richards arends ppt oleh sutrisno, s,kom s=smkn2 kalianda

Post on 05-Jul-2015

137 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

OLEH :

SUTRISNO, S.Kom

Mahasiswa Program Megister Teknologi

Pendidikan,

Universitas Lampung

Tahun 2013

Prespektif Tentang Manajemen Kelas

Pekerjaan terbesar guru adalah mengembangkan komunitas belajar demokratis yang semua siswanya dihargai, saling menghormati satu sama lain, dan termotivasi untuk bekerja bersama – sama. Manajemen kelas yang baik membutuhkan guru yang mampu menciptakan hubungan autentik dengan siswa dan mengembangkan etika kepedulian.

Ada dua ide lain yang dapat memberikan prespektif

tambahan tentang manajemen kelas

1. Manajemen kelas barangkali merupakan

tantangan terpenting yang dihadapi para guru

pemula

2. Manajemen kelas dan pengajaran saling terkait

erat.

1. Reinforcement Theory ( Teori Penguatan )

Teori penguatan menekankan tentang sentralisasi

kejadian eksternal dalam mengarahkan perilaku dan

pentingnya penguat positif dan negatif ( Skiner,

1956 ).

2. Ekologi Kelas dan Proses Kelompok

Prespektif ini mengkaji bagaimana kerjasama dan

keterlibatan siswa diperoleh sehingga kegiatan –

kegiatan belajar yang penting dapat diselesaikan

3. Tradisi Child – Centered

Perilaku buruk merupakan akibat instruksi yang berusaha menekan siswa, sekalipun hal itu dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri atau untuk kebaikan masyarakat atau akibat situasi pengendalian kita terhadap perilaku dan berusaha membuat siswa melakukan yang kita inginkan dan bukan membantu mereka menjadi orang – orang yang canggih secara moral, yang memikirkan tentang dirinya sendiri dan sekaligus peduli pada orang lain.

1. Manajemen Kelas Preventatif

Banyak masalah yang terkait dengan

perilaku buruk siswa yang ditangani oleh guru

– guru efektif melalui pendekatan preventatif

dan membahas tentang berbagai tuntutan

manajemen yang terkait dengan pendekatan

pengajaran tertentu.

a). Menetapkan Aturan dan Prosedur

Aturan adalah pernyataan yang menyebutkan apa

yang diharapkan untuk dilakukan atau untuk tidak

dilakukan oleh siswa. Biasanya, aturan dibuat

secara tertulis, dimengerti dengan jelas oleh siswa,

dan dibuat minimum.

Prosedur adalah cara untuk menyelesaikan

pekerjaan atau kegiatan lainnya.

b). Gerakan Siswa

Pengelola kelas yang efektif merancang cara untuk

membuat gerakan yang dibutuhkan oleh siswa

berjalan lancar. Mereka mengorganisasikan prosedur

antrean dan distribusi yang efisien; Mereka

menetapkan aturan yang meminimalkan disrupsi

dan memastikan keselamatan.

c). Pembicaraan Siswa

Pengelola kelas yang efektif memiliki sejumlah

aturan yang jelas, yang mengatur kapan siswa

boleh berbicara. Kebanyakan guru

mempreskripsikan kapan bicara dilarang, kapan

bicara dengan dengan suara rendah diizinkan dan

disarankan, dan kapan boleh bebas berbicara.

d). Mengajarkan Aturan dan Prosedur

Pengelola kelas yang efektif pada umumnya hanya

menetapkan beberapa aturan dan prosedur saja,

mengajarkannya dengan cermat kepada siswa, dan

menjadikannya sesuatu yang rutin dengan

menggunakannya secara konsisten.

e). Menjaga Konsistensi

Pengelola kelas yang efektif konsisten dalam

menegakkan aturan dan menerapkan prosedur. Bila

tidak, aturan dan prosedur apa pun akan buyar

dengan cepat.

f). Mencegah Perilaku Menyimpang dengan

Smoothness dan Momentum

Meminimalkan perilaku disruptif dan

memperlambat pelajaran sulit dipelajari oleh guru

pemula, seperti banyak ketrampilan manajemen

efektif lainnya, karena begitu banyaknya aspek

manajemen yang bersifat situasional.

g). Memulai Pelajaran

Pengelola kelas yang efektif merencanakan dan melaksanakan prosedur yang membantu agar segala sesuatunya dapat dimulai dengan cepat dan pasti.

h). Transisi

Sistem cuing ( memberi isyarat ) dan signaling ( memberi signal ) digunakan oleh guru – guru efektif untuk mengelola periode transisi yang sulit. Cues digunakan oleh guru untuk memberi tanda kepada siswa bahwa mereka akan segera mengganti kegiatan atau tugas dan segera mempersiapkan diri.

i). Mengakhiri Pelajaran

Guru – guru efektif mengantisipasi potensi masalah manajemen yang terkait dengan akhir pelajaran dengan memasukkan prosedur – prosedur berikut :

Menyisakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan kegiatan penutup

Memberikan pekerjaan rumah lebih awal sehingga ketidakjelasan dapat diatasi sebelum menit akhir pelajaran

Menetapkan prosedur rutin untuk mengumpulkan

pekerjaan siswa, sehingga waktu pelajaran tidak

harus dikorbankan untuk kegiatan tersebut

Menetapkan prosedur alerting dan cuing untuk

menyiagakan siswa bahwa akhir pelajaran akan

segera tiba dan beberapa tugas tertentu perlu

diselesaikan sebelum mereka meninggalkan kelas

Mengajari siswa yang lebih tua bahwa kelas akan

dibubarkan oleh guru, bukan oleh bel sekolah

j). Mengembangkan Tanggung Jawab Siswa

Pedoman berikut yang diadaptasi dari rekomendasi Emmer, Evertson, dan Anderson ( 1980 ) dan Evertson, Emmer, dan Worsham ( 2002 ), seharusnya dimasukkan ke dalam rencana manajemen preventatif secara keseluruhan yang dibuat oleh guru :

Komunikasikan dengan jelas tugas – tugas dan prasyarat untuk menyelesaikannya.

Bagaimana cara kerja prosedur untuk memantau pekerjaan siswa

Konsisten dalam memeriksa pekerjaan yang telah selesai dikerjakan

Memberikan umpan balik yang tepat pada hasil pekerjaan siswa

a). Penyebab Perilaku Buruk

Para guru mungkin ingin memikirkan tentang

penyebab perilaku yang tidak semestinya

tetapi mereka seharusnya juga berhati – hati

untuk tidak menghabiskan terlalu banyak

waktu untuk menganalisis semacam ini

karena dua alasan :

1. Mengetahui penyebab perilaku buruk siswa,

meskipun membantu dalam menganalisis

masalahnya, belum tentu menyebabkan perubahan

apa pun pada perilaku itu.

