayu Kusuma
Nanoparticles is defined as particles or a dispersion of solid particles with a size ranging from 10-1000 nm that consist of polymer and drugs in which drugs can be entrapped,encapsulated or mixed with polymer. Nanoparticles has advantages as controlled release system, targeted delivery system and can improve the bioavailability of poorly water soluble drugs. Biocompatible and biodegradable polymers such as carboxymethyl chitosan (CM chitosan) polymer can be used as nanoparticles matrix. This study use artesunat as model BCS class II drug which is difficult to dissolve in water and low bioavailability. Artesunat nanoparticles is expected to increase it’s solubility and bioavailability.
The objective of this study was to investigate the effect of artesunate amount on physical characteristic of artesunate-carboxymethyl chitosan nanoparticles. Nanoparticles with different amount of artesunate were prepared by ionic gelation using CM chitosan as polymer and CaCl2 as cross linker in etanol:aqueous solution and dried by spray drying. The result showed that artesunate amount has effect on morphology and recovery of artesunate-carboxymethyl chitosan nanoparticles. Particle size of dried particles was heterogen and morphology of obtained particles were spherical. As the amount of artesunate increased,the drug efficiency increased. Keyword : Nanoparticles, Artesunate, Charboxymethyl chitosan, Ionic gelation.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
x
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN .............................................................................. vii ABSTRAK .................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................. xi DAFTAR TABEL ........................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xv BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 6 2.1 Nanopartikel .................................................................... 6 2.1.1Definisi Nanopartikel ............................................. 6 2.1.2Penggunaan Nanopartikel ....................................... 7 2.1.3Metode Pembuatan ................................................. 8 2.1.4Faktor yang Mempengaruhi Nanopartikel............... 13 2.2 Karboksimetil KItosan ................................................... 15 2.3 Kalsium Klorida ............................................................. 17 2.4 Artesunat ........................................................................ 17 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ...................................... 19 3.1 Uraian Kerangka Konseptual. ......................................... 19 3.2 Skema Kerangka Konseptual ......................................... 21 3.3 Hipotesis ........................................................................ 21 BAB IV METODE PENELITIAN ............................................... 22 4.1 Bahan dan Alat ............................................................... 22 4.1.1Bahan ..................................................................... 22 4.1.2Alat. ......................................................................... 22 4.2 Metodologi Penelitian .................................................... 22 4.2.1Pemeriksaan Bahan Baku ........................................ 22 4.2.2Rancangan Formula Nanopartikel .......................... 26 4.2.3Pembuatan Formula Nanopartikel .......................... 26 4.2.4 Pemeriksaan Karakteristik Fisik Nanopartikel ....... 28 4.2.5Penyajian Data ....................................................... 33 4.2.6Analisis Statistik...................................................... 35 BAB V HASIL PENELITIAN ................................................. 36 5.1 Identifikasi Bahan Baku ................................................. 36 5.1.1 Identifikasi Artesunat ........................................... 36 5.1.2 Identifikasi KM kitosan........................................ 37
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
xi
5.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Formula Nanopartikel Artesunat-:KM kitosan .............................. 38
5.2.1 Pemeriksaan Spektra Inframerah Nanopartikel Artesunat-:KM kitosan .............................. 38
5.2.2 Pemeriksaan Jarak Lebur Nanopartikel Artesunat-:KM kitosan .................................................... 39
5.2.3 Pemeriksaan Difraksi Sinar X Nanopartikel Artesunat-:KM kitosan .................................................... 40
5.2.4 Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Nanopartikel Artesunat-:KM kitosan .............................. 41
5.2.5 Pemeriksaan Kandungan Bahan Obat dan Perolehan kembali Nanopartikel Artesunat-:KM kitosan ............................................................................. 43
5.3 Analisis Data ................................................................... 46 BAB VI PEMBAHASAN ............................................................. 48 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................. 56 7.1 Kesimpulan ................................................................ 56 7.2 Saran .......................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 57 LAMPIRAN .................................................................................. 61
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman IV.1 Rancangan formula nanopartikel artesunat-KM kitosan .... 26 V.1 Pemeriksaan kualitatif artesunat ......................................... 36 V.2 Pemeriksaan kualitatif KM-kitosan .................................... 37 V.3 Hubungan konsentrasi artesunat dengan serapan pada
panjang gelombang maks 230,99nm ................................. 44 V.4 Kandungan artesunat dalam nanopartikel .......................... 45 V.5 Perolehan kembali artesunat pada nanopartikel
artesunat-KM kitosan ......................................................... 46 V.6 Hasil uji HSD perolehan kembali artesunat ....................... 47
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Nanosfer dan nanokapsul ...................................................... 6 2.2 Skema proses pengering semprot .......................................... 12 2.3 Rumus struktur KM kitosan .................................................. 16 2.4 Rumus struktur artesunat ....................................................... 18 3.1 Alur kerangka konseptual...................................................... 21 4.1 Alur penelitian ....................................................................... 25 4.2 Skema pembuatan nanopartikel artesunat-KM kitosan ......... 28 5.1 Spektra inframerah (A)artesunat, (B)KM kitosan,
(C)nanopartikel kosong dan nanopartikel dengan perbandingan artesunat : KM kitosan (D)4:20, (E)5:20, (F)6:20, (G)7:20 .................................................................... 38
5.2 Termogram (A) artesunat, (B) KM kitosan, (C) nanopartikel kosong dan nanopartikel dengan perbandingan artesunat : KM kitosan (D) 4:20, (E) 5:20, (F) 6:20, (G) 7:20 .................................................................. 39
5.3 Difraktogram sinar X dari (A) artesunat, (B) KM kitosan, (C) CaCl2, (D) nanopartikel kosong dan nanopartikel dengan perbandingan artesunat : KM kitosan (E) 4:20, (F) 5:20, (G) 6:20, (H) 7:20 ........................................................ 40
5.4 Hasil SEM nanopartikel dengan pebandingan artesunat : KM kitosan (A) 4:20, (B) 5:20, (C) 6:20, (D) 7:20 pada perbesaran 5000X.................................................................. 41
5.5 Hasil SEM Nanopartikel dengan pebandingan artesunat : KM kitosan (A) 4:20, (B) 5:20, (C) 6:20, (D) 7:20 pada perbesaran 10.000X ............................................................... 42
5.6 Spektra UV pengaruh bahan tambahan terhadap serapan artesunat ................................................................................ 43
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Sertifikat analisis Karboksimetil kitosan .............................. 61 2. Sertifikat analisis artesunat ................................................... 62 3. Spektrum Inframerah Karboksimetil kitosan ........................ 63 4. Spektrum inframerah artesunat ............................................. 64 5. Hasil Pemeriksaan DTA KMkitosan dan Artesunat.............. 65 6. Hasil Pemeriksaan difraksi sinar X ....................................... 66 7. Hasil Pembuatan Formula Nanopartikel ............................... 72 8. Tabel ukuran nanopartikel .................................................... 73 9. Penentuan panjang gelombang maksimum artesunat ............ 74 10. Penentuan pengaruh bahan tambahan ................................... 76 11. Penentuan Kurva Baku artesunat .......................................... 77 12. Penetapan kadar artesunat dalam nanopartikel ..................... 79 13. Tabel dan contoh perhitungan kadar ..................................... 80 14. Tabel dan perhitungan perolehan kembali ............................ 81 15. Hasil statistic perolehan kembali artesunat ........................... 82 16. Tabel distribusi F probabilitas 0,05 ....................................... 85
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikel atau
partikel padat dengan ukuran antara 10-1000 nm. Nanopartikel
berbasis polimer dibentuk dari polimer yang biokompatibel dan
biodegradabel dimana obat terlarut, terjebak, terenkapsulasi atau
tercampur dengan matriks nanopartikel (Yadav et al., 2012).
Nanopartikel memiliki keunggulan yaitu dapat meningkatkan
stabilitas obat, sebagai sistem pelepasan terkontrol dan sistem
penghantaran tertarget (Mohanraj et al., 2006). Nanopartikel telah
terbukti menjadi solusi secara teknologi untuk mengatasi
keterbatasan seperti kecepatan dissolusi yang rendah,dengan
mengecilkan ukuran dan meningkatkan luas permukaan,
meningkatkan availabilitas dari obat yang kelarutannya kecil,
memiliki potensi sebagai pembawa untuk penghantaran obat untuk
berbagai rute seperti oral,nasal dan ocular, mampu sebagai adjuvant
yang baik bagi vaksin, menjadi penghantar obat tertarget,
meningkatkan bioavailabilitas, memperpanjang efek obat di jaringan,
membantu kelarutan obat pada penghantaran intravascular, dan
meningkatkan stabilitas agen antiterapetik dari enzim pendegradasi
(Date et al.,2010 ; Oliveira et al., 2013 ; Tiyaboonchai, 2003 ).
Karboksimetil kitosan (KM kitosan) adalah polimer alam
yang diperoleh dari reaksi kitosan dengan monoklorasetat pada
kondisi basa. KM kitosan bersifat biokompatibel, biodegradabel,
memiliki aktivitas antimikroba dan kemampuan membentuk film
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
2
(Mourya et al., 2010). Karakteristik yang signifikan dari KM kitosan
adalah kelarutannya dalam air dibandingkan kitosan. Kelarutan KM
kitosan dalam air meningkat karena adanya gugus karboksil, KM
kitosan tidak hanya memiliki kelarutan di air yang baik,tetapi juga
memiliki viskositas yang tinggi,volume hidrodinamik besar, tidak
toksik dan memiliki kemampuan untuk membentuk lapisan fiber
dan hidrogel (Farag et al., 2013).
Nanopartikel KM kitosan dapat terbentuk melalui proses
gelasi ionik antara gugus COO- dari KM kitosan dan Ca2+ dari CaCl2
sebagai cross linker . Gugus karboksimetil yang dimiliki KM kitosan
akan menghasilkan ion negatif saat larut dalam air sehingga dapat
terbentuk koloid nanopartikel dengan adanya cross linker CaCl2 (Luo
et al., 2012 ; Mourya et al., 2010). Namun, CaCl2 merupakan
senyawa higroskopis yang dapat menarik molekul H2O bebas di
udara. Jika dalam proses gelasi ionik terdapat Ca2+ yang tidak
berikatan dengan KM kitosan,Ca2+ akan mengikat H2O bebas di
udara yang akhirnya menyebabkan nanopartikel yang dihasilkan
tidak kering sempurna (Feriza, 2013). Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan etanol dalam larutan CaCl2. Etanol dapat merusak
ikatan hidorgen antara KM kitosan dan air sehingga lebih banyak
Ca2+ yang dapat berikatan dengan KM kitosan. Selain itu etanol
dapat meningkatkan hidrofobisitas permukaan molekul KM kitosan
yang menghasilkan interaksi intermolekular yang lebih kuat. (Luo et
al., 2012). Gelasi ionik memiliki keuntungan yaitu merupakan
metode sederhana yang pembuatannya tanpa menggunakan pelarut
organik (Tyaboonchai, 2003).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
3
Nanopartikel diketahui memiliki keterbatasan yaitu tidak
stabil jika berada dalam media cair. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, perlu dilakukan proses pengeringan sehingga dihasilkan
nanopartikel kering yang stabil. Salah satu metode pengeringan yang
dapat digunakan adalah pengeringan semprot (Tagne et al., 2006).
Pengeringan semprot merupakan metode yang dapat mengubah
sampel cair ke bentuk kering melalui penyemprotan ke ruangan
berudara panas. Metode ini tergolong cepat, sederhana, mudah dan
relatif murah untuk skala besar. Ukuran partikel yang dihasilkan
dipengaruhi oleh ukuran nozzle, kecepatan penyemprotan, tekanan
atomization, suhu inlet udara dan adanya crosslingking (Agnihotri et
al., 2004; Kissel et al., 2006).
Sifat nanopartikel yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh
perbedaan rasio antara obat dan polimer. Meningkatnya kandungan
obat pada nanopartikel berbasis polimer dapat meningkatkan
efisiensi penjerapan (Boonsongrit et al., 2005). Peningkatan jumlah
bahan obat pada nanopartikel ammonium gycyrrhizinate dengan
polimer kitosan dapat meningkatkan ukuran partikel dan kandungan
bahan obat (Wu et al., 2005).
Artesunat merupakan turunan dari golongan artemisin yang
berasal dari tanaman Artemisina annua (Hafid et al., 2011).
Artesunat termasuk BCS kelas II yang menunjukkan sulit larut
dalam air dan bioavailabilitasnya rendah (Gupta et al., 2013).
