skrip si all
Post on 23-Oct-2015
29 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem perbankan syariah telah membuktikan dirinya sebagai suatu
sistem yang tangguh melalui krisis ekonomi di Indonesia. Banyak keunggulan
yang dimilikinya sehingga dapat bertahan menghadapi keadaan yang sangat
sulit bagi dunia perbankan. Di antara keunggulannya adalah pertumbuhan
perbankan yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dalam kondisi
krisis ekonomi bank konvensional menderita negative spread dalam
bisnisnya, sebagai suatu momok utama yang dihadapi oleh perbankan
konvensional, dan justru dalam kondisi demikian bank syariah menunjukkan
kondisi yang sebaliknya.
Bank syariah yang dimaksud di sini adalah bank Islam, bank yang
melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan
perjanjian (akad) antara pihak bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan
hukum Islam. Sehingga perbedaan antara bank Islam (syariah) dengan bank
konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan
bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan prinsip lain
yang sesuai dengan syariat Islam, karena bunga diyakini mengandung unsur
riba yang diharamkan (dilarang) oleh agama Islam.(Rivai,2007)
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga
keuangan yang berfungsi meperlancar mekanisme ekonomi disektor riil
melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya)
1
berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-
nilai syariah yang bersifat makro maupun mikro.(Ascarya,2007)
Bank syariah merupakan bank yang lebih menekankan pada prinsip
bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam semua operasinya baik
dalam pengerahan dananya maupun dalam penyaluran dananya (dalam
perbankan syariah penyaluran dana biasa disebut dengan pembiayaan). Oleh
karena itu, jenis-jenis penghimpunan dana dan pemberian pembiayaan pada
bank syariah terutama juga menggunakan prinsip bagi hasil. Dalam
penghimpunan dana, bank syariah dapat juga menggunakan prinsip wadi’ah,
qardh, maupun ijarah. Dalam pembiayaan, bank syariah dapat juga
menggunakan prinsip jual beli dan sewa (lease). Selain itu, bank syariah juga
menyediakan berbagai jasa keuangan seperti wakalah, hiwalah, rahn, qardh,
sharf, dan ujr. (Rivai,2007)
Pembiayaan merupakan fungsi bank dalam menjalankan fungsi
penggunaan dana. Dalam kaitan dengan bank maka ini merupakan fungsi
yang terpenting. Portofolio pembiayaan pada bank komersial menempati
porsi terbesar, pada umumnya menempati 55% sampai 60% dari total aktiva.
Dari pembiayaan yang dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat
mendapatkan hasil. Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing)
merupakan tingkat penghasilan tertinggi dari bank. Sesuai dengan
karakteristik dari sumber dananya, pada umumnya bank komersial
2
memberikan pembiayaan berjangka pendek dan menengah, meskipun
beberapa jenis pembiayaan dapat diberikan dengan jangka waktu yang lebih
panjang. Tingkat penghasilan dari setiap jenis pembiayaan juga bervariasi,
tergantung pada prinsip pembiayaan yang digunakan dan sektor usaha yang
dibiayai.(Muhammad,2002)
Sebagai lembaga yang penting dalam perekonomian maka perlu
adanya pengawasan kinerja yang baik oleh regulator perbankan. Salah satu
indikator untuk menilai kinerja keuangan suatu bank adalah melihat tingkat
profitabilitasnya. Hal ini terkait sejauh mana bank menjalankan usahanya
secara efisien. Efisiensi diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh
dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Semakin tinggi
profitabilitas suatu bank, maka semakin baik pula kinerja bank tersebut. Dan
untuk meningkatkan nilai profitabilitas dapat ditempuh dengan melakukan
maksimalisasi keuntungan yang diperoleh bank melalui optimalisasi struktur
pembiayaan yang disalurkan bank kepada nasabahnya.
Upaya untuk mengatur suatu pembiayaan sehingga tujuan dan jenis
pembiayaan yang diberikan sesuai disebut dengan istilah struktur
pembiayaan. Selain itu, struktur pembiayaan juga mencoba menetralisir dan
meminimalisasi risiko yang muncul dari adanya pembiayaan tersebut. Dalam
strukturisasi ini dapat ditentukan sejumlah kondisi agar pembiayaan yang
diberikan berada dalam taraf risiko yang dapat dikendalikan dan mampu
memberikan imbal hasil yang maksimal dari sekian banyak alternatif struktur
pembiayaan yang dapat diterapakan. Struktur pembiayaan menunjukkan
3
berapa besar komposisi dari pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual
beli, pola bagi hasil dengan sewa. Struktur pembiayaan ini akan
mempengaruhi keuntungan yang diterima sehingga kinerja keuangan bank
juga akan dipengaruhi oleh struktur pembiayaannya. (Muhammad, 2005)
Dan salah satu bank syariah besar di Indonesia adalah Bank Syariah
Mandiri (BSM) yang memiliki aset lebih dari 32 triliun rupiah sampai di
akhir tahun 2010 (lihat Tabel 1.1) dan memiliki 369 unit jaringan kantor
pelayanan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Karena merupakan
salah satu bank syariah besar di Indonesia, sehingga kinerja Bank Syariah
Mandiri merupakan salah satu tolak ukur penilaian masyarakat akan kinerja
bank syariah yang ada di Indonesia.
Tabel 1.1Ringkasan Neraca PT Bank Syariah Mandiri
Periode 2008-2010(dalam miliar rupiah)
Uraian 2008 2009 2010Aktiva 17.066 22.037 32.482Aktiva Produktif 16.399 21.319 30.744Kewajiban 2.343 3.273 5.010Dana Syirkah Temporer 13.315 16.963 25.251Surat Berharga yang Diterbitkan 200 200 200Dana Pihak Ketiga
- Giro- Tabungan- Deposito
14.8981.8125.2847.802
19.3382.5917.1639.584
28.9984.0159.873
15.110
Ekuitas 1.208 1.600 2.021
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Selain itu, BSM pada periode tahun 2010, mampu membukukan
laba bersih (laba setelah pajak) sebesar Rp418,52 miliar, tumbuh sebesar
Rp127,58 miliar atau 43,85% dibandingkan perolehan laba periode tahun
4
2009 sebesar Rp290,94 miliar (lihat Tabel 1.2). Kenaikan tersebut
terutama disebabkan oleh meningkatnya porsi pembiayaan yang diberikan
BSM dan adanya ekspansi usaha seperti penambahan outlet dan
sebagainya.
Tabel 1.2Ringkasan Laporan Laba Rugi PT Bank Syariah Mandiri
Periode 2008-2010 (dalam jutaan rupiah)
Uraian 2008 2009 20101. Pendapatan Operasional
a. Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib
b. Pendapatan Usaha Lainnya
2.037.3761.736.390
300.986
2.417.994 2.071.022
346.972
3.334.6132.768.071
566.5422. Beban Operasional
a. Beban penyisihan kerugian aktiva produktif
b. Beban penyisihan kerugian aktiva non produktif
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana Syirkah temporer
d. Pembalikan (beban) estimasi kerugian komitmen dan kontijensi
e. Beban Usaha lain
1757437(309.296)
(24.300)
(793.050)
(796)
(629.995)
(1.991.845) (258.363)
(3.915)
(901.570)
(63)
(827.934)
(2.754.934)(310.942)
4.152
(1.161.680)
(706)
(1.285.758)
3. Laba Usaha 279.939 426.149 579.6794. Pendapatan (Beban) Non
Operasional4.146 8.018 3.636
5. Laba Sebelum Zakat - 434.167 583.3156. Laba Sebelum Pajak 284.085 418.403 568.7327. Laba Setelah Pajak/ Laba Bersih 196.416 290.943 418.519
Sumber : Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Analisis Pengaruh Struktur Pembiayaan
Terhadap Tingkat Profitabilitas (ROA) Pada PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Makassar”.
1.2 Rumusan Masalah
5
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pembiayaan bagi hasil secara parsial terhadap tingkat
profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Makassar ?
2. Bagaimana pengaruh pembiayaan jual beli secara parsial terhadap tingkat
profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Makassar ?
3. Bagaimana pengaruh pembiayaan sewa secara parsial terhadap tingkat
profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Makassar ?
4. Apakah jenis pembiayaan jual beli adalah pembiayaan yang paling
dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset
(ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ?
5. Bagaimana pengaruh struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, sewa)
secara simultan terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)–
PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan bagi hasil secara parsial terhadap
tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Makassar
6
2. Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan jual beli secara parsial terhadap
tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Makassar
3. Untuk mengkaji pengaruh pembiayaan sewa secara parsial terhadap
tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Makassar
4. Untuk mengetahui bahwa jenis pembiayaan jual beli adalah pembiayaan
yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat profitabilitas –Return
On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar
5. Untuk mengkaji pengaruh struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli,
sewa) secara simultan terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset
(ROA)– PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar
Sementara itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi beberapa pihak di antaranya:
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitan diharapkan akan menambah khasanah kepustakaan dan
bahan referensi bagi penelitian yang akan datang mengenai pengaruh
struktur pembiayaan terhadap kinerja keuangan bank syariah.
2. Bagi Perusahaan
7
Menjadi bahan masukan dan informasi bagi perusahaan dalam
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan utamanya melalui
pengoptimalan struktur pembiayaan yang disalurkan kepada nasabahnya.
3. Bagi Peneliti
Sebagai perbandingan antara teori-teori yang didapat di perusahaan sesuai
dengan mata kuliah dan juga dalam aktivitas perusahaan khususnya dalam
usaha peningkatan kinerja keuangan perusahaan melalui pengoptimalan
struktur pembiyaan perbankan syariah. Selain itu, sebagai bagian dari
persyaratan penyelesaian tugas akhir untuk memperoleh gelar Strata 1
(S1).
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini terdiri dari enam bab yaitu:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bagian awal penulisan yang terdiri atas sub judul
yang saling berhubungan yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan landasan teori yang akan digunakan sebagai
acuan dalam pembahasan permasalahan yang telah diajukan. Teori yang
digunakan antara lain teori tentang bank syariah, pembiayaan, dan penilaian
kinerja kauangan bank syariah. Di samping itu bagian ini juga berisi kerangka
penelitian dan hipotesis.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
8
Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
melakukan penelitian yang diawali pendefinisian sampai dengan teknik
analisis data. Secara rinci, bab ini terdiri dari lokasi penelitian, obyek
penelitian, jenis penelitian, metode pengumpulan data, jenis data, sumber data,
metode analisis, teknik analisis, operasionalisasi variabel dan instrumen
pengukuran.
