resume 8 topik perkuliahan pengantar konseling
Post on 03-Aug-2015
161 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
1
BAB I
PENGERTIAN, TUJUAN, DAN FUNGSI KONSELING
A. Pengertian Konseling
Konseling adalah hubungan profesional antara konselor dan konseli dengan
tujuan untuk membantu konseli dalam menjadi pribadi yang mandiri baik dalam
mengambil keputusan maupun menyelesaikan permasalahan yang dimiliki konseli,
dilakukan melalui komunikasi lisan baik secara langsung ataupun tidak, dan secara
individu ataupun berkelompok.
B. Tujuan Konseling
Secara khusus bimbingan dan konseling mempunyai tujuan untuk membantu
konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-
sosial, belajar (akademik), dan karier.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait bidang pribadi-sosial
a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
b. Memliki sikap tpleransi terhadap umat agama lain , dengan saling menghormati
dan memilihara hak dan kewajibannya masing-masing.
c. Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan, serta dan mampu meresponnya
secara positif sesuai dengan ajaran agama yang diannut.
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik
yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan, baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
f. Memilki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati, atau menghargai orang lain,
tidak melecehkan maratabat atau harga dirinya.
h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap
tugas atau kewajibannya.
i. Memiliki kemampuan berinteraksi sosial, yang diwujudkan dalam bentuk
hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
2
j. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik, baik bersifat internal maupun
dengan orang lain
k. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.
2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik adalah sebagai
berikut :
a. Memiliki kesadarn tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami
bagaimana hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang
dialaminya.
b. Memilki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membeca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua peljaran, dan
ektif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
c. Memilki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d. Memiliki ketrampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti ketrampilan
membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri
menghadapai ujian.
e. Memiliki ketrampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan,
seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri
dalam memperdalam informasi tentang berbagai hal dalam rangka
mengembangkan wawasan yang lebiih luas.
f. Memilki kesiapan mental dan kemampuan untuk menhadapi ujian.
3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan apek karier adalah sebagai
berikut :
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait
dengab pekerjaan
b. Memiliki penegtahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang
kematangan kompetensi karier
c. Memilki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang
pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan
sesuai dengan norma agama.
d. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasia pelajaran)
dengan persyaratan keilmuan atau ketrampilan bidang pekerjaan yang menjadi
cita-cita kariernya masa depan.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
3
e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan mengenali ciri-
ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan
sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan
secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat,
kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
g. Dapat membentu pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Apabila
seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan kairer
keguruan tersebut.
h. Menganal ketrampilan, kemampuan, dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan
dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemapuan dan minat yang dimilki. Oleh
karena itu, maka setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya, dalam
bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakh dia berminat terhadap pekerjaan
tersebut.
i. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil keputusan karier.
C. Fungsi Konseling
Fungsi bimbigan dan konseling
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu agar konseli
memilki pemahaman karier terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaiakn
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseli.
3. Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam mabantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif
4. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, kehlian, dan ciri-ciri
kepribadian lainnya di dalam maupun luar lembaga pendidikan.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
4
5. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program
peniddikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
konseli. Denganmenggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membatntu guru dalam memperlakukan konseli secara
tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/Madrasah, memilih metode
dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
6. Fungsi pencegahan (preventif), yaitu yang berkaitan dengan upaya konselor untuk
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor
memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari
perbuatan ata kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat
digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberpa
masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah
terjadinya tingkah laku yang tidak dihapkan, diantaranya bahanyanya minuman keras,
merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas.
7. Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak.
Konselor melakukan intervens (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya
memilki pola berfikir yang sehat, rasional, dan memilki perasan yang tepat sehingga
dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan
normatif.
8. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
9. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan
situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli
agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas
diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik,
rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
5
10. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembanagn konseli.
Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya sinergi sebagai teamwork
berkolaborasi atau bekerjasama merencenakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau brain storming, home room, dan
karyawisata.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
6
BAB II
LANDASAN HISTORIS, FILOSOFIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL-BUDAYA, DAN
TEORITIS KONSELING
A. Landasan Historis
1. Ameraka serikat
Di Amerika Serikat perkembangan konseling dapat diperinci sebagai berikut :
a. Gerakan dalam bimbingan jabatan
Gerakan ini dipelopori oleh Gerorge Merrill di san Fransisco pada tahun 1895
pada “The California School of echanical Arts”. Kemudian dialnjutkan oleh Frank
Parson, dengan “The Vocational Bureau” di Boston pada tahun 1909 kemudian
pada tahun 1911 Frank P. Goodwin menyelenggarakan usaha bimbingan secara
menyeluruh di kota Cincinati, Ohio. Sebelumnya Jesse B. Davis (1898-1907)
memusatkan perhatiannya kepada usaha penyuluhan dalam bidang jabatan dan
pendidikan jabatan di “Central High School”, Detroit, Michigan, Eli W. Weaver
(1908-1910) melakukan kegiatan-kegiata yang menarik perhatian dengan
mengorganisir lembaga bimbingan yang disebut “The New York City Vocatioanl
Guidance Surevey” (1911), dan mendorong diadakannya “The Second Natioanl
Conference on Vocational Guidance” yang diadakan di New York pada tahun
1912.
b. Gerakan kesehatan mental
Gerkan ini dipelopori oleh Clifford Beers, dengan penerbitan bukunya yang
berjudul “A Mind that Found Itself” yang sangat besar pengaruhnya. Dia
memebrikan sumbangan dalam pendirian “The National Committee for Mental
Hygiene” (1909) yang mendorong didirikannya berbagai klinik kesehatan mental.