Nanopartikel dengan basis polimer karboksimetil kitosan yang telah
di sambung silang memiliki kemampuan sebagai sistem
penghantaran dengan pelepasan yang terkontrol, sehingga dapat
memperbaiki profil farmakokinetik dari artesunat (Mourya et al.,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
4
2010). Pembuatan nanopartikel artesunat-KM kitosan melalui gelasi
ionik-pengeringan semprot dengan perbandingan obat polimer 4:20
telah menghasilkan nanopartikel yang bulat berongga dengan ukuran
nanometer dan efisiensi penjerapan yang tinggi (Dhisiati, 2014)
Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini akan dibuat
nanopartikel artesunat-KM kitosan dengan jumlah obat yang berbeda
menggunakan metode gelasi ionik dalam larutan biner etanol-air
yang kemudian dikeringkan dengan metode pengeringan semprot.
Nanopartikel KM kitosan-artesunat dibuat dengan jumlah bahan obat
yang berbeda yaitu 100mg, 125mg ,150mg dan 175 mg dan jumlah
polimer sebesar 500 mg sehingga perbandingan obat polimer adalah
4:20 ; 5:20 ; 6:20 dan 7:20 yang kemudian dilakukan karakterisasi
fisik meliputi pemeriksaan spektra inframerah, jarak lebur, difraksi
sinar x, bentuk, morfologi dan perolehan kembali artesunat dari
nanopartikel artesunat-KM kitosan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas didapatkan rumusan
masalah,bagaimana pengaruh jumlah artesunat terhadap
1. Ukuran dan morfologi dari nanopartikel artesunat-KM kitosan
2. Perolehan kembali artesunat pada nanopartikel artesunat-KM
kitosan
yang dibuat dengan metode gelasi ionik dalam larutan biner
etanol-air dan dikeringkan dengan pengeringan semprot.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
5
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
1. Ukuran dan morfologi nanopartikel artesunat-KM kitosan
2. Perolehan kembali artesunat pada nanopartikel artesunat- KM
kitosan
Dengan jumlah artesunat yang berbeda,dibuat dengan gelasi ionic
dalam larutan etanol-air dan dikeringkan dengan pengeringan
semprot.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari data penelitian akan didapatkan data ilmiah yang
bermanfaat untuk pembuatan sistem bahan obat yang
bioavailabilitasnya rendah dengan menggunakan karboksimetil
kitosan atau polimer lainnya sehingga dapat menghasilkan sistem
pelepasan terkontrol yang dapat meningkatkan bioavailabilitas suatu
obat.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nanopartikel
2.1.1 Definisi Nanopartikel
Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikulat atau
partikel padat dengan ukuran berkisar 10-1000 nm. Obat dapat
larut, terjebak, terenkapsulasi atau bercampur dengan matriks
nanopartikel. Berdasarkan metode dan preparasinya nanopartikel
dibedakan menjadi nanosphere dan nanokapsul. Nanosphere
adalah sistem matriks dimana obat terdispersi homogeny pada
matriks. Nanokapsul adalah sistem dimana obat dikeliilingi oleh
membran polimer (Mohanraj et al., 2006).
Gambar 2.1 Nanosfer (A) dan nanokapsul (B) (Fattal and
Vauthier, 2007).
Nanopartikel dengan optimasi fisikokimia dan biologis
akan berikatan dengan sel lebih mudah daripada molekul yang
lebih besar sehingga nanopartikel sering digunakan sebagai
penghantar untuk obat dengan komponen bioaktif yang tersedia
(Wilczewska et al ., 2012) .
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
7
2.1.2 Penggunaan Nanopartikel
Nanopartikel memiliki peran khusus pada penghantaran
obat tertarget karena sifat dari ukurannya. Nanopartikel memiliki
waktu paruh panjang dan dapat menjebak lebih banyak obat.
Nanopartikel dari polimer yang biodegradabel dan biokompatibel
adalah kandidat yang baik untuk pembawa obat,karena dapat
diadsobsi secara utuh di saluran cerna setelah pemberian peroral
(Wu et al ., 2005).
Nanopartikel telah terbukti menjadi solusi secara teknologi
untuk mengatasi keterbatasan seperti kecepatan dissolusi yang
rendah,dengan mengecilkan ukuran dan meningkatkan luas
permukaan, meningkatkan availabilitas dari obat yang
kelarutannya kecil, memiliki potensi sebagai pembawa untuk
penghantaran obat untuk berbagai rute seperti oral,nasal dan
ocular, mampu sebagai adjuvant yang baik bagi vaksin, menjadi
penghantar obat tertarget, meningkatkan bioavailabilitas,
memperpanjang efek obat di jaringan, membantu kelarutan obat
pada penghantaran intravascular, dan meningkatkan stabilitas
agen antiterapetik dari enzim pendegradasi (Date et al.,2010 ;
Oliveira et al., 2013 ; Tiyaboonchai, 2003 ). Nanopartikel
berbasis polimer memiliki manfaat spesifik yaitu dapat
meningkatkan stabilitas obat dan menghasilkan sistem yang dapat
mengontrol pelepasan dari obat (Mohanraj et al., 2006).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
8
2.1.3 Metode Pembuatan Nanopartikel
2.1.3.1 Gelasi Ionik
Metode ini menggunakan penyambung silang
polielektrolit dengan proses berupa kompleksasi antara
polielektrolit yang berbeda muatan. Kompleksasi tersebut
membentuk membran kompleks polielektrolit pada permukaan
partikel sehingga terjadi peningkatan kekakuan (Swarbrick,
2007). Penyambung silang yang sering digunakan adalah kalsium
klorida (CaCl2), glutaraldehid, natrium tripolifosfat (Na TPP),
natrium hidroksida (NaOH), dan formaldehid (Ko et al., 2002;
Sinha et al., 2004).
Metode pembuatan ini merupakan metode yang sederhana
dalam suasana cair. Nanopartikel KM kitosan dapat terbentuk
melalui proses gelasi ionik antara gugus COO- dari KM kitosan
dan Ca2+ dari CaCl2 sebagai cross linker. Gugus karboksimetil
yang dimiliki KM kitosan akan menghasilkan ion negatif saat
larut dalam air sehingga dapat terbentuk koloid nanopartikel
dengan adanya cross linker CaCl2 (Luo et al., 2012 ; Mourya et
al., 2010). Namun, CaCl2 merupakan senyawa higroskopis yang
dapat menarik molekul H2O bebas di udara. Jika dalam proses
gelasi ionik terdapat Ca2+ yang tidak berikatan dengan KM
kitosan,Ca2+ akan mengikat H2O bebas di udara yang akhirnya
menyebabkan nanopartikel yang dihasilkan tidak kering
sempurna (Feriza, 2013). Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan etanol dalam larutan CaCl2. Etanol dapat merusak
ikatan hidorgen antara KM kitosan dan air sehingga lebih banyak
Ca2+ yang dapat berikatan dengan KM kitosan. Selain itu etanol
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
9
dapat meningkatkan hidrofobisitas permukaan molekul KM
kitosan yang menghasilkan interaksi intermolekular yang lebih
kuat. Konsentrasi etanol sebesar 30% merupakan penggunaan
optimal yang dapat menghasilkan koloid homogen, speris dan
permukaan yang halus (Luo et al., 2012).
Kecepatan pengadukan merupakan faktor penting dalam
pembentukan nanopartikel. Peningkatan kecepatan pengadukan
mengakibatkan distribusi ukuran partikel semakin sempit dan
masih terbentuk agregat. Adanya peningkatan gaya geser
membantu meningkatkan monodispersi. Namun, pengadukan
yang intens dapat menghancurkan gaya repulsif antar partikel dan
mengakibatkan agregasi partikel (Fan et al., 2012).
2.1.3.2 Pengeringan Semprot
Nanopartikel diketahui memiliki keterbatasan yaitu tidak
stabil jika berada dalam media cair. Untuk mengatasi kekurangan
tersebut, perlu dilakukan proses pengeringan sehingga dihasilkan
nanopartikel kering yang stabil. Salah satu metode pengeringan
yang dapat digunakan adalah pengeringan semprot (Tagne et al.,
2006). Pengeringan semprot merupakan metode yang dapat
mengubah sampel cair ke bentuk kering melalui penyemprotan
ke ruangan berudara panas. Metode ini tergolong cepat,
sederhana, mudah dan relative murah untuk skala besar. Ukuran
partikel yang dihasilkan dipengaruhi oleh ukuran nozzle,
kecepatan penyemprotan, tekanan atomization, suhu inlet udara
dan adanya crosslingking (Agnihotri et al., 2004; Kissel et al.,
2006). Ada 4 tahap utama dalam metode penggeringan semprot.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
10
a) Atomisasi Sampel
Proses atomisasi akan mengubah sampel ke dalam bentuk
tetesan-tetesan kecil (Agnihotri et al., 2004). Proses ini dibantu
dengan beberapa teknik yang membuatnya terbagi menjadi
beberapa macam atomizer antara lain rotary atomizer, di mana
pada atomizer tipe ini terdapat cakram berputar yang mampu
membentuk tetesan droplet; pressure atomizer yang membentuk
tetesan droplet dengan memberi tekanan pada atomizer; dan two
fluid nozzle yang memungkinkan adanya kontak antara udara dan
sampel sehingga terjadi pemecahan sampel ke dalam bentuk
tetesan droplet. Proses atomisasi ini berdampak langsung
terhadap ukuran partikel yang terbentuk (Kissel et al., 2006).
Pemilihan atomizer tergantung viskositas dari larutan
yang dimasukkan serta karakteristik produk yang diinginkan.
Cakram berputar pada rotary atomizer dapat digunakan untuk
cairan yang sangat kental sehingga memungkinkan untuk
membentuk partikel kecil. Sedangkan two-fluid nozzles biasanya
memiliki diameter internal antara 0,5 dan 1,0 μm, sehingga
membentuk partikel dengan diameter kurang dari 10 μm (Kissel
et al., 2006).
Selain itu, semakin tinggi energi pada atomizer yang
digunakan, akan terbentuk tetesan yang lebih halus. Ukuran
partikel akan semakin meningkat bila viskositas, tegangan
permukaan cairan awalnya tinggi, dan feed rate yang tinggi
(Gharsallaoui et al., 2007).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
11
b) Kontak tetesan dengan udara
Dalam ruang pengeringan, tetesan kecil yang sudah
terbentuk akan bertemu dengan udara panas dan dalam beberapa
detik sebanyak 95% air yang berada dalam droplet akan
mengalami evaporasi (Patel et al., 2009).
c) Evaporasi Pelarut
Dengan bentuk tetesan kecil dan adanya suhu yang tinggi,
akan memudahkan terjadinya evaporasi pelarut dengan cepat dari
permukaan droplet dan saat kandungan air dalam permukaan
droplet sudah mencapai batas minimumnya, droplet ini akan
berubah menjadi partikel kering (Agnihotri et al., 2004; Patel et
al., 2009).
d) Pemisahan produk kering dari udara.
Dalam tahap ini produk kering akan memisah dengan
dibantu adanya udara sejuk di area siklon yang terletak di luar
pengering. Sebagian besar partikel padat tertampung, sementara
partikel yang lebih halus melewati siklon untuk dipisahkan dari
udara pengering. Pemisahan ini berdasar pada perbedaan densitas
(Patel et al., 2009; Gharsallaoui et al., 2007).
Alat pengering semprot terdiri atas tanki sampel, rotary
atau nozzle atomizer, pemanas udara, ruang pengeringan, dan
siklon untuk memisahkan serbuk dari udara.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
12
Gambar 2.2 Skema proses pengering semprot (Agnihotri et al.,
2004).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan mikropartikel
dengan metode spray drying, antara lain :
a. Ukuran nozzle
Pada pembuatan mikropartikel dengan polimer chitosan
didapatkan hasil dengan meningkatnya ukuran nozzle maka
makin meningkat juga ukuran partikel yang dihasilkan (He et al.,
1999).
b. Kecepatan Pompa
Ukuran mikropartikel yang dibuat dengan kondisi pump
rate tinggi, menghasilkan ukuran partikel yang lebih besar karena
droplet yang dihasilkan lebih besar dibandingkan pump rate yang
rendah (He et al., 1999).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
13
c. Kecepatan Udara
Ukuran mikropartikel akan meningkat seiring dengan
menurunnya flow rate. Oleh karena itu, mikropartikel dengan
ukuran yang kecil dibuat dengan flow rate yang lebih besar (He
et al., 1999).
d. Suhu udara masuk
Suhu inlet hanya mempunyai sedikit pengaruh terhadap
ukuran partikel. Ketika suhu dirubah dari 140°C ke 180°C,
karakteristik partikel hampir sama dan ukuran partikel hanya
berkurang sedikit (He et al., 1999).
Yang perlu diperhatikan dalam metode ini, adalah adanya
suhu tinggi (sekitar 120C – 150C) untuk terjadinya evaporasi.
Dengan demikian bahan obat harus bersifat tahan panas serta
perlu diperhatikan adanya penggunaan pelarut organik yang
dapat meledak pada suhu tinggi dan membutuhkan perbaikan
yang mahal. Untuk meminimalkan degradasi komponen yang
sensitif terhadap panas, droplet hanya akan berada dalam waktu
yang pendek di dalam pengeringan semprot (Williams and
Vaughn, 2007).
