skenario pencabutan gigi anak
Post on 10-Dec-2015
145 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Skenario Pencabutan Gigi Anak
Step I
1. Injeksi Anastesi Infiltrasi :
Suatu injeksi obat anastetikum pada sekitar ujung cabang saraf
terminal yang sering digunakan pada maxilla (rahang atas)
dibandingkan dengan mandibulla (rahang bawah) (Dwi Rizki)
2. Anastetikum Topikal :
Suatu obat yang mempunyai cara kerja menghambat impuls saraf
( Ahmad)
Obat ini digunakan dengan cra dioleskan pada membrane mukosa
( Intan)
Fungsi dari anastesi local untuk menghambat ujung dalam
menghantarkan rasa sakit. (Nabila)
3. Bifurkasi perforasi :
Suatu kebocoran pada percabangan saluran akar (Fatimah)
Kebocoran terjadi pada pangkal percabangan saluran akar, bukan
pada saluran akar ( Intan)
Step II
1. Apakah diagnose dari penyakit pada scenario ? (Nabila)
2. Faktor apa saja yang perlu di pertimbangkan dalam pencabutan gigi anak
sesuai scenario ? (Cyntia)
3. Bagaimana tata laksana pencabutan gigi sulung sesuai scenario ? (Ayuk)
4. Apakah teknik anastesi yang tepat digunakan sesuai scenario ? (Intan)
5. Apakah teknik pencabutan yang sesui dengan scenario ? (ahmad)
6. Bagaimana bentuk sediaan resep yang tepat untuk anak ? (ika)
1
Step III
1. Diagnosa yang tepat sesuai scenario adalah kematian pulpa akibat sudah
didapatkannya suatu pembengkakan yang seringkali kali mengeluarkan
nanah atau sudah terjadi invasi bakteri pada jaringan priapikal yang
mengakibatkan suatu abses periapikal. Gigi tersebut dapat di diagnose
mengalami gangren atau bias juga gangrene radiks karena hanya sebagian
mahkota yang tersisa. (nabila)
2. Faktor yang perlu dipertimbangkan :
a. Karies Profunda perforasi menunjukkan sudah terdapat perforasi
pada bifurkasi gigi 85. (Fatimah)
b. Adanya infeksi berulang (Fatimah)
c. Berdasarkan anatominya akar distal dari gigi 85 hampir mengenai
gigi 45. (Fatimah)
d. Pertimbangan juga didasarkan pada sudah adanya gigi permanen
pengganti dari gigi 85. (ahmad)
e. Informed concern sangat diperlukan dalam pencabutan gigi pada
anak. (ahmad)
f. Kelainan sistemik sangat berperan penting saat proses
penyembuhan, apabila didapati suatu kelainan pembekuan darah
pada pasien akan mengakibatkan darah sukar membeku saat
setelah pencabutan gigi. (Yusuf)
g. Tulang rahang yang belum kompak
h. Kondisi psikis anak bias didasarkan pada penjelasan dari operator
agar tidak membohongi pasien namun juga tidak menakuti pasien
dengan penjelasan yang diberikan. (Ayuk) (Besta)
i. Penegakan diagnosis sebaiknya dilakukan tidak hanya berdasarkan
anamneses dengan pasien anak, namun juga pada orang tua atau
orang yang mengantar dan hidup satu atap dengan pasien. (ika)
j. Rongga mulut yang kecil melatih skill dari operator, karena ini
menyulitkan dari akses alat yang akan dilakukan dalam proses
pencabutan. (Cyntia)
2
k. Pada umumnya posisi gigi premolar 2 permanen meang sering
dihimpit oleh akar gigi molar 2 susu (dwi Rizki)
l. Usia juga dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
gigi geligi, karena usia sering kali dapat menjadi patokan urutan
erupsi dari gigi geligi. (Nabila)
3. Tata laksana Pencabutan gigi anak
a. Tatalaksana dapat digolongkan menjadi 3 pokok bahasan yaitu
tindakan pre operatif, operatif, dan pasca operativ. Tindakan pre
operatif meliputi inform concern dan juga pertimbangan dari ada
atau tidaknya kelainan sistemik. Tindakan operatif meliputi