Pada tahun 1922 Universitas Yele memperlopori pendirian klini kesehatan mental
pada tingkat perguruan tinggi.
c. Gerakan bimbingan kanak-kanak
Gerakan ini dipelopori oleh suami istri William Healy (1909) dengan mendirikan
klinik kanak-kanak di Chicago, Illinois, yang kemudian diambil alih oleh
pemerintah negara bagian Illinois dan dijadkan “The Illinois of Juvenile
Research”. Sejak tahun 1914 beratus-ratus klinik bimbingan kanak-kanak
didirikan.
d. Kegiatan personel work
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
7
Kegiatan ini bergerak dibidang industri yang dipelopori oleh Dr. Munsterburg dari
Universitas Havard, bersama-sama dengan suatu perusahaan mobil dari Boston,
yang memperkenalkan teknik analisa jabatan dalam industri, sebagai kelanjutan
test kelompok tentang kemampuan mental.
e. Gerakan penyelengaraan test
Gerakan ini mulai berkembang dalam masa Perang Dunia I, diarahkan kepada
pengukuran kemampuan mental seseorang dalam mengahdapi wajib militer,
misalnya karya Otis dan Scott.
f. Gerakan “Dean of Girls”
Dipelopori oleh seorang Superintendant, Ella Flagg Young di Chicago pada tahun
1913.
g. Usaha-usaha organasasi dalam tingkat negara bagian dan tingkat nasional,
diantaranya :
1) National Vocational Guidance Association (NVGA), 1913
2) National Converence on Vocational Guidance (1910, 1912, 1913)
3) The National Occupatioanl Conference, 1933
4) The President’s Advisoree on Education, 1936
5) Occupational Information and Guidance Service, yang didirikan pada tahun
1938 sebagai salah bagian United State Office of Education
6) The George-Barden Act, 1946.
h. The National Defence Education Act of 1958, yang ditana tangani oleh Presiden
Eisenhower pada tanggal 2 September 1958.
i. Perkembangan terakhir dapat ditemukan di antaranya :
1) White house Conference on Children and Youth, 1960
2) Commision on guidance in American Schoo, 1960
3) Identification and Education of Academically Talented.
2. Di Indonesia
a. Tahun 1960-1970
Diawali dengan wacana tentang bimbingan dan penyuluhan di tanah air.
Bimbingan dan penyuluhan pendidikan dimasukkan kedalam kegiatan sekolah
untuk menunjang misis sekolah mencapai tujuan pendidikannya. Untuk itu
jurursan bimbingan dan penyuluhan didirikan guna menghasilkan tenaga
pembimbing dan penyuluh pendidikan yang akan bekerja di sekolah.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
8
b. Tahun 1971
Berdirinya Proyek Perintris Sekolah Pembanguanan pada delapan IKIP, kemudian
melalui proyek itu pelayanan bimbingan dan penyuluhan ikut dikembangkan. Dan
kemudian berhasil disusun buku “Pola Dasar Rencana dan Pengembanagn
BimbinganPenyuluhan pada Proyek Perintis Sekolah Pembangunan” yang
kemudian dimodifikasi menjadi buku “Pedoman Operasioanal Bimbingan pada
Proyek-Proyek Perintis Sekolah Pembangunan”
c. Tahun 1975
1) Lahir dan berlakunya Kurikulum sekolah Menengah Umum yang di dalamnay
ada Buku Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan
2) Diadakannya konferensi Nasioanal Bimbngan I di Malang yang menghasilkan
keputusan :
a) Terbetuknya organisasi profesi bimbingan dengan nama Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia
b) Tersusunnya AD/ART IPBI, kode etik jabatan konselor, dan program kerja
IPBI periode 1976-1978
3) Konverensi 1975 yang diikuti beberapa kali konvensi dan kongres secara
berturut-turut.
d. Tahun 1978
Diselenggarakannya progam PG SLT dan PG SLA Bimbingan dan Penyuluhan di
IKIP.
e. Tahun 1989
1) Lahirnya Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatus Negara no.
026/Menpan/1989 tetntang Angka Kredit bagi jabatan guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2) Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia no.2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasisonal
f. Tahun 1991-1993
1) Dibentuk divisi-divisi dalam IPBI
2) Diperjuangkan oleh IPBI jabtan fungsional tersendiri bagi petugas bimbingan
di sekolah.
g. Tahun 1993-1996
1) Perjuangan IPBI membuahakan hasil dengan diberlakukannya SK Menpan no.
