save our trotoar
Post on 05-Dec-2014
71 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Save Our Trotoar ; Menuju Wacana Makassar Kota Dunia
Trotoar dan Kota Berkelanjutan
Makassar menuju kota dunia adalah sebuah harapan yang ramai dikampanyekan beberapaa
tahun ini. Layaknya sebuah harapan, keberadaannya menimbulkan pesimistis dan optimistis
di beberapa kalangan. Pada hakekatnya Makassar telah menjadi simpul bagi kawasan
Indonesia Timur, dapat dilihat dari perkembangan pembangunan di beberapa sector di kota
Daeng ini. Selain itu, indikatornya dapat dilihat dari pesatnya perkembangan transportasi di
kawasan ini. Untuk jalur udara, jurusan Makassar mengalami peningkatan dibandingakan
beberapa tahun belakangan, bahkan sebuah maskapai penerbangan telah melakukan penetrasi
dengan pengembangan jalur Makassar ke luar negeri. Hal ini cukup membuktikan posisi dan
peran Makassar, paling tidak di kawasan Indonesia Timur (KIT) cukup mumpuni.
Menurut Bintoro (1989), kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan
manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata
sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis. Jadi, kota merupakan tempat
bermukim warga kota, tempat bekerja, tempat hidup, dan tempat rekreasi, karena itu
kelangsungan dan kelestarian kota harus didukung oleh prasarana dan sarana yang memadai.
Sebagai sistem, kota terdiri atas beberapa unsur pembangunannya, dan salah satunya adalah
transportasi.
Transportasi secara umum (Dinas Perhubungan,1997) dapat diartikan sebagai kegiatan
perpindahan barang dan atau manusia dari tempat asal ke tempat tujuan membentuk suatu
hubungan yang terdiri dari tiga bagian yaitu: ada muatan yang diangkut, tersedianya sarana
sebagai alat angkut, dan tersedianya prasarana jalan yang dilalui. Proses transportasi
merupakan gerakan dari tempat asal pengangkutan dimulai ke tempat tujuan kemana kegiatan
pengangkutan diakhiri. Proses transportasi tercipta akibat perbedaan kebutuhan antara
manusia satu dengan yang lain, antara satu tempat dengan tempat yang lain, yang bersifat
kualitatif dan mempunyai ciri berbeda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan, jenis
yang diangkut, dan lain-lain. Fungsi transportasi adalah untuk menggerakkan atau
memindahkan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
sistem tertentu untuk tujuan tertentu. Transportasi dilakukan karena nilai dari orang atau
barang yang diangkut akan menjadi lebih tinggi di tempat lain (tujuan) dibandingkan di
tempat asal. (Morlok, 1995). Jadi, dapat dikatakan transportasi merupakan unsur yang
Vita Fajriani Ridwan Page 1
penting dan berfungsi sebagai urat nadi kehidupan dan perkembangan ekonomi, sosial,
politik, dan mobilitas penduduk yang tumbuh bersamaan dan mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam berbagai bidang dan sektor tersebut, dan secara umum berperan dalam
mendukung kegiatan dan perputaran roda pembangunan nasional khususnya kegiatan dalam
bidang perekonomian. Sistem transportasi secara menyeluruh masing-masing saling terkait
dan saling mempengaruhi. Sistem transportasi tersebut terdiri dari sistem kegiatan, sistem
jaringan prasarana transportasi, sistem pergerakan lalu lintas, dan sistem kelembagaan
(Tamin, 2000). Sistem ini diusahakan memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan
murah.
Progresitas kota Makassar dalam pembangunan menuntut kesinambungan proses
pembangunan itu sendiri yang pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan menurut Brundtland Report dari PBB (1987),
adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip
“memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa
depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan
adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. Sementara pengembangan kota berkelanjutan
didefinisikan sebagai pengembangan kota yang mengedepankan adanya keseimbangan antara
aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan hidup. Keseimbangan ini penting untuk
menjamin adanya keberlanjutan dalam pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia, tanpa
mengurangi peluang generasi yang akan datang untuk menikmati kondisi yang sama.
Pembangunan berkelanjutan diperkotaan menuntut kebutuhan ruang kota dan pemanfaatan
sumber daya. Ketersediaan ruang-ruang kota (lahan), seringkali tidak sejalan dengan tingkat
kebutuhannya, sehingga menimbulkan pertentangan prioritas peruntukan ruang bagi tujuan
pembangunan, biasanya kepentingan pembangunan ekonomi lebih mendapat prioritas dari
pada yang lain yaitu social-politik atau lingkungan. Sehingga realisasi rencana pembangunan
yang berkelanjutan harus disertai konsep penataan ruang kota bagi setiap tujuan
pembangunan tersebut dilaksanakan dengan konsisten.
Pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan yang selalu memperhatikan: (1)
fungsi ekologi, (2) fungsi sosial, dan (3) fungsi ekonomi. Tujuannya agar proses
pembangunan menghasilkan nilai tambah tanpa merusak fungsi ekologi dan memberikan
manfaat sosial bagi masyarakat. Adapun aspek-aspek penting dalam pengembangan desain
kota yang berkelanjutan meliputi: (1) landform/microclimate, (2) site design, (3)
Vita Fajriani Ridwan Page 2
infrastructure efficiency, (4) land use, (5) transportation, dan (6) on site energy resources
(Sudarwanto, 2008). Dalam kajian pembangunan berkelanjutan, transportasi tidak hanya
berarti masalah kendaraan saja. Aspek transportasi meliputi: integrasi, jaringan multi moda,
pedestrian, sepeda, transit, kendaraan berdaya angkut tinggi, minimalisasi perkerasan, dan
minimalisasi parkir. Tabel 1 menunjukkan posisi aspek transportasi sebagai kajian dalam
pembangunan berkelanjutan.
Suatu kota dikatakan berkelanjutan apabila mampu melakukan konservasi sumber daya alam,
seperti: menekan konsumsi material, air, energi dan bahan bakar (Santa Monica
Sustainability Plan). Tersedianya fasilitas aksesibilitas dan publik transport yang baik
menekan konsumsi energi dan bahan bakar. Tersedianya sistem aksesibilitas dan public
transport yang baik dapat menjadikan Makassar sebagai kota yang berkelanjutan.
Makassar sebagai bagian dari kawasan kota inti dari kawasan Maminasata memilik fungsi
primer sebagai pusat kegiatan nasional dan fungsi sekunder sebagai pusat pelayanan kawasan
metropolitan. Untuk itu keberadaan sarana prasarana transportasi mutlak dibutuhkan untuk
mendukung fungsi kota, terlebih mengingat fungsi dari jalan yang merupakan simpul dari
kawasan yang terkotak-kotak. Apabila jalan berfungsi baik maka kota menjadi hidup, namun
bila jalan tidak berfungsi baik, roda kehidupan kota menjadi terganggu. Sirkulasi kota pada
akhirnya sampai sekarang menjadi masalah dan persoalan baru yang rumit. Kawasan pejalan
kaki sebenarnya merupakan bagian dari konsep sirkulasi kota secara terpadu, namun
seringkali diabaikan dan kurang diperhitungkan padahal jalur pejalan kaki bukan saja
berfungsi sebagai tempat bergeraknya manusia atau menampung sebagian kegiatan sirkulasi
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun juga merupakan ruang (space) tempat
aktivitas manusia itu sendiri mulai dari media interaksi sosial, pedoman visual suatu
lingkungan, hingga menjadi landmark suatu lingkungan. Pada beberapa kota besar di negara-
Vita Fajriani Ridwan Page 3
Tabel 1. Pengembangan desain kota berkelanjutan
negara maju, aktivitas jalan kaki yang didukung oleh prasarana dan fasilitas kawasan yang
lengkap, kembali menjadi aktivitas yang populer. Kepopuleran jalur pejalan kaki di kota-kota
besar yang maju dilandasi oleh serangkaian pengalaman yang menguntungkan atau positif.
Dalam hubungannya dengan pembangunan kota berkelanjutan dalam lingkup kota
Makaassar, keberadaan trotoar akan sangat dibutuhkan mengingat konsep kota “menuju kota
dunia” dipadukan dengan kota go green dan kota berkelanjutan yang semuanya berinti pada
lingkungan. Dalam lingkup transportasi hal ini dapat diaplikasikan dengan penerapan
angkutan public (public transport) yang bersifat massal, dan untuk itu selain kendaraan
berdaya angkut besar, fisik bangunan pendukungnya juga harus baik. Bangunan pendukung
sistem public transport umumnya merupakan bagian area trotoar. Artinya ada satu kesatuan
diantara jalur pejalan kaki dengan bangunan pendukung public transport. Guna
menghubungkan antar bangunan pendukung public transport pada kondisi geografis yang
berbeda, dibutuhkan tersedianya jalur pejalan kaki dengan desain yang berbeda-beda.
