sekitar kejurusitaan - pta-bengkulu.go.id kejurusitaan.pdf · yang dingkat atas usul ketua...
Post on 05-Jul-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Sekitar Kejurusitaan
(Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)
A. Pengertian Juru Sita
Juru sita adalah salah satu pejabat yang bertugas di pengadilan agama, selain
hakim, panitera dan pejabat lainnya. Pada setiap pengadilan agama ditetapkan adanya
juru sita dan juru sita pengganti (Pasal 38 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009). Sebelum
memangku jabatannya, juru sita dan juru sita pengganti diambil sumpahnya menurut
agama Islam oleh ketua pengadilan agama (Pasal 41 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009).
Tugas juru sita dan juru sita pengganti sangat berkaitan erat dengan administrasi
persidangan dan penyelesaian perkara. Pekerjaan juru sita dan juru sita pengganti
diawali sejak masuknya atau diterimanya perkara di pengadilan agama sampai
pelaksanaan (eksekusi) putusan hakim.
Seorang juru sita dan juru sita pengganti berkedudukan sebagai pejabat umum
yang dingkat atas usul ketua pengadilan agama. Juru sita dan juru sita pengganti
termasuk pejabat fungsional di pengadilan agama karena tugasnya sesuai fungsinya
membantu tugas-tugas administrasi pengadilan dan bagian dari fungsi pengadilan yang
bertanggung jawab kepada panitera.
2
Salah satu tugasnya antara lain memanggil para pihak dengan cara yang sah dan
patut. Agar panggilannya sah dan patut ia harus pandai mengatur waktu pemanggilan
dengan jeda waktu persidangan, disamping itu ia harus pandai bergaul karena tugasnya
menghubungi media massa tempat panggilan dimuat, menghubungi lurah/ kepala desa
tempat pihak yang dipanggil ketika tidak bertemu dengan yang bersangkutan. Pandai
melobi, berkoordinasi dengan petugas keamanan. Disamping itu masih banyak tugas-
tugas lain yang harus dilaksanakan oleh juru sita dan juru sita pengganti antara lain
melaksanakan perintah penyitaan, eksekusi dan lelang.
B. Tugas Juru sita
1. Tugas-tugas juru sita dan juru sita pengganti terdapat dalam beberapa peraturan
perundang-undangan antara lain sebagai berikut :
a. Berdasarkan pasal 103 dan pasal 104 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 50 Tahun 2009 juru sita bertugas sebagai berikut :
1) Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh ketua sidang.
2) Menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, dan
pemberitahuan penetapan atau putusan pengadilan menurut cara-cara
berdasarkan ketentuan undang-undang.
3) Melakukan penyitaan atas perintah ketua pengadilan.
4) Membuat berita acara penyitaan, yang salinan resminya diberikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
3
5) Juru sita berwenang melakukan tugasnya di daerah hukum pengadilan
yang bersangkutan.
b. Berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/055/SK/X/1996 Tentang Tugas Dan Tanggung Jawab Serta Tata Kerja
Juru Sita Pada Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Agama pasal 5, juru sita
juga mempunyai tugas untuk melakukan pemanggilan, melakukan tugas
pelaksanaan putusan pengadilan yang dipimpin oleh ketua pengadilan,
membuat berita acara pelaksanaan putusan yang salinan resminya di
sampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, melakukan penawaran
pembayaran uang, serta membuat berita acara penawaran pembayaran uang
dengan menyebutkan jumlah dan uraian jenis mata uang yang di tawarkan.
c. Berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
KMA/055/SK/X/1996 pasal 8 telah mengatur tanggung jawab juru sita
sebagai berikut :
1) Dalam hal ditunjuk melakukan eksekusi, juru sita atau juru sita pengganti
bertanggung jawab kepada ketua pengadilan.
2) Dalam melaksanakan perintah pemanggilan atau penyampaian
pengumuman, teguran, protes-protes dan pemberitahuan juru sita atau
juru sita pengganti bertanggung jawab kepada ketua pengadilan atau
ketua sidang.
3) Dalam hal melakukan sita, juru sita atau juru sita pengganti bertanggung
jawab kepada ketua pengadilan atau ketua sidang.