keadaan ruangan harus dipersiapkan, terutama alat-alat kedokteran
gigi yang menakutkan bagi pasien agar tidak terlalu diperlihatkan,
untuk anastesi pasien bias menggunakan anestesi local kemudian
anestesi infiltrasi. (Retno)
b. Yang pertama dilakukan saat pasien dating yaitu melakukan
diagnose, kemudian dilakukan persiapan alat dan bahan. Setelah itu
operator harus dapat mengetahui posisi kerja yang pas, untuk
proses pencabutan gigi 85 operator tepat pada posisi samping
kanan pasien, sedang pasien dalam posisi tidur. Proses anestesi
setelah itu dilakukan dengan cara menyiapkan alat anastesi berupa
disposable syringe dan bahan anestesikum. Kemudian sebelum
dilakukan injeksi anestesi infiltrasi dilakukan anestesi topical pada
membrane mukosa daerah yang akan diekstraksi. (luna)
c. Anestesi dideponirkan secara perlahan, kemudian ditarik secara
perlanan. Setelah itu dilakukan penekana pada daerah injeksi untuk
mengurangi rasa sakit pada anak ( Pita )
d. Pemilihan jarum yang tepat untuk ekstraksi, dilakukan dengan
bevel seperti bamboo runcing, kemudian pipi di ekstraksi dengan
jari tengah, ibu jari menempel dagu untuk merenggangkan
3
mukobukal. Insersi jarum suntik juga mempertimbangakan panjang
gigi dalam foto rontgent.(Dwi Rizki)
4. K
5. Teknik Pencabutan
a. Setelah dialkukan anestesi, ditunggu 5 menit untuk mengetahui
efeknya. Pengujiannya dengan menusukkan ujung sonde ke
gingival daerah injeksi anestesi. (cintya)
b. Kemudian gigi diluksasi dengna digoyangkan-goyangkan agar akr
terluksasi. (Cyntia)
c. Kemudian dilakukan pencabutan gigi tersebut. (cyntia)
d. Instruksi pasca bedah pasien diminta untuk menggigit tampon
selama 30 menit, tidak boleh dikunyah. Apabila darah masih
mengucur, pasien disarankan untuk mengganti tampon dengan
yang baru. Kemudian pasien juga tidak boleh meludah karena
dapat merangsang terjadinya perdarahan, Untuk mengurangi rasa
sakit pasien dapat meminum analgesic atau pil pereda rasa sakit
ketika rasa sakit berlangsung. Apabila sakit tidak berangsur
sembuh selama lebih dari 48 jam bias menghubungi dokter gigi.
(yusuf)
e. Setelah gigi dicabut dari socketnya dilakukan pemberian antiseptic
pada daerah socket dangan bahan povidon iodine (betadine).
(Yusuf)
f. Untuk mengurangi rasa sakit pada pasien diberikan resep obat jenis
analgesik. (Yusuf)
g. Untuk infeksi periapikal bias menggunakan resep obat antibiotic
sperti amoxicillin. ( Nabila)
4
Step IV
(Pemetaan Pemikiran)
5
Gigi 85
-Perforasi Bifurkasi
- Gangren Radiks
Pertimbangan Pencabutan Gigi Anak
Pencabutan Gigi Anak
Pre-Operative
*Persiapan
Alat dan
Bahan
Operative Post-Operative
*Anjuran Pasca
Pencabutan
Tekhnik
Anestesi
Infiltrasi
Teknik
Pencabutan
Gigi 85
Step V
Learning Objectives
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pertimbangan
pencabutan gigi anak
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tindakan Pre-
operative pencabutan gigi anak
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan prosedur operative
pencabutan gigi anak
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tindakan post-
operative pencabutan gigi anak
6
Step VII
Learning Objective 1
Pertimbangan dalam melakukan anestesi dan pencabutan gigi anak
1. Pertimbangan dalam melakukan anastesi pada pasien adalah :
1. Menggunakan syringe yang dapat diaspirasi
2. Penggunaan jarum yang disposable. Hal ini bertujuan untuk
menghindari resiko menularkan infeksi dari pasien yang satu ke
pasien yang lain.