2.Terlalu banyak menangani penyebab psikologis atau

sosiologis perilaku buruk, khususnya yang tidak

dapat dipengaruhi guru, dapat mengakibatkan

penerimaan dan / atau pengunduran diri.

b). Menangani Perilaku Buruk

Pendekatan umum yang direkomendasikan bagi

guru – guru pemula untuk menangani perilaku

disruptif adalah dengan tidak terlalu ngotot

mencari penyebabnya, tetapi memfokuskan pada

perilaku buruk itu sendiri dan mencari cara untuk

mengubahnya, paling tidak selama siswa yang

bersangkutan berada dalam kelas.

c). Overlappingness

Berarti mampu menengarai

siswa yang berbuat tidak

semestinya dan menanganinya

secara tidak mencolok sehingga

pelajarannya tidak terganggu.

d). Merespons “ Desist Incident” dengan Cepat

Prosedur yang direkomendasikan oleh Evertson dan

Emmer berkonsentrasi pada menghentikan perilaku

yang tidak semestinya dengan cepat dan

memastikan bahwa siswa paham mereka berbuat

salah. Model LEAST termasuk prosedur untuk

perilaku buruk ringan maupun masalah – masalah

yang cukup serius yang perlu di tangani dalam

waktu cukup lama.

e). Menggunakan Hadiah

Salah satu prinsip yang tidak dapat dipungkiri lagi

dalam psikologi adalah bila perilaku tertentu

diperkuat, perilaku itu cenderung akan diulangi;

sebaliknya perilaku yang tidak di perkuat cenderung

berkurang atau menghilang.Prinsip ini berlaku untuk

kelas dan memberikan cara kepada guru untuk

menangani perilaku siswa.

f). Pujian

Pujian adalah hadiah yang

paling mudah di berikan oleh

guru, akan tetapi pujian harus

digunakan dengan tepat agar

efektif.

g). Rewads dan Previleges

Guru juga dapat mendorong perilaku yang diinginkan melalui pemberian rewads dan previleges kepada siswa. Reward ( hadiah ) yang dapat diberikan oleh guru termasuk antara lain:

- Point untuk jenis pekerjaan atau perilaku

tertentu yang dapat menambah nilai siswa

- Simbol – simbol seperti bintang emas, happy

face, atau piagam penghargaan

- Piagam kehormatan khusus untuk prestasi

akademik dan perbuatan sosial

Privilege ( hak istimewa ) yang dapat diberikan

guru termasuk :

Dijadikan ketua kelas atau pembantu guru

Diberi waktu ekstra untuk istirahat

Diberi waktu khusus untuk mengerjakan proyek

individual khusus

Dibebaskan dari beberapa tugas wajib

Diberi waktu bebas untuk membaca

h). Hukuman dan Pinalti Koersif

Hukuman dan pinalti digunakan untuk menekan

pelanggaran aturan dan prosedur. Secara sosial,

hukuman dan pinalti guru yang dapat diterima pada

kenyataannya agak terbatas, termasuk :

Mengurangi point untuk perilaku buruk yang pada

gilirannya, akan mempengaruhi nilai siswa

Tidak memperbolehkan siswa untuk istirahat atau

melarang pulang sekolah setelah sekolah usai

Menghapus hak istimewa

Mengeluarkan siswa dari kelas atau mengirim siswa ke

konselor atau administrator

Program – program ini berasal dari teori atau

prespektif tertentu dan membutuhkan partisipasi di

tingkat sekolah. Para kreator program

mengembangkan materi untuk membantu guru

memahami cara penggunaan program tersebut.

Program – program tradisional yang didasarkan pada

teori penguatan :

a. Assertive Discipline

Asertif discipline adalah salah satu

pendekatan manajemen kelas yang

menekankan bahwa guru meminta

dengan tegas agar siswa berperilaku

baik dan merespons setiap

pelanggaran secara asertif.

b. Respons Asertif

Guru seharusnya merespons perilaku

buruk siswa dengan gaya asertif dan

bukan dengan merespons secara pasif

atau memusuhi.Gaya asertif

menuntut guru untuk benar – benar

jelas dalam mengungkapkan

harapannya dan merespons perilaku

buruk siswa dengan tegas dan penuh

percaya diri.

c. Konsekuensi

Menurut pendekatan Canter dan

Canter, konsekuensinya harus dibuat

sederhana dan dirancang sedemikian

rupa agar implimentasinya tidak akan

menyebabkan disrupsi berat terhadap

kegiatan instruksional yang sedang

berjalan.

d. Konsekuensi Logis Dreikurs

Dreikurs melihat konsekuensi logis terhadap

perilaku lebih dari sekedar sebagai hukuman yang

sewenang – wenang. Tujuan jangka panjang

pendekatan pendisiplinan ini adalah untuk

membuat siswa memahami alasan perilaku buruk

mereka dan menemukan cara untuk memuaskan

kebutuhan untuk merasa berguna dan kebutuhan

afiliasinya dengan cara yang dapat diterima secara

sosial.

Program – program manajemen kelas yang mendasarkan diri pada premis – premis yang berakar pada psikologi humanistik dan prinsip – prinsip mengajar dan belajar konstruktivis dan child-centered.

Glasser’s Classroom Meeting

Melaksanakan Classroom Meeting

Saran – saran untuk memulai dan melaksanakan Classroom Meeting

Perencanaan

Melaksanakan pertemuan

Sebagian besar ketrampilan siswa dan guru yang

dibutuhkan untuk kesuksesan pertemuan, antara

lain:

Membentuk iklim

Mengidentifikasi permasalahan

Menangani nilai – nilai

Mengidentifikasi berbagai alternatif rangkaian

tindakan

Membuat komitmen publik

Tindak lanjut dan asesmen

Pentingnya Asesmen dan Evaluasi :

a. Pentingnya Nilai bagi Orangtua Siswa

Orang tua sangat penduli pada nilai anaknya

karena mereka, melebihi anaknya, benar –

benar memahami fungsi penting penyortiran

yang terjadi di sekolah.

Kebanyakan orangtua masih ingat

penentuan kritis tentang hasil kerja mereka

dulu dan apa konsekuensinya .

b. Era Akuntabilitas

Kita yang hidup di era warga

masyarakat berharap guru dan

sekolah bertanggung jawab atas

pembelajaran siswa.

Asesmen biasanya merujuk pada seluruh rentang informasi yang dikumpulkan dan disintesiskan oleh guru tentang siswa – siswanya maupun tentang kelasnya. Informasi tentang siswa dapat diperoleh secara informal, misalnya melalui observasi dan pertukaran verbal. Informasi juga dapat diperoleh melalui cara – cara formal seperti PR, tes, dan laporan tertulis.

Informasi tentang kelas dan pengajaran guru juga dapat menjadi bagian asesmen.

