salinan - jdih.baliprov.go.id€¦ · tentang pelaksanaan undang-undang nomor 25 tahun 2009 tentang...
Post on 18-Oct-2020
13 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GUBERNUR BALI
PERATURAN GUBERNUR BALI
NOMOR 63 TAHUN 2019
TENTANG
STANDAR PELAYANAN PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI,
Menimbang : a.
b.
c.
d.
bahwa untuk mengembangkan sistem tata kelola
pemerintahan daerah yang efektif, efisien, terbuka, transparan, akuntabel dan bersih serta meningkatkan Pelayanan Publik terpadu yang
cepat, pasti dan murah dalam mewujudkan Visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”; bahwa standar pelayanan perizinan merupakan tolok ukur, pedoman, dan acuan yang digunakan
sebagai instrumen penilaian kualitas kinerja dan capaian pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
mewujudkan penyelenggaraan pelayanan perizinan yang berkualitas, efektif, efisien, transparan dan
akuntabel; bahwa Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Standar Pelayanan
mewajibkan setiap penyelenggara pelayanan publik menetapkan dan menerapkan Standar Pelayanan Publik untuk setiap jenis pelayanan;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c,
perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Standar Pelayanan Perizinan pada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
SALINAN
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958
Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1649);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5256);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5357);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018
tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6215);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6322);
9.
Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 221);
10.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52
Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 704);
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 649);
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 15 Tahun 2014
tentang Pedoman Standar Pelayanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 615);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138
Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1956);
14. Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman dan Tata
Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 934) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman dan Tata
Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 821);
15.
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 935);
16. Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2017
tentang Pelaksanaan Program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan dan Kesehatan (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2017 Nomor 19);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG STANDAR PELAYANAN PERIZINAN PADA DINAS PENANAMAN
MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Bali.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi
Bali. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali.
4. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah di
lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. 5. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali yang selanjutnya disingkat
DPMPTSP adalah Perangkat Daerah Provinsi Bali yang menyelenggarakan pelayanan terpadu satu
pintu.
6. Perangkat Daerah Teknis adalah Perangkat Daerah
yang mengelola perizinan dan nonperizinan di lingkungan Pemerintah Provinsi selain yang
menjadi kewenangan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 7. Perizinan adalah pemberian dokumen legalitas
kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan
tertentu, baik dalam bentuk izin maupun nonperizinan.
8. Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Provinsi berdasarkan Peraturan Daerah atau produk hukum daerah lainnya yang
merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau
diperbolehkannya seseorang atau badan
hukum/badan Usaha untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.
9. Nonperizinan adalah pemberian dokumen atau
bukti legalitas atas sahnya sesuatu kegiatan usaha kepada seseorang atau sekelompok orang dalam
kemudahan pelayanan dan informasi sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang– undangan.
10. Perizinan Berusaha adalah pendaftaran yang
diberikan kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan usaha dan/atau kegiatan dan
diberikan dalam bentuk persetujuan yang
dituangkan dalam bentuk surat/keputusan atau
pemenuhan persyaratan dan/atau Komitmen. 11. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
atau Online Single Submission yang selanjutnya
disingkat OSS adalah Perizinan Berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas
nama Menteri, pimpinan lembaga, Gubernur, atau
Bupati/Wali Kota kepada Pelaku Usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.
12. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu
Pemerintah Provinsi dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan usaha yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan,
pemanfaatan ruang, serta penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan. 13. Tata Cara adalah pedoman bagi organisasi dan
aparatur Pemerintah Provinsi yang berhubungan
secara langsung dengan publik eksternal maupun untuk penunjang penyelenggaraan aktivitas di
internal lingkungan Pemerintah Provinsi sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan. 14. Pemohon adalah permintaan yang diajukan oleh
perorangan atau badan usaha yang mengajukan
permintaan izin atau nonperizinan dalam rangka
melakukan usaha dan/atau kegiatan tertentu. 15. Rekomendasi Teknis adalah suatu naskah dinas
dari perangkat daerah teknis yang isinya
menganjurkan atau tidak menganjurkan suatu permohonan Perizinan.