3. Kebanyakan injeksi menggunakan jarum pendek dengan panjang 2
atau 2,5 cm. Jarum panjang dengan ukuran 3 cm biasanya digunakan
untuk blok gigi inferior, Jarum halus (30 gauge) digunakan untuk
infiltrasi dan jarum tebal ( 27 gauge) digunakan untuk semua injeksi
lain.
4. Larutan anestesi yang digunakan umumnya adalah Lignokain 2% +
1:80.000 adrenalin. Sedangkan, jika injeksi dengan adrenalin
merupakan kontraindikasi, dapat menggunakan larutan prilokain 3% +
felipresin (0.31 iu//ml).
5. Hal yang penting bagi dokter gigi ketika akan menganastesi pasien
anak adalah dosis yang disesuaikan dengan berat badan anak. Seperti
contoh Prilokain ( Nama dagang Citanes atau Forte) yeng memiliki
lama kerja pada pulpa (60-90 menit) dan pada jaringan lunak 3-8 jam.
Dosis Prilokain yaitu 6,0 mg/kg berat badan anak
2. Pertimbangan-pertimbangan dalam melakukan pencabutan :
1. Identifikasi sisa jaringan keras gigi akibat karies, maupun trauma.
Kerusakan mahkot yang cukup besar pada skenario dapat mempersulit
adaptasi tang terhadap gigi yang akan dicabut.
2. Identifikasi kelainan periapikal dan struktur gigi yang berdekatan.
2.1 Struktur gigi yang berdekatan perlu dilakukan pengamatan, karena
jika didapatkan malposisi dan berjejal dapat mempersulit adaptasi
tang.
7
2.2 Kelainan Periapikal seperti hipersementosis, sclerosis tulang, dan
ankilosis dapat mempersulit pencabutan dengan menggunakan
tang. Pada kasus kelainan periapikal ini metode pencabutan
mengguakan tang merupakan kontra indikasi. Metode yang
digunakan pada kaus-kasus ini adalah Open Method Retraction.
3. Bentuk, Jumlah, serta pola akar
Akar yang melengkung dengan ekstremitas yang sangat tajam
(dilaserasi) menjadi faktor penyulit dalam pencabutan dengan
menggunakan tang.
4. Tekanan terkontrol
Kondisi tekanan terkontrol dapat tercipta dari posisi operator dan
posisi pasien yang tepat, serta metode teknik pencabutan yang dipilih
efektif sesuai kondisi gigi yang akan dicabut.
5. Karies Profunda perforasi menunjukkan sudah terdapat perforasi pada
bifurkasi gigi 85.
6. Adanya infeksi berulang.
7. Berdasarkan anatominya akar distal dari gigi 85 hampir mengenai gigi
45.
8. Pertimbangan juga didasarkan pada sudah adanya gigi permanen
pengganti dari gigi 85.
9. Informed concern sangat diperlukan dalam pencabutan gigi pada anak.
10. Kelainan sistemik sangat berperan penting saat proses penyembuhan,
apabila didapati suatu kelainan pembekuan darah pada pasien akan
mengakibatkan darah sukar membeku saat setelah pencabutan gigi.
8
Learning Objective II
Instruksi pre operative anastesi lokal dan eksodonsia
Prosedur pre operative meliputi persiapan pasien, persiapan alat dan
bahan, asisten, dan operator. Ketika pemeriksaan dilakukan di rumah sakit,
persiapan pasien dimulai dengan melihat rekam mediknya, karena dari rekam
medik kita dapat mengetahui riwayat penyakit pasien, riwayat penyakit keluarga,
kelainan sistemik yang ada, selain itu hasil foto rontgent juga terlampir pada
rekam medik pasien. Namun berdasarkan kasus di skenario, hal tersebut tidak
dilakukan karena pasien melakukan pencabutan di klinik pribadi. Untuk persiapan
alat dan bahan meliputi dental chair, di tempatkan pada posisi tidur kemudian
lampu dinyalakan, serta menyiapkan suction atau saliva ejector. Persiapan asisten
dan operator yang dilakukan meliputi menyiapkan baju operasi, masker, dan
sarung tangan untuk menghindari kontaminasi bakteri, kemudian sterilisasi dari
alat, operator juga harus sudah memiliki operation plan yang akan dijelaskan
pada pasien dan harus meyakinkan ketika menjelaskan.