Evaluasi biasanya mengacu pada proses membuat

keputusan ( judgment), menetapkan nilai (value),

atau memutuskan tentang worth (manfaat).

Evaluasi Formatif

Evaluasi ini dikumpulkan sebelum atau selama

pengajaran dan dimaksudkan untuk

menginformasikan kepada guru tentang

pengetahuan dan ketrampilan yang sebelumnya

sudah dimiliki siswa, untuk membantunya dalam

membuat perencanaan.

Evaluasi Sumatif

Evaluasi ini dirancang sedemikian rupa

sehingga judgment tentang

pencapaian/prestasi dapat dibuat.

Informasi yang diperoleh dari evaluasi

sumatif digunakan oleh guru untuk

menetapkan nilai dan untuk menjelaskan

tentang laporan yang dikirim kepada

siswa dan orang tuanya.

Para pakar pengukuran mengukur

reliabilitas dengan beberapa cara :

a). Test – retest Reliability

adalah ukuran yang menunjukkan

apakah sebuah tes mendapatkan hasil

yang konsisten untuk orang yang

menjalaninya lebih dari satu kali

selama kurun waktu tertentu.

b). Alternate – form Relability

Menunjukkan bahwa dua bentuk tes membawa

hasil – hasil yang konsisten untuk kelompok siswa

yang sama. Tipe reliabilitas ini terutama penting

bagi guru yang mengembangkan dua tes dengan

daftar tes yang serupa, namun, berbeda; tes yang

satu dapat diberikan kepada siswa-siswa yang absen

pada saat tes primernya diadministrasikan.

c). Split-half Reliability

Beberapa soal tes pada sebuah tes dibagi menjadi

dua , dan kinerja dari siswa dibandingkan untuk

masing – masing bagian. Bila perbandingannyamirip,

tes itu disebut memiliki reliabilitas tes-retes atau

konsisten internal baik. Tipe reliabilitas ini lebih

banyak digunakan oleh guru – guru yang merancang

tes untuk asesmen kelas.

a). Efek NilaiPenggunaan nilai dapat

meningkatkan prestasi siswa, tetapi pengaruhnya tetap kompleks. Kemenarikan tugas belajar itu secara intrinsik berdampak pada motivasi, demikian juga penghargaan yang ditempatkan oleh siswa sendiri terhadap nilai tersebut.

b). Efek Testing dan Umpan – Balik Pada

Motivasi dan Pembelajaran

Terlepas dari efek nilai pada pembelajaran siswa,

pada umumnya diketahui bahwa asesmen, bila

dilakukan secara efektif, meningkatkan keterlibatan

dan pembelajaran siswa. Beaulieu dan Utecht(1987)

menyimpulkan bahwa prestasi siswa pada ujian

akhir meningkat di kelas – kelas yang gurunya

memberikan kuis – kuis mingguan.

c). Efek Testing TerstandarPenggunaan tes-tes terstandar di sekolah

benar – benar meluas, dan orang-orang secara umum berpikir bahwa bila skor tesnya tinggi, bararti sekolah dan guru – guru efektif .Akan tetapi untuk berbagai alasan, efek tes – tes terstandar mungkin tidak selalu sepositif yang diyakini sebagaian orang. Salah satu alasannya adalah tes yang paling terstandar hanya mengukur rentang kemampuan yang terbatas, terutama tes-tes yang difokuskan pada tugas kuantitatif dan verbal.

a. Tes – tes Yang Mengacu Norma

Tes ini berupaya mengevaluasi kinerja siswa tertentu dengan membandingkannya dengan kinerja kelompok siswa lain pada tes yang sama.Kebanyakan tes mengacu norma menghasilkan dua macam skor raw score dan percentile rank .

Raw score ( skor kasar ) adalah jumlah daftar

dalam tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.

Percentile Rank ( peringkat persentil) adalah alat

statistik yang menunjukkan bagaimana kedudukan

seorang siswa dibandingkan siswa – siswa lain,

khususnya proporsi individu – individu yang memiliki

skor kasar yang sama atau lebih rendah untuk

bagain tes tertentu.

b. Criterion – referenced Test

( tes-tes yang mengacu kriterion )

Tes ini mengukur kinerja siswa dibandingkan

tingkat kinerja atau kriterion yang telah disepakati.

Secara umum, isi dan ketrampilan yang diukur pada

tes – tes yang mengacu kriterion jauh lebih spesifik

dibanding yang dikur pada tes – tes yang mengacu

norma.

Prinsip – Prinsip Umum

Grondlund (1991, 2005)

memberikan beberapa prinsip

yang dapat memandu guru pada

saat merancang istem asesmen

dan membuat tes sendiri :

a. Mengases Seluruh Tujuan Instruksional

Guru semestinya mengonstruksikan tesnya

sedemikian rupa sehingga dapat mengukur dengan

jelas tujuan belajar yang sudah mereka

komunikasikan kepada siswa dan materi yang telah

mereka bahas. Pendek kata tes itu seharusnya

selaras dengan tujuan instruksional guru.

b. Mencakup Seluruh Ranah KognitifSebuah tes yang baik tidak sepenuhnya

difokuskan salah satu tipe tujuan, misalnya ingatan faktual. Sebaliknya, ia mengukur sampel tujuan – tujuan pembelajaran secara representatif.

c. Menggunakan Soal – Soal Tes Yang TepatTes yang baik mencakup soal – soal yang

paling tepat untuk tujuan tertentu.

d. Menggunakan Tes Untuk Meningkatkan Pembelajaran

Dengan membahas hasil – hasil tes, guru memiliki kesempatan untuk mengajarkan kembali informasi penting yang mungkin belum diserap dengan baik oleh siswa.

Para guru efektif mengintegrasikan proses testing ke dalam program instruksionalnya untuk memandu dan meningkatkan pembelajaran siswa.

a. Merencanakan Tes

Rancangan tes adalah alat yang ditemukan

oleh para spesialis evaluasi untuk membantu

para guru dalam membuat keputusan dan

menentukan berapa banyak ruang yang

dialokasikan bagi jenis pengetahuan tertentu

dan untuk berbagai tingkat proses kognitif

siswa yang berbeda.

b. Menyusun Tes

Setelah guru memutuskan tipe

pengetahuan dan proses kognitif

mana yang dicakup pada tes

tertentu, langkah selanjutnya

adalah memutuskan tentang

format tes dan tipe soal yang

akan digunakan.

Soal – soal tes tradisional dapat dibagi menjadi dua

tipe :

1). Selected-response items, seperti soal pilihan

ganda dan benar salah, memungkinkan siswa untuk

memilih responsnya diantara alternatif – alternatif

yang tersedia.

