skill lab panti
Post on 19-Jan-2016
14 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Pada hari Sabtu yang lalu, tanggal 13 Oktober 2012 saya dan teman-teman sekuliah
telah berkunjung ke sebuah panti sosial untuk melawat oma-oma dan opa-opa di sana. Panti
tersebut adalah Dinas Sosial Rumah Perlindungan Lanjut Usia di Jl Jelambar Selatan 2/10,
Jakarta Barat. Kami bertolak dari kampus pada jam 9.00 pagi setelah berkumpul di ruangan
kelas masing-masing. Saya dan teman-teman dari kelompok F telah menggunakan bus 6 dan
kami telah sampai ke tempat tersebut satu jam kemudian, yaitu pada jam 10.00 pagi.
Sampai saja di sana, kami menerima taklimat dari dosen pengiring tentang apa yang
kami harus lakukan dan apa yang kami tidak harus lakukan. Kami diberitahu agar kami harus
berkumpul semula pada jam 11.30 pagi. Saya juga mengambil kesempatan untuk melihat-
lihat kawasan panti asuhan itu. Panti itu sederhana besar dengan hanya mempunyai dua blok
yang merangkumi tempat tinggal oma dan opa. Di hadapan panti terdapat sebuah blok khas
yang merupakan pejabat pentadbiran yang menguruskan panti tersebut.
Kawasan disekeliling panti itu berada dalam kondisi yang baik dan bersih. Terdapat
sebuah kawasan teduh yang menghubungkan panti itu dengan pejabat pentadbiran. Di situ
kelihatan oma dan opa berehat-rehat dan mengambil angin. Ada yang ngobrol sesama sendiri,
ada yang menenun alas kaki menggunakan mesin yang disediakan oleh panti. Saya terkejut
sekali apabila melihat seorang oma yang agak lanjut usia sedang merokok tanpa
menghiraukan kedatangan kami di situ. Kemudian, setelah melihat keadaan sekeliling, saya
terus menjalankan misi saya di situ yaitu mendekati opa-opa dan oma-oma dan berikut adalah
hasil wawancara saya bersama mereka:
Orang pertama yang saya wawancara adalah seorang oma yang bernama Karni.
Sewaktu saya mendekatinya, dia terus senyum dan menghulurkan tangan untuk bersalam.
Saya terharu dengan keramahannya walaupun dia tidak mengenali saya. Dia telah berusia 80
tahun dan baru 1 tahun berada di panti tersebut. Apabila saya bertanya apa yang dia buat
sehari-hari, dia bilang dia hanya tidur dan duduk-duduk saja. Ibu Karni bilang jika dia bosan
sama makanan dipanti, dia akan ke warung diluar panti. Saya bertanya kepada oma tentang
soal kehidupannya, tentang ahli keluarganya yang lain. Dia bilang anaknya sudah meninggal
dunia dan suaminya tidak ada. Dari percakapanya saya dapat memahami mungkin oma sudah
sedikit nyanyuk dek karena usianya yang sangat lanjut. Hal ini karena sesuai waktu bicara,
oma kadang kala bilang anaknya tidak mau pulang padahal anaknya Cuma satu. Oma begitu
senang ngobrol sama saya dan teman-teman. Walaupun ada yang kami tidak mengerti, kami
layan aja omanya ngomong. Oma berasal dari daerah Tanggerang, Betawi.
Seterusnya, saya berpeluang mendekati seorang oma yang bernama Seri Mawanti
yang berusia 58 tahun. Oma juga telah tinggal dip anti tersebut selama setahun.. Dia berasal
dari Jogjakarta dan mempunyai 2 orang anak. Anak –anaknya telah besar dan seorang telah
menetap di London.Anaknya itu telah menikah sama orang Jordania dan bekerja di Long
John sebagai consultant. Manakala anaknya yang kedua pula tinggal di Jakarta dan
mempunyai 3 orang cahaya mata. Dia bekerja sebagai pedagang. Ketika saya menanyakan
apa sebabnya dia di panti ini, oma tersebut kelihatan sangat keberatan untuk bercerita terus
dia menyatakan bahawa apa yang terjadi ini adalah kehendak Tuhan. Saya berasa sangat
kagum melihat oma tersebut karena dia merupakan seorang yang sangat tabah dan
bersemangat untuk hidup walaupun hanya sekadar di panti asuhan. . Saya bertanya apakah
dia berasa senang berada di situ. Dia menjawab, “Iya, harus senanglah, kalau tidak gimana
sih..” lalu dia langsung ketawa sendiri. Melalui jawabannya saya tahu bahwa dia seorang
yang pandai bersyukur dan dia berusaha menikmati hidupnya di situ.