16. Tim Teknis adalah kelompok kerja yang bertugas
melaksanakan pemeriksaan di lapangan, membuat analisa, kajian, dan rekomendasi sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing dalam rangka
proses penerbitan, penangguhan, penolakan, dan pembatalan.
Pasal 2
Ruang lingkup Peraturan Gubernur ini meliputi :
a. Perizinan; b. standar pelayanan Perizinan;
c. dasar hukum dan persyaratan;
d. sistem, mekanisme dan prosedur pelayanan; e. jangka waktu, biaya, dan produk;
f. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas;
g. kompetensi pelaksana; h. pengawasan internal;
i. pengaduan, saran, dan masukan;
j. jaminan pelayanan; dan
k. evaluasi kinerja pelayanan.
BAB II
PERIZINAN
Pasal 3
(1) Jenis Perizinan, meliputi:
a. Izin; dan
b. Nonperizinan. (2) Jenis Perizinan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Gubernur ini.
BAB III
STANDAR PELAYANAN PERIZINAN
Pasal 4
Dalam penyelenggaraan pelayanan Perizinan, DPMPTSP wajib menyusun, menetapkan, dan
menerapkan:
a. standar pelayanan; dan b. standar operasional prosedur.
Pasal 5
(1) Komponen standar pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a paling sedikit meliputi:
a. dasar hukum;
b. persyaratan;
c. sistem, mekanisme, dan prosedur; d. jangka waktu penyelesaian;
e. biaya/tarif;
f. produk pelayanan; g. sarana, prasarana, dan/atau fasilitas;
h. kompetensi pelaksana;
i. pengawasan internal; j. penanganan pengaduan, saran, dan masukan;
k. jumlah pelaksana;
l. jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan;
m. jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan
dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan risiko
keragu-raguan; dan
n. evaluasi kinerja pelaksana. (2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
Pasal 6
(1) Komponen standar operasional prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b
meliputi:
a. nomor standar operasional prosedur;
b. tanggal pembuatan; c. tanggal revisi;
d. tanggal pengesahan;
e. yang mengesahkan; f. nama standar operasional prosedur;
g. dasar hukum;
h. kualifikasi pelaksana; i. keterkaitan;
j. peralatan dan perlengkapan;
k. peringatan; l. pencatatan dan pendataan;
m. uraian prosedur;
n. pelaksana;
o. kelengkapan;
p. waktu; dan
q. output. (2) Standar operasional prosedur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
BAB IV
DASAR HUKUM DAN PERSYARATAN
Pasal 7
Setiap jenis Perizinan yang diterbitkan Gubernur
didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan yang
menempatkan jenis Perizinan sebagai materi kewenangan Gubernur.
Pasal 8
(1) Setiap permohonan Perizinan yang telah memenuhi
persyaratan diproses lebih lanjut dan diterbitkan
dalam bentuk dokumen Perizinan. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun oleh setiap Perangkat Daerah Teknis sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan dan dikoordinasikan dengan DPMPTSP.
(3) Hasil penyusunan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diserahkan oleh Perangkat Daerah Teknis kepada DPMPTSP untuk dilengkapi
dengan persyaratan administratif oleh DPMPTSP
dan diintegrasikan ke dalam sistem dan dokumen
standar pelayanan Perizinan. (4) Penambahan/pengurangan persyaratan sebagai
akibat dari perkembangan dan/atau perubahan
Peraturan Perundang-undangan dilakukan oleh DPMPTSP dan/atau disampaikan oleh Perangkat
Daerah Teknis kepada DPMPTSP untuk selanjutnya
diintegrasikan ke dalam sistem dan dokumen standar pelayanan Perizinan.