Wujudnya bisa berupa trotoar terbuka, trotoat beratap, jembatan penghubung, ramp, tangga,
dan sebagainya.
Ketersediaan prasarana dan sarana aksesibilitas bagi pejalan kaki dan pengguna angkutan
umum merupakan dua faktor yang sangat erat hubungannya. Pengguna angkutan umum
sangat membutuhkan trotoar yang aman dan nyaman guna mencapai public transport.
Fasilitas public transport yang baik mempermudah gerakan manusia dari satu tempat ke
tempat lainnya, begitupun dengan trotoar. Dalam pembangunan berkelanjutan, trotoar
termasuk ke dalam kajian aspek transportasi. Artinya, keberadaan trotoar yang memenuhi
syarat dapat dijadikan salah satu penilaian keberhasilan pembangunan kota.
Menurut Alamsyah, trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki, jalan-jalan di daerah lalu lintas dengan jumlah
pejalan kaki mencapai lebih dari 300 orng/12 jam dan lalu lintas kendaraan lebih dari 1.000
kendaraan/12 jam (Alamsyah,2005). Sementara menurut buku Petunjuk Penggunaan Trotoar
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, trotoar adalah jalur pejalan kaki yang
terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari
permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.
Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga
dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Trotoar
juga berfungsi memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh
Vita Fajriani Ridwan Page 4
oleh lalu lintas pejalan kaki. Sementara menurut Widagdo (2008) menjelaskan bahwa trotoar
adalah merupakan sarana tempat orang melakukan aktivitas berjalan kaki, baik sekedar
rekreasi atau sebuah upaya untuk mencapai suatu tujuan. Trotoar dibangun untuk
menyediakan tempat bagi pejalan kaki, pemakai kursi roda, dan kereta bayi agar dapat
berjalan dengan lancar, aman, nyaman dan tidak mengganggu kelancaran lalu lintas serta
menghindari kecelakaan (Sutjana). Keberadaan trotoar sebagai sarana aksesibilitas bagi
pejalan kaki sangat dibutuhkan, karena mampu memberi kenyamanan dan keamanan bagi
penggunanya, yaitu para pejalan kaki dan juga termasuk penyandang cacat (Widagdo, 2008).
Tabel 2. Lebar Minimum Trotoar menurut penggunaan lahan(Sumber : Petunjuk Penggunaan Trotoar (No. 007/T/BNKT/1990)
Dalam mendesain dan merancang trotoar pun memiliki aturan-aturan. Berdasarkan buku
Petunjuk Penggunaan Trotoar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, suatu
ruas jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila disepanjang jalan tersebut
terdapat penggunaan lahan (perumahan, sekolah, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan,
pusat perkantoran, pusat hiburan, pusat kegiatan sosial, daerah industri, terminal bus dan lain-
lain) yang mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki. Secara umum trotoar dapat
direncanakan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas (bila telah tersedia jalur
parkir). Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar
dengan jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.
Trotoar sedapat mungkin ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase terbuka atau diatas
saluran drainase yang telah ditutup dengan plat beton yang memenuhi syarat, sedangkan
ruang di bawah trotoar dapat digunakan sebagai ruang untuk menempatkan utilitas dan
pelengkap jalan lainnya.
Vita Fajriani Ridwan Page 5
Vita Fajriani Ridwan Page 6
Gambar 1. Gambar tipikal penempatan trotoar(Sumber : Petunjuk Penggunaan Trotoar (No. 007/T/BNKT/1990)
Vita Fajriani Ridwan Page 7
Gambar 2. Gambar tipikal penempatan trotoar(Sumber : Petunjuk Penggunaan Trotoar (No. 007/T/BNKT/1990)
Dalam masalah kenyamanan pengguna, maka dalam desainnya trotoar harus diperkeras,
diberi pembatas (dapat berupa kereb atau batas penghalang/barrier) dan diberi elevasi lebih
tinggi dari permukaan perkerasan jalan. Perkerasan trotoar dapat dibuat dengan blok beton,
beton, perkerasan aspal,atau plesteran. Permukaan trotoar harus rata dan mempunyai
kemiringanmelintang 2-4% supaya tidak teijadi genangan air. Kemiringan memanjang trotoar
disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan dan disarankan kemiringan memanjang
maksimum 10%.
