sepanjang periode 1 januari 2020 sampai dengan 30 april ... · laporan situasi pembela ham atas...
Post on 07-Nov-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pandemi dan Peningkatan Kerentanan Pembela HAM atas Lingkungan Laporan Situasi Pembela Hak Asasi Manusia atas Lingkungan Caturwulan Pertama 2020 (Januari-April)
Penyusun:
Adzkar Ahsinin
Muhammad Azka Fahriza
Ahmad Fanani Rosyidi
Pengumpul dan Pengolah Data:
Marissa Ayuningtyas
Cover & Layout: Dodi Sanjaya
Cetakan Pertama: Juli 2020
Penerbit:
Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)
Jalan Siaga II No. 31, Pasar Minggu, Jakarta 12510 Indonesia
Tel.: (+62 21) 797 2662; 7919 2519; 7919 2564
Fax.: (+62 21) 7919 2519
Website: www.elsam.or.id
Email: office@elsam.or.id
Twitter: @elsamnews, @elsamlibrary
Facebook: https://www.facebook.com/elsamjkt/
1 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
I. Latar Belakang
Pada April 2020, ELSAM (2020) memperkirakan situasi mengkhawatirkan telah,
sedang, dan akan mengancam kerja dan eksistensi para Pembela HAM atas Lingkungan.
Perkiraan ini berpangkal dari tiga hal. Pertama, naiknya tren kekerasan dan ancaman
terhadap Pembela HAM atas Lingkungan, terutama yang dilakukan dan/atau terkait dengan
aktor perusahaan. Kedua, munculnya pandemi Covid-19 dan terakhir, manuver dari elit
politik Indonesia untuk segera mengesahkan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU
Ciptaker), atau yang juga familiar dikenal sebagai Omnibus Law.
Mudah melihat bagaimana ketiga faktor saling terhubung dan mengkondisikan
peningkatan situasi dan tindakan yang mengancam keberlangsungan dan keberlanjutan
kerja-kerja Pembela HAM atas Lingkungan. Omnibus Law, misalnya, sejak diwacanakan
secara tersirat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato kenegaraan pada 16
Agustus 20191 telah menuai banyak kritik dan kekhawatiran dari masyarakat luas, terutama
terkait dengan potensi pelanggaran HAM (Kabar Latuharhary, 10 Juni, 2020), pembiaran
perusakan lingkungan, dan pelemahan posisi pekerja (Nugraha dan Karokaro, 19 Maret,
2020). Dengan naiknya tren keterlibatan perusahaan dalam kasus-kasus kekerasan dan
ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan dalam setahun terakhir, kritik, dan
kekhawatiran tersebut (yang belakangan mengerucut pada penolakan secara luas)
menemukan relevansinya.
Dalam situasi dan kondisi semacam itulah selama caturwulan pertama para Pembela
HAM atas Lingkungan berjuang. Situasi dan kondisi tersebut, dengan demikian, juga menjadi
latar belakang dan konteks dari seluruh data yang kemudian dianalisa secara singkat dalam
laporan situasi Pembela HAM atas Lingkungan di caturwulan pertama 2020 ini.
Laporan ini merupakan kelanjutan dari kerja pemantauan, penelitian. dan pelaporan
situasi Pembela HAM atas Lingkungan yang dilakukan oleh ELSAM sejak akhir 2017. Dibuat
1 Teks lengkap pidato tersebut bisa dilihat dalam Tirto.id (Saputri, 16 Agustus 2019).
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 2
dalam jangka waktu yang lebih pendek dengan tujuan agar bisa memberikan perkembangan
kecenderungan dan saran terkait situasi Pembela HAM atas Lingkungan di Indonesia,
laporan ini masih menggunakan metodologi penyusunan yang sama dengan laporan
sebelumnya, yakni dengan melakukan pencarian secara berkala berita-berita dan terbitan
terkait Pembela HAM atas Lingkungan dengan menggunakan 16 kata kunci yang relevan
dengan kasus-kasus terkait kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas
Lingkungan. Seluruh data telah dikoroborasi dan untuk beberapa datil kasus yang belum
jelas terlihat dalam pemantauan media telah diverifikasi ulang melalui proses wawancara
terhadap para pendamping di lapangan. Bagian pertama dari laporan ini berisi data
kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan. Bagian kedua dari laporan
ini akan mengulas detil-detil penting dari seluruh data yang tersedia dan menyajikan
kecenderungan kasus yang merefleksikan perubahan situasi dan kondisi Pembela HAM atas
Lingkungan. Bagian terakhir sebelum penutup memuat analisa singkat tentang bagaimana
Covid-19 dan Omnibus Law telah dan sedang merentankan posisi Pembela HAM atas
Lingkungan.
3 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
I. Data Kekerasan dan Ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan
Januari-April 2020
Sepanjang periode 1 Januari 2020 sampai dengan 30 April 2020, ELSAM mencatat ada
22 kasus kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan yang tersebar di
10 Provinsi dan 14 Kabupaten/Kota. Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan jumlah
peristiwa kekerasan terhadap Pembela HAM atas Lingkungan terbanyak di caturwulan
pertama 2020 dengan 7 kasus, disusul Kalimantan Tengah dengan 5 kasus, kemudian Jawa
Timur dan Sumatera Selatan dengan 2 kasus. Di tujuh provinsi lain, yakni DKI Jakarta,
Papua Barat, Sumatera Utara, Jambi, Maluku, dan Jawa Barat, masing-masing terdapat
1 kasus kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan.
Maret dalam caturwulan pertama 2020 menjadi bulan dengan kasus kekerasan dan
ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan terbanyak, yakni sebanyak 10 kasus.
Berturut-turut setelah Maret adalah April (5 kasus), Februari (4 kasus), kemudian Januari
(3 kasus). Secara keseluruhan, kasus-kasus di atas melibatkan 29 tindakan kekerasan dan
ancaman.
Penangkapan dan perusakan menjadi tindakan yang paling banyak dilakukan
terhadap Pembela HAM atas Lingkungan, yakni sebanyak 8 tindakan, disusul penahanan
dan intimidasi masing-masing sebanyak 4 tindakan. pembunuhan, serangan fisik, dan
perampasan tanah berada di tempat terakhir dengan jumlah tindakan sebanyak 2 kali.