4
d. Berdasarkan ketentuan HIR/R.Bg juru sita bertugas sebagai berikut :
1) Pasal 388 (1) HIR/ 716 (1) R.Bg
Semua juru sita dan suruhan yang dipekerjakan pada majelis penyidik dan
pegawai umum pemerintah mempunyai hak yang sama dan diwajibkan
untuk menjalankan panggilan, pemberitahuan dan semua surat juru sita
yang lain, juga menjalankan perintah hakim dan keputusan-keputusan.
2) Pasal 388 (2) HIR/ 716 (2) R.Bg
Jika tidak ada orang yang demikian, maka ketua majelis pengadilan, yang
dalam daerah hukumnya surat juru sita itu harus dijalankan, harus
mempunyai seorang yang cakap dan dapat di percaya untuk
mempekerjakannya.
3) Pasal 390 (1) HIR/ 718 (1) R.Bg
Tiap-tiap surat juru sita, kecuali yang akan disebut di bawah ini, harus
disampaikan pada orang yang bersangkutan sendiri di tempat diamnya
atau di tempat tinggalnya dan, jika tidak di jumpai disitu, kepada kepala
desanya atau lurah Bangsa Tionghoa diwajibkan dengan segera
memberitahukan surat juru sita itu pada orang itu sendiri. Dalam terakhir
ini tidak perlu pernyataan menurut hukum.
5
4) Pasal 390 (2) HIR/ 718 (2) R.Bg
Jika orang itu sudah meninggal dunia, maka surat juru sita itu
disampaikan pada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak dikenal maka
disampaikan pada kepala desa ditempat tinggal terakhir dari orang yang
meninggal dunia itu di Indonesia, mereka berlaku menurut aturan yang
disebut di atas ini. Jika orang yang meninggal dunia itu masuk golongan
orang asing maka surat juru sita itu diberitahukan dengan surat tercatat
pada balai harta peninggalan.
5) Pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg
Tentang orang-orang yang tidak diketahui tempat diam atau tinggalnya
dan tentang orang-orang yang tidak dikenal, maka surat juru sita itu
disampaikan pada bupati yang dalam daerahnya terletak tempat tinggal
tergugat dan dalam perkara pidana, yang dalam daerahnya hakim yang
berhak berkedudukan, bupati itu melakukan surat juru sita itu dengan
menempelkannya pada pintu umum kamar persidangan dari hakim yang
berhak itu.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan juru sita atau juru sita
pengganti bertugas sebagai berikut :
- Menyampaikan panggilan, pengumuman-pengumuman, teguran-teguran dan
pemberitahuan penetapan atau putusan.
- Melakukan penyitaan dan membuat berita acara.
6
- Melakukan pelaksanaan putusan (eksekusi) dan membuat berita acara
eksekusi.
- Melakukan penawaran pembayaran uang.
2. Tugas pemanggilan
Pemanggilan atau panggilan, berdasarkan atas perintah ketua pengadilan
atau ketua sidang, juru sita bertugas menyampaikan panggilan kepada para pihak
atau disampaikan kepada yang berkepentingan untuk menghadiri sidang di
pengadilan, tugas juru sita menyampaikan pemanggilan ini termasuk
menyampaikan pemberitahuan kepada para pihak atau pihak yang berkepentingan
antara lain:
a. Pemberitahuan putusan PTA dan MA.
b. Pemberitahuan pernyataan banding kepada terbanding.
c. Pemberitahuan memori banding dan kontra memori banding.
d. Pemberitahuan pernyataan kasasi kepada termohon kasasi.
e. Pemberitahuan memori kasasi dan kontra memori kasasi.
f. Pemberitahuan pernyataan PK.
g. Pemberitahuan memori PK dan kontra memori PK.
Pemanggilan para pihak atau yang berkepentingan untuk hadir menghadap
di persidangan hanya juru sita atau juru sita pengganti yang berwenang untuk
melaksanakan pemanggilan, atas perintah ketua siding. Hal tersebut dijelaskan
pada Pasal 103 (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan
Agama yang telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009
7
jo. Keputusan Ketua MA RI No. KMA/055/SK/X/1996. Sedangkan cara
pemanggilan dilakukan oleh juru sita atau juru sita pengganti dengan sah dan
patut.
