review artikel agribisnis wortel
Post on 17-Feb-2016
82 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS
KAJIAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS WORTEL UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
SUTHOMADANSIH DI KAB. KARANGANYAR
REVIEW ARTIKEL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Agribisnis
yang diampu oleh Ibu Dwi Lestari, M.Si
Oleh :
Ani Novitasari 1301080
Fadhil Ibrahim 1304163
Nur Agni Alvina 1306829
Rida Ananda 1305574
Trimelia Regina 1304932
(Kelompok 9)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaiakan review artikel yang berjudul
“KAJIAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS WORTEL UNTUK
MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN
SUTHOMADANSIH DI KAB. KARANGANYAR ” sebagai salah satu tugas
Mata Kuliah Manajemen Agribisnis. Meskipun banyak hambatan yang dialami
dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil menyelesaikan review artikel
ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah
Manajemen Agribisnis yang telah membantu dan membimbing dalam
penyelesaian review artikel ini. Penulis pun mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan review artikel ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat dari
hasil review artikel ini. Karena itu penulis berharap semoga review artikel ini
dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun review artikel ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya review artikel ini. Kami berharap semoga
review artikel ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Bandung, September 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
D. Kegunaan..........................................................................................................3
BAB II IDENTITAS ARTIKEL DAN PEMBAHASAN........................................4
A. Judul..................................................................................................................4
B. Penulis...............................................................................................................4
C. Pembahasan.......................................................................................................4
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian
nasional. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian terhadap penyedia lapangan
kerja, penyedia pangan, penyumbang devisa negara melalui ekspor dan
sebagainya (Soekartawi, 1995).
Agribisnis merupakan semua aktivitas mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi, sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh
suatu usaha tani atau suatu agroindustri, yang terkait satu sama lain. Di dalam
pengembangan agribisnis sebagai suatu sistem tidaklah dapat dilakukan secara
parsial, namun harus dilakukan secara holistik. Hal ini mengisaratkan bahwa
berbagai pihak yang terlibat dalam pembangunan ekonomi nasional baik langsung
maupun tidak langsung harus melaksanakannya secara terpadu dan berkelanjutan
(Yasin, 2002).
Sistem agribisnis merupakan suatu gugusan industri (industrial cluster)
yang terdiri dari beberapa subsistem yaitu : (1) subsistem agribisnis hulu
(upstream agribusiness), yakni industri sarana produksi (industri benih, pupuk dan
pestisida, serta industri alsintan); (2) subsistem budidaya (on-farm agribusiness),
menghasilkan komoditas pertanian primer (farm product); (3) subsistem agribisnis
hilir (downstream agribusiness), yakni industry pengolahan baik manghasilkan
produk antara maupun menghasilkan produk akhir (final product); (4) subsistem
pemasaran, yaitu kegiatan distribusi dari sentra produksi ke sentra konsumsi; dan
(5) subsistem jasa penunjang (supporting system agribusiness), yaitu dukungan
sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif dengan pengembangan
agribisnis (Sudaryanto dan Pasandaran, 1993 dan Ditjehort, 2001 dalam Saptana,
et.al, 2004).
Tujuan pembangunan agribisnis adalah untuk meningkatkan daya saing
komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta
mengembangkan kemitraan usaha. Dengan visi mewujudkan kemampuan
1
berkompetisi merespon dinamika perubahan pasar dan pesaing, serta mampu ikut
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yasin, 2002).
Semakin berkurangnya lahan pertanian yang beralih menjadi kawasan
perumahan dan industri menyebabkan tenaga kerja produktif dari pedesaan beralih
pula ke kota, akibatnya produktivitas pertanian untuk kebutuhan dalam negeri pun
ikut menurun.
Kelembagaan agribisnis selama ini masih bersifat patronase dan belum
bersifat integrative, menyebabkan adanya eksploitasi antar pelaku agribisnis
dalam suatu jaringan agribisnis baik secara terselubung, legal maupun terbuka
juga sangat dimungkinkan terjadinya friksi antar kegiatan agribisnis.