BAB V
SISTEM, MEKANISME, DAN PROSEDUR PELAYANAN
Bagian Kesatu Sistem Pelayanan Perizinan
Paragraf 1 Umum
Pasal 9
(1) Sistem pelayanan Perizinan, meliputi:
a. sistem pelayanan secara elektronik; dan b. sistem pelayanan nonelektronik.
(2) Sistem pelayanan secara elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, mencakup: a. sistem OSS; dan
b. sistem pelayanan Perizinan secara elektronik
lainnya.
(3) Sistem Pelayanan nonelektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan di
gedung pelayanan Perizinan DPMPTSP.
(4) Sistem OSS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilaksanakan melalui laman resmi OSS:
https://www.oss.go.id. (5) Sistem pelayanan perizinan secara elektronik
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilaksanakan melalui laman DPMPTSP:
https://www.dpmptsp.baliprov.go.id.
Paragraf 2
Sistem Pelayanan Secara Elektronik
Pasal 10
(1) Pelayanan secara elektronik lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a meliputi:
a. subsistem pelayanan informasi;
b. subsistem pelayanan Perizinan; dan c. subsistem pendukung.
(2) Subsistem pelayanan informasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a menyediakan jenis informasi paling sedikit terdiri atas:
a. panduan Perizinan;
b. direktori DPMPTSP;
c. data realisasi penerbitan Perizinan dan yang disediakan untuk publik;
d. jenis, persyaratan teknis, mekanisme
penelusuran posisi dokumen pada setiap proses, biaya retribusi, dan waktu pelayanan;
e. tata cara layanan pengaduan Perizinan;
f. Peraturan Perundang-undangan di bidang PMPTSP;
g. pelayanan informasi publik kepada
masyarakat; dan h. data referensi yang digunakan dalam pelayanan
Perizinan.
(3) Subsistem pelayanan Perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas sistem elektronik yang menyediakan layanan:
a. Perizinan sesuai tahapan paling sedikit meliputi:
1. menerima dan memverifikasi berkas permohonan;
2. memberikan tanda terima kepada pemohon;
3. menolak permohonan Perizinan yang tidak sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan;
4. memproses dan menerbitkan dokumen Perizinan; dan
5. menyerahkan dokumen Perizinan yang telah
selesai kepada pemohon.
b. integrasi dengan Perangkat Daerah Teknis
lainnya; c. penelusuran proses penerbitan Perizinan
(Online Tracking System); dan
d. penerbitan dokumen Perizinan dapat berwujud
lembar dokumen yang dibubuhi kode batang, QR Code atau dibubuhi tanda tangan nonelektronik
dan stempel basah, atau tanda tangan
elektronik. (4) Subsistem pendukung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c paling sedikit terdiri atas sistem
elektronik:
a. pengaturan administrasi jaringan elektronik; b. pengaturan administrasi basis data (database);
c. pengaturan keamanan informasi dan jaringan
elektronik; d. bantuan permasalahan aplikasi (help desk)
untuk petugas pelayanan;
e. pelayanan konsultasi; f. pelaporan perkembangan penerbitan izin;
g. catatan sistem (log system) elektronik;
h. jejak audit (audit trail) atas seluruh kegiatan
dalam pelayanan Perizinan dan Nonperizinan; i. cadangan (back up) sistem elektronik dan basis
data secara berkala; dan
j. pusat pemulihan bencana.
Pasal 11
(1) Pelayanan secara elektronik lainnya dapat diakses dengan menggunakan hak akses atau tanpa
menggunakan hak akses.
(2) Pelayanan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dapat diakses oleh pengguna tanpa
menggunakan hak akses.
(3) Pelayanan Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) dan Subsistem Pendukung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (4)
dapat diakses oleh pengguna dengan menggunakan hak akses.
(4) Hak akses sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan kepada pejabat yang berwenang, petugas
pelayanan dan pemohon Perizinan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Pemilik hak akses sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (4) wajib menjaga keamanan hak akses dan kerahasiaan kode akses yang dimilikinya.
(2) Penyalahgunaan dan/atau pemindahtanganan hak
akses oleh pihak lain menjadi tanggung jawab pemilik hak akses.