Tindakan-tindakan di atas melibatkan 58 aktor—sebagian besarnya merupakan aktor
negara (42 aktor), meliputi polisi (39 aktor), petugas imigrasi (1 aktor), kemudian hakim
dan jaksa (masing-masing 1 aktor). Sisanya, tindakan kekerasan dan ancaman terhadap
Pembela HAM atas Lingkungan tersebut dilakukan oleh non negara (16 aktor), meliputi
perusahaan (12 aktor), preman (2 aktor) serta satpam perusahaan dan orang tak
dikenal (masing-masing 1 aktor).
Secara keseluruhan, tindakan kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas
Lingkungan ini telah menjadikan 69 individu dan 8 kelompok Pembela HAM atas Lingkungan
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 4
sebagai korban. Korban individu terbanyak berjenis kelamin laki-laki, yakni sebanyak 68
orang diikuti oleh perempuan sebanyak 1 orang. Dari keseluruhan jumlah korban, terdapat
tiga identitas korban kekerasan dan ancaman kekerasan terhadap Pembela HAM atas
Lingkungan di periode ini. Masyarakat adat menjadi korban kekerasan Pembela HAM
terbesar yakni sebanyak 48 orang. Petani menjadi korban terbesar setelah masyarakat adat,
sebanyak 20 orang, disusul jurnalis sebanyak 1. Adapun korban kelompok datang dari
masyarakat adat dan kelompok warga, masing-masing sebanyak 4 kelompok.
5 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
II. Kecenderungan Kasus
Angka kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan pada
caturwulan pertama tahun 2020 secara umum mengalami kenaikan signifikan dibandingkan
tahun 2019. Gambaran kenaikan ini bisa dilihat dari empat hal, yakni jumlah kasus,
tindakan, aktor, dan korban.
Peningkatan jumlah kasus kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas
Lingkungan pada caturwulan pertama 2020 terjadi sangat signifikan. Dalam periode ini,
terdapat 22 kasus—angka ini jauh di atas jumlah kasus kekerasan dan ancaman terhadap
Pembela HAM atas Lingkungan di sepanjang 2019 di mana terdapat 27 kasus. Ini berarti ada
kenaikan jumlah kasus ancaman dan kekerasan sebanyak lebih dari 2 kali lipat di caturwulan
2020—dari sebelumnya sebanyak 2.25 kasus per bulan pada 2019 menjadi 5.5 kasus per
bulan pada caturwulan perama 2020.
Sedikit berbeda dari jumlah kasus, melihat jumlah tindakan kekerasan dan ancaman
terhadap Pembela HAM atas Lingkungan pada caturwulan pertama 2020, sekilas terlihat
jumlah penurunan dibandingkan tahun 2019. Dengan total tindakan sebanyak 29 pada
caturwulan pertama 2020, rerata tindakan ancaman kekerasan dan ancaman di periode ini
adalah 7,25 tindakan per bulan, jumlah ini lebih rendah dari rerata jumlah tindakan di tahun
2019, yakni sebanyak 9.74 tindakan per bulan (total keseluruhan tindakan adalah 117).
Meskipun demikian, bisa dikatakan di caturwulan pertama 2020 secara substansial tindakan
kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan terjadi secara lebih brutal
dengan munculnya kasus pembunuhan yang menyebabkan gugurnya dua Pembela HAM atas
Lingkungan di periode ini. Pada tahun 2019, kasus pembunuhan “hanya” mengorbankan
Pembela HAM atas Lingkungan, dan itu terjadi caturwulan ketiga (bulan Oktober) 2019.
Keterlibatan aktor dalam kasus kekerasan dan ancaman kekerasan terhadap Pembela
HAM atas Lingkungan pada caturwulan pertama 2020 memiliki kenaikan paling menonjol
dari semua kecenderungan yang muncul. Pada periode ini terdapat 58 aktor terlibat dalam
kasus penyerangan terhadap Pembela HAM atas Lingkungan. Angka ini memiliki selisih 19
aktor lebih banyak dari seluruh aktor yang terlibat pada 2019, yakni sebanyak 39 aktor.
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 6
Catatan penting yang muncul di caturwulan pertama 2020 adalah polisi menjadi aktor yang
dominan dengan 39 aktor, menggeser aktor perusahaan yang menyumbang 12 aktor.
Keterlibatan polisi ini meningkat 3,5 kali lipat lebih banyak dari total aktor di sepanjang
tahun 2019 yang “hanya” sebanyak 10 aktor. Penting pula dicatat bahwa tergesernya posisi
perusahaan sebagai aktor dominan oleh polisi sama sekali tidak menggambarkan penurunan
keterlibatan aktor tersebut. Jumlah aktor perusahaan pada caturuwulan pertama 2020,
sebanding dengan jumlah keseluruhan aktor perusahaan di sepanjang tahun 2019.
Seperti halnya jumlah kasus dan aktor, jumlah korban di caturwulan pertama 2020 juga
mengalami peningkatan kecenderungan dari sebelumnya sebanyak 128 orang dalam waktu
satu tahun, menjadi 69 orang dalam waktu hanya empat bulan. Rata-rata peningkatan
jumlah korban pada caturwulan 2020 terbilang tajam, yakni hampir dua kali lipat. Jika
sebelumnya di sepanjang tahun 2019 rata-rata jumlah korban kekerasan dan ancaman
terhadap Pembela HAM atas Lingkungan adalah 10,7 korban per bulan, maka di caturwulan
pertama adalah 17,25 korban perbulan.
Secara khusus, di luar rata-rata korban per bulan, ada pergeseran identitas korban yang
penting dicatat yakni meningkatnya jumlah korban dari masyarakat adat, menggeser jumlah
korban petani. Ada 48 orang anggota masyarakat adat yang menjadi korban kekerasan dan
ancaman kekerasan yang menimpa Pembela HAM atas Lingkungan di periode ini. Artinya,
dilihat dari rata-rata per bulan, ada peningkatan jumlah korban lebih dari 12 kali lipat, dari
sebelumnya tahun 2019 sebanyak 1 korban per bulan (jumlah total korban individu dari
masyarakat adat tahun 2019 adalah 12 orang) menjadi dari empat kali lipat menjadi 12
korban per bulan.
Selain jumlah korban masyarakat adat, jumlah korban petani juga menarik untuk
diperhatikan. Turunnya posisi jumlah korban petani di caturwulan pertama 2020 tidak
mengindikasikan turunnya jumlah korban petani secara kualititaf. Di sepanjang tahun 2019,
jumlah korban petani adalah 32 orang, artinya rata-rata terdapat 2.7 korban petani setiap
bulan dari tindakan kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan.
