skripsi pelayanan pemerintah dalam pengelolaan sampah …
Post on 16-Oct-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PELAYANAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH
DI KOTA YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
ERMIYANTI
15520099
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD “
YOGYAKARTA
2020
ii
SKRIPSI
Pelayanan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah di Kota Yogyakarta
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Studi Ilmu Pemerintahan (Sarjana)
Pada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Disusun Oleh:
ERMIYANTI
15520099
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT
DESA“APMD”YOGYAKARTA
2020
v
HALAMAN MOTTO
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Al-Insyirah, 6-8).
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah
dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadilah 11)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, tidak lepas dari banyak pihak
yang telah memberikan dukungan dan bantuan, baik bantuan moril maupun
material. Skripsi ini saya persembahkan :
1. Kepada Allah Yang Maha Esa dengan segala Rahmat dan petunjuk-Mu, maka
Engkau mengizinkan Hambamu untuk langkah meraih kesuksesan ini.
2. Kepada kedua Orang Tua saya Bapak Junisa dan Ibu Nurjanah tercinta yang
telah membesarkanku, mendidik dan memotivasi kepada saya selama ini,
terimakasih banyak atas pengorbanan serta doa yang telah kalian panjatkan.
Bagi saya gelar ini belum cukup untuk membalas jasa kalian, tetapi doakanlah
semoga anakmu ini dapat menjadi anak yang lebih baik lagi.
3. Untuk Dosen Pembimbing saya Ibu Utami Sulistiana, S.P.M.P terimakasih
atas kesabaran, bantuan, nasehat, serta ilmu tiada batas yang telah Ibu berikan
kepada saya demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Untuk segenap keluarga besar saya terima kasih atas dukungan, motivasi, dan
kepercayaan yang kalian berikan sehingga membuat saya merasa menjadi
semangat untuk menggapai cita-cita di kota ini.
5. Untuk teman-teman seperjuangan sekaligus keluarga keduaku di Jogja, Erik
Strada, Ira Sagita, Angel, fina, Mumun, Pasca, Mila, Susan, Susi, Dewi, Julie,
Rosa, Bella, Ayu, Indra, Nova,
Gufran dan Udho serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, dan semangat yang
kalian berikan dalam proses mengerjakan skripsi ini, semua nya tidak akan pernah
saya lupakan.
vii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kehadiran Allah SWT yang tiada henti memberikan Anugrah
dan Hidayah nya, sehingga saya diberikan kemampuan untuk dapat
menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul: “Pelayanan Pemerintah dalam
Pengelolaan Sampah di Kota Yogyakarta”
Saya menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan
banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun dalam pembahasan
materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan saya. Sehingga saya
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun mudah mudahan
dikemudian hari dapat memperbaiki segala kekuranganya.
Dalam penulisan skripsi ini, saya selalu mendapatkan bimbingan,
dorongan, serta semangat dari banyak pihak. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing yang
terhormat, yakni Yth. Utami Sulistiana, S.P., M.P selaku Dosen Pembimbing saya
yang telah meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya untuk membimbing saya
dalam penulisan skripsi ini, selain pembimbing saya juga ingin mengucapkan
banyak rasa terima kasih kepada :
1. Yth.Bapak Dr.Sutoro Eko Yunanto, M.Si Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Yth.Bapak Gregorius Sahdan, S.IP, M.A. selaku Ketua Prodi Ilmu
Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
viii
3. Staf pengajar di Prodi Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan bekal ilmu
4. Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta beserta Unit Kegiatan dan Unit
Pelaksana Teknis yang telah memberikan ruang yang luas kepada saya untuk
melakukan penelitian.
5. Untuk segenap keluarga besar saya terima kasih atas dukungan, motivasi, dan
kepercayaan yang kalian berikan sehingga membuat saya merasa menjadi
semangat untuk menggapai cita-cita di kota ini.
6. Sahabat Almamaterku Angkatan 2015 Prodi Ilmu Pemerintahan
Akhirnya, saya mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan
apabila ada yang tidak tersebutkan saya mohon maaf, dengan besar harapan
semoga skripsi yang ditulis oleh saya ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya
sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya mendapatkan balasan
yang berlimpah dari Allah Yang Maha Esa, Amiiin.
Yogyakarta, Maret 2020
Penulis
Ermiyanti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
ABSTRAK ................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 16
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 16
D. Kerangka Konseptual................................................................ 17
1. Pelayanan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah ............. 20
2. Penyediaan Sarana dan Prasarana ........................................ 34
3. Prosedur Pelayanan Pengelolaan Sampah ............................ 36
4. Pengawasan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah .......... 38
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 41
F. Metode Penelitian .................................................................... 41
1. Jenis Penelitian .................................................................. 41
x
2. Unit Analisis ....................................................................... 42
3. Teknik Pengumpulan data ................................................... 43
4. Teknik Analisis Data .......................................................... 46
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ......................................... 50
A. Profil Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta ..................... 50
1. Kondisi Geografis ............................................................... 50
B. Deskrifsi Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta................ 54
1. Visi dan Misi ...................................................................... 54
2. Kedudukan.......................................................................... 55
3. Susunan Organisasi ............................................................. 56
4. Struktur Organisasi ............................................................ 59
5. Bidang Pengelolaan Sampah ............................................... 60
6. Bidang Pengembangan Kapasitas ........................................ 62
7. Sarana dan Prasarana .......................................................... 64
8. Bank Sampah ...................................................................... 65
9. Wajib Retribusi Komersial .................................................. 66
BAB III ANALISIS PELAYANAN PEMERINTAH DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA YOGYAKARTA ............. 72
A. Deskripsi Informan .................................................................. 73
B. Analisis Pelayanan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah .... 77
1. Prosedur Pelayanan Pemerintah Kota dalam Pengelolaan
Sampah ............................................................................... 79
2. Saranan dan Prasarana dalam Pengelolaan Sampah ............. 84
xi
3. Pengawasan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah ......... 89
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 94
A. Kesimpulan ............................................................................. 94
B. Saran ....................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ........................................... 52
Tabel. 2 Jumlah Penduduk Bedasarkan Tingkat Pendidikan ..................... 53
Tabel. 3 Jumlah Sarana dan Prasarana ..................................................... 64
Tabel. 4 Rincian Data Bank Sampah ........................................................ 65
Tabel. 5 Wajib Retribusi Komersial ......................................................... 66
Tabel. 6 Jumlah Bank Sampah ................................................................. 67
Tabel III.1 Deskripsi Informan Berdasarkan Kedudukan .............................. 73
Tabel III.2 Deskripsi Informan Bedasarkan Jenis Kelamin ........................... 74
Tabel III.3 Deskripsi Informan Berdasarkan Usia ......................................... 75
Tabel III.4 Deskripsi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................. 76
xiii
ABSTRAK
Pemerintah selalu kurang maksimal dalam memberikan pelayanan dalam
hal pelayanan pengelolaan sampah mulai dari TPS menuju ke TPA di Kota
Yogyakarta, banyaknya sampah yang ditemukan tidak terangkut mulai dari TPS
sampai ke TPA, ini menunjukan kurangnya pelayanan pemerintah. Produksi
sampah setiap hari semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
produksi dan pola konsumsi masyarakat. Permasalahan dalam pelayanan
pemerintah mengenai pengelolaan sampah adalah terkait fasilitas sarana dan
prasana yang masih kurang memadai, Selain itu pelatihan, bimbingan dan
pengawasan kepada masyarakat dari pemerintah masih kurang. Padahal Dinas
Lingkungan Hidup bertanggung jawab dalam hal memberikan pelayanan
pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta. Berdasarkan permasalahan tersebut saya
menyimpulkan Rumusan Masalahnya yaitu pelayanan pemerintah dalam
pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian pendekatan Deskriptif kualitatif yang memberikan gambaran tentang
pengelolaan sampah secara faktual dan sistematis. Pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang di peroleh
kemudian di analisis dengan teknik analsisi data yaitu Reduksi data, Triangulasi,
dan penarikan kesimpulan. Adapun hasil penelitian yang telah dilaksanakan
adalah indentitas informan yang di wawancara sebanyak 9 orang informan.
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan bahwa pelayanan
pemerintah dalam pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta antara lain: 1)
prosedur pelayanan pemerintah kota dalam pengelolaan sampah, prosedur yan
dilakukan oleh Dinas dalam pengelolan sampah belum bisa dikatakan maksimal
karena masih banyak yang belum tersedia dilihat dari penyediaan fasilitasnya. 2)
penyediaan fasilitas pelayanan pemerintah dalam pengelolaan sampah dengan
menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana berupa bank-bank sampah,
meminjamkan gerobak pengangkutan sampah, menyiapkan tim anggota sebanyak
376 orang yang siap turun ke lapangan, Truk pengangkutan sampah dan Pick Up
namun penyediaan fasilitas tersebut masih kurang karena masih ada beberapa di
tingkat RW, RT yang belum mendapatkan bank-bank sampah dan gerobak
sampah. 3) pengawasan pemerintah dalam pengelolaan sampah masih kurang,
karena masih banyak kita lihat tumpukan sampah dimana-mana di tempat tertentu.
Kata Kunci : Sampah, Pelayanan, Pengelolaan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya jumlah penduduk secara signifikan serta adanya
perubahan pola konsumsi masyarakat secara tidak langsung menambah
volume sampah, jenis, dan karakteristik sampah, bahkan semakin beragam.
Permasalahan sampah yang timbul hakikatnya juga menjadi permasalahan
nasional, yang perlu di lakukan penanganan secara komprehensif dan terpadu.
Pengolahan sampah secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Hal ini sesuai dengan
Undang –undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28 ayat
(1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. (Beraja Niti 2013). pengelolaan sampah terpadu
diterapkan untuk mengurangi limbah pada sumbernya. Ini berarti bahwa
limbah yang dihasilkan harus dipulihkan untuk digunakan kembali dan daur
ulang, sehingga hanya residu yang dibuang di TPA (Tempat Pemrosesan
Akhir). Output dari pengolahan yang digunakan sebagai bahan masukan
dalam proses atau dikonversi menjadi nilai tambah masukan bagi proses
lainnya, memaksimalkan konsumsi sumber daya dan meningkatkan eko-
efisiensi (Ngoc dan Schnitzer, 2009).
Pertambahan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan
pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan terjadinya perusakan
2
dan pencemaran lingkungan (Tuti Kustiah, 2005:1). Lebih jauh lagi,
penanganan sampah yang tidak komprehensif akan memicu terjadinya
masalah sosial, seperti amuk massa, bentrok antar warga, pemblokiran
fasilitas TPA (Hadi, 2004) Pertumbuhan jumlah sampah di kota-kota di
Indonesia setiap tahun meningkat secara tajam. Sebagai contoh di Kota
Bandung. Di kota ini, pada tahun 2018 volume sampahnya sebanyak 1.600
Ton per hari; dan pada tahun 2019 telah mencapai 1.700 Ton per hari. Selain
itu, di Jakarta, pada tahun 2019 volume sampah yang dihasilkan sebanyak
7000 Ton /hari; dan pada tahun 2019 telah mencapai 7.700 /hari. (Suganda
dalam Kompas, 30 mei 2019).
Saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah berakhir di TPA sehingga
menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat, selain diperlukan lahan yang
cukup luas, juga diperlukan fasilitas perlindungan lingkungan yang sangat
mahal. Semakin banyaknya jumlah sampah yang dibuang ke TPA salah
satunya disebabkan belum dilakukannya upaya pengurangan volume sampah
secara sungguh-sunguh sejak dari sumber (Tuti Kustiah : 2005:3).
