sanding kata
Post on 04-Jul-2015
1.015 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Topik : Pengintegrasian Teknologi Informasi dalam Kelas
Google: Korpus Raksasa Sanding Kata dalam
Pemelajaran dan Pengajaran BIPA
KONFERENSI INTERNASIONAL PENGAJARAN
BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING
Google: Korpus Raksasa Sanding Kata dalam Pemelajaran dan Pengajaran BIPA1
1 Makalah ini disajikan pada konferensi internasional pengajaran bahasa Indonesia untuk penutur asing (KIPBIPA) VII, 29—31 Juli 2010.
2
Abstrak
Harapan utama pemelajar BIPA adalah memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia sama atau mirip dengan penutur asli bahasa Indonesia. Salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki pemelajar BIPA adalah kemampuan menyandingkan kata. Namun, kemampuan menyandingkan kata dengan tepat merupakan masalah tersendiri bagi umumnya pemelajar bahasa asing atau bahkan sering memusingkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemelajar bahasa asing membuat banyak kesalahan dalam sanding kata. Salah satu penyebabnya adalah pemelajar cenderung menerjemahkan secara harfiah sanding kata bahasa ibunya. Misalnya, pemelajar BIPA menulis ‘Saya suka minum kopi keras’, ‘air berlari kencang’, ‘kami mandi di dalam pantai yang bersih’ merupakan kesalahan sanding kata yang memerlukan penanganan serius pemelajaran bahasa asing. Makalah ini bertujuan menyediakan bukti bahwa mesin pencari Google mampu memfasilitasi pemelajar BIPA mengatasi kesulitan sanding kata dalam bahasa Indonesia dan menemukan sanding kata yang tepat dalam hitungan sepersekian detik. Sajian ini juga menunjukkan cara praktis mengakses, memilih, dan/atau menghasilkan sanding kata yang tepat dari sejumlah calon sanding kata potensial dalam bahasa Indonesia. Mesin pencari Google merupakan korpus raksasa; ia bagaikan ladang yang tak bertepi yang siap menyuguhkan solusi alternatif atas permasalahan sanding kata yang sering memusingkan para pemelajar BIPA. Dengan demikian, Google merupakan salah satu sumber daya alternatif yang dapat digunakan para pemelajar BIPA untuk mengatasi masalah sanding kata bahasa Indonesia dan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan sanding kata yang tepat.
Kata kunci: Google, BIPA, sanding kata
PENDAHULUAN
Kemampuan menyandingkan kata dalam berbahasa, baik secara lisan maupun secara
tertulis merupakan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menghasilkan tuturan atau
tulisan yang baik dan wajar. Tuturan atau tulisan yang wajar adalah tuturan atau tulisan yang
mengandung sanding kata yang menurut penutur asli bahasa yang bersangkutan wajar atau
lazim. Namun, umumnya pemelajar bahasa asing sering mengalami kesulitan untuk
memprediksi apakah sanding kata yang dihasilkannya memenuhi syarat kewajaran atau tidak
(Wang dan Good, 2007). Barfield dan Gyllstad (2010:1) mengemukakan, “for everyone
learning or teaching a second language, collocation is undoubtedly one of the most
fascinating (and at time frustrating) challenges that they face”. Misalnya, bila seorang
pemelajar hendak menulis sebuah uraian mengenai kebudayaan Indonesia, ia sudah siap
dengan sejumlah kata yang berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia, tetapi ketika ia
hendak menuangkan idenya, ia mungkin akan terhambat dengan sanding kata yang tepat,
3
yaitu bagaimana pemelajar menyandingkan kata yang terdengar lazim di telinga penutur asli
bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan karena kekurangmampuannya memprediksi apakah
sanding kata yang akan dihasilkannya berterima atau tidak; lazim atau tidak. Misalnya,
apakah pemelajar akan mengatakan: ’uang pelayanan’ atau ’uang jasa’; ’kopi pahit’ atau
’kopi hitam’; ’berenang di laut’ atau ’berenang di dalam laut’; ’melamar gadis’ atau
’melamar kepada gadis’; ’meluangkan waktu’ atau ’memberikan waktu’; ‘saya hanya mau
minum air bening’ atau ‘saya hanya mau minum air putih’, dsb.