Jumlah tersebut berada di bawah rerata korban tiap bulan pada caturwulan pertama 2020,
7 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
yakni sebanyak 5 korban petani per bulan, meskipun secara keseluruhan “hanya” ada 20
korban petani.
Di samping perubahan kecenderungan kasus selama caturwulan pertama 2020, ada dua
peristiwa yang penting dicatat secara khusus karena membawa kebaruan yang mencolok
dari data kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan dalam 2 tahun
terakhir. Pertama, adalah kasus penangkapan dan penahanan Philip Jacobson, jurnalis
Mongabay asal Amerika Serikat oleh petugas imigrasi di Palangkaraya Kalimantan Tengah.
Penangkapan Philip sebenarnya sudah terjadi sejak tanggal 17 Desember 2019 setelah
menghadiri sidang antara DPRD Kalimantan Tengah dengan Aliansi Masyarakat Adat
Nusantara cabang setempat. Setelah penangkapan tersebut, Philip ditahan oleh pihak
imigrasi selama 45 hari sebelum kemudian dibebaskan dan dideportasi pada tanggal 31
Januari 2020.2
Penangkapan dan penahanan Philip ini menjadi kasus pertama Pembela HAM atas
Lingkungan berkewarganegaraaan asing yang mengalami serangan dari otoritas negara
Republik Indonesia. Sebelumnya, terdapat kasus terkait situasi Pembela HAM atas
Lingkungan Indonesia yang melibatkan aktor warga negara asing pada November 2018
ketika aktivis Greenpeace asal Indonesia terlibat aksi kampanye di atas kapal kargo di
wilayah Teluk Cadiz, Spanyol (Setyorini, November 18, 2018) . Hanya saja, selain kasus
tersebut tidak berada di teritori wilayah Indonesia, aktor warga negara asing terlibat sebagai
pelaku, bukan sebagai korban sebagaimana Philip.
Kedua adalah kasus pembunuhan 2 petani di Desa Pagar Batu, Kecamatan Pulau Pinang,
Kabupaten Lahat, Sumatera Utara. Kasus yang terjadi pada 21 Maret ini bermula ketika pihak
keamanan PT. Arta Prigel memprovokasi empat warga Desa Pagar Batu yang sedang bertani
di atas lahan yang menjadi obyek sengketa antara warga Desa Pagar Batu dengan
perusahaan. Provokasi tersebut membuat seorang warga mengejar petugas keamanan yang
kemudian berujung pada pengeroyokan hingga tewas. Tiga warga lain yang hendak
2 Kasus Philip Jacobson tidak muncul dalam laporan Menatap Tahun-Tahun Penuh Marabahaya (ELSAM 2020)
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 8
menolong rekannya turut menjadi korban—satu warga lain tewas dan dua lainnya
mengalami luka. Tercatat korban tewas dalam kasus tersebut adalah Aman Suryadi (40), dan
Putra Bakti (35), sementara dua korban yang terluka adalah Sumarlin Efendi (38) dan Lion
Agusta (35).
Merujuk pada seluruh laporan situasi Pembela HAM atas Lingkungan yang telah
dilakukan oleh ELSAM, kasus kematian yang terjadi di Lahat, Sumatera Utara ini
memperlihatkan kecenderungan yang buruk dari situasi Pembela HAM atas Lingkungan
sejak pertengahan 2017. Kasus ini menandai munculnya kasus kematian dalam rentang
masa yang lebih cepat dari tahun 2018 di mana kasus kematian terjadi pada 25 April 2018,
dan dari tahun 2019 di mana kasus kematian baru terjadi pada 6 Oktober 2019. Lebih dari
itu, kasus kematian dua petani Lahat ini juga menunjukkan satu fakta tentang bagaimana
sulitnya mengupayakan perlindungan terhadap Pembela HAM atas Lingkungan yang bekerja
di komunitas dan di wilayah-wilayah yang tidak terjangkau arus utama pemberitaan media
massa.
Pasca kasus pembunuhan di Lahat, Tim Advokasi Rakyat Pagar Batu (TAGAR), tim kuasa
hukum korban petani Lahat mengajukan perlindungan dan layanan bantuan terhadap
keluarga korban almarhum Aman Suryadi dan Putra Bakti, serta korban dan saksi Sumarlin
Efendi (38) dan Lion Agusta (35) kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Permohonan tersebut ditolak oleh LPSK melalui surat bernomor R-
1666/1.4.2.APRP/LPSK/06/2020 tertanggal 09 Juni 2020 karena dianggap tidak memenuhi
ketentuan perundang-undangan, yakni tidak adanya ancaman yang membahayakan
(pertimbangan nomor 1) dan tidak adanya status saksi, korban, saksi pelaku dan pelapor
dalam proses peradilan pidana (pertimbangan nomor 2). Keputusan ini dinilai
mengecewakan oleh TAGAR karena mengesankan tidak adanya proses penyelidikan yang
serius terhadap detil kasus dan kondisi korban dan keluarga.
Di luar dari kasus-kasus di atas, tiga kasus lain penting diperhatikan karena terkait
dengan isu kedaulatan pangan, satu isu paling kuat selama pandemik Covid-19 yang menjadi
konteks khusus laporan ini. Kasus pertama adalah perampasan tanah yang dilakukan oleh
9 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
PT Sindoka (Sinar Indonesia Merdeka) terhadap petani di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi
Selatan yang menggusur lahan siap panen, di antaranya lahan tanaman pangan—beberapa
petani bahkan garapannya dihancurkan berulang-ulang dalam sebulan.
Kasus kedua menimpa Kelompok Tani Mafan di Desa Sedang, Kecamatan Suak Tapeh,
Kabupaten Banyuasin. Dalam kasus ini, PT. MAR dengan dikawal polisi melakukan
perusakan pondok, termasuk tiga tempat penyimpanan padi, milik petani setempat.
Perusakan itu dilakukan oleh PT MAR setelah para petani melawan upaya penggusuran yang
dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap lahan padi siap panen milik mereka.
Kasus terakhir menimpa Kelompok Tani Nipah di Desa Kwala Serapuh, Kecamatan
Tanjung Pura, Kabupaten Langkat yang mendapatkan izin swakelola atas tanah seluas 242
hektar di ekosistem mangrove berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Wilayah kelola ini dibakar oleh orang tidak dikenal pada 26 Maret 2020.