Kecamatan Tawangmangu di Kabupaten Karanganyar merupakan salah
satu daerah produsen wortel dimana ada berbagai lembaga lokal pendukung yang
turut menentukan agribisnis tanaman wortel di daerah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengajukan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Kelembagaan peendukung agribisnis apa saja yang terdapat di sentra produksi
hasil pertanian di Kecamatan Tawangmangu?
2. Peran apa saja yang sudah dijalankan oleh kelembagaan pendukung agribisnis
wortel kecamatan Tawangmangu?
3. Apa saja kekurangan yang terdapat pada kinerja lembaga pendukung
agribisnis wortel kecamatan Tawangmangu?
4. Perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan
kinerja lembaga pendukung agribisnis wortel kecamatan Tawangmangu?
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan review artikel ini adalah
untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Kelembagaan peendukung agribisnis yang terdapat di sentra produksi hasil
pertanian di Kecamatan Tawangmangu.
2
2. Peran yang sudah dijalankan oleh kelembagaan pendukung agribisnis wortel
kecamatan Tawangmangu.
3. Kekurangan yang terdapat pada kinerja lembaga pendukung agribisnis wortel
kecamatan Tawangmangu.
4. Perbaikan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kekurangan kinerja
lembaga pendukung agribisnis wortel kecamatan Tawangmangu.
D. Kegunaan
Laporan review artikel ini diharapkan mampu menambah pengetahuan,
wawasan dan keilmuan penulis maupun pembaca mengenai pengembangan
kawasan agropolitan dan agribisnis produk hortikultura seperti wortel.
3
BAB II
IDENTITAS ARTIKEL DAN PEMBAHASAN
A. JudulArtikel yang penulis review ini berjudul “Kajian Kelembagaan Agribisnis
Wortel Untuk Mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan
Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar”.
B. PenulisArtikel ini dituliskan oleh : Sutarto, D. Padmaningrum, dan Agung Wibowo
Instasi : Jurusan PKP Fakultas Pertanian
Universitas Negeri Surakarta (UNS)
C. Pembahasan
1. Kelembagaan Pendukung Agribisnis Wortel yang Terdapat di Sentar
Produksi Hasil Pertanian Kecamatan Tawangmangu
Seperti yang kita ketahui, lembaga penunjang agribisnis itu ada 8 lembaga
diantaranya adalah pemerintah, lembaga pembiayaan, koperasi, lembaga
pendidikan formal dan non formal, lembaga penyuluhan pertanian lapangan,
leembaga riset serta lembaga penjamin dan penanggung resiko.
Berdasarkan artikel dalam Caraka Tani XXV No.1 Maret 2010 dengan
judul “Kajian Kelembagaan Agribisnis Wortel untuk Mendukung Pengembangan
Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kabupaten Karanganyar” lembaga
pendukung berkembangnya agribisnis wortel diantaranya adalah lembaga
pembiayaan, koperasi, lembaga penyuluhan pertanian dan tentunya lembaga
pemerintah.
2. Peran Kelembagaan Pendukung Agribisnis Wortel Kecamatan
Tawangmangu
Kelembagaan-kelembagaan pendukung agribisnis wortel di kecamatan
Tawangmangu memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Fungsi lembaga
pembiayaan yang dimaksudkan disini adalah sebagai penyedia investasi dan
modal bagi pelaku agribisnis wortel dari hulu sampai ke hilir. Lembaga
4
pembiayaan yang berperan diantaranya adalah lembaga keuangan mikro pedesaan,
pasar, lelang, asuransi, pegadaian, Bank Rakyat Indonesia, Koperasi Unit Desa,
Badan Kredit Kecamatan, Badan Perkreditan rakyat, Unit Pengelola Keuangan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat dan lain-lain.
Selain itu lembaga pembiayaan lain yang perlu dikembangkan adalah
kelembagaan asosiasi komoditas wortel yang memiliki fungsi promosi, advokasi
atau pembinaan dalam rangka pengembangan komoditas wortel itu sendiri.
Selain lembaga pembiayaan, lembaga lain yang turut berperan dalam
agribisnis wortel ini adalah koperasi. Fungsi koperasi disini adalah sebagai
penyalur input pertanian, pemasaran hasil pertanian wortel juga sebagai lembaga
peminjam modal, dimana koperasi ini dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan petani beserta keluarganya.