84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan angka Kreditnya, SKB
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
9
Mendikbud dan Kepala BAKN No. 1433/1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya serta SK Mendikbud
No.25/0/1995 tentang Petunjuk Teknis Ketuntasan Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
2) Dilaksanakan penataran guru-guru pembimbimg SLTP dan SMU di seluruh
Indonesia di PPP Kejuruan Jakarta
3) Sarjana BK lulusan jurusan PPB sudah mulai diangkat menjadi guru
pembimbin di sekolah
4) Digalakannya kerjasama antara IPBI, Direktorat Jendral Pnedidikan dasar dan
Menengah, dan IKIP Malang dalam menyelenggarakan sertifikasi kewenangan
testing bagi para profeisonal bimbingan dan konseling
5) Dibentuknya divisi baru di IPBI
h. Tahun 1996-2000
1) Diterbitkan dan dilaksanakannya Pedoman Musyawarah Guru Pembimbing
(MGP)
2) Diterbitkannya majalah Suara Pembimbing, setahun dua kali
3) Disusunnya sejumlah panduan untuk digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah
4) Disusun dan diterbitkannya buku seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
5) Perubahan 10 IKIP menjadi Universitas Negeri dan dua STKIP Negeri manjadi
IKIP Negeri dengan arah wider mandate
6) Diselenggarakannya program rintisan Pendidikan Profesi Konselor
7) Pelayanan bimbingan dan konseling diperguruan tinggi, dikemas dalam bentuk
program Student Support Service dan Carier Planning Development
i. Tahun 2001-2002
1) Diselenggarakannya kongres IX IPBI
2) Dimulainya langkah profesionalisasi tenaga kependidikan
3) Disusunnya kompetensi guru pembimbing oleh direktorat SLTP Dirjen
Dikdasmen
4) Dilanjutkan program rintisan pendidikan profesi konselor di Universitas
Negeri Padang
5) Diterbitkan Jurnal Bimbingan dan Konseling
6) Diterbitkan jurnal “Konselor”
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
10
j. Tahun 2003-2005
1) Konselor sebagai pendidik
2) Dasar standardisasi Profesi Konselor
3) Konvensi Nasioanl di Bandung, Desember 2003
4) DSPK telah disosialisasikan ke seluruh Indonesia
5) Penyususnan panduan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Berbasis
Kompetensi
6) Izin praktek bagi konselor
7) Formasi pengangkatan Guru Pembimbing membengkak
8) Beasiswa untuk mahasiswa PPK
9) Pengembanagn BK Pola 17 menjadi Pola 17 Plus
10) Ssuai pemberlakuan KBK, pelayanan konseling di sekolah harus mampu
memberikan sumbanagn yang signifikan terhadap aktualisasi KBK tersebut
11) Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi
guru, pemong belajar, tutor, widya-iswara, fasilitator dan instruktur (UU No.
20/2003, pasal 1 ayat 6)
B. Landasan Filosofis
Filsafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka pada hikamah da
kebijaksanaan. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi serangkaian kegiatan atau
tindakan yang semuanya diharapakanmerupakan tindakan yang bijaksana. Untuk itu
dipersiapkan pemikiran filosofis tentang eberbagai hal yang bersangkut paut dalam
layanan bimbingan dan konseling. Pemikiran bimbingan dan konseling pada umumnya
yaitu mmebantu onselor dalam mengahdapai situasi konseling dalam membuat pilihan
yang tepat. Disamping itu pemikiran dan pemahaman filosofis yang memungkinkan
konselor menjadikan hidupnya sendiri lebih mantap, lebih fasilitatif, serta lebih efektif
dalam penerapan upaya pemberian bantuannya (Belkin, 1975 dalam prayitno dan erman
Amti 2004 :138). Dalam hal ini konselor harus merasa puas dalam membentu konseli
mengani masalahnya. Konselor menggunakan ketrampilannya untuk membantu konseli
dalam mengatasi masalah dan ketrampilan hidupnya.
John J. Pietrofosa et.al (dalam Syamsu dan Juntika, 2007 :107) selanjutnya
mengemukakan pendapat James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan
sebaga berikut:
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
11
1. Bmbingan hendaknya didasarkan pada pengakuan akan kemuliaan dan harga dari
individu dan atas hak-haknua mendapatkan bantuan
2. Bimbingan merupakan proses pendidikan ang berkesinambungan, artinya bimbingan
merupakan bagian integral dari pendidikan
3. Bimbingan harus respek terhadap hak-hak setiap konseli yang meminta bantuan dan
pelayanan.
4. Bimbigan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental. Bimbingan
dilaksanakan melalui kerjasama, yang masing-masing bekerja berdasarkan keahlian
atau kompetensinya sendiri.
5. Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya.
6. Bimbingan merupakan elemen pendidikanyang bersifat individualisasi, personalisasi,
dan sosialisasi.
C. Landasan Psikologis
Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subjek didik, merupakan pribadi-
pribadi yang unik dengan segala karakteristiknya. Siswa sebagai individu yang dianamis
dan berada dalam proses perkembangan, memilki kebutuhan dan dinamiaka dalam
interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat perbedaan
individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Di samping itu, siswa sebagai
pelajar, senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil proses belajar.
Hal tersebut di atas, merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang
berusmber pada siswa sebagai subjek didik, dan dapat menimbulakn berbagai masalah.
Timbulnya masalah-masalah psikologis menuntut adanya upaya pemecahan melalui
pendekatan psikologis pula. Upaya ini dilakuakn melalui layanan bimbingan dan
konseling.
Berikut ini aakan diuraikan mengenai beberapa masalah psikologis yang merupakan latar
belakang perlunya bimbingan di sekolah.
a. Masalah perkembangan individu
Sejak individu terbentuk, individu akan terus berkembang.proses perkembangan itu
dipengaruhi beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar. Perkembanagn dapat
berhasil jika faktor-faktor tersebut dapat saling melengkapi.
Pendidikan sebagai salah satu lingkungan, bertnaggung jawab dalam memberikan
asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan konseling merupakan
bantuan individu di dalam memperoleh penyesuasian diri sesuai dengan tingkat
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
12
perkembangannya. Melalui bimbingan dan konseling siswa dibantu mencapai tugas-
tugas perkembanganya dengan baik.