Pembakaran ini diduga terkait dengan 64 hektar perkebunan sawit yang secara illegal
menempati wilayah kelola warga.
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 10
11 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
III. COVID-19, Omnibus Law, dan Pembela HAM atas Lingkungan
Sejak diumumkan oleh WHO sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 (CNN Indonesia, 12
Maret 2020), COVID-19 dinilai banyak pihak sebagai ancaman yang secara spesifik dan
serius terhadap kelompok rentan dan lemah. Sekjen PBB, António Guterres, dalam siarannya
pada 23 April 2020 mengingatkan bahwa COVID-19 tidak hanya problem kesehatan. Lebih
jauh dari itu, pandemi ini mengkondisikan naiknya ujaran kebencian, etno-nasionalisme,
populisme, dan otoritarianisme yang mengancam keberadaan kelompok lemah. Situasi
demikian rentan dijadikan dalih tindakan represif oleh negara di luar penanganan pandemi.
Dalam kesempatan yang sama Guterres mengingatkan pentingnya keberadaan ruang sipil
dan kebebasan pers yang mesti dijaga oleh masyarakat sipil dan dihormati sektor swasta.
Bahwa penting mengingat dalam situasi pandemi ini musuh adalah virus, dan bukan rakyat.
Sehingga, menurut dia respon terbaik adalah penanganan Covid-19 dengan tetap melindungi
HAM dan menghormati aturan hukum (Guterres 2020).
Keberadaan ruang sipil di tengah pandemi, sayangnya terancam seiring makin
rentannya situasi dan kondisi mereka yang membela dan berjuang mempertahankan ruang
tersebut: para Pembela HAM. Joseph dan O’Donovan mencatat bahwa di masa COVID-19
beberapa negara seperti Iran, Bahrain, dan Spanyol menerbitkan aturan hukum diskriminasi
untuk mengecualikan para Pembela HAM-Tahanan Politik dari pembebasan dengan alasan
kemanusiaan tahanan-tahanan di negara-negara tersebut. Dalam lingkup yang lebih spesifik,
yakni Pembela HAM atas Lingkungan, Joseph dan O’Donovan memaparkan situasi yang sama
namun dalam derajat yang lebih membahayakan dengan kemunculan serangkaian serangan
terhadap para Pembela HAM di berbagai negara, dari El-Savador sampai Filipina, dari
Venezuela sampai Uganda. Ini termasuk pembunuhan enam Pembela HAM atas Lingkungan,
di dalamnya terdapat perempuan dan masyarakat ada, di Kolombia. Di tempat seperti Brazil,
bahkan, represi terhadap Pembela HAM atas Lingkungan diikuti dengan peningkatan
intensitas penambangan dan pembalakan hutan secara ilegal. (Joseph dan O’Donovan 2020;
Dobson, 28 April 2020)
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 12
Dalam kasus-kasus kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas Lingkungan di
Indonesia yang terjadi selama kuartal pertama 2020, angka kekerasan dan ancaman justru
melonjak sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan penemuan pasien COVID-19 pertama
pada 2 Maret 2020. Dari 22 kasus kekerasan yang terhimpun dalam laporan ini, 15 di
antaranya terjadi di masa ketika COVID-19 mewabah di Indonesia.
Perlu penelitian lebih lanjut apakah ada hubungan kausalitas yang menjelaskan
kenaikan angka ancaman dan kekerasan terhadap Pembela HAM atas Lingkungan tersebut
dengan kemunculan COVID 19 yang berpengaruh pada perubahan kebijakan pemerintah,
terutama di sektor keamanan. Meskipun demikian, kasus ELSAM mencatat setidaknya ada
dua kasus yang menunjukkan bagaimana aparatus keamanan negara menggunakan dalih
COVID-19 untuk melakukan serangan terhadap Pembela HAM atas Lingkungan, yakni:
1) Kasus intimidasi dan pembubaran paksa aksi damai warga Tumpang Pitu di masa
Covid-19.
Pada 27 Maret 2020, aparat kepolisian bersama beberapa melakukan intimidasi dan
pembubaran paksa aksi pemblokiran jalan oleh warga Tumpang Pitu, Kabupaten
Banyuwangi, Jawa Timur. Para petani ini melakukan aksi pemblokiran jalan setelah
pemerintah mendesak supaya mereka membubarkan tenda perjuangan warga di Dusun
Pancer atas alasan respon pencegahan penyebaran COVID-19. Warga menolak desakan
tersebut karena mobil-mobil perusahaan ternyata juga masih beroperasi. Aksi intimidasi
dan pembubaran paksa oleh aparat kepolisian tersebut diwarnai dengan aksi pemukulan
seorang warga oleh kelompok yang mengidenfikasikan dirinya sebagai warga pro tambang
(WALHI Jatim 2020).
2) Penangkapan dan penahanan James Watt dkk.
James Watt (47 tahun), aktivis dan paralegal asal Kotawaringin Timur, Kalimantan
Tengah ditangkap karena tuduhan penyerobotan lahan milik PT. Hamparan Masawit Bangun
Persada. Pada 7 Maret 2020 sekitar pukul 02.30 WIB, James ditangkap oleh aparat kepolisian
dari Polda Kalimantan Tengah di mess milik Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) di
13 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan bersama dua rekannya, Untung dan Dedi
Sasanto. Mereka ketika itu sedang dalam proses pelaporan kasus kepada WALHI di Jakarta.
Hari itu mereka dibawa Kalimantan Tengah, namun hanya James Watt yang ditetapkan
sebagai tersangka. Penangkapan James ini melengkapi penangkapan dua rekannya, petani
Suku Dayak, Dilik (27 tahun) dan Hermanus (35 tahun), pada tanggal 17 Februari 2020 di
Desa Peyang, Kotawaringin Timur.