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Nanopartikel
a) Berat Molekul Polimer
Meningkatnya berat molekul polimer mengakiatkan
peningkatan viskositas larutan polimer dan membentuk ikatan
yang kuat. Berat molekul yang terlalu tinggi dapat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
14
mengakibatkan polimer kurang terlarut dalam pelarutnya (Ko et
al., 2002).
b) Konsentrasi Polimer
Ukuran nanopartikel akan meningkat jika konsentrasi
polomer ditingkatkan. Hal ini disebabkan, kandungan polimer
yang terkandung dalam droplet larutan pada volume yang sama
lebih banyak seiring dengan meningkatnya konsentrasi polimer (
He et al., 1999).
c) Rasio Obat-Polimer
Untuk menghasilkan ukuran partikel yang lebih
kecil,maka dapat dilakukan dengan meningkatkan perbandingan
bahan obat-polimer. Besarnya efisiensi enkapsulasi akan
mengakibatkan peningkatan terhadap kandungan bahan obat.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa untuk
memanipulasi ukuran partikel dapat dilakukan dengan cara
mengatur perbandingan bahan obat dengan polimer (Rastogi et
al., 2006; Swarbrick, 2007).
Pada pengamatan menggunakan SEM,meningkatnya
kandungan bahan aktif pada nanopartikel berbasis polimer
menunjukkan permukaan nanopartikel yang lebih kasar (Sinha et
al.2004). Efisiensi penjerapan bahan obat meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi bahan obat (Boonsongrit et al, 2005).
d) Jenis Penyambung Silang
Aktivitas dalam proses sambung silang ionik akan berbeda
jika karakteristik anion dari penyambung silang juga berbeda.
Hal itu dapat memengaruhi morfologi nanopartikel yang
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
15
dihasilkan serta pelepasan bahan obat dari nanopartikel (Shu and
Zhu, 2000).
e) Jumlah Penyambung Silang
Jumlah penyambung silang yang terlalu kecil akan
menyebabkan nanopartikel yang dihasilkan menjadi rapuh atau
mudah pecah sehingga dapat memengaruhi laju pelepasan
nanopartikel yang dibuat. Kadar penyambung silang yang terlalu
besar juga dapat membentuk nanopartikel yang tidak homogen
(Jin et al., 2009; Ko et al., 2002).
f) Waktu Kontak dengan Penyambung Silang
Kandungan bahan obat dalam nanopartikel dan pelepasan
bahan obatnya dapat dipengaruhi oleh waktu kontak dengan
penyambung silang. Waktu kontak dengan penyambung silang
yang lama akan mengakibatkan peningkatan kandungan bahan
obat dalam nanopartikel karena sempurnanya reaksi penyambung
silang (Ko et al., 2002).
2.2. Karboksimetil Kitosan
Karboksimetil kitosan (KM kitosan) merupakan turunan
kitosan yang memiliki gugus hidrofil tambahan yaitu gugus
karboksimetil. KM kitosan telah banyak diteliti karena
kemudahannya untuk disintesis,bersifat ampholytic dan
memungkinkan untuk banyak aplikasi. Karakteristik yang
signifikan dari KM kitosan adalah kelarutanya dalam air.
Dibandingkan dengan kitosan,kelarutan KM kitosan di air terlihat
meningkat karena adanya gugus karboksil. KM kitosan dapat
larut di larutan asam,basa maupun netral ketika DS
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
16
karboksimetilasi dari kitosan adalah lebih dari 60%. (Mourya et
al., 2010).
Gambar 2.3 Rumus Struktur KM kitosan
Karboksimetil kitosan dapat dihasilkan dari beberapa
metode antara lain reduksi alkil dimana gugus NH2 dari kitosan
bereaksi dengan gugus karbonil dari aldehid-asam glikosilat dan
dihidrogenasi oleh reaksi dengan NaBH4 untuk membentuk N-
Karboksimetil kitosan. Dengan metode ini gugus karboksimetil
akan menempati posisi dari atom N. Namun, reaktifitas aldehid
sangat tinggi sehingga menyebabkan di-substitusi N-
Karboksimetil kitosan (N,N-di Karboksimetil kitosan). Metode
lainnya adalah alkilasi langsung,metode ini menggunakan
monohalocarboxylic acids sebagai asam monoklorasetat untuk
membentuk N-karboksialkil and O-karboksialkil kitosan (Mourya
et al., 2010).
Nanopartikel sebagai sistem penghantaran terkontrol
didapatkan melalui gelasi ionik dari KM kitosan dengan Ca2+.
Nanopartikel yang dihasilkan memiliki distribusi ukuran sekitar
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
17
200-300 nm dan indeks polidispersitas (PI) lebih kecil dari 0,1.
PI yang kecil mengindikasikan dispersi yang homoogen dari
nanopartikel KM kitosan. (Mourya et al., 2010).
2.3. Kalsium Klorida
Kalsium klorida memiliki rumus kimia CaCl2 dengan berat
molekul 110,98. Kalsium klorida berbentuk serbuk kristal, granul
putih atau tidak berwarna dan higroskopis. Larut dalam 0,25
bagian air dan mudah larut (1-10 bagian) dalam etanol, dan
dalam etanol mendidih; sangat mudah larut dalam air panas (<1
bagian) (Budavari, 2001; Depkes RI., 1995; Rowe et al., 2009).
Kalsium klorida (CaCl2) merupakan kation divalen (Ca2+) yang
dapat membentuk kompleks dengan O-Karboksimetil kitosan,
pada pembuatan droplet hydrogel untuk nanopartikel (Jayakumar
et al., 2010).
2.4. Artesunat
Artesunat merupakan turunan dari golongan artemisin
yang berasal dari tanaman Artemisina annua (Hafid et al., 2011).
Artesunat memiliki aktivitas untuk penghambatan plasmodium
valcifarum dan P.vivax pada penderita malaria dan memiliki
aktivitas potensial dalam menghambat proliferasi sel kanker
melalui kemampuan untuk menginduksi sel agar mengalami
apoptosis Artesunat memiliki onset terapi yang cepat setelah
mengalami biotransformasi menjadi dihidroartemisin,tetapi
artesunat dieliminasi dengan cepat setelah dikonsumsi,hanya 6
jam setelah pemakaian peroral (Meng et al., 2014).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
18
Gambar 2.4 Rumus struktur artesunat
Artesunat berbentuk serbuk halus berwarna putih,tidak
berbau dan hampir tidak berasa. Artesunat sukar larut dalam
air,sangat larut dalam diklorometana R, larut dalam etanol (~750
g/L) TS dan aseton R. BM 384,4 (Budavari,2001;
Sweetman.,2009). Titik leleh artesunat berkisar antara 131-
135C,sedangkan titik didihnya pada 507,12C (pada 760 mmHg).
Densitasnya 1,32 g/cm3; indeks refraksinya Dn20 1,54.
Artesunat adalah antimalaria poten terhadap darah
schizonticidal yang aktif membasmi Plasmodium falciparum.
Artesunat termasuk BCS kelas II yang menunjukkan sulit larut
dalam air dan bioavailabilitasnya rendah (Gupta et al., 2013).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
Nanopartikel artesunat-KM kitosan terdiri dari artesunat
sebagai bahan obat dan KM kitosan sebagai polimer. Artesunat
merupakan obat golongan BCS kelas II yang memiliki kelarutan dan
biavailabilitasnya rendah (Gupta et al., 2013) sedangkan KM kitosan
merupakan polimer yang biokompatibel, biodegradable dan lebih
larut dalam air dibandingkan dengan kitosan ( Mourya et al., 2010).
Nanopartikel dibentuk melalui proses gelasi ionik antata gugus
COO- dari KM kitosan dan Ca2+ dari CaCl2 sebagai penyambung
silang (Mourya et al., 2010). Pada proses gelasi ionik ada ca2+
bebas yang dapat menyebabkan hasil akhir nanopartikel tidak kering
sempurna, untuk mengatasi hal tersebut proses gelasi ionik dilakukan
dalam larutan etanol-air (Feriza, 2013 ; Luo et al., 2012) .
Nanopartikel bersifat tidak stabil jika berada dalam media cair,
sehingga diperlukan suatu proses pengeringan untuk memperbaiki
stabilitasnya,salah satu metode pengeringan yang dapat digunakan
adalah pengeringan semprot (Tagne et al., 2006).
Pembentukan nanopartikel dipengaruhi oleh berbagai faktor
salah satunya adalah perbedaan jumlah obat. Perbedaan jumlah obat
dapat mempengaruhi karakteristik fisik dari nanopartikel yang
dihasilkan. Pengaturan ukuran partikel dapat dilakukan dengan cara
mengatur perbandingan bahan obat dengan polimer (Rastogi et al.,
2006; Swarbrick, 2007). Peningkatan jumlah obat akan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
20
meningkatkan efisiensi penjerapan, ukuran partikel dan kandungan
bahan obat (Boonsongrit et al., 2005 ; Wu et al., 2005).
Pada Penelitian ini akan dibuat Nanopartikel artesunat-KM
kitosan dengan 4 jumlah artesunat yang berbeda : 100 mg , 125mg,
150 mg dan 175 mg dengan jumlah polimer 500 mg dan CaCl2 250
mg, sehingga dapat diketahui pengaruh jumlah artesunat dalam
pembentukan nanopartikel artesunat- KM kitosan dengan metode
gelasi ionik dalam larutan biner etanol-air yang selanjutnya
dikeringkan dengan pengeringan semprot terhadap karakteristik fisik
nanopartikel yang terbentuk.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
21
3.2 Skema Kerangka Konseptual
Gambar 3.1 Alur Kerangka Konseptual
3.3 Hipotesis
Meningkatnya jumlah artesunat yang digunsksn dalam
pembuatan nanopartikel artesunat-KM kitosan akan meningkatkan
kandungan dan perolehan kembali artesunat.
Km kitosan Biokompatibel Biodegradable Lebih larut air
daripada kitosan (Mourya et al.,2010)
CaCl2 kation divalen (Ca2+) , dapat
membentuk komplek dengan COO- Cmkitosan (Mourya et al., 2010)
Kelebihan Ca2+ nanopartikel basah setelah pengeringan (Feriza, 2013).
Interaksi sambung silang
gelasi ionik dalam larutan etanol:air –pengeringan semprot
Jumlah obat Konsentrasi polimer Berat Molekul polimer Jenis penyambung
silang Jumlah penyambung
silang
Artesunate BCS klas II kelarutan dan Bioavailabilitas rendah (Gupta et
al.,2013)
Sistem nanopartikel artesunate-Km kitosan dibuat dengan perbedaan jumlah obat
Sistem pelepasan terkontrol ( Mourya et al., 2010) Morfologi,
Efisiensi penjerapan
Peningkatan jumlah bahan obat pada nanopartikel dapat meningkatkan ukuran partikel dan kandungan bahan obat ((Boonsongrit et
al., 2005 ; Wu et al., 2005).
dipengaruhi
Berpengaruh pada
Semakin banyak artesunat yang digunakan akan meningkatkan kandungan bahan obat dalam nanopartikel dan perolehan kembali artesunat akan semakin besar.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Bahan dan Alat
4.1.1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah artesunat (Goldliloo
Pharmaceutical);etanol pro analisis (EMSURE®); karboksimetil
kitosan (derajat substitusi 81,9%, derajat deasetilasi 96,5%,
viskositas 1% 22 mpa.s, China Eastar Group Co., Ltd.);
CaCl2.2H2O pro analysis (Merck);Metanol;aquadest.
4.1.2. Alat
Spray Dryer (SD-basic Lab Plant UK Ltd. Type SD
B09060019); Neraca analitik (Mettler Toledo AL 204);
Spektrofotometri UV-Vis ( Cary WinUV Ver.1.00 ( 9 ) c) ;
Spektrofotometer FT-IR (Jasco FT-IR/5300); Differential
Thermal Apparatus (Mettler Toledo FP-65 DTA P-900 Thermal);
Digital Viscosimeter (Brookfield Viscosimeter DV-II) ;XRD;
Ultrasonic (LC-60H); dan Scanning Electron Microscopy
(inspect S50 Tipe FP 2017/12).