BAB IV: GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran perusahaan, sejarah
perusahaan, struktur organisasi perusahaan, visi dan misi serta hal-hal lain
yang menyangkut perusahaan.
BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisis data yang telah diperoleh dalam penelitian.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis statistik yang digunakan untuk
melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian.
BAB VI: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari skripsi ini. Dalam bab ini disajikan
kesimpulan serta saran yang relevan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan.
BAB II
9
LANDASAN TEORI
2.1. Bank Syariah
2.1.1. Pengertian Bank Syariah
Ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik
simpanan maupun pinjaman, bank dapat dibedakan menjadi:
a. Bank konvensional, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya,
memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau
sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu
periode tertentu. Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan per
tahun.
b. Bank syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsi syariah
yaitu jual beli dan bagi hasil.(Triandaru,2006)
Bank pada dasarnya merupakan perusahaan atau lembaga perantara
keuangan (financial intermediary) yaitu antara pihak yang kelebihan dana
(surplus spending unit) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit spending
unit). Sebagai lembaga perantara bank harus menyalurkan dana yang
dikumpulkan dari masyarakat tersebut kepada pihak-pihak yang
membutuhkan dana dalam bentuk pinjaman atau yang lebih dikenal dengan
kredit di Bank Konvensional atau pembiayaan di Bank Syariah.
10
Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai asset
yang dianggap menguntungkan bank.
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau
biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Al Quran dan Hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Atau dengan kata lain Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiaannya disesuai dengan
prinsip syariat Islam. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat
Islam. Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi dengan prinsip –prinsip
syariat Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada
ketentuan-ketentuan Al Quran dan Hadist; Sementara bank yang beroperasi
sesuai prinsip syariat Islam adalah bank yang dalam beroperasinya itu
mengikuti ketentuan-ketentuan syariat Islam, khususnya yang menyangkut
tatacara bermuamalat secara Islam. (Muhammad,2002)
Visi perbankan Islam umumnya adalah menjadi wadah terpercaya
bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan system bagi hasil
secara adil sesuai prinsip syariah. Memenuhi rasa keadilan bagi semua pihak
dan memberikan maslahat bagi masyarakat luas adalah misis utama
perbankan Islam.(Wirdyaningsih,2005)
11
Selain itu, yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada
pasal 1 butir 13 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yakni sebagai berikut:
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah,
antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual
beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan
barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau
dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari
pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).(Wiroso,2005)
2.1.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
System keuangan dan perbankan modern telah berusaha memenuhi
kebutuhan manusia untuk mendanai kegiatannya, bukan dengan dananya
sendiri, melainkan dengan dana orang lain, baik dengan menggunakan prinsip
penyertaan dalam rangka pemenuhan permodalan (equity financing) maupun
dengan prinsip pinjaman dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan
(debt financing).
Islam mempunyai hukum sendiri untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
yaitu melalui akad-akad bagi hasil (profit and loss sharing) sebagai metode
pemenuhan kebutuhan permodalan (equity financing) dan akad-akad jual beli
(al bai’) untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan (debt financing). Bank
Islam tidak menggunakan metode pinjam meminjam uang dalam rangka
12
kegiatan komersial, karena setiap pinjam-meminjam uang yang dilakukan
dengan persyaratan atau janji pemberian imbalan adalah termasuk riba.
(Arifin,2002)
Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi komputer yang digunakan, dan syarat-syarat umum memperoleh
pembiayaan. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar diantara
keduanya. Perbedaan ini menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha
yang dibiayai, dan lingkungan kerja.
a. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi
duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum
Islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian
yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif
belaka, tapi tidak demikian jika perjanjian tersebut memiliki
pertanggung jawaban hingga yaumil qiyamah nanti.
b. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bak
konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsure
yang amat membedakan antar bank syariah dan bank konvensional
adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas
mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai
dengan garis-garis syariah.
13
c. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas
dari saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin
membiayai usaha yang terkandung di dalamnya hal-hal yang
diharamkan.
d. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya meiliki lingkungan kerja yang sejalan
degan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,
harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas
eksekutif muslim yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah
harus skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan
tugas secara team-work di mana informasi merata di seluruh fungsional
organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment,
diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.(Antonio,2001)
Secara ringkas perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional dapat dilihat pada tabel berikut (Triandaru,2006):
14
Tabel 2.1Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
No Bank Syariah Bank Konvensional
1. Berinvestasi pada usaha yang
halal
Bebas nilai
2. Atas dasar bagi hasil, margin
keuntungan dan fee
System bunga
3. Besaran bagi hasil berubah-ubah
tergantung kinerja usaha
Besarannya tetap
4. Profit dan falah oriented Profit oriented
5. Pola hubungan kemitraan Hubungan kreditur-debitur
6. Ada Dewan Pengawas Syariah Tidak ada lembaga sejenis
2.2. Pembiayaan
Dalam menyalurkan dana, bank syariah dapat memberikan berbagai
bentuk pembiayaan. Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah
mempunyai lima bentuk utama (Khan,1995), yaitu mudharabah dan
musyarakah (dengan pola bagi hasil), murabahah dan salam (dengan pola
jual beli), dan ijarah (dengan pola sewa operasional maupun finansial). Selain
kelima bentuk pembiayaan ini, terdapat berbagai bentuk pembiayaan yang
merupakan turunan langsung atau tidak langsung dari kelima bentuk
pembiayaan di atas. Bank syariah juga memiliki bentuk produk pelengkap
yang berbasis jasa (fee-based service) seperti qardh dan jasa keuangan
lainnya.
Menurut Undang-undang Pokok Perbankan No. 10 tahun 1998
(Kasmir, 2000), pengertian pembiayaan dapat didefenisikan sebagai berikut :
15
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.
Sama halnya dengan kredit di bank konvensional, pembiayaan juga
merupakan salah satu komponen aktiva produktif yang harus dipantau dan
dianalisis kualitasnya agar profitabilitas bank syariah dapat mendukung
kelangsungan usahanya. Berikut pembahasan mengenai produk-produk
pembiayaan bank syariah:
1) Pembiayaan Bagi Hasil
Bentuk pembiayaan bank syariah yang utama dan yang paling penting
yang disepakati oleh para ulama adalah pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. Prinsipnya adalah al-
ghunm bi’l-ghurm atau al-khar, bi’I-daman, yang berarti bahwa tidak ada
bagian keuntungan tanpa ambil bagian dalam risiko (Al-Omar dan Abdel-
Haq,1996), atau untuk setiap keuntungan ekonomi riil harus ada biaya
ekonomi riil (Khan,1995). Ciri utama pembiayaan bagi hasil adalah
bahwa keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh pemilik dana
maupun pengusaha. Konsep pembiayaan bagi hasil dilandaskan pada
prinsip dasar, yaitu:
Pembiayaa bagi hasil tidak berarti meminjamkan uang, tetapi
merupakan partisipasi dalam usaha. Dalam hal musyarakah,
16
keikutsertaan usaha hanya sebatas proporsi pembiayaan masing-
masing pihak.
Investor atau pemilik dana harus ikut menanggung risiko kerugian
sebatas proporsi pembiayaannya.
Para mitra usaha bebas menentukan, dengan persetujuan bersama,
rasio keuntungan untuk masing-masing pihak, yang dapat berbeda
dari rasio pembiayaan yang disertakan.
Kerugian yang ditanggung oleh masing-masing pihak harus sama
dengan proporsi investasinya
(1) Mudharabah
Pembiayaan ini merupakan bentuk pembiayaan bagi hasil ketika
bank sebagai pemilik dana /modal, biasa disebut shahibul
mal/rabbul mal, menyediakan modal (100%) kepada pengusaha
sebagai pengelola, biasa disebut mudharib, untuk melakukan
aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang
dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang
ditentukan sebelumnya dalam akad (yang besarnya juga
dipengaruhi oleh kekuatan pasar). Apabila terjadi kerugian karena
proses normal dari usaha, dan bukan karena kelalaian atau
kecurangan pengelola, kerugian ditanggung sepenuhnya oleh
pemilik modal, sedangkan pengelola kehilangan tenaga dan
keahlian yang telah dicurahkannya. Apabila terjadi kerugian
karena kelalaian dan kecurangan pengelola, maka pengelola
17
bertanggung jawab sepenuhnya. Pengelola tidak ikut menyertakan
modal, tetapi menyertakan tenaga dan keahliannya, dan juga tidak
meminta gaji atau upah dalam menjalankan usahanya. Pemilik
dana hanya menyediakan modal, dan tidak dibenarkan untuk ikut
campur dalam manajemen usaha yang dibiayainya. Kesediaan
pemilik dana untuk menanggung risiko apabila terjadi kerugian
menjadi dasar untuk mendapat bagian dari keuntungan.
(Rivai,2007)
Praktik Pembiayaan Mudharabah di Bank Syariah
Penempatan dana di bank syariah dapat dilakukan dalam bentuk
pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah atau kerja sama
bagi hasil. Jika pembiayaan berakad jual beli (bai’ bithaman ajil
dan mudharabah), maka bank akan mendapatkan margin
keuntungan. Pembagiannya tidak begitu rumit. Namun jika
pembiayaan berkaitan dengan akad syirkah (musyarakah dan
mudharabah), maka pembiayaan ini membutuhkan perhitungan-
perhitungan yang cukup “njlimet”.
Dalam pembiayaan mudharabah (bagi hasil) ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak, yaitu: (1) nisbah
bagi hasil yang disepakati; (2) tingkat keuntungan bisnis actual
yang didapat. Oleh karen itu, bank sebagai pihak yang memiliki
dana akan melakukan perhitungan nisbah yang akan dijadikan
kesepakatan pembagian pendapatan.(Muhammad,2002)
18
Cara Menentukan Nisbah Bagi Hasil
Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan
bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek
yang disepakati bersama antara kedua belah pihak yang
melakukan transaksi. Untuk melakukan nisbah bagi hasil, perlu
diperhatikan aspek-aspek: data usaha, kemampuan angsuran, hasil
usaha yang dijalankan atau tingkat return aktual bisnis, tingkat
return yang diharapkan, nisbah pembiayaan dan distribusi
pembagian hasil.