Kesulitan memilih sanding kata yang tepat, baik sanding kata leksikal maupun
sanding kata gramatikal dialami pemelajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Hal ini
mungkin disebabkan karena pemelajar BIPA cenderung menerjemahkan bahasa ibunya
secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia (Said, 2010). Misalnya,
Tabel 1: Kesalahan sanding kata pemelajar BIPA.
uang + pelayanan Anak-anak minta uang pelayanan.
air + berlari Air berlari kencang.
berbaris + membeli Di warung orang tidak berbaris membeli makanan.
kata toraja + datang Kata ’toraja’ datang dari bahasa Bugis, ”to riaja” yang mana artinya orang atas.
kuburan + orang lama Kami melihat kuburan orang lama …
di dalam + pantai Kami mandi di dalam pantai yang bersih.
di dalam + gunung Kuburan di dalam gunung
berlari + kepada pasir putih Anak-anak berlari kepada pasir putih di tepi pantai.
KONSEP SANDING KATA
Pentingnya sanding kata dalam pemelajaran bahasa asing pertama kali menjadi
perhatian Palmer pada tahun 1933. Nation (2008:317) mengutip pernyataan Palmer, “Each
[collocation] … must or should be learnt, or is best or most conveniently learnt as an
integral whole or independent entity, rather than by the process of piecing together their
component parts”. Belakangan para pendidik bahasa memomulerkan konsep ini dan
mengaplikasikannya ke dalam pemelajaran bahasa dan penerjemahan. Misalnya, kata ‘lahap’
4
dapat bersanding kata dengan ‘makan’ dalam ‘makannya lahap’, tetapi tidak dapat bersanding
kata dengan ‘belajar’ dalam ‘belajarnya lahap’.
Definisi sanding kata dijelaskan oleh Baker (1992) sebagai kecenderungan sejumlah kata
untuk bergabung secara teratur dalam suatu bahasa. Shei dan Pain (2000) menegaskannya
sebagai sekelompok kata yang sering muncul bersama. Dalam dua kamus berikut, sanding
kata dijelaskan sebagai ”the way words combine in a language to produce a natural-sounding
speech and writing” (Oxford Collocation Dictionary, 2002:vii), ”the way in which some
words are often used together; a habitual combination of words which sounds natural”
(Longman Dictionary of English Language and Culture, 1998:247). Dari empat definisi
tersebut, sanding kata dapat dianalogikan sebagai ’perkawanan’ atau ’persahabatan.’ Ada
orang tertentu sering tampil bersama, ada yang jarang tampil bersama, dan ada yang sama
sekali tidak pernah tampil bersama. Misalnya, kata ’melambaikan’ sering muncul bersama
dengan kata ’tangan’ dalam kalimat ’Ia melambaikan tangan tanda perpisahan’, sedangkan
kata ’menangkap’ sama sekali tidak pernah tampil bersama dengan kata ’bis’ dalam ’Orang
di Jakarta sering menangkap bis di tengah jalan.’ Tingkat keakraban kata untuk bersanding
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Tingkat keakraban sanding kata dengan kata inti ’cita-cita’
No Sanding kata Hasil Google
1 mencapai cita-cita 563,000
2 memperoleh cita-cita 443,000
3 meraih cita-cita 388,000
4 menggapai cita-cita 306,000
5 mewujudkan cita-cita 298,000
6 merengkuh cita-cita 3,120
7 mendapat cita-cita 1,010
8 menjangkau cita-cita 867
9 merenggut cita-cita 150
10 memetik cita-cita 75
11 meraup cita-cita 3
Tabel 2 menunjukkan bahwa kata ’cita-cita’ memiliki peluang untuk bersanding
dengan 11 kata kerja yang memiliki makna yang mirip, yaitu: meraih, menggapai,
5
memperoleh, mencapai, mewujudkan, mendapat, mengambil, merengkuh, merenggut,
menjangkau, meraup, memetik, tetapi tingkat keakrabannya berbeda-beda. Sanding kata
’mencapai cita-cita’, ’memperoleh cita-cita’, ’meraih cita-cita’, ’menggapai cita-cita’, dan
’mewujudkan cita-cita’ jauh lebih sering digunakan dibandingkan dengan sanding kata
’merengkuh cita-cita’, ’mendapat cita-cita’, ’menjangkau cita-cita’, ’merenggut cita-cita’,
’memetik cita-cita’, dan ’meraup cita-cita’. Sanding kata nomor 1 s.d. 5 lebih sering
digunakan oleh penutur bahasa Indonesia. Sanding kata 6 s.d. 11 jarang digunakan.