Kasus penangkapan James Watt dkk. ini menimbulkan serangkaian pertanyaan bagi
pendamping hukum mereka dan kalangan masyarakat sipil. Pertanyaan tersebut terutama
terkait dengan ambiguitas yang ditunjukkan oleh aparat kepolisian dalam menangani kasus
tersebut di masa pandemik. Antusiasme dan semangat pihak kepolisian dalam drama
penjemputan paksa James Watt di Jakarta dinilai tidak sejalan dengan sikap mereka ketika
persidangan praperadilan dilakukan di Kabupaten Kotawaringin Timur—polisi ketika itu
menolak hadir di pengadilan dengan alasan Covid-19. Virus serupa pulalah yang menjadi
alasan pembatasan warga untuk menyaksikan sidang James Watt dkk3. Apalagi, dalam
proses persidangan, salah satu terdakwa, yakni Hermanus, meninggal dunia setelah
mengalami gejala yang mirip dengan COVID-19 (Marie, 27 April 2020).
Kemunculan kasus intimidasi dan pembubaran paksa aksi warga Tumpang Pitu maupun
kasus penangkapan dan persidangan James Watt dkk. jelas memunggungi serangkaian
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sendiri selama pandemi. Sejak awal April 2020,
misalnya, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, dan Kementerian Hukum dan HAM telah
menandatangani Perjanjian Kerja Sama yang menyepakati penyelenggaraan sidang perkara
secara online (Meiliana, 14 April 2020). Kementerian Hukum dan HAM sendiri melalui
Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No.M.HH-19 PK.01.04.04 Tahun 2020 telah
mengeluarkan lebih dari 30.000 narapidana per akhir Mei demi alasan kemanusiaan
(Perwitasari, 20 April 2020; Ardito, 04 Januari 2020, 04 Juni 04 2020). Keputusan ini
3 Keterangan ini sebelumnya diperoleh ELSAM dalam proses advokasi bersama dari tim kuasa hukum James Watt dkk. tetapi kemudian dipastikan k embali melalui sambungan elektronik pada 8 Juli 2020.
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 14
kemudian diperkuat dengan pernyataan Direktur Jenderal Permasyarakat Kementerian
Hukum dan HAM Reynhard Silitonga pada akhir Mei 2020 bahwa Kemenkumham telah
menunda penerimaan tahanan baru dalam rangka penyebaran COVID-19 (Nugraheny, 24
Mei 2020).
Apa yang menimpa para Pembela HAM atas Lingkungan, baik yang terjadi di Tumpang
Pitu, Banyuwangi maupun Desa Peyang, Kota Waringin Timur, maupun di 12
kota/kabupaten lain tempat kasus kekerasan dan ancaman terhadap Pembela HAM atas
Lingkungan berada mengindikasikan masih jauhnya kesadaran dari pemerintah Indonesia
baik di level politik maupun kebijakan tentang pentingnya kerja-kerja para Pembela HAM
atas Lingkungan. Hal ini tentu menyedihkan mengingat COVID-19 mestinya menjadi
momentum bagi pemerintah untuk meninjau ulang seluruh kebijakan ekonomi yang tidak
berkelanjutan, mengancam kedaulatan pangan, dan merusak lingkungan4 alih-alih malah
menyerang, membiarkan, atau mengkondisikan penyerangan terhadap Pembela HAM atas
Lingkungan. Peran Pembela HAM atas Lingkungan sendiri diakui penting oleh pelapor
khusus PBB untuk Pembela HAM, Mary Lawlor dalam opininya di Al Jazeera (Lawlor, 29 Mei
2020). Terlebih, dalam kasus di Tumpang Pitu dan Desa Peyang, Pemerintah Indonesia
secara langsung memakai mekanisme legal-formal untuk merepresi kerja-kerja Pembela
HAM atas Lingkungan.5
Dilihat lebih jauh, apa yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terhadap para Pembela
HAM atas Lingkungan sesungguhnya tak lebih dari ekses kebijakan tidak serius dan gegabah
terkait penanganan COVID-19. Ketimbang fokus pada penanganan dampak wabah berbasis
perlindungan HAM dengan melibatkan instititusi terkait riset dan kesehatan, pemerintah
Indonesia dipandang lebih menitikberatkan pada militer dan pendekatan keamanan dengan
4 Tentang hubungan COVID-19 dan kapitalisme bisa dibaca di (Pabst dan Wallace, 12 Maret, 2020). 5 Apa yang dilakukan Pemerintah Indonesia ini tentu saja bukan pengecualian mengingat banyak pemerintah
juga melakukan hal serupa dengan dalih menyikapi situasi darurat, terorisme, dan fundamentalisme agama dengan
meningkatkan pengawasan dan militerisasi (ESCR-Net 2020).
15 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
menampakkan karakter yang represif (Wiratraman 2020, 317). Ketidakseriusan
pemerintah dalam upaya penanganan Covid-19 bisa dilihat salah satunya dari masih
berlanjutnya pembahasan mengenai Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus
Law Ketenagakerjaan.
Terkait hal terakhir, yakni pembahasan mengenai Omnibus Law Ketenagakerjaan,
barangkali perlu digarisbawahi bahwa tindakan tersebut tidak sekedar manifestasi
ketidakseriusan menanganni COVID-19 belaka. Lebih dari itu, pemerintah malah nampak
ngotot memuluskan pengesahan Omnibus Law Ketenagakerjaan melalui lobi-lobi politik,
salah satunya ke beberapa elit serikat buruh (Adyatama, 10 Juni, 2020). Langkah pemerintah
ini selaras dengan langkah partai penguasa PDI Perjuangan yang belakangan melakukan
rotasi strategis perwakilannya di parlemen untuk memuluskan pengesahan Omnibus Law
Ketenagakerjaan (Putri, 08 Juli 2020; Fauziah, 08 Juli 2020).
Spesifik terkait isu lingkungan, pemerintah melalui narasi para pakar hukum
mengkampanyekan bahwa Omnibus Law Ketenagakerjaan secara prinsipil tidak
mempengaruhi asas dan norma perlindungan lingkungan, sebagaimana tersusun dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2020). Kampanye
demikian tentu saja menyesatkan. Kartodiharjo (Kartodihardjo, 17 Februari 2020)
mencatat sepuluh poin penting perubahan yang akan secara otomatis terjadi di sektor
lingkungan apabila Omnibus Law Ketenagakerjaan disahkan. Kesepuluh poin tersebut
secara gamblang menegaskan soal penguatan wewenang dan peluang para pemodal yang
berkepentingan dan berproduksi di sektor hulu, artinya wilayah-wilayah rural dan kawasan
hutan, di satu sisi dan pada saat yang sama mengebiri secara signifikan hak-hak masyarakat
yang berkepentingan dan terkait langsung kawasan tersebut.
