bnpt - c-save

19
Reformasi BNPT: Penguatan dan Pengawasan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai Lembaga Kordinasi Penanggulangan Terorisme di Indonesia OLEH: LAODE ARHAM - MAHASISWA PASCA SARJANA KRIMINOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA KERTAS KEBIJAKAN RUU NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME MENJADI UNDANG-UNDANG BNPT

Upload: others

Post on 04-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BNPT - C-SAVE

Reformasi BNPT: Penguatan dan Pengawasan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai Lembaga Kordinasi Penanggulangan Terorisme di Indonesia OLEH: LAODE ARHAM - MAHASISWA PASCA SARJANA KRIMINOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA

KERTAS KEBIJAKAN RUU NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME MENJADI UNDANG-UNDANG

BNPT

Page 2: BNPT - C-SAVE

OLEH: LAODE ARHAM - MAHASISWA PASCA SARJANA KRIMINOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA

KERTAS KEBIJAKAN RUU NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME MENJADI UNDANG-UNDANG

Reformasi BNPT: Penguatan dan Pengawasan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai Lembaga Kordinasi Penanggulangan Terorisme di Indonesia

BNPT

Page 3: BNPT - C-SAVE

DAFTARISI

Ringkasan Eksekutif 1

Signifikansi Masalah 2

Pembahasan 3

Rekomendasi 9

Daftar Pustaka 10

Tim: Advokasi RUU 15 Tahun 2003, Penulis Kertas Kebijakan &Pengulas Kertas Kebijakan i

Infografis ii

In Memoriam iii

Kolaborasi Lembaga iv

Kesimpulan dan Saran 3

Page 4: BNPT - C-SAVE

Tim Advokasi RUU 15 2003

1. Ajeng Gandini2. Akbar Azmi H.3. Ardhiana Fitriyanie4. Badrus Samsul Fata5. Erasmus Napitupulu6. Fransiska Vena A7. Imron Rasyid8. Ira Novita9. Irma Roudlotus Shofia10. Iwan Amir11. Mira Kusumarini12. Mohamad Rizki Maulana

13. Muhammad Arif14. Muhammad Baihaqi15. Nurina Vidya Hutagalung16. Rakyan Adi Brata17. Ruth Panjaitan18. Savic Ali19. Sofyardi Rahmat20. Sopar Peranto21. Sustriana Saragih22. Taufik Andrie23. Wirya Adiwena

Tim Penulis Kertas Kebijakan

KERTAS KEBIJAKAN C-SAVEPERAN PENTING CIVIL SOCIETY ORGANIZATION (CSO)DALAM PENANGANAN TERORISME

1. Kertas Kebijakan "RUU Terorisme: Antara Upaya Penanganan Terorisme dan Perlindungan HAM " oleh Johari Efendi2. Kertas Kebijakan "Reformasi BNPT: Penguatan dan Pengawasan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai Lembaga Kordinasi Penanggulangan Terorisme di Indonesia" oleh Laode Arham3. Kertas Kebijakan "Peran Penting Civil Society Organization (CSO) dalam Penanganan Terorisme" oleh Imam Malik4. Kertas Kebijakan "Peran dan Keterlibatan TNI dalam Penanggulangan Terorisme" oleh Muhamad Arif5. Kertas Kebijakan "Mengembalikan Peran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Atas Pemasyarakatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Terorisme dalam Kerangka Penanggulangan Terorisme yang Berbasis pada Sistem Penegakan Hukum di Indonesia" oleh Laode Arham6. Kertas Kebijakan "Perempuan dalam Countering Violence Extremism (CVE)" oleh Any Rufaidah7. Kertas Kebijakan "Penanganan Anak dalam Tindak Pidana Terorisme" oleh Khariroh Maknunah8. Kertas Kebijakan "Menciptakan Deradikalisasi Berbasis (Trust) & Kemanusiaan (Humanity) Untuk Transformasi Sosial Pelaku Terorisme" oleh Laode Arham dan Hardya Pranadipa9. Kertas Kebijakan "Mendorong Definisi Terorisme yang lebih Komprehensif dan Universal dalam UU Terorisme Indonesia" oleh alm. Supriyadi Widodo Eddyono