4.2. Metodologi Penelitian
4.2.1. Pemeriksaan Bahan Baku
Pemeriksaan dilakukan terhadap bahan baku yang
bertujuan untuk memastikan bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian telah memenuhi ketentuan yang tertera pada pustaka.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
23
4.2.1.1 Identifikasi Artesunat
a. Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan terhadap bentuk,
warna, rasa, dan bau kemudian dibandingkan dengan pustaka.
b. Pemeriksaan Jarak Lebur
Jarak lebur ditentukan dengan alat Differential Thermal
Apparatus (DTA). Pemeriksaan titik lebur kitosan dilakukan
pada suhu 50°-300° C dengan kecepatan kenaikan suhu 10° C per
menit, hasil termogram yang diperoleh dibandingkan dengan
pustaka.
c. Pemeriksaan Spektra Inframerah
Spektra inframerah Artesunat dibuat dengan metode cakram
KBr. Artesunat digerus hingga homogen, kemudian dimasukkan
ke dalam pengering hampa udara, selanjutnya dicetak dengan
penekan hidrolik ad diperoleh cakram transparan. Selanjutnya
diperiksa spektranya pada rentang bilangan gelombang 4000-400
cm-1 dan hasil spektra bahan dibandingkan dengan spektra
inframerah Artesunat pembanding.
4.2.1.2 Identifikasi KM kitosan
a. Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis dilakukan terhadap bentuk,
warna, rasa, dan bau kemudian dibandingkan pustaka.
b. Pemeriksaan Jarak lebur
Ditentukan menggunakan alat Different Thermal
Apparatus (DTA). Pemeriksaan titik lebur kitosan dilakukan pada
suhu 50°-300° C dengan kecepatan kenaikan suhu 10° C per
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
24
menit, hasil termogram yang diperoleh dibandingkan dengan
pustaka.
c. Pemeriksaan Spektra Inframerah
Spektra inframerah KM kitosan diperoleh dengan metode
cakram KBr. KM kitosan digerus hingga homogen, kemudian
dimasukkan ke dalam pengering hampa udara, selanjutnya
dicetak dengan penekan hidrolik ad diperoleh cakram transparan.
Selanjutnya diperiksa spektranya pada rentang bilangan
gelombang 4000-400 cm-1 dan hasil spektra bahan dibandingkan
dengan spektra inframerah KM kitosan pembanding.
d. Pemeriksaan Viskositas
Dibuat larutan KM kitosan 1% b/v dalam aquadest.
Kemudian diukur viskositasnya dengan Viscotester (Brookfield
Digital Model DV-II). selanjutnya hasil pemeriksaan
dibandingkan dengan viskositas KM kitosan pada sertifikat
analisis dari bahan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
25
Gambar 4.1. Alur Penelitian
Pemeriksaan Bahan Baku (karboksimetil kitosan,artesunate)
Pembuatan nanopartikel dengan jumlah artesunate yang berbeda. FD1 = 100mg, FD2 = 125 mg, FD3 = 150mg, FD4 = 175 mg
Pengeringan nanopartikel dengan pengeringan semprot suhu 100°C, laju pompa skala 3, ukuran nozzle 1µm, dan tekanan 2 bar (Feriza, 2013).
Karakterisasi nanopartikel, meliputi pemeriksaan : a. Spektra inframerah b. Titik Lebur c. difraktogram sinar X d. Bentuk dan morfologi nanopartikel
menggunakan SEM e. Ukuran nanopartikel menggunakan
delsa nano f. Kandungan dan efisiensi
penjerapan
Analisis Data
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
26
4.2.2. Rancangan Formula Nanopartikel
Nanopartikel dibentuk melalui metode gelasi Ionik dengan
penyambung silang CaCl2 dalam larutan biner etanol-air yang
dikeringkan dengan metode pengeringan semprot. masing-
masing formula nanopartikel dibuat dengan jumlah artesunat
yang berbeda-beda.
Tabel IV.1 Rancangan Formula nanopartikel Artesunat-KM
kitosan
Nama Bahan Fungsi FD1 FD2 FD3 FD4
Artesunat Bahan Obat 100 mg 125 mg 150 mg 175mg
Etanol Solven 5 ml 5ml 5ml 5ml KM kitosan
Polimer 500 mg 500 mg 500 mg 500mg
CaCl2
Penyambung Silang 250 mg 250 mg 250 mg 250
mg
Keterangan : FD1 = Formula 1 (perbandingan artesunat-KM kitosan 4:20) FD2 = Formula 2 ( perbandingan artesunat-KM kitosan 5:20) FD3 = Formula 3 (perbandingan artesunat-KM kitosan 6:20) FD4 = Formula 4 (perbandingan artesunat-KM kitosan 7:20)
4.2.3 Pembuatan Formula Nanopartikel
a. Menimbang KM kitosan sejumlah 500 mg kemudian dilarutkan
dalam 50,0 ml aquadest, aduk sampai larut dengan magnetik
stirrer (500 rmp, 10 menit)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
27
b. Menimbang artesunat sejumlah sesuai dengan masing-masing
formula kemudian dilarutkan dalam 5,0 ml etanol, aduk sampai
larut (bening) dengan magnetik stirrer (500 rpm, 5 menit)
c. Menimbang CaCl2 sejumlah 250 mg kemudian dilarutkan dalam
larutan biner etanol:air (44,8 ml : 5,2 ml) , aduk sampai larut
dengan magnetik stirrer (500 rpm, 5 menit)
d. Menuang larutan KM kitosan (a) ke dalam larutan artesunat (b) ,
aduk sampai spektrum dengan magnetik stirrer ( 500 rpm, 30
menit)
e. Meneteskan campuran KM kitosan-artesunat (d) ke dalam larutan
CaCl2 dengan menggunakan buret ( 2 tetes/ detik), sambil diaduk
dengan magnetic stirrer (500 rpm)
f. Mengaduk larutan (e) dengan magnetik stirrer dengan kecepatan
500 rpm selama 60 menit.
g. Mengeringkan koloid nanopartikel yang terbentuk dengan
pengering semprot menggunakan suhu 100°C, laju pompa skala
3, ukuran nozzle 1µm, dan tekanan 2 bar (Feriza, 2013).
h. Mengumpulkan dan mengevaluasi nanopartikel kering yang
dihasilkan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
28
Gambar 4.2 Skema Pembuatan Nanopartikel Artesunat-KM kitosan
4.2.4 Pemeriksaan Karakteristik Fisik Nanopartikel Artesunat-
KM Kitosan
4.2.4.1 Pemeriksaan Organoleptis Nanopartikel
Pemeriksaan organoleptis nanopartikel artesunat-KM
kitosan dilakukan dengan cara mengamati kondisi akhir
(warna,bentuk) nanopartikel artesunat-KM kitosan setelah
pengeringan.
Pengeringan dengan pengering semprot, suhu 100°C, laju pompa 3, nozzle 1µm dan tekanan 2 bar
Larutan Kmkitosan dalam air
Larutan artesunat dalam etanol
Larutan artesunate-kmkitosan
Larutan CaCl2 dalam campuran etanol-air
Koloid nanopartikel artesunat-kmkitosan
Nanopartikel kering
Diteteskan –diaduk ad homogen (500rpm)
Diteteskan –diaduk ad homogen (500 rpm)
Aduk 500 rpm, 60 menit
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
29
4.2.4.2 Pemeriksaan Spektra Inframerah Nanopartikel
Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara
KM kitosan-CaCl2. Uji spektrofotometri infra merah dengan
metode cakram KBr, dilakukan sebagai berikut:
a) Sampel dari masing-masing formula ditimbang sebanyak 2
mg (sampel digerus).
b) Ditambah serbuk KBr pro spektroskopi yang telah
dikeringkan sebanyak 300 mg.
c) Campuran tersebut digerus dalam mortir hingga homogen.
d) Setelah homogen, dimasukkan ke dalam alat pembuat cakram
KBr, ditekan dengan penekan hidrolik hingga diperoleh
cakram yang transparan.
e) Cakram diletakkan dalam sample holder dan direkam.
f) Sampel diamati pada panjang gelombang 4000-400 cm-1.
g) Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spektra infra merah
artesunat dan KM kitosan.
h)
4.2.4.3 Pemeriksaan Jarak Lebur
Jarak lebur ditentukan menggunakan alat Different
Thermal Apparatus (DTA). Pemeriksaan titik lebur kitosan
dilakukan pada suhu 50°-300° C dengan kecepatan kenaikan
suhu 10° C per menit, hasil termogram dibandingkan dengan
termogram masing-masing bahan penyusunnya dan nanopartikel
kosong tanpa bahan obat.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
30
4.2.4.4 Pemeriksaan Difraksi Sinar X
Difraksi sinar X ditentukan menggunakan alat difraktor
X’Pert Phillips dilakukan pada suhu ruangan dengan kondisi
pengukuran sumber sinar X Kα, target logam Cu, filter Ni,
voltase 40 kV, arus 40mA pada rentang 2θ 5-40°.
4.2.4.5 Pemeriksaan Bentuk dan Morofologi Permukaan
Nanopartikel
Setelah pengeringan, ukuran dan morfologi partikel, meliputi
bentuk dan permukaan, diamati menggunakan Scanning Electron
Microscopy (SEM). Uji menggunakan SEM dilakukan dengan
melekatkan partikel pada alat penyangga yang terbuat dari
aluminium, selanjutnya emas pada chamber diuapkan sehingga
uap emas melapisi seluruh permukaan partikel. Nanopartikel
yang terlapisi emas dikeringkan lalu diamati dengan SEM.
Visualisasi dilakukan pada 20,00 kV. Foto diambil dengan
berbagai perbesaran .
4.2.4.6 Pemeriksaan Kandungan Bahan Obat dan Perolehan
Kembali Nanopartikel
Penetapan kadar artesunat dalam nanopartikel dilakukan
dengan menggunakan Spektrofotometri UV-Vis (Okwelogu, et
al., 2011).
a. Pembuatan larutan pereaksi
1. Etanol 20% Dipipet 41,67 ml etanol 96% kemudian
ditambah air hingga 200,0 ml.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
31
2. Asam asetat dalam etanol 20% Dipipet asam asetat 1,144 ml
kemudian di tambah etanol 20% hingga 200,0 ml.
3. NaOH 0,1 N Ditimbang NaOH 420 mg kemudian dilarutkan
dalam air ad 100,0 mL.
b. Pembuatan larutan baku artesunat dalam etanol
Larutan baku induk artesunat konsentrasi 500 ppm
dibuat dengan menimbang teliti artesunat 50 mg,dimasukkan
dalam labu ukur 100,0 ml dan melarutkannya dalam etanol
sampai volume tepat 100,0 ml secara kuantitatif.
c. Pembuatan larutan baku kerja artesunat dalam etanol
Larutan baku induk artesunat 500 ppm diencerkan
dengan etanol hingga diperoleh konsentrasi 5 ppm; 10 ppm;
15 ppm; 25 ppm; 50 ppm; 125 ppm dan 250 ppm. Dari
masing-masing larutan baku dipipet 5,0 mL kemudian
ditambah dengan NaOH 0,1 N dan dipanaskan pada suhu
60°C selama 60 menit. Kemudian didinginkan pada suhu
kamar. Setelah itu masing-masing baku kerja ditambah asam
asetat dalam 20% etanol sampai 10,0 mL.
d. Penentuan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan
mengamati serapan dari larutan baku artesunat konsentrasi 7,5
; 12,5 dan 25 ppm dengan menggunakan spektrofometer UV-
vis pada panjang gelombang 200- 400 nm. Panjang
gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang
memberikan serapan terbesar.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
32
e. Pembuatan kurva baku
Memeriksa absorban tiap konsentrasi larutan baku
pada panjang gelombang maksimum, kemudian dibuat kurva
serapan versus konsentrasi. Kemudian dibuat persamaan
kurva baku yang diperoleh dari hasil regresi linier antara
absorban larutan baku artesunat dengan dengan
konsentrasinya.
f. Penentuan pengaruh bahan tambahan terhadap nilai serapan
artesunat
1. Ditimbang nanopartikel KM kitosan 10 mg lalu didispersikan
dalam etanol sebanyak 10,0 ml dan disaring.
2. Dipipet 0,5 mL hasil saringan larutan nanopartikel KM
kitosan, dimasukkan ke labu ukur 10,0 mL. Dipipet 1,0 mL
larutan baku artesunat 500 ppm, dimasukkan ke labu ukur
yang berisi larutan nanopartikel KM kitosan dan ditambah
etanol ad 10,0 mL. Selanjutnya dipipet 5,0 mLmasukkan di
labu ukur 10,0 ml dan ditambahkan NaOH 0,1 N sebanyak
2,0 mL.
3. Larutan tersebut dipanaskan pada suhu 60°C selama 60 menit.
4. Setelah larutan dingin ad suhu kamar, masing-masing larutan
ditambah asam asetat dalam 20% etanol sampai 10,0 mL.
5. Sebagai pembanding digunakan larutan baku artesunat
konsentrasi 25 ppm.
6. Sebagai blanko digunakan etanol 5,0 mL yang ditambah
dengan NaOH 0,1 N sebanyak 2,0 mL.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
33
7. Masing-masing larutan diamati spektranya pada panjang
gelombang 200-400 nm. Spektra yang diperoleh
dibandingkan dengan larutan artesunat pembanding.
g. Penetapan kadar artesunat dalam nanopartikel.