Selain masalah volume sampah yang terus meningkat, Pemerintah
Kota Yogyakarta saat ini juga menghadapi berbagai persoalan terkait
penanganan sampah, berupa keterbatasan biaya operasional dan sarana
prasarana pengelolaanya. Besarnya anggaran yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menangani sampah sebesar Rp
2.683.950.000. Meningkat rata-rata 11,25 % per tahun, sehingga biaya yang
dikeluarkan pemerintah Kota Yogyakarta sebesar Rp 5.073.069.000. Dari
3
anggaran tersebut jumlah sampah yang tertangani baru mencapai 85% dari
total sampah yang dihasilkan (DLH Kota Yogyakarta, 2018). Masalah
infrastruktur juga menjadi kendala dalam pengelolaan sampah Kota
Yogyakarta. Sebagai contoh, Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA)
Piyungan sebagai tempat pembuangan sampah Kota Yogyakarta.
Secara umum pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta masih
mengikuti paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut
dan akhirnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Piyungan,
Bantul. Pada sistem tersebut, semakin banyak sampah yang harus dikelola
maka biaya yang harus dikeluarkan juga semakin besar.
Berdasarkan UU RI Nomor 18 Tahun 2008 dan PP RI Nomor 81
Tahun 2012 mengamanatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar
dalam pengelolaan sampah yang bertumpu pada pengurangan dan penanganan
sampah. Kegiatan pengurangan sampah bermakna agar seluruh lapisan
masyarakat, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat luas
melaksanakan kegiatan pembatasan timbulan volume sampah. pendauran
ulang dan pemanfaatan kembali sampah atau yang lebih dikenal dengan
sebutan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Berdasarkan prinsip 3R, banyak
program yang dilaksanakan dengan kerjasama sektor pemerintah dan swasta
dari aspek sosial, teknologi, ekonomi, kesehatan masyarakat dan perspektif
politik (Weng dan Fujiwara, 2011).
Dan salah satu penyebab utama pertumpukan sampah di kota
Yogyakarta seperti di bank-bank sampah, dan di tepi jalan maupun dilorong-
4
lorong tertentu ialah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap masalah
lingkungan, kemudian mengingat padatnya penduduk kota yang ada di Kota
Yogyakarta, serta rendahnya pelayanan pemerintah, sarana dan prasaana yang
difasilitasi oleh pemerintah kepada masyarakat masih kurang. dan
keterbatasan jumlah TPS di Kota Yogyakarta misalnya dibagian mall, pusat
pembelanjaan, tempat kuliner, taman, dan ruas jalan. Padahal tempat tersebut
merupakan tempat yang paling banyak pengunjungnya. Kemudian masalah
kedua ialah tempat pembungan sampah akhir (TPA) hanya ada satu yaitu yang
berada di Piyungan Bantul. kemudian pada sabtu, 23 maret 2019 tempat
pembungan sampah akhir (TPA) Piyungan di Desa Sitimulyo Kabupaten
Bantul masih di blockade, armada truk yang biasa membuang sampah
ditempat pembungan sampah akhir tersebut dilarang masuk, blockade tersebut
dilakukan oleh warga sekitar TPA, warga merasa dirugikan dan kecewa denga
keberadaan TPA yang tidak dikelola dengan baik. sebab, jalan kampong
sebagai akses aktivitas warga kondisinya kotor dan becek.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012
tentang pengelolan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah.
Pemerintah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah. Walikota Yogyakarta dan Peraturan Daerah (Perda) nomor 18 Tahun
2002 tentang kebersihan, Serta undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
pengelolan sampah. Tentang kondisi dan kebijakan terkait pengelolaan
sampah di kota Yogyakarta. Kemudian Peraturan Walikota (Perwali) Kota
Yogyakarta Nomor 67 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan Strategi Dalam
pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga.
5
Pengelolaan sampah perkotaan dilakukan dengan dua sistem, yaitu
sentralisasi dan desentralisasi. Pengelolaan sampah di Kota ditangani sebagian
besar oleh pemerintah secara sentralisasi. Pengelolaan tersebut mulai dari
penarikan retribusi, pengumpulan dari sumber, pengumpulan di TPS, dan
pengakutan ke TPA. Pengolahan sampah di Kota Yogyakarta masih
mengandalkan peran pemerintah. Petugas pengangkutan mengambil sampah
dari warga masyarakat dan membawa sampah ke TPS untuk diangkut ke TPA
oleh petugas. Persentasi masyarakat yang dilayani di Kota Yogyakarta masih
sangat tinggi, berarti peran serta masyarakat masih sangat rendah.
Wilayah Kota Yogyakarta secara adminisratif terdiri dari 14
kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2.532 RT dengan wilayah seluas
32,5km atau kurang lebih 1, 02% dari wilayah provinsi Daerah Istimewah
Yoyakarta. Sebagian besar tanah di Kota Yogyakarta adalah tanah regosol.
Terdapat 3 sungai yang mengalir di bagian timur kota, sungai code dan sungai
manunggal di bagian tengah dan sungai winongo di bagian barat Kota.
Kondisi fisiografi Kota Yogyakarta yang relatif datar adalah wilayah dengan
kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomis
berintesintas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan
berkembang.
Untuk Tenaga kerja dan alat operasional untuk menangani
permasalahan sampah pun tidak hanya sedikit yang diperlukan, perlu alat
perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, alat operasional truk
pengangkut sampah dan lain sebagainya. serta ada banyak pekerja yang
6
membantu dalam hal penangan sampah, yaitu, dari ASN sendiri terdiri dari
180 orang, tenagan pembantu 28 orang, dan tenaga teknis sebanyak 51 orang
Menurut Bapak ; Ahmad Haryoko selaku kepala seksi penanganan sampah di
Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Pengelolan sampah masih
merupakan tantangan besar bagi Pemerintah Kota, tantangan tersebut adalah
kesadaran masyarakat yang masih relatif rendah terutama masyarakat yang
berjualan di pasar, dan orang-orang yang berjualan di kaki lima, serta
kurangnya sarana pengumpulan sampah, dan terbatasnya jumlah penyuluhan
kebersihan sehingga intesitas penyuluhan masih relatif rendah.
Berbicara tentang pelayanan publik, sesuai dengan Pasal 1 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dinyatakan
bahwa Pelayanan Publik merupakan kegiatan atau rangkaian dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan
pelayanan administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan publik.
Berdasarkan pengertian tersebut, pelayanan publik selalu dikaitkan dengan
suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang atau instansi
tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan publik ini menjadi semakin
penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak ramai yang memiliki
keanekaragaman kepentingan dan tujuan. karena itu institusi pelayanan publik
dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah kegiatan pelayanan
publik telah diatur pemenuhannya berdasarkan regulasi yang dibuat oleh
7
pemerintah dengan tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
kesejahteraan masyarakat.
Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha atau
kegiatan jasa. Peranannya akan lebih besar dan bersifat menentukan manakala
kegiatan kegiatan jasa di masyarkat itu terdapat kompetisi dalam usaha
merebut pasar langganan. demikian pula di bidang pemerintahan, peranan
pelayanan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah, belum dapat
memenuhi harapan semua pihak sehingga diperlukan sistem manajemen untuk
penyelenggaraan pelayanan umum (Badu Achmad, 2012 : 7-8). Pada dasarnya
setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat
dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan
manusia (L.P.Sinambela 1992:198).
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada
masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai
pelayan masyarakat dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public
services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauh mana
pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi
masyarakat, dengan demikian akan menentukan sejauh mana negara telah
menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya untuk
mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana tertuang dalam
konsep “welfare state”. Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat
didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang
8
publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di pusat, di Daerah, dan di lingkungan
Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka
upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Karenanya birokrasi publik
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang baik
dan profesional.
Pelayanan yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan
oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur
pemerintah). Dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan
dan sasaran;
2. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan:
a. Diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit,
mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang
meminta pelayanan;
b. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya
kejelasan dan kepastian mengenai :
1) Prosedur/tata cara pelayanan;
2) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun
persyaratan administratif;
3) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan;
9
4) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayarannya;
5) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan.
c. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan
kerja/pejabat penanggungjawab pemberi pelayanan, waktu
penyelesaian, rincian waktu/tarif serta hal-hal lain yang berkaitan
dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar
mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun
tidak diminta; d. Eϐisiensi, mengandung arti :
1) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan
langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk
pelayanan yang berkaitan;
2) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal
proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan
adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi
pemerintah lain yang terkait.
3) Ketepatan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan
pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang
telah ditentukan;
4) Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat
menanggapi apa yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang dilayani;
10
5) Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan,
keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa
mengalami tumbuh kembang.
Menurut Moenir (2010 : 26) pelayanan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor
materi melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pelayanan
hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu pelayanan merupakan
sebuah proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Groonros (1990:27) dalam Ratminto dan Atik (2005:2)
pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak
kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen atau pelanggan.
Faktor yang mendukung terlaksananya pelayanan publik yang baik dan
memuaskan (Moenir, 2010: 88-119) antara lain:
1. Faktor Kesadaran
Suatu proses berpikir melalui metode renungan, pertimbangan dan
perbandingan, sehingga menghasilkan keyakinan, ketenangan, ketetapan
hati dan keseimbangan dalam jiwanya sebagai pangkal tolak untuk
perbuatan dan tindakan yang akan dilakukan kemudian.
11
2. Faktor Organisasi
Organisasi pelayanan pada dasarnya tidak berbeda dengan
organisasi pada umumnya tetapi ada sedikit perbedaan dalam
penerapannya, karena sasaran pelayanan ditujukan secara khusus kepada
manusia yang mempunyai watak dan kehendak multi kompleks
3. Faktor Kemampuan dan Keterampilan
Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan
dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan
tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan
yang diharapkan. Kata jadian kemampuan dengan sendirinya juga kata
sifat/keadaan yang ditujuka pada sifat atau keadaan seseorang yang dapat
melaksanakan tugas/pekerjaan atas dasar ketentuan-ketentuan yang ada.
4. Faktor Sarana Pelayanan Sarana
Pelayanan yang dimaksud disisni ialah segala jenis peralatan,
perlengkapan kerja dan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat
utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga berfungsi sosial
dalam rangka kepentingan orang-orang yang sedang berhungan dengan
organisasi kerja itu.
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ikut serta
menangani permasalahan pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta. Sekretariat
Bersama Yogyakarta, Sleman, dan Bantul (Sekber Kartamantul) adalah satuan
kerja yang bertugas mengawasi pengelolaan sampah di tingkat Provinsi untuk
bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) di Kabupaten/kota.
12
Pengawasan yang dilakukan mulai dari penarikan retribusi, pengumpulan dari
sumber untuk dibawa ke TPS sampah, pengangkutan sampah TPS sampah ke
TPA sampah Piyungan oleh puluhan truk atau kendaraan pengakut sampah
lain yang beroperasi di tiga Daerah (Kota Yogyakarta, Sleman, dan Bantul)
sampai dengan pengoperasian TPA sampah Piyungan. Hal tersebut
menunjukkan manajemen sampah terpadu yang memungkinkan rawan
konflik, karena adanya perbedaan kepentingan pada otonomi daerah.
Permasalahan yang lain adalah campur tangan pemerintah provinsi ternyata
tidak begitu saja menyelesaikan berbagai permasalahan persampahan di Kota
Yogyakarta, seperti penegakan regulasi, pendanaan, dan pemberdayaan
masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, penelitian yang dilakukan di Kota
Yogyakarta ini bermaksud untuk menganalisis pelayanan pemerintah dalam
pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta dan segala upaya, baik pelayanan
dan program, dan kinerja untuk mengatasi permasalahan sampah tersebut.