Page 5: BNPT - C-SAVE

Tim Pengulas Kertas Kebijakan

1. Kertas Kebijakan "RUU Terorisme: Antara Upaya Penanganan Terorisme dan Perlindungan HAM " oleh Nurkholis Hidayat2. Kertas Kebijakan "Reformasi BNPT: Penguatan dan Pengawasan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai Lembaga Kordinasi Penanggulangan Terorisme di Indonesia" oleh Indria Samego3. Kertas Kebijakan "Peran Penting Civil Society Organization (CSO) dalam Penanganan Terorisme" oleh M. Hasan Ansori4. Kertas Kebijakan "Peran dan Keterlibatan TNI dalam Penanggulangan Terorisme" oleh Yandry Kurniawan5. Kertas Kebijakan "Mengembalikan Peran Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Atas Pemasyarakatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Terorisme dalam Kerangka Penanggulangan Terorisme yang Berbasis pada Sistem Penegakan Hukum di Indonesia" oleh Dindin Sudirman6. Kertas Kebijakan "Perempuan dalam Countering Violence Extremism (CVE)" oleh Ruby Khalifah7. Kertas Kebijakan "Penanganan Anak dalam Tindak Pidana Terorisme" oleh Khariroh8. Kertas Kebijakan "Menciptakan Deradikalisasi Berbasis (Trust) & Kemanusiaan (Humanity) Untuk Transformasi Sosial Pelaku Terorisme" oleh Hasibullah Satrawi9. Kertas Kebijakan "Mendorong Definisi Terorisme yang lebih Komprehensif dan Universal dalam UU Terorisme Indonesia" oleh Ali Munhanif

Page 6: BNPT - C-SAVE

RINGKASAN EKSEKUTIF

Upaya penguatan peran BNPT harus dilakukan dengan memasukan bagian khusus, yakni perihal kelembagaan dalam RUU Terorisme. Dalam bagian tersebut berisikan penjelasan tentang BNPT yang memiliki tugas dan peran dalam menyusun kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme, yang terdiri dari, pencegahan, pelindungan, deradikalisasi, pemulihan, penindakan, penyiapan kesiapsiagaan nasional, dan kerja sama internasional. Dalam bagian kelembagaan juga dapat menyebutkan bahwa BNPT mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme dengan mengikutsertakan seluruh Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi penanggulangan terorisme, BNPT juga mengikutsertakan peran aktif pemerintah daerah, media, lembaga pendidikan, korporasi dan masyarakat sipil.

Policy Brief ini berisi usulan kebijakan reformasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui RUU Terorisme yang bertujuan mengembalikan tugas dan peran utama BNPT di bidang penyusunan kebijakan, strategi dan program nasional; pengkordinasian lembaga pemerintah terkait; dan pelaksanaan pembentukan satuan tugas dari berbagai instansi pemerintah dalam rangka penanggulangan terorisme di Indonesia.1

internal untuk setiap pelaksananaan kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme dilakukan oleh pimpinan kementrian/lembaga masing-masing. Sedangkan pengawasan eksternal pelaksananaan kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme oleh komisi-komisi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang khusus menangani bidang penanggulangan terorisme.

1

Terakhir, pengawasan internal dan eksternal dapat dimasukkan dalam bagian kelembagaan dalam RUU Terorisme yang mana pengawasan

SIGNIFIKANSI MASALAHSejauh mana peran BNPT selama ini dalam upaya-upaya penanggulangan terorisme di Indonesia?

Dalam rangka revisi UU Tindak Pidana Terorisme, bagaimana posisi dan peran BNPT yang tepat dalam menghadapi tantangan dalam penanggulangan terorisme di Indonesia?

