seminar 2 kelompok 6

Post on 09-Jul-2016

221 Views

Category:

Documents

6 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

kkkk

TRANSCRIPT

SEMINAR 2kelompok 6

NAMA KELOMPOK

Reiner Mukti Riawanti Rizka Nurhayati 030 13 170 Sabilla laras P Sandi Kurniawan 030 13 174 Sarah Putriana Fabiola 030 13 176 Sarah Shadiqa Sasha Anka Dilan 030 13 180 Siska Armaiti F 030 13 182 Tarsiah Ningsih 030 13 186

SKENARIODemam 5 hari

Anda sedang bertugas disebuah rumah sakit kabupaten kota Cirebon. Datang seorang ibu membawa anak laki usia 7 tahun bernama Udin dengan keluhan utama demam sudah 5 hari. Ibu mengeluh karena kalau pagi, siang Udin biasa bermain normal dan menjelang malam mulai demam. Demam berlangsung sepanjang malam disertai mual, muntah, sakit perut dan pusing. BAB tidak normal (kadang normal kadang-kadang cair). Tidak nafsu makan, tidak batuk pilek.

Pada pemerisaan fisik awal didapatkan : Kesadaran : compos mentis Tekanan Darah : 110/70 mmHg Nadi : 85x/menit Suhu : 39˚C RR : 20x/menit reguler Conjunctiva pucat Bintik merah terutama di dada yang

bukan Ptechiae Mulut : lidah kotor, tonsil/pharynx

normal Paru Jantung tidak ada kelainan,

suara napas normalPemeriksaan laboratorium : Hb : 10 gr/% Leukosit : 9000/µl Hitung jenis : 0/7/2/35/55/1 Trombosit : 190.000/µl

KLARIFIKASI ISTILAH Demam : Suatu keadaan peningkatan suhu

inti, yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respons pertahanan organisme multiselular (host) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host.

Bintik merah bukan ptechiae (Rose spot) : tanda berupa makula yang berwarna merah muda atau merah tua dan bintik kecil berkelompok akibat emboli basil dalam kapiler kulit.

Analisis MasalahUdin, anak laki-laki 7

tahun

Demam 5 hari Anamnesis,pemeriksaan fisik

pemeriksaan laboratorium

Demam tifoidDiagnosis banding : Demam Dengue,

Malaria,

1. Definisi, etiologi, epidemiologi

2. Patofisiologi3. Gejala klinis4. Penegakan

diagnosis5. Penatalaksana

an6. Pencegahan7. Komplikasi

Learning Objectives Memahami definisi, etiologi, epidemiologi

demam tifoid Memahami gejala klinis demam tifoid Memahami patofisiologi demam tifoid Memahami kriteria diagnosis demam tifoid Memahami tatalaksana demam tifoid Memahami pencegahan demam tifoid Memahami diagnosis banding dan prognosis

demam tifoid Memahami komplikasi demam tifoid

Definisi Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella typhii.

Demam tifoid merupakan suatu infeksi Fecal-Oral yang pada nantinya akan menyerang saluran cerna khususnya usus halus dilanjutkan dengan masuknya ke dalam aliran darah (bakteremia) yang akan menyebabkan gejala atau tanda yang khas tempat dimana kuman melewati organ selama bakteremia tersebut.

Etiologi

• Salmonella sp adalah :o bakteri gram negative o bentuk bacil atau batang, o tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella

peritrik (2-4 µm x 0,5 -0,8 µm) o tumbuh disuasana aerob dan fakultatif anaerob,o mati dalam suhu 56oC dan pada keadaan kering. o Di dalam air dapat bertahan selama 4 minggu dan hidup

subur dalam media yang mengandung garam empedu.o Memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik berupa

kompleks polisakarida), antigen H (flagel) dan antigen Vi o Salmonella dibedakan menjadi 4 tipe serotipe: Salmonella

typhi, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, dan Serotipe group D.

Epidemiologi

Patofisiologi Demam Tifoid

Air/makanan terkontaminasi kuman

Sebagian dimusnahkan di dalam lambung, akibatnya terjadi peningkatan produksi asam lambung mual dan muntahnafsu makan turun

Sebagian lolos ke usus dan berkembang

Bila respon imun << kuman menembus sel epitel ( sel M)

Menembus lamina propria difagosit oleh makrofag

Dibawa oleh makrofag ke plak payeri ileum

Menjalar ke KGB mesentrika

Melalui duktus torasikus aliran darah sistemik (bakteriemia I = asimptomatik)

Menyebar ke seluruh sistem RES (Terutama hati & limfa), ketika bakteri masuk hepar dan lien terjadi proses infeksi oleh bakterihepatomegali dan spleinomegalipemeriksaan fisik nyeri tekan abdomen

Berkembang di dalam organ hati dan limfa

Masuk ke aliran darah kembali dalam siklus enterohepatik (bakteriemia II =simptomatik ) timbul gejala klinis sistemik