Sanding kata berbeda dengan kata majemuk dan idiom. Kata majemuk adalah gabungan
dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap; tidak dapat disisipi kata lain atau gabungan
dua atau lebih kata yang berfungsi sebagai satu kata (Richards, et al 1987). Misalnya, ‘sarung
tangan’, ‘lalu lintas’, ‘meja makan’ adalah kata majemuk karena strukturnya tetap, tidak
dapat diubah-ubah letaknya. Idiom adalah ungkapan yang kalau diterjemahkan secara harfiah
tidak masuk akal atau ungkapan yang maknanya tidak dapat ditelusuri melalui kata per kata
(Richards, et al 1987). Gabungan kata itu membentuk makna baru. Misalnya, idiom ‘cari
muka’ dalam ‘Mereka senang mencari muka kepada atasan’. Idiom ‘cari muka’ tidak bisa
dipahami melalui kata ‘cari’ dan kata ‘muka’, tetapi harus dipahami sebagai satu kesatuan.
Sebaliknya, sanding kata adalah kemunculan dua kata atau lebih yang digunakan secara
teratur (Sinclair, 1991), maknanya dapat ditelusuri melalui kata per kata, tetapi tidak
membentuk kata baru. Misalnya, gabungan kata ‘mendidik anak’ dapat dipahami maknanya
melalui kata ‘mendidik’ dan kata ‘anak’. Dengan demikian, sanding kata adalah
kecenderungan sejumlah kata atau sekelompok kata muncul secara bersama-sama untuk
menghasilkan bicara dan/atau tulisan yang terdengar lazim dan berterima dalam suatu bahasa.
Benson, Benson, dan Ilson (1997) mengategorikan sanding kata ke dalam dua kategori,
yaitu sanding kata gramatikal dan sanding kata leksikal. Sanding kata gramatikal ialah
gabungan kata yang terdiri atas kata dominan (nomina, adjektiva, verba) dan kata depan,
misalnya ‘bersama dengan’, ‘bergantung pada’, ‘berasal dari’, dan sanding kata leksikal ialah
gabungan kata yang terdiri atas nomina, verba, adjektiva, dan adverba, misalnya ‘menarik
kesimpulan’, ‘matahari bersinar terang’, ‘menyadari kesalahan’, ‘mengepel lantai’,
‘pemberantasan korpusi’, ‘negara terkorup [di dunia]’, ‘penampilan bagus’, ‘pemimpin
culas’, ‘merampok uang negara’, dsb.
Arti sanding kata diperoleh dari kata-kata itu secara individual, tetapi kalau salah satu
kata diganti dengan kata yang mirip, kemungkinan sanding kata itu menjadi tidak wajar dan
6
tidak berterima. Misalnya, bila pada sanding kata ’meluangkan waktu’, kata ’waktu’
digantingkan dengan ’masa’—yang bersinonim dengannya, sehingga menjadi ’meluangkan
masa’, maka sanding kata ’meluangkan masa’ tidak lazim dalam bahasa Indonesia.
Setiap bahasa mempunyai keteraturan sanding katanya masing-masing. Misalnya, dalam
bahasa Indonesia kata ’mati’ dapat bersanding dengan lampu menjadi ’lampu mati’. Kata
’mati’ bersinonim dengan kata ’meninggal dunia’, ’mangkat’, ’berpulang ke rahmatullah’,
tetapi sinonim kata ’mati’: ’meninggal dunia’, ’mangkat’, ’berpulang ke rahmatulah’,
’gugur’, ’wafat’, tidak lazim bergabung dengan kata ’lampu’. Dalam bahasa Indonesia, tidak
lazim dikatakan ’lampu meninggal dunia’, ’lampu mangkat’, ’lampu berpulang ke
rahmatulah’, ’lampu wafat’, ’lampu gugur’. Dalam bahasa Inggris, kata ’conclusion’
bergabung dengan kata ’draw’ dalam ’to draw a conclusion’, tetapi jika bergabung dengan
kata ’take’ dalam ’to take a conclusion’, sanding kata itu akan terdengar asing dalam bahasa
Inggris.