Page 7: BNPT - C-SAVE

PEMBAHASANSejak BNPT beroperasi tahun 2011, alih-alih radikalisme dan terorisme berkurang, justru radikalisme dan aksi serangan terorisme di Indonesia cenderung meningkat, meskipun dengan kualitas dan kerusakan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibanding dengan periode sebelum tahun 2010. Serangan terorisme di Indonesia akan makin sangat variatif dengan meningkatnya ancaman ISIS secara global dan dukungan yang kuat di Indonesia melalui berbagai faksi-organisasi pro Islamic State di Irak dan Suriah (ISIS) yang berlomba-lomba untuk melakukan amaliyat (aksi teror)

.2

di antara mereka. Ada pula yang mengalami kekecewaan yang mendalam karena menjadi “korban Pemberi Harapan Palsu (PHP)”. Pada awal 2017 misalnya seorang staf BNPT diusir oleh mantan WBP Teroris karena kecewa dan merasa hanya dijadikan obyek proyek yang melimpah. Berbagai kalangan/ormas di luar Nahdatul Ulama, merasa enggan, malu, atau tidak mau mendukungprogram BNPT. Dengan kata lain, dukungan "publik" terhadap BNPT masih rendah. Hal serupa terjadi di luar Lapas. Di daerah Banten, misalnya, beberapa penelitinya mengatakan sering diancam dan diajak berkelahi oleh kelompok tertentu jika mau melakukan penelitian di suatu daerah. Di pinggiran kota Bandung, bangunan yang dipersiapkan untuk menjadi pusat kegiatan Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme Jawa Barat (FKPT Jabar), pernah dibakar orang tak dikenal. Menurut para peneliti setempat, peristiwa tersebut merupakan ancaman warga yang tidak menghendaki kegiatan penelitian di wilayahnya

3

.4

Transparansi dan Akuntabilitas BNPT. Transparansi dan akuntablitas publik BNPT juga sejauh ini kerap dipertanyakan. Bagaimana mengukur keberhasilan BNPT, indikator keberhasilan program-program BNPT, dan yang tidak kalah penting adalah pengawasan eksternal terhadap lembaga ini. Sejauh ini rapat-rapat pengawasan kerap digelar oleh DPR baik bersifat reguler maupun insidental menyusul sebuah peristiwa yang menjadi perhatian publik. Sayangnya, hal itu tidak sampai menyentuh aspek manajerial dan eksekusi di lapangan. Sementara akuntabiltas program transparansi dan anggaran BNPT juga kerap menjadi pertanyaan

2

KERTAS KEBIJAKAN C-SAVERUU Terorisme:

Antara Upaya Penanganan Terorisme dan Perlindungan HAM

0

5

10

15

20

25

2013 2014 2015 2016

SeranganTeror& Plot Serangan yang Digagalkan(2013-2016) versi CTSCS UI

Figure 1 sumber: Solahudin (2017)

Penolakan terhadap BNPT. Sudah jamak di kalangan WBP teroris, mantan WBP teroris dan para ikhwan jaringan mereka, kalau pendanaan berbagai kegiatan oleh BNPT yang dimaksudkan untuk tujuan-tujuan Pencegahan, Deradikalisasi, kontra Terorisme menimbulkan resistensi

Page 8: BNPT - C-SAVE

3

publik, sejauh mana terlaksana secara tepat dan terserap secara akuntabel.

jika setiap kerja dan koordinasi berlandaskan pada strategi implementasi yang tepat. Pada praktiknya, kerjasama antar TNI dan Polri kerap terhambat. Kedeputian I yang menjalankan tugas pencegahan selalu diisi oleh pejabat yang berasal TNI yang minim pengalaman lapangan dan pengetahuan jaringan teroris dan penanganannya. Di sisi lain, perwira polisi yang lebih berpengalaman men-dominasi posisi di Kedeputian II Minimnya pengalaman dalam hal pencegahan dan deradikalisasi menyulitkan upaya pengimplemen-tasian program-program deradikalisasi yang berbasis data dan riset secara efektif.