Masa belajar di sekolah merupakan masa transisi, masa tercapainya kematangan, dan
masa persiapan untuk mencapai kehidupan dewasa yang berarti. Dari sisnilah dapat
diketahui bahwa bimbingan dan konseling memiliki posisi yang urgensial dalam
pendidikan.
b. Masalah perbedaan individu
Di sekolah seringkali tampak masalah perbedaan individu, misalnya ada siswa yang
sangat cepat dan ada yang lambat belajar , ada yang cerdas, dan ada yang berbakat
dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi
begi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajran, metde
mengajar, alat-alat pelajaran, penilaian. Dan pelayanan lainnya. Disamping itu,
perbedaan-perbedaan ini seringali banyak menimbulkan masalah-masalah baik bagi
siswa itu sendiri, maupun bagi lingkungan. Dengan demikian tampak sekali bahwa
dalam dunia pendidikan diperlukan pelayanan yang mampu malayani siswa secara
individual dengan segala keunikan yang mereka miliki, dan itulah bidang bimbingan
dan konseling.
c. Masalah kebutuhan individu
Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhannya.
Pemenuhan kebutuhan ini bersifat mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu
sendiri. Dengan berpegang pada prinsip bahwa tingkah laku merupakan cara individu
memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan belajar hakikatnya merupakan perwujudan
usaha pemenuhan kebutuhan tersebut. Pengenalan terhadap jenis dan tingkat
kebutuhan siswa sangat diperlukan bagi usaha membantu mereka. Program bimbingan
dan penyluhan merupakan salah satu ke arah itu.
d. Masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai masalah terutama
bagi diri individu sendiri. Jika individu gagal dalam memperoleh penyesuaian diri,
maka ia akan dimanifestasikan dlam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau
disebut dengan kelainan tingkah laku. Oleh karena iu diperlukan adanya suatu usaha
nyata untuk menanggulanagi gejala-gejala tersebut. Dalam hubungan ini bimbingan
dan konseling memberikan peranan yang cukup penting.
e. Masalah belajar
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
13
Dalam perbuatan belajar dapat timbul berbagai masalah baik bagi pengajar itu sendiri
maupun bagi pengajar. Beberapa masalah belajar misalnya bagaimana menciptakan
kondisi yang baik agar perbuatan belajar berhasil, memilih metode dan alat-alat yang
tepat sesuai dengan jenis dan situaso belajar, membuat rencana elajar bagi siswa,
penialaian hasil belajar, diagnosis kesulitan belajar, dan sebagaginya. Bagi siswa
sendiri, masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar,
memilih cara belajar, memeprsiapkan ujian, memilih mata kuliah yang cocok, dan
sebagainya.
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyka masalah yang timbul terutama
yang dirasakan oleh pelajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan
kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajara.
Disinilah letak penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk
membantu agar mereka berhasi dalam belajar.
D. Landasan Sosial-Budaya
Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh
individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masayarakat
dan keadaannya, semakin banya dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu
yang terdapat dalam masyarakat itu.
Jadi kebutuhan akan bimbingan itu muncul karena terdapat faktor yang menambha
rumitnya keadaan masyarakat dimana itu hidup. Faktor-fakto itu diantaranya adalah
sebagai berikut (John J. Pietrfosa dkk. 1980; M. Surya dan rochman N. 1986; dalam
Syamsu dan Juntika 2008:119)
a. Perubahan konselasi keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan ynag cukup berarti,
seperti : melemahnya otoritas usami, meningkatnya tuntutan kesamaan hak dan
kewajiban kaum perempuan dan itu meretakkan kehidupan kehidupan hubungan antar
keluarga. Yang ekmudian berdampak pada banyaknya perceraian dan kehidupan
single parents. Hal ini mendorong munculnya hal negatif lain pada moralitas anak.
Bagi keluarga yang disfungsional seperti inidihadapkan pada kebutuhan atau kesulitan
mencari penyelesaian masalah yang dihadapinya, sehingga memerlukan bantuan dari
luar. Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang
dihadapinya adalah layanan bimbingan dan konseling yang berupaya membantu untuk
memelihara kebutuhan dan keharmonisan keluarga.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
14
b. Perkembangan pendidikan’
Perkembangan pendidikan di indoensia memberikan kesempatan begitu besar untuk
seluruh warga Indonesia dalam memperoleh pendidikan. Kesempatan yang terbuka ini
menyebabkan munculnya peserta didik dari berbagai kalangan yang berebda latar
belakang, agam, etis, keadaan sosial, adat istiadat, dan ekonomi. Hal semacam ni
menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi leh orang yang terlibat dalam
kelompok campuran itu. Pemecahan ini dapat diperoleh dengan ,elaksanakan
bimbingan bagi anggota kelompok.
c. Dunia kerja
Berbagai perubahan dalam dunia kerja menuntut keahlian khusus dari para pekerja.
Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga yang terampil dan memiliki sikap mental
yang atngguh dalam bekerja. Bimbingan dan konseling diperlukan untuk membantu
menyiapakn mental para pekerja yang tangguh itu.
d. Perkembangan kota metropolitan
Kecenderungan bertumbuhnya kota-kota metropolitan akan mendorong semakin
meledaknya arus urbansasi. Kondisi ini menimbulkan dampak sosial yang buruk bagi
masyarakat di perkotaan. Kondisi tersbeut dapata memicu masalah psikologis seperti
gejala “maladjustment” dan “pathologi”. Bimbingan dan konseling dibutuhkan untuk
membanti masyarkat mengenai masalah-masalah psikologis sehingga mereka dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
e. Sekrisme dan rasisme
Sekrisme merupakan paham yang mengunggulakn salah satu jenis kelamin dari jenis
kelamin lainnya. Sementara rasiseme adalah paham yang mengunggulkan ras yang
satu atas ras yang lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut, program bimbingan dan
konseling mempunyai peran penting dalam upaya memberikan pemahaman bahwa
anak laki-laki dan perempuan mempunyai peluan sama dalam melakukan segala hal
tanpa ada batasn-batasan gender dan memberikan pemahaman bahwa perlakuan
diskrimintaif terhadap ras-ras yeng berbeda bukanlah suatu pemecahan masalah yang
baik.
f. Kesehatan mental
Masalah kesehatan mental ini semakin marak muncul di beberapa tempat di dunia ini,
seperti orang yang mengalami gangguan jiwa (neurotik), sakit jiwa (psikoses),
kepribadian antisosial, gangguan emosial, orang dewasa atau remaja yang melakukan
tindak kejahatan yang serius, orang yang kecanduan minuman keras,
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
15
menyalahgunakan obat-obatan terlarang dan lain-lain. Terkait dengan masalah ini,
maka sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga, perusahaan dituntut untuk
menyelenggarakan program layanan bimbingan dan konseling dalam upaya
mengembangakn mnetal yang sehat dan mencegah serta menyembuhkan mental yang
tidak sehat.
g. Perkembangan teknologi
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, timbul dua masalah penting yang
menyebabkan kerumitan struktur dalam masyarakat yakni :
1) Penggantian secara besar tenaga kerja menusia dengan mesin menyebabkan
jumlah pengangguaran meningkat
2) Bertambahnya jenis-jenis pekerjaan yang menghendaki keahlian khusus dan
memerlukan pendidikan yang khusus pula.
Kedua masalah tersebut membuat seseorang membutuhkan bantuan dari orang lain.
Disinilah bimbingan dan konseling berperan.
Selain itu ada pula dampak perkembangan teknologi yang lain, misalnya kemudahan
untuk mendapatkan informasi baik dari media cetak maupun media elektronikyang
mana baik kita sadari atau tidak, di dalamnya terkandung beberapa muatan negatif
yang membuat seseorang untuk berbuat negatif pula. dalam Hal ini bimbingan dan
konseling diperlukan untuk membimbing seseorang agar tidak larut dalam dampak
negatif tersebut.
h. Kondisi moral dan keagamaan
Kebebasan utnuk menganut agam sesuai dengan keyakinan masing-masing individu
menyebabkan individu berfikir dan menilai setiap agama yang dianutnya. Kadang-
kadang menilainya berdasarkan nilai moral umum yang dianggapnya paling baik,
kadang berdasarkan kesenangan pribadi yang nyata membuata perasaan tertekan
dengan norma-norma agama ataupun keraguan atau melemahnya keyakinan akan
agama yang telah diwarisisnya. Ini tidak mudah untuk ditentukan segera karena
menyangkut hal yang sanagt medasar dan peka. Oleh karena itu, makin dibutuhkanlah
layanan bimbingan yang baik untu menanggulanginya.
i. Kondisi sosial ekonomi
Perbedaan yang besar dalam faktor ekonomi diantara anggota kelompok campuran,
menimbulkan manusia yang berat. Masalah initerutama sangat dirasakan oleh
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
16
individudari golongan ekonomi rendah. Tidak mustahil timbul kecemburuan sosial
atau perasaan tidak nyaman untuk bergaul dengan kelompok orang kaya. Untuk
mengatasi hal ini dengan sendirinya memerlukan adanya bimbingan, baik mereka dri
golongan ekonomi rendah atau pun dari golongan lain.
E. Teoritis Konseling
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
17
BAB III
KAITAN KONSELING DENGAN LAYANAN LAIN
Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat
dilepaskan dengan keterkaitan antara berbagai layanan lain yang juga behubungan dengan
lingkungan seorang individu. Berikut ini adalah gambaran tentang kaitan antara konseling
dengan layanan yang disajikan dalam mind map.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
18
KAITAN KONSELING
DENGAN LAYANAN
LAINDengan layanan bimbingan
di sekolah
Dengan layanan bimbingan belajar
Dengan psikoterapi
Memiliki hubungan timbal balik dengan layanan orientasi, melalui orientasi dapat diketahui
seluk beluk tentang konseling, dan
konseling menyelesaikan masalah yang
muncul setelah orientasi
Hubungan dengan layanan informasi :
Melalui layanan informasi diketahui
info tentang konseling, dan
konseling memperjalas
informasi yang belum mendetail
Hubungan dengan layanan penempatan
dan penyaluran :Layanan
penempatan dan penyaluran
memerlukan layanan konseling untuk
melakukan assesment
Konselor dibutuhkan untuk membantu peserta
didik menyelesaikan permasalahan
akademik, melakukan training
motivasi, tes psikologi,
pembuatan angket, dll.