Pasal 13
(1) Tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum
dan akibat hukum yang sah selama memenuhi
persyaratan, meliputi:
a. data pembuatan tanda tangan elektronik terkait hanya kepada penandatangan;
b. data pembuatan tanda tangan elektronik pada
saat proses penandatanganan elektronik hanya berada dalam kuasa penandatangan;
c. segala perubahan terhadap tanda tangan
elektronik yang terjadi setelah waktu penandatanganan dapat diketahui;
d. segala perubahan terhadap informasi elektronik
yang terkait dengan tanda tangan elektronik tersebut setelah waktu penandatanganan dapat
diketahui;
e. terdapat cara tertentu yang dipakai untuk
mengidentifikasi siapa penandatangannya; dan f. terdapat cara tertentu untuk menunjukkan
bahwa penandatangan telah memberikan
persetujuan terhadap informasi elektronik yang terkait.
(2) Pemanfaatan tanda tangan elektronik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf d paling sedikit memenuhi persyaratan meliputi:
a. laman/website Pelayanan Secara Elektronik
(PSE) menggunakan sertifikat elektronik atau
Secure Socet Layer (SSL); b. penyelenggara dan pemohon wajib memiliki
sertifikat elektronik;
c. penerimaan permohonan dan persyaratan Perizinan dalam bentuk elektronik;
d. dokumen Izin dan Nonperizinan diterbitkan
dalam bentuk dokumen elektronik dengan format PDF (Portable Document Format);
e. seluruh proses penerbitan dokumen Izin dan
Nonperizinan melalui transaksi elektronik yang menggunakan tanda tangan elektronik;
f. tidak memberikan keterangan atau notifikasi
dalam bentuk kertas;
g. penyerahan dokumen Izin dan Nonperizinan secara elektronik; dan
h. arsip digital.
(3) Sertifikat elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan oleh penyelenggara
sertifikasi elektronik tersertifikasi sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (4) Sertifikat elektronik bagi pemohon layanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat
diperoleh pada loket khusus PTSP setempat. (5) Tanda tangan elektronik yang tersertifikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disebut tanda
tangan digital atau digital signature.
Pasal 14
(1) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) huruf d dan transaksi elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
huruf e yang dibubuhi tanda tangan digital memiliki kekuatan hukum yang sah.
(2) Proses pembubuhan tanda tangan digital pada
dokumen elektronik dan transaksi elektronik tidak dibatasi oleh tempat dan waktu penandatanganan.
(3) Pembubuhan tanda tangan digital sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) wajib menggunakan waktu yang mengacu pada waktu server (times stamp)
milik Penyelenggara Sertifikasi Elektronik.
Pasal 15
(1) Dokumen Izin dan Nonperizinan elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
huruf d dapat diverifikasi melalui laman PMPTSP
atau aplikasi yang dibuat khusus untuk melakukan verifikasi.
(2) Tanda tangan digital pada transaksi elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf e dapat diverifikasi melalui layanan otoritas
validasi (validation authority) pada penyelenggara
sertifikasi elektronik.
(3) Dokumen Izin dan Nonperizinan elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dibubuhi tanda tangan digital yang valid
merupakan dokumen otentik. (4) Hasil cetak dokumen Izin dan Nonperizinan
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menjadi salinan dari dokumen otentik.
Paragraf 3
Sistem Pelayanan Noneletronik
Pasal 16
(1) Sistem pelayanan Nonelektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf b
dilaksanakan dengan tahapan paling sedikit
meliputi: a. menerima dan memverifikasi berkas
permohonan;
b. memberikan tanda terima kepada pemohon; c. menolak permohonan Perizinan yang tidak
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan; d. memproses dan menerbitkan dokumen Perizinan;
e. memproses pencabutan dan pembatalan
dokumen Perizinan;
f. menyerahkan dokumen Perizinan yang telah selesai kepada pemohon; dan
g. mengarsipkan dokumen Perizinan.