3. Melaksanakan tugas pemanggilan secara sah artinya sebagai berikut :
Pemanggilan harus diserahkan kepada orang yang bersangkutan sendiri
ditempat diamnya atau tempat tinggalnya dan bila yang bersangkutan tidak
dijumpai maka panggilan diserahkan melalui kepala desa dengan perintah agar
kepala desa segera menyerahkan kepada yang bersangkutan (pasal 390 (1) HIR/
718 (1) R.Bg). Jika tergugat tidak diketahui alamatnya maka surat panggilan
disampaikan kepada bupati dengan jalan menempelkanya pada pintu umum ruang
persidangan pengadilan agama, (pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg).
4. Melaksanakan tugas pemanggilan secara patut artinya sebagai berikut :
Pemanggilan dilaksanakan sesuai ketentuan undang-undang, yakni
pemanggilan dilaksanakan oleh juru sita ditempat kediaman pihak yang dipanggil
(bukan tempat yang lain) dengan memperhatikan tenggang waktu tidak boleh
kurang dari 3 hari kerja dengan hari sidang (pasal 122 HIR/146 R.Bg) dan pasal 26
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975.
5. Cara pemanggilan terhadap orang yang diketahui alamatnya sebagai berikut :
Juru sita harus menyampaikan panggilan kepada orang yang bersangkutan
di tempat kediamannya atau tempat tinggalnya kecuali jika orang tersebut
8
menugaskan kepada kuasanya maka panggilan diserahkan kepada kuasanya. Jika
tidak bertemu maka pangilan diserahkan kepada kepala desanya, yang segera
memberitahukan panggilan tersebut kepada orang itu sendiri. (Pasal 390 (1) HIR/
718 (1) R.Bg).
6. Maksud tempat tinggal, kediaman/domisili adalah sebagai berikut :
a. Pasal 17 KUH Perdata :
Setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggalnya, dimana ia
menempatkan pusat kediamannya, dalam hal tak adanya tempat tinggal yang
demikian, maka tempat kediaman sewajarnya dianggap sebagai tempat
tinggal.
Bagaimana jika seseorang menunjuk dengan beralamat?
Alamat tidak mempunyai kepastian karena seseorang bisa menunjuk alamat
(addres) lebih dari satu tempat sehingga dapat berpindah-pindah tidak ada
kepastian.
b. Pasal 18 KUH Perdata :
Perpindahan tempat tinggal dilakukan dengan memindahkan rumah
kediamannya ke tempat lain, ditambahkan pada maksud akan menempatkan
pusat kediamannya di tempat lain itu.
Bagaimana jika seseorang mempunyai tempat tinggal lebih dari satu?
9
Hal tersebut dapat dilihat mana yang lebih menjadi pusat kediamannya sehari-
hari terutama dalam kegiatan kemasyarakatannya.
Bagaimana jika seseorang menyatakan pindah tempat tinggalnya dari satu
tempat tinggal satu ketempat tinggal yang lain?
Hal tersebut dapat dilihat dari bukti apakah yang bersangkutan telah
memberitahukan kepada kepala desa/lurah.
c. Pasal 19 KUH Perdata :
Maksud itu dibuktikan dengan menyampaikan suatu pemberitahuan kepada
kepala pemerintah, baik ditempat yang ditinggalkanya maupun ditempat
kemana rumah kediamannya itu dipindahkannya, dalam hal tak adanya
pemberitahuan bukti tentang adanya maksud itu akan disimpulkan dari
keadaan.
d. Pasal 20 KUH Perdata :
Mereka yang ditugaskan pada jabatan-jabatan umum, dianggap mempunyai
tempat tinggal, dimana mereka menunaikan jabatan-jabatan itu.
Mana yang lebih utama domisili rumah atau tempat tugas? Jika seseorang
mempunyai domisili rumah dan tempat tugas maka domisili rumah yang lebih
utama, sedangkan domisili tempat tugas hanya dapat dipergunakan bilamana
seseorang domisilinya jauh dan kenyataannya orang tersebut baik siang
malam tinggal di tempat tugasnya.