2). Constructed-response items, seperti esai atau

jawaban pendek, mengharuskan siswa untuk

memberikan respons/jawabannya sendiri.

c. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan

– Pertanyaan Selected – Response Test

Contoh – contoh soal tes yaitu tes benar – salah,

menjodohkan, dan pilihan ganda. Keuntungan tipe soal -

soal tes ini kiranya cukup jelas. Mereka memungkinkan

cakupan yang lebih besar untuk beragam topik yang

sudah diajarkan guru, dan mereka dapat diberikan skor

dengan mudah dan obyektif. Kelemahannya tipe soal tes

ini adalah kadang – kadang sulit untuk menulis

pertanyaan yang mengukur ketrampilan dan proses

kognitif tingkat tinggi.

d. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan –Pertanyaan Constructed – Response Test

Guru menggunakan dua macam pertanyaan constructed-response tes :

i). Fill in the blanks ( mengisi titik – titik ) / jawaban

pendek

Tes ini lebih mudah untuk ditulis dan mampu

mengukur kemampuan siswa untuk mengingat

informasi. Trik untuk menulis pertanyaan fill in the blanks

adalah menghindari ambiguitas dan memastikan bahwa

pertanyaannya tidak memiliki lebih dari satu jawaban

yang benar.

ii). Esai

Banyak guru dan pakar tes setuju

bahwa tes / ujian esai merupakan cara

terbaik untuk menyadap proses berpikir

tingkat tinggi dan kreatifitas siswa.

Kelebihan yang lain yaitu tes ini tidak

begitu membutuhkan banyak waktu

untuk dikonstruksikan.

Beberapa pedoman yang berasal dari praktik – praktik para guru efektif dibawah ini perlu dipertimbangkan :

Temukan cara untuk mengatasi kecemasan tes

Organisasikan lingkungan belajar agar kondusif untuk menjalani tes

Menjelaskan rutinitas dan instruksi tes

Hindari kompetisi dan “time pressure” yang tidak semestinya

Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa

Memberikan dukungan yang tepat bagi siswa – siswa dengan kebutuhan khusus.

a. Performance Assesment ( Asesmen Kinerja

)

Menginginkan siswa untuk

mendemonstrasikan bahwa mereka dapat

mengerjakan tugas tertentu, seperti menulis

esai, melakukan eksperimen,

menginterpretasi solusi untuk suatu masalah,

atau menggambar sesuatu.

b. Authentic Assessment ( Asesmen

Autentik )

Asesmen ini membawa demonstrasi

selangkah lebih maju dan

menekankan pentingnya Penerapan

ketrampilan atau kemampuan yang

dimaksud dalam konteks situasi

kehidupan nyata.

Ikhtisar Tentang Pengajaran dengan Presentasi

Presentasi adalah model yang berpusat pada guru yang terdiri atas empat fase utama :

1. Aliran yang berjalan mulai dari usaha awal guru untuk mengklarifikasikan tujuan pelajaran

dan menyiapkan siswa untuk belajar

2. Presentasi sebuah advance organizer

3. Presentasi informasi baru

4. Memperkuat keterampilan berpikir mereka

Psikologi Kognitif Mengenai Belajar

Kerangaka acuannya penting bagi guru

karena memberikan jalan untuk

memikirkan tentang bagaimana pikiran

bekerja dan bagaimana pengetahuan

diperoleh, diorganisasikan, dan

dipresentasikan dalam sistem ingatan.

1. Tipe – Tipe Pengetahuan

Secara tradisional, para teoritisi belajar membedakan antara dua tipe utama pengetahuan

a. Declarative Konowledge

Adalah pengetahuan tentang sesuatu atau pengetahuan bahwa sesuatulah keadaan yang sebenarnya.

b. Procedural Knowledge

Adalah pengetahuan tentang how to do something ( bagaimana cara melakukan sesuatu )

2. Pemrosesan Informasi

Ingatan jangka pendek

adalahtempat dalam pikiran yang

kerja mentalnya dilakukan secara

sadar; sedangkan ingatan jangka

panjang adalah tempat dalam

ingatan yang informasinya disimpan,

siap untuk didapatkan kembali

bilamana dibutuhkan.

3. Representasi Pengetahuan

Prinsip – prinsip pengajaran tentang

mempresentasikan informasi yang tumbuh dari ide –

ide psikologi kognitif ini memiliki empat hal

penting bagi guru :

a. Untuk mengetahui bahwa pengetahuan

diorganisasikan dan distrukturisasikan di seputar

proposisi – proposisi dasar dan ide – ide pemersatu.

b. Kemampuan siswa untuk mempelajari ide – ide

baru bergantung pada pengetahuan mereka

sebelumnya dan struktur kognitif yang sudah ada

c. Tugas utama guru dalam membantu siswa untuk

memperoleh pengetahuan adalah :

Mengorganisasikan bahan – bahan belajar dengan

pemikiran yang mendalam dan dengan mahir

Memberikan advance organizer kepada siswa yang

akan membantu mengaktifkan, mengaitkan, dan

mengintegrasikan pembelajaran baru

Memberikan isyarat / petunjuk kepada siswa untuk

membantu mereka dalam mengambil informasi dari

ingatan jangka panjang untuk dipindahkan ke

ingatan jangka pendek

d. Ingat bahwa struktur kognitif

berubah akibat adanya informasi

baru dan oleh karenanya menjadi

dasar untuk mengembangkan struktur

– struktur kognitif baru

1. Pengetahuan Sebelumnya, Establishing, dan Memberikan Cues

Salah satu prosedur pengajaran penting untuk membantu siswa mengunakan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya adalah induksi, atau di istilahkan dengan establishing set yaitu sebuah teknik yang digunakan guru pada awal presentasi untuk menyiapkan siswa untuk belajar dan untuk membangun hubungan komunikatif antara pelajar dan informasi yang akan dipresentasikan.

2. Menggunakan Advance Organizers

Kegunaan advance organizer

sebagai sarana untuk membantu

membuat informasi bermakna bagi

siswa; terdiri atas pernyataan –

pernyataan yang dibuat guru tepat

sebelum presentasi aktual berbagai

materi belajar.

3. Kejelasan Guru

Variabel lain yang terkait dengan presentasi

informasiyang ditemukan memengaruhi pembelajaran

siswa adalah kejelasan guru. Guru perlu mengambil

beberapa langkah sebelum mempresentasikan informasi

kepada siswa-siswanya :

a. Memastikan bahwa isinya dimengerti sepenuhnya

b. Melatih dan menghafalkan ide – ide kunci dalam

ingatan sebelum memberikan presentasi

c. Mengikuti dengan seksama catatan tertulis yang

telah disiapkan

4. Antusiasme Guru

Hal ini adalah konsep yang menarik karena dua

alasan :

Antusiasme sering dikacaukan pengertiannya

dengan theatrics dan distraksi yang terkait

dengannya

Penelitian tentang hubungan antara antusiasme

guru dan pembelajaran siswa masih campur aduk

5. Efek Antusiasme

Saat ini kita seharusnya menyadari bahwa

antusiasme itu penting dan tampaknya membuat

perbedaan dalam siswa terhadap presentasi. Akan

tetapi, bagaimana persisnya sifat antusiasme dan

seberapa banyak seharusnya digunakan, sampai saat

ini masih belum diketahui dengan jelas.