(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, huruf b, dan huruf f, dilaksanakan oleh
pegawai yang ditugaskan pada kantor depan/front office.
(3) Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf g dilaksanakan oleh pegawai yang ditugaskan pada kantor
belakang/back office.
(4) Penyerahan dokumen Perizinan kepada pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
ditembuskan kepada perangkat daerah dan/atau
lembaga terkait sesuai keperluan.
Pasal 17
(1) Pelaksanaan pelayanan Perizinan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) mulai dari tahap
menerima dan memverifikasi berkas permohonan sampai dengan tahap penyerahan dokumen.
(2) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terpadu satu pintu. (3) Proses pelaksanaan pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk satu jenis
Perizinan tertentu atau paralel.
(4) Dalam hal proses penerbitan Perizinan perlu pemeriksaan teknis di lapangan dan/atau
rekomendasi, dilakukan oleh Perangkat Daerah
Teknis.
Bagian Kedua Mekanisme dan Prosedur Pelayanan
Pasal 18
Pelayanan Perizinan dilaksanakan sesuai mekanisme
umum pelayanan Perizinan dan standar operasional
prosedur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.
Pasal 19
DPMPTSP melayani proses Perizinan baru,
perpanjangan, perubahan, pencabutan, dan
penolakan.
Pasal 20
(1) Pelayanan Perizinan baru, dapat diproses secara :
a. elektronik; atau
b. nonelektronik.
(2) Dalam hal tidak ditentukan lain dalam ketentuan Peraturan Perundang-undangan, pengajuan
permohonan perpanjangan atau daftar ulang
dilakukan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum habis masa berlakunya.
(3) Dalam hal permohonan perpanjangan atau daftar
ulang yang tertera di dalam naskah Perizinan bertepatan dengan hari libur, perpanjangan atau
daftar ulang dilakukan pada hari kerja
berikutnya, setelah hari libur berakhir.
(4) Dalam hal permohonan perpanjangan Perizinan, dilakukan setelah habis masa berlakunya, dan
terdapat denda sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, DPMPTSP menetapkan denda sesuai dengan Peraturan Perundangan-undangan.
(5) Dalam hal terjadi kesalahan konsideran,
kesalahan redaksional, perubahan dasar penerbitan Perizinan, dan atau fakta baru
terhadap subyek atau obyek Perizinan dalam
naskah Perizinan, Pemegang Perizinan dapat mengajukan secara langsung perubahan Perizinan
ke DPMPTSP.
(6) Pencabutan Perizinan dilakukan atas dasar:
a. permintaan pemohon; dan b. adanya bukti pelanggaran berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(7) Pencabutan Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b, dilakukan oleh DPMPTSP
dengan ketentuan pencabutan Perizinan
berdasarkan hasil pertimbangan/rekomendasi teknis dari Perangkat Daerah Teknis terkait.
(8) Dalam hal menemukan terjadinya pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b, Kepala Perangkat Daerah Teknis dapat
mengusulkan pencabutan Perizinan kepada
Kepala DPMPTSP, sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan. (9) Permohonan Perizinan dapat ditolak karena :
a. hasil verifikasi dan validasi menyatakan bahwa
berkas permohonan yang dimintakan bukan urusan yang menjadi kewenangan dinas; dan
b. hasil pertimbangan teknis oleh tim teknis tidak
memenuhi persyaratan untuk diterbitkan Perizinan.
(10) Surat Penangguhan Perizinan disertai alasan
penangguhan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.
(11) Surat penolakan Perizinan disertai alasan
penolakan, sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan.
BAB VI
JANGKA WAKTU, BIAYA, DAN PRODUK
Bagian Kesatu
Jangka Waktu
Pasal 21
(1) Jangka waktu penyelesaian pelayanan Perizinan
ditentukan berdasarkan kebutuhan persyaratan
Perizinan dari setiap jenis Perizinan.