10
e. Pasal 21 KUH Perdata :
Seorang perempuan bersuami, dan tidak berpisah meja dan ranjang, tak
mempunyai tempat tinggal yang lain, melainkan tempat tinggal suaminya,
anak-anak belum dewasa mengikuti tempat tinggal salah satu dari kedua orang
tua mereka, atau tempat tinggal wali mereka, orang-orang dewasa yang
ditaruh di bawah pengampuan, mengikuti tempat tinggal pengampu mereka.
Bagaimana dengan seorang suami yang tidak mempunyai tempat tinggal lain
kecuali ia bertempat tinggal ditempat tinggal istrinya? Suami yang demikian
domisilinya di tempat tinggal istrinya.
f. Pasal 22 KUH Perdata :
Dengan tak mengurangi ketentuan dalam pasal yang lalu, para pekerja buruh
mempunyai tempat tinggal di rumah majikan mereka, jika mereka ikut diam
dalam rumah kediaman si majikan.
Bagaimana dengan domisili seorang pembantu rumah tangga? Seorang
pembantu rumah tangga domisilinya di rumah majikannya.
g. Pasal 23 KUH Perdata :
Rumah kematian seorang yang telah meninggal dunia, dianggap terletak
dimana si meninggal mempunyai tempat tinggalnya terakhir.
11
Bagaimana cara menentukan kewenangan relatif bagi pengadilan agama
apakah tempat pewaris meninggal dunia di tempat pewaris domisili atau
tempat pewaris dimakamkan?
Untuk menentukan kewenangan relatif pengadilan agama terhadap pewaris
dimana akan diajukan gugatan waris ada dimana pewaris meninggal
mempunyai tempat tinggalnya yang terakhir, jadi bukan di mana tempat ia
meninggal atau bukan di mana ia dimakamkan.
7. Cara pemanggilan terhadap orang yang tidak bertemu langsung :
Menurut ketentuan Pasal 390 (I) HIR/718 (I) RBG :
Tiap-tiap surat juru sita, kecuali yang akan disebut di bawah ini, harus
disampaikan pada orang yang bersangkutan sendiri di tempat diamnya atau tempat
tinggalnya dan jika tidak dijumpai disitu, kepada kepala desanya atau lurah Bangsa
Tionghoa yang diwajibkan dengan segera memberitahukan surat juru sita itu pada
orang itu sendiri, dalam hal terakhir ini tidak perlu pernyataan menurut hukum.
Pemanggilan terhadap orang yang tidak dapat bertemu langsung maka
juru sita harus menyerahkan surat panggilan tersebut kepada kepala desa/lurah
dengan perintah agar kepala desa/lurah segera menyerahkan kepada yang
bersangkutan.
Bagaimana jika tempat tinggal atau kantor kepala desa/lurah jauh dengan orang
yang dipanggil, apakah boleh diserahkan kepada RT/RW?
12
Panggilan harus melalui kepala desa/lurah sesuai peraturan yang berlaku
sedangkan melalui RT/RW atau yang lain tidak mengatur demikian.
8. Cara pemanggilan di luar yurisdiksi pengadilan agama atau berada di luar wilayah
pengadilan agama lain :
Jika pihak atau seseorang yang akan dipanggil berada di luar yurisdiksi
relatif, maka pemanggilan dilakukan berdasarkan pasal 5 RV. Yaitu pengadilan
agama yang menyidangkan perkara a quo minta bantuan pemanggilan kepada
pengadilan agama yang mewilayahi orang yang akan dipanggil tersebut yang
demikian disebut tabayun atau minta bantuan pemanggilan.
Bagaimana jika juru sita yang berada di wilayah pengadilan agama yang
menyidangkan perkara langsung saja melakukan pemanggilan pada wilayah
hukum pengadilan agama yang akan dipanggil berada?
Pemanggilan yang demikian itu disebut pelanggaran batas wewenang dan
akibatnya pemanggilan dinyatakan tidak sah.
9. Cara pemanggilan terhadap orang yang tidak diketahui alamatnya :
Menurut ketentuan Pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg :
Tentang orang-orang yang tidak diketahui tempat diam atau tinggalnya
dan orang-orang yang tidak dikenal, maka surat juru sita itu disampaikan kepada
bupati, yang dalam daerahnya terletak tempat tinggal penggugat dan dalam
perkara pidana, yang dalam daerahnya hakim yang berhak berkedudukan bupati
13
itu memaklumkan surat juru sita itu dengan menempelkannya pada pintu umum
kamar persidangan dari hakim yang berhak itu.