Pada tahap pre operative perlu diperhatikan persiapan alat dan bahan yang
akan digunakan baik dalam proses pemberian anastetikum maupun pada proses
operasi.
Alat yang digunakan pada kasus pencabutan gigi berdasarkan skenario
adalah angular elevator Cryer #30 dan #31. Alat ini digunakan untuk mengungkit
akar distal gigi 85. Spesifikasi Cryer, pada bagian bilahnya berbentuk seperti
bendera dengan ujungnya berupa pointed blade yang memiliki kemampuan
untuk mencengkeram sementum fragmen gigi dalam soket.
9
Gambar 1. Angular Elevator Cryer
Sedangkan pada akar gigi mesial, karena pada kasus diskenario didapatkan
mahkota gigi 85 telah tersisa setengah mahkota maka tang cabut yang ideal untuk
kasus ini adalah dengan menggunakan tang akar gigi molar sulung.
Untuk mengecek apakah obat anestetikum telah bereaksi dapat
menggunakan elevator lurus dan excavator.
Gambar 3. Elevator Lurus
10
Gambar 2. Tang Akar Gigi Molar
Sulung
Sedangkan untuk menghaluskan dinding soket setelah dilakukan
pencabutan dapat menggunakan Bone File. Spesifikasi alat ini memiliki ujung
yang berbentuk sendok dengan disisi-sisinya terdapat permukaan yang berkerat
untuk menghaluskan dinding soket yang tajam.
Gambar 4. Bone File
Learning Objective III
Prosedur operative anastesi lokal dan eksodonsia
Posisi Operator dan Pasien
Pada pencabutan gigi maksila, posisi pasien relatif tinggi (diatas dataran siku),
duduk pada kursi setengah menyandar. Sedangkan pada mandibula, posisi pasien
relatif lebih rendah (di bawah dataran siku) dengan posisi kursi tegak.
Anestesi
Dosis Maksimum Obat Anastesi Lokal
Anastetikum Nama Dosis Maksimal
2 % Lignocaune
tanpa
Vasokonstriktor
Xylocaine 3 mg/kg
11
2 % Lignocaine
dengan 1:100.000
Adrenalin
Nurocaine 7 mg/kg
4 % Prilocaine
Plain
Citanest Plain 6 mg/kg
3 % Prilocaine
dengan 0,03 IU/ml
Felypressin
Citanest 9 mg/kg
0,5 % Bupivacaine
dengan 1: 200.000
Adrenalin
Marcain 2 mg/kg
Dalam prosedur operative, pemilihan teknik anastesi merupakan hal yang
penting yang perlu dipertimbangkan. Pada pasien anak-anak yang memiliki
ketakutan terhadap rasa sakit yang timbul akibat insersi jarum suntik, maka
penggunaan teknik anastesi infiltrasi lebih dianjurkan. Berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan, 65% anak-anak tidak merasakan atau hanya merasakan
sedikit sakit. Sedikitnya rasa sakit yang dirasakan, dapat membantu pasien merasa
rileks dan nyaman. Perasaan nyaman tersebutlah yang nantinya akan membuat
prosedur operative berjalan dengan sukses.
Sebelum anestesi sebaiknya dilakukan asepsis dan isolasi daerah kerja.
Teknik anastesi infiltrasi dan teknik anestesi blok sebenarnya sama saja, tujuannya
untuk meminimalkan rasa sakit. Namun bedanya, teknik anastesi infiltrasi itu
sirkuler hanya di sekeliling/ sekitarnya saja khususnya ujung saraf terminal.