.6

Komunikasi Strategis Kontra Terorisme. Meningkatnya penggunaan internet dan media sosial oleh publik, dan teknologi komunikasi yang semakian canggih, kelompok teroris-ekstrimis telah menggunakan model-model komunikasi strategis (strategic communication). Model ini menggunakan beragam saluran komunikasi, dengan perencanaan, serta strategi dan sasasaran yang sangat diperhitungkan. Dalam banyak hal misalnya propaganda ISIS untuk perekrutan secara online jauh lebih efektif dibanding propaganda kontra ISIS. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil menciptakan narasi-narasi yang memberikan pembenaran bagi gerakan mereka, tanpa adanya suatu kontra-opini resmi dari pemerintah negara-negara. Akibatnya, aksi-aksi mereka yang kerap menggunakan cara-cara kekerasan sebagai instrumenya, kian mendapatkan legitimasi dari publik. Sungguh berbeda dan bahkan jauh lebih canggih dengan komunikasi strategis yang dilakukan dan dikembangkan oleh BNPT, Kepolisian, NGO dan ormas. Radikalisasi via online juga semakin meningkat sejak BNPT berkiprah.

5

Lemahnya Koordinasi kelembagaan. BNPT sudah sangat bagus dalam menjalankan rapat-rapat kordinasi dan kampanye tentang bahaya dan ancaman terorisme, serta pentingnya keterlibatan berbagai instansi pemerintah pusat dan daerah serta aparat TNI-Polri di berbagai kesempatan.

Namun demikian, koordinasi di internal BNPT patut menjadi sorotan. Selama ini BNPT seakan terlihat sebagai wadah sharing power antara TNI dan Polri. Kondisi tersebut dapat berjalan baik

Yang menjadi masalah lainnya adalah implementasi atau follow up pasca kordinasi tersebut. Belum ada payung hukum yang kuat agar berbagai instasi pemerintah dan daerah mendukung kebijakan nasional penanggulangan terorisme yang dipimpin oleh BNPT. Di sisi lain, BNPT menjadi pelaksana teknis di berbagai program pencegahan, deradikalisasi maupun perlindungan, membuat lembaga lain merasa tidak memiliki program dan tanggungjawab

.7

Efektivitas Program. Pendanaan yang melimpah terhadap BNPT, kapasitas sumber daya manusia yang belum mendukung serta penolakan yang terjadi di atas, membuat BNPT menjalankan program dan kegiatan yang tidak efektif. Sebagai misal, untuk melaksanakan program Deradikalisasi dan Pencegahan, BNPT melaksanakan kegiatan dengan kalangan moderat dan berharap mereka dapat melakukan syiar/dakwah dan upaya-upaya mencegah radikalisme-terorisme di lingkungan mereka. Target-target tertentu seperti aktivis penegakkan Syariat Islam, Khilafah Islamiyah serta para pendukung-simpatisan mereka belum tersentuh secara massif dan efektif. Bahkan orang-orang

Page 9: BNPT - C-SAVE

seperti itu lah yang selama ini menyerang pemerintah dan menuduh Negara sebagai state terrorism. Kasus pemblokiran situs-situs tertentu yang justru melawan ISIS dan paham radikal lainnya menunjukan betapa BNPT cukup gegabah menjalankan tugas ini. Salah seorang petugas dari instansi pemerintah yang bekerjasama dengan BNPT pernah berkata, “Saya miris, anggaran Negara yang begitu besar, sayang sekali dampak dan manfaatnya kok kecil sekali dirasakan.”

8

9

mencakup aspek Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi misalnya, BNPT seringkali menjadi pelaksana berbagai program. Kritik paling tepat datang dari Ketua PB NU, KH Said Aqil Siroj, “..Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menjadi institusi garda depan dari pihak pemerintah yang mengemban amanah itu. Tentu ini langkah yang tepat. Namun, tampaknya upaya deradikalisasi masih perlu mendapatkan pola yang lebih tepat seiring efektivitas dan tuntutan fakta di lapangan.”10

4

KERTAS KEBIJAKAN C-SAVERUU Terorisme:

Antara Upaya Penanganan Terorisme dan Perlindungan HAM

Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT). Sejak 2012, BNPT gencar membangun kapasitas berbagai elemen pemerintah dan non pemerintah di seluruh proovinsi di Indonesia dan menyatukan mereka dalam forum yang disebut FKPT. Diharapkan FKPT menjadi kakitangan BNPT dalam bidang pencegahan dan deradikalisasi. Dalam prakteknya, FKPT sangat tergantung pada figur pengurus di dalamnya dan komitmen dukungan pemerintah daerah dan tentu saja pihak BNPT sendiri. Dalam praktek-praktek penanganan deportan dan returnee ISIS, bahkan untuk menangani para mantan WBP teroris kita hampir-hampir tidak mendengar peranan FKPT di daerah. Hal ini menunjukan bahwa instrumen kesiapsiagaan nasional melalui FKPT tidak berjalan secara efektif.