Pengguanaan yang efektif

membutuhkan pelaksanaan secara

mahir berbagai keputusan dan

perilaku selama fase pra

instruksional, fase interaktif, dan

fase pasca instruksional dalam

pengajaran.

Membuat keputusan tentang

apa isi yang akan dimasukkan ke

dalam sebuah presentasi dan

bagaimana mengorganisasikan

isinya agar logis dan bermakna

bagi siswa membutuhkan

persiapan ekstensif oleh guru.

Ada empat tugas perencanaan terpenting yang harus dilakukan :

1. Memilih Tujuan dan Isi

Tujuan untuk pelajaran presentasi terutama adalah tujuan – tujuan yang dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan deklaratif. Mengajar lebih dari sekedar berbicara, pelajaran presentasi yang baik membutuhkan persiapan ekstensif.

Akan tetapi, banyaknya pengetahuan di bidang apapun dapat dikatakan tidak ada habisnya, dan beberapa prinsip dapat membantu para guru ketika merencanakan sebuah presentasi atau serangkaian presentasi tertentu.

2. Mendiagnosis Pengetahuan Yang Sebelumnya

Telah Dimiliki Siswa

Informasi yang diberikan dalam sebuah presentasi

didasarkan pada estimasi guru tentang struktur

kognitif yang sudah ada dan pengetahuan yang

sebelumnya sudah dimiliki tentang subyek

tertentu.

Agar materi baru bermakna bagi siswa, guru harus

menemukan cara untuk mengaitkannya dengan

sesuatu yang sudah diketahui oleh siswa.

3. Memilih Advance Organizers

Advance Organizer membantu siswa untuk melihat

“gambar besar” dari berbagai hal yang

dipresentasikan. Sebuah advance organizer yang

baik berisi materi – mater yang sudah dikenal

dengan baik oleh siswa dan dirancang untuk

mengaitkan dengan pengetahuan yang sebelumnya

sudah dimiliki siswa.

4. Merencanakan Penggunaan Waktu dan Ruang

Merencanakan dan mengelola waktu dan ruang

sangat penting bagi presentasi yang efektif.Ada dua

hal yang seharusnya paling diperhatikan oleh guru :

memastikan bahwa waktu yang dialokasikan pas

dengan kemampuan dan sikap siswa di kelas, dan

memotivasi siswa agar mereka tetap memerhatikan

dan on-task selama pelajaran.

a. Menyiapkan Penggunaan Gambar dan

Ilustrasi

Gambar dan ilustrasi dapat menjelaskan

berbagai konsep yang tidak dapat dijelaskan

dengan kata – kata, khususnya bagi anak –

anak yang masih belia atau siswa – siswa yang

abstraksinya kurang baik

b. Menggunakan Beragam Cues (

isyarat ) dan Contoh

Penggunaan isyarat dan contoh

adalah salah satu cara yang dapat

digunakan guru untuk membantu

siswa menghubungkan informasi baru

itu dengan apa yang sudah mereka

ketahui.

c. Sedikit Banyak Konkret

Siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih tinggi

dapat berpikir lebih abstrak dibanding siswa yang

lebih muda dan berprestasi lebih rendah. Bila

keduanya ada di kelas yang sama, penting bagi guru

untuk menjelaskan berbagai ide secara konkret dan

secara abstrak untuk memenuhi kebutuhan siswa –

siswa yang memiliki tingkat perkembangan

intelektual yang berbeda.

Melaksanakan Pelajaran Presentasi

Sintaksis pelajaran presentasi terdiri atas empat

fase dasar :

1. Mengklarifikasikan tujuan pelajaran dan

menyiapkan siswa untuk belajar

2. Mempresentasikan advance organizer-nya

3. Mempresentasikan informasi baru yang di maksud

4. Memantau dan memeriksa pemahaman siswa serta

memperluas dan memperkuat keterampilan

berpikir mereka.

Ketrampilan kognitif maupun fisik

adalah fondasi yang dibangun pembelajaran

tingkat tingginya (termasuk Learning to

Learn, belajar mengajar). Sebelum siswa

dapat menemukan berbagai konsep yang

kuat, berpikir kritis, mengatasi masalah,

atau menulis secara kreatif, mereka mula-

mula harus mendapatkan berbagai

keterampilan dan informasi dasar.

Pengajaran langsung dapat dideskripsikan dalam

kait­annya dengan tiga fitur: (1) tipe hasil belajar

yang dihasilkannya; (2) sintaksis atau aliran

kegiatan instruksionalnya secara keseluruhan; dan

(3) lingkungan belajarnya. Secara singkat,

pengajaran langsung dirancang untuk meningkatkan

penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan

prosedural) dan pengetahuan faktual yang dapat

diajarkan secara langkah demi langkah.

Beberapa aspek model ini diambil dari pro­sedur-

prosedur pelatihan yang dikembangkan dalam lingkup

industri dan militer. Barak Rosenshine dan Robert

Stevens (1986), melaporkan bahwa mereka menemukan

sebuah buku yang berjudul How to Instruct yang

diterbitkan pada 1945 telah memasuk­kan banyak ide

yang terkait dengan pengajaran langsung. Ada tiga

tradisi teoretis yang menjadi da­sar pemikiran untuk

penggunaan pengajaran langsung kontemporer, yakni:

behaviorisme, teori belajar sosial, dan penelitian

tentang efektivitas guru.

Hasil – hasil dari perbandingan – perbandingan

yang ada, Good dan Grouws menyimpulkan bahwa

efektivitas guru sngat terkait dengan klaster-

klaster berikut :

Pengajaran seluruh kelas.

Secara umum, pengajaran seluruh kelas ( bila

dibandingkan kelompok kecil ) didukung oleh studi

ini terutama bila guru memiliki kapabilitas tertentu

seperti kemampuan untuk menyatukan hal-hal yang

cerai – berai.

Kejelasan pengajaran dan

presentasi.

Guru efektif mengintroduksikan

pelajaran dengan maksud yang jelas

dan menerangkan materi-materi

belajar dengan lebih jelas.

Ekspektasi kinerja yang tinggi

Guru-guru efektif mengomunikasikan ekspektasi

kinerja yang lebih tinggi terhadap siswa – siswanya,

memberikan lebih banyak tugas, dan menyelesaikan

kurikulum dengan lebih cepat dibandingkan dengan

guru-guru yang tidak efektif.