Permasalahan sampah merupakan salah satu dari kurangnya kesadaran
masyarakat. Perilaku yang tidak baik sering kali disebabkan karena tingkat
pengetahuan dan sikap yang kurang baik. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Mulasari (2014) yang menyebutkan bahwa banyaknya TPS ilegal
kemunginan disebabkan karena pengetahuan dan sikap masyarakat tentang
lingkungan yang tidak baik. Pengetahuan dan sikap yang tidak baik tersebut
menyebabkan perilaku membuang sampah yang tidak baik pula. Pada bagian
proses, pelayanan publik bidang persampahan di Kota Yogyakarta dilakukan
oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta. Cakupan pelayanan
13
persampahan di Kota Yogyakarta baru mencapai 85%. Hal tersebut
disebabkan karena sarana dan prasara, keterbatasan sumber daya Manusia dan
anggaran. Permasalahan tersebut terus diupayakan untuk diatasi. Tindakan
yang dilakukan dengan terus meningkatan kualitas dan kuantitas saran
prasarana termasuk di dalamnya infrastruktur. Selain itu, direncanakan pula
program pemberdayaan masyarakat untuk membantu pengelolaan sampah dari
sumber timbulnya.
Untuk itu masyarakat pun harus ikut berpartisipasi dalam hal menjaga
keindahan dan kenyaman Kota Yogyakarta. Kurangnya tempat sampah umum
itulah yang menjadikan penyebab utama masyarakat bisa dengan mudah
melempar atau membuang sampah sembarangan, sehingga timbulanya
masalah yang membuat tercemarnya lingkungan, mulai dari selokan
tersumbat, tepi jalan tidak bersih, bau yang tidak sedap itu sangat menganggu
segala aktivitas orang lain.
Kota Yogyakarta sebagai Kota pariwisata menggambarkan potensi
provinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Kota Yogyakarta adalah daerah
tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis objek wisata
dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata
budaya, wisata pendidikan, wisata belanja, bahkan yang terbaru wisata
malam. Keadaan tersebut memberikan dampak pada meningkatnya jumlah
penduduk, berdasarkan hasil sensus penduduk Tahun 2018 oleh Badan Pusat
Statistik tentang kependudukan di Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa
jumlah penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 412.437 ribu jiwa. Jumlah
14
tersebut hanyalah penduduk yang menetap di Kota Yogyakarta dan belum
termasuk dengan penduduk pendatang yang tidak menetap dan hanya untuk
liburan.
Pemerintah Kota mengeluarkan Kebijakan yang mana akan di jalankan
Oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Kepala Bagian Persampahan
selaku yang menjalankan tugas dan fungsi serta tangungjawab dalam bidang
persampahan, yang merupakan bagian dan fungsi pelayanan publik.
Diperlukan adanya ketentuan-ketentuan bagi pemerintah dan pengelolaan
dalam kegiatan pengaturan, pengawasan penanganan tempat sampah sehingga
sampah yang dapat di daur ulang kembali, Bisa diolah. Salah satu cara
pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat yang saat ini banyak dilakukan
oleh warga Kota Yogyakarya adalah bank sampah tercatat tidak kurang dari
433 buah bank sampah telah terbentuk yang tersebar di berbagai Rw, dengan
serapan sampah mencapai 70 ton/bulan. Pemerintah Kota Yogyakarta terus
berupaya agar berkelanjutan kegiatan bank sampah tetap terjaga, sehingga
bisa berkembang dengan pesat kedepannnya. Upaya peningkatan kapasitas
bagi pengurus bank sampah di wilayah terus dilakukan salah satunya adalah
pelatihan daur ulang sampah setiap tahunnya.
Hingga akhirnya Sejak tahun 2016 Kota Yogyakarta sudah melakukan
gerakan Ecobrick, dimana gerakan tersebut telah dilakukan bersama berbagai
komponen masyarakat di Kota Yogyakarta mulai dari kelompok-kelompok
pengelola sampah mandiri hingga sampai ke sekolah yang ada di Kota
Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan Kota pertama di indonesia yang
15
mengadopsi Ecobrick ke dalam program pengolahan sampah. Selama itu
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta sudah mensosialilsasikan,
melatih dan mendampingi masyarakat Kota Yogyakarta dalam pembuatan
Ecrobrick. Selain mendapatkan respon yang sangat positif dari masyarakat,
dan Ecobrick terbukti sanagat efektif menyerap sampah plastik. Hingga saat
ini tidak kurang dari 2 Ton sampah plastik yang berhasil diselematkan dari
gerakan Ecobrick di Kota Yogyakarta. Kepala seksi penguranagan sampah
Dinas Lingkungan Hidup (DLH ) Kota Yogyakarta.
Meskipun Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta sudah
menyedakan fasilitas serta sarana dan prasarana, berupa; meminjamkan
gerobak sampah kepada warga masyarakat, memberikan bank-bank sampah
pada setiap Rt,Rw dan kelurahan, dan menyediakan tim anggota
pengangkutan sampah serta pengawasan yang maksimal namun itu tidak
cukup untuk menampung banyaknya penduduk yang semakin hari semakin
meningkat, meningkatnya jumlah penduduk juga faktor utama bertambahnya
volume sampah, karena tingkat produksi manusia pun semakin besar. Petugas
pengangkutan sampah yang hanya berjumlah 376 orang tenaga kerja juga
belum tentu mampu mengangkat seluruh sampah yang ada di Kota
Yogyakarta, karena sampah yang di ambil tidak hanya sampah yang berada di
TPS saja, namun ada banyak sampah yang bertumpukan di area tertentu
contohnya, selokan, lorong-lorong kecil, tepi jalan dan tempat-tempat umum
seperti di wilayah Malioboro tempat kuliner serta tempat pusat pembelanjaan
lainnya yang paling dominan banyak nya sampah.
16
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pelayanan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
dalam pengelolaan sampah Kota Yogyakarta ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pelayanan Dinas
Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dalam pengelolaan sampah Kota
Yogyakrta.
Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan informasi bagi objek penelitian dalam kaitannya dengan sampah bagi
kesehatan masyarakat dan manfaat sampah.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian penulisan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran bagi masyarakat sehingga perkembangan masyarakat
terhadap ilmu pengetahuan khususnya pengelolaan sampah baik dan
benar sesuai peraturan yang ada.
b. Memperkaya referensi dan literatur dalam kepustakaan yang dapat
digunakan sebagai acuan penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan kontribusi konkrit bagi pemerintah
khususnya Dinas Lingkungan Hidup dalam memberikan pelayanan terkait
tentang pengelolaan sampah yang lebih efektif dan efisien.
17
Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan cerminan
kepada masyarakat agar lebih antusia dalam hal menjaga dan merawat
lingkungan.
D. Kerangka Konseptual
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan
(melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan
pada organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah
ditetapkan. Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa pemerintahan
pada hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Karenanya Birokrasi
publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan layanan yang
baik dan profesional (Tesis Irsan, 2012 : 9).
Menurut Moenir (2001:13) Pelayanan publik adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor
material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi
kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Tujuan pelayanan publik adalah
mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan
oleh publik, dan bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai
pilihannya dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh
pemerintah.
Pelayanan publik atau pelayanan pemerintah kota kepada masyarakat
berguna untuk mencapai suatu tujuan dari apa yang sudah di rencanakan, demi
tercapainya suatu masalah yang ada pada saat ini yakni masalah pelayanan
18
pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta ialah pemerintah harus menyediakan
fasilitas sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sarana dan
prasarana pun harus lengkap untuk menunjang terwujudnya kesejahteraan
bersama. Pelayaanan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak hanya pelayanan
yang berbentuk fisik namun masyarakat juga sangat berharap pemerintah mau
ikut serta dalam mengelola dan menangani sampah secara bersama.
Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang
meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu
dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan (Dept.
Pekerjaan Umum, SNI 19-2454-2002). Kelima aspek tersebut meliputi: aspek
teknis operasional, aspek organisasi dan manajemen, aspek hukum dan
peraturan, aspek bembiayaan, aspek peran serta masyarakat.
Menurut azwar (2002) yang dimaksud dengan sampah adalah sebagian
dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau suatu yang harus dibuang
yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termaksud
kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human
waste) tidak termaksud di dalamnya dan umumnya bersifat padat. Maniak
(2003) mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau
di kehendaki dan harus dibuang, yang di hasilkan oleh kegiatan manusia.
Sampah merupakan hasil dari aktivitas manusia. Di tiap kegiatan
manusia selalu menghasilkan sampah, baik di rumah tangga, industri, dan
aktivitas lain. Sampah terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik.
Tiap jenis sampah memiliki cara pengolahan yang berbeda-beda. Sedangkan
19
Sampah anorganik tidak bisa diuraikan sehingga keberadaannya berbahaya
bagi lingkungan. Untuk itu pengolahan sampah harus diperhatikan, salah satu
caranya dengan daur ulang. Kita pun harus turut berpartisipasi dengan tidak
membuang sampah sembarangan.
Sistem Pengelolaan Sampah adalah pengaturan yang berhubungan
dengan pengendalian timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan,
pemindahan dan pengangkutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan
cara yang merujuk pada dasar-dasar yang terbaik mengenai kesehatan
masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika dan pertimbangan
lingkungan yang lain dan juga tanggap terhadap perilaku massa. Pengelolaan
persampahan mempunyai tujuan yang sangat mendasar yang meliputi
meningkatkan kesehatan lingkungan dan masyarakat, melindungi sumber daya
alam (air), melindungi fasilitas sosial ekonomi dan menunjang sektor strategis
(Rahardyan Dan Widagdo 2005).
Sistem pengelolaan sampah perkotaan pada dasarnya dilihat sebagai
komponen-komponen sub sistem yang saling mendukung satu sama lain untuk
mencapau tujuan yaitu kota yang bersih, sehat dan teratur (Syafrudin dan
Priyambada 2001). Komponen-komponen tersebut meliputi :
1. Sub sistem teknis Operasional (sub sistem teknik),
2. Sub sistem organisasi dan manajemen (sub sistem Institusi),
3. Sub sistem hukum dan Peraturan (sub sistem Hukum),
4. Sub sistem Pembiayaan (sub sistem finansial)
5. Sub sistem peran serta Masyarakat
20
1. Pelayanan pemerintah dalam pengelolaan sampah
Pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan landasan faktor materi melalui sistem, prosedur
dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang
lain sesuai dengan haknya. Pelayanan hakikatnya adalah serangkaian
kegiatan, karena itu pelayanan merupakan sebuah proses. Sebagai proses,
pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi
seluruh kehidupan orang dalam masyarakat. Sedangkan menurut Groonros
(1990:27) dalam Ratminto dan Atik (2005:2) pelayanan adalah suatu
aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak
dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang di sediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen atau pelanggan.
Pengelolaan adalah merupakan bagian dari manageman.