Dalam melakukan anestesi, sebaiknya jarum suntik diinjeksikan dengan
hati-hati. Setelah jarum suntik masuk, deponirkan beberapa tetes bahan anestesi
12
terlebih dahulu, lalu istirahatkan beberapa detik. Tetes larutan bahan anestesi yang
dideponirkan terlebih dahulu ini akan memberi efek analgesik terhadap jaringan,
sehingga akan mengurangi rasa sakit pada penembusan berikutnya. Setelah itu,
majukan jarum dengan hati-hati dan perlahan, kemudian injeksikan bahan
anestetikum sesuai dengan dosis secara perlahan.
Cara Mengecek Anastesi
Untuk mengecek anastesi yang di deponirkan telah berhasil atau tidak bisa
menggunakan elevator lurus dengan aplikasi pararel yaitu dengan cara
memasukkan elevator lurus ke dalam celah periodontal dan menggerakkannya ke
arah mesio bukal dari gigi yang akan dicabut. Kemudian tanyakan kepada pasien
apakah merasakan sakit atau tidak. Jika dengan perlakuan pasien tidak merasa
sakit berarti anastesi yang kita lakukan berhasil. (Gordon W. Pedersen,Buku Ajar
Praktis Bedah Mulut hal 18-19).
Namun ada cara lain yang bias direkomendasikan untuk menegecek
anastesi telah berhasil atau tidak, yaitu dengan menggunakan eskavator dengan
cara yang sama yaitu memasukkan eskavator ke dalam celah periodontal dan
meggerakkannya kearah mesio-bukal.
Eksodonsia
Pada pencabutan gigi yang tidak mengalami lukasasi atau mobilisasi,
operator dapat menggunakan elevator untuk memperkirakan mobilitas gigi. Pada
jaringan periodontal (perlekatan gingiva) yang masih baik dapat dipisahkan
menggunakan elevator juga.
Untuk melakukan pencabutan gigi berakar ganda, jika pada gambaran
radiografi terlihat benih gigi tetap berada pada akar gigi sulung maka sebaiknya
pencabutan dilakukan dengan membagi mahkota menjadi dua bagian dan
mencabutnya satu demi satu. Hal ini dilakukan untuk menghindari terangkatnya
benih gigi tetap dibawahnya.
Dalam Teknik Pencabutan gigi sulung, tang yang digunakan harus
memiliki bilah tang yang cukup kecil untuk melewati membran periodontal dan
13
bilah ini diaplikasikan pada akar gigi. Jika tang hanya ditempatkan pada sisi bukal
dan lingual dari gigi dan dipaksakan masuk ke dalam jaringan, maka hal ini dapat
menyebabkan benih gigi tetep pengganti bisa rusak. Gerakan pencabutan gigi
sulung dimulai dengan gerakan ke arah lingual yang kuat sehingga gigi muncul
dari soketnya kemudian dicabut dengan gerakan ke bukal dan rotasi ke depan.
Lebih baik meninggalkan patahan fragmen akar gigi sulung kecil yang akan
mengalami resorpsi atau eksfoliasi daripada merusak atau mengubah posisi benih
gigi tetap pengganti. Namun, jika fragmen gigi ini telah terinfeksi atau non vital,
maka harus diambil dengan elevator runcing atau reamer akar yang di sekrup pada
saluran akar fragmen gigi tersebut.
Alat yang digunakan pada kasus pencabutan aluran akar distal berdasarkan
skenario adalah angular elevator Cryer #30 dan #31. Alat ini digunakan untuk
mengungkit akar distal gigi 85. Spesifikasi Cryer, pada bagian bilahnya berbentuk
seperti bendera dengan ujungnya berupa pointed blade yang memiliki
kemampuan untuk mencengkeram sementum fragmen gigi dalam soket. Cara
menggunakannya adalah dengan mengekstraksi bukal sebelah kanan dengan
tangan yang bebas (tidak memegang alat) kemudian mencengkram akar distal gigi
85 pada sisi bukal kemudian mengungkit akar distal.
Sedangkan pada akar gigi mesial, karena pada kasus diskenario didapatkan
mahkota gigi 85 telah tersisa setengah mahkota maka tang cabut yang ideal untuk
kasus ini adalah dengan menggunakan tang akar gigi molar sulung.
Learning Objective IV
14
Instruksi post operative anastesi lokal dan eksodonsia
Istirahat yang cukup, karena membantu proses penyembuhan luka.