Jangkauan sanding kata suatu kata ditentukan oleh banyaknya arti yang dimilikinya.
Semakin umum arti suatu kata semakin luas jangkauan sanding katanya (Larson, 1984;
Baker, 1992). Dalam Bahasa Indonesia, ada kata ’mengepel’ dan ’membersihkan’. Kata
’membersihkan’ lebih umum artinya daripada ’mengepel’. Kata ’mengepel’ lebih sedikit
kemungkinannya untuk bersanding kata dengan banyak kata. Misalnya, kata ’mengepel’
dapat bersanding kata dengan ’lantai’ dalam ’mengepel lantai’, tetapi kata ’membersihkan’
dapat bersanding dengan banyak kata. Misalnya, ia dapat bersanding dengan ’lantai’,
’pakaian’, ’meja’, ’jalan’, dll. Jangkauan sanding kata bersifat dinamis. Setiap waktu dapat
bertambah dengan sanding kata baru maupun sanding kata yang unik. Semuanya bergantung
pada kreativitas pengguna bahasa.
Mesin Pencari Google sebagai Sumber Korpus Sanding Kata
Masalah sanding kata dalam bahasa Indonesia yang dihadapi pemelajar BIPA dapat
diselesaikan dengan memanfaatkan mesin pencari Google. Dengan kekuatan mesinnya yang
begitu besar dan korpus yang dapat disiapkannya begitu banyak (Shei, 2008), mesin pencari
Google dapat menawarkan solusi atas permasalahan sanding kata yang dihadapi pemelajar
BIPA. Pada bagian berikut ini, akan dikemukakan cara memanfaatkan mesin pencari Google
untuk mengatasi masalah sanding kata.
7
Memastikan sanding kata yang tepat melalui Google
Kadang-kadang pemelajar BIPA menghadapi situasi dimana ia harus memastikan atau
menentukan sanding kata yang tepat dalam bahasa Indonesia. Kondisi itu meliputi:
a. Pemelajar, khususnya pemelajar tingkat lanjut, biasanya telah memiliki modal kosa
kata yang lumayan banyak, tetapi ia hendak menyandingkan kata yang belum pernah
ia dengar sebelumnya. Ia ragu-ragu apakah sanding kata tersebut berterima atau tidak
bagi penutur asli bahasa Indonesia. Dalam keadaan yang demikian, ia tidak perlu
ragu. Pemelajar cukup masuk ke Google dan berusaha menelusuri sanding kata yang
diragukan tersebut. Misalnya, bila pemelajar hendak mengecek apakah “memberantas
korupsi hingga selesai” digunakan oleh penutur asli bahasa Indonesia atau tidak, ia
cukup masuk ke Google dan mengetik sanding kata tersebut dengan tanda petik
sebelum dan sesudah sanding kata yang dimaksud: “memberantas korupsi hingga
selesai”.
(Ditelusuri pada tanggal 14 Juni 2010)
Hasilnya adalah:
1) Sanding kata: “memberantas korupsi hingga selesai” tidak ditemukan.
8
2) Google menyarankan agar menghilangkan tanda petik. Artinya, sanding kata
tersebut tidak ditemukan dalam korpus Google dan disarankan agar
menggantikannya dengan sanding kata yang lain.
3) Ini berarti bahwa sanding kata “memberantas korupsi hingga selesai” tidak
digunakan secara teratur oleh penutur bahasa Indonesia.
Dengan hasil tersebut, pemelajar hendaknya mengganti sanding kata tersebut dengan sanding
kata yang lain. Misalnya, ‘memberantas korupsi hingga tuntas’ pemelajar hendaknya masuk
ke Google dan mengetik “memberantas korupsi hingga tuntas” (diketik dengan tanda petik
sebelum dan sesudah sanding kata). Hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Tingkat kearaban sanding kata ‘memberantas korupsi hingga tuntas.’