Nanopartikel artesunat (50 mg) dilarutkan dalam
etanol p.a. ad 25,0 mL, didiamkan selama dua jam, kemudian
disonifikasi selama 5 menit dan didiamkan selama 60 menit.
Setelah itu, larutan nanopartikel dipipet 5,0 mL kemudian
ditambah dengan NaOH 0,1 N sebanyak 2,0 mL. Larutan tersebut
dipanaskan pada suhu 60°C selama 60 menit. Setelah larutan
dingin ad suhu kamar, ditambahkan asam asetat dalam etanol
20% ad 10,0 mL. Lalu diukur absorbannya pada panjang
gelombang maksimum dan ditentukan konsentrasinya dengan
memasukkan data absorban yang diperoleh ke dalam kurva baku.
Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Dihitung persen (%)
kadar artesunat yang didapat dalam nanopartikel.
4.2.5 Penyajian Data
a. Spektra Inframerah dari Nanopartikel
Spektra infra merah dari nanopartikel dibandingkan
dengan spektra infra merah Artesunat dan KM kitosan.
Terjadinya ikatan ionik yang membentuk nanopartikel KM
kitosan-CaCl2 dapat terlihat dari hilangnya beberapa puncak pada
spektra inframerah nanopartikel Artesunat-KM kitosan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
34
b. Jarak Lebur
Termogram nanopartikel dibandingkan dengan termogram
dari artesunat dan KM kitosan.
c. Difraksi Sinar X
Difraktogram nanopartikel dibandingkan dengan
difraktogram dari artesunat dan KM kitosan.
d. Bentuk dan Permukaan Nanopartikel
Bentuk dan permukaan nanopartikel Artesunat-KM kitosan
disajikan berdasarkan pengamatan visual dari hasil pemotretan
SEM pada berbagai perbesaran. Hasil pemotretan nanopartikel
dari bentukan beberapa formula dibandingkan.
e. Kandungan Bahan Obat dan Efisiensi Penjerapan Nanopartikel
Kandungan Artesunat dalam nanopartikel dihitung dari
serapan yang didapat dari nanopartikel tiap formula yang
dibandingkan dengan kurva baku Artesunat, dari hasil bisa
dihitung persentase kadar dan efisiensi penjerapan tiap formula
nanopartikel. Sedangkan efisiensi penjerapan dihitung dengan
rumus:
Efisiensi penjerapan = 𝑀 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑀 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 𝑥 100%
Keterangan:
M pengamatan= jumlah bahan obat yang terkandung dalam
sistem nanopartikel
M teoritis = jumlah bahan obat yang ditambahkan dalam proses
pembuatan
(Mahajan et al., 2009)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
35
4.2.6 Analisis Statistik
Data dari masing – masing efisiensi penjerapan, dianalisis
secara statistik dengan metode Analysis of Variance (ANOVA)
jenis rancangan Completely Randomized Design (CRD) dengan
menggunakan program SPSS for Windows Evaluation Version.
Rancangan ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan bermakna antar formula dengan
membandingkan harga F hitung terhadap F tabel dengan derajat
kepercayaan (α) = 0,05. Jika dari analisis diperoleh hasil F hitung
lebih besar dari F tabel, maka terdapat perbedaan bermakna antar
formula.
Perhitungan dilanjutkan dengan uji Honestly Significant
Difference (HSD) untuk mengetahui formula mana saja yang
berbeda. Adanya perbedaan bermakna antar dua formula
dipenuhi bila harga selisih rata-rata dua formula lebih besar
daripada hasil perhitungan harga HSD (Daniel, 2005)
HSD = qα ,k ,N–k n
MSE
Keterangan :
qα , k , N – k : harga q tabel pada (k, N–k)
α : derajat kepercayaan (α = 0,05 )
k : banyaknya kelompok (numerator)
N – k : derajat bebas within groups
(denominator)
MSE : MSE pada uji anova CRD
N : pengamatan dalam tiap kelompok
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Identifikasi Bahan Baku
5.1.1. Identifikasi Artesunat
Hasil pemeriksaan kualitatif artesunat dapat
dilihat pada Tabel V.1 .
Tabel V.1 Pemeriksaan Kualitatif Artesuntae
No Identifikasi Pengamatan Pustaka 1 Organoleptis Serbuk halus
berwarna putih, tidak berbau dan hampir tidak berasa
Serbuk Halus berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa (*)
2 Titik Lebur 142,2°C 131-136 C (*) 3 Spektra IR
Gugus C=O (Karbonil) Gugus C-H Gugus C-C (aromatis) Gugus C-O Gugus C=C
Bilangan gelombang cm-1 1372 1624 1053 1756 1372,61 1230
Bilangan gelombang cm-1 1420-300 dan 1870-1550 (**) 1225-950 (**) 2000-1620 (**) 1380-1370 dan 1235 (**) 1650-1400 (**)
keterangan: (*) Sertifikat Analisis artesunat (**) Lawal et al., 2012
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
37
5.1.2. Identifikasi KM kitosan
Hasil pemeriksaan kualitatif KM-Kitosan dapat
dilihat pada Tabel V.2 . Dari hasil pemeriksaan diketahui
bahwa KM kitosan yang digunakan sesuai dengan pustaka
dan sertifikat analisis KM kitosan.
Tabel V.2 Pemeriksaan kualitatif KM-Kitosan
No Identifikasi Pengamatan Pustaka 1 Organoleptis Serbuk berwarna
kuning muda Serbuk berwarna off-white atau kuning muda
2 Viskositas 6 mpa.s ≤ 22 mpa.s 3 Titik Lebur 162,9 °C 4 Spektra IR
Gugus O-H dan N-H Gugus C-H
Gugus COO asimetrik Gugus COO simetrik Gugus NH3+ Gugus C-OH
Bilangan gelombang cm-1 3467 2927 1574 1415 1574,52 1071
Bilangan gelombang cm-1 3369(**); 3420 (***) ; 3455 (****) 2923-2867 (****) 1599 (**) ; 1600 (***) 1412 (**) ; 1419 (***) 1624-1506 (****) 1067 (**)
Keterangan: (*) Sertifikat Analisis KM kitosan (**) Cai et al., 2009 (***) Fan et al., 2006 (****) Mourya et al., 2010
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
38
5.2. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Nanopartikel Artesunat-
KM kitosan
5.2.1. Pemeriksaan Spektra Inframerah Nanopartikel Artesuntae-
KM kitosan
Analisis dengan spektroskopi inframerah (FTIR)
dilakukan pada rentang bilangan gelombang 4000-450 cm-1.
Hasil spektra inframerah nanopartikel artesunat-KM kitosan
dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Spektra inframerah (A) artesunat, (B) KM kitosan (C) nanopartikel kosong dan nanopartikel dengan perbandingan artesunat : KM kitosan (D) 4:20, (E) 5:20, (F) 6:20, (G) 7:20.
%T
Bilangan gelombang(cm-1)
OH COO asimetrik COO simetrik
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
39
5.2.2. Pemeriksaan Jarak Lebur Nanopartikel Artesuntae-KM kitosan
Pemeriksaan jarak lebur nanopartikel artesunat-KM
kitosan dilakukan menggunakan DTA dan hasil termogram tiap
formula dibandingkan dengan termogram dari artesunat, KM
kitosan dan nanopartikel kosong.
Gambar 5.2 Termogram (A) artesunat, (B) KM kitosan, (C) nanopartikel kosong dan nanopartikel dengan perbandingan artesunat : KM kitosan (D) 4:20, (E) 5:20, (F) 6:20, (G) 7:20.
Hasil analisis termal pada gambar 5.2 menunjukkan
termogram dari nanopartikel artesunat-KM kitosan dengan
perbandingan 4:20 (D) sudah tidak memiliki puncak endotermik
dan eksotermik dari artesunat, sedangkan formula lainnya
EN
DO
TE
RM
IK
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
40
(formula E,F,G) masih menunjukkan adanya puncak dari
artesunat.
5.2.3. Pemeriksaan Difraksi Sinar X Nanopartikel Artesunat-KM
kitosan
Pemeriksaan difraktogram sinar X nanopartikel artesunat-
KM kitosan dilakukan menggunakan XRD dan hasil
difraktogram tiap formula dibandingkan dengan difraktogram
dari artesunat, KM-kitosan, CaCl2 dan nanopartikel kosong. Hasil
perbandingan difraktogram dapat dilihat pada gambar 5.3.
Gambar 5.3 Difraktogram sinar X dari (A) artesunat, (B) KM
kitosan, (C) CaCl2, (D) nanopartikel kosong dan nanopartikel dengan perbandingan artesunat : KM kitosan (E) 4:20, (F) 5:20, (G) 6:20, (H) 7:20.
Difraktogram pada gambar 5.3 menunjukkan puncak-
puncak kristalin spesifik dari artesunat (A) sudah tidak terlihat pada difraktogram sistem nanopartikel artesunat-KM kitosan
INT
EN
SIT
AS
(AU
)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
41
(E,F,G,H). Namun pada sistem nanopartikel artesunat-KM kitosan (E,F,G,H) terlihat puncak baru pada sekitar 2 θ 31.
5.2.4. Pemeriksaan Bentuk dan Morfologi Nanopartikel
Artesuntae-KM kitosan
Setelah pengeringan, partikel yang dihasilkan diamati
menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil
pengamatan SEM menunjukkan telah terbentuk partikel yang
bulat tidak berongga dengan ukuran partikel yang heterogen.
Hasil pengamatan SEM dapat dilihat pada gambar 5.4.
Gambar 5.4 Hasil SEM nanopartikel dengan pebandingan
artesunat : KM kitosan (A) 4:20, (B) 5:20, (C) 6:20, (D) 7:20 pada perbesaran 5000X.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
42
Gambar 5.5 Hasil SEM Nanopartikel dengan pebandingan artesunat
: KM kitosan (A) 4:20, (B) 5:20, (C) 6:20, (D) 7:20 pada perbesaran 10.000X.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
43
5.2.5. Pemeriksaan Kandungan Artesunat dan Perolehan
Kembali Nanopartikel Artesunat-KM kitosan
5.2.6.1. Pemeriksaan Kandungan Artesunat dalam
Nanopartikel
a) Pemeriksaan Panjang Gelombang Maksimum
Artesunat
Dari hasil pengamatan, serapan maksimum baku
artesunat 7,5 ppm, 12,5ppm dan 25 ppm diperoleh pada
panjang gelombang 230,99 nm.
b) Penentuan Pengaruh Bahan Tambahan terhadap
Absorban Artesunat
Penentuan pengaruh bahan tambahan dilakukan
dengan cara membandingkan spectra UV dari
nanopartikel kosong yang ditambahkan artesunat
25ppm dan dibandingkan dengan larutan artesunat
murni 25 ppm.
Gambar 5.6 Spektra UV artesunat 25 ppm dan nanopartikel
KM kitosan dengan penambahan artesunat 25 ppm
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
44
Dari gambar 5.6 terlihat bahwa spektra UV
antara nanopartikel kosong yang ditambah artesunat 25
ppm berhimpit dengan spektra UV artesunat murni 25
ppm.
c) Penentuan Kurva Baku Artesunat
Hasil pengukuran absorban larutan baku kerja
artesunat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.3 Hubungan Konsentrasi artesunat dengan serapan pada ƛmaks 230,99 nm
Konsentrasi Baku Serapan 2,5 ppm 0,0369 5,0 ppm 0,0401 7,5 ppm 0,0546
12,5 ppm 0,1329 25 ppm 0,2951
62,5 ppm 0,6823 125 ppm 1,4150
Dari data tersebut didapatkan persamaan regresi
sebagai berikut :
Y = 0,01135X – 0,00963
dan r = 0,99899
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
45
d) Penentuan Kandungan artesunat dalam Nanopartikel
Hasil pemeriksaan kadar artesunat dalam nanopartikel
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel V.4 Kandungan artesunat dalam nanopartikel artesunat-KM kitosan.
Sampel Replikasi Konsentrasi ( p p m )
K a d a r ( % b / b ) Rata-Rata ±SD
FD1 1 48,58 4,86 4,80 ±
0,45 2 43,21 4,32 3 52,21 5,22
FD2 1 85,70 8,57 8,40 ±
0,19 2 81,90 8,19 3 84,50 8,45
FD3 1 104,40 10,44 9,38±
1,44 2 77,40 7,74 3 99,80 9,98
FD4 1 149,30 14,93 13,84
± 0,96 2 134,90 13,49 3 131,00 13,10
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
46
5.2.6.2. Penentuan Perolehan Kembali Artesunat
Hasil perhitungan perolehan kembali artesunat dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel V.5 Perolehan kembali nanopartikel artesunat-KM
kitosan
sampel replikasi Kadar (%b/b)
Perolehan Kembali
(%)
Rata-rata ± Sd
FD1 1 4,86 42,50 41,99 ± 3,96
2 4,32 37,80 3 5,22 45,68
FD2 1 8,57 59,99
58,82 ± 1,35 2 8,19 57,33 3 8,45 59,15
FD3 1 10,44 62,64
56,32 ± 8,66 2 7,74 46,44 3 9,98 59,88
FD4 1 14,93 78,91
73,15 ± 5,09 2 13,49 71,30 3 13,10 69,24
Berdasarkan data pada tabel diatas, dilakukan analisis
statistic Analysis of Variance (ANOVA) dan jenis rancangan
Completely randomized Design (CRD) terhadap data efisiensi
penjerapan nanopartikel dengan derajat kepercayaan 95% (α =
0,05).