Oma seri mempunyai masalah kesehatan di mana dia mempunyai asma dan juga
diabetes militus (DM) dan dia harus mengawal pemakanan dan dietnya supaya DM nya tidak
parah. Dia kerap kali hanya memakan sayur dan berusaha mengurangkan kandungan
karbohidrat dalam pemakanannya. Kemudiaan, saya menanyakan serba sedikit tentang
kehidupan remaja oma tersebut. Ternyata oma tersebut menikah pada usia yang muda iaitu 21
tahun. Suaminya pada ketuka itu berusia kurang lebih 40 tahun. Namun, apakan daya jodoh
dia sama suaminya tidak panjang karena suaminya meninggal dunia dek karena stress dan
amsalah jantung pada usia 79 tahun. Oma tersebut berasal dari keluarga yang berada dan
mempunyai latar belakang pendidikan. Oma tersebut mengambil jurusan aeronautic yaitu
bidang kejuruteraab yang mengkaji prinsip-prinsip penerbangan. Namun, dia berhenti kuliah
setelah menikah karena mahu menumpukan perhatian pada suami sama anak-anaknya.
Saya pada mulanya berasa kaget apabila oma tersebut tahu berbahasa Inggeris dengan
baik. Oma tersebut menceritakan tentang hobinya yaitu membaca. Oma Seri gemar membaca
majalah ilmiah seperti Intisari dan Prevention. Saya menanyakan oma akan dimana dia
mendapatkan majalah-majalah tersebut. Oma memberitahu saya bahawa ada orang yang
pernah melawatnya dan tahu akan hobinya itu mengepos buku tersebut kepadanya. Oma itu
sempat menunjukkan kepada saya akan koleksi majalah yang dia punya. Saya berasa kagum
dengan sikap oma yang tidak hanya duduk termenung seperti oma-oma dan opa yang lain
mengenangkan nasib malang sendiri, tetapi membuat sesuatu yang berfaedah untuk diri
sendiri.
Oma itu juga menceritakan kepada saya dan teman-teman bahawa pada usianya 51
tahun, dia telah mengambil jurusan iridology yaitu jurusan yang belajar dan mengkaji iris
yaitu bahgian mata. Oma tersebut menerangkan kepada kami serba sedikit akan iridology
yaitu iris mengungkapkan kondisi tubuh yang berkaitan dengan melekat kelemahan, tingkat
kesehatan, dan transisi yang terjadi dalam tubuh seseorang ketika mereka memilih untuk
memurnikan cara mereka, berpikir, hidup dan makan. Hal ini membuatkan saya berasa sangat
menghormati oma Seri. Dia juga sambung belajar homeopati yang katanya sangat popular di
Malaysia dan Indonesia. Oma itu juga sering member semangat kepada kami anak-anak
muda yang baru ingin menempuh alam remaja yang banyak cobaan yang bisa melemahkan
kami. Oma itu berharap supaya kami berjaya menjadi seorang dokter yang berjaya dan dapat
membangunkan nusa dan bangsa. Apabila kami memberitahu oma tersebut bahawa kami
berasal dari Malaysia, oma tersebut bilang bahawa, perbadaan negara itu tidak penting sama
sekali. Apa yang penting niat dan keikhlasan seseorang itu. Banyak sekali sikap positif yang
bias saya dan teman-teman pelajari dari oma Seri. Dalam hati, saya tidak putus-putus
bersyukur kepada Tuhan karena telah mempertemukan saya sama Oma Seri yang banyak
sekali menyadarkan saya akan banyak hal dalam hidup ini.
Oma yang ketiga adalah Oma Yuli. Oma Yuli orangnya sangat ceria dan suka
bercanda. Apabila kami menjejakkan kaki di ruangan oma, dia terus menyapa kami, “Hai,
cucu-cucu Oma udah datang, ya?” Kami berasa sangat tersentuh dengan cara oma tersebut
menyambut kami. Lantas saya mendekatinya dan mencium tangannya. Saya memberitahu
nama saya kemudian menanya nama oma. Oma Yuli sempat bercanda apabila dia
menyatakan bahwa namanya, Asnim. Oma Yuli sangat gembira dengan kedatangan kami.
Kegembiraannya itu jelas terpancar di mukanya. Dia dengan senang hatinya menunjukkan
kepada kami akan giginya yang hanya tinggal dua itu. Selepas bersalaman, Oma
mempersilakan kami duduk di ranjangnya. Saya mengambil kesempatan ini untuk
mengenalnya dengan lebih dekat. Saya menanyakan tanggal lahirnya dan asalnya. Oma Yuli
lahir pada bulan Jun 1942 dan dia berasal dari Bandung. Saya sempat membuat kira-kira
dalam kepala dan ternyata oma telah berusia 70 tahun. Fisikal oma menggambarkan
kelanjutan usianya karena oma sudah berbadan bongkok. Namun, dia tidak membiarkan
keadaan fisiknya itu menghalangnya dari merasa gembira.