Nisbah bagi hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Gambar 2.1 rumus nisbah bagi hasil
Contoh Perhitungan Bagi Hasil dalam Pembiayaan
Mudharabah
Seorang nasabah mengajukan pembiayaan kepada bank syariah
untuk modal kerja dagang sebesar Rp 100.000.000,00 selama 1
tahun. Jika situasi ekonomi mampu memberikan return bisnis
actual sebesar 8%dan return bisnis yang diharapkan bank syariah
sebagai penyandang dana sebesar 3%. Setelah bisnis dijalankan,
nasabah mampu mencetak keuntungan bisnisnya selama satu tahu
sebagai berikut :
19
Nisbah Bank =Expected Profit Rate (EPR)
x 100 %Expected Return Bisnis yang dibiayai (ERB)
Nisbah Nasabah = 100 % - Nisbah Bank
Tabel 2.2Contoh kasus penetapan nisbah bagi hasil
Bulan LabaUsaha (Rp)1. 6.000.0002. 7.000.0003. 4.000.0004. 4.500.0005. 5.000.0006. 5.500.0007. 6.000.0008. 5.400.0009. 9.000.00010. 5.700.00011. 4.700.00012. 3.500.000
Pertanyaan :
1. Berapa nisbah yang harus dsepakati antara bank dengan
nasabah
2. Bagaimana distribusi bagi hasil pendapatan antara bank
syariah dengan nasabah berdasarkan data tersebut di atlas?
Penyelesaian :
Langkah-langkah untuk menyelesaikan kasus di atas dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menentukan nisbah untuk kedua belah pihak yang melakukan
kontrak pembiayaan, yaitu:
Nisbah bank syariah = 3,2%/8% x 100% = 40%
Nisbah nasabah = 100% - 40 % = 60%
Rasio nisbah antara bank syarah dengan nasabah pembiayaan
adalah = 40% : 60%
20
2. Menghitung distribusi bagi hasil untuk bank dan nasabah
sesuai dengan nisbah dan pendapatan actual usaha, sebagai
berikut:
Tabel 2.3 Tabel pembantu penyelesaian contoh kasus
Bulan Laba Usaha (Rp)
Bagian Bank (40%)
Bagian Nasabah (60%)
Cicilan pokok
Setoran
1. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.0002. 7.000.000 2.800.000 4.200.000 2.800.0003. 4.000.000 1.600.000 2.400.000 1.600.0004. 4.500.000 1.800.000 2.700.000 1.800.0005. 5.000.000 2.000.000 3.000.000 2.000.0006. 5.500.000 2.200.000 3.300.000 2.200.0007. 6.000.000 2.400.000 3.600.000 2.400.0008. 5.400.000 2.160.000 3.240.000 2.160.0009. 9.000.000 3.600.000 5.400.000 3.600.00010. 5.700.000 2.280.000 3.420.000 2.280.00011. 4.700.000 1.880.000 2.820.000 1.880.00012. 3.500.000 1.400.000 2.100.000 1.400.000
Total 69.800.000 27.920.000
41.880.000 100.000.000 127.920.000
% dari Hasil Usaha% dari Modal
0,4026,52
0,6039,78
Catatan :
Jika dalam pembiayaan mudharabah ternyata mengalami
kerugian, maka kedua belah pihak akan berbagi rugi.
Pembagian rugi dilakukan setelah diketahui, dari mana
sumber kerugian tersebut timbul.
1. Jika kerugian diakibatkan karena risiko bisnis, maka
kerugina atas modal ditanggung oleh pemilik modal.
21
Sementara nasabah menderita kerugian dalam hal tenaga,
waktu, dan biaya.
2. Jika kerugian diakibatkan karena risiko karakter nasabah
(moral hazard) maka nasabah akan menggung
kerugiannya.
(2) Musyarakah
Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih
pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha,
membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra
usaha pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen
perusahaan, tetapi itu tidak merupakan keharusan. Para pihak
dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai kesepakatan dan
mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan keahlian
yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.(Ascarya,2007)
Contoh kasus untuk prinsip al-Musyarakah adalah sebagai
berikut. Tn.Robidi hendak melakukan suatu usaha tetapi
kekurangan modal. Modal yang dibutuhkan sebesar Rp.
40.000.000,00 sedangkan modal yang dimilikinya hanya tersedia
Rp. 20.000.000,00. Ini berarti Tn.Robidi kekurangan dana sebesar
Rp. 20.000.000,00. Untuk menutupi kekurngan dana tersebut
Tn.Robidi meminta bantuan Bank Syariah Toboali dan disetujui.
Dengan demikian modal untuk usaha atau proyek sebesar Rp.
40.000.000,00 dipenuhi oleh Tn.Robidi sebesar 50% dan Bank
22
syariah Toboali sebesar 50%. Jika pada akhirnya proyek tersebut
memberikan keuntungan sebesar Rp. 15.000.000,00, maka
pembagian hasil keuntungan adalah 50:50, artinya 50% untuk
Bank Syariah Toboali (Rp.7.500.000,00) dan 50% untuk
Tn.Robidi (Rp.7.500.000,00). Dengan catatan pada akhir suatu
usaha Tn.Robidi tetap akan mengembalikan uang sebesar Rp
20.000.000,00 ditambah Rp 7.500.000,00 untuk keuntungan Bank
Syariah Toboali dari bagi hasil.(Kasmir,1999)
2) Pembiayaan Non Bagi Hasil
Bentuk-bentuk pembiayaan non bagi hasil dengan prinsip jual beli,
sewa operasional, dan jasa (fee-based service):
(1) Jual beli, proses pemindahan hak milik barang atau aset dengan
mempergunakan uang sebagai media. Bentuk-bentuk jual beli
yang telah dibahas para ulama dalam fiqih muamalah islamiyah
terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan jika
tidak puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada
tiga jenis jual beli yang telah banyak dikembangkan sebagai
sandaran pokok dalam pembiayaan modal kerja dan investasi
dalam perbankan syariah, yaitu bai’ al murabahah, bai’ as-salam,
dan bai’ al-istishna’.
a. Pembiayaan murabahah (dari kata ribhu = keuntungan); Bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang
diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.
23
Harga Jual Bank = Harga Beli Bank + Cost Recovery+Keuntungan
Cost Recovery =Proyeksi Biaya Operasi
Target Volume Pembiayaan
Margin (%) =Cost Recovery + Keuntungan
x 100 %
Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan
murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktik
pada bank syariah di Indonesia, portofolio pembiayaan
murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak
hanya di Indonesia, namun juga terjadi pada bank-bank
syariah, seperti Malaysia, Pakistan. Adapun penetapan harga
jual barang secara murabahah harus dikemas dalam produk
yang memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank
syariah dengan nasabah peminjam murabahah. Sebaiknya,
penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika berdagang.
Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan
menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah
dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan
wajar yang diinginkan. Cara Rasulullah ini dapat dipakai
sebagai salah satu metode bank syariah dalam menentukan
harga jual produk murabahah. Dengan demikian, secara
matematis harga jual barang oleh bank kepada calon nasabah
pembiayaan murabahah dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
24
Gambar 2.2 rumus penentuan harga jual murabahah
Contoh kasus:
Tuan Ali berkeinginan membeli sebuah mobil untuk
kepentingan usaha antar jemput anak sekolah. Harga beli
Mobil sebesar Rp150.000.000,00. Pada saat ini tuan Ali hanya
memiliki dana Rp50.000.000,00, untuk mengatasi kekurangan
dana tersebut tuan Ali menghubungi bank syariah untuk
mendapatkan pemecahan masalah akibat kekurangan dana
tersebut. Bank syariah menawarkan solusi dengan akad al-
Murabahah. Bila bank syariah memperkirakan biaya operasi
Rp200.000.000,00 dalam 1 tahun, perkiraan jumlah
pembiayaan Rp5 miliar dan markup yang ditentukan (hanya
sekali saja) 10% dari pembiayaan al-murabahah, lama
pembiayaan 2 tahun. Bagaimana cara peyelesaiannya?
Jawab:
Data pembiayaan :
Harga Pokok Mobil = Rp 150.000.000,00
Dibayar nasabah (uang muka) = Rp 50.000.000,00 _
Kekurangan dibayar bank = Rp 100.000.000,00
1. Hitung Cost Recovery
Cost Recovery = Rp 100 juta/ Rp 5 miliar)x Rp
200juta
25
Cost Recovery = Rp 4.000.000,00
2. Hitung Markup = 10% x Pembiayaan
= 10% x Rp 100 juta
= Rp 10.000.000,00
3. Hitung Harga Jual Bank
Harga Jual Bank = Rp 100 juta+(2 xRp 4 juta)+ Rp10
juta
= Rp 118.000.000,00
4. Hitung Angsuran Pembiayaan
Angsuran Pembiayaan = Rp 118.000.000/24 bulan
= Rp 4.916.667,00
5. Hitung Total Harga Jual
Total Harga Jual = Rp 150 juta + Rp18 juta
= Rp 168 juta
6. Hitung Margin Dalam Persentase
Hitung Margin dalam % = [(2 x 4 juta + 10 juta ) / 15 juta]
x100%
= [8 juta + 10 juta/15 juta x 100%
= 1,2 %
b. Salam (jual beli barang belum ada). Pembayaran tunai, barang
siserahkan tangguh. Bank sebagai pembeli, dan nasabah
sebagai penjual. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang
kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.
26
c. Isthisna’, jual beli seperti akad salam namun pembayarannya
dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.
Pembayaran isthisna’ dapat dilakukan dimuka, cicil sampai
selesai, atau di belakang, serta isthisna’ biasanya
diaplikasikan untuk industri dan barang manufaktur.
(2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual
beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek
transaksinya adalah jasa.
Pada akhirnya masa sewa, Bank dapat saja menjual barang yang
disewakannya pada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah
dikenal ijarah muntahiyyah bittamliki (sewa yang diikuti dengan
berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati
pada awal perjanjian.(Rivai,2007)
Para cendekiawana Fiqh Islam membagi lagi ijarah kepada dua
jenis:
a. Menyewa untuk suatu jangka tertentu
b. Menyewa untuk suatu proyek atau usaha tertentu.
Bentuk yang pertama banyak diterapkan dalam sewa menyewa
barang/asset sedangkan yang terakhir digunakan untuk menghire
27
pekerja atau staf ahli untuk usah-usaha tertentu.