Jumlah Kata
Sanding kata Hasil
4 “memberantas korupsi hingga tuntas”
Sekitar 24,300 hasil (0.28 detik)
(ditelusuri pada tanggal 14 Juni 2010)
Hasil di atas menunjukkan bahwa sanding kata ‘memberantas korupsi hingga tuntas’
digunakan secara teratur oleh penutur bahasa Indoensia, sedangkan sanding kata
9
‘memberantas korupsi hingga selesai’ tidak digunakan dan tidak berterima. Artinya, sanding
kata ‘memberantas korupsi hingga tuntas’ lazim digunakan oleh penutur Indonesia,
sedangkan sanding kata ‘memberantas korupsi hingga selesai’ tidak lazim atau bahkan tidak
digunakan oleh penutur bahasa Indonesia sama sekali.
Bila sanding kata tersebut diperkecil menjadi: ‘memberantas korupsi’ maka hasilnya
adalah:
Tabel 4. Tingkat keakraban sanding kata ‘memberantas korupsi.’
(Ditelusuri pada tanggal 14 Juni, 2010)
b. Pemelajar sering menemukan sanding kata yang membingungkan. Misalnya, apakah
sanding kata yang tepat adalah ‘menghapus kemiskinan’, ‘memberantas kemiskinan’,
atau ‘mengentaskan kemiskinan’, pemelajar dapat menggunakan teknik yang sama,
yaitu mengetik sanding kata “menghapus kemiskinan”, “memberantas kemiskinan”
dan “mengentaskan kemiskinan” satu persatu. Setelah ditelusuri dengan teknik
tersebut, hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Tingkat keakraban sanding kata dengan kata inti ‘kemiskinan.’
Sanding kata Hasil
mengentaskan kemiskinan 55,000
memberantas kemiskinan 52,000
Jumlah kata Sanding kata Temuan
2 memberantas korupsi 105,000
10
menghapus kemiskinan 17,400
Tabel di atas menunjukkan bahwa sanding kata ‘mengentaskan kemiskinan’ menempati
urutan pertama dengan hasil 55,000, disusul dengan sanding kata ‘memberantas kemiskinan’
dengan 52,000 hasil dan ‘menghapus kemiskinan’ dengan 17,400 hasil. Ini berarti bahwa:
a. Korpus menyediakan lebih banyak sanding kata ‘mengentaskan kemiskinan’ daripada
‘memberantas kemiskinan’ dan ‘menghapus kemiskinan.’
b. Penutur asli Indonesia lebih cenderung menggunakan sanding kata ‘mengentaskan
kemiskinan daripada sanding kata lainnya.’
c. Hasil angka yang cukup signifikan itu menunjukkan bahwa tiga sanding kata untuk
‘kemiskinan’ digunakan oleh penutur bahasa Indonesia secara teratur.
Mencari sanding kata
Bila pemelajar BIPA hendak mengetahui kata apa saja dapat bersading dengan kata apa
saja, pemelajar BIPA bisa langsung masuk ke Google dan mengetik kata tersebut dan
menambahkan tanda asterik (*) sebelum dan/atau sesudah kata yang bersangkutan.