Dari hati empedu sebagian dikeluarkan dikeluarkan bersama feses, sebagian di serap kembali (proses berulang)

Di Plak payeri sistem imun (hipersensitifitas tipe IV) hiperplasia jaringan nekrosis jaringan

Erosi pembuluh darah perdarahan

Perkembangan limfonodi meningkat Perforasi

Anamnesis & Pemeriksaan Fisik • Demam (> 38 C) lebih dari 3 hari• Disertai malaise, nyeri abdomen, diare dan atau

konstipasi• Demam muncul di sore – malam dan menurun di pagi

hari

Minggu pertama• Gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah• konstipasi• Nyeri kepala, gangguan kesadaran dari delirium

hingga sopor• Muncul rose spot

Minggu kedua• Gejala gastro intestinal• Distensi abdomen akibat hepatomegali atau

splenomegali

Minggu ketiga• Diare tifoid yang berbau, warna kuning kehijauan • Kondisi ensefalopati tifoid mulai dari apatis, delirium

hingga psikosis tifoid• Perdarahan saluran cerna dan peritonitis

Minggu keempat• Demam dan kondisi delirium membaik• Beberapa penderita menjadi karier kronik bakteri

Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik penderita sangat tergantung pada keadaan pasien yang bervariasi menurut sudah sampai dimana perjalanan penyakitnya. kepala dan leher : konjuntiva pucat, bibir kering,Tifoid

Tongue dengan pinggir yang hiperemi sampai tremor. Thorax : demam tifoid yang sangat berat dengan

komplikasi extraintestinal pada cavum pleura yang menyebabkan pleuritis

Abdomen : Meteorismus, Bising usus biasanya meningkat, hepato-splenomegali ringan permukaan rata dengan nyeri tekan minimal.

extremitas, thorax, abdomen, atau punggung : rose spot atau Roseola (jarang pada anak-anak di Indonesia)

Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap Uji widal : untuk deteksi antibodi terhadap kuman

Salmonella typhi Kultur Pemeriksaan serologis (IgM dan IgG anti salmonella)

IgM anti salmonella atau yang dikenal dengan TUBEXR tes adalah pemeriksaan diagnostic in vitro semikuantitatif untuk mendeteksi infeksi Tifoid akut. Pemeriksaan ini mendeteksi antibody IgM terhadap antigen Lipo Polisakarida bakteri Salmonella typhi dengan sensitivitas dan spesifitas mencapai > 95% dan > 91%. Radiologi : bukan merupakan pemeriksaan wajib untuk

menegakkan diagnosa, tapi untuk evaluasi sudah terjadi komplikasi atau belum

Trilogi penatalaksanaan Demam Tifoid1. Istirahat dan perawatan 2. Diet dan terapi penunjang (simptomatik dan suportif)3. Pemberian anti mikroba

Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma sampai syok dapat diberikan kortikosteroid IV (dexametasone) 3 mg/kg dalam 30 menit untuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam.

Untuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadang- kadang diperlukan tranfusi darah. Sedangkan yang sudah terjadi perforasi harus segera dilakukan laparotomi disertai penambahan antibiotika.

Tatalaksana

Komplikasi Intestinal : Perdarahan intestinal Perforasi usus

Ekstraintestinal : Komplikasi extraintestinal yang paling sering

terjadi pada anak- anak adalah manifestasi neuropsikiatrik yang mana sering terjadi delirium dan atau sindroma otak organik yang lain (tifoid toxic atau tifoid ensefalopati)

Diagnosis Diferensial Demam Dengue

Thrombositopenia Torniquet test (+)

Tuberkulosis Penurunan berat badan Keringat malam Hemoptoe

Malaria Demam intermiten Riwayat travel ke area endemis

Prognosis Ad vitam Ad bonam

Ad functionam Ad bonam

Ad sanationam Dubia ad bonam (dapat relapse)

Pencegahan Memperbaiki sanitasi lingkungan (pembuangan

limbah, penyediaan air bersih). Memperbaiki higiene keluarga & masyarakat. Mengatur penyiapan makanan & sistem distribusi

(ketersediaan air bersih untuk cuci tangan). Adanya sabun cuci dan air pencuci tangan pada

karier.

Pencegahan 1. Primer - vaksin oral Ty 21 a vivotif berna- vaksin parenteral Ty pa bio farma (0,25 ml 6-12

thn)- vaksin polisakarida typhim Vi avents pasteur

mernux (pm)

2. Sekunder : dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini dengan 3 metode.-diagnosa klinisdiagnosa mikrobiologi/biakan-diagnosa serologik (uji widal)

3. Tersier : untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi-sudah kena/sembuh : pola hidup sehat.-karier : periksa laboratorium pasca penyembuhan.

Referensi Bhutta ZA. Typhoid Fever : Current Concepts

Infect Dis Clin Pract ; 2006 : p266-72 Jong EC Enteric Fever in Netter’s Infectious

Diseases. 2012. Philadelphia Elsevier Saunders;394-98

Garishah F M. Demam Tifoid. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. 2010.

top related