Dalam perkara perceraian, pemanggilan terhadap tergugat yang tidak
diketahui alamatnya telah diatur secara khusus oleh Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan Pasal 27 sebagai berikut:
a. Panggilan dilakukan dengan cara menempelkan gugatan pada papan
pengumuman di pengadilan dan mengumumkannya melalui satu atau
beberapa surat kabar atau media massa lain yang ditetapkan oleh pengadilan.
b. Pengumuman melalui surat kabar atau surat-surat kabar atau mass media,
tersebut ayat (1) dilakukan sebanyak dua kali dengan tenggang waktu satu
bulan antara pengumuman pertama dan kedua.
c. Tenggang waktu antara panggilan terakhir sebagai dimaksud ayat 2 dengan
persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 bulan.
Dalam praktek di pengadilan agama :
Panggilan dan gugatan ditempelkan pada papan pengumuman di
pengadilan agama, dan bersamaan itu melalui surat kabar atau mass media lainnya
dua kali dengan tenggang waktu satu bulan antara pengumuman pertama dengan
pengumuman kedua, sedang pelaksanaan untuk sidang pertamanya setidak-
tidaknya 3 bulan dari pemanggilan kedua. Contoh : Penggugat mengajukan
gugatan tanggal 2 Januari 2013, kemudian ketua pengadilan agama menetapkan
14
PMH tanggal 3 Januari 2013, selanjutnya Ketua Majelis menentukan PHS tanggal
5 Januari 2013. Sidang pertama baru akan dilaksanakan setidak-tidaknya tanggal
12 Mei 2013 jadi dengan asumsi juru sita menempelkan panggilan melalui papan
pengumuman pada tanggal 8 Januari 2013 kemudian panggilan kedua pada tanggal
9 Januari 2013, sehingga dapat memenuhi maksud pasal tersebut yakni :
a. Pemanggilan sebanyak dua kali
b. Tenggang waktu panggilan pertama dengan panggilan kedua satu bulan.
c. Sidang pertama jarak pemanggilan kedua dengan waktu sidang lebih dari tiga
bulan.
Bagaimana jika pada sidang pertama tergugat tidak hadir? Hakim dapat
memutus perkaranya dengan verstek sesuai pasal 125 HIR/ 149 R.Bg. Atau
memanggil sekali lagi untuk memberi kesempatan tergugat, hal ini sesuai pasal
126 HIR/ 150 R.Bg.
Bagaimana cara pemanggilan yang kedua yang disebabkan tergugat pada
sidang pertama itu tidak hadir? Pemanggilan menggunakan cara-cara yang umum
artinya tidak dengan cara yang khusus. Jadi juru sita memanggilnya dengan cara
sesuai ketentuan pasal 390 (3) HIR/ 718 (3) R.Bg. Juru sita menyampaikan surat
panggilan kepada bupati/walikota yang di daerahnya terletak tempat tinggal
penggugat, selanjutnya surat juru sita itu ditempelkannya pada papan pintu umum
kamar persidangan.
15
10. Pemanggilan dalam perkara perceraian, tergugat yang beralamat di luar negeri :
Pemanggilan terhadap tergugat diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan sebagai berikut :
a. Pasal 20 ayat (3)
Dalam hal tergugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian
diajukan kepada pengadilan ditempat kediaman penggugat, ketua pengadilan
menyampaikan permohonan tersebut kepada tergugat melalui perwakilan
republik Indonesia setempat.
b. Pasal 28
Apabila tergugat berada dalam keadaaan sebagaimana dimaksud dalam pasal
20 ayat (3), panggilan disampaikan melalui perwakilam republik Indonesia
setempat.
c. Pasal 29 ayat (3)
Apabila tergugat dalam keadaan seperti tersebut dalam pasal 20 ayat (3),
sidang pemeriksaan gugatan perceraian ditetapkan sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan terhitung sejak dimasukkannya gugatan perceraian pada
kepaniteraan pengadilan.
Bagaimana seandainya gugatan penggugat didaftarkan di pengadilan
agama pada tanggal 2 Januari 2013?