Psikoterapi terfokus mengatsi
kelemhan-kelemahan yang ada dengan cara
praktis, sedangkan konseling terfokus
pada pengembangan
kelebihan kearah positif
Dengan layanan pengobatan alternatif
Layanan yang diberikan oleh kyai bisa dikatakan sebagai layanan
konseling karena kyai adalah orang yang ahli dalam bidang agama, walaupun tidak memiliki dasar
psikologis
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
19
BAB IV
RAGAM KONSELING BERDASARKAN MASALAH, TAHAP PERKEMBANGAN,
DAN JUMLAH KONSELI
Dalam praktek konseling terdapat pembagian konseling menurut masalah, tahap
perkembangan, maupun jumlah konseli. Dari setiap pembagia tersebut digunakan untuk
mengategorikan koneli dan permalahannya agar lebih mudah diketahui kecenderungan
layanan seperti apa yang sesuai dan dapat diterapkan secara efektif dalam layanan bimbingan
dan konseling.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
20
RAGAM KONSELING BERDASARKAN MASALAH
Merupakan usaha bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial
Konseling Karier
Mengatasi kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar yang efektif, membantu keusksesan belajar, dan menyesuaikan diri dengan tuntutan pendidikan
Konseling yang diharapkan untuk membentu para individu dalam memecahkan masalah-masalah akademik atau pendidikan
Permasalahan yang ditangani adalah :Konflik, hubngan dangan masyarakta, sifat dan kemampuan diri, serta adaptasi dengan lingkungan
Jenis layanan :Masalah akademis, masalah ssial, masalah keluarga dan pribadi, masalah berkaitan dengan emosi, dan masalah karier
Merupakan proses dimana kegiatan, strategi, dan intervensi digunakan untuk membantu konseli dalam eksplorasi karier, perencanaan, dan pengambilan keputusan karier
Konseling akademik
Konseling Pribadi-Sosial
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
21
RAGAM KONSELING BERDASARKAN TAHAP PERKEMBANGAN
Konseling pada remaja
Konseling pada orang lanjut usia
Konseling pada usia madya
Konseling pada orang dewasa
Konseling pada anak
Terdiri dari konseling anak usia dini, middle childhood, dan pra remaja (2-12 tahun)
Fungsi konselor anak :
Melaksanakan tes, menulis
dan menyimpan berbagai
catatan, melakukan rujukan
dan penempatan
Diberikan pada individu usia 12-18 tahun
konselor memfasilitasi konseli agar konseli tersebut bisa menemukan jati dirinya
pada masa dewasa akan terus berlanjut dan terjadi banyak konflik intrapersonal dan interpersonal yang
mengganggu proses adaptasi
Tugas konselor adalah memaksimalkan pertumbuhan dan kemampuan coping dan membantu mengeksplorasi berbagai area dalam kehidupan konseli
Seseorang telah mempunyai tujuan yang jelas kondisi
keuangan yang telah mapan
Berkutat pada permasalahan pribadi
masa penarikan diri dari pekerjaan dan hubungan dengan
lingkungan sosial
Konselor harus memahami sikap menarik yang dimiliki lansia
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
22
RAGAM KONSELING BERDASARKAN
JUMLAH KONSELI
Konseling Individual
Terdiri dari satu konselor dan satu konseli
Proses belajar melalui hubungan khusus secara
pribadi dalam wawancara antara
konselor dan konseli
Konseling Kelompok
Terdiri dari satu konselor dan lebih dari satu konseli
Merupakan usaha bantuan yang diberikan
pada individu dalam suasana kelompok
Bersifat pencegahan serta perbaikan
Terdapat hubungan antara konselor-konseli,
dan antar konseli
Tanggung jawab konseli lebih banyak tergantung
pada konselor
Masalah yang dibicarakan bersifat
sangat rahasia
Berpusat pada hal-hal khusus yang disepakati
anggota kelompok
Ditujukan untuk membantu konseli
memecahkan masalah pribadi-sosial, akademik,
dan karier
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
23
BAB V
PROSES PELAKSANAAN KONSELING
PROSES KONSELING
Konseling merupakan proses yang digunakan
untuk menolong konseli menyelesaikan masalah
Dapat berlangsung dalam satu kali pertemuan, beberapa kali,
atau lebih banyak
Faktor yang mempengaruhi kesiapan :Motivasi untuk memperoleh bantuan, pengetahuan konseli tentang konseling, tingkat kesadaran terhadap masalah, harapan terhadap peran konselor, sistem pertahan diri,
dan fasilitas yang tersedia
Cara mencapai kesiapan konseli :Pendekatan incaal-them, maintain-good-relation, developing-a-desire-
for-counseling, dan interview condititon
Tahap-tahap konseling :
Kondisi yang Mempengaruhi
Konseling
Eksternal :Physical SettingProxemicsPrivacyBeliefValuesPenerimaan
Internal : Rapport Empathy GenuinenessAttentiveness
Tahap awal :o Rapport,
memperjelas dan mendefinisikan masalah, membuat penaksiran dan perjajagan, serta menegosiasikan
Tahap kerja:o Menjelajahi dan
mengeksplorasi masalah klien secara lebih mendalam, reassessment , dan menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara
Tahap akhir :Konselor bersama konseli membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling, menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan, danmengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera)
o Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
24
BAB VI
HUBUNGAN, DIAGNOSIS, NILAI-MORAL-ETIKA HUKUM, PENELITIA DAN
EVALUASI KERAGAMAN BUDAYA DAN GENDER
HUBUNGAN DAN DIAGNOSIS NILAI MORAL ETIKA DALAM PRAKTIK KONSELING
Nilai dapat didefinisikan sebagai keyakinan kuat bahwa suatu kondisi akhir atau mode perbuatan adalah suatu yang bisa diterima. Rokeach (1973) membedakan antara nilai “terminal” dan “instrumental”
Moral dalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya
Kitchener (1984) mengidentifikasi empat level pemikiran moral berbeda yang dijadikan sandaran oleh konselor : intuisi personal, panduan etik yang dibakuakan oleh organisasi prosesi, prinsip etik, dan teori umum tindakan moral.