(2) Jangka waktu dari setiap jenis Perizinan dan
Nonperizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari peraturan
Gubernur ini.
Bagian Kedua
Biaya
Pasal 22
(1) Pelayanan Perizinan, mencakup:
a. pelayanan Perizinan berbayar; dan
b. pelayanan Perizinan tidak berbayar. (2) Pelayanan Perizinan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, mencakup:
a. Notifikasi Validasi Pembayaran Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA); b. Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI); dan
c. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).
(3) Sifat pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Standar
Pelayanan Perizinan DPMPTSP.
Bagian Ketiga
Produk Pelayanan
Pasal 23
(1) Wujud produk pelayanan Izin berupa dokumen Izin. (2) Wujud produk pelayanan Nonperizinan, berupa
dokumen rekomendasi.
BAB VII
SARANA, PRASARANA, DAN/ATAU FASILITAS
Pasal 24
(1) Pelayanan Perizinan merupakan pelayanan terpadu
satu pintu.
(2) Pelayanan Perizinan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib diselenggarakan pada tempat pelayanan Perizinan yang merupakan satu gedung
khusus yang diperuntukkan sebagai tempat
pelaksanaan pelayanan Perizinan. (3) Tempat pelayanan Perizinan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) terletak di DPMPTSP.
(4) Tempat pelayanan Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit dilengkapi dengan
sarana, prasarana dan/atau fasilitas yang
terdiri atas: a. fasilitas parkir;
b. lobi ruang tunggu pengguna pelayanan;
c. ruang penerima permohonan Perizinan;
d. ruang penilaian permohonan Perizinan;
e. ruang komputer atau ruang pengolahan dan
penyimpanan data pelayanan; f. ruang rapat koordinasi internal dan eksternal;
g. ruang pelayanan pengaduan;
h. ruang konsultasi pelayanan Perizinan;
i. fasilitas boga; j. toilet khusus untuk laki-laki dan toilet khusus
untuk perempuan;
k. fasilitas ibadah; l. ruang santai dan fasilitas hiburan;
m. sarana pemadam kebakaran;
n. jalur evakuasi keselamatan; o. fasilitas kontak dengan pusat pelayanan
kesehatan dan keamanan;
p. informasi pelayanan dalam bentuk tayangan
cetak dan atau online yang ditempatkan pada lobi ruang tunggu pelayanan yang mudah dan
leluasa dapat dilihat dan/atau diakses pengguna
pelayanan; q. petunjuk arah dan petunjuk fungsi setiap
komponen ruangan yang terletak pada ruang
tunggu pelayanan dan/atau gedung pelayanan Perizinan;
r. tempat sampah;
s. ruang laktasi; t. ruang arsip dan perpustakaan;
u. ruang bermain anak; dan
v. ruang tempat merokok.
(5) Sarana prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan Perizinan harus memperhatikan:
a. identitas gender;
b. penyedia fasilitas pelayanan Perizinan bagi pengguna pelayanan penyandang kekhususan
fisik dan usia, serta standar minimum
kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. (6) Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas pelayanan
Perizinan harus memenuhi syarat ketersediaan
(availability) dan kelayakan (comtability) yang diukur berdasarkan kesebandingan antara
ketersediaan jumlah sarana, prasarana, dan/atau
fasilitas dengan jumlah dan ragam pengguna
layanan.
BAB VIII
KOMPETENSI PELAKSANA
Pasal 25
(1) Kompetensi pelayanan Perizinan dan Nonperizinan,
mencakup:
a. pelayanan administrasi Perizinan; dan b. pelayanan aspek teknis Perizinan.
(2) Pelayanan administrasi Perizinan dan Nonperizinan
dilaksanakan oleh DPMPTSP.
(3) Pelayanan aspek teknis Perizinan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Teknis.
(4) Dalam melaksanakan pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Perangkat Daerah Teknis bertugas melakukan pelayanan dalam bentuk:
a. memberikan pertimbangan teknis kepada
DPMPTSP;
b. melakukan pengawasan; dan c. melakukan evaluasi.