(Perwataatmadja,1992)
Contoh ilustrasi dari pembiayaan ijarah ini adalah sebagai
berikut:
Bapak Ahmad hendak menyewakan sebuah ruang perkantoran I
sebuah gedung selam 1 tahun mulai dari tanggal 1 Mei 2011
sampai 1 Mei 2003. Pemilik gedung menginginkan pembayaran
sewa secara tunai di muka sebesar Rp240.000.000,00. Dengan
pola pembayaran tersebut, kemampuan keuangan Bapak Ahmad
tidak memungkinkan. Bapak Ahmad hanya dapat membayar sewa
secara angsuran perbulan. Untuk memecahkan masalah ini, bapak
Ahmad mendatangi bank syariah untuk meminta pembiayaan,
dengan memaparkan kondisi kebutuhan dan keuangannya.
Analisa Bank Syariah dilakukan dengan memperhitungkan
kebutuhan dan kemampuan keuangan nasabah serta required rate
of profit bank (sebesar 20%):
Harga sewa 1 tahun (tunai di muka) :Rp 240.000.000
required rate of profit bank (20%) :Rp 48.000.000
Harga sewa kepada nasabah :Rp 288.000.000
Periode pembiayaan : 12 bulan
Besarnya angsuran nasabah per bulan:Rp 24.000.000
(3) Jasa (fee-based service)
28
Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank
syariah juga melakukan transaksi yang tidak untuk mencari
keuntungan. Transaksi ini tercakup dalam jasa pelayanan (fee
based income). Beberapa bentuk layanan jasa yang disediakan
oleh bank syariah untuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan,
agen, dan jasa non-keuangan. Yang termasuk dalam jasa
keuangan, antara lain:
1. Alih Utang-Piutang (Al-Hiwalah), transaksi pengalihan utang
piutang. Dalam praktek perbankan fasilitas hiwalah lazimnya
digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal
tunai agar dapat melanjutkan produksinya.
2. Gadai (Rahn), untuk memberikan jaminan pembayaran
kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang
yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: (a) Milik nasabah
sendiri; (b) Jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan
berdasarkan nilai riil pasar; (c) Dapat dikuasai namun tidak
boleh dimanfaatkan oleh bank.
3. Al-Qardh, pinjaman kebaikan. Al-Qardh digunakan untuk
membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka
pendek. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil
dan keperluan social. Dana ini diperoleh dai dana zakat, infaq
dan shadaqah.
29
4. Wakalah. Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk
mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti
transfer,dsb.
5. Kafalah,bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran
suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat memepersyaratkan
nasabah untuk menmpatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini
sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut
dengan prinsip wadi’ah.
2.3. Struktur Pembiayaan
Struktur pembiayaan adalah upaya untuk mengatur suatu pembiayaan
sehingga tujuan dan jenis pembiayaan yang diberikan sesuai. Selain itu, juga
mencoba menetralisasi dan meminimalisasi risiko yang muncul dari adanya
pembiayaan tersebut. Dalam strukturisasi ini dapat ditentukan sejumlah
kondisi agar pembiayaan yang diberikan berada dalam taraf risiko yang dapat
dikendalikan.(Muhammad,2005)
Dengan melakukan struktur pembiayaan yang tepat, bank dapat
menentukan sumber pengembalian yang tepat dan sekaligus menentukan
jangka waktu pembiayaan yang tepat untuk nasabah. Kesalahan dalam
pemberian struktur pembiayaan dapat membuat kekacauan bisnis nasabah.
Misalnya, untuk membiayai permanent current asset, bank memberikan
pembiayaan jangka panjang yang harus dikembalikan (asset convertion
lending), maka dipastikan nasabah akan mengalami kesulitan dalam
pengembaliannya karena dana tersebut terikat dalam aktiva lancar yang
30
memang dimasukkan untuk tidak dijual dengan cepat. Sebaliknya bila bank
memberikan pinjaman jangka pendek perusahaan akan menjadi terlalu berat
atau mengalami penurunan likuiditas. (Muhammad,2005)
Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari
pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap
dengan pola bagi hasil yang keuntungannya berfluktuasi serta pola sewa yang
juga telah menjadi salah satu produk pembiayaan di bank syariah. Struktur
pembiayaan ini akan mempengaruhi keuntungan yang diterima sehingga
kinerja keuangan bank juga akan dipengaruhi oleh struktur pembiayaannya.
Di sisi aset, mayoritas bank syariah membatasi diri mereka sendiri atas
aset-aset pendanaan dagang, yang cenderung kurang berisiko dan memiliki
jangka waktu lebih pendek. Aspek ini adalah penyimpangan yang signifikan
dan model teoritis dan prinsip-prinsip dasar keuangan syariah yang seharusnya
dilakukan secara struktural. Di sisi aset dalam neraca, bank syariah jelas lebih
memilih klaim keuangan didukung aset hasil dari penjualan dan perdagangan.
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa surat berharga yang berkaitan
dengan penjualan dianggap memiliki risiko rendah dan mirip dengan surat
berharga berpendapatan tetap konvensional dari segi profil risiko-hasil. Selain
berbasis instrumen perdagangan, bank syariah lebih memilih sewa guna usaha,
yang dianggap memiliki risiko lebih rendah dan memiliki tingkat
pengembalian kurang pasti lebih kecil dibandingkan instrumen-instrumen
berbasis kemitraan. Dalam kasus umum, transaksi-transaksi berbasis
penjualan dan leasing mendominasi portofolio asset hingga lebih dari 80
31
persen, dengan sisanya dialokasi pada perjanjian bagi hasil. Rata-rata, sebagai
modus pendanaan, murabahah (41 persen) adalah pilihan pertama bank
syariah, diikuti oleh musyarakah (11 persen), mudharabah (12 persen), ijarah
(10 persen), dan lainnya (26 persen).(Hennie,2011)
Ketergantungan berlebihan dari bank syariah pada instrumen-instrumen
pendanaan komoditas dan perdagangan telah membatasi pilihan mereka
mengenai struktur jangka waktu; akibatnya, sebagian besar dari pendanaan
mereka berjangka waktu pendek. Sementara model teoritis mengharapkan
perantara keuangan untuk memperoleh manfaat dari diversifikasi portofolio,
bank syariah menjauhkan diri dari instrumen-instrumen yang mensyaratakan
komitmen jangka menengah atau jangka panjang. Sebuah tinjauan atas data
asset-aset yang jatuh tempo dan diterima oleh enam bank syariah pada 2003
menunjukkan bahwa 54 persen dari aset mereka memiliki jangka waktu
kurang dari 1 tahun dan 39 persen memiliki jangka waktu kurang dari 6 bulan.
Bank syariah cenderung untuk tidak berinvestasi di aset-aset dengan jangka
waktu lebih panjang Karena kurang likuid. Mereka bergantung pada jangka
waktu pendek, sehingga bank syariah kemampuannya sangat terbatas untuk
menawarkan peluang-peluang investasi jangka panjang. (Hennie,2011)
2.4. Profitabilitas Bank
Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi
profitabilitas bank. Seluruh manajemen bank, baik yang
mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas aktiva,
manajemen umun, manajemen rentabilitas dan manajemen
32
likuiditas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada
perolehan laba (profitabilitas) pada perusahaan perbankan.
Menurut Siamat (1995), rasio profitabilitas digunakan untuk
mengukur efektifitas bank dalam memperoleh laba. Disamping
dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio-rasio
profitabilitas ini sangat penting untuk diamati mengingat
keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan
arus sumber-sumber modal. Teknik analisis profitabilitas ini
melibatkan hubungan antara pos-pos tertentu dalam laporan
perhitungan laba rugi untuk memperoleh ukuran yang dapat
digunakan sebagai indikator untuk menilai efisiensi dan
kemampuan bank memperoleh laba. Oleh karena itu teknik
analisis ini disebut juga dengan analisis laporan laba rugi.
Menurut Syofran (2003) kinerja perbankan dapat diukur
dengan menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-
rata tingkat bunga simpanan, dan profitabilitas perbankan. Lebih
lanjut lagi dalam penelitiannya menyatakan bahwa tingkat
bunga simpanan merupakan ukuran kinerja yang lemah dan
menimbulkan masalah, sehingga dalam penelitiannya
disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator yang
paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan,
analisa keuangan membutuhkan suatu ukuran. Ukuran yang
33
sering dipergunakan dalam hal ini adalah rasio atau indeks yang
dihubungkan dua data keuangan.
Ukuran profitabilitas yang digunakan adalah Return on Equity
(ROE) untuk perusahaan pada umumnya dan ROA pada industri
perbankan. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi
perusahaan, sedangkan Return on Equity (hanya mengukur return
yang diperoleh dari invesatsi pemilik perusahaan dalam bisnis
tersebut.
Analisis profitabilitas yang relevan dipergunakan dalam
meneliti profitabilitas perbankan adalah ROA. Menurut Meythi
(2005) alasan penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai pembina
dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan asset yang
dananya berasal dari masyarakat.
Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang
paling obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang
tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari
serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan. ROA
dapat dirumuskan sebagai berikut :
2.5. Penelitian Terdahulu
34
Return on Asset =Laba sebelum pajak
X 100%Total Aktiva
Penelitian Siti Zubaidah (2003) menganalisis tentang struktur
pembiayaan dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan bank syariah. Secara
garis besar variabel yang digunakan adalah struktur pembiayaan yaitu
pembiayaan pola jual beli dan pembiayaan pola bagi hasil sebagai variabel
independen dan rasio profitabilitas (ROA, ROE, BoPo) sebagai variabel
dependen.Adapun objek penelitiannya adalah beberapa bank syariah di
Indonesia yaitu BNI Syariah, Bank IFI, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri
dan Bank Muamalat Indonesia. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
besarnya pengaruh antara variabel pola jual beli dan pola bagi hasil terhadap
ROA adalah sebesar 19,67%, terhadap ROE sebesar 0,4% dan terhadap BoPo
sebesar 1,5%. Selain itu, secara umum variabel pola jual beli memiliki
hubungan yang negatif terhadap ROA dan ROE tetapi memiliki hubungan
positif terhadap BoPo. Variabel pola bagi hasil memiliki hubungan positif
baik terhadap ROA,tetapi memiliki hubungan negatif terhadap ROE maupun
BoPo.
Ali Kurniawan (2010) meneliti tentang pengaruh Non Performing Loan
(NPL) pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah terhadap
tingkat profitabilitas bank syariah. Variabel independen pada pnelitian
tersebut adalah NPL pembiayaan mudharabah (X1) dan NPL pembiayaan
musyarakah (X2) sedangan variabel dependennya adalah retrun on asset. Dari
hasil penelitian ini diperoleh sebuah kesimpulan bahwa berdasarkah hasil uji
simultan maupun parsial NPL pembiayaan mudaharabah dan pembiayaan
musyarakah memiliki hubungan yang positif dengan profitabilitas (ROA).