Hukumadalah suatu sistem aturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum.
a. Undang-Undang dasar 1945, Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31b. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas bab 1 pasal 1 ayat 1, ayat 6 Bab II pasal
3, dan bab V pasal 12 ayat 1bc. Permendiknas No. 22/2006 tentang standar isi dan satuan pendidikan dasar dan
menengahd. Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik kompetensi
konselore. PP No. 38 tahun 1992 tentang tenaga kependidikan pasal 1 ayat 2 dan 3 serta pasal 3
ayat 2f. SK Menpan No. 84/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya pasal 3
dan pasal 5 g. SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993 tentang
petunjuk pelaksanan jabatan funsional Guru dan angka kreditnya pasal 1,4, dan 5.h. SK Mendikbud No. 025/0/1995 tentang petunjuk teknis ketentuan pelaksanaan jabatan
fungsional guru dan angka kreditnya. i. SK Menpan No. 118/1996 tentang jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya. Pasal 1 dan 23.
i. SK Mendikbud No. 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
25
PENELITIAN ASESMEN DAN
EVALUASI, KERAGAMAN
BUDAYA, JENDER
Asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor sebelum, selama, dan setelah konseling
tersebut dilaksanakan
Ruang lingkup :a. System assesmentb. Program planningc. Program implementationd. Program improvemente. Program certification
Tujuan asesmen yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan bagi konselor
untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah
klien
Langkah-langkah asessment :a. Perencanaanb. Pelaksanaanc. Analisis datad. Interpretasi datae. Tindak lanjut
Evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
segala sesuatu dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah
Konseling lintas budaya mempunyai arti suatu hubungan konseling yang terdiri
dari dua peserta atau lebih, berbeda dalam latar belakang budaya, nilai-nilai dan gaya
hidup.
Konseling lintas budaya berfungsi membantu konselor dalam melakuakn pendekatan
sesuai dengan keragaman budaya tersebut dalam
melaksanakan konseling
Ruang lingkup evaluasi :
a. Evaluasi peserta didikb. Evaluasi programc. Evaluasi proses
Aspek penilaian :
a. Panilaian progarm bimbingan dan konseling
b. Penilaian proses pelaksanaan bimbingan dan konseling
c. Penilaian hasil dari pelaksanaan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling
Gender ialah suatu sifat laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi oleh masyarakat
baik secar kultural maupun sistematik
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
26
BAB VII
FAKTOR-FAKTOR EFEKTIVITAS KONSELING, KARAKTERISTIK KONSELOR,
KARAKTERISTIK KONSELI, DAN SETTING LINGKUNGAN
FAKTOR-FAKTOR EFEKTIVITAS KONSELING
Karakteristik KonselorKarakteristik Konseli
Efektif
Menarik
Menurut Brammer, Abrego & Shostrom :Sikap hangat, dapat memahami, positif regard, self-revealing, kondisi fasilitatif, dan keterbukaan diri konselor
Menurut Carl Rogers :
Congruence (Genuineness, Authenticity),
Unconditional positive
Memahami Konseli
Keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu :
a. Kepribadian Konselib. Harapan Konselic. Pengalaman dan
Pendidikan Konseli
Aneka Ragam Konseli :a. Konseli Suka Relab. Konseli Terpaksac. Konseli Enggand. Konseli Bermusuhan /
Menentange. Konseli Krisis
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
27
BAB VIII
LANGKAH-LANGKAH PROFESIONALISASI KONSELOR
Profesioanalisasi yaitu proses peningkatan kualitas maupun kemampuan para anggota suatu
profesi dalam mencapai kriteria standar dalam penampilannya sebagai angota suatu profesi.
Ciri utama dari profesi yaitu :
a. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dan
kebermaknaan sosial yang sangat menentukan
b. Untuk mewujudkan fungsi para anggota harus menapilkan pelayanan yang khusus
didasarkan pada teknik intelektual dan ketrampilan yang unik
c. Penampilan pelayanan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi krisis
yang menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah
d. Para naggota memilki kerangka ilmu yang sama yaitu didasrkan atas ilmu yang jelas,
sistematis, dan eksplisit.
e. Untuk menguasai kerangka ilmu diperlukan pendidikan dan latihan dalam jangka
waktu yang ukup lama.
f. Dalam anggota secara tegas dituntut memilki kompetensi minimum melalui prosedur
seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi atau sertifikasi.
g. Para anggota memiliki kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam memeberikan
pendapat dan pertimbangan serta membuat keputusan yang berkenaan dengan
penyelenggaraan pelayanan profesional yang dimaksud.
h. Pelayanan yang diberikan lebih bersifat sosial dari pada pelayanan yang mengejar
keuntungan yang bersifat ekonomi.
i. Standar tingkah laku bagi anggotanya dirumuskan secara tersurat melalui kode etik
ysng benar-banar diterapkan.