Managemen berasal dari kata “Manage” yang artinya, mengatur
mengurus,dan mengelola. Harold Konz dan O‟Doneneldalam buku Dasar
Dasar Manajemen mengatakan managemen adalah pencapaian tujuan
yang di tetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang
lain (M.Manullang, 2002 :3). Dalam Encylopedia of the Social Sciense
dikatakan manajemen adalah suatu poroses pelaksanaan tujuan tertentu
diselanggarakan dan diawasi. (Haiman) mengatakan bahwa manajemen
adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan
21
mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama dalam
Buku Dasar Dasar Manajemen (M.Manullang, 2002 :3).
a. Fungsi-fungsi manajemen
Menuurut Muhammad Firdaus fungsi manajemen sebagai
berikut: (2012: 26-35)
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang
mengarah ke masa depan,menyangkut serangkaian tindakan
berdasarkan pemahaman yang mendalam terhadap semua faktor
yang terlibat dan yang diarahkan kepada sasaran khusus. Dengan
kata laian perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan
berdasarkan pemilihan dari alternatif data yang ada, di rumuskan
dalam bentuk keputusan yang akan dikerjakan untuk masa yang
akan datang dalam usaha mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi pada hakikatnya mempunyai tiga komponen,
yaitu fungsi, personalia, dan faktor sarana fisik. Dengan demikian,
pengorganisasian didefinisikan sebagai suatu proses menciptakan
hubungan antara fungsi,personalia dan faktor fisik agar kegiatan
yang harus dilaksankan disatukan dan diarahkan pada pencapaian
tujuan bersama. Pengorganisasian meliputi langkah langkah atau
usaha sebagai berikut:
1) Menentukan struktur
22
2) Memilih, menempatkan dan melatih karyawan
3) Menetukan pekerjaan yang harus dilaksanakan
4) Merumuskan garis kegiatan membentuk sejumlah hubungan di
dalam organisasi dan kemudian menunjuk stafnya.
3. Pengarahan (Directing)
Fungsi pengarahan merupakan gerak pelaksanaan dari
kegiatan-kegiatan fungsi perencanaan dan pengorganisasian.
Pengarahan dapat diartikan sebagai aspek hubungan manusiawi
dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk bersedia
mengerti dan menyumbangkan pirkian dan tenaganya secara
efektif dan efesien untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, jika
disimpulkan ruang lingkup pengarahan adalah pengelollan
sumberdaya manusia yang efektif dan efesien. Menurut Downey
dan Erickson (1992). pengarahan bertujuan untuk sebagai berikut :
a. Menentukan kewajiban dan tanggung jawab
b. Menetapkan hasil yang harus dicapai
c. Mendelegasikan wewenang yang diperlukan
d. Menciptakan hasrat untuk berhasil
e. Mengawasi agar pekerjaan benar-benar dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
4. Pengoordinasi (Coordination)
Koordinasi merupakan daya upaya untuk mensinkronkan
dan menyatukan tindakan sekelompok manusia. Koordinasi
23
merupakan otak dalam batang tubuh dari keahlian manajemen.
Perintah yang baik dan lazim dari bidang keahlian manejemen
lainya akan membuat koordinasi tidak dibutuhkan. akan tetapi
pada organisasi yang dikelola dengan baik sekalipun, ada bidang
yang memerlukan koordinasi.
Pengorganisasian meliputi sebagaau berikut:
a. Penafsiran program, kebijakan, prosedur, dan praktik
b. Pengupayaan pertumbuhan dan perkembangan keryawan
c. Pembinaan hubungan dengan para karyawan dan sikap yang
tetap mengarah ke masa depan
d. Pengupayaan iklim untuk berhasil
e. Pengadaan arus informasi yang bebas dimana komuniskasi
tidak saja kebawah dari pimpinan kepada bawahan, tetapi juga
ke atas, daribahawan kepada pimpinan.
5. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan sebagai suatu kegiatan mendetermininasi apa
yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ada
dalam suatu kegiatan organisasi dengan tujuan untuk segera
mengetahui kemungkinan terjadinya hambatan dan penyimpangan,
sekaligus mengadakan koreksi untuk memperlancar tercapainya
tujuan. Fungsi pengawasan menjamin bahwa kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan dapat memberi hasil yang diingin kan.
Pelaksanaan pegawasan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
24
a. Menentukan standar
b. Mengukur dan membandingkan hasil kerja terhadap standar
melalui data hasil kerja yang di peroleh dari, pengamatan
langsung, laporan lisan dan laporan tertulis
c. Memperbaiki penyimpangan jika ada
Fungsi Manajemen menurut Candra Wijaya dan Muhammad
Rifa sebagai berikut: (2016: 28-47).
1. Perencanaan (Planing)
Jhonson, dkk (1973) berpendapat bahwa perencanaan
adalah suatu rangkaian tindakan yang telah ditentukan sebelumya.
Dengan perencanaan disusun berbagi visi, misi, strategi, tujuan dan
sasaran organisasi yang pada tingkat awal menggunakan
pengambilan keputusan (decision making) yang juga merupakan
inti dari manajemen. Dalam implementasinya kegiatan
perencanaan disusun hendaknya memperhatikan sebagai berikut:
a. Perencanaan adalah menetapkan alternatif
b. Perencanaan harus realistis dan ekonomis
c. Perlunya kordinasi dalam perencanaan
d. Perencanaan harus didasarkan pengalaman, pengetahuan dan
intuisi
e. Perencanaan harus dilandasi partisipasi
f. Perencanaan harus memperhitungkan segala kemungkinan
g. Perencanaan harus fleksibel
25
h. Perencanaan harus dapat menjadi landasan bagi fungsi-fungsi
manajemen lainya
i. Perencanaan harus dapat mendayagunakan secara maksimal
fasilitas-fasilitas yang tersedia
j. Perencanaan harus dinamis
k. Perencanaan harus cukup waktu.
2. Pengorganisasian ( Organizing)
Reeser (1973) berpendapat bahwa pengorganisasian
berfungsi untuk membagi kerja terhadap berbagai bidang,
menetapkan kewenagan dan pengkoordinasian kegiatan bidang
yang berbeda untuk menjamin tercapainya tujuan dan mengurangi
konflik yang terjadi dalam organisasi. Dengan demikian sebuah
organisasi terdiri dari beberapa unsur yaitu:
a. Ada kumpulan orang-orang
b. Ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam organisasi
c. Bekerjasama dimana aktivitas-aktivitas yang terpisah
dikoordinir
d. Ada tujuan bersama yang akan dicapai melalui kerjasama
terkoordinir.
3. Pengarahan ( Directing)
Koontz dan O‟Donnell (1976) berpendapat bahwa melalui
kegiatan pengarahan setiap orang dalam organisasi diajak atau
dibujuk untuk memberi kontribusinya melalui kerjasama dalam
26
mencapai tujuan organisasi. Pengarahan meliputi pemberian
petunjuk atau memberi gambaran tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan sehingga para manejer harus memotivasi staf dan
personil organisasi agar secara sukarela mau melakukan kegiatan
sebagai manifestasia rencana yang dibuat.
4. Kordinasi
Menurut Siagian (2004) kordinasi memiliki beberapa
fungsi, yaitu:
a. Pencegahan konflik dan kontradiksi
b. Pencegahan persaingan yang tidak sehat
c. Pencegahan pemborosan
d. Pencegahan kekosongan ruang dan waktu, dan pencegahan
terjadinya perbedaan pendekatan dari pelaksanaan.
5. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan yang dibuat dalam fungsi manajemen
merupakan strategi untuk menghindari penyimpangan-
penyimpangan dari segi pendekatan rasional terhadap keberadaan
input yaitu, jumlah dan kulitas bahan, uang, staf, peralatan, fasilitas
dan informasi, demikian pula pengawasan terhadap penjadwalan
dan ketepatan pelaksanaan kegiatan organisasi. Sedangkan yang
lain adalah output yaitu standar produk yang diinginkan. Sasaran
pengawasan diarahkan pada uyapa untuk mencapai hal-hal sebagai
berikut:
27
a. Kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan terselenggara
sesuai dengan jiwa dan semangat kebijaksanaan dan strategi
b. Anggaran yang tersedia untuk mengidupi berbagai kegian
organisasi benar-benar dipergunakan untuk melakukan
kegiatan secara efisen dan efektif
c. Para anggota organisasi benar-benar berorientasi kepada
keberlangsungannya hidup dan kemajuan organisasi sebagai
keseluruhan dan bukan kepada kepentingan individu dibawah
kepentingan organisasi
d. Penyedian dan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja
sehingga memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya
e. Standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal mungkin
f. Prosedur kerja ditaati oleh semua pihak.
b. Prinsip Prinsip Manajemen
Menurut Henry Fayol manajemen mempunyai empat belas
prinsip yang harus di terapkan dalam pelaksanakan tugas perusahaan
yang bersifat Fleksibel, dalam arti tidak harus ditetapkan sekaligusm,
melainkan sedikit demi sedikit dan di sesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang ada, (Muhammad Firdaus,2012:37). Prinsip- prinsip
manajemen tersebut sebagai berikut:
1) Pembagian kerja
2) Wewenang dan tanggung jawab
3) Disiplin
28
4) Kesatuan perintah
5) Kesatuan pengarahan
6) Mengutamakan kepentingan individu dibawah kepentingan
bersama
7) Pembayaran upah yang adil
8) Pemusatan
9) Hirarki
10) Tata tertib
11) Keadilan
12) Stabilitas kondisi pegawai
13) Inisiatif
14) Dan jiwa kesatuan.
c. Bidang bidang Manajemen
Secara garis besar manajemen terdiri ata lima bidang
(Muhammad Firdaus, 2012:39) yaitu sebagai berikut:
1) Manajemen Produksi
2) Manaejemen Pemasaran
3) Manaejemen Keuangan
4) Manaejemen Personalia
5) Manajemen Administarsi
Pengelolaan limbah padat didasarkan pada hirarki pengelolaan
sampah (Draft Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang
29
Pengelolaan Persampahan, Japan International Coorporation Agency,
2003 dalam Irman, 2005:41), yaitu :
a. Pencegahan dan pengurangan sampah dari sumber. Kegiatan
pencegahan sampah dari sumber dimulai dengan kegiatan
pemisahan sampah, misalnya untuk sampah organik dan
anorganik. Pemisahan merupakan bagian penting dalam hirarki
pengelolaan sampah karena dapat menentukan keberhasilan hirarki
keberhasilan pengelolaan sampah berikutnya, meliputi :
1. Reduce (mengurangi): sebisa mungkin melakukan minimalisasi
barang atau material yang kita pergunakan, karena semakin
banyak kita menggunakan material semakin banyak sampah
yang dihasilkan.
2. Reuse (memakai kembali): sebisa mungkin pilihlah barang-
barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-
barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat
memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi
sampah.
3. Recycle (mendaur ulang): sebisa mungkin barang-barang yang
sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua
barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri
non formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan
sampah menjadi barang lain.
30
Sampah berpotensi menciptakan masalah kesehatan
lingkungan, dan dapat berdampat buruk bagi masyarakat disekitar.
Pemerintah tentunya sudah mengupayakan berbagai pelayanan
pengelolaan sampah seperti pelayanan sampah secara mandiri.
Tujuannya untuk mengetahui pelayanan pemerintah dalam mengelola
sampah di Kota Yogyakarta. Perubahan kualitas lingkungan dan
masyarakat akibat kebijakan pengelolaan sampah. Permasalahan
sampah yang ada di Kota Yogyakarta adalah cakupan pelayanan
pemerintah yang masih sangat rendah, terlebih lagi ketidaksadaran dari
masing-masing masyarakat terkait sampah, kurangya sosialisasi dari
pemerintah sehingga masyarakat pun kerap kali mengabaikan
permasalahan sampah, masih banyak juga masyarakat awam yang
tidak mengetahui apa dampak dari lingkungan yang kotor dan tidak
terawat.
Pelayanan publik terhadap pengelolaan sampah dibutuhkan
guna dapat memberikan pelayanan terhadap kehidupan masyarakat
dalam pengelolaan sampah agar terlaksana pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan. Hal ini semakin penting untuk direalisasikan
karena adanya UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.
Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanagan
sampah.
31
Sarana dan prasaranan merupakan segala sesuatu yang dipakai
sebagai alat dan bahan untuk mencapai suatu tujuan dari suatu proses
sebuah kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, sedangkan
prasarana adalah merupakan penunjang utama terlaksanan suatu
kebijakan. Untuk itu penting buat kita mengetahui sejauh mana
kesiapan sarana dan perasarana yang dimiliki pemerintah dalam upaya
memeberikan sebuah pelayanan kepada masyarakat dalam
permasalahan sampah di Kota Yogyakarta. Sarana dan prasaran yang
dibutuhkan oleh masyarakat adalah bank-bank sampah yang masih
kurang memadai.selain itu, perlu TPS yang cukup memadai sesuai
dengan standar muatan yang berlaku pada peraturan yang ada.
Apalagi mengingat semakin meningkatnya jumlah penduduk
yang berada di Kota Yogyakarta, tentunya kita sangat memerlukan
bantuan dari pemerintah atau kerja sama antara pemerintah dan
masyarakat untuk turut serta dalam hal menangani masalah
lingkungan. Sarana dan prasarana yang sudah tersedia masih kurang
mampu menampung banyaknya penduduk di Kota Yogyakarta, belum
lagi orang-orang yang berdatangan dari luar kota. Tempat-tempat yang
perlu diperhatihan oleh pemerintah adalah di bagian tempat-empat
kuliner, pusat pembelanjaan, taman dan di tepi jalan itu yang harus
diperhatikan oleh pihak terkait. Oleh karena itu betapa pentingnya
pelayanan pemerintah terhadap pengelolaan sampah di Kota
Yogyakarta, serta pengawasaan pemerintah. Dan memberikan
32
sosialisasi kepada masyarakat agar mereka lebih sadar dan mau ikut
berpartisipasi dalam menjaga lingkungan.
Dalam mengukur indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas
pelayanan yang disajikan pada suatu unit pemerintahan yang meliputi:
1) Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur
pelayanan; CUSTOMER PROVIDER Word of Mouth
Communication Personal Needs Past Experience Expected Service
Perceived Service Service Delivery Eksternal Communication to
Customer Service Quality Specification Management Perception of
Customer Expectation
2) Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif
yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya;
3) Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepasatian
petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan serta
kewenangan dan tanggungjawab);
4) Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja
sesuai ketentuan yang berlaku;
5) Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan
tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan;
33
6) Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/
menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
7) Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit
penyelenggara pelayanan;
8) Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan
dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang
dilayani;
9) Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku
petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;
10) Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat
terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;
11) Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang
dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;
12) Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13) Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana
pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat
memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;
14) Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan
lingkungan unit penyelenggara pelayanan atupun sarana yang
34
digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk
mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan
dari pelaksanaan pelayanan.
2. Penyediaan sarana dan prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai oleh
penyelenggara pelayanan publik. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan
perangkat penunjang pelayanan yang memadai seperti Truk, Gerobak
sampah, Pick Up, dll. Serta adanya kenyamanan dan kemudahan dalam
memperoleh suatu pelayanan
Pelayanan Pemerintah Kepada Masayarakat meliputi dua (2) aspek
antara lain; pertama, pelayanan pemerintah terkait fasilitas, sarana dan
prasarana, yang mana pemerintah khususnya Dinas Lingkungan Hidup
Kota Yogyakarta sudah memaksimalkan memberikan pelayanan berupa,
menyediakan Truk, Pick UP, gerobak sampah, bank-bank sampah pada
setiap Rt, Rw dan Kelurahan, kemudian memfasilitasi Truk khusus untuk
pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA, dan menerjunkan kurang
lebih 376 pasukan Orange, dan meminjamkan gerobak sampah pada
tingkat Rt,Rw yang belum mempunyai bank sampah di wilayahnya. Yang
kedua, tingkat pelayanan pemerintah Khususnya Dinas Lingkungan Hidup
kepada masyarakat, dari yang saya amati selama berada di lapangan, dari
yang saya lihat mereka tergolong orang yang baik dan ramah sehingga
memudahkan saya dalam hal mencari data serta informasi terkait
pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta. Mereka juga sangat antusias
35
serta terbuka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
mempunyai kepentingan khusus yang datang ke kantornya secara
langsung, mereka juga telah menyediakan “Web Site” khusus yang
menampilkan Data dan informasi mengenai lingkungan hidup, hingga
informasi mengenai pelayanan untuk mendapakan Dokumen Lingkungan
bisa di akses secara terbuka agar memudahkan masyarakat dalam mencari
tahu bagimana tingkat perkembangan pelayanan di Dinas Lingkungan
Hidup.
Pada bagian proses pelayanan publik di bidang persampahan di
Kota Yogyakarta dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota
Yogyakarta. Cakupan pelayanan persampahan di Kota Yogyakarta baru
mencapai 85%. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan sumber daya
dan anggaran. Permasalahan tersebut terus diupayakan untuk diatasi.
Tindakan yang dilakukan dengan terus meningkatan kualitas dan kuantitas
sarana prasarana termasuk di dalamnya infrastruktur Selain itu,
direncanakan pula program pemberdayaan masyarakat untuk membantu
pengelolaan sampah dari sumber penimbulnya.
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan responden di
lapangan diperoleh beberapa faktor strategis yang sangat berpengaruh
terhadap pengelolaan sampah. Faktor strategis tersebut terdiri dari 1)
faktor internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan, 2) faktor eksternal
yang meliputi peluang dan ancaman.
36
a. Faktor Internal
Sarana transportasi merupakan perlengkapan pendukung untuk
menunjang operasional TPS dan TPA terutama mobilisasi untuk
pengambilan maupun pembuangan dari seluruh wilayah dikota
Yogyakarta. Ada beberapa faktor internal sebagai berikut :
1) Anggaran untuk TPS dan TPAdi Bantul Desa Sitimulyo Anggaran
TPS dan TPA merupakan anggaran yang cukup besar untuk
dialokasikan dari tahun ke tahun setiap tahunnya dianggarkan
sangat besar. TPA dapat memeberikan kontribusi yang positif dan
berkelanjutan untuk masa depan TPA yang lebih baik.
2) Sarana transportasi
Sarana transportasi merupakan perlengkapan pendukung
untuk menunjang operasional dari TPS menuju TPA terutama
mobilisasi untuk pengambilan maupun pembuangan dari seluruh
wilayah di kota Yogyakarta.
3) Sumberdaya manusia
Sumberdaya Manusia karena sumberdaya manusia tidak
terlepas dari keseluruhan upaya peningkatan pengelolaan sampah
baik teknis manajerial dan operasional dalam pengelolaan sampah.
3. Prosedur pelayanan pengelolaan sampah
Prosedur pelayanan yang dilakukan dalam halm ini antara lain
kesederhanaan yaitu kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat serta kemudahan dalam memenuhi persyaratan pelayanan.
37
Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Sub sistem teknis
operasional pengelolaan sampah perkotaan meliputi dasar-dasar
perencanaan untuk kegiatan-kegiatan pewadahan sampah, pengumpulan
sampah, pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan
akhir sampah. Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan yang
terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah
harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya.
Agar lebih jelasnya teknis operasional pengelolaan sampah.
Pengelolaan sampah ditujukan pada pengumpulan sampah mulai
dari produsen sampai pada tempat pembuangan sampah akhir (TPA),
membuat tempat pembuangan sampah sementara (TPS), transportasi yang
sesuai lingkungan dan pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan,
sampah dapat diolah terlebih dahulu untuk memperkecil volume yang di
daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Berdasarkan karakteristiknya
pengolahan sampah dilakukan berbagai cara yakni :
1. Komposting, baik bagi jenis garbage.
2. Insinerasi untuk refuse.
3. Proses lain seperti pembuatan bahan bangunan dari buangan industri
yang mempunyai sifat seperti semen.
Konsep pengelolaan sampah perkotaan yang dilakukan di Kota
Yogyakarta sesuai konsep pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah
yang dikemukakan oleh Galileo. Respon Pemerintah Daerah dalam
pengelolaan sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas
38
manusia, dapat dikelompokan menjadi enam elemen sebagai upaya
pengelolaan sampah daerah, yakni: Pertama, pengendalian bangkitan
(control of generation). Kedua, penyimpanan (storage). Ketiga,
pengumpulan (collection). Keempat, pemindahan dan pengangkutan
(transfer and transport). Kelima, pemrosesan (processing), dan keenam,
yaitu pembungan (disposal) (Galileo, 2012). Konsep pengelolaan sampah
yang dilakukan di Kota Yogyakarta telah sesuai dengan SNI 19- 2454-
2002 tentang tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan
yaitu meliputi pemilahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan
tempat pembuangan akhir (BSN, 2008).
4. Pengawasan pemerintah dalam pengelolaan sampah
Menurut Sondang P. Siagian (1992:175) : “Pengawasan yaitu
proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi
untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan”. kemudian Menurut manulang
(2004:173) Tujuan utama dari pengawasan adalah mengusahakan agar apa
yang direncanakan menjadi kenyataan. Untuk dapat benar-benar
merealisasikan tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada taraf
pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi
yang telah dikeluarkan dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta
kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana berdasarkan
penemuan-penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk
39
memperbaikinya baik pada waktu itu maupun waktu-waktu yang akan
datang.
Upaya pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah
partisipatif (PSP) menghadapi berbagai kendala dilapangan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan penolakan masyarakat terhadap pembukaan TPA baru
atau penempatan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) disekitar
permukiman mereka. Hal ini disebabkan oleh kuatnya anggapan dampak
negatif TPA atau TPS terhadap kesehatan dan lingkungan. Pada saat yang
sama masyarakat mengalami kesulitan dalam mengelola sampah di
lingkungannya, sehingga timbunan sampah terus meningkat. Hal ini
memicu kebiasaan membuang sampah sembarangan seperti membuang
sampah keselokan. Dari sekian banyak cara yang dapat kita lakukan
bersama untuk menjaga keindahan kota Yogyakarta ini. Kita tidak harus
serta merta mengharapkan pemerintah untuk turun bersama kita, cukup
adanya kesadaran pada diri kita untuk selalu menjaga lingkungan, menjaga
lingkungan dari sampah-sampah, sehingga sampah tidak mengganngu
aktivitas kita maupun orang lain., baunya yang tidak sedap itu sangat-
sangat menggangu orang yang sedang beraktifitas di jalan raya atau di
manapun itu. Sudah sepatut nya kita bersama-sama saling menjaga, saling
mengingatkan untuk membuang kebiasan yang buruk membuang sampah
sembarangan, karena dampaknya tidak hanya pada satu orang tetapi
kepada semua yang ada dilingkungan dan wilayah seputaran Kota
Yogyakarta.
40
Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta (DLH) dalam memberikan
pengawasan terhadapat banyaknya timbulan sampah kota adalah dengan
cara, antara lain:
1) Pemberdayaan masyarakat untuk membentuk Bank Sampah.
Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pemberdayaan
masyarakat adalah DLH Kota Yogyakarta menjadi fasilitator untuk
Bank Sampah di tingkat kota yang berfungsi untuk memberikan
pemahaman, pembinaan dan pelatihan dengan tujuan agar jumlah
Bank Sampah di Kota Yogyakarta semakin bertambah, sehingga
mampu mengurangi timbulan sampah.