35
Ali Taupiq (2010) meneliti tentang pengaruh pembiayaan murabahah
terhadap profitabilitas (ROA). Metode yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif, dengan sampel yang digunakan sebesar 6 buah sampel data
dengan periode tahunan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa,
Pembiayaan murabahah berpengaruh rendah terhadap return on asset (ROA).
Berdasarkan perhitungan analisis korelasi, diketahui bahwa nilai r = 0,352.
Hal ini menunjukkan arah hubungan yang positif atau searah dengan tingkat
hubungan yang rendah. Diketahui pula pembiayaan murabahah
menyumbangkan 12,4% terhadap return on asset, dan sisanya sebesar 87,6%
disumbangkan oleh faktor lain. Sedangkan berdasarkan hipotesis didapat H0
diterima dan Ha ditolak, dimana thitung diperoleh sebesar 0,752 sementara ttabel
2,776. Berarti bahwa Pembiayaan Murabahah tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA.
2.6. Kerangka Pikir
36
Pembiayaan Bagi Hasil /syirkah
(X1)
Pembiayaan Jual Beli /al bai’
(X2)
Pembiayaan Sewa/Ijarah
(X3)
PT BANK SYARIAH MANDIRI
STRUKTUR PEMBIAYAAN
KINERJA KEUANGAN Rasio Profitabilitas/ROA)(Y)
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian
2.7. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga bahwa :
1. pembiayaan bagi hasil secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat
profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Makassar
2. pembiayaan jual beli secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat
profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Makassar
3. pembiayaan sewa secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat
profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah Mandiri
Cabang Makassar
4. jenis pembiayaan jual beli adalah yang paling dominan pengaruhnya
terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT Bank Syariah
Mandiri Cabang Makassar
5. struktur pembiayaan (bagi hasil, jual beli, sewa) secara simultan memiliki
pengaruh terhadap tingkat profitabilitas –Return On Asset (ROA)– PT
Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam usaha pengumpulan data, penulis melakukan penelitian pada
PT Bank Mandiri Syariah Cabang Makassar bertempat di Jalan DR. Ratulangi
Makassar. Penelititan ini akan berlangsung selama 2 bulan yaitu pada bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2012.
3.2. Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis Data
38
Guna mendukung penelitian ini, maka jenis data yang digunakan
sebagai berikut :
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang dapat dihitung atau berupa angka-
angka. Dalam hal ini data dari laporan keuangan PT. Bank Mandiri
Syariah Cabang Makassar periode 2001-2010.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang tidak dapat dihitung atau data yang
bersifat non angka antara lain, sejarah singkat perusahaan, dan
struktur organisasi perusahaan.
3.2.2 Sumber Data
Selain jenis data, dalam penelitian ini juga digunakan beberapa
sumber data yaitu :
1. Data Primer
Data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung
dengan pimpinan dan staf serta karyawan perusahaan yang
berkompeten dan ada kaitannya dengan obyek penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh berupa dokumen perusahaan, literatur dan
artikel yang relevan dengan obyek penelitian, antara buku-buku,
referensi, jurnal-jurnal umum dan internasional, serta literatur.
3.3. Metode Pengumpulan Data
39
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam menunjang
pembahasan penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan prosedur
pengumpulan data sebagai berikut :
1. Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian secara langsung ke
perusahaan yang menjadi obyek penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh data yang dibutuhkan sehubungan dengan materi
pembahasan.
2. Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan melakukan
wawancara lisan terhadap pimpinandan staf perusahaan yang
berkompeten terhadap masalah yang diteliti.
3. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang bertujuan
untuk memperoleh konsep dan landasan teori dengan mempelajari
berbagai literatur, buku, referensi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan obyek pembahsan sebagai bahan analisis.
3.4. Metode dan Teknik Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimana struktur
pembiayaan pada perbankan syariah dilakukan perhitungan proporsi
pembiayaan yang berpola jual beli, bagi hasil dan sewa dengan
membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan total
keseluruhan pembiayaan (%), dan untuk menguji pengaruh struktur
pembiayaan dengan tingkat profitabilitas dilakukan analisis regresi berganda.
Rasio Pofitabilitas diukur dengan menggunakan rumus ROA (Return On
Asset) kemudian selanjutnya dilakukan analisis/kesimpulan hasil.
40
Di dalam melakukan pengolahan dan analisis data, peneliti
menggunakan metode Regresi Berganda dan program SPSS for Windows.
Adapun tahap pengolahannya adalah:
Analisis Ragresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen
(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi
ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.
(Sugiyono,2007)
Bentuk persamaan regresi yang dipakai dalam penelitian ini memiliki tiga
variabel independen yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Di mana :
Y = tingkat profitabilitas (ROA)
a = konstanta persamaan regresi
b1,b2, dan b3 = koefisien regresi masing-masing variabel
X1 = pembiayaan pola bagi hasil (dalam rupiah)
X2 = pembiayaan pola jual beli (dalam rupiah)
X3 = pembiayaan pola sewa (dalam rupiah)
e = standar error
Koefisien Determinasi dan Koefisien Korelasi
41
Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran untuk mengetahui
kesesuaian atau ketepatan hubungan antara antara variabel dependen
atau variabel tidak bebas (Y) dengan variabel independen atau bebas
(X) dalam suatu persamaan regresi. Untuk menghitung R2 digunakan
rumus sebagai berikut:
Koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa dekat titik kombinasi
antara variabel dependen dengan variabel independen terhadap garis
dugaannya. Apabila titik kombinasi semakin mendekati garis
dugaannya maka nilai koefisien korelasi semakin baik. Semakin besar
nilai koefisien korelasi menunjukkan hubungan yang semakin erat dan
sebaliknya. Koefisien korelasi (R) dapat dirumuskan sebagai berikut:
R = R2
Pengujian Hipotesis Penelitian
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji signifikansi parsial atau individual adalah untuk menguji apakah
suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel tidak
bebas dan untuk mengetahui hal tersebut digunakan uji t atau t-
student. Uji t dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono,2004):
42
R2 =n (a∑Y + b.∑YX1 + b2.∑YX2) - (∑Y)
n∑Y - (∑X)
t
hitung =
r √n-2
√ 1 - (r2)
keterangan :
r : hasil koefisien korelasi Product Moment
t : deviasi harga krisis yang dicari
n : jumlah sampel
dengan ketentuan:
a. Jika thitung>ttabel, berarti H0 ditolak, H1 diterima.
b. Jika thitung<ttabel, berarti H0 diterima, H1 ditolak.
Adapun hipotesis yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah :
H0 : β0 = 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi
hasil, pola jual beli dan pola sewa) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
(ROA)
H1 : β1 ≠ 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola bagi
hasil, pola jual beli dan pola sewa) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen (ROA)
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji global disebut juga uji signifikansi serentak/simultan atau Uji F.
Uji ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari
variabel bebas yaitu X1,X2,….Xn, untuk dapat atau mampu
menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel tidak bebas Y.
43
Uji global juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua
variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.
(Suharyadi dan Purwanto,2004)
Sementara itu nilai F-hitung dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan :
F : besarnya F hitung
n : jumlah sampel
k : jumlah variable
R2: koefisien determinasi
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
H0 : β1 = β2 = β3 = 0, maka variabel-variabel independen
(Pembiayaan pola bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
terhadap variabel dependen (ROA)
H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, variabel-variabel independen (Pembiayaan pola
bagi hasil, pola jual beli dan pola sewa) mempunyai pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (ROA)
Dasar pengambilan keputusannya adalah :
44
F =R2/ (k-1)
(1-R2)/(n-1)
a. Jika nilai F hitung > F tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima
b. Jika nilai F hitung < F tabel, maka H0 diterima, H1 ditolak
3.5. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
1. Struktur Pembiayaan adalah proporsi pembiayaan yang berpola jual beli
dan pola bagi hasil, dengan membandingkan jumlah masing-masing
pembiayaan dengan total secara keseluruhan pembiayaan (%).
2. Pembiayaan Bagi Hasil (syirkah) adalah transaksi pembiayaan dimana
terjadi perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara
kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
3. Pembiayaan Jual Beli (al bai’)adalah transaksi pembiayaan yang ditujukan
untuk memiliki barang tertentu.
4. Pembiayaan Sewa (ijarah) adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa dengan tujuan
memperoleh manfaat (jasa) dari barang tersebut.
5. Profitabilitas merupakan bentuk kemampuan dari suatu perusahaan dalam
hal menghasilkan laba selama periode tertentu.
6. Return on Asset (ROA) adalah suatu rasio keuangan yang
memperbandingkan antara total keuntungan yang diperoleh perusahaan
sebelum dipotong pajak dengan total aktiva perusahaan pada masa tertentu
dengan tujuan untuk menilai efektifitas pemerolehan keuntungan.
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1. Sejarah Berdirinya PT Bank Syariah Mandiri
Krisis multi-dimensi yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998
membawa hikmah tersendiri bagi tonggak sejarah sistem perbankan syariah di
Indonesia. Di saat bank-bank konvensional terkena imbas dari krisis ekonomi,
saat itulah berkembang pemikiran mengenai suatu konsep yang dapat
menyelamatkan perekonomian dari ancaman krisis yang berkepanjangan.
Disisi lain, untuk menyelamatkan perekonomian secara global,
pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan penggabungan (merger) 4
(empat) bank pemerintah, yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
46
Exim dan Bapindo, menjadi satu satu bank yang kokoh dengan nama PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan
tersebut juga menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai pemilik
mayoritas PT Bank Susila Bakti (BSB). PT BSB merupakan salah satu bank
konvensional yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank
Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi. Untuk keluar dari krisis ekonomi, PT
BSB juga melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang
investor asing.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran pengembangan sistem ekonomi
syariah, pemerintah memberlakukan UU No.10 tahun 1998 yang memberi
peluang bagi bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
Sebagai respon, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk melakukan konsolidasi serta
membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah, yang bertujuan untuk
mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB bertransformasi dari bank
konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan
nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris:
Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.
47
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme
usaha dengan nilai-nilai rohani dan tumbuh sebagai bank yang mampu
memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan
operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang
menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
perbankan Indonesia.
Tonggak Sejarah PT Bank Syariah Mandiri :
1955 Pendirian PT Bank Industri Nasional (PT BINA)
1967 PT BINA berubah nama menjadi PT Bank Maritim Indonesia
1973 PT Bank Maritim Indonesia berubah menjadi PT Bank Susila Bakti
1999 PT Bank Susila Bakti dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mandiri
4.2. Visi dan Misi
Adapun visi dan misi PT Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut :
Visi
Menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha.