BAB IX
PENGAWASAN INTERNAL
Pasal 26
(1) Pengawasan pelayanan Perizinan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Provinsi yang mempunyai tugas
dan fungsi pengawasan.
(2) Hasil pengawasan direkam dalam catatan
pengawasan dan dikompilasi dalam dokumen pengawasan pelayanan Perizinan.
(3) Hasil pengawasan ditindaklanjuti sesuai dengan
temuan pengawasan. (4) Tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
bersifat segera dan selesai.
BAB X
PENGADUAN, SARAN, DAN MASUKAN
Pasal 27
(1) Pengguna pelayanan Perizinan dapat
menyampaikan pengaduan, saran, dan masukan. (2) Pengaduan, saran, dan masukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan secara
elektronik dan/atau nonelektronik. (3) Pengaduan, saran, dan masukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kepala
DPMPTSP dan ditangani oleh bidang pengaduan, kebijakan dan pelaporan layanan.
(4) Materi pengaduan, saran, dan masukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam hal bersifat administratif ditangani oleh DPMPTSP.
(5) Materi pengaduan, saran, dan masukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam hal
bersifat teknis dikomunikasikan dan/atau dikoordinasikan oleh DPMPTSP kepada dan/atau
dengan Perangkat Daerah Teknis.
(6) Pengkomunikasian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) bersifat amat segera.
(7) Pengaduan, saran, dan masukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dalam hal memerlukan tindak lanjut, dilaksanakan dalam sifat amat
segera.
(8) Setiap pengaduan, saran dan masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tindak
lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dicatat
dalam dokumen pengaduan, saran, masukan, dan
tindak lanjut.
(9) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
paling sedikit memuat: a. materi pengaduan, masukan, dan saran;
b. tanggal penerimaan pengaduan, masukan dan
saran; dan
c. status pengaduan, masukan, dan saran, perlu/tidak perlu tindak lanjut.
BAB XI
JAMINAN PELAYANAN
Pasal 28
(1) DPMPTSP menjamin kepastian dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan Perizinan dengan standar
pelayanan Perizinan.
(2) Jaminan kepastian dan kesesuaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meningkatkan pengawasan pelayanan Perizinan,
serta penanganan pengaduan, masukan, dan saran.
Pasal 29
(1) DPMPTSP memberikan jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen
untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya,
dan risiko keragu-raguan. (2) Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipenuhi dengan cara memenuhi standar minimum
sarana, prasarana dan/atau fasilitas pelayanan.
BAB XII
EVALUASI KINERJA PELAYANAN
Pasal 30
(1) DPMPTSP melaksanakan monitoring dan evaluasi
kinerja pelayanan Perizinan.
(2) Monitoring dan evaluasi pelayanan Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:
a. evaluasi pelayanan administratif; dan
b. evaluasi pelayanan teknis;
(3) DPMPTSP mengkoordinasikan tugas monitoring dan evaluasi pelayanan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dengan Perangkat Daerah
Teknis. (4) Evaluasi pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan melalui monitoring dan
evaluasi: a. internal; dan
b. eksternal.
(5) Monitoring dan evaluasi internal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dilaksanakan pada
DPMPTSP dan Perangkat Daerah Teknis.
Diundangkan di Denpasar
pada tanggal 31 Desember 2019 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI,
ttd
DEWA MADE INDRA
BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2019 NOMOR 66
(6) Monitoring dan evaluasi eksternal sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf b dilaksanakan melalui pengukuran indeks kepuasan pengguna pelayanan Perizinan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 31
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, a. Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2018
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2018
Nomor 33); dan b. Peraturan Gubernur Nomor 45 Tahun 2018
tentang Tata Cara/Prosedur Penerbitan
Perizinan dan Nonperizinan Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Bali (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2018 Nomor 45),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 32
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali.
Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 31 Desember 2019
GUBERNUR BALI,
ttd
WAYAN KOSTER
top related