Lembaga penyuluhan pertanian yang berperan dalam agribisnis wortel di
Tawangmangu ini berperan memberikan jasa layanan dan informasi agribisnis
yang dilakukan melalui proses pendidikan non formal untuk petani dan
stakeholder agar kemampuan yang mereka miliki dapat berkembang secara
dinamis untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dengan adanya lembaga penyuluhan bagi petani ini dapat meningkatkan
kualitas para petani pun dengan kualitas wortelnya. Misalnya dengan adanya
berbagai penyuluhan mengenai budidaya tanaman organik, peteani wortel di
Tawangmangu dapat mengembangkan wortel organik dimana akan meningkatkan
harga pasaran, sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.
Lembaga terakhir yang berpengaruh dalam agribisnis wortel di
Tawangmangu adalah pemerintah. Fungsi pemerintah yaitu memegang wewenang
dalam menentukan regulasi dalam agribisnis. Dengan adanya regulasi dan
berbagai peraturan,system agribisnis dapat berjalan secara teratur dan tersistem
dengan baik. Sehingga tidak akan ada yang namanya monopoli atau system kartel.
Lembaga-lembaga tersebut sudah cukup menjalankan perannya dalam
agribisnis wortel di Tawangmangu. Terbukti dengan adanya beberapa koperasi
dan lembaga keuangan lainnya yang telah berkembang.
Selain itu sudah dilaksanakannya beberapa penyuluhan pertanian baik
untuk petani maupun stakeholder. Seperti penyuluhan tanaman organik dan bibit
5
varietas unggul. Hal tersebut dapat meningkatkan pengetahuan petani dan
stakeholder tersebut.
3. Kekurangan yang Terdapat pada Kinerja Lembaga Pendukung
Agribisnis Wortel Kecamatan Tawangmangu
Terdapat beberapa kekurangan yang timbul pada kinerja kelembagaan
pendukung agribisnis wortel kecamatan Tawangmangu yang diantaranya dialami
oleh stakeholders terhadap kinerja lembaga pengkreditan. Yang dialami oleh
stakeholders primer seperti petani dan kelompok tani, yaitu beberapa petani
pernah memanfaatkan Kredit Usaha Tani, namun setelah macet,
petani tersebut jarang memanfaatkan lembaga perkreditan karena birokrasi yang
rumit dan aksesnya yang jauh. Selain itu pula ada sebagian kecil dari petani yang
menggunakan lembaga perkreditan hanya untuk kepentingan pribadinya saja, dan
bukan untuk pengembangan usaha tani.
Adapun kekurangan yang nampak pada bagian stakeholders sekunder
seperti pedagang saprodi, pedagang wortel, dan penyuluh yaitu tanpa adanya
kredit pun kegiatan usahatani wortel sudah dapat berjalan, tetapi ada yang
menggunakan jasa lembaga kredit walaupun hanya sedikit presentasenya.
Sedangkan kekurangan yang timbul menurut pandangan stakeholders
tersier seperti pemerintah daerah dan kelembagaan lokal yaitu keberadaan
lembaga perkreditan yang dianggap tidak begitu penting karena tanpa
pengkreditan pun kegiatan usahatani wortel sudah dapat berjalan. Hal ini teratasi
dengan penggunaan modal pribadi dan juga lebih mudahnya dalam hal
pengelolaan.
Selain beberapa hal yang telah disebutkan, kekurangan kelembagaan yang
ada juga terlihat dari adanya pandangan stakeholders agribisnis wortel yang
menilai bahwa konsep agropolitan masih membingungkan, bahkan ada petani
yang tidak menaruh perhatian terkait dengan agropolitm. Konsep agropolitan yang
akan dijadikan sebagai agrowisata dan promosi terhadap produk lokal dinilai
belum optimal bahkan belum terlihat ada pemasaran produk-produk lokal.
Kondisi kios-kios yang ada yang seharusnya untuk pemasaran produk lokal malah
dijadikan untuk berjualan toko, helm, warung lain-lain dimana sama sekali tidak
6
ada hubungannya dengan pengembangan agropolitan, sehingga dirasa tidak sesuai
dengan konsep yang direncanakan sebagai kawasan agrowisata.