Misi
48
1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan.
2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
3. Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan
kerja yang sehat.
4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang
sehat.
a. Bank Syariah Terpercaya
Untuk menjadi bank syariah terpercaya kami lakukan dengan
terus menjaga kompetensi dan integritas
1) Kompetensi
Kami implementasikan dengan meningkatkan keahlian sesuai
tugas yang diberikan dan tuntutan profesi bankir. Hal ini sesuai
dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungungjawabannya.” (Al Isra (17): 36)
2) Integritas
Kami implementasikan dengan menaati kode etik profesi dan
berpikir serta berperilaku terpuji. Hal ini sesuai dengan landasan
normatif diantaranya sebagai berikut:
49
“Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”
(Al Maidah (5): 64)
b. Pilihan Mitra Usaha
Untuk menjadi bank pilihan mitra usaha kami lakukan dengan
senantiasa menjaga usaha baik aspek bisnis maupun aspek syariah
1) Aspek Bisnis
Untuk menjadi pilihan mitra usaha dari aspek bisnis, kami
implementasikan dengan menyediakan diantaranya: produk yang
menarik, pricing yang kompetitif, business process yang prudent
dan efisien, serta infrastruktur yang memadai. Hal ini sesuai
dengan landasan normatif diantaranya sebagai berikut:
“Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah
dengan baik, jangan menyebabkan orang lain menjauh” (H.R.
al-Bukhari dan Muslim)
2) Aspek Syariah
Untuk menjadi pilihan mitra usaha dari aspek syariah, kami
implementasikan dengan menjalankan fungsi Dewan Pengawas
Syariah sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan
landasan normatif diantaranya sebagai berikut:
“ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang
yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang
50
lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangaNya. “
(An Nisaa (4): 125)
4.3. Budaya Kerja PT Bank Syariah Mandiri
Setelah melalui proses yang melibatkan seluruh jajaran pegawai sejak
pertengahan tahun 2005, lahirlah nilai-nilai perusahaan yang baru yang disepakati
bersam untuk di-shared oleh seluruh pegawai bank Syariah Mandiri yang disebut
Shared Values Bank Syariah Mandiri. Shared Values Bank Syariah Mandiri di
singkat “ETHIC”.
1. Excellence (Imtiyazz)
Berupaya mencapai kesempurnaan melalui perbaikan yang terpadu dan
berkesinambungan.
2. Teamwork (‘Amal Jama’iy)
Menegmbangkan lingkungan kerja yang saling bersinergi.
3. Huamnity (Insaaniyah)
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan religious.
4. Integrity (Siddiq)
Menaati kode etik profesi dan berpikir serta berperilaku terpuji.
5. Customer Focus (Tafdhilu Al-‘Umalaa)
Memahami dan memenuhi kebutuhan pelanggan untuk menjadikan Bank
Syariah Mandiri sebagai mitra yang terpercaya dan menguntungkan.
Kelima nilai tersebut, diakronimkan menjadi “ETHIC”. Kata “ETHIC” sendiri
berarti set of moral principal (himpunan prinsip-prinsip moral) sebagai tatanan
51
prilaku mulia yang membentuk keunggulan insan BSM. Agar nilai-nilai bersama
yang telah dirumuskan dan disepakati dapat dipaham, dihayati, dan dilaksanakan
oleh seluruh insan Bank Syariah Mandiri dalam kehidupan berorganisasi maka
shared values Bank Syariah Mandiri diterjemahkan ke dalam perilaku-perilaku
utama sebagai berikut:
Table 4.1
Nilai-Nilai Perusahaan
Nilai Perilaku Utama (Core Behavior)Excellence (Imtiyazz)
Perfection: berkomitmen kepada kesempurnaan. Ounership: mengembangkan sikap rasa saling
memiliki yang positif. Prudence: menjaga amanah secara hati-hati
dengan selalu memperhitungkan risiko atas keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.
Competence: meningkatkan keahlian sesuai tugas yang diberikan dan tuntutan profesi banker.
Teamwork(‘Amal Jama’iy)
Trust: mengembangkan sikap saling percaya yang didasari pikiran dan perilaku positif.
Result: memiliki orientasi pada hasil dan nilai tambah bagi stakeholders.
Respect: menghargai pendapat dan kontribusi orang lain
Effective Communication: mewujudkan iklim lalulintas yang lancer dan sehat, serta menghindari kegagalan dengan selalu meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Humanity(Insaniyah)
Sincerity: meluruskan niat untuk mendapatkan ridha Allah
Universality: mengembangkan nilai-nilai kebaikan yang secara umum diterima seluruh umat manusia.
Social Responsibility: memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan social tanpa mengabaikan tujuan perusahaan.
Integrity(Shiddiq)
Honesty: menjunjung tinggi kejujuran dan nilai setiap perilaku.
Discipline: melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan tuntutan perusahaan
52
serta nilai-nilai syariah. Responcibility: menerima tugas sebagai amanah
dan menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.
Customer Focus(Tafdhilu Al-‘umalaa)
Good Corporate: melaksanakan tata kelola organisasi yang sehat.
Innovation: proaktif menggali dan mengimplementasikan ide-ide untuk memberikan layanan yang lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan competitor.
Customer Satifying: mengutamakan pelayanan dan kepuasan pelanggan.
Sumber: http://www.syariahmandiri.co.id
4.4. Manajemen PT Bank Syariah Mandiri
Dalam pengelolaan organisasinya, PT Bank Syariah Mandiri Cabang
memiliki:
1. Dewan Komisaris yang terdiri dari 1 (satu) Komisaris Utama dan
seklaigus merangkap sebagai Komisaris Independen. Komisaris Utama
ini membawahi 4 (empat) Komisaris, yaitu 1 (satu) Komisaris
Independen, 2 (dua) Komisaris Anggota dan 1 (satu) Senior Advisor
Komisaris Dewan Komisaris.
2. Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang terdiri dari 1 (satu) ketua dan 2
(dua) anggota. Dewan Pengawas Syariah (DPS) bertugas mengarahkan
(memberikan opini) dan mengawasi apakah akad-akad yang melandasi
produk dan jasa layanan Bank telah sesuai dengan aturan dan prinsip-
prinsip syariah Islam.
Adapun secara spesifik fungsi dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) ini
adalah sebagai berikut:
53
a. mengawali kegiatan usaha bank agar sesuai dengan ketentuan
syariah
b. penasehat dan pemberi saran mengenai hal-hal yang terkait dengan
aspek-aspek syariah
c. mediator antara bank dengan Dewan Syariah Nasional (DSN),
terutama dalam hal kajian produk yang memerlukan kajian dan
fatwa DSN.
3. Direksi yang terdiri dari 1 (satu) Direktur Utama dan 5 (lima) Direktur
Anggota.
4.5. Struktur dan Wewenang Jabatan di PT Bank Syariah Mandiri
Penetapan struktur organisasi suatu perusahaan dirasakan sangat
penting artinya, karena dengan struktur organisasi setiap karyawan yang ada
dalam perusahaan akan dapat mengetahui dimana kedudukan mereka dalam
perusahaan serta sejauh mana tanggung jawab dan wewenang yang mereka emban
dalam menjalankan organisasi perusahaan. Suatu struktur organisasi dapat
dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat suatu sistem kerja yang baik dimana
fungsi-fungsi yang ada mempunyai pembagian tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas tergambar secara keseluruhan. Hal ini tidak
luput dari perhatian pihak perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri. Adapun struktur
54
organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
55
Kepala Cabang DKP
Operating Manager
Marketing Manager
PKP
KCP
Account Officer
Funding Officer
Customer Service
Customer Service
Head Teller
Teller
Bank office Officer
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Cabang Makassar
4.6. Produk-produk PT Bank Syariah Mandiri
1. Pendanaan
a. Tabungan BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang penarikan
dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas di buka di
counter BSM atau melalui ATM.
b. Tabungan Berencana BSM, simpanan berjangka yang memberikan
nisbah bagi hasilberjenjang serta kepastian pencapaian target dana
yang telah ditetapkan.
56
BO SDI/UMUM
Admin BOAccounting
Messenger Security Driver Office Boy
c. Tabungan Simpatik BSM, simpanan dalam mata uang rupiah
berdasarkan prinsp wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat berdasarkan syarat tertentu yang telah disepakati.
d. Tabungan BSM Dollar, simpanan dalam mata uang dollar yang
penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai
ketentuan BSM dengan menggunakan slip penarikan.
e. Tabungan Mabrur BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang
bertujuan membantu masyarakat muslim dalam merencanakan ibadah
haji dan umrah. Tabungan ini dikelola berdasarkan prinsip
mudharabah muthlaqah.
f. Tabungan Kurban BSM, simpanan dalam mata uang rupiah yang
bertujuan membantu nasabah dalam perencanaan dan pelaksanaan
ibadah kurban dan aqiqah. Dalam pelaksanaannya bekerja sama
dengan Badan Amil Qurban.
g. Tabungan BSM Investa Cendekia, tabungan berjangka dalam valuta
rupiah dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) yang
dilengkapi perlindungan asuransi.
h. Deposito BSM, produk investasi berjangka waktu tertentu dalam
mata rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah
muthlaqah.
i. Deposito BSM Valas, produk investasi berjangka waktu tertentu
dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip
mudharabah muthlaqah.
57
j. Giro BSM Euro, sarana penyimpanan dana dalam mata uang Euro
yang disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan/badan
hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah
yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah deperlakukan
sebagai titipan yang dijaga keamanannya dan ketersediaannya setiap
saat guna membantu kelancara transaksi usaha.
k. Giro BSM, sarana penyimpanan dana yang disediakan bagi nasabah
dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yaddhamanah.
Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan
yang dijaga keamanan da ketersediaanya setiap saat guna membantu
kelancaran transaksi usaha.
l. Giro BSM Valas, saran penyimpanan dana dalam mata uang US $
(US Dollar) yag disediakan bagi nasabah perorangan atau perusahaan
atau badan hokum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah
yaddhamanah. Dengan prinsip ini, dana giro nasabah diberlakukan
sebagai titipan yang dijaga keamanan dan ketersediaannya setiap saat
guna membantu kelancaran transaksi usaha.
m. Giro BSM Singapore dollar, saran penyimpanan dana dalam mata
uang Singapore Dollar yang disediakan bagi nasabah perorangan atau
perusahaan atau badan hokum dengan pengelolaan berdasarkan
prinsip wadiah yaddhamanah. Dengan prinsp ini, ada giro nasabah
diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan dan
58
ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi
usaha.
n. Obligasi Syariah Mudharabah, surat berharga jangka panjang
berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan emiten (BSM) untuk
membayar pendapatan bagi hasil atau kupon dan membayar kembali
dana obligasi syariah pada saat jatuh tempo.