Misalnya, kata ‘kemiskinan’ dapat bersanding kata apa saja, pemelajar dapat masuk ke
Google dan mengetik kata ‘kemiskinan’ dengan tiga cara:
a. Cara Pertama. Jika pemelajar hendak mengetahui kata apa saja dapat jatuh sebelum
kata ‘kemiskinan’, pemelajar dapat mengetik seperti ini: ‘*kemiskinan’ dan dalam
waktu 0,18 detik hasil yang ditemukan berkisar 12.700.000. Kemungkinan sanding
kata dan kata utamanya terlihat berhuruf tebal. Bila hasilnya diselusuri pada halaman
pertama, dapat dicatat bahwa kata yang dapat jatuh sebelum kata ‘kemiskinan’ adalah:
tingkat, mengurangi, mengurus, lawan, data, menanggulangi, penanggulangan, garis, angka, akibat, pengurangan
11
(Diakses pada tanggal 13 Juni 2010)
b. Cara Kedua. Jika pemelajar hendak mengetahui kata apa saja dapat jatuh sesudah
kata ‘kemiskinan’, pemelajar dapat mengetik seperti ini: ‘kemiskinan*’ dan dalam
waktu 0,22 detik hasil yang ditemukan berkisar 12,300,000. Bila hasilnya diselusuri
pada halaman pertama, dapat dicatat bahwa kata yang dapat jatuh sesudah kata
‘kemiskinan’ adalah:
(Ditelusuri pada tanggal 13 Juni 2010)
kemiskinan adalah, kemiskinan sejak, kemiskinan terus menjadi masalah
fenomenal, kemiskinan di, kemiskinan dapat diukur, kemiskinan nasional
12
c. Cara Ketiga. Jika pemelajar hendak mengetahui kata apa saja dapat jatuh sebelum
dan sesudah kata ‘kemiskinan’, pemelajar dapat mengetik seperti ini: ‘*kemiskinan*’
dan dalam waktu 0,20 detik hasil yang ditemukan adalah 12,200,000. Bila hasilnya
diselusuri pada halaman pertama, dapat dicatat bahwa kata yang dapat jatuh sesudah
kata ‘kemiskinan’ adalah:
(Ditelusuri pada tanggal 13 Juni 2010)
Google dan Pembelajaran Bahasa
Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah masalah terbesar yang dihadapi pemelajar
bahasa asing adalah kemampuan menggunakan sanding kata yang tepat. Pawly (2007:25)
menegaskan ‘most adult second language learners seem to have particular difficulty with
certain kinds of formulaic language … even when they are otherwise completely fluent.’
Namun, walaupun mereka belum dapat menemukan kamus sanding kata2 yang tersedia di
pasaran, pemelajar BIPA tidak perlu berkecil hati bila mengalami permasalahan sanding kata. 2 Kamus Sanding Kata Bahasa Indonesia sedang dipersiapkan oleh Indiyah Imran, Mashadi Said, dan Ni Luh Putu Setyarini.
tingkat kemiskinan sejak, data kemiskinan DEPSOS, menanggulangi
kemiskinan di, besarnya kimiskinan dapat diukur, garis kemiskinan
disebut kemiskinan relatif, penanggulangan kemiskinan nasional.
13
Mereka dapat memanfaatkan mesin pencari Google yang menyediakan korpus yang cukup
untuk mengatasi masalah sanding kata dalam berbagai tema.
Pada pembahasan sebelumnya, kita telah melihat bagaimana mesin pencari Google
dapat menunjukkan tingkat kewajaran sanding kata melalui frekuensi seringnya kata tertentu
bersanding dengan kata yang lain. Demikian pula, Google dapat menunjukkan perbedaan
antara pemelajar BIPA dengan penutur asli bahasa Indonesia. Berikut adalah perbandingan
antara tingkat kewajaran sanding kata pemelajar BIPA dengan penutur asli bahasa Indonesia.
Pemelajar BIPA : “korupsi diberantas bersama rupanya sudah budaya”
Penutur asli BInd : “pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab bersama.”
Tabel 6. Tingkat kewajaran sanding kata pemelajar BIPA menurut Google.
Jumlah kata Sanding kata Hasil
1 korupsi 4,130,000
2 korupsi diberantas 6,530
3 korupsi diberantas rupanya 0
4 korupsi diberantas rupanya sudah 0
5 korupsi diberantas bersama rupanya sudah 0
6 korupsi diberantas bersama rupanya sudah budaya 0
Tabel 6. Tingkat kewajaran sanding kata penutur asli menurut Google.
Jumlah kata Sanding kata Hasil Google
1 pemberantasan 5,030,000
2 pemberantasan korupsi 1,030,000
3 pemberantasan korupsi merupakan 240,000
4 pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab 1,480
5 pemberantasan korupsi merupakan tanggung jawab bersama
1,480
14
SIMPULAN DAN SARAN
Salah satu masalah terbesar yang dihadapi pemelajar BIPA adalah kemampuan
menggunakan sanding kata bahasa Indonesia dengan tepat. Hal ini disebabkan karena sanding
kata bahasa ibu pemelajar tidak bisa diterjemahkan secara harfiah ke bahasa Indonesia.