Apabila gugatan didaftar pada tanggal 2 Januari 2013, PMH tanggal
3 Januari 2013 dan PHS tanggal 4 Januari 2013 selanjutnya surat panggilan
16
dikirim oleh juru sita pada tanggal 5 Januari 2013, maka untuk hari sidangnya
sekurang-kurangnya pada tanggal 6 Juli 2013.
11. Pemanggilan dalam perkara isbath nikah :
Setelah ketua pengadilan agama menetapkan majelis hakim (PMH),
selanjutnya ketua majelis hakim memerintahkan kepada juru sita atau juru sita
pengganti agar mengumumkan permohonan isbath nikah dengan cara
menempelkan permohonan tersebut pada papan pengumuman di kantor pengadilan
agama tersebut. Setelah 10 hari sejak tanggal pengumuman tersebut ditempelkan,
maka paling lambat 3 hari sejak hari pengumuman berakhir, maka ketua majelis
hakim menetapkan hari sidang. Selanjutnya berdasarkan PHS dari ketua majelis
hakim, juru sita atau juru sita pengganti yang ditunjuk segera memanggil para
pihak dalam perkara isbath nikah dimaksud (lihat Buku II halaman 150 point 12).
Untuk mudah dipahami sebagai contoh sebagai berikut :
- Permohonan isbath nikah diajukan pada tanggal 2 Januari 2013
- Ketua pengadilan agama menetapkan majelis hakim (PMH) pada tanggal
3 Januari 2013
- Ketua majelis hakim memerintahkan juru sita atau juru sita pengganti untuk
menempelkan permohonan isbath nikah pada tanggal 4 Januari 2013
- Juru sita atau juru sita pengganti menempelkan permohonan isbath nikah
tersebut pada tanggal 5 Januari 2013
- Berarti terakhirnya pengumuman (10 hari) jatuh pada tanggal 16 Januari 2013
- Kemudian ketua majelis hakim selambat-lambatnya tanggal 20 Januari 2013
menetapkan hari sidang (PHS) yang intinya memerintahkan juru sita atau juru
17
sita pengganti memanggil para pihak untuk menghadiri sidang pertama di
pengadilan agama (panggilan sesuai hukum acara).
Sebagai contoh sebagai berikut :
- Ketua majelis menetapkan hari sidang (PHS) pada tanggal 20 Januari
2013 agar juru sita atau juru sita pengganti memangguil para pihak untuk
sidang pada tanggal 29 Januari 2013
- Juru sita atau juru sita pengganti menyampaikan relaas panggilan
sekurang-kurangnya tanggal 25 Januari 2013. Ingat bahwa tanggal
diserahkan relaas dan tanggal dilaksanakan sidang tidak dihitung dalam
pengertian panggilan sekurang-kurangnya 3 hari dari hari persidangan
12. Cara pemanggilan terhadap seseorang yang ternyata orang tersebut telah
meninggal dunia:
Menurut ketentuan Pasal 390 (2) HIR/ 718 (2) R.Bg :
Jika orang itu sudah meninggal dunia maka surat juru sita itu disampaikan
pada ahli warisnya, jika ahli warisnya tidak dikenal maka disampaikan kepada
kepala desa ditempat yang terakhir dari orang yang meninggal dunia itu di
Indonesia, mereka berlaku menurut aturan yang disebut pada ayat di atas ini. Jika
orang yang meninggal dunia itu masuk golongan orang asing, maka surat juru sita
itu diberitahukan dengan surat tercatat pada balai harta peninggalan, terhadap isi
pasal tersebut, apa kepentingan hukumnya terhadap orang yang telah meninggal
dunia masih tetap dipanggil keluarga (ahli warisnya) ?