Rendahnya mutu hasil program. Beberapa sumber yang pernah terlibat dalam program BNPT, menyebutkan bahwa implementasi program yang dilaksanakan BNPT lebih banyak dilaksanakan sekedar formalisasi administrasi. Sebagai misal dalam program penelitian tentang deradikalisasi di daerah, para peneliti di berbagai daerah yang dilibatkan tidak memiliki kompetensi yang memadai dalam penelitian. “Alih-alih membahas konsep teoritik dan substansi, malah yang banyak dibahas adalah aspek administrasi.” Katanya lagi, “Selain core kompetensi yang dimiliki oleh tenaga yang menjadi tulang punggungnya diragukan, kualitas pendalamannya juga tak lebih dari sekadarbasa-basi atau formalitas. Di samping ketidak transparanan proses kerja, yang tidak kalah pentingnya adalah keseriusan penggalian persoalan, fokus kegiatan dan pendanaannya. Jika diperhatikan, dari laporan resmi lembaga (BNPT) persoalan uang menjadi konsekuensi kegiatan dan implikasi masalah yang dibahas. Seolah-olah, demi memerangi terorisme yang memang menjadi musuh bersama, semua masalah harus dipinggirkan (zero constraints). At any cost, program ini harus didukung, berapa pun biayanya.”

11

Kordinator atau Pelaksana? Kritik yang selama ini terjadi adalah peran utama BNPT sebagai lembaga kordinasi atau pelaksana. Dalam bidang Penindakan yang ditangani oleh Deputi II BNPT, peran kordinasi dilaksanakan secara tepat karena memang fungsi penindakan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia (sesuai UU KUHP) dilaksanakan oleh Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan. Namun demikian, dalam bidang-bidang yang ditangani oleh Deputi I yang

Page 10: BNPT - C-SAVE

5

untuk melaksanakan berbagai program-kegiatan di bawah supervisi, monitoring dan evaluasi oleh BNPT yang mencakup aspek Pencegahan, Penindakan, Perlindungan, Deradikalisasi dan Kesiapsiagaan Nasional.

Seiring menguatnya ancaman radikalisme dan terorisme di Indonesia di masa yang akan datang diperlukan regulasi yang memberikan penguatan kepada BNPT. RUU Terorisme diharapkan menjadi payung hukum yang utama bagi BNPT dalam menjalankan fungsi kordinasi di bidang penang-gulangan terorisme.

Penguatan terhadap BNPT tersebut harus berjalan beriringan dengan peningkatan pengawasan eksternal. Diperlukan lembaga/komisi/sub-komisi khusus di DPR yang selalu melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja BNPT. Selain itu, civil society/NGO dan Komnas HAM diberi ruang untuk melakukan pengawasan secara konstruktif melalui mekanisme yang transparan dan akuntabel juga.

Kesimpulan dan Saran

Persoalan radikalisme dan terorisme itu adalah persoalan yang maha kompleks, lintas sektor dan lintas keilmuan dan bahkan lintas benua. Pendekatannya mesti multi disiplin dan lintas bidang dengan pemahaman yang harus terinte-grasi dan holistik. Tak kalah pentingnya adalah dukungan sumberdaya manusia yang memadai, dengan dukungan anggaran serta regulasi (perundangan) yang mengikat dan mudah dilaksanakan. Artinya, dari sisi regulasi, jelas perlu dipertimbangkan kembali urgensi dan relevansinya dengan perkembangan mutakhir. Sumber daya manusia yang menanganinya (Men behind the gun) yang menjadi back bone BNPT serta beragam fungsinya, jangan asal comot saja, apalagi diwarnai oleh unsur nepotisme yang mengabaikankualitas dan kompetensi. Selain itu, dukungan anggaran mesti disediakan demi memperkuat fokus baik jumlah maupun coveragenya.