2) Pemberdayaan para pemungut sampah “pemulung” di Tempat
Pembuangan Sampah Sementara (TPSS). Keberadaan para pemungut
sampah di TPS secara riil juga memberikan kontribusi di dalam
mengurangi pembuangan sampah di TPST meskipun keberadaan para
pemungut sampah masih belum tersetruktur dengan baik, namun
pemerintah Kota Yogyakarta (DLH) memberikan ruang bagi para
pemungut sampah untuk melakukan pemilahan sampah di TPS,
dengan harapan di samping mampu mengurangi timbunan sampah di
TPS, juga memberikan peluang untuk menggait rejeki/mendapatkan
hasil untuk mecukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
3) Pemberdayaan pelaku usaha/swasta dalam pengelolaan sampah. Upaya
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam melakukan Pengelolaan sampah
juga melibatkan peran para pelaku usaha/swasta yaitu pelapak.
41
Pelapak sangat berperan dalam mengurangi sampah terutama jenis
sampah anorganik, beberapa jenis sampah yang sering dipilih oleh
para pelapak adalah sampah dengan jenis plastik, kertas dan logam.
Jenis-jenis sampah tersebut masih bernilai jual karena dapat di daur
ulang. Peran informal khususnya pelapak dalam upaya pengurangan
sampah terlihat cukup penting.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah terkait dengan pelayanan
Pemerintah dalam pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta tepatnya di Dinas
Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta dapat dilihat dari beberapa indikator
terkait pelayanan pemerintah terhadap masyarakat antara lain sebagai berikut :
1. Prosedur Pelayanan Pemerintah Kota dalam Pengelolaan Sampah
2. Penyediaan Sarana dan Prasarana dalam Pengelolaan Sampah
3. Pengawasan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif. Penelitian deskriftif kualitatif merupakan salah satu dari jenis
penelitian yang termaksud dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta,
keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian
42
berlangsung. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan
yang terjadi dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan
atau lebih, hubungan antara variabel yang timbul, perbedaan antara fakta
yang ada serta pengaruh terhadap suatu kondisi, dan sebagainya. Menurut
Sugiyono (2005) menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu
hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas. Sedangkan menurut Menurut Nazir (1988), metode deskriptif
merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.
2. Unit Analisis
Unit analisis adalah keseluruhan objek yang diteliti dalam sebuah
penelitian. Dalam penelitian ini analisisnya adalah aparatur Pemerintah
Kota. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah
Pemerintah Kota Yogyakarta khususnya pelayanan Dinas Lingkungan
Hidup Kota Yogyakarta terkait dengan Pelayanan Pemerintah dalam
Pengelolaan Sampah di Kota Yogyakarta.
43
a. Objek Penelitian
Objek penelitian ini berkaitan dengan variabel-variabel yang
akan diteliti, yaitu kinerja aparatur Pemerintah dalam mengelola
sampah di perkotaan. Objek penelitian ini adalah “Pelayanan
Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah melalui Dinas Lingkungan
Hidup di Kota Yogyakarta”
b. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah aparatur Pemerintah Kota, tokoh
masyarakat dan warga masyarakat yang terkena dampak tercemarnya
lingkungan. Secara rinci adalah sebagai berikut :
a. Kepala Bidang Pengelola Persampahan : 1 orang
b. Kepala Seksi Pengurangan Sampah : 1 orang
c. Kepala Seksi Penanganan Sampah : 1 orang
d. Masyarakat Kota Yogyakarta : 4 orang
e. Petugas dan Kepala Teknis Pengakutan Sampah : 2 orang
Teknik penentuan Informan secara Purposive dimana peneliti
yang menentukan siapa saja yang menjadi informan dalam penelitian
ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting karena
data yang terkumpul nantinya di pakai sebagai informasi yng valid dan
representatif guna memecahkan masalah, dimana setiap instrumen
memiliki keunggulan dan kekurangan, oleh karena itu dalam suatu proses
44
kegiatan penelitian dapat mengunakan metode pengumpulan data lebih
dari satu, dengan tujuan bisa menutupi kelemahan-kelemahan dari yang
satu ke yang lain. Teknik pengumpulan data ini di gunakan untuk
memperoleh data primer, yaitu diperoleh dari sumber-sumberny yaitu
dengan cara turun ke lapangan, penelitian lapangan mengunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan
berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat
kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh sehingga dapat
diobservasi dengan jelas.
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti
mengadakan pengamatan dan pencatatatan yagng sistematis terhadap
kendala-kendala yang akan diteliti. Dalam mengenakan teknik
observasi yang terpenting adalah mengandalakan pengamatan dan
ingatan peneliti.
Kemudian dari hasil pengamatan saya selama di lapangan,
Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta sudah memberikan
pelayanan yang maksimal, Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
juga sudah menyediakan Sarana serta fasilitas berupa Truk sampah
45
dan Pick Up yang akan digunakan untuk mengngakat sampah dari TPS
menuju TPA. Mereka juga sudah mempunyai anggota yang siap terjun
lapangan sebanyak 376 orang untuk mengkat sampah yang ada di Kota
Yogyakarta serta petugas kebersihan jalan. Serta pengawasan terhadap
petugas dan warga masyarakat terkait pengelolaan sampah.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2004: 186). Wawancara
merupakan salah satu alat pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam hal ini
wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dan untuk
mengungkapkan data tentang :
1) Prosedur Pelayanan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah di
Kota Yogyakarta.
2) Penyediaan Sarana dan Prasarana dalam Pengelolaan Sampah
3) Pengawasan Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah
Informan tersebut didapatkan dari wawancara yang dilakukan
dengan berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan terbuka yang disusun
sebagai instrumen untuk mendapatkan data penelitian.
46
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang digunakan dengan cara
mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan dokumentasi.
Selain menggunakan metode wawancara penelitian ini juga
menggunakan metode dokumentasi guna melengkapi data yang
sebelumnya agar mendapatkan sebuah data yang lengkap dan objektif.
Dalam penelitian metode dokumentasi yang digunakan untuk
memperoleh data adalah :
1. Bagaimana Prosedur Pelayanan Pemerintah dalam Pengelolaan
Sampah di Kota Yogyakarta,
2. Sarana dan Prasarana berkaitan dengan Pengelolaan Sampah di
Kota Yogyakarta
3. Pengawasan dalam Pengelolaan Sampah di Kota Yogyakarta.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang
diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan
bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-
kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka
macam cara (observasi, wawancara, dokumen,) dan biasanya diproses
terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan,
penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan
kata-kata yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas, dan tidak
menggunakan perhitungan matematis atau statistika sebagai alat bantu
47
analisis. Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga
alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan verifikasi. Terjadi secara bersamaan
berarti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi
sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan
interaksi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam
bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang disebut “analisis”
(Ulber Silalahi, 2009: 339). Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif mencakup hasil wawancara, reduksi data, analisis,
interpretasi data dan triangulasi. Dari hasil analisis data yang kemudian
dapat ditarik kesimpulan.
a. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis.
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi
data berlangsung terus-menerus, terutama selama proyek yang
berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan data.
Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu
membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat gugus-
gugus, membuat partisi, dan menulis memo. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
48
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat
ditarik dan diverifikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini
berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir
lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat disederhanakan
dan ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi ketat,
melalui ringkasan atau uraian sigkat, menggolongkan dalam suatu pola
yang lebih luas, dan sebagainya.
b. Triangulasi
Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan
teknik Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan atau
aslian data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian
(Moloeng, 2004:330) Triangulasi dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu
wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan
untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya
data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk
menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu
triangulasi bersifat reflektif.
c. Menarik Kesimpulan
Kegiatan analisis ketiga adalah menarik kesimpulan dan
verifikasi. Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang
49
penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Kesimpulan yang mula-
mulanya belum jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci.
Kesimpulan-kesimpulan “final” akan muncul bergantung pada
besarnya kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya,
penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan
peneliti, dan tuntutan pemberi data, tetapi sering kali kesimpulan itu
telah sering dirumuskan sebelumnya sejak awal.
50
BAB II
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Profil Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
1. Kondisi Geografis
a. Batas Wilayah
Kota Yogyakarta terletak pada koordinat 110°24'19"-
110°28'53" BT dan antara 7°49ʹ26ʺ - 7°15'24" LS. Posisi Kota
Yogyakarta sangat strategis berada di tengah-tengah 4 Kabupaten
tetangga yaitu Sleman, Bantul, Gunungkidul, dan Kulonprogo.
Wilayah Kota Yogyakarta secara administratif terdiri dari 14
kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2.532 RT dengan wilayah
seluas 32,5 km² atau kurang lebih 1,02% dari luas Wilayah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta
tahun 2016 yaitu 411.282 jiwa. Kota Yogyakarta terletak pada sisi
selatan Gunung Merapi yang hingga sekarang merupakan gunungapi
yang masih aktif. Oleh sebab itu litologi daerah ini dipengaruhi oleh
aktifitas gunungapi tersebut. Sebagian besar jenis tanahnya adalah
regosol. Terdapat 4 sungai yang mengalir dari arah utara ke selatan
yaitu Sungai Gajah Wong yang mengalir di bagian timur kota, Sungai
Code dan Sungai Manunggal di bagian tengah dan Sungai Winongo di
bagian barat kota. Kondisi fisiografi Kota Yogyakarta yang relatif
datar adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki
51
kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan
wilayah yang lebih maju dan berkembang, namun juga banyak terjadi
pencemaran lingkungan, yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat. Kota Yogyakarta merupakan daerah tujuan pendidikan
dan wisata yang terus mengalami perkembangan dalam penyediaan
berbagai sarana prasaran pendidikan maupun pariwisata. Disisi lain
pembangunan hotelhotel baru akan menyebabkan peningkatan
penurapan airtanah dalam dan bila tidak dikendalikan bisa
menyebabkan penurunan muka tanah (subsiden)..
b. Keadaan Alam
Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah
dimana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan
memiliki kemiringan ± 1 derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang
melintas Kota Yogyakarta, yaitu :
52
Tabel. 1 : Jumlah Penduduk berdasarkan usia
No Usia Kulonprogo Bantul Gunung Kidul
Sleman Kota
Yogyakarta Total
1 0-4 tahun 27.247 59. 034 43. 233 67. 158 25. 386 222. 058
2 5-9 tahun 31. 473 70. 171 51. 049 79. 811 29. 779 262. 283
3 10-14 tahun 31. 978 69. 332 50. 809 80. 326 32. 011 264. 456
4 14-19 tahun 32. 343 66. 612 53. 892 76. 870 33. 510 263. 227
5 20-24 tahun 32. 007 64. 063 53. 881 72. 649 30. 903 253. 503
6 25-29 tahun 29. 447 65. 950 52. 043 72. 407 29. 447 249. 294
7 30-34 tahun 28. 653 67. 229 48. 123 74. 091 29. 587 247. 683
8 35-39 tahun 32. 250 75. 432 54. 539 86. 936 33. 283 282. 440
9 40-44 tahun 31. 051 70. 200 52. 105 82. 937 31. 251 267. 544
10 45-49 tahun 31. 234 68. 737 56. 848 80. 852 30. 684 268. 355
11 50-54 tahun 31. 703 65. 721 51. 507 72. 852 29. 080 250. 863
12 55-59 28. 403 59. 134 48. 841 61. 317 25. 728 223. 838
13 60 tahun keatas
80. 325 138. 103 148. 414 155. 317 53. 312 575. 471
Sumber : Data Hasil Konsolidasi dan Pembersihan Database Kependudukan oleh
Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri. Diolah Biro Tata
Pemerintahan Setda DIY
Dari tabel diatas dapat kita lihat secara seksama bahwa, jumlah
penduduk berdasarkan usia paling banyak adalah usia 60 tahun keatas
dengan jumlah 575. 471 jiwa atau 15,9 persen berbagai rasio antar laki-
laki dan perempuan. Sedangkan yang paling sedikit adalah penduduk usia
0-4 tahun dengan jumlah 222. 058 jiwa atau 6,11 persen berbagai rasio
laki-laki dan perempuan. Dari data diatas dapat disimpulkan secara
sederhana bahwa penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari
banyak penduduk yang berusia kurang produktif.