18
Ini dapat dijawab sebagai berikut:
a. Dalam perkara perceraian :
Seorang penggugat/pemohon atau tergugat/termohon ingin bercerai
di pengadilan, tiba-tiba sebelum diputuskan/diselesaikan oleh pengadilan,
salah satu dari mereka lebih dahulu meninggal dunia, maka dalam hal yang
demikian ini perkaranya gugur dengan alasan salah satu pihak meninggal
dunia. Lihat pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal
137 Kompilasi Hukum Islam, sehingga akibat hukumnya terhadap yang
demikian ini dianggap cerai mati.
b. Dalam perkara gugatan waris :
Apabila salah satu ahli waris yang masih dalam proses penyelesaian
hukum di pengadilan tiba-tiba ia meninggal dunia, maka hal tersebut tidak
menghilangkan/ tidak menggugurkan hak mereka untuk mendapatkan bagian
warisan dan bagiannya akan beralih kepada keturunannya, oleh karena itu
surat panggilan dari juru sita tersebut perlu disampaikan kepada ahli warisnya.
Bagaimana apabila penggugat meninggal dunia, sedangkan masih
dalam proses penyelesaian hukum di pengadilan ?
Apabila penggugat meninggal dunia, maka ahli waris boleh langsung
menggantikan kedudukan penggugat, baik tingkat pertama, banding atau
kasasi (hasil Rakernas Mahkamah Agung RI Tahun 2009).
19
13. Tenggang waktu pemanggilan :
a. Menurut ketentuan Pasal 122 HIR/ 146 R.Bg :
Pada waktu menentukan hari persidangan ketua hendaklah
mempertimbangkan jarak antara tempat tinggal atau sebenarnya berdiam para
pihak dengan tempat pengadilan bersidang, tenggang waktu antara memanggil
kedua belah pihak dengan hari kerja, kecuali dalam hal yang sangat mendesak
perkara itu harus segera diperiksa, hal itu harus disebut dalam surat perintah.
b. Menurut ketentuan Pasal 391 HIR/ 719 R.Bg :
Waktu pemanggilan itu tidak dihitung, demikian pula hari sidang dan
hari libur. Mencermati isi pasal 122 HIR, agar panggilan yang disampaikan
oleh juru sita kepada para pihak yang dipanggil dapat dipenuhi dengan baik
oleh para pihak dan dapat menghadiri di persidangan.
Pertama harus mempertimbangkan dari jarak tempat kediaman para
pihak dengan letak kedudukan pengadilan yang diselenggarakan sidang sebab
masih banyak di daerah-daerah terpencil masih sangat sulit transportasi, ada
yang sama sekali tidak terjangkau pelayaran kapal fery, sekalipun tenggang
waktu lebih 3 hari kerja belum tentu panggilan tersebut dianggap patut. Oleh
karena itu, kepatutan itu ada pada pertimbangan hakim.
Kedua, memberi kesempatan kepada tergugat untuk menyiapkan
jawaban terhadap apa yang digugatkannya, maka perlunya panggilan terhadap
tergugat untuk menghadiri sidang pertama itu dilampirkan salinan gugatan.
20
Ketiga, ketua sidang dalam menentukan penetapan hari sidang harus
mempertimbangkan kondisional tempat tinggal para pihak yang
sesungguhnya, begitu pula bagi juru sita harus melaporkan kepada ketua
sidang terhadap keadaan atau kesulitan dalam pemanggilan.
Keempat, jika panggilan diterima melalui kepala desa/lurah ketua,
sidang mesti lebih bijaksana. Ketika tergugat pada sidang yang pertama tidak
dapat hadir dan sebaiknya dipanggil sekali lagi. Tenggang waktu menurut
pasal 391 HIR/ 719 R.Bg, waktu kapan dilaksanakan pemanggilan tidak
dihitung demikian pula hari sidang dan hari libur.
Sebagai contoh :
1) Juru sita menyampaikan panggilan kepada para pihak pada hari senin
tanggal 1 Januari 2013 untuk sidang pada hari kamis tanggal 4 Januari
2013 yang demikian dianggap tenggang waktu panggilan kurang dari 3
hari kerja, sebab hari senin dan kamis tidak dihitung yang dihitung hari
selasa dan rabu. Jadi tenggang waktu baru 2 hari kerja.