Misalnya, bila pemelajar bahasa Inggris hendak menerjemahkan secara harfiah sanding kata
‘catch the bus’ atau ‘take an exam’, maka hasilnya akan sangat lucu dalam bahasa Indonesia:
‘menangkap taksi’ dan ‘mengambil ujian’.
Untuk mengatasi masalah sanding kata yang dihadapi pemelajar BIPA, mesin pencari
Google, sebagai penyedia korpus sanding kata bahasa Indonesia, dapat dimanfaatkan dengan
sangat mudah. Mesin pencari Google dapat dimanfaatkan kapan saja dan di mana saja,
selama ada hubungan internet. Pemelajar dan guru bahasa Indonesia untuk pemelajar asing
dapat menggunakan korpus dalam Google guna mengatasi masalah sanding kata apa saja
dalam bahasa Indonesia.
Hasil pencarian dengan hasil angka terbanyak menyarankan bahwa sanding kata
tersebut kemungkinan besar dapat bersanding secara wajar. Namun, hasil itu hanya
menyarankan kecenderungan, bukan hasil absolut. Penggunaan mesin pencari Google dapat
menyiapkan pemelajar BIPA dengan informasi mengenai calon sanding kata yang dapat
dipilih. Pemelajar dapat menerka calon sanding kata yang mungkin berlaku jika pemelajar
sudah terlebih dahulu mengetahui kata yang kemungkinan besar dapat menggantikan sanding
kata yang bersinonim antara bahasa Indonesia dengan bahasa ibu pemelajar atau berdasarkan
kamus. Dengan mengetik kata tertentu dan kemungkinan sanding katanya dengan tanda petik
(“…”), pemelajar dapat melihat jumlah hasil sanding kata yang bersangkutan. Google dapat
membantu secara maksimal kecenderungan dengan pengulangan pajanan dalam berbagai
konteks. Namun, penting dicatat bahwa semakin baik pengetahuan awal bahasa Indonesia
pemelajar BIPA, semakin banyak manfaat yang dapat diambil dari mesin pencari Google.
Dengan demikian, Google dapat dikatakan sebagai penyedia korpus raksasa sanding kata
bahasa Indonesia. Google dapat memungkinkan pemelajar mengakses korpus sanding kata
secara memadai yang memungkinkannya menemukan kecenderungan sanding kata (Zengin,
2009).
15
DAFTAR PUSTAKA
American heritage dictionary of the English language (2004). Boston, MA: Houghton Mifflin Company.
Baker, M. (1992). In other words: a course book on translation. London: Routledge. Barfield, A., & Gyllstad, H. (Ed.). (2010). Researching collocations in another language.
Houndmills, Basingstoke, Hampshire: Macmillan Publishers Limited. Benson, M., Benson, E., & Ilson, R. (1997). The BBI dictionary of English word
combinations. Philadelphia: John Benjamins. Larson, L. M. (1998). Meaning-based translation: a guide to cross language equivalence (2nd
Ed.) . Lanham: University Press of America. Longman dictionary of English language and culture. (1998). England: Addison Wesley
Longman Limited. Nation, I.S.P. (2008). Learning vocabulary in another language. Cambridge: Cambridge
University Press. Oxford Collocation Dictionary for Students of English. (2002). New York: Oxford University
Press. Pawly, A. (2007). Developments in the study of formulaic language since 1970: A personal
view. In P. Skandera (Ed.), Phraseology and culture in English (hal. 3-45). Berlin: Mouton de Gruyter.
Richards, J, Platt, J. dan Weber, H. (1987). Longman dictionary of applied linguistics.
England: Longman Group Limited. Said, M. (2010). Ketidaklaziman kolokasi pemelajar BIPA dan implikasinya terhadap
pengajaran bahasa, Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29(2), 204-213. Shei, C.C. (2008). Discovering the hidden treasure on the Internet: using Google to uncover
the veil of phraseology. Computer Assisted Language Learning, 21(1), 67–85. Shei, C. C. & Pain, H. (2000). An ELS writer’s collocational aid. Computer assisted
language learning, 13(2), 167-182. Sinclair, J. (1991). Corpus, Concordance, Collocation. Oxford: Oxford University Press.
Zengin, B. (2009). Benefit of Google search engine in learning and teaching collocation, Eurasian Journal of Educational Research, 34, 151-166.
top related