53
Tabel. 2 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat pendidikan
Kulonprogo Bantul Gunung Kidul
Sleman Kota Yogyakarta
Total
1 Tidak sekolah 82.411 175.
765
191. 868 173. 335 57. 773 681. 152
2 Belum tamat SD/MI
43. 033 75. 376 67. 946 109. 907 44. 102 340.364
3 Tamat SD/MI 99.324 195.836 211. 207 140. 583 42. 545 689. 495
4 SMP/MTs 72. 758 139.
017
147.830 142. 577 52. 364 554. 546
5 SMA/SMK/M
A
121. 230 262.
940
120. 864 336. 817 124. 745 966. 596
6 Diploma I/II 2. 595 7. 076 3. 759 9. 921 3. 300 26. 651
7 Akademi Diploma III/ S.
Muda
6. 749 20. 028 5. 244 34. 416 20. 044 86. 481
8 Diploma IV/
Strata I
19. 115 58. 386 15. 535 101. 863 61. 551 256. 450
9 Strata II 853 4. 898 917 12. 540 6. 733 25. 941
10 Strata III 46 396 114 1. 979 804 3. 339
11 Total 448.114 939.718 765.284 1.063.938 413.961 3.631.015
Sumber : Data Hasil Konsolidasi dan Pembersihan Database Kependudukan oleh
Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri. Diolah Biro Tata
Pemerintahan Setda DIY
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat secara seksama bahwa
distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan masih didominasi
oleh penduduk yang tamat SMA/SMK/MA yakni sebanyak 966. 596 jiwa
atau 26,6 persen terbagi dalam rasio laki-laki dan perempuan. Sedangkan
yang paling sedikit adalah berpendidikan Strata III dengan jumlah 3. 339
jiwa atau 0,1 persen. Hal ini dapat dikatakan bahwa penduduk usia
sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah merata dan pendidikan di
DIY sudah tergolong baik.
54
B. Deskripsi Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
1. Visi dan Misi
Visi adalah suatu pandangan dimana suatu instansi pemerintah
harus dibawa dan berkarya agar tetap konsisten dan dapat eksi, antisifatif
inspiratif, produktif, suatu gambaran yang memantau tentang keadaan
masa depan berisikan cita-cita yang diwujudkan oleh instansi
pemerintahan.Sedangkan Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan
oleh organisasi atau instansi pemerintah agar cita-cita dan tujuan yang
direncanakan dapat tercapai dan berhasil dengan baik.
Visi Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
Sebagai Institusi yang handal dalam pengelolaan lingkungan hidup
untuk mewujudkan masyarakat Kota Yogyakarta yang berbudaya dan
berwawasan lingkungan.
Misi Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta
1) Mewujudkan peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka
pelestarian fungsi lingkungan hidup dengan mengikutsertakan dunia
usaha, masyarakat dan sekolah dalam pengelolaan lingkungan.
2) Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau kawasan perkotaan yang
memenuhi fungsi ekologis, fungsi estetis, fungsi sosial dan nyaman.
3) Mewujudkan tatakelola kebersihan dan pengelolaan persampahan yang
berkualitas.
55
2. Kedudukan
1) Dinas Lingkungan Hidup berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati.
2) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Kepala
Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Tupoksi :
Tugas: Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan program di
bidang Pengelolaan Persampahan.
Fungsi :
a. Pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan koordinasi penyusunan
program kerja di bidang pengelolaan persampahan;
b. Perencanaan program kegiatan, penyusunan petunjuk teknis dan
naskah dinas di bidang pengelolaan persampahan;
c. Pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi program di bidang
pengelolaan persampahan;
d. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian program di bidang
pengelolaan persampahan; dan
e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program di bidang
pengelolaan persampahan.
Dasar Hukum :
a. Undang Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
56
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Sampah.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah.
d. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 5 Tahun 2012 tentang
Retribusi Jasa Umum.
e. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 10 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah.
f. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 20 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perda No. 5 Tahun 2012.
g. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 36 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara pemungutan Retribusi Jasa Umum Jenis
Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan.
3. Susunan Organisasi
a. Dinas Lingkungan Hidup
1. Unsur organisasi dinas lingkungan hidup terdiri dari :
a. Pimpinan : Kepala Dinas
b. Pembantu pimpinan : Sekretariat yang terdiri dari subbagian-
subbagian
c. Pelaksana :
- Bidang-bidang yang terdiri dari Seksi-seksi
- Unit Pelaksana Teknis (UPT); dan
- Kelompok Jabatan Fungsional
57
2. Organisasi Dinas Lingkungan Hidup terdiri dari :
a. Kepala
b. Sekretariat, terdiri dari :
1. Sub bagian umum dan kepegawaian
2. Sub bagian keuangan; dan
3. Sub bagian perencanaan, evaluasi dan pelaporan
c. Bidang penataan dan pengendalian dampak lingkungan
1. seksi kajian dampak lingkungan
2. seksi pengendalian pencemaran dan limbah B3
d. Bidang pengembangan kapasitas lingkingan hidup
1. Seksi pengembangan sumber daya lingkungan hidup
2. Seksi penataan dan pemantauan lingkungan
e. Bidang ruang terbuka hijau
1. seksi pengelolaan RTHP
2. seksi pertamanan dan perindang jalan
f. Bidang pengelolaan persampahan
1. seksi pengurangan sampah
2. seksi penanganan sampah
g. UPT terdiri dari :
1. laboratorium pengujian kualitas lingkungan
2. UPT laboratorium pengujian lingkungan
3. pengelolaan retribusi kebersihan
4. UPT pengelolaan retribusi kebersihan
58
b. Dinas Lingkungan Hidup
Sebagai UPT dari Dinas Lingkungan Hidup dalam Pengelolaan
sampah.
Susunan Organisasi dinas lingkungan hidup terdiri dari:
a. Kepala Dinas;
b. Subbagian Bagian Umum;
c. Seksi Pengurangan sampah;
d. Seksi Penangana sampah; dan
e. Jabatan Fungsional
59
4. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup KotaYogyakarta
KEPALA DINAS
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SEKERTARIS
Subagian
Umum &
Kepegawaian
Sub Bagian
Keuangan
Sub Bagian
Perencana
an,
Evaluasi &
Pelaporan
Bidang Ruangan
Terbuka Hijau
Publik
Bidang
Pengelolaan
Persampahan
Seksi
Pengelolaan
RTHP
Seksi Pengurangan
Sampah
Seksi Pertamanan Dan Perindang
Jalan
Seksi Penanganan
Sampah
UPT
Bidang Penataan
Dan Pengelolaan Dampak
Lingkungan
Bidang Pengembangan
Kapasitas Lingkungan Kota
Yogyakarta terletak pada koordinat 110°24'19"-
110°28'53" BT
dan antara
7°49ʹ26ʺ -
7°15'24" LS.
Posisi Kota
Yogyakarta
sangat strategis
berada di
tengah-tengah 4
Kabupaten
tetangga yaitu
Sleman, Bantul,
Gunungkidul,
dan
Kulonprogo.
Wilayah Kota
Yogyakarta
secara
administratif
terdiri dari 14
kecamatan, 45
kelurahan, 617
RW, dan 2.532
RT dengan
wilayah seluas
32,5 km² atau
kurang lebih
1,02% dari luas
Wilayah
Propinsi Daerah
Istimewa
Seksi Kajian
Dampak Lingkungan
Seksi Penataan Dan Pemantauan
Lingkungan
Seksi Pengendalian
Pencemaran Dan
Limbah B3
Seksi Pengembangan
Sumberdaya Lingkungan hidup
60
5. Bidang Pengelolaan Persampahan
Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas :
Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan
program di bidang Pengelolaan Persampahan.
b. Fungsi :
1) Pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan koordinasi
penyusunan program kerja di bidang pengelolaan persampahan;
2) Perencanaan program kegiatan, penyusunan petunjuk teknis dan
naskah dinas di bidang pengelolaan persampahan.
3) Pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi program di bidang
pengelolaan persampahan;
4) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian program di bidang
pengelolaan persampahan; dan
5) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program di
bidang pengelolaan persampahan.
c. Sumber Daya Manusia
1. Seksi Penanganan Sampah
a. Staf Kantor Penanganan Sampah (2 orang)
b. Pengawas Penanganan Sampah (8 orang)
c. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Malioboro (11 orang)
d. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Kranggan (7 orang)
61
e. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Krasak (10 orang)
f. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Gunungketur (12 orang)
g. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Ngasem (9 orang)
h. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Gading (7 orang)
i. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Tungkak (10 orang)
j. Petugas Pembersihan Jalan Sektor Kotagede (6 orang)
k. Tenaga Teknis Pembersihan Jalan (16 orang)
l. Petugas Pengangkutan Sektor Malioboro-Kranggan (11 orang)
m. Petugas Pengangkutan Sektor Krasak (31 orang)
n. Petugas Pengangkutan Sektor Gunungketur (18 orang)
o. Petugas Pengangkutan Sektor Ngasem-Gading (16 orang)
p. Petugas Pengangkutan Sektor Kotagede (10 orang)
q. Petugas Pengangkutan Sektor Angkutan Siang (5 orang)
r. Tenaga Teknis Pengangkutan Sampah (35 orang)
TOTAL : 224 orang
2. Seksi Pengurangan Sampah
a. Staf Kantor Pengurangan Sampah (3 orang)
b. Petugas Lapangan Pengurangan Sampah (6 orang)
3. Seksi UPT Retribusi
1. Staf Kantor Retribusi Kebersihan (6 orang)
2. Tenaga Teknis Pengurangan Sampah (10 orang)
3. Petugas Pemungut Retribusi Kebersihan (26 orang)
Sarana dan prasarana
62
b. Dump Truk Sampah : 31 unit
c. Armroll Truk Sampah : 6 unit
d. Compactor Truk Sampah : 3 unit
e. Road Sweeper : 2 unit
f. Mobil Pick Up : 5 unit
g. Motor Roda 3 : 30 unit
h. Gerobak Sampah : 54 unit
6. Bidang Pengembangan Kapasitas
a. Tugas
Membantu Kepala Dinas dalam merumuskan kebijakan,
mengkoordinasikan, membina, mengawasi dan mengendalikan
program bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup;
b. Fungsi
1. Pelaksanaan kebijakan dan penyiapan bahan koordinasi
penyusunan program kerja di bidang pengembangan kapasitas
lingkungan hidup;
2. Perencanaan program kegiatan, penyusunan petunjuk teknis dan
naskah dinas di bidang pengembangan kapasitas lingkungan hidup;
3. Pengkoordinasian, pengembangan dan fasilitasi program di bidang
pengembangan kapasitas lingkungan hidup;
4. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian program di bidang
pengembangan kapasitas lingkungan hidup; dan
63
5. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan program di
bidang pengembangan kapasitas lingkungan hidup.
c. Sumber Daya Manusia
Seksi Penaatan dan PSDLH
PNS 5 orang
Naban 5 orang
Tenaga Teknis 5 orang
d. Seksi UPT Laborotarium
PNS 5 orang
Naban 4 orang
Tenaga Teknis 3 orang.
e. Dasar Hukum
a. Undang Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2006 tentang
Pedoman Teknis. Pengelolaan Sampah.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah.
d. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 5 Tahun 2012 tentang
Retribusi Jasa Umum.
e. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 10 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah.
f. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 20 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perda No. 5 Tahun 2012.