Oma merupakan orang paling lama menetap di pati asuhan itu yaitu selama 6 tahun.
Dia tidak punya anak hasil dari pernikahannya selama 40 tahun. Suaminya juga sudah
meninggal dunia. Oma sangat tabah dan positif dalam menjalani kehidupannya di sini. Saya
dan teman-teman mengambil kesempatan ini untuk berfoto sama oma. Oma lihatnya sangat
senang dan suka berfoto. Sambil ngobrol sama oma, saya sempat memicit-micit badan oma.
Omanya kelihatan senang bangat terus diciumnya pipi saya. Dia juga bilang bahwa saya
kayak orang Indonesia walaupun dia tahu saya orang Malaysia. Saya berasa senang sekali
sama oma. Rindu saya pada ahli keluarga di Malaysia sedikit terobat apabila melawat ke
panti ini dan berkenalan sama oma-oma dan opa-opa di dini karena mereka memberikan
layanan seolah-olah saya ini anaknya mereka.
Namun, masa amat mencembutui saya dan teman-teman. Pada jam 11.30 kita harus
ngumpul di hadapan rumah panti
apa-apa reaksi negatif. Oma rancak bercerita tentang kisah hidupnya kepada saya
sebelum saya bertanya padanya apa-apa. Dia mempunyai 8 orang anak namun kesemuanya
sudah meninggal dunia. Saya kagum dengan kecekalan oma meneruskan hidupnya walaupun
dia kini hanya bersendiri. Dia juga bilang bahwa pernah pergi ke Jepang, Thailand dan
Malaysia di zaman mudanya. Dia bilang dia masih remaja sewaktu zaman Presiden Sukarno
berlangsung. Oma senang berbicara tentang dirinya lalu dia juga ingin mengetahui serba
sedikit tentang diri saya. Setelah saya memberitahu bahwa saya asalnya dari Malaysia, dia
terus menunjuk salah seorang oma di situ yang berasal dari Malaysia juga. Dia menyuruh
saya berbicara dengan oma tersebut. Saya berlalu meninggalkan oma Karsinah setelah
bersalaman dengannya.
Oma yang saya temui seterusnya adalah oma yang berusia kira-kira 70 tahun. Dia
bernama Katemi. Pabila saya bertanya apakah benar dia berasal dari Malaysia, dia hanya
tersenyum. Terus, dia bilang teman saya yang bareng mewawancaranya, mirip anak lelakinya
yang berusia 9 tahun yang bernama Abdul Kadir. Oma Katemi juga mengadu bahwa dia tidak
dapat makan di panti tersebut. Dia kurang meminati sayur dan tidak makan ikan, ayam dan
daging. Saya menasihatinya agar menjaga pemakanan karena dari makanan kita mendapat
tenaga untuk melakukan pekerjaan. Dia gembira mendengar kata-kata tersebut lalu bilang,
“Anak-anak ini baik sekali. Terima kasih karena hari ini oma rasa bahagia sekali atas
perhatian anak-anak yang datang ke tempat oma.” Setelah beberapa menit berbicara dengan
oma, saya dan teman saya terpaksa meninggalkan oma karena waktu tidak mengijinkan kami
untuk terus berbicara. Saya tidak lupa untuk memberitahu oma bahwa hidup ini adalah satu
anugerah jadi kita harus menikmatinya. Oma juga memesan kepada kami supaya menjadi
dokter-dokter yang bagus suatu hari nanti. Setelah itu, oma melambai-lambai kami yang
beransur pulang meninggalkannya.
Saya berasa sangat gembira dan bahagia dapat menghabiskan masa bersama orang tua
di panti sosial ini. Saya berasa cukup berpuas hati karena mendapat mengenali dengan lebih
dekat opa-opa dan oma-oma dan sejujurnya telah belajar banyak perkara melalui mereka.
Mereka sabar, gembira dan amat senang menjalani kehidupan walau dalam keadaaan apa
pun. Saya berasa insaf tentang pentingnya kita untuk bersyukur dengan apa sahaja yang kita
ada sekarang. Jangan mudah mengeluh karena kita harus ingat bahwa ada lagi manusia yang
hidupnya lebih sukar dari kita. Saya benar-benar berharap aktivitas seperti kunjungan ke
panti-panti ini bisa diteruskan pada waktu-waktu yang akan datang karena berbagai kebaikan
dan manfaat yang bisa mahasiswa perolehi melalui kegiatan seperti ini.
top related