2) Juru sita menyampaikan panggilan kepada para pihak pada hari rabu
tanggal 3 Januari 2013 untuk sidang tanggal 8 Januari 2013 sedangkan
hari sabtu tanggal 6 Januari 2013 adalah hari libur yang demikian juga
dianggap tenggang waktu panggilan kurang dari 3 hari kerja. Sebab hari
rabu, tanggal 3 Januari 2013 hari disampaikannya panggilan belum
dihitung juga hari sabtu tanggal 6 Januari 2013 dan minggu tanggal
21
7 Januari 2013, karena hari libur belum dihitung, demikian juga hari
senin tanggal 8 Januari 2013 tidak dihitung, jadi yang dihitung mulai
hari kamis dan jum’at. Jadi tenggang waktu baru 2 hari kerja.
Bagaimana menentukan tenggang waktu panggilan yang benar jika
pemanggilan dilaksanakan hari senin tanggal 1 Januari 2013 setidaknya
sidang dilaksanakan hari jum’at tanggal 5 Januari 2013, kemudian jika
panggilan dilaksanakan pada hari rabu tanggal 3 Januari 2013
sedangkan hari sabtu tanggal 6 Januari 2013 dan hari minggu tanggal
7 Januari 2103 hari libur, setidaknya sidang dilaksanakan pada hari
selasa tanggal 9 Januari 2013.
14. Sahnya surat panggilan :
a. Surat panggilan dianggap sah apabila surat panggilan tersebut telah
ditandatangani oleh juru sita yang berwenang.
Apakah surat panggilan (relaas) yang hanya ditandatangani oleh juru
sita tanpa ditandatangani oleh yang dipanggil dianggap sah? Pada dasarnya
surat panggilan yang demikian ini telah sah karena telah dibuat dan
ditandatangani oleh pajabat yang berwenang. Akan tetapi lebih baik lagi jika
orang yang dipanggil juga ikut menandatangani surat panggilan hal tersebut
sebagai bukti bahwa juru sita benar-benar telah menyampaikan surat
panggilan tersebut di tempat kediaman yang dipanggil.
Bagaimana dengan surat panggilan yang hanya ditandatangani oleh
juru sita tetapi tidak di stempel, apakah surat panggilan tersebut sah?
22
Surat panggilan tersebut tetap sah walaupun tidak di stempel karena
tanda tangan juru sita tersebut telah dianggap cukup karena dia seorang
pejabat yang melakukan pekerjaannya telah disumpah. Namun demikian
apabila surat panggilan (relaas) tersebut dibubuhi stempel itu lebih baik.
b. Surat panggilan tersebut berisi keterangan yang ditulis tangan oleh juru sita
yang menerangkan bahwa panggilan tersebut disampaikan di tempat kediaman
yang dipanggil atau melalui kepala desa/lurah.
15. Panggilan dianggap patut :
a. Panggilan dilakukan oleh juru sita yang berwenang ditempat tinggal yang
dipanggil dengan cara sesuai tata cara yang ditentukan undang-undang.
b. Panggilan dilakukan dalam tempo tidak kurang dari 3 hari kerja dengan hari
dilaksanakan persidangan.
Kesimpulan bahwa panggilan dianggap sah dan patut sebagai berikut :
1) Surat panggilan dilakukan yang ditandatangani oleh juru sita yang berwenang.
2) Surat panggilan berisi ketetapan yang ditulis tangan oleh juru sita
menerangkan panggilan disampaikan ditempat kediaman yang dipanggil atau
melalui kepala desa/lurah.
3) Panggilan dilakukan dalam tenggang waktu 3 hari kerja dengan hari
dilaksanakan persidangan.
23
16. Tugas Penyampaian Pengumuman
Misalnya juru sita telah melaksanakan penyitaan maka terhadap harta
yang telah disita harus diumumkan agar diketahui oleh orang lain, atau akan
dilaksanakan pelelangan terhadap obyek sengketa maka juru sita harus
menyampaikan pengumuman, penempelan selebaran tentang akan
dilaksanakannya lelang, disamping itu tentu harus ada pengumuman melalui media
masa.
17. Tugas Penyampaian Teguran-Teguran
Terhadap para pihak yang telah mengadakan perikatan, misalnya dalam
perbankkan syari’ah, salah satu pihak tidak memenuhi prestasi yang telah
disepakati (Wanprestasi) kemudian diajukan gugatan ke Pengadilan Agama maka
terlebih dahulu Pengadilan Agama melalui Juru sita menyampaikan teguran
(Somasi) agar pihak wanprestasi memenuhi prestasinya.
top related