Adapun rencana kebutuhan lebar trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan kaki, yaitu
berdasarkan survey penghitungan pejalan kaki yang dilakukan setiap interval 15 menit
Vita Fajriani Ridwan Page 8
Gambar 3. Gambar tipikal penempatan trotoar(Sumber : Petunjuk Penggunaan Trotoar (No. 007/T/BNKT/1990)
selama enam jampaling sibuk dalam satu hari untuk dua arah. Sehingga rencana trotoar
adalah volume rata-rata permenit pada interval puncak
W = lebar trotoar (meter)
V = Volume pejalan kaki rencana/dua arah (orang/meter/menit).
N = lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat (m)
Trotoar di Makassar
Membicarakan masalah di trotoar pada dasarnya tidak berbeda di anatara kota Makassar dan
yang lainnya. Secara umum tiap jalan memiliki masalah yang sama, artinya tidak ada ajalan
yang memiliki masalah khusus, untuk itu pembahasan masalah trotoar yang terdapat di
Makassar dikelompokkan berdasarkan kategori masalahnya.
1. Keberadaan Billboard dan sejenisnya
2. Jalur bebas trotoar
Pada sampel di atas di ambil di Jl. A.P. Pettarani. Jalur trotoar yang biasanya digunakan untuk pejalan kaki dihegemoni oleh keberadaan billboard, baliho, hingga spanduk yang terkadang mengambil seluruh bahu trotoar, dan memaksa pejalan kaki berjalan di jalan, dan artinya lagi secara tidak langsung runtut efeknya adalah pejalan kaki mengambil hak
Vita Fajriani Ridwan Page 9
VW = + N 35
kendaraan. Padahal dalam aturan yang diterbitkan buku Petunjuk Penggunaan Trotoar (No. 007/T/BNKT/1990), sangat jelas batasan jalur bebas trotoar yang diizinkan yaitu 250 cm dihitung dari dasar trotoar (jika pada trotoar terdapat billboard). Hal ini dimaksudkan untuk menjaga jarak pandang dan tidak mengganggu kenyamanan dan pergerakan pejalan kaki
Pada dasarnya bagi pejalan kaki sendiri memilih berjalan di jalan karena tidak adanya pilihan. Berbeda halnya dengan jalur trotoar di Dublin, Irlandia (sebagai pembanding), dimana trotoar tidak di invasi oleh kerumunan billboard, sehingga para pengguna bebas menggunakan haknya berjalan di jakul trotoar dengan aman dan nyaman
3. Keberadaan pohon dan tiang listrik di tengah trotoar
Selain billboard, trotoar di Makassar sering terdapat tiang listrik dan pohon yang tegak berdiri di tengah-tengah trotoar, padahal seperti yang tercantum pada Gambar 1 di atas, sangat jelas dibedakan perletakan aksesoris jalan (Furniture street) , yang penempatannya seharusnya di pisahkan (di sisi trotoar). Kenyataan ini, karena perencanaan yang terjadi tidak bersifat terpadu (saling tumpang tindih). Antara pihak yang mengerjakan trotoar, dan yang yang lainnya (PLN, pertamanan, Telkom. PDAM) tidak saling bersinergi, sehingga terkesan tumpang tindih.Pada gambar pembanding, dapat dilihat trotoaar dipisahkan dari furniture street, sehingga tidak saling tumpang tindih dan menganggu.
4. Trotoar yang tidak aman
Satu hal lainnya yang memaksa pejalan kaki tidak menggunakan trotoar adalah kondisi fisik trotoar yang tidak layak pakai karena tidak aman ataupun rusak. Seperti halnya di Jln. A.P. Pettarani, kondisi trotoarnya yang berlubang karena pengerjaan drainase sangat berbahaya bagi pejalan kaki. Dan hal ini, sekali lagi karena perencanaan trotoar yang tidak terpadu dengan perencanaan lainnya.
Vita Fajriani Ridwan Page 10
Berbeda halnya dengan kondisi trotoar di sebelahnya. Trotoar benar berfungsi sebagai jalur pejalan kaki. Dan pejalan kaki pun menikmati berjalan di areal tersebut karena kondisi yang nyaman dan juga aman.
5. Parkir yang merajalela
Trotoar pun terkadang menjadi parker liar bagi kendaraan, mulai dari becak hingga mobil besar sejenis truk. Perubahan fungsi ini anehnya sangat ramai di trotoar di Makassar, bahkan di trotoar di kawasan perkantoran dinas pemerintah, banyak kendaraan parker di atas trotoar. Untuk masalah ini, konsistensi dari pemerintah sangat dibutuhkan. Dan tentu saja, untuk mewadahi kendaraan tersebut, harus ada ruang kantong parker untuk jalan-jalan tretentu yang tidak menginvasi ruang trotoar ataupun ruang lainnya (seperti jalan), sehingga ruang-ruang yang ada adapat berfungsi sesuai fungsinya.