Lingkungan belajar yang berorentasi tugas

tetapi produktif

Guru-guru efektif memiliki masalah manajerial

yang lebih sedikit dibanding guru-guru yang tidak

efektif.

Kelas lebih difokuskan pada tugas dan ditandai

oleh pengajaran yang berjalan lancar, relatif bebas

disrupsi.

Perilaku yang diprakarsai siswa

Siswa-siswa di kelas efektif lebih banyak

memprakarsai interaksi dengan guru-guru,

dibanding guru-guru tidak efektif memprakarsai

interaksi antara guru dengan siswa.

Memproses umpan balik ( pengetahuan tentang

hasil ).

Guru-guru efektif memberitahukan hasil kerja

siswa. Memberikan umpan balik tentang proses atau

perkembangan, khususnya selama tugas siswa di

kelas, dan umpan balik ini bersifat segera dan

nonevaluatif.

Memuji.

Guru-guru efektif secara konsisten memberikan

lebih sedikit pujian dibanding guru-guru yang tidak

efektif.

1. Merencanakan Pengajaran Langsung

Model pengajaran langsung dirancang

secara spesifik untuk meningkat­kan

pembelajaran pengetahuan faktual yang

terstruk­tur dengan baik, yang dapat

diajarkan secara langkah­ demi-langkah dan

dimaksudkan untuk membantu sis­wa

menguasai pengetahuan prosedural yang

dibutuh­kan untuk melakukan berbagai

keterampilan sederha­na maupun

kompleks.

a). Menyiapkan Tujuan.

Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran dengan

model pengajaran langsung, dengan pendekatan

yang lebih disukai. Tujuan yang baik seharusnya

berbasis siswa dan spesifik, menyebutkan situasi

testing-nya, dan mengidentifikasi tingkat kinerja

yang diharapkan.

b). Melaksanakan Analisis Tugas.

Task analysis (analisis tugas) adalah sesuatu yang

tingkat kesulitan dan kekompleksannya tidak masuk

akal, meskipun pada kenyataannya analisis tugas

adalah sebuah proses yang agak mudah dan

sederhana, khususnya bagi guru-guru yang

mengetahui subjeknya dengan baik.

c). Merencanakan waktu dan Ruang

Merancang dan mengelola waktu

sangat penting bagi pelajaran dengan

model pengajaran. Guru harus

memastikan bahwa waktunya cukup,

dengan kecerdasan siswa di kelas,

dan siswa termotivasi untuk tetap

terlibat sepanjang pelajaran.

2. Melaksanakan Pelajaran dengan Model

Pengajaran Langsung

Model pengajaran secara langsung memiliki lima fase ( langkah esensial ) yaitu :

1). Mengklarifikasikan Tujuan.

2). Mendemonstrasikan pengetahuan.

3). Memberikan praktek dengan bimbingan.

4). Memeriksa pemahaman siswa dan

memberikan umpan balik.

5). Memberikan praktek dan transfer yang

diperluas.

Prinsip – prinsip yang dapat menuntun guru

memberikan kesempatan untuk praktek kepada

siswa seperti di bawah :

a). Berikan Praktek yang pendek dan

bermakna

b). Berikan Praktek untuk meningkatkan

Overlearning

c). Memerhatikan Tahap-tahap Awal Praktek

d). Memeriksa Pemahaman dan Memberikan

Umpan Balik

Umpan balik yang spesifik, "students will not learn

to write well by writing, read well by reading, or

run well by running."

Pedoman 1 : Berikan Umpan Balik Segera Mungkin

setelah Praktek.

Pedoman 2 : Memberikan Umpan Balik yang

Spesifik.

Pedoman 3 : Berkonsentrasi pada Perilaku, bukan

Niat.

Pedoman 4 : Pastikan Umpan Balik sesuai dengan

Perkembengan Siswa

Pedoman 5 : Menekankan Pujian dan Memberikan

Umpan Balik pada Kinerja yang Benar.

Pedoman 6 : Ketika Memberikan Umpan Balik

Negatif, Tunjukkan Tata Cara yang benar untuk

Melakukannya

Pedoman 7 : Ajari Siswa untuk Memberikan Umpan

Balik kepada Dirinya Sendiri dan untuk Menilai

Kinerjanya Sendiri.

Praktek independen dapat dilakukan melalui : seatwork ( tugas di kelas ) dan homework ( tugasdi rumah ).

Pedoman untuk Seatwork :

1. Berikan seatwork yang menaik dan menyenangkan

2. Pastikan siswa memahami tuntutan seatwork

3. Buatlah seatwork yang mengikuti pelajaranlangsung

4. Miliki prosedur yang jelas tentang apa yang harusdilakukan siswa bila menemui jalan buntu.

Pedoman yang disarankan untuk memberikan homework :

1. Berikan tugas yang menarik dan secara potensialmenyenangkan dan pastikan bahwa siswa memahamitugasnya.

2. Berikan PR yang cukup menantang dan dapat disele­saikandengan baik.

3. Gunakan tugas-tugas PR dengan cukup sering dan tidakterlalu besar (banyak) dan bukan lebih jarang tetapi berupatugas-tugas besar (berat). Pedoman ini tentunya dipengaruhioleh sifat bidang studinya dan umur siswa.

4. Bualah aturan yang jelas untuk pengerjaan PR.

5. Beri tahukan kepada orang tua tentang tingkat keterlibatanyang diharapkan.

6. Berikan umpan balik dan nilai pada PR segera mungkin.

1. Buat Variasi pada Struktur Pelajaran.

Buat pelajaran terstruktur untuk siswa yang lebih

muda dan berprestasi rendah, buatlah agar

tujuannya spesifik; gunakan tingkat kecepatan

sedang dalam menyampaikan pengajaran.

Tingkatkan perluasan pengajaran keterampilan

dasar dan berikan kesempatan untuk eksplorasi bagi

siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi tinggi.

2. Buat Variasi pada Presentasi dan Demonstrasi

Garis bawahi ide-ide atau prosedur pokoknya di

papan tulis, overhead projector, untuk siswa-siswa

yang lebih muda atau berprestasi lebih rendah.

Batasi presentasi­nya pada beberapa poin atau ide

saja, buat agar presentasinya ringkas dan tidak

berkepanjangan.

Perluas ke luar ide dan keterampilan dasar untuk

siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih

tinggi.

3. Buat Variasi pada Sifat Interaksinya

Dasarkan pengajarannya pada pengetahuan yang

sebelumnya sudah dimiliki siswa. Mengajarkan apa

yang sudah diketahui akan membuat siswa bosan;

mengajarkan ide atau keterampilan tanpa

pengetahuan yang cukup tidak akan ada artinya.

Memberi perhatian pada perbedaan kultural di

antara kelompok-kelompok rasial atau etnik da­lam

kaitannya dengan kemauan untuk berinter­aksi di

depan orang lain; hat yang sama juga ber­laku

untuk gender.

