sjsn dan bpjs.docx
Post on 29-Dec-2015
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SJSN dan BPJS: Memalak Rakyat Atas Nama Jaminan Sosial
Saat ini institusi bisnis asuransi
multinasional tengah mengincar peluang bisnis besar di Indonesia
Mulai 1 Januari 2014 pemerintah mulai memberlakukan sistem jaminan sosial. Ini adalah
tindak lanjut Perpres No. 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan dan PP 101/2012
tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI) sebagai implementasi UU SJSN.
Menyongsong pelaksanaan itu, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi aktif tampil di layar
kaca. Dengan gaya keibuannya, ia mengemukakan betapa jaminan sosial ini akan
memberikan kesejahteraan bagi rakyat.
Begitukah?
Konsep Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan di Indonesia ini
merupakan bagian dari Konsesus Washington dalam bentuk Program SAP
(Structural Adjustment Program) yang diimplemetasikan dalam bentuk LoI
antara IMF dan Pemerintahan Indonesia untuk mengatasi krisis.
SJSN ini konsepnya mengikuti paradigma Barat atau sistem kapitalis dalam
masalah jaminan sosial, yaitu sistem asuransi. Namanya terdengar bagus, Jaminan
Sosial Nasional, tetapi isinya ternyata hanya mengatur tentang asuransi sosial yang akan
dikelola oleh BPJS. Artinya, itu adalah swastanisasi pelayanan sosial khususnya di
bidang kesehatan.
Hal ini bisa dilihat dari isi UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN itu. Dalam Pasal 1
berbunyi: Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi
yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Lalu Pasal 17 ayat (1): Setiap
peserta wajib membayar iuran. (2) Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari
pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran
tersebut kepada BPJS secara berkala.
Dari dua pasal itu bisa dipahami. Pertama: terjadi pengalihan tanggung jawab
negara kepada individu atau rakyat melalui iuran yang dibayarkan langsung, atau
melalui pemberi kerja bagi karyawan swasta, atau oleh negara bagi pegawai negeri. Lalu
sebagai tambal sulamnya, negara membayar iuran program jaminan sosial bagi
yang miskin. Pengalihan tanggung jawab negara kepada individu dalam masalah
jaminan sosial juga bisa dilihat dari penjelasan undang-undang tersebut tentang prinsip
gotong-royong yaitu: Peserta yang mampu (membantu) kepada peserta yang kurang
mampu dalam bentuk kepesertaan wajib bagi seluruh rakyat; peserta yang berisiko
rendah membantu yang berisiko tinggi; dan peserta yang sehat membantu yang
sakit. Jadi, jelas undang-undang ini justru ingin melepaskan tanggung jawab negara
terhadap jaminan sosial atau kesehatan.
Kedua: Yang akan menerima jaminan sosial adalah mereka yang teregister atau tercatat
membayar iuran.
Ketiga: Jaminan sosial tersebut hanya bersifat parsial, misalnya jaminan kesehatan,
tetapi tidak memberikan jaminan kepada rakyat dalam pemenuhan kebutuhan pokok
sandang, pangan dan papan maupun pendidikan.
Adapun BPJS adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan UU No. 24 Tahun 2011
Tentang BPJS, yang merupakan amanat dari UU No. 40 Tahun 2004 Tentang SJSN. BPJS
akan menjadi lembaga superbody yang memiliki kewenangan luar biasa di negara ini
untuk merampok uang rakyat. Tidak hanya kepada para buruh, sasaran UU ini adalah
seluruh rakyat Indonesia. Kedua UU tersebut mengatur asuransi sosial yang akan
dikelola oleh BPJS. Hal ini ditegaskan oleh UU 40/2004 pasal 19 ayat 1 yang
berbunyi: Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Juga Pasal 29, 35, 39, dan 43. Semua pasal tersebut
menyebutkan secara jelas bahwa jaminan sosial itu diselenggarakan berdasarkan prinsip
asuransi sosial.
Prinsip asuransi sosial juga terlihat dalam UU Nomer 24 Tahun 2011 tentang BPJS. Pada
Pasal 1 huruf (g) dan Pasal 14 serta Pasal 16 disebutkan bahwa BPJS menyelenggarakan
sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip kepesertaan yang bersifat wajib.
Inilah fakta sebenarnya dan bahaya UU SJSN dan BPJS bagi rakyat. Rakyat dipalak
sedemikian rupa atas nama kepentingan negara dalam menjamin layanan kesehatan
dan sosial lainnya. Bagaimana tidak memalak. UU itu menyiapkan seperangkat sanksi
bagi rakyat yang tidak mau membayar premi. Jadi, bohong jika dikatakan bahwa UU ini
akan membawa kesejahteraan bagi rakyat.
Saat ini institusi bisnis asuransi multinasional tengah mengincar peluang bisnis besar di
Indonesia yang dibuka antara lain oleh UU 40/2004, Pasal 5 dan Pasal 17, juga UU
24/2011 Pasal 11 huruf (b); disebutkan bahwa BPJS berwenang menempatkan dana
jaminan sosial untuk investasi. Ini merupakan bukti nyata dari pengaruh neoliberalisme
yang memang sekarang sedang melanda Indonesia. Arim Nasim/Lajnah
Mashlahiyyah DPP HTI
http://hizbut-tahrir.or.id/2013/12/24/sjsn-dan-bpjs-memalak-rakyat-atas-nama-jaminan-sosial-2/
top related