4. Perbaikan Terhadap Kekurangan Kinerja Lembaga Pendukung
Berdasarkan beberapa kekurangan yang telah dipaparkan di atas, upaya
perbaikan terhadap kekurangan kinerja lembaga pendukung dapat dilakukan pada
masing-masing stakeholders. Perbaikan yang dapat dilakukan pada kelompok
stakeholders primer antara lain realisasi program secara terencana, terjalinnya
hubungan kemitraan dengan pelaku-pelaku usaha wortel, keprofesionalan
koordinasi koperasi saprodi yang ada, serta adanya perhatian dari dinas terkait
dengan kemandirian kelompok tani.
Selain itu, perbaikan yang dapat diterapkan pada kelompok stakeholders
sekunder yaitu adanya penyuluhan yang didasarkan pada masalah yang dihadapi
oleh petani, penyuluh yang selalu mendampingi dalam mengatasi masalah,
penyuluh membantu akses pasar dan permodalan, serta penyuluh sebagai
fasilitator kemitraan atau kerjasama dengan pihak lain.
Sedangkan perbaikan yang dapat dilakukan pada kelompok stakeholders
tersier yaitu penguatan kapasitas kelembagaan untuk meningkatkan bergaining
petani wortel, pembuatan jaringan pemasaran dan kemitraan, serta pemerintah
daerah bertindak sebagai fasilitator berdirinya perbankan pertanian.
Dalam menanggapi pandangan stakeholders agribisnis wortel yang masih
mengalami kebingungan dalah hal konsep agropolitan hal yang harus dilakukan
adalah pertama, pendampingan kelompok tani secara intensif sangat perlu
dilakukan untuk meningkatkan bargaining position petani, baik dalam kualitas
kerja maupun kemampuan manajemen organisasi dan usahanya. Kedua, perlunya
pemerintah daerah memfasilitasi jejaring antar wilayah khususnya petani wortel
untuk mewujudkan kelembagaan komoditas, mengingat kelembagaan komoditas
sangat efektif untuk melakukan fungsi pembinaan, fungsi advokasi dan fungsi
promosi dalam pengembangan agribisnis wortel. Ketiga, perlunya pemerintah
daerah melakukan sosialisasi yang efektif dan efisien dalam pengembangan
agropolitan, mengingat masih minimnya pandangan stakeholders khususnya
stakeholders agribisnis wortel terkait pengembangan agropolitan di wilayahnya.
7
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil review artikel mengenai pengembangan
agribisnis wortel di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar, yaitu:
1. Kelembagaan lokal pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan guna
mendukung agribisnis wortel yaitu Koperasi Unit Desa (KUD), Badan
Perkreditan Rakyat (BPR) dan Badan Kredit Kecamatan (BKK), Pasar, serta
kelembagaan penyuluhan.
2. Pengembagan agribisnis wortel di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten
Karanganyar mengalami banyak kendala yang dihadapi penyuluh serta
stakeholders agribisnis wortel masih berpandangan bahwa konsep
agropolitan membingungkan.
3. Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam menangani berbagai kendala
demi berkembangnya agribisnis wortel di Kecamatan Tawangmangu
Kabupaten Karanganyar yaitu pendampingan kelompok tani secara intensif,
perlunya pemerintah daerah memfasilitasi jejaring antar wilayah, serta
perlunya pemerintah daerah melakukan sosialisasi yang efektif dan efisien
dalam pengembangan agropolitan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Rida, Wira Noviati. 2011. Analisis Bentuk-Bentuk Kerjasama Petani dengan Lembaga-Lembaga Pendukung Pengembangan Agribisnis Kakao di Kenagarian Sikucur Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman. [Makalah]. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Soekartawi. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada.
Sutarto, dkk. 2010. Kajian Kelembagaan Agribisnis Wortel untuk Mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan Suthomadansih di Kab. Karanganyar. Caraka Tani XXV No.1. Jurusan PKP Fakultas Pertanian UNS.
Yasin, A.Z.F. 2002. Masa Depan Agribisnis Riau. Pekanbaru: UNRI Press.
9
top related