4. Buat Variasi pada Sifat Dorongan dan Dukungan

Berikan dorongan dlan dukungan terus-menerus

kepada siswa-siswa yang berprestasi rendah atau

tidak mandiri. Semakin sedikit yang diketahui siswa,

semakin banyak dukungan instruksional yang

mereka butuhkan.

Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang

berprestasi lebih tinggi dan lebih mandiri untuk

memahami sendiri berbagai hal.

5. Buat Variasi pada Penggunaan Praktik,

Seatwork, dan PR

Pastikan bahwa latihan praktiknya dipahami

de­ngan baik dan berikan seatwork dan PR singkat

untuk siswa-siswa berprestasi rendah.

Batasi seatwork dan buat PR-nya menantang bagi

mereka yang berprestasi lebih tinggi dan lebih

mandiri.

Mengelola Lingkungan Belajar

Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola

lingkung­an belajar selama pelajaran dengan model

pengajaran langsung hampir identik dengan yang

digunakan guru ketika menerapkan model

presentasi. Dalam pengajar­an langsung, guru

menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan

sangat ketat, mempertahankan fo­kus akademis,

dan berharap siswa menjadi pengamat, pendengar,

dan partisipan yang tekun.

Assesmen dan Evaluasi

Pentingnya mencocokkan strategi testing dan

evaluasi dengan sasaran relevan tidaknya antara

tujuan dengan harapan. Model pengajaran langsung

digunakan paling tepat untuk mengajarkan

ketrampilan dan pengetahuan.

Sebuah Pemikiran Akhir : MempertimbangkanPenggunaan Pengajaran Langsung

Model ini berpusat pada guru dan terlalu menekankanteacher talk. Kebanyakan pengamat mengatakan bahwateacher talk mengguna­kan antara setengah sampai tigaperempat dari setiap periode pengajaran di kelas, danmenurut Cuban (1982, 1993). Model ini mau tak maumendukung pandangan bahwa siswa adalah bejanakosong yang akan diisi dengan informasi yang disegmentasikan dengan cermat dan bukan pelajar aktifdengan kebutuhan untuk mendapatkan informasi danmengonstruksikan pengetahuan sendiri ( Marshall. 1992 ).

Ikhtisar tentang Pengajaran Konsep

Menggabungkan sesuatu yang konkret sepertibola dengan sebuah kualitas abstrak sepertibundar memungkinkan untuk mengidentifikasigolongan-golongan benda, kejadian, dan ideyang berbeda satu sama lain. Dengan berulangkali menyortir dan mengklasifikasikan bola-bola yang berbeda, pada akhimya ia mampumembentuk sebuah konsep abstrak untuk benda-benda yang serupa ini, yang memungkinkannyaberpikir tentang benda itu dan, akhirnya, berkomunikasi dengan orang lain tentangkonsep.

Banyak pendekatan pengajaran konsep, tetapi ada

dua pendekatan dasar yaitu :

1). Pendekatan direct presentat­ion (presentasi

langsung) dan 2). Pendekatan concept at­tainment

(pencapaian konsep). Sebuah konsep pengajaran

konsep pada dasarnya terdiri etas empat face atau

langkah utama: (1). Mempresentasikan tujuan dan

establishing set, (2.) Memberi masukan examples

(contoh) dan nonexamples (bukan-contoh), (3).

Menguji pencapaian konsep, dan (4).

Menganalisis proses berpikir siswa

1). Konsep-konsep itu sendiri dapat

ditempatkan ke dalam kategori-kategori.

Konsep – konsep, seperti objek, ide-ide dapat

dikategorisasikan dan diberi nama/label.

Konsep adalah alat yang digunakan untuk

mengorganisasikan pengetahuan dan

pengalaman ke dalam berbagai macam

kategori, konsep juga dapat dikategorikan

dan dinamai.

2). Konsep dipengaruhi oleh konteks sosial. Atribut-

atribut penting konsep konjungtif, misalnya segi

tiga sama sisi, berlaku tetap di semua konteks

sosial.

3). Konsep memiliki definisi dan label.

Semua konsep memiliki nama atau label dan

definisi yang lebih kurang tepat.

4). Konsep Memiliki Atribut-Atribut Kritis. Contoh :

Berbulu ( Atribut kritis ), warna bulu ( Atribut non

kritis )

5). Konsep memiliki atribut-atribut nonkritis.

Bruner (1966) mengidentifikasi tiga modes

(cara) belajar: (1) belajar dengan melakukan

(learning by doing), yang disebut enactive

mode, (2) belajar dengan membentuk

gambaran mental, yang disebut iconic mode,

dan (3) belajar melalui serangkaian simbol

atau repre­sentasi abstrak, yang disebut

symbolic mode.

Sebuah studi yang sangat menarik dan penting (

Novak dan Musonda, 1991 ) tentang belajar

konsep di bidang sains :

1). Permasalahan dan Pendekatan: Menggunakan

metode kualitatif dan kuantitatif, Novak dan

Musonda mengeksplorasi apakah siswa-siswa kelas

satu dan dua SD dapat diajari konsep-konsep sains

dasar dan, bila dapat apakah pembelajaran sains

awal itu menguatkan pemahaman mereka kelak.

2). Sampel dan Setting: Dari tahun 1971 sampai 1973

guru-guru di sebelas kelas satu dan dua SD, para

peneliti mengajarkan dua puluh delapan pelajaran

sains kepada 191 siswa.

3). Prosedur: Sebelum studi dilaksanakan, para

peneliti mengembangkan dua puluh delapan

pelajaran yang masing-masing dibangun sebuah

konsep sains dasar.

4). Hasil-hasil: Hasil-hasil studi yang dilaporkan di

sini terutama berasal dari data yang diambil peta-

peta konsepnya.

1). Memilih Konsep.

Kurikulum adalah sumber utama untuk

memilih konsep-konsep yang akan diajarkan.

Konsep-konsep itu mungkin terdapat dalam

textbooks, dan edisi yang digunakan guru

sering kali menjadi pedoman dalam memilih

konsep-konsep kunci yang akan diajarkan.

Contoh : benda-benda yang bergerak dapat

melakukan work (pekerjaan )

2). Memutuskan Pendekatan yang Akan Dipakai.

Ada dua ( 2 ) pendekatan yang akan di bahas

antara lain :

Pendekatan direct presentation ( presentasi

langsung ), menerapkan rule to example process

deduktif ( Tennyson et al, 1983 ) guru untuk

mendifinisikan sebuah konsep yang diikuti dengan

pemberian contoh dan bukan contoh.