5.3. Analisis Data
Berdasarkan hasil analisis spektrum dengan metode
ANOVA satu arah,diperoleh nilai F hitung sebesar 16,469
sedangkan nilai F tabel adalah 8,85. Nilai F hitung lebih besar
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
47
dari F tabel sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan
bermakna antar formula nanopartikel artesunat-KM kitosan.
Selanjutnya dilakukan uji HSD untuk mengetahui formula
mana yang berbeda bermakna. Hasil uji HSD menunjukkan
hanya formula FD2 dengan FD3 yang memiliki sig > 0,05 yang
tidak memiliki perbedaan bermakna . Hasil uji HSD dapat
dilihat pada tabel V.6.
Tabel V.6 Hasil uji HSD Perolehan Kembali
*Terdapat perbedaan bermakna
Harga sig. tiap formula
FD1 FD2 FD3 FD4
FD1 0,022 * 0,049 * 0,001 * FD2 0,022 * 0,940 0,049 * FD3 0,049 * 0,940 0,022 * FD4 0,001 * 0,049 * 0,022 *
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah
artesunat terhadap karakteristik fisik nanopartikel artesunat-
karboksimetil kitosan (KM kitosan) yang dibuat dengan metode
gelasi ionik dalam larutan biner etanol:air dan dikeringkan dengan
pengeringan semprot. Pada awal penelitian diakukan identifikasi
bahan baku yaitu KM kitosan dan artesunat secara kualitatif untuk
memastikan bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
sesuai dengan keterangan di sertifikat bahan maupun pustaka.
Pemeriksaan KM kitosan meliputi pemeriksaan
organoleptis, viskositas, spektra inframerah dan titik lebur.
Pemeriksaan organoleptis menunjukkan KM kitosan sudah sesuai
dengan pustaka serbuk berwarna kuning muda. Hasil pemeriksaan
viskositas menunjukkan viskositas KM kitosan sebesar 6mpa.s , hal
ini sesuai dengan sertifikat analisis KM kitosan yang menunjukkan
bahwa viskositas 1% KM kitosan adalah ≤22 mpa.s. Identifikasi
inframerah KM kitosan menunjukkan adanya pita spesifik yaitu
serapan pada daerah 3467,31 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus
O-H, daerah 2927 cm-1 menunjukkan gugus C-H, daerah 1574 cm-1
menunjukkan gugus COO asimetrik, daerah 1415 cm-1
menunjukkan gugus COO simetrik, daerah 1574,52 menunjukkan
gugus NH3+ dan daerah 1071 menunjukkan adanya gugus C-OH.
Pemeriksaan titik lebur menunjukkan KM kitosan melebur pada
162,9°C.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
49
Pemeriksaan artesunat meliputi pemeriksaan organoleptis,
spektra inframerah dan titik lebur Pemeriksaan organoleptis
menunjukkan artesunat sudah sesuai dengan pustaka yaitu berupa
serbuk halus berwarna putih, tidak berbau dan hampir tidak berasa.
Untuk pemeriksaan spektra inframerah artesunat menunjukkan
serapan pada daerah 1372 cm-1 menunjukkan adanya gugus C=O,
pada 1053 cm-1 menunjukkan gugus C-H, pada 1756 cm-1
menunjukkan gugus C-C dan pada 1230 cm-1 menunjukkan gugus
C-O. Pemeriksaan titik lebur didapatkan titik lebur artesunat
adalah142,2°C.
Pembuatan nanopartikel dimulai dengan metode gelasi
ionik dengan meneteskan campuran KM kitosan-artesunat kedalam
larutan CaCl2 dalam etanol air. Saat proses penetesan terjadi
perubahan pada larutan CaCl2 yang semula bening menjadi berkabut
dan membentuk koloid kasar seiring dengan penambahan tetesan
clarutan artesunat dan KM kitosan. Seharusnya penetesan campuran
artesunat dan KM kitosan dilakukan dengan kecepatan konstan,
tetapi sulit untuk mengatur kecepatan penetesan karena campuran
artesunat dan KM kitosan merupakan cairan kental sehingga dapat
membuntu lubang buret. Kecepatan penetesan yang tidak konstan
mengakibatkan koloid yang terbentuk berukuran heterogen. Setelah
proses gelasi ionik, pengadukan tetap dilakukan selama 1 jam untuk
menyempurnakan pembentukan nanopartikel. Setelah pengeringan
didapatkan serbuk putih dan halus. Serbuk yang dihasilkan
dikumpulkan dan kemudian dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang dilakukan meliputi pemeriksaan spektra
inframerah, titik lebur, difraksi sinar X, kadar dan efisiensi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
50
penjerapan. Pemeriksaan spektra inframerah nanopartikel dilakukan
untuk memastikan ikatan sambung silang antara gugus COO- dari
KM kitosan dan Ca2+ dari CaCl2 telah terjadi. Spektra inframerah
sistem nanopartikel tampak berbeda dengan spektra infrmerah KM
kitosan, terutama pada pita serapan –OH/-NH di daerah 3400 cm-1.
Pada spektra inframerah KM kitosan pita serapan –OH/-NH muncul
sebagai pita serapan yang lebar pada bilangan gelombang 3467,31
cm-1 sedangkan pada nanopartikel kosong maupun nanopartikel
artesunat pita serapan –OH/-NH nampak sebagai pita serapan yang
lebih tajam pada bilangan gelombang 3432,11 – 3434,41 cm-1.
Perbedaan ini disebabkan oleh adanya ikatan antara COO- dan Ca2+
yang mengubah ikatan hidrogen pada KM kitosan sehingga
mengubah posisi dan penampakan pita serapan inframerah dari KM
kitosan (Fessenden and Fessenden,1986). Adanya ikatan antara KM
kitosan dan CaCl2 juga nampak dari pergeseran gugus COO simetrik
yang bergeser ke bilangan gelombang yang lebih tinggi (Cai et al.,
2009). Serapan gugus COO simetrik dan asimetrik KM kitosan
nampak sebagai pita serapan yang melebar pada bilangan gelombang
1574,52 dan 1415,56 cm-1. Sedangkan pita serapan gugus COO
simetrik dan asimetrik sistem nanopartikel kosong maupun
naopartikel artesunat nampak lebih runcing dan mengalami
pergeseran pita serapan yang terlihat pada panjang gelombang
140,41-1445,62 cm-1 untuk COO simetrik dan 1553,20 – 1558,52
cm-1untuk COO asimetrik. Pergeseran bilangan gelombang gugus-
gugus tersebut menunjukkan bahwa gugus –OH, -NH dan COO
berpartisipasi terhadap interaksi antara molekul KM kitosan dengan
CaCl2 .
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
51
Pemeriksan jarak lebur nanopartikel menggunakan DTA
menunjukan adanya perbedaan antara termogram nanopartikel
dengan artesunat dan KM kitosan. Artesunat memiliki puncak
endotermik dengan titik lebur sebesar 142,2°C dan puncak
eksotermik pada 166,9°C dan KM kitosan memiliki jarak lebur
151,2°C-182°C. Nanopartikel KM kitosan tanpa bahan obat dan
nanopartikel artesunat-KM kitosan menunjukkan termogram dengan
jarak lebur yang lebih sempit dan puncak endotermik yang lebih
tajam dibandingkan KM kitosan, hal ini menunjukkan adanya
perubahan struktur pda KM kitosan akibat proses gelasi ionik. Ikatan
sambung silang antara KM kitosan dan CaCl2 lebih kuat
dibandingkan dengan ikatan intramolekular KM kitosan,sehingga
puncak endotermik dari termogram sistem nanopartikel nampak
lebih tajam. Hasil analisis termal pada gambar 5.2 menunjukkan
termogram nanopartikel artesunat-KM kitosan FD1 dengan
perbandingan 4:20 (D) tidak memiliki puncak endotermik dan
eksotermik dari artesunat, hal ini menunjukkan bahwa artesunat telah
terjerap dalam sistem nanopartikel, sedangkan formula FD2,FD3 dan
FD4 (termogram E,F,G) masih menunjukkan adanya puncak dari
artesunat yang berarti masih ada artesunat yang tidak terjerap dalam
sistem nanopartikel. Adanya artesunat yang tidak terjerap dalam
sistem nanopartikel dapat disebabkan karena ikatan pada sistem
nanopartikel yang belum sempurna dan peningkatan jumlah
artesunat yang tidak sesuai dengan jumlah polimer (Patil et al.,
2012).
Pada pemeriksaan difraksi sinar X, pada gambar 5.3 terlihat
artesunat memiliki puncak-puncak spesifik dengan intensitas tinggi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
52
menunjukkan derajat kristalinitas yang tinggi sedangkan KM kitosan
tidak memiliki puncak dengan intensitas tinggi yang menunjukkan
struktur KM kitosan adalah amorf dan CaCl2 memiliki satu puncak
yang menunjukkan struktur kristalin. Pada difraktogram sistem
nanopartikel kosong puncak kristalin CaCl2 sudah tidak nampak, hal
ini menunjukkan telah terjadi ikatan antara KM kitosan dan CaCl2
sehingga mengubah struktur dari kedua bahan tersebut. Pada
nanopartikel artesunat-KM kitosan sudah tidak terlihat lagi puncak-
puncak dengan intensitas tinggi dari artesunat, hal ini menunjukkan
bahwa artesunat telah terjerap dalam sistem nanopartikel dan
mengalami perubahan struktur kristalin. Namun pada sistem
nanopartikel artesunat-KM kitosan terlihat puncak baru pada sekitar
2 θ 31°. Puncak baru tersebut terjadi karena adanya ikatan sambung
silang antara KM kitosan dan CaCl2. Ikatan sambung silang antara
KM kitosan dan CaCl2 menghasilkan susunan molekul teratur yang
dapat terdeteksi oleh sinar X sehingga muncul puncak baru pada
sistem nanopartikel.
Pada pemeriksaan nanopartikel menggunakan SEM, pada
gambar 5.4 dan 5.5 terlihat partikel berbentuk bulat, kasar dan tidak
berongga, ukuran partikel masih heterogen dengan rentang 840,0 nm
– 10,640 µm . Ukuran partikel yang heterogen dapat terjadi karena
kecepatan penetesan yang tidak konstan pada proses gelasi ionik.
Selain itu proses pengeringan dengan pengeringan semprot juga
mempengaruhi ukuran nanopartikel antara lain, ukuran noozle dan
laju aliran udara (He et al., 1999). Pada gambar SEM masih terlihat
partikel-partikel yang bentuknya belum bulat sempurna dan pada
formula DF2,DF3 dan DF4 masih terlihat kristal artesunat yang
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
53
menempel di permukaan partikel. Hal ini sesuai dengan hasil
pemeriksaan temogram nanopartikel menggunakan DTA yang
menunjukkan bahwa pada formula FD1,FD2 dan FD4 penjerapan
artesunat ke dalam nanopartikel belum sempurna. Penyempurnaan
pembentukan partikel pada gelasi ionik dapat dilakukan dengan cara
melakukan optimasi waktu kontak antara KM kitosan dan CaCl2 .
Waktu kontak dengan penyambung silang yang lama akan
mengakibatkan peningkatan kandungan bahan obat dalam
nanopartikel karena sempurnanya reaksi penyambung silang (Ko et
al., 2002).
Penetapan kandungan artesunat dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometri UV. Artesunat memiliki gugus
peroksida yang sulit teramati dengan metode spektrofotometri UV.
Oleh karena itu perlu proses reaksi untuk merusak gugus peroksida
dan menghasilkan ikatan rangkap dalam molekul artesunat sehingga
dapat teramati pada spektrofotometri UV (Okwelogu et al., 2011).
Panjang gelombang maksimum didapatkan dari pemeriksaan serapan
maksimum baku kerja konsentrasi 7,5 ppm, 12,5 ppm dan 25,0 ppm.