2. Pembiayaan
a. Pembiayaan Murabahah BSM, pembiayaan yang menggunakan akad
jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang
dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga produk
ditambah dengan keuntungan margin yang telah disepakati.
b. Pembiayaan Mudharabah BSM, pembiayaan dimana seluruh modal
kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank, keuntungan
yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Pembiayaan ini dikelola berdasarkan prinsip bagi hasil.
c. Pembiayaan Musyarakah BSM, pembiayaan khusus untuk modal
kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha
nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati.
Pembiayaan ini untuk kegiatan usaha produktif. Bagi hasil
berdasarkan perhitungan revenue sharing atau profit sharing.
d. Pembiayaan Edukasi BSM, pembiayaan jangka pendek dan
menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk
sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang
59
pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/ semester baru
berikutnya dengan akad ijarah.
e. Pembiayaan Griya BSM, pembiayaan jangka pendek, menengah, atau
panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumtif), baik
baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer,
dengan sistem murabahah.
f. Pembiayaan Griya BSM Optima, pembiayaan pemilikan rumah
dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan
tambahan yang dapat diambil nasabah pada waktu tertentu sepanjang
coverage atas agunannya masih dapat meng-cover total
pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan debt to
service ratio Nasabah.
g. Pembiayaan Griya Bersubsidi, pembiayaan untuk pemilikan atau
pembelian rumah sederhana sehat (RSH) yang dibangun oleh
pengembangan dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari
pemerintah.
h. Pembiayaan Umroh, pembiayaan jangka pendek yang digunakan
untuk memfasilitasi biaya perjalanan umroh namun tidak terbatas
untuk tiket, akomodasi, dan persiapan biaya umroh lainnya dengan
akad ijarah.
i. Pembiayaan Griya BSM DP 0 %, pembiayaan untuk pembelian
rumah tinggal (consumer), baik baru maupun bekas di lingkungan
60
developer maupun non developer tanpa dipersyaratkan adanya uang
muka bagi nasabah (nilai pembiayaan 100 % dari nilai transaksi).
j. Pembiayaan Kepada Pensiunan
k. Pembiayaan Dana Berputar BSM, fasilitas pembiayaan modal kerja
dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan
sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah.
l. Pembiayaan BSM Impian, pembiayaan consumer dalam valuta rupiah
yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan/Kopkar
yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). BSM
Impian dapat mengakomodir kebutuhan pembiayaan bagi para
anggota koperasi karyawan perusahaan, misalnya dalam hal
perusahaan tersebut tidak memiliki koperasi karyawan, koperasi
karyawan belum berpengalaman dalam kegiatan simpan pinjam, atau
perusahaan dengan jumlah karyawan terbatas.
m. Pembiayaan Resi Gudang, pembiayaan transaksi komersial dari suatu
komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan
utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam
suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen
(independently controlled warehouse).
n. Pembiayaan PKPA, pembiayaan kepada Koperasi Karyawan untuk
Para Pegawainya adalah penyalura pembiayaan melalui koperasi
karyawan untuk pemenuhan kebutuhan consumer para anggotanya
(kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi karyawan.
61
Pola penyaluran yang digunakan adalah executing (kopkar sebagai
nasabah), sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada
anggotanya dilakukan menjadi tanggung jawab penuh kopkar.
o. Gadai Emas BSM, pinjaman kepada perorangan dengan jaminan
barang atau emas berdasarkan akad qardh wal ijarah.
p. Pembiayaan Tabungan Haji, pinjaman dana talangan dari bank
kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana
memperoleh kursi haji dan pada saat pelunasan BPIH. Dana talangan
ini menggunakan akad qard wal ijarah
q. Pembiayaan isthisna’ BSM
r. Qardh, merupakan pinjaman kebajikan (bebas margin/ bagi hasil),
bank hanya membebankan biaya administrasi kepada nasabah
sebagainkomisi pelayanan (cost as service fee).
s. Ijarah Muntaiyah Bittamlik, serupa dengan ijarah, adanya komitmen
dari nasabah untuk membeli asset pada akhir periode sewa dan pajak
pemerintah termasuk di dalam kontrak (pass on to the customer in
contract).
t. Hawalah
u. Salam, akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan
segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam
jangka waktu yang disepakati. Perbedaan dengan isthisna’ hanya
terletak pada cara pembayarannya. Salam pembayarannya harus di
muka sedang pada isthisna’ boleh di awal, di tengah atau di akhir.
62
3. Produk Jasa
a. BSM Mobile Banking GPRS
Produk ini diberikan kepada nasabah fasilotas untuk mengakses
rekening yang dimilikinya dan melakukan transaksi melalui teknologi
GPRS dengan sarana telepon seluler.
b. BSM Net Banking
Fasilitas layanan bank yang dimanfaatkan nasabah untuk melakukan
transaksi perbankan yang ditentukan oleh bank melalui hjaringan
internet dengan sarana computer yang dimiliki nasabah.
c. BSM Pooling Fund
Fasilitas yang diberikan oleh bank yang memudahkan nasabah untuk
mengatur atau mengelola dana di setiap rekening yang dimiliki
nasabah secara optimis sesuai keingina nasabah.
d. Layanan ATM Prima dan Debit BCA
Pengayaan fitur BSM Card dan perluasan jaringan ATM dan EDC
yang menerima BSM card sebagai alat transaksi. BSM card dapat
digunakan untuk tarik tunai, cek saldo, transfer antar bank anggota
ATM Prima serta dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran yang
merchant-nya menggunakan EDC BCA.
63
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Struktur Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
Struktur pembiayaan menunjukkan berapa besar komposisi dari
pembiayaan, antara yang berasal dari pola jual beli dengan keuntungan tetap
dengan pola bagi hasil yang keuntungannya berfluktuasi serta pola sewa yang
juga telah menjadi salah satu produk pembiayaan di bank syariah. Berikut
disajikan struktur pembiayaan Bank Syariah Mandiri dalam bentuk tabel,
dimana perhitungan struktur pembiayaan tersebut dilakukan dengan
perhitungan proporsi pembiayaan yang berpola jual beli, bagi hasil dan sewa
64
dengan membandingkan jumlah masing-masing pembiayaan dengan total
keseluruhan pembiayaan (%).
Pada Tabel 5.1, dapat dilihat struktur pembiayaan PT Bank Syariah
Mandiri selama kurun waktu 10 tahun terakhir (2001-2010) menunjukkan
bahwa rata-rata pembiayaan yang mendominasi struktur pembiayaan adalah
jenis pembiayaan jual beli. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata besarnya
proporsi pembiayaan jual beli tiap tahunnya adalah sebesar 70,95 % yang
lebih tinggi dari pada jenis pembiayaan bagi hasil yang proporsi rata-ratanya
hanya sebesar 29,02 % dan jenis pembiayaan sewa hanya sebesar 0,026 %.
Hal ini menandakan bahwa bank tersebut masih belum cukup berani dalam
memberi pembiayaan bagi hasil, karena bagi hasil sangat rentan terhadap
risiko. Dalam pembiayaan bagi hasil perlu adanya pengawasan yang sangat
ketat kepada nasabah. Jika nasabah rugi maka bank tidak memperoleh bagi
hasil.
Tabel 5.1Struktur Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
(dalam jutaan rupiah)
No TahunJumlah Pembiayaan (Rp) Total Proporsi (%)
Bagi Hasil (BH)
Jual Beli(JB)
Sewa (S)
Pembiayaan (Rp)
BH JB S
1. 2001 35.533 603.750 0 639.283 5,55 94,45 0,00
2. 2002 46.651 935.935 25 982.611 4,75 95,25 0,00
3. 2003 338.180 1.691.566 153 2.029.899 16,66 83,33 0,00
4. 2004 1.065.385 4.140.789 411 5.206.585 20,46 79,53 0,00
5. 2005 1.689.662 4.016.551 168 5.715.381 29,72 70,28 0,00
6. 2006 2.673.308 4.289.960 2.418 6.965.686 38,38 61,59 0,03
7. 2007 4.337.434 5.296.053 2.421 9.635.908 45,01 54,96 0,03
8. 2008 5.577.375 6.933.799 2.134 12.513.308 44,57 55,41 0,02
65
9. 2009 6.595.454 8.290.470 4.532 14.890.456 44,29 55,67 0,03
10. 2010 8.831.112 12.757.604 33.130 21.621.846 40,84 59,00 0,15
Mean 29,02 70,95 0,026
Sumber : Olah Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
5.2. Rasio Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Return on Asset/ROA)
Laba merupakan garis bawah atau hasil kinerja akhir yang
menunjukkan dampak bersih dari kebijakan dan aktivitas bank dalam satu
tahun keuangan. Tren dalam stabilitas dan pertumbuhan laba adalah indikator
kinerja terbaik bagi sebuah bank baik di masa lalu maupun masa depan.
Profitabilitas biasanya diukur menggunakan semua atau sebagian raso-rasio
keuangan. (Hennie, 2011) Dan untuk menilai kinerja keuangan Bank Syariah
Mandiri khususnya penilaian rasio profitabilitas, dalam penelitian ini
digunakan rasio Return on Asset (ROA). Rasio ini memfokuskan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam
operasi perusahaan yang dilaksanakan dalam bentuk
pembiayaan.
Untuk melihat besarnya rasio Return on Asset (ROA) pada
Bank Syariah Mandiri selama 10 tahun terakhir, maka diuraikan
dalam tabel berikut :
Tabel 5.2Return On Asset / ROA Bank Syariah Mandiri
(dalam jutaan rupiah)
No Tahun Laba Sebelum Pajak Total Aktiva ROA
1. 2001 24.819 933.864 2,66 %
2. 2002 43.426 1.622.303 2,68 %
66
3. 2003 24.466 3.422.313 0,72 %
4. 2004 150.420 6.869.949 2,19 %
5. 2005 136.712 8.272.965 1,65 %
6. 2006 95.236 9.554.966 0,99 %
7. 2007 168.183 12.885.390 1,31 %
8. 2008 284.084 17.065.937 1,67 %
9. 2009 418.402 22.036.534 1,90 %
10. 2010 568.732 32.481.873 1,75 %
Mean 1,75 %
Sumber : Olah Data Laporan Keuangan Bank Syariah Mandiri
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat ROA pada Bank Syariah
Mandiri periode 2001 sampai dengan 2010 memperoleh rata-rata 1,75 %.