Melengkapi Kartodiharjo, Indonesian Centre for Environmental Law (ICEL)
mengingatkan bahwa selain membukan pintu bagi pemodal dengan tawaran resiko yang
minim dan mengebiri hak-hak masyarakat, secara regulasi dalam RUU Omnibus Law
ketenagakerjaan yang terkait lingkungan sulit untuk diimplementasikan. Lebih dari itu, poin
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 16
penghilangan sanksi pidana dalam pelanggaran izin yang dilakukan oleh perusahaan dalam
RUU Ombibus LAW dianggap akan membuka lebar peluang pengabaian lingkungan hidup.
(Indonesian Centre for Environmental Law 2020, 10)
Keterangan gambar: 10 perubahan terkait lingkungan yang akan muncul menyertai
pengesahan Omnibus Law. Sumber: (Kartodihardjo, 17 Februari, 2020)
Pada akhirnya, pengesahan Omnibus Law Ketenagakerjaan tak lain dan tak bukan adalah
berarti pengesahan kondisi yang makin rentan (secara langsung) bagi masyarakat di
kawasan-kawasan hulu tersebut. Dan tentu saja, ini adalah sekaligus lonceng bahaya bagi
kelangsungan aktivitas dan hidup para Pembela HAM atas Lingkungan.
17 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
VI. Penutup
Sejak awal pemerintahannya di periode kedua, Presiden Joko Widodo telah menerima
banyak kritikan dari pengamat terkait fokus kerjanya pada peningkatan ekonomi via
pemberian karpet merah pada korporasi. Kritik tersebut terutama pada kebijakan dan
langkah politik Jokowi yang dianggap justru mengancam stabilitas ekonomi dan lingkungan,
yang salah satunya termanifestasi pada Omnibus Law (Wijaya, 19 Januari 2020;
Kompas.com, 29 Januari 2020).
Jokowi memang terlihat trengginas dalam menjalankan langkah-langkah penarikan
investasi yang dijanjikannya. Awal Januari, ia diberitakan akan menjemput investasi senilai
280 triliun ke Uni Emirat Arab (Akbar, January 07, 2020). Akhir Februari, ia membeberkan
optimismenya soal perkiraan modal investasi di Indonesia yang ia sebut akan mencapai
1600 triliun (CNN Indonesia, 20 Februari 2020).
Ironisnya, optimisme Jokowi mengenai investasi dan pertumbuhan ekonomi itu datang,
dan berkembang menjelang pandemi COVID-19 masuk dan pada akhirnya mewabah di
Indonesia. Akhir Feburari 2020, hampir beriringan dengan pengumumannya secara publik
tentang keberadaan kasus pertama COVID-19 di Indonesia pada 2 Maret 2020, Jokowi malah
memberikan diskon pesawat besar-besaran untuk rute ke tempat-tempat pariwisata
unggulan (Ananda, 26 Februari 2020). Di hari yang sama saat pengumuman pasien pertama
Covid 19, Jokowi menegaskan keoptimisannya bahwa kebijakan pemberian diskon tersebut
tidak akan berdampak pada penyebaran Covid-19 (Liputan6.com, 02 Maret 2020).
Optimisme ini bahkan berlanjut ketika angka kumulasi penderita Covid-19 di Indonesia
berjumlah lebih dari 50 ribu. Pada tanggal 30 Juni 2020, dalam peresminan Kawasan
Ekonomi di Batang Jawa Tengah, dengan semangat Jokowi mendorong proses pemberian
lahan murah kepada investor-investor dari luar negeri dipermudah. Terakhir, Jokowi juga
memerintahkan para pembantunya untuk mempercepat proses pembukaan ekonomi di
sektor pertambangan, industri, dan perkebunan (Kompas.TV, 30 Juni 2020; Aziz, 30 Juni
2020; Bardan, 04 Juni 2020).
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 18
Kebijakan dan langkah politik terkait ekonomi Jokowi di atas, terutama yang diambil
sejak COVID-19 masuk ke Indonesia, secara umum jelas berkebalikan dengan agenda
pelestarian dan kedaulatan lingkungan. Tekad dan optimism Jokowi untuk menggenjot
pembangunan industri baru melalui penanaman investasi baru, dengan ditopang oleh janji
kemudahan yang akan diberikan Omnibus Law, yang demikian ngoyo sedang disahkan baik
oleh pemerintah maupun parlemen, sama artinya dengan akan digusurnya lahan-lahan
produktif milik rakyat, berubahnya fungsi tanah, lingkungan, dan ekologi. Pada akhirnya,
ekspansi kapital itu telah, sedang, dan akan mengancam kerja dan keselamatan para
pembela HAM Lingkungan itu sendiri. Padahal, pemerintah sendiri, seturut berbagai riset
mutakhir mengenai COVID-19, menyatakan kalau pembatasan sosial masih akan terus
ditetapkan, tanpa batas waktu spesifik, sampai vaksin COVID-19 berhasil ditemukan
(Yasmin, 17 Juli 2020). Dalam situasi demikian, kerentanan pembela HAM atas Lingkungan
ke depan di masa COVID-19 jelas berlipat.
Melihat seluruh temuan dan analisa dalam laporan ini dan menimbang arah kebijakan
terkait dengan pembela HAM atas Lingkungan di Indonesia, Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat mendesak dan merekomendasikan:
1. Presiden Joko Widodo memerintahkan seluruh jajaran aparat keamanan (Kepolisian
Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia) dan penegak hukum untuk
menghentikan praktik-praktik kekerasan terhadap pembela HAM atas Lingkungan
dan warga yang sedang memperjuangkan hak-hak akan sumber kehidupan. Penting
bagi Presiden agar mempertimbangkan aspek keberlanjutan dan kedaulatan
lingkungan dalam setiap pengambilan kebijakan terkait ekonomi. Presiden juga
harus segera menindaklanjuti usulan lama dari masyarakat sipil tentang perlunya
payung hukum perlindungan pembela HAM atas Lingkungan melalui Perpres untuk
memperkuat implementasi pasal 66 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009;
2. DPR RI memasukkan substansi perlindungan pembela HAM dalam rencana revisi UU
HAM serta menggunakan pendekatan keberlanjutan dan kedaulatan lingkungan
dalam setiap penyusunan UU ;
19 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
3. Kapolri memberikan sanksi tegas kepada para anggotanya yang terlibat praktik
kekerasan terhadap Pembela HAM dan warga masyarakat yang tengah
memperjuangkan hak-haknya;
4. Panglima TNI memberikan sanksi tegas kepada para anggotanya yang terlibat praktik
kekerasan terhadap Pembela HAM dan warga masyarakat yang tengah
memperjuangkan hak-haknya;
5. Komnas HAM meningkatkan penanganan dan perlindungan terhadap para pembela
HAM atas Lingkungan melalui pembentukan mekanisme pelaporan khusus untuk
kasus-kasus terkait pembela HAM atas Lingkungan;
6. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) memberikan perlindungan
terhadap para Pembela HAM atas Lingkungan secara maksimal dan segera, terutama
agar memberikan prioritas penanganan terhadap korban dari pembela HAM atas
Lingkungan yang bekerja di komunitas dan jauh dari hiruk-pikuk pemberitaan media
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 20
21 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
VII. Daftar Pustaka
Adyatama, Egi. “Mahfud Md Undang Serikat Buruh Bahas Omnibus Law RUU Cipta Kerja.” TEMPO.CO, 10 Juni 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. https://nasional.tempo.co/read/1351810/mahfud-md-undang-serikat-buruh-bahas-omnibus-law-ruu-cipta-kerja/full&view=ok.
