simpanan nasabah

Post on 03-Jul-2015

267 Views

Category:

Education

2 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Kelompok 2

Nam : Dwi rahmawan 2012112077

Luqman maulana 2012112078

Khafid jinan 2012112111

Di dalam terminologi syariah simpanan dikenal

dengan alwadiah yang diartikan sebagai titipan murni

dari suatu pihak dari pihak lain baik individu maupun

badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan

kapan saja atas kehendak penyimpan(nasabah).

A . Giro Syariah (Prinsip Wadiah)

Adalah sarana penyimpanan dana dalam bentuk mata uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip titipan (Wadiah yad Dhamanah) dimana dana Nasabah akan dikelola secara amanah dan dijamin penarikannya.

B. Tabungan Tandamata Syariah (Prinsip Wadiah)

Yaitu Simpanan Nasabah (perorangan) di Bank dalam bentuk Tabungan dalam bentuk mata uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Titipan (Wadiah Yad Dhamanah) dimana dana Nasabah akan dikelola secara amanah dan dijamin penarikannya. Penyetoran dan penarikan dapat diambil setiap saat dengan fasilitas ATM Bersama dan On Line di seluruh Kantor Bank

C. Deposito Syariah (Prinsip Mudharabah)

Yaitu Inventasi Nasabah dalam bentuk mata uang rupiah dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Bagi Hasil (Mudharabah) dengan jangka waktu 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan, dimana dana Nasabah akan dikelola sesuai dengan Amanah dan Profesional dalam usaha. Pendapatan Bank Syariah atas pengelolaan dana tersebut akan dibagi sesuai dengan Nisbah (porsi) Bagi Hasil yang disepakati di awal pembukaan rekening. Penyetoran dan penarikan sesuai jangka waktu yang disepakati dan dapat diperpanjang atau diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over).

Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam dana milik masyarakat (para penanam dana). Bentuk hubungan hukum antara bank dan nasabah menyimpan dana, dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro, dan sebagainya.

Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan dengan produk perbankan yang ada, karena syarat dari suatu produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari produk perbankan

Hubungan hukum antara bank dan nasabah debitur

Artinya bank sebagai lembaga penyedia dana bagi para debiturnya. Bentuknya dapat berupa kredit, seperti kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit usaha kecil. Dari segi kacamata hukum, hubungan antara nasabah dengan bankterdiri dari dua bentuk yaitu :

@ Hubungan Kotraktual

a. Hubungan Kontraktual Hubungan yang paling utama dan lazim antara bank dengan nasabah adalah hubungan kontraktual. Hal ini berlaku hampir pada semua

nasabah, baik nasabah debitur, nasabah deposan, ataupun nasabah non debitur-non deposan. Terhadap nasabah debitur hubungan kontraktual tersebut berdasarkan atas suatu kontrak yang dibuat antara bank sebagai kreditur (pemberi dana) dengan pihak debitur ( peminjam dana ). Hukum kontrak yang menjadi dasar hubungan bank dengan nasabah debitur bersumber dari ketentuan-ketentuan KUHPerdata tentang kontrak (buku ketiga).

Setiap nasabah yang menyimpan dana di bank syariah pada dasarnya menggunakan akad Sistem Bagi Hasil, yang dibagi adalah keuntungan yang diperoleh oleh peminjam, sehingga hal ini tidak akan memberatkan bagi pihak peminjam, karena apabila untungnya sedikit maka bagi hasilnya juga sedikit. Berbeda dengan Bank Konvensional yang menggunakan sistem bunga, yang mana dari awal sudah diperjanjikan berapa besar bunga yang harus dibayarkan oleh peminjam setiap bulannya, tidak peduli apakah keuntungan si peminjam besar ataupun kecil atau malah rugi. Hal ini tentu dapat memberatkan bagi si peminjam, karena apabila keuntungannya kecil atau malah rugi, dia tetap harus membayar bunga sebanyak yang sudah diperjanjikan.

Wassalamualaikum wr.wb

top related