Serapan maksimum pada ketiga baku kerja tersebut diperoleh pada
panjang gelombang 230,99 nm. Pada pengamatan pengaruh bahan
tambahan, didapatkan spektra nanopartikel kosong yang
ditambahkan artesunat 25 ppm berhimpit dengan spektra artesunat
murni,sehingga dapat disimpulkan bahan tambahan tidak
mempengaruhi serapan artesunat. Kurva baku yang diperoleh
memiliki persamaan regresi Y= 0.01135 X – 0.00963 dan r=
0.99899.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
54
Dari hasil penetapan kandungan didapatkan kandungan
artesunat dalam nanopartikel pada FD1, FD2, FD3, FD4 berturut-
turut adalah 4,80%, 8,40%, 9,3867% dan 13,84%. Perolehan kembali
dihitung berdasarkan hasil penetapan kandungan artesunat dalam
nanopartikel, dan didapatkan perolehan kembali artesunat FD1, FD2,
FD3 dan FD4 berturut-turut adalah 41,99%, 58,82%, 56,32% dan
73,15%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin tinggi jumlah
artesunat dalam nanopartikel, kandungan bahan obat dan perolehan
kembali artesunat semakin meningkat.
Selanjutnnya perolehan kembali artesunat dianalisis secara
statistik dengan ANOVA satu arah untuk mengetahui apakah ada
perbedaan bermakna perolehan kembali antar formula dengan bahan
obat yang berbeda. Dari hasil analisis diketahui bahawa perbedaan
tersebut bermakna antar formula, karena nilai F hitung (16,469) lebih
besar dibandingkan F tabel (8,85). Untuk mengetahui formula mana
saja yang berbeda bermakna, dilakukan uji HSD. Dari uji HSD
diketahui FD1 berbeda bermakna denga FD2,FD3 dan FD4, FD2
berbeda berbeda bermakna dengan FD1 dan FD4, FD3 berbeda
bermakna dengan FD1 dan FD4, FD4 berbeda bermakna dengan
FD1, FD2 dan FD3. Hasil uji HSD tersebut menunjukkan bahwa
jumlah artesunat yang berbeda dapat mempengaruhi perolehan
kembali artesunat dalam nanopartikel, semakin meningkat jumlah
artesunat yang ditambahkan dapat meningkatkan perolehan kembali
artesunat dalam nanopartikel artesunat-Km kitosan.
Pada penelitian ini masih belum didapatkan nanopartikel
seperti yang diharapkan. Ukuran nanopartikel masih heterogen, dan
perolehan kembali artesunat berkisar antara 41,99%-73,15%. Oleh
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
55
karena itu perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah
perolehan kembali artesunat pada sistem nanopartikel masih bisa
ditingkatkan. Selain itu perlu optimasi lebih lanjut mengenai kondisi
dan alat yang tepat saat penetesan dan pengadukan serta kondisi
pengeringan yang optimal untuk mendapatkan nanopartikel yang
lebih baik.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan,
1. Dari pengamatan SEM menunjukkan partikel yang dihasilkan
sudah bulat dan tidak berongga tetapi, ukuran masih heterogen.
2. Meningkatnya jumlah artesunat pada nanopartikel artesunat-KM
kitosan dapat meningkatkan perolehan kembali artesunat.
Perolehan kembali artesunat FD1, FD2, FD3 dan FD4 berturuut-
turut adalah 41,99%, 58,82%, 56,32% dan 73,15%.
7.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
apakah perolehan kembali artesunat pada sistem nanopartikel masih
bisa dan perlu optimasi lebih lanjut mengenai kondisi dan alat yang
tepat saat penetesan dan pengadukan serta kondisi pengeringan yang
optimal untuk mendapatkan nanopartikel yang lebih baik.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
DAFTAR PUSTAKA
Agnihotri, S.A, Mallikarjuna N.N., Aminabhavi T.M., 2004. Recent advances on chitosan-based micro and nanoparticles in drug delivery. Journal of Controlled Release, Vol. 100, p. 5–28.
Akhilles,D., Faishal G., Kamath JV., 2012. Comparative study of carriers used in proniosome,ijpcs, Vol. 1,p.164-173
Amaro, M. I., Tajber, L., Corrigan, O. I., Healy, A. M., 2011. Optimisation of spray drying process conditions for sugar nanoporous microparticles (NPMPs) intended for inhalation. International Journal Pharmaceutics, Vol. 421 p. 99-109.
Boonsongrit, Y., Mitrevej, A., Mueller, B.W., 2006. Chitosan drug binding by ionic interaction. European Journal of
Pharmaceutics and Biopharmaceutics, Vol. 62, p. 267-264. Budavari, S. Eds. 2001. Merck Index An Encyclopedia of
Chemicals, Drugs and Biologicals. 13th Ed. New York: Merck and Co., Inc., p. 1549.
Dhisiati,O.F. 2014. Pengaruh Jumlah Karboksimetil Kitosan Terhadap Karakteristik Fisik Nanopartikel Artesunat-Karboksimetil Kitosan(Dibuat dengan Gelasi ionik-Pengeringan Semprot). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga,Surabaya.
Date, P. V., Samad, A., Devarajan, P. V., 2010. Freeze Thaw: A simple approach for prediction of optimal cryoprotectant for freeze drying. AAPS PharmSciTech, Vol. 11, No. 1, March 2010, p. 304-313.
Depkes RI., 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, p.783-785.
Fan, Wen., Yan, Wei., Xu, Zushun., Ni, Hong., 2012. Formation mechanism of monodisperse, low molecular weight chitosan nanoparticle by ionic gelation technique. Colloids and Surface
B: Biointerfaces, 90, p. 21-27 Farag, R. K., & Mohamed, R. R. (2013). Synthesis and
Characterization of Carboxymethyl Chitosan Nanogels for Swelling Studies and Antimicrobial Activity. Molecules .
Feriza, M., 2013. Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Jumlah Kitosan Terhadap Karakteristik Fisik Nanopartikel Fraksi Diterpenlakton Sambiloto-Kitosan (dibuat dengan metode pengering semprot). Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
58
Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1986. Kimia Organik. Jilid 1, Edisi Ke-3. Diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H. Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 311-327
Fattal E. And Vauthier C., 2007. Drug Delivery : Nanoparticles. In: Swabrick, J. (ed). Encyclopedia of Pharmaceutical technology, Ed. 3rd, Vol.1. London : nforma Health Care, pp. 1183-1200.
Gupta, S., & Chadha, R. (2013). Evaluation and Preparation of Crystal Modification of Artesunate : In Vivo Studies. World
Academy of Science, Engineering and Technology , 7-8. Gupta, V. K., & Karar, P. K. (2011). Optimization of Process
Variables for the Preparation of Chitosan-Alginate Nanoparticles. International Journal of Pharmacy and
Pharmaceutical Sciences . Hafid,A.F., Maharani W.T., Aty W., 2011. Model Terapi
Kombinasi Ekstrak Etanol 80% kulit batang Cempedak (Artocarpus champede Spreng.) dan artesunate pada mencit terinfeksi parasit malaria. J Indon Med Assoc, Vol.61 No.4.
He, P., Davis, S. S., Illum, L., 1999. Chitosan microsphere prepared by spray drying. International Journal of Pharmaceutics, Vol. 187, p. 53-65.
Hirsjarvi, S., Peltonen, L., Hirvonen, J., 2009. Effect of sugars, surfactant, and tangential flow filtration on the freeze-drying of poly(lactic acid) nanoparticles. AAPS PharmSciTech, Vol. 10, No. 2, June 2009, p. 488-494.
Jayakumar, R., Prabaharan, M., Nair, S.V., Tokura, S., Tamura, H., and Selvamurugan, N., 2010. Novel carboxymethyl derivates of chitin and chitosan materials and their biomedical applications. Progress in Materials Science, Vol. 55, p. 675-709.
Jin, M., Zheng, Y., Hu, Q., 2009. Preparation and characterization of bovine serum albumin alginate/chitosan microspheres for oral administration. Asian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 4 No. 4, p. 215-220.
Kissel, T., Maretschek, S., Packhauser, C., Schinieder, J., and Seidel, N., 2006. Microencapsulation techniques for parenteral depot system. In: S. Benita (Eds.). Microencapsulation
Methods and Industrial Application, USA: Taylor & Francis Group, LLC., p. 114.
Ko, J. A., Park, H. J., Hwang, S. J., Park, J. B., Lee, J. S., 2002. Preparation and characterization of chitosan microparticles
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
59
intended for controlled drug delivery. Int J Pharm, Vol. 249, p. 165-174.
Lawal, A., Umar, R.A., Abubakar, M.G., Faruk, U. Z. And Wali, U., 2012. FTIR and uv-visible spectrophotometeric analyses of artemisinin and its derivatives. Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Sciences. Vol. 24, p. 6-14. Meng,H., Xu,K., Xu,Y., Luo,P., Du,F., Huang,J., Lu,W., Yu,J.,
Liu,S., Muir,B., 2014. Nanocapsules based on mPEGylated artesunate prodrug and its cytotoxicity.Colloids and Surface
B:Biointerfaces,Vol.115, p.164-169. Mohanraj, V.J., Chen, Y. 2006. Nanoparticles. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research. Rismana, E., Kusumaningrum, S., P, O. B., Rosidah, I., &
Marhamah. (2012). Sintesis dan Karakterisasi Nanopartikel Kitosan-Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana). Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 14 .
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M. E., 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Sixth edition. USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. P. 222-225
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M.E. Eds. 2009. Handbook
of Pharmaceutical Excipients. USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association. P.89-90
Shu, X. Z., Zhu, K. J., 2001. Chitosan/ gelatin microspheres prepared by modified emulsification and ionotropic gelation. Journal of Microencapsulation Micro and Nano Carriers, 18:2 (2001), p.237-245.
Sinha, V. R., Singla, A. K., Wadhawan, S., Kaushik, R., Kumria, R., Bansal, K., et al. (2004). Chitosan Microspheres as A Potensial carrier for Drug. International Journal of Pharmaceutics .
Swarbrick, J., 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology
Third Edition. New York: Informa Healthcare, p. 2315-2325. Sweetman, S.C.,2009. Martindale The Complete Drug
Reference.Thirty sixth edition. London,UK:Pharmaceutical Press. P.1945-1947.
Tagne, P.T., Briancon, S., Fessi, H., 2006. Spray-dried Microparticles Containing Polymeric Nanocapsules: Formulation Aspects, Liquid Phase Interactions and Particles Characteristics. International Journal of Pharmaceutics,Vol. 325. P. 63-74.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
60
Tiyaboonchai,W., 2003. Chitosan Nanoparticles: A Promising System for Drug Delivery. Naresuan University Journal, Vol 11.
Wang, W., 2000. Lyophilization and development of solid protein Pharmaceuticals. Int J. Pharm, p. 1 – 60.
Wilczewska, A. Z., Niemirowicz, K., Markiewicz, K. H., & Car, H. (2012). Nanoparticles as Drug Delivery Systems. Pharmacological Report .
Williams R.O. and Vaughn J.M., 2007. Nanoparticle Engineering. In: Swarbrick, J. (ed). Encyclopedia of Pharmaceutical
Technology, Ed. 3rd, Vol. 1. London: Informa Health Care, pp. 2384-2398.
Xu,Y.,Luo,P.,Du,F.,Huang,J.,Lu,W.,Yu,J.,Liu,S.,Muir,B.,2014.Nanocapsules based on mPEGylted artesunate prodrug and its cytotoxicity.Colloids and Surfaces B: Biointerfaces,Vol. 115, p.164-169
Wu, Y., Yang, W., Wang, C., Hu, J., & Fu, S. (2005). Chitosan Nanoparticles as a Novel Delivery System for Ammonium Glycyrrhizinate. International Journal of Pharmaceutics .
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
LAMPIRAN
Lampiran 1 Sertifikat Analisis Carboxymethyl Chitosan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
62
Lampiran 2 Sertifikat Analisis Artesunat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
63
Lampiran 3 Spektrum Inframerah Karboksimetil kitosan Spektrum Inframerah Karboksimetil Kitosan yang digunakan dalam penelitian
REF 4000 39 2000 59 600 3467 31 2927 45 2342 56 2298 56 1650 51 1574 52 1415 56 1315 60 1156 60 1114 60 1071 59 1030 60 873 66 673 61 562 60 END 15 PEAK(S) FOUND
Spektrum Inframerah Karboksimetil Kitosan menurut pustaka
(Cai et al., 2010)
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.0 0.0
20
40
60
80
100.0
cm-1
%T
3467,31 2927,45
2342,56 2298,56 1650,51
1574,52 1415,56
1315,60 1156,60 1114,60
1071,59 1030,60
873,66 673,61
562,60
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
64
Lampiran 4 Spektrum Inframerah Artesunat Spektrum inframerah artesunat yang digunakan dalam penelitian.