Pendekatan concept attainment ( pencapaian

konsep ), di lain pihak, membalik sekuensi dan

menggunakan example to rule procss ( proses dari

contoh ke aturan ) Bruner, 1996. Guru mula-mula

memberikan contoh dan non contoh tentang suatu

konsep, dan siswa menemukan atau mencapai

konsep itu sendiri melalui proses penalaran

induktif.

3). Mendefinisikan Konsep.

Contoh: konsep pohon dapat didefinisikan sebagai “

tumbuhan yang hidup selama bertahun-tahun dan

memiliki sebuah batang tubuh tunggal dan berkayu

“. Konsep – konsep yang kompleks dari berbagai

subjek akademis perlu didefinisikan dan diajarkan

sesuai dengan umur siswa.

Ada tiga langkah dalam mendifinisikan konsep :

1. Identifikasi nama konsepnya

2. Buat daftar atribut-atribut kritis dan nonkritis

3. Tulis definisi ringkasnya

Contoh : Pulau, mendaftar semua atribut kritis

seperti daratan dan air, dan membrikan definisi

berikut : “ pulau adalah daratan yang lebih kecil

dibanding benua dan dikelilingi oleh air. “

4). Menganalisis Konsep.

Setelah sebuah konsep dipilih dan didefinisikan

dalam kaitannya dengan atribut-­atribut kritisnya,

konsep itu perlu dianalisis untuk mencari beberapa

contoh dan bukan-contohnya.

5). Memilih dan Mengurutkan Berbagai Contoh danBukan Contoh.

Secara umum, telah ditunjukkan bahwa contoh-contoh awal seharusnya cukup familier bagi kelasyang bersangkutan. Bila robin digunakan sebagaicontoh terbaik (paling fami­lier) untuk konsepburung, lebih mudah bagi siswa untuk membedakanburung-burung yang paling mirip dengan robin, misalnya kardinal, burung pipit, atau bluebird, daripada membedakannya dengan burung-­burunglain yang kurang mirip, seperti bebek, ayam, ataupenguin.

6). Menggunakan Gambar-Gambar Visual.

Menggunakan gambaran-gambaran visual

memengaruhi pembelajaran konsep dan mendukung

pepatah “ is picture is worth a thousand words. “

Alat bantu dan gambar – gambar visual diketahui

sangat memfasilitasi pemahaman siswa tentang

berbagai konsep yang kompleks.

7). Grafik organizers dan conceptual web

( jejaring konseptual ) adalah bentuk-bentuk

representasi visual lain yang dapat berguna. Alat-

alat ini dapat membantu menjelaskan atribut-

atribut kritis sebuah konsep dan membuat konsep

itu lebih kongkret bagi siswa.

Ada 4 langkah dalam mengkonstruksikan sebuah jaringuntuk konsep tertentu :

Langkah 1: Buat inti/pusatnya, yang menjadi fokus, jaringitu. Fokus jaring adalah nama konsep yang dimaksud.

Langkah 2: Konstruksikan strands (helai-helai) jaring­nya, ke luar dari intinya. Strands adalah atribut­atribut kritiskonsep itu.

Langkah 3: Gambarkan penopang-penopang strand, yang menghubungkan atribut-atribut kritis itu dengan konsepnya.

Langkah 4: Identifikasi pertaliannya, yang menunjukkanhubungan di antara berbagai atribut.

8). Merencanakan Waktu dan Ruang. Persyaratan

waktu bergantung pada tingkat dan kemampuan

mengajarkan konsep sampai yang akan dibutuhkan

untuk kognitif siswa dan kompleksitas konsep yang

diajarkan. Kesalahan yang lazim dibuat oleh guru

pemu­la adalah menetapkan estimasi yang terlalu

rendah yang dibutuhkan untuk mengajarkan konsep-

konsep, bahkan yang sederhana, sampai tuntas.

Empat fase pengajaran konsep :

Fase 1 : Mengklasifikasikan maksud dan

estabilishing set. Guru menjelaskan maksud

dan prosedur untuk pelajaran itu dan

menyiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2 : Memberi masukan contoh dan

bukan contoh. Guru menamai berbagai

konsep, mengidentifikasi atribut-atribut

kritis, dan memberi ilustrasi dengan contoh

dan bukan contoh.

Fase 3 : Menguji kecapaian. Guru

mempresentasikan contoh dan bukan contoh

tambahan untuk menguji pemahaman siswa

tentang konsep.

Fase 4 : Menganalisis proses berfikir dan

integrasi pembelajaran siswa. Guru

membawa siswa untuk memikirkan tentang

proses berfikirnya sendiri, dan

menghubungkan konsep itu dengan konsep-

konsep lain.

Direct presentation.

Dalam pendekatan, direct presentation (presentasi

langsung), aliran internal pelajaran ter­masuk

antara lain:

1. Menamai konsepnya dan memberikan definisi­nya.

2. Menidentifikasi atribut-atribut kritis dan memberi

contoh dan bukan contoh untuk konsep itu.

3.Menguji pemahaman konsep dengan meminta siswa

untuk memberikan contoh dan bukan-contoh.

Concept attainment. Dalam concept attainment (penca­paian konsep), siswa sudah memiliki pemahamanter­tentu tentang konsep .

Guru yang menggunakan pendekatan concept attainment akan meng­gunakan langkah-langkahsebagai berikut:

1.Berikan contoh-contoh kepada siswa, sebagianmerepresentasikan konsep yang dimaksud, sebagianlainnya tidak

2.Memaksa siswa untuk menghipotesiskan tentang atribut-atribut konsep itu dan mencatat alasan spekulasinya.

3. Bila siswa tampak sudah mengetahui konsepnya,

siswa menamai konsep itu dan mendiskripsipkan

proses yang mereka gunakan.

4. Guru memeriksa apakah siswa sudah mencapai

konsep itu dengan meminta mereka

mengidentifikasi contoh-contoh tambahan dengan

ya, atau tidak.

Concept attainment adalah proses induktif yang

membantu siswa dalam mengorganisasikan data

menurut konsep-konsep yang sudah dipelajari

sebelumnya berbeda dengan pendekatan direct

presentation, guru memberikan label dan definisi

setelah siswa terlibat dalam penemuan atribut-

atribut kritisnya.

Untuk pendekatan ini, guru efektif

menstrukturisasikan lingkungan belajarnya

dengan cukup ketat. Selama pelajaran

berjalan, mereka mengharapkan siswa untuk

memerhatikan baik-baik pelajarannya,

menjadi pengamat yang tekun dan

pendengar yang baik.

Untuk mencapai tingkat belajar konsep yang

lebih tinggi, siswa seharusnya mampu untuk :

1). Mendifinisikan konsep dan mengetahui

atribut-atribut kritisnya

2). Mengenali contoh dan bukan contoh

3). Mengevaluasi contoh dan bukan contoh

dalam kaitannya dengan atribut-atribut

kritisnya.

TERIMA KASIH

top related