Sebagai pembanding, dapat dilihat pada seputaran jalan di Toronto, Kanada,dimana untuk ruang parker di sediakan ruang khusus, sehingga pengguna jalan bebas menggunakan haknya, berjalan di atas trotoar.
6. PKL yang semrawut
Masalah lainnya yang mendesak dan banyak terjadi adalah,PKL (Pedagang kaki lima) yang mengambil posisi trotoar (biasanya dengan alas an posisi strategis) untk berdagang. Terkadang pedagang ini menggunakan ruang tersebut sudah bukan temporal tetapi permanen (dijadikan sebagai tempat tinggal, bahkan terkadang di ruang tersebuat ada 2 keluarga yang menempati). Sehingga masalah yang terjadi semakin bertambah. Bukan hanya pejalan kaki yang diambil haknya, namun masalah limbah dari penghuni tetap namun liar PKL itu menjadi polusi citra sebuah kota yang berharap menjadi kota dunia. Dalam masalah ini, sama halnya dengan masalah parkir,
Vita Fajriani Ridwan Page 11
konsistensi pemerintah sangat dibutuhkan. Selain itu harus ada solusi untuk para PKL, dengan lokalisasi keberadaan mereka, yang tidak mengganggu fungsi ruang lainnya.Solusi itu, dapat kita lihat dari pengaturan PKL di kawasan Commerce Street – Fort Worth dan salah satu sudut di Orchand Road di Singapura. Lokalisasi yang ada, menjadikan ruang itu sebagai landmark dari kawasan tersebut. Sehingga dari segi fungsi ruang kota dan citra kota bias saling mendukung satu dan yang lainnya
Masalah-masalah trotoar memang bukan hanya masalah pemerintah, namun hal utama yang harusdi perhatikan adalah peranan pemerintah dalam mengadakan, mengatur, mensosialisasikan masalah ini ke ranah bawah. Makassar dalam pengembangan sebagai kota berkelanjutan dalam perspektif transportasi memiliki masalah transportasi yang besar. Masalah transportasi ini, secara umum berasal dari tiga hal: manusia atau penggunanya yang tdak sadar, prasarana dan sarana yang tidak sesuai, serta aturan dan distribusi yang tidak jelas dan tumpul. Ketiga komponen ini harus saling bersinergi. Begitupun untuk masalah trotoar. Karena keberadaan trotoar bisa menjadi jalan Makassar menstimulus masyarakat dalam rancangan menuju kota dunia dan go greennya, jika dapat dimanfaatkan masyarakat secara optimal, karena berjalan kaki jika sudah menjadi pola hidup dan kebiasaan, maka ketergantungan masyarakat akan kendaraan bias ditekan. Sebab bukan rahasia lagi, di Makassar untuk jalur pendek saja, masyarakat mengandalkan kendaraan, bukan karena masyarakat alas berjalan, tetapi pejalan kaki ini bingung mau berjalan kaki di mana? Jikapun ada trotoar yang disediakan, mereka merasa tidak nyaman dengan trotoar yang ada, karena kondisi trotoar yang tidak aman dan nyaman atau dengana kata lain tidak memanusiakan pengguna trotoar.
Daftar Pustaka
Departemen Perhubungan. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 271/HK.105/DRJ/96 Tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum. Jakarta: Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1996.
Dharma, Agus. Sustainable Compact City Sebagai Alternatif Kota Hemat Energi. Depok: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma.
Direktorat Jenderal Bina Marga. Petunjuk Perencanaan Trotoar No. 007/T/BNKT/1990Santa Monica Sustainable City Plan. Diakses online: www.smepd.org, pada 14 Desember
2012.Sudarwanto, Budi. Materi Kuliah Pembangunan Berkelanjutan - Semester 1. Semarang:
Program Pasca Sarjana Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, 2008.Sutjana, I Dewa Putu. Masalah Ergonomi Dalam Pembangunan Trotoar. Denpasar:
Laboratorium Fisiologi dan Ergonomi Universitas Udayana.Widagdo, Roni Suryo. Kembalikan Fungsi Trotoar. Jalan Raya.net: 2008. Diakses online:
www.jalanraya.net/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=41, pada 15 Desember 2012.
Vita Fajriani Ridwan Page 12
top related