Setelah dilakukan ekstraksi, pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon
diatas bekas luka ekstraksi. Tekanannya dipertahankan paling tidak selama
30 menit. Apabila lewat 30 menit masih ditemukan pendarahan, maka
diinstruksikan untuk menggigit tampon selama 30 menit berikutnya.
Adanya sedikit pendarahan yang kadang-kadang masih keluar selama 24
jam pasca ekstraksi masih dapat dikatakan normal. Namun apabila terjadi
pendarahan hebat, segera hubungi dokter gigi.
Pasien baru boleh makan beberapa jam setelah ekstraksi, agar tidak
mengganggu terbentuknya blood clot. Apabila telah diperbolehkan makan,
makanlah makanan yang lembut. Hindari makanan keras, karena makanan
keras dapat merusak daerah bekas ekstraksi, serta jangan mengunyah di
sisi bekas ekstraksi.
Instruksikan pasien agar tidak memakan makanan atau meminum
minuman panas untuk sementara waktu. Rangsangan panas dapat
meningkatkan vaskularisasi sehingga pembentukan bekuan darah menjadi
lebih lambat.
Banyak minum untuk mencegah dehidrasi.
Ketidaknyamanan post ekstraksi biasanya diikuti dengan rasa sakit, maka
pasien diinstruksikan untuk mengkonsumsi analgesik yang telah
diresepkan oleh dokter gigi.
Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi vitamin B dan C sebagai terapi
tambahan untuk penyembuhan jaringan.
Jaga kebersihan rongga mulut. Sikat gigi secara rutin, tidak boleh
berkumur dengan menggunakan hidrogen peroksida karena dapat
menghilangkan blood clot. Berkumurlah dengan obat kumur yang
15
mengandung analgesik atau dengan larutan povidon iodine yang telah
diencerkan dengan menggunakan air masak untuk menjaga kebersihan
rongga mulut. Caranya yaitu dengan mengambil air masak sebanyak 250
ml kemudian ditetesi 2-4 tetes larutan povidon iodine, lalu gunakan air
tersebut untuk berkumur.
Melakukan kompres dengan es atau potongan es kecil yang dimasukkan ke
dalam kantong plastik, kemudian dibungkus dengan sebuah handuk kecil.
Lalu tempelkan pada wajah dekat tempat ekstraksi. Hal tersebut dapat
dilakukan berulang, terutama 24 jam setelah ekstraksi guna mengurangi
rasa nyeri dan mencegah edema.
Jangan mengunyah permen karet atau merokok, karena hal tersebut dapat
meningkatkan insidensi dry socket. Selain itu nikotin pada rokok dapat
menghambat penyembuhan luka.
Instruksikan pasien untuk melakukan kontrol ke dokter gigi 4-5 hari
setelah dilakukannya ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA
Andlew RJ, Rock WR. 1992. Perawatan Gigi Anak Ed. 2. Jakarta: Widya
Medika.
16
Cameron A.dkk. 2003. Handbook Of Pediatric Dentistry. Jerman: Mosby.
Howe L. Goffrey. 1999. Pencabutan Gigi Geligi Ed. 2. Jakarta: EGC.
Koch, Göran dan Poulsen Sven. 2009. Pediatric Dentistry 2nd Edition.
London: Wiley Blackwell.
Kruger, G.O and B.J.Melloni. 1974. Textbook of Oral Surgery. Saint
Louis: CV. Mosby Co.
Laskin, Daniel M. 1985. Oral and Maxillofacial Surgery Vol. 2. St. Louis:
The CV. Mosby Company.
McDonald, Ralph E. Et al. 2004. Dentistry for The Child and Adolescent
8th Edition. US of America: Library of Congress Cataloging-in-
Publication Data.
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta:
EGC.
Peterson, IJ. Principles of Management of Impacted Teeth. In:
Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 3rd Ed. St Louis: Mosby
Inc; 1998. P 236-8.
Riawan Lucky, drg, Sp.BM. 2009. Teknik dan Trik Pencabutan Gigi
dengan Penyulit. Bandung: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran.
17
top related