Oleh karena itu, peran BNPT sangatlah strategis untuk diletakan di atas sebagai "top manager" dari seluruh lembaga pemerintah dan non pemerintah, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar (pemerintah/badan PBB, NGO asing, dll).

Aspek-aspek yang perlu diperkuat adalah aspek kewenangan yang "memaksa" lembaga pemerintah dan non pemerintah (baik pusat maupun daerah)

Page 11: BNPT - C-SAVE

KERTAS KEBIJAKAN C-SAVERUU Terorisme:

Antara Upaya Penanganan Terorisme dan Perlindungan HAM

6

Meneguhkan Kordinasi. Revisi UU terorisme harus meneguhkan tugas pokok utama BNPT sebagai lembaga setingkat menteri yang mengkordinasikan seluruh lembaga pemerintah seperti kementerian, lembaga non kementerian, serta pemerintah daerah, aparat keamanan TNI-Polri, serta berbagai lembaga kemasyarakatan baik yang berbasis yayasan, perkumpulan maupun ormas seperti NU dan Muhamadiyah. Sebagai lembaga kordinasi, BNPT perlu diberikan mandat untuk melakukan supervisi, monitoring dan evaluasi sejauh mana pelaksanaan, efektivitas dan relevansi program-kegiatan penanggulangan terorisme dilaksanakan oleh lembaga pemerintah dan non pemerintah. Seperti tabel di bawah:

REKOMENDASI

• Kemenag• Keminfo• Kemendagri• Pemda• NGO/LSM/Ormas• Perguruan Tinggi

PENCEGAHAN

• POLRI• Kejaksaan• Pengadilan/MA• TNI• PPATK

PENINDAKAN

• POLRI• TNI• LPSK (Korban)

PERLINDUNGAN

• Ditjenpas•Kemenag•Kemenaker•Kemensos•Pemda•NGO/LSM/Ormas•Perguruan Tinggi

DERADIKALISASI

• Aparat keamanan• Instansi Pemerintah Terkait• NGO/LSM/Ormas

PENYIAPSIAGAANNASIONAL

Page 12: BNPT - C-SAVE

Hal ini menjadi usulan DIM CSO-CSAVE yang dicantumkan pada pasal 43D tentang Kordinasi yang berbunyi:

pidana terorisme maka Pemda seharusnya terlibat dalam usaha reintegrasi sosial mantan WBP teroris. Dengan bekerjasama dengan NGO/LSM/ormas Lokal, Pemda dapat melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang lebih efisien secara anggaran dibanding jika hal itu dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang berada di pusat.

12

(1) BNPT mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme dengan mengikutsertakan seluruh Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

(2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi penanggulangan terorisme, BNPT juga meng-ikutsertakan peran aktif pemerintah daerah, media, lembaga pendidikan, korporasi dan masyarakat sipil.

Lembaga Pemerintah Kementerian dan Non Kementerian. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa lembaga-lembaga tersebut diharapkan menjadi ujung tombak atau pelaksana program-kegiatan atas berbagai usaha-usaha penang-gulangan terorisme di Indonesia. Secara khusus, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) diharapkan bekerja secara efisien untuk menangani korban terorisme pada masa darurat medis, melakukan asesmen dan melaksanakan amanat UU berupa pemberian kompensasi, dan melakukan rehabilitasi. Sebagaimana Polri, Kejaksaan dan Pengadilan menjadi ujung tombak dalam bidang penindakan, maka sepatutnya Ditjenpas menjadi ujung tombak pelaksanaan program deradikalisasi di Lapas-lapas dan setelah mereka bebas yang ditangani oleh Bapas (keduanya sebagai UPT Ditjenpas-Kemenkumham).

Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah sebagai lembaga pemerintahan yang lebih dekat dengan kalangan grasroot sudah seharusnya dilibatkan untuk berperanan dalam bidang pencegahan danjika ada warganya yang telah bebas menjalani

NGO/LSM/Ormas. Berbagai lembaga non pemerintah diharapkan menjalankan peran yang tidak kalah penting dalam bidang pencegahan dan deradikalisasi yang mencakup aspek rehabilitasi dan reintegrasi sosial para WBP teroris, mantan WBP teroris dan atau kombatan, deportan ISIS, dan jaringan mereka. Sebagaimana saran dari ketua PB NU, Said Aqil Siroj di atas, “Kita harus mengakui bahwa di luar ranah penindakan hukum, LSM terbukti lebih professional dalam menjalankan program-program kontra radikalisme dan deradikalisasi. Berbeda dengan program-program pemerintah yang bersifat seremonial dan berorientasi pada penyerapan anggaran belanja Negara, program-program LSM justru dikenal bersifat senyap dan berorientasi pada pencapaian hasil akhir yang baik.”13

Pembentukan lembaga Pengawas. Dengan gagasan penguatan peran dan fungsi BNPT di atas, maka perlu segera dibentuk lembaga pengawas yang dibentuk di DPR (sebagai pengawas utama) dengan melibatkan NGO dan Komnas HAM sebagai mitra. Diperlukan juga mekanisme pengawasan eksternal yang tepat dan efisien agarkritik dan saran dari pihak eksternal tidak menimbulkan kegaduhan publik yang justru kontra produktif dengan tujuan nasional penanggulangan terorisme. Pengawasan ini dimaksudkan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penanggulangan terorisme

7

Page 13: BNPT - C-SAVE

7

terutama pada aspek Penindakan dan Deradikalisasi yang kerap menjadi perhatian publik.

TRANSPARANSI

BNPTAkuntabilitas Pengawasan

Hal ini diusulkan melalui DIM CSO-CSAVE pada pasal 43D tentang Pengawasan yang berbunyi:

(1) Pengawasan internal untuk setiap pelaksananaan kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme dilakukan oleh pimpinan kementrian/lembaga masing-masing.

(2) Pengawasan eksternal pelaksananaan kebijakan dan strategi nasional penanggulangan terorisme oleh komisi-komisi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang khusus menangani bidang penanggulangan terorisme.

(3) Dalam melaksanakan Pengawasan sebagai-mana dimaksud pada ayat (2), komisi-komisi membentuk tim pengawas tetap yang terdiri atas perwakilan fraksi dan pimpinan komisi-komisi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang khusus menangani bidang penanggulangan terorisme serta keanggotaan-

nya disahkan dan disumpah dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan sejumlah kewajiban yang melekat kepadanya.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pem-bentukan tim pengawas tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembentukan unit/badan strategi komunikasi kontra terorisme. Perlu dibentuk satuan khusus komunikasi strategis kontra terorisme, di bahwa kendali BNPT. Satuan ini bekerja secara khusus dan efektif untuk membangun pengaruh yang besar dalam rangka pencegahan dan deradikalisasi, sehingga mampu membendung pergerakan dan aksi serta keberlanjutan dari kelompok teroris. Satuan ini juga berkoordinasi secar rutin dan berkesinambungan antar-institusi terkait dalam rangka memastikan keefektifitasan

LPK danLPNK

NGO/ LSM/Ormas

Densus Ditjenpas Pemda LPSK

KERTAS KEBIJAKAN C-SAVERUU Terorisme:

Antara Upaya Penanganan Terorisme dan Perlindungan HAM

Page 14: BNPT - C-SAVE

penggunaan komunikasi strategis yang menjadi salah satu penopang utama pemberantasan teror, termasuk yang terkait dengan langkah-langkah akuntabilitas. Satuan ini juga perlu melibatkan publik atau khalayak untuk menjadi bagian yang tak-terpisahkan dalam pemberantasan terorisme, khusunya dalam pembangunan kontra-narasi dari kelompok teroris, sehingga publik juga merasa menjadi bagian dari kontra-terorisme.14

Pasal 3 Peraturan Presiden RI, No. 46 tahun 2010 tentang BNPT

1

Solahudin, 2017, ISIS dan Ancaman Terorisme di Indonesia (presentasi)

2

Pernyataan ini secara umum dirasakan oleh para binaan BNPT dan NGO yang bergerak dalam bidang CVE di Indonesia. Secara obyektif masih perlu diduku ng dengan riset kuantitatif dan kualitatif yang mendalam.