j. Para anggota terus menerus berusaha menyegarkan dan meningkatkan kompetensi
yang dimiliki. Secara ideal seluruh persyaratan diatas harus dipenuhi oleh suatu
profesi.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
28
A. Tugas profesionalisasi konselor
Mc Cully mamandang bahwa bidang pelayanan konseling harus mampu menempuh dan
behasil dalam enam “tugas perkembangan” apabila ia hendak menjadi bidang pekerjaan
yang benar-benar profesional, yaitu :
a. Pelayanan sosial yang unik yang ditampilkan oleh konselor harus dirumuskan
sedemikian rupa sehingga secara jelas memperlihatkan perbedaannya dari pelayanan
ahli atau petugas lain
b. Standar seleksi dan latihan bagi calon konselor dikembangkan,
c. Agar standar seleksi dan latihan itu berguna dan menemui sasarannya perlu
dirumuskan prosedur akreditasi terhadap lembaga penyiapan konselor
d. Diselenggarakan program sertifikasi yang benar-benar sahih terhadap kompetensi
minimum yang diharapkan
e. Harus secara aktif memperjuangkan pengembangan dan penyelenggaraan kebebasan
profesional yang memungkinkannya melaksanakan pelayanan khusus yang menjadi
kewajiban
f. Kelompok konselor harus memiliki dan menerapkan kode etik yang mengatur dan
mengontrol tingkah laku para anggotanya.
B. Profil Konselor
Sifat-sifat kepribadian yang menonjol yaitu :
a) Konselor sebagai model
Dalam konseling, konseli meniru tingkah laku konselor serta mengambil hal-hal yang
diyakini baik menjadi miliknya sendiri.
b) Hubungan konseling
Konselor yang efektif adalah mereka yang dapat menciptakan hubungan yang bersifat
memebantu dan tanpa mendapat tekanan dengan konseli
c) Keberanian melakukan konseling
Konselor memerlukan keberanian melakuakn keberanian dan kepercayaan terhadap
diri sendiri guna memberi bantuan kepada konseli.
C. Pedoman konselor sekolah
Pedoman yang hendaknya diikuti konselor disekolah apabila ingin diakui
keprofesionalannya konselor harus :
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
29
a. Memulai kariernya sejak hari-hari pertama konselor di sekolah dengan program kerja
yang jelas dan siap untuk melaksanakan program tersebut
b. Selalu mepertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan
antara konselor dengan personil sekolah dengan siswa.
c. Tanggung jawab konselor untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional
dan menerjemahkan peranannya itu kegiatan nyata.
d. Harus memahami tanggung jawabnya kepada semua siswa, baik siswa bermasalah,
yang menimbulkan gangguan, gagal, yang kemungkinan putus sekolah, yang
mengalami permasalahan emosional
e. Harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa yang
mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa yang menderita
gangguan emosional, khususnya melalui penggunaan program-program kelompok,
program kegiatan diluar sekolah dan kegiatan pendidikan pengajaran di sekolah, dan
bentuk pelayanan lain.
D. Pengembangan profesi bimbingan dan konseling
a. Standardisasi untuk kerja professional konselor
b. Standardisasi penyiapan konselor
c. Akreditasi
d. Stratifikasi dan lisensi
e. Pengembangan organasi profesi
E. Dasar pemikiran standardisasi profesi konselor
Keberadaan konselor dalam sistem penddikan nasioanal dinyatakan sebagai salah satu
kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar (UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6).
F. Sosok utuh kompetensi konselor
a. Kompetensi akademik konselor
1) mengenal secara mendalam dengan penyikapan yang empatik serta menghormati
keragaman yang mengedepankan permasalahn konseli yang dilayani
2) menguasai khasanah teoritik tentang konteks, pendekatan, asas, dan prosedur serta
sarana yang digunakan dalam penyelenggaraan pelayanan ahli bimbingan
3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
30
4) menegmbangkan profesioanlitas sebagaikonselor secara berkelanjutan.
b. Kompetensi profesional Konselor
c. Kompetensi profesional konselor mencerminkan penguasaan kiat pelayanan
bimbingan dan konseling.
G. Assesmen pengauasaan kompetensi profesioanlisai konselor
Penguasaan kemampuan profesoanl hanya dapat diferivikasi melalui pengamatan ahli lain
yang dalam pelaksanaanya juga sering mempersyaratkan penggunaan sarana assesmen
yang longgar untuk memberikan ruang gerak bagi diambilnya pertimbangan ahli secara
langsung. Asessmen kemampuan profesional konselor itu tidak cukup apabila hanya
dilaksanakan melalui pemotertan sesaat, melainkan harus melalui pengamatan berulang.
Putri Erlinda KusumaninigarumPengantar Konseling
31
DAFTAR RUJUKAN
C.Nelson, Richard. 1972. Guidance and Counseling in the Elementary School. Amerika : Holt, Rinehart, and winston, Inc.
L.Dryanggi.2011. Landasan Bimbingan dan Konseling,(online),(dryanggilestari.blogspot.com/2011/07/landasan-bimbingan-dan-konseling.html ) diakses tanggal 3 Mei 2012
Mappiare, Andi AT. 2004. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Mc Leod, John. 2008. Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus Edisi Ketiga. Alhi bahasa oleh A.K. Anwar. Jakarta : Kencana Perdana
Santoso, Djoko Budi. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.Malang : Tanpa Penerbit.
Sari, Hardika Denik. 2009. Landasan-Landasan Bimbingan dan Konseling,(online),(www.scribd.om/doc/24800435/landasan-BK). Diakses tanggal 3 Mei 2012
top related