REF 4000 57 2000 74 600 3467 51 3428 51 3378 51 3282 50 2977 60 2967 59 2956 59 2923 57 2884 61 2869 60 1769 56 1756 47 1624 70 1597 71 1538 75 1505 74 1467 71 1455 69 1419 70 1391 64 1372 61 1347 70 1325 69 1281 73 1270 74 1252 72 1230 74 1212 66 1202 70 1185 70 1149 53 1131 65 1093 69 1053 67 1031 63 1005 49 955 74 940 74 925 70 909 74 873 67 858 75 834 72 825 73 763 78 727 77 707 77 687 76 619 77 578 76 547 75 527 77 513 73 485 79 END 54 PEAK(S) FOUND
Spektrum inframerah artesunat menurut pustaka (Lawal et al., 2012).
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.00.0
20
40
60
80
100.0
cm-1
%T 3467,513428,513378,513282,50
2977,602967,592956,592923,572884,612869,60
1769,56
1756,47
1624,701597,711538,751505,741467,711455,691419,70
1391,641372,61
1347,701325,691281,731270,741252,721230,74
1212,661202,701185,70
1149,53
1131,651093,691053,67
1031,63
1005,49
955,74940,74925,70909,74
873,67
858,75834,72825,73
763,78727,77707,77687,76619,77578,76547,75527,77513,73
485,79
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
65
Lampiran 5 Hasil Pemeriksaan DTA Karboksimetil Kitosan dan Artesunat
1. Hasil Pemeriksaan DTA Karboksimetil Kitosan
2. Hasil Pemeriksaan DTA Artesunat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
66
Lampiran 6
Hasil pemeriksaan difraksi sinar X
1. Artesunat
4.2.2. Measurement Conditions: (Bookmark 1)
Dataset Name Artesunat
File name E:\DATA
PENGUJIAN\Pengujian tahun
2015\Juni\Oktavia\Artesunat\Artesunat.rd
Comment Configuration=Reflection-
Transmission Sp
Goniometer=PW3050/60
(Theta/Theta); Mini
Measurement Date / Time 6/28/2015 3:09:00 PM
Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD)
Scan Axis Gonio
Start Position [°2Th.] 5.0084
End Position [°2Th.] 39.9774
Step Size [°2Th.] 0.0170
Scan Step Time [s] 10.1500
Scan Type Continuous
Offset [°2Th.] 0.0000
Divergence Slit Type Fixed
Divergence Slit Size [°] 0.2500
Specimen Length [mm] 10.00
Receiving Slit Size [mm] 12.7500
Measurement Temperature [°C] -273.15
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
67
Anode Material Cu
K-Alpha1 [Å] 1.54060
K-Alpha2 [Å] 1.54443
K-Beta [Å] 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000
Generator Settings 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type Xpert MPD
Diffractometer Number 1
Goniometer Radius [mm] 200.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00
Incident Beam Monochromator No
Spinning No
4.2.3. Main Graphics, Analyze View: (Bookmark 2)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
68
4.2.4. Peak List: (Bookmark 3)
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
2000
4000
6000 Artesunat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
69
2. Karboksimetil kitosan
4.2.5. Measurement Conditions: (Bookmark 1)
Dataset Name CM Kitosan
File name E:\DATA
PENGUJIAN\Pengujian tahun 2015\Juni\Oktavia\CM
Kitosan\CM Kitosan.rd
Comment Configuration=Reflection-
Transmission Sp
Goniometer=PW3050/60
(Theta/Theta); Mini
Measurement Date / Time 6/28/2015 3:15:00 PM
Raw Data Origin PHILIPS-binary (scan) (.RD)
Scan Axis Gonio
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
70
Start Position [°2Th.] 5.0084
End Position [°2Th.] 39.9774
Step Size [°2Th.] 0.0170
Scan Step Time [s] 10.1500
Scan Type Continuous
Offset [°2Th.] 0.0000
Divergence Slit Type Fixed
Divergence Slit Size [°] 0.2500
Specimen Length [mm] 10.00
Receiving Slit Size [mm] 12.7500
Measurement Temperature [°C] -273.15
Anode Material Cu
K-Alpha1 [Å] 1.54060
K-Alpha2 [Å] 1.54443
K-Beta [Å] 1.39225
K-A2 / K-A1 Ratio 0.50000
Generator Settings 30 mA, 40 kV
Diffractometer Type Xpert MPD
Diffractometer Number 1
Goniometer Radius [mm] 200.00
Dist. Focus-Diverg. Slit [mm] 91.00
Incident Beam Monochromator No
Spinning No
4.2.6. Main Graphics, Analyze View: (Bookmark 2)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
71
4.2.7. Peak List: (Bookmark 3)
Lampiran 7 Hasil Pembuatan Formula Nanopartikel 1. Setelah gelasi ionik,sebelum pengeringan
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
10 20 30
Counts
0
100
CM Kitosan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
72
Koloid nanopartikel sebelum proses pengeringan dari formula dengan perbandingan artesunat : KM kitosan (A) 4:20, (B) 5:20, (C) 6:20, (D) 7:20.
2. Setelah Pengeringan Semprot
Nanopartikel dengan pebandingan artesunat : KM kitosan (A) 4:20, (B) 5:20, (C) 6:20, (D) 7:20 setelah proses pengeringan semprot.
Lampiran 8
Tabel ukuran nanopartikel
NOMOR UKURAN(µm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
73
FD1 FD2 FD3 FD4 1 2,102 1,126 2,020 3,619 2 1,813 1,721 1,799 2,749 3 2,089 2,913 2,604 8,838 4 1,959 2,270 2,740 3,595 5 1,669 2,276 2,250 2,910 6 6,269 1,552 3,359 2,485 7 3,615 4,197 8,456 1,539 8 3,360 5,842 4,463 3,568 9 2,036 2,067 3,334 2,156
10 1,278 1,694 5,012 1,784 11 1,410 1,575 1,694 1,235 12 1,898 1,458 3,159 2,075 13 2,473 2,685 2,639 2,977 14 2,309 2,358 1,461 1,749 15 8,523 2,285 2,105 1,959 16 0,840 1,633 2,679 4,029 17 1,651 6,613 3,870 2,947 18 7,172 2,415 2,344 1,612 19 2,306 2,674 2,4321 3,608 20 3,029 2,250 10,640 3,463
Lampiran 9
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
74
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Artesunat
Sample Name: baku 15 ppm Collection Time 05/06/15 8:19:29 Peak Tabel Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 399.99nm to 199.98nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 230.03 0.0514 Sample Name: baku 25 ppm
Collection Time 05/06/15 8:22:33 Peak Tabel Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 399.99nm to 199.98nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 225.00 0.1340 Sample Name: baku 50 ppm Collection Time 05/06/15 8:24:56
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
75
Peak Tabel Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 399.99nm to 199.98nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 230.03 0.2858 Sample Name: baku 125 ppm
Collection Time 05/06/15 8:26:52 Peak Tabel Peak Type Maximum Peak Peak Threshold 0.0000 Range 399.99nm to 199.98nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 235.06 0.6862
Lampiran 10
Penentuan Pengaruh Bahan Tambahan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
76
Sample Name: 25 ppm Range 399.99nm to 199.98nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 370.07 -0.0165 349.95 -0.0143 324.95 -0.0109 230.03 0.2982 Sample Name: kosong + art 25 ppm Range 399.99nm to 199.98nm Wavelength (nm) Abs ____________________________ 385.05 -0.0144 370.07 -0.0142 324.95 0.0026 230.03 0.3116
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
77
Lampiran 11
Penentuan Kurva Baku Artesunat
Concentration Analysis Report Report time 05/06/15 8:45:17 Batch name Application concentration 01.00(6) Operator Admin Instrument Settings Instrument Cary 50 Wavelength (nm) 230.99 Ordinate Mode Abs Ave Time (sec) 0.1000 Replicates 1 Standard/Sample averaging OFF Weight 1.0000 Concentration units mg Volume 1.000 Concentration units L Fit type Linear Min R² 0.95000 Concentration units mg/L Comments: Calibration Collection time 05/06/15 8:45:20 Standard Concentration Mean Weight Volume Factor
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
78
mg/L mg L _____________________________________________________________________________ Std 1 2.5 0.0369 1.0000 1.000 1.0000 Std 2 5.0 0.0401 1.0000 1.000 1.0000 Std 3 7.5 0.0546 1.0000 1.000 1.0000 Std 4 12.5 0.1329 1.0000 1.000 1.0000 Std 5 25.0 0.2951 1.0000 1.000 1.0000 Std 6 62.5 0.6823 1.0000 1.000 1.0000 Std 7 125.0 1.4150 1.0000 1.000 1.0000 Calibration eqn Abs = 0.01135*Conc -0.00963 Correlation Coefficient 0.99899 Calibration time 05/06/15 8:52:46
Lampiran 12
Penetapan Kadar Artesunat dalam Nanopartikel Analysis Collection time 05/06/15 8:52:48 Sample Concentration Mean mg/L
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
79
Sampel 1 rep 1 48.58 0.5417 Sampel 1 rep 2 43.21 0.4808 Sample 1 rep 3 52.21 0.583 Sample 2 rep 1 85.7 0.9632 Sample 2 rep 2 81.9 0.9203 Sample 2 rep 3 84.5 0.9498 Sample 3 rep 1 104.4 1.1754 Sample 3 rep 2 77.4 0.8686 Sample 3 rep 3 99.8 1.1232 Sample 4 rep 1 149.3 1.6854 Sample 4 rep 2 134.9 1.5220 Sample 4 rep 3 131.0 1.4776 Results Flags Legend U = Uncalibrated O = Overrange N = Not used in calibration Lampiran 13 Tabel dan Contoh perhitungan Kadar
Sampel Replikasi Konsentrasi ( p p m ) Jumlah a rtesuna t da lam 1 0,0 ml ( mg) Jumlah a rtesuna t da lam 2 5,0 ml ( mg) Kadar (%b/b) Rata-Rata ±SD
FD1 1 48,58 0,49 2,43 4,86 4,80
± 0,45
2 43,21 0,43 2,16 4,32 3 52,21 0,52 2,61 5,22
FD2 1 85,70 0,86 4,29 8,57 8,40
± 0,19
2 81,90 0,82 4,10 8,19 3 84,50 0,85 4,23 8,45
FD3 1 104,40 1,04 5,22 10,44 9,38
± 1,44
2 77,40 0,77 3,87 7,74 3 99,80 1,00 4,99 9,98
FD4 1 149,30 1,49 7,47 14,93 13,8
4 ± 0,96
2 134,90 1,35 6,75 13,49 3 131,00 1,31 6,55 13,10
Contoh Perhitungan
Contoh : D1 rep 1 konsentrasi 48,58 ppm = 48,58 𝑚𝑔
1000𝑚𝑙
Dalam 10 ml 10𝑚𝑙
1000𝑚𝑙 𝑥 48,58 𝑚𝑔 = 0,49 mg
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
80
Dalam 25 ml 25𝑚𝑙
5𝑚𝑙 𝑋 0,49 𝑚𝑔 = 2,43𝑚𝑔
Kadar dalam 50 mg (kadar % b/b) 2,43𝑚𝑔
50,0 𝑚𝑔 𝑥 100% = 4,86%
Lampiran 14
Perhitungan perolehan kembali
sampel replikasi Kadar (%b/b)
Jumlah artesunat teoritis
Jumlah artesunat terukur
Efisiensi penjerapan
Rata-rata ±
Sd
FD1 1 4,86 5,71 2,42 42,50 41,99 ±
3,96
2 4,32 5,71 2,16 37,80 3 5,22 5,71 2,61 45,68
FD2 1 8,57 7,14 4,28 59,99 58,82 ±
1,35 2 8,19 7,14 4,09 57,33 3 8,45 7,14 4,22 59,15
FD3 1 10,44 8,33 5,22 62,64 56,32 ±
8,66 2 7,74 8,33 3,87 46,44 3 9,98 8,33 4,99 59,88
FD4 1 14,93 9,45 7,46 78,91 73,15 ±
5,09 2 13,49 9,45 6,74 71,30 3 13,10 9,45 6,55 69,24
Perhitungan:
Jumlah artesunat teoritis
FD1 50
850𝑥100 𝑚𝑔 = 5,71 𝑚𝑔
FD2 50
875𝑥125 𝑚𝑔 = 7,14 𝑚𝑔
FD3 50
900𝑥150 𝑚𝑔 = 8,33 𝑚𝑔
FD4 50
925𝑥175 𝑚𝑔 = 9.45 𝑚𝑔
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
81
Jumlah artesunat terukur 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑥 50,0 𝑚𝑔
100= 𝑋
Contoh FD1 rep 1 4,86 𝑥 50,0 𝑚𝑔
100= 2,43 𝑚𝑔
Lampiran 15
Hasil Statistik Efisiensi Penjerapan Artesunat
Oneway [DataSet0]
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
82
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
83
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
84
Lampiran 16
Tabel distribusi F Probabilitas 0,05
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
85
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh jumlah obat .... Meida Ayu Kusuma
top related