Ahsinin, Adzkar, Muhammad Azka Fahriza, dan Sekar Banjaran Aji. 2020. Menatap Tahun-Tahun Penuh Marabahaya: Laporan Situasi Pembela HAM Atas Lingkungan Tahun 2019. Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat.
Akbar, Caesar. “Jokowi Bakal Ke Uni Emirat Arab Jemput Investasi Rp 280 Triliun.” TEMPO.CO, 7 Januari 2020. Diakses pada 16 Juli 2020. https://bisnis.tempo.co/read/1292098/jokowi-bakal-ke-uni-emirat-arab-jemput-investasi-rp-280-triliun.
Ananda, Aria. “Jurus Jokowi Lawan Virus Corona Dengan Diskon Tiket Pesawat.” cnnindonesia.com, 26 Februari 2020. Diakses pada 16 Juli 2020. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200226091352-532-478192/jurus-jokowi-lawan-virus-corona-dengan-diskon-tiket-pesawat.
Ardito, Ramadhan. 2020. “Pembebasan 30.000 Narapidana Akibat Wabah Virus Corona.” Kompas.com, 4 Januari 2020. Diakses pada 08 Juli, 2020.
Ardito, Ramadhan. “Patuhi Perintah Jokowi, Kemenkumham Batal Bebaskan Napi Koruptor.” Kompas.com, 4 Juni 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. https://nasional.kompas.com/read/2020/04/06/11243561/patuhi-perintah-jokowi-kemenkumham-batal-bebaskan-napi-koruptor?page=all.
Aziz, Abdul. “Update Corona Indonesia 30 Juni: Jatim, DKI, & Jateng Tertinggi.” Tirto.id, 30 Jun 2020. Diakses pada 16 Juli 2020. https://tirto.id/update-corona-indonesia-30-juni-jatim-dki-jateng-tertinggi-fMvj.
Bardan, Abdul Basith. “Jokowi Minta Percepatan Pembukaan Sektor Tambang, Industri, Dan Perkebunan.” www.kontan.co.id, 04 Juni 2020. Diakses pada 17 Juli 2020. https://nasional.kontan.co.id/news/jokowi-minta-percepatan-pembukaan-sektor-tambang-industri-dan-perkebunan.
CNN Indonesia. “Jokowi Sebut Investasi Rp1.600 T Bakal Masuk RI.” cnnindonesia.com, 20 Februari 2020. Diakses pada 14 Juli 2020.
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 22
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200220111346-532-476399/jokowi-sebut-investasi-rp1600-t-bakal-masuk-ri.
CNN Indonesia. “WHO Umumkan Virus Corona Sebagai Pandemi.” cnnindonesia.com, 12 Maret 2020. Diakses pada 07 Juli 2020. https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200312000124-134-482676/who-umumkan-virus-corona-sebagai-pandemi.
Dobson, Christen. “‘Companies Mustn't Stand by as Attacks on Human Rights Defenders Rise During Covid-19’.” 28 April 2020. Diakses pada 02 Juli 2020. https://www.ethicalcorp.com/companies-mustnt-stand-attacks-human-rights-defenders-rise-during-covid-19.
ESCR-Net. “ESCR-Net Global Call to Action in Response to the COVID-19.” 1 Mei 2020. Diakses pada 02 Juli 2020. https://www.escr-net.org/news/2020/escr-net-global-call-action-response-covid-19.
Fauziah, Puji. “Demi Omnibus Law, Fraksi PDIP Copot Rieke Diah Pitaloka Dari Wakil Ketua Baleg DPR” 08 Juli 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. https://depok.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-09589663/demi-omnibus-law-fraksi-pdip-copot-rieke-diah-pitaloka-dari-wakil-ketua-baleg-dpr?page=2.
Guterres, António. 2020. “We Are All in This Together: Human Rights and COVID-19 Response and Recovery.” Diakses pada 02 Juli 2020. https://www.un.org/en/un-coronavirus-communications-team/we-are-all-together-human-rights-and-covid-19-response-and.
Indonesian Centre for Environmental Law. 2020. “Lingkungan dalam Poros Percepatan Investasi: Catatan Terhadap Wacana Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.” Kertas Kebijakan Seri #1. https://icel.or.id/wp-content/uploads/Kertas-Kebijakan-ICEL.pdf.
Joseph, Jewel, and Ed O’Donovan. 2020. “Defending Rights During a Pandemic: Impact of Covid-19 on the Safety and Work of Human Rights Defenders.” Diakses pada 02 Juli 2020. https://www.frontlinedefenders.org/en/statement-report/defending-rights-during-pandemic-impact-covid-19-safety-and-work-human-rights.
Kabar Latuharhary. “Omnibus Law Lemahkan Hak Atas Tanah Dan Pangan.” 10 Juni 2020. Diakses pada 13 Juli 2020. https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2020/6/10/1432/omnibus-law-lemahkan-hak-atas-tanah-dan-pangan.html.
Kartodihardjo, Hariadi. “10 Ancaman Omnibus Law Terhadap Lingkungan.” FOREST DIGEST, 17 Februari 2020. Diakses pada 08 Juli 2020.