64
g. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta No. 36 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara pemungutan Retribusi Jasa Umum Jenis
Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan.
7. Sarana dan Prasarana
SDM Seksi Penanganan Sampah Seksi Pengurangan Sampah
1. PNS : 37 orang 1. PNS : 180 orang
2. NABAN : 3 orang 2. NABAN : 18 orang
3. Tenaga Teknis : 8 orang 3. Tenaga Teknis : 51 orang
Tabel 3 : Data Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Yogyakarta
No Sarana prasarana Jumlah
1 Gerobak sampah 54 unit
2 Kendara roda 3 18 unit
3 Sepeda sampah 2 unit
4 Bin sampah 70 unit
5 Dump sampah 28 unit
6 Arm Truck 7 unit
7 Pick Up 2 unit
8 Backhoe Sampah 1 unit
9 Container sampah 28 unit
10 Landasan container 18 unit
11 Transfer depo 11 unit
12 TPS permanen 74 unit
13 Kantor sektor 8 unit
65
8. Bank Sampah
Tahun 2015 Tahun 2016
RW yang belum memiliki bank sampa
RW yang sudah memiliki bank sampah
Tabel 4 : Rincian Data Bank Sampah
No Kecamatan
Jumlah
Rw yg
memiliki
Bank Sampah
Jumlah
Bank
Sampah
Jumlah
Nasabah
( KK)
Rata-rata Jumlah Sampah terolah per bulan
Plastik
(kg)
Kertas
(kg)
Kaca
(kg)
Logam
(kg)
Lain2
(kg)
1 Danurejan 28 31 1.01 710,50 1.909,50 325,00 462,00 45,00
2 Gondokusuman 44 46 2.277 2.004,48 4.723,54 874,33 764,96 0,00
3 Gondomanan 19 19 732 417,00 1.451,00 84,00 158,00 26,00
4 Jetis 26 28 1.682 .138,81 3.114,14 355,45 474,53 0,00
5 Gedongtengen 13 13 625 609,00 1.269,00 175,00 325,00 46,00
6 Kotagede 25 34 1.683 425,00 1.555,00 156,00 173,00 0,00
7 Kraton 23 25 938 782,00 3.146,00 630,00 391,00 172,00
8 Mantrijeron 24 25 1.338 983,00 3.779,98 218,20 754,00 73,00
9 Mergangsan 40 40 1.896 1.598,00 5.402,00 464,00 829,00 19,00
10 Ngampilan 12 15 950 1.068,24 2.531,50 584,74 488,50 55,00
11 Pakualaman 16 16 393 286,00 971,00 104,00 215,00 4,00
12 Tegalrejo 32 36 1.418 1.032,19 2.325,17 315,80 215,00 0,00
13 Umbulharjo 66 77 2.91 1.221,00 8.395,00 1.307,00 1.349,00 0,00
14 Wirobrajan 24 28 1.002 1.381,19 3.227,89 541,60 470,67 0,00
TOTAL 392 433 18.855 13.656,41 43.800,72 6.135,12 7.211,89 440,00
66%
34%
75%
7
29%
66
9. Wajib Retribusi Komersial
Tabel 5 : Wajib Retribusi (WR) adalah orang pribadi
atau badan yang mendapatkan dan memanfaatkan/menikmati
pelayanan persampahan/kebersihan di daerah.
No Wajib Retribusi Tarif ( RP/Bulan)
1 Hotel/Penginapan
Hotel Bintang 5 1.000.000
Hotel Bintang 4 600.000
Hotel Bintang 3 250.000
Hotel Bintang 2 150.000
Hotel Bintang 1 100.000
Hotel Melati 3 75.000
Hotel Melati 2 60.000
Hotel Melati 1 40.000
Penginapan 25.000
Kelompok A B C
2 Toko
Besar 200.000 135.000 70.000
Sedang 75.00 65.000 32.000
Kecil 10.000 3.500 5.000
Warung 6.000 4.500 3.000
Data pada tahun 2017 menunjukan bahwa Bank sampah di Kota
Yogyakarta sejumlah 362 unit, dengan data sebagai berikut :
67
Tabel 6 : Jumlah Bank Sampah
No Kecamatan Jumlah Bank Sampah (unit)
1 Mantrijeron 18
2 Kraton 25
3 Mergangsan 37
4 Umbulharjo 66
5 Kotagede 23
6 Gondukusuman 48
7 Danurejan 20
8 Pakulaman 16
9 Gondokusuman 48
10 Ngampilan 12
11 Wirobrajan 26
12 Gedongtengen 5
13 Jetis 15
14 Tegalrejo 31
Jumlah 362
Sumber : studi master plan tahun 2017
Jumlah rata-rata sampah yang dikeloka setiap 1 Bank Sampah
adalah 16,88 kg/hari. Sehingga pengelolaan sampah melalui Bank Sampah
yang ada di kota Yogyakarta sehari adalah sejumlah 6,110,56 kg/hari
(6,112 ton/hari).
Pengelolaan sampah melalui bank sampah memberikan kontribusi
sebesar 1,70 % ton/hari. Jumlah tersebut masih belum sebanding jika
dilihat dari prosentase jumlah volume sampah yang di buang ke TPST di
Piyungan Bantul. Pemerintah kota Yogyakarta (DLH) terus melakukan
upaya pembentukan dan pembinaan Bank Sampah tidak hanya di
masyarakat saja tetapi juga dilakukan di kantor, instansi dan sekolahan,
dengan harapan selain merubah perilaku masyarakat dalam mengelola
sampah dengan bijak namun juga berharap Bank Sampah mampu
68
memberikan kontribusi lebih banyak lagi di dalam mengurangi timbulnya
sampah di Kota Yogyakarta.
Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS), yaitu bak
dengan konstruksi dari bata tanpa atap yang diberi lubang pintu dengan
atau tanpa pintu. Ukuran rata-rata 3 m3. Penempatannya diupayakan dekat
dengan sumber timbulan sampah. Penggunaan TPSS pada umumnya tidak
disukai karena alasan lingkungan, estetika, dan operasional yang tidak
praktis (perlu waktu yang relatif cukup lama dan banyak tenaga).
Bentuk TPSS di Kota Yogyakarta
Sumber: Dok. DLH Kota Yogyakarta,
Transfer Depo, yaitu tempat pertemuan alat pengumpul dan truck
pengangkut dan bukan TPSS. Ada 3 tipe transfer depo berdasarkan luas
lahan yang digunakan, yaitu Tipe I (luas lahan 200 m2), Tipe II (luas
lahan 50/100 m2) dan Tipe III (luas lahan 10-20 m2 ).
69
Contoh Transfer Depo di Kota Yogyakarta
Sumber: Dok. DLH Kota Yogyakarta.
Jenis transfer depo yang ada di Kota Yogyakarta, menurut
ukurannya termasuk tipe II, namun beberapa depo juga dilengkapi dengan
kantor/gudang seperti depo tipe I.
a. Pada umumnya depo-depo tersebut belum berfungsi sebagaimana
mestinya dan lebih berfungsi sebagai TPSS, hal ini disebabkan:
b. Pada transfer depo dengan sistem container, sampah banyak
menumpuk di luar karena operasional pemindahan sampah dari alat
pengumpul (gerobak) ke dalam bak tidak praktis, sehingga petugas
cenderung hanya membongkar sampah di luar bak saja. Hambatannya
adalah pada desain container yang tidak nyaman digunakan untuk
pemindahan sampah. Pada transfer depo dengan sistem tunggu dump
truck, sampah banyak menumpuk karena koordinasi waktu
pemindahan antara petugas pengumpul sampah dan kendaraan kurang
baik.
Ada beberapa jenis sarana pengangkutan sampah yang digunakan di
Kota Yogyakarta, yaitu:
70
1. Truck biasa. Kendaraan jenis ini masih digunakan di Kota Yogyakarta.
Pemakaiannya tidak praktis karena proses bongkar muat sampah perlu
waktu lama dan tenaga lebih banyak. Kelebihannya adalah pada
kapasitas tampung yang besar (16 m3 ) dan harga yang relatif lebih
murah dari jenis lainnya. Operasionalisasi1-2 rit/hari
2. Dump Truck. Kendaraan ini merupakan modifikasi dari truck biasa,
bak truck dapat digerakkan secara hidrolik sehingga proses bongkar
sampah bisa efektif, sedangkan lama operasionalisasi sama dengan
truck biasa. Bak terbuat dari baja dengan kapasitas bervariasi 8 m3,
harganya relatif lebih mahal dari truck biasa dengan kapasitas
operasional adalah 2-3 rit perhari. Jenis kendaraan ini digunakan pada
pola operasional sistem door to door, jemput bola, transfer depo, dan
juga sistem TPSS atau container yang berfungsi sebagai TPSS.
Dump Truck di Kota Yogyakarta Dump Truck di Kota Yogyakarta
Sumber: Dok. DLH Kota Yogyakarta Sumber: Dok. DLH Kota
Yogyakarta
71
Gerobak Pengakutan diKota Yogyakarta Dump Truck kota Yogyakarta
Sumber: Dok. DLH Kota Yogyakarta Sumber:Dok. DLH Kota
Yogyakarta
97
DAFTAR PUSTAKA
Asti Mulasari, (2016) Jurnal Kesehatan Masyarakat.Analisis situasi
permasalahan sampah kota Yogyakarta dan kebijakan
penanggulangannya. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Basriyanta. (2007). Memanen Sampah. Yogyakarta: Kanisius.
Dwiyanto Indiahono. S.Sos, M,Si (2017). Kebijakan Publik Berbasis Dynamic
Analysis. Gava Media Yogyakarta.
Maniak, K (2003). Pengelolaan lingkungan hidup. Jakarta: Djambatan
Jailan dkk. 2016. Sistem pengelolaan dan upaya penangulangan sampah. 478
Kamali A, 2002. Kajian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Dengan
Pendekatan Ekonomi Lingkungan (Studi Kasus TPA Sampah
JatibarangSemarang). Program Pascasarjana UNDIP, Semarang.
PKP2AI, LAN, 2004, Kajian tentang Pengelolaan Bersama (Joint Management)
Pelayanan Persampahan di Wilayah Perkotaan
Sugiarto, et. Al, 2001, Teknik Sampling, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Rahardyan B. dan Widagdo A.S., 2005. Peningkatan Pengelolaan Persampahan
Perkotaan Melalui Pengembangan Daur Ulang. Materi Lokakarya 2
Pengelolaan Persampahan di Propinsi DKI Jakarta.
Web site :
(https://lavasoft.gosearchresults.com/?sbtn=&q=peraturan+walikota+kota+Yogya
karta+tentang++sampah+pdf
https://pkkjogja.wordpress.com/2008/09/18/sampah-sumber-masalah-kota/)
https://jogjatv.tv/pemkot-luncurkan-ecobricks-untuk-atasi-sampah-
plastik/)(https://lavasoft.gosearchresults.com/?sbtn=&q=peraturan+w
alikota+kota+Yogyakarta+tentang+sampah+pd
98
Undang-undang :
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 18 Tahun 2002 tentang kebersihan dan
peraturan pemerintah republik indonesia
Peraturan Walikota No 67 Tahun2018 tentang kebijakan dan strategi kota
Yogyakarta dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis rumah
tangga.
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 21 Tahun 2012 tentang retribusi
kebersihan
Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah.
Undang-undang No 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah.
Undang-undang Nomor 81 Tahun 2012 tentang pengelolan sampah rumah tangga
dan sampah sejenis rumah.
top related