Pada tahun 2003 Bank Syariah Mandiri memperoleh laba sebelum pajak
sebesar Rp 24.466 (dalam satuan jutaan) dengan ROA sebesar 0,72 % yang
merupakan tingkat ROA paling rendah dalam 10 tahun terakhir. Akan tetapi,
beberapa tahun berikutnya Bank Syariah Mandiri mampu menaikkan tingkat
ROA-nya yang menunjukkan adanya peningkatan kinerja dengan semakin
meningkatnya laba sebelum pajak tiap tahunnya. Meskipun pada peralihan
dari tahun 2009 hingga tahun 2010 terjadi penurunan ROA sebesar 0,15 %
dari 1,90 % menjadi 1,75 %, ternyata pencapaian tersebut masih lebih besar
jika dibanding dengan pencapaian rata-rata bank umum syariah lainnya
sebesar 1,67 %. Penurunan tersebut terjadi akibat tekanan persaingan usaha di
mana tahun 2010 terjadi tingkat persaingan yang tinggi akibat bertambahnya
Bank Umum Syariah dari 6 bank menjadi 11 bank.
5.3. Pengaruh Variabel Struktur Pembiayaan terhadap ROA
67
5.3.1. Analisis Regresi
Berdasarkan hasil pengolahan analisis regresi dengan 3 (tiga)
variabel bebas (pola bagi hasil, jual beli dan sewa) dan variabel terikat
ROA maka diperoleh hasil analisis sebagai berikut: (lampiran)
Tabel 5.3Hasil Analisis SPSS / Coefficients
ModelUnstandardized
CoefficientsStandardizedCoefficients t Sig.
B Std. Error Beta(Constant)Bagi hasil (X1)Jual beli (X2)Sewa (X3)
-23,178-1,0522,753
-0,304
8,3120,3490,8370,151
-3,2644,140
-1,400
-2,789-3,0173,291
-2,011
0,0320,0230,0170,091
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya nilai
konstanta yang dihasilkan adalah -23,178 ; koefisien regresi untuk pola
bagi hasil sebesar -1,052; koefisien regresi pola jual beli sebesar 2,753;
dan koefisien regresi untuk pola sewa sebesar -0,304.
Persamaan regresi :
Y = -23,178 - 1,052X1 + 2,753X2 - 0,304X3 + E
Adapun yang dimaksud (interprestasi) dari persamaan regresi
yang dihasilkan adalah:
a = -23,178 : merupakan konstanta (a) yang menunjukkan apabila
tanpa dipengaruhi oleh variabel X1 (pola jual beli), X2 (pola
bagi hasil) dan X3 (pola sewa) maka besarnya ROA adalah -
23,178.
68
b1 = -1,052 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X1 (pola
bagi hasil) yang menunjukkan bahwa apabila nilai bagi hasil
mengalami peningkatan sebesar 1% maka ROA akan
mengalami penurunan sebesar 1,052%.
b2 = 2,753 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X2 (pola jual
beli) yang menunjukkan bahwa apabila nilai jual beli
mengalami peningkatan sebesar 1% maka ROA akan
mengalami kenaikan sebesar 2,753%.
b3 = -0,304 : merupakan nilai koefisien regresi variabel X3 (pola
sewa) yang menunjukkan bahwa apabila nilai sewa mengalami
peningkatan sebesar 1% maka ROA akan mengalami
penurunan sebesar 0,304%.
5.3.2. Koefisien Korelasi
Koefisien ini merupakan nilai yang digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas
(X). Nilai ini berkisar antara -1 sampai +1, dimana apabila nilai
korelasi bernilai positif maka terdapat hubungan yang searah yaitu
apabila satu meningkat maka yang lain akan meningkat pula, apabila
korelasi bernilai negatif maka terdapat hubungan yang tidak searah
yaitu apabila satu meningkat maka yang lain akan menurun.
69
Adapun hasil perhitungan koefisien korelasi (R) sebagaimana
yang ditunjukkan pada Tabel 5.4, bahwa hubungan antara variabel
bebas pola bagi hasil,jual beli dan sewa (X1, X2, X3 ) terhadap variabel
terikat Y (ROA) diperoleh nilai sebesar 0,860 yang berarti bahwa
keeratan hubungan antara variabel pola jual beli, bagi hasil dan sewa
dengan ROA adalah sebesar 0,860. Jadi hubungan antara variabel Y
dengan variabel bebas adalah sebesar 86 % yang menunjukkan
hubungan yang kuat karena lebih besar dari 0,5 (menurut Lind 2002).
Tabel 5.4Hasil Analisis SPSS / Model Summary
Model R R SquareAdjustedR Square
Std.Error ofThe Estimate
1 0,860 0,740 0,610 0,40351
5.3.3. Koefisien Determinasi
Koefisien ini merupakan nilai yang menunjukkan besarnya
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel (Y). Nilai ini diperoleh
dari prosentase nilai koefisien korelasi yang dikuadratkan, yang
nilainya berkisar antara 0 - 1 (0% - 100%) semakin mendekati satu,
koefisien ini semakin besar pengaruhnya.
Adapun nilai koefisien determinasi (R2) sebagaimana
ditunjukkan pada Tabel 5.4 adalah sebesar 0,740, yang berarti bahwa
70
besarnya pengaruh antara variabel pola bagi hasil (X1), jual beli (X2)
dan sewa (X3) dengan ROA adalah sebesar 74%. Hal ini menunjukkan
bahwa 74% total variasi diterangkan oleh varian persamaan regresi,
atau variabel bebas baik X1, X2, maupun X3 mampu menerangkan
variabel Y sebesar 74%. Sementara, sisa varian sebesar 26% dijelaskan
oleh variabel-variabel lain yang tidak menjadi obyek dalam penelitian
ini.
5.3.4. Pengujian Hipotesis Statistik
a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Untuk melihat apakah pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen itu nyata, maka perlu diuji dengan uji-t secara
parsial. jumlah data n = 10, dan k = 4 maka derajat bebasnya
adalah 10 – 4 = 6, dengan taraf signifikansi 5% untuk uji dua arah
diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,94, sedangkan nilai t-hitung dapat
dilihat pada Tabel 5.3 dari hasil analisis SPSS. Berikut
pembahasan dari hasil uji parsial dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen:
untuk variabel bagi hasil (X1) t-hitung (-3,017) < t-tabel (-
1,94) maka variabel bagi hasil memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Sig.= 0,023 lebih kecil dari taraf signifikansi 5%
untuk variabel jual beli (X2) nilai t-hitung (3,291) > t-tabel
(1,94) maka variabel jual beli memiliki pengaruh yang
71
signifikan terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai
Sig.= 0,017 lebih kecil dari taraf signifikansi 5%
untuk variabel sewa nilai t-hitung (-2,011) < t-tabel (-1,94)
maka variabel sewa memiliki pengaruh yang signifikan
pula terhadap ROA. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig.=
0.091 lebih besar dari taraf signifikansi 5%
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk melihat bagaimana variabel independen (bagi hasil,jual beli,
dan sewa) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (ROA) dapat dilakukan uji F. Nilai Ftabel dapat diperoleh
dengan tahap sebagai berikut; jumlah data, n = 10, dan k = 4, jadi
derajat pembilang k-1 = 4 – 1 = 3, sedangkan derajat penyebut n-
k= 10 - 4 = 6 dengan taraf nyata 5 %, maka nilai Ftabel adalah 4,76.
Sedangkan dari hasil analisis SPSS diperoleh nilai Fhitung = 5,697
dalam tabel ANOVA (lihat Tabel 5.5). Hal ini berarti nilai Fhitung >
Ftabel.
Tabel 5.5Hasil Analisis SPSS / ANOVA
ModelSum of Square
dfMean Square
F Sig.
1 Regression Residual Total
2,7830,9773,760
369
0,9280,163
5,697 0,034
72
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Pada bagian ini penulis akan menarik suatu kesimpulan berdasarkan
pada masalah yang telah dirumuskan pada bab satu dan juga berdasarkan
pada hasil penelitian yang telah dibahas pada bab lima dengan bantuan
analisis regresi dan analisis statistik tersebut dilakukan dengan menggunakan
analisis regresi dan korelasi linear sederhana berganda. Selain itu juga
dilakukan suatu pengujian hipotesis dengan menggunakan alat uji F dan uji t.
73
berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil pengolahan data uji signifikansi secara parsial (Uji-t)
diperoleh bahwa variabel pembiayaan bagi hasil (X1), jual beli (X2), dan
sewa (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen (ROA). Sedangkan berdasarkan hasil uji hipotesis secara
simultan (Uji F) dimana H0 ditolak yang berarti bahwa variabel-variabel
independen (pembiayaan pola bagi hasil, jual beli dan sewa) mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (ROA).
2. Jenis pembiayaan yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat
profitabilitas (Return on Asset-ROA) pada Bank Syariah Mandiri
diantara tiga jenis pembiayaan yang menjadi objek penelitian adalah jenis
pembiayaan jual beli (al ba’i). Hasil analisis regresi berganda yang
menjadi alat analisis penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien regresi
sebesar 2,753 merupakan koefisien dari varibel jual beli (X2) yang paling
tinggi diantara kofisien variable lainnya.
6.2. Saran
Pada bagian akhir skripsi ini, penulis bermaksud untuk
mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan pembahasan yang telah
dilakukan sebelumnya. Saran-saran yang diajukan sebagai berikut :
1. Bank Syariah Mandiri hendaknya meningkatkan pembiayaan bagi hasil
yang saat ini porsinya masih kecil. Alasannya pembiayaan bagi hasil
74
merupakan salah satu keunggulan Bank Syariah dibandingkan bank
konvensional karena mengedepankan prinsip kemitraan dan keadilan
sehingga dapat memberikan manfaat lebih luas kepada kepada sektor riil.
2. Bank Syariah Mandiri hendaknya mampu mengatur struktur
pembiayaannya agar dapat meningkatkan kinerja keuangan secara optimal.
3. Pembiayaan Bagi hasil membutuhkan pengawasan dan memiliki risiko
yang lebih besar. Oleh karena itu Bank Syariah Mandiri hendaknya
meningkatkan pengawasannya sehingga risiko dapat dikurangi.
75
top related