23 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
https://www.forestdigest.com/detail/481/10-ancaman-omnibus-law-terhadap-lingkungan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. “Pakar Hukum: Omnibus Law LHK Menyederhanakan Prosedur Tanpa Mengubah Prinsip Lingkungan.” Siaran Pers. Diakses pada 08 Juli 2020. http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/2350.
Kompas.com. 2020. “100 Hari Jokowi-Maruf, Kebijakan Investasi Jadi Ancaman Bagi Lingkungan Hidup Halaman All - Kompas.Com.” Kompas.com, 29 Januari 2020. Diakses pada 16 Juli 2020. https://nasional.kompas.com/read/2020/01/29/19075051/100-hari-jokowi-maruf-kebijakan-investasi-jadi-ancaman-bagi-lingkungan-hidup?page=all.
Kompas.TV. “Tarik Investor, Jokowi: Harga Lahan Harus Lebih Murah Dari Negara Lain.” www.kompas.tv, 30 Juni 2020. Diakses pada 14 Juli 2020. https://www.kompas.tv/article/90425/tarik-investor-jokowi-harga-lahan-harus-lebih-murah-dari-negara-lain.
Lawlor, Mary. “Amid the Coronavirus, Human Rights Defenders Need More Protection.” Al Jazeera, 29 Mei 2020. Diakses pada 02 Juli 2020. https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/coronavirus-human-rights-defenders-protection-200528114906737.html.
Liputan6.com. “Jokowi Bantah Diskon Pariwisata Tambah Penyebaran Virus Corona.” Liputan6, 2 Maret 2020. Diakses 16 2020. https://www.liputan6.com/news/read/4191914/jokowi-bantah-diskon-pariwisata-tambah-penyebaran-virus-corona.
Marie, Yusie. “Pejuang Tanah Anti Sawit Di Kotawaringin Timur Meninggal. Koalisi Lingkungan Minta Sidang Dihentikan!”. Mongabay, 27 April 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. https://www.mongabay.co.id/2020/04/27/pejuang-tanah-anti-sawit-di-kotawaringin-timur-meninggal-koalisi-lingkungan-minta-sidang-dihentikan/.
Meiliana, Diamanty. “Kejagung-MA-Kemenkumham Sepakat Sidang Digelar Online Selama Wabah Covid-19.” Kompas.com, 14 April 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. https://nasional.kompas.com/read/2020/04/14/12180811/kejagung-ma-kemenkumham-sepakat-sidang-digelar-online-selama-wabah-covid-19.
Nugraha, Indra, and Ayat S. Karokaro. “Bisa Celakakan Lingkungan, Banyak Kalangan Protes RUU Omnibus Law.” Mongabay, 19 Maret 2020. Diakses pada 13 Juli 2020. https://www.mongabay.co.id/2020/03/18/bisa-celakakan-lingkungan-banyak-kalangan-protes-ruu-omnibus-law/.
Nugraheny, Dian Erika. “Cegah Penyebaran Covid-19 Di Penjara, Kemenkumham Tunda Penerimaan Tahanan Baru.” Kompas.com, 24 Mei 2020. Diakses pada 08 Juli, 2020.
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 24
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/24/08201111/cegah-penyebaran-covid-19-di-penjara-kemenkumham-tunda-penerimaan-tahanan?page=all.
Pabst, Yaak, and Rob Wallace. 2020. “Capitalist Agriculture and Covid-19: A Deadly Combination.” Climate & Capitalism. Diakses pada 08 Juli, 2020. https://climateandcapitalism.com/2020/03/11/capitalist-agriculture-and-covid-19-a-deadly-combination/.
Perwitasari, Nur Hidayah. “Total 38.822 Napi Sudah Dibebaskan Dari Lapas Untuk Cegah COVID-19.” Tirto.id, 20 April 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. https://tirto.id/total-38822-napi-sudah-dibebaskan-dari-lapas-untuk-cegah-covid-19-ePF6.
Putri, Budiarti Utami. “Demi Omnibus Law, PDIP Ganti Rieke Dengan Eks Jenderal Polisi.” TEMPO.CO, 8 Juli 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. https://nasional.tempo.co/read/1362544/demi-omnibus-law-pdip-ganti-rieke-dengan-eks-jenderal-polisi?utm_source=Digital%20Marketing&utm_medium=Partnership&utm_campaign=Dable.
Saputri, Maya. “Teks Lengkap Pidato Presiden Jokowi Di Sidang Tahunan MPR 2019.” Tirto.id, 16 Agustus 2020. Diakses pada 13 Juli 2020. https://tirto.id/teks-lengkap-pidato-presiden-jokowi-di-sidang-tahunan-mpr-2019-egnu.
Setyorini, Virna P.“Aktivis Greenpeace Ditahan Karena Naiki Kapal Pembawa Sawit Asal Indonesia.” ANTARA Lampung, 18 November 2020. Diakses pada 06 Juli 2020. https://lampung.antaranews.com/berita/307943/aktivis-greenpeace-ditahan-karena-naiki-kapal-pembawa-sawit-asal-indonesia.
WALHI Jatim. “KRONOLOGI BENTROKAN AKSI WARGA TOLAK TAMBANG DI SUMBERAGUNG, BANYUWANGI.” Siaran pers. 28 Maret 2020. Diakses pada 08 Juli 2020. http://walhijatim.or.id/2020/03/kronologi-bentrokan-aksi-warga-tolak-tambang-di-sumberagung-banyuwangi/.
Wijaya, Callistasia. “Jokowi-Ma'ruf Amin 100 Hari Kerja: 'Fokus Pada Investasi, Pelemahan KPK', Kata Pengamat.” BBC News Indonesia, 19 Januari 2020. Diakses pada 16 Juli 2020. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51277266.
Wiratraman, Herlambang P. 2020. “Does Indonesian COVID-19 Emergency Law Secure Rule of Law and Human Rights.” Journal of Southeast Asian Human Rights 4 (1): 306–34.
Yasmin, Nur. “Social Restrictions to Remain in Place Until We Have a Vaccine: Covid-19 Task Force.” Jakarta Globe, 17 Juli 2020. Diakses pada 17 Juli 2020. https://jakartaglobe.id/news/social-restrictions-to-remain-in-place-until-we-have-a-vaccine-covid19-task-force.
25 | Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020
Laporan Situasi Pembela HAM atas Lingkungan Januari-April 2020 | 26
top related