3

Sumber anonim, 2017.4

Wahyudi Djafar, 2015, Menggunakan Komunikasi Strategis dalam Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia (Policy Paper), Jakarta: SFCG

5

Countering Violent Extremism in Indonesia: Need for a Rethink, IPAC Report (Jakarta, 2014), 3

6

Endnote

Program deradikalisasi yang sangat massif dilaksanakan oleh BNPT adalah berbagai program-kegiatan yang dilaksanakan untuk WBP teroris di Lapas-lapas dan keluarga WBP teroris.

7

Beberapa situs semestinya tidak diblokir antara lain situs www.smstauhid.com yang dikelolah oleh Tim ustaz Abdullah Gymanstiar (Aa Gym), lihat https://www.merdeka.com/teknologi/pemerintah-blokir-situs-radikal-website-milik-aa-gym-juga-kena.html.

8

Wawancara Lembaga Pemasyarakatan, Maret 2017.

9

Kompas, 15 Oktober 2016.10

Sumber Anonim, 2017.11

Salah satu contoh terbaik adalah apa yang dilakukan oleh Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi yang membantu dan memberdayakan salah seorang mantan WBP teroris dengan sukses.

12

Said Aqil Siroj, Ibid13

Wahyudi Djafar, Ibid.14

8

Page 15: BNPT - C-SAVE

Daftar PustakaAlsubaie, Bandar A., 2016, Countering Terrorism In The Kingdom Of Saudi Arabia:An Examination Of The Prevention, Rehabilitation, And After-Care Strategy (Prac), A Dissertation, University of New Haven, West Haven, Connecticut.

Bakti, Agus Surya, 2014, Darurat Terorisme, Jakarta: Daulat Press.

BNPT, 2012, Blue Print Deradikalisasi, BNPT.

CSAVE, 2017, DIM RUU Terorisme.

Djafar, Wahyudi, 2015, Menggunakan Komunikasi Strategis dalam Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia (Policy Paper), Jakarta: SFCG

Golan, Guy D., 2016, Countering Violent Extremism: A Whole Community Approach To Prevention And Intervention, A Thesis, Management California State University.

IPAC, 2014, Countering Violent Extremism in Indonesia: Need for a Rethink, IPAC Report No.11, 30 June 2014.

Parker, Amanda M. Sharp, 2016, The Applicability of Criminology to Terrorism Studies: An Exploratory Study of ISIS Supporters in the United States, a Dissertation, Department of Criminology, College of Behavioral and Community Sciences, University of South Florida.

Solahudin, 2011, NII sampai JI: Salafy Jihadisme di Indonesia, Depok: Komunitas Bambu.

--------------, 2017, ISIS dan Ancaman Terorisme di Indonesia (presentasi).

Subihat, Ihat, 2014, Yurisdiksi Kriminal Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Yogyakarta: Imperium.

Sumpter, Cameron, 2017, Countering violent extremism in Indonesia: priorities, practice and the role of civil society, Journal for Deradicalization.

Wibisono, Ali Abdullah, 2015, Securitisation of terrorism in Indonesia. PhD thesis, University of Nottingham.

U.S. Department of State, 2015, Country Reports On Terrorism 2015, Nova Science Publishers, Inc, Volume 24, Number 4.

9

Page 16: BNPT - C-SAVE

ii

BAGAIMANA IDEALNYA PEMBAGIAN DAN

DALAM PENANGANANTERORISME?

TUGAS FUNGSI

INFOGRAFIS

Page 17: BNPT - C-SAVE

iii

Page 18: BNPT - C-SAVE

iv

C-Save adalah jaringan kolaborasi lembaga swadaya masyarakatyang bertujuan untuk menangani ekstremisme dan kekerasan

baik di kawasan Indonesia, regional, maupun global.

KOLABORASI LEMBAGA

Page 19: BNPT - C-SAVE

C-SAVE INDONESIAJalan N Kavling No.13 RT.08/RW.14, Kebon Baru,

Tebet, Jakarta Selatan - Indonesia 12830

PHONE: +62.21.7650106 | EMAIL: [email protected] |FB:/ CSAVE.INDONESIAWWW.CSAVE.ORG