reproduksi seni kakebyaran di kota …...reproduksi seni kakebyaran terhadap kehidupan seni dan...
Post on 20-Jan-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
REPRODUKSI SENI KAKEBYARANDI KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
I GEDE YUDARTANIM 0990371002
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
ii
REPRODUKSI SENI KAKEBYARANDI KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
DISERTASI UNTUK MEMPEROLEH GELAR DOKTORPADA PROGRAM DOKTOR, PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
I GEDE YUDARTANIM 0990371002
PROGRAM DOKTORPROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR2016
iii
Halaman Pengesahan
DISERTASI INI TELAH DISETUJUIPada Tanggal 8 April 2016
Promotor,
Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S.NIP. 195706181983031001
Mengetahui,
Kopromotor I
Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A.NIP 194804121974031001
Kopromotor II
Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A.NIP 194312311976021001
KetuaProgram Studi Doktor
Kajian Budaya Program PascasarjanaUniversitas Udayana
Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U.NIP 194807201978031001
DirekturProgram PascasarjanaUniversitas Udayana
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)NIP 195902151985102001
iv
HALAMAN PENETAPAN TIM PENGUJI
Disertasi Ini telah Diuji dan Dinilai pada Ujian Disertasi Tahap II (Ujian Terbuka)pada Tanggal 8 April 2016
Panitia Penguji Disertasi Berdasarkan Surat KeputusanRektor Universitas Udayana
Nomor: 1359/UN.14.4/HK/2016
TentangTim Penguji Ujian Disertasi Tahap II (Ujian Terbuka)
Program Doktor (S3) Kajian BudayaProgram Pascasarjana Universitas Udayana
No. Nama Jabatan
1 Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) Ketua
2 Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A. Sekretaris
3 Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S. Anggota
4 Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A. Anggota
5 Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A Anggota
6 Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. Anggota
7 Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. Anggota
8 Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. Anggota
9 Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S. Anggota
10 Dr. Putu Sukarja, M.Si. Anggota
11 Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum Anggota
v
SURAT PERNYATAAN PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : I Gede Yudarta
NIM : 0990371002
Program Studi : Program Doktor, Kajian Budaya Universitas Udayana
Judul Disertasi : Reproduksi Seni Kakebyaran Di Kota Mataram, NusaTenggara Barat.
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat.
Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka sayabersedia menerima sangsi sesuai dengan Peraturan Mendiknas RI Nomor 17Tahun 2010 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 28 Maret 2016Yang membuat pernyataan
I Gede YudartaNIM 0990371002
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Puja puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widi
Wasa/Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas karunia-Nyalah
penelitian disertasi dengan Judul “Reproduksi Seni Kakebyaran Di Kota
Mataram, Nusa Tenggara Barat” ini dapat diselesaikan. Disertasi ini merupakan
penelitian sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Doktor,
Program Studi Kajian Budaya, Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Denpasar.
Keberhasilan penulis di dalam mewujudkan disertasi ini, tidak terlepas
dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
material. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan
terimakasih kepada sejumlah pihak di bawah ini.
Pertama-tama, Tim Promotor yang terdiri dari Prof. Dr. I Nyoman Weda
Kusuma, M.S. selaku promotor, Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A. selaku
kopromotor I, dan Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A. selaku kopromotor II atas
segala bimbingan, petunjuk dan arahan yang sangat bermanfaat serta penuh
ketelitian, kesabaran dan rasa tanggung jawab dalam suasana kekeluargaan
sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.D.P-
KEND., (Rektor Universitas Udayana) dan Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), Asisten Direktur I
Prof. Dr. I Made Budiarsa, M.A. Asisten Direktur II Prof. Dr. Made Sudiana
vii
Mahendra, Ph.D. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menerima
Beasiswa dan menjadi mahasiswa pada Program Doktor pada Program
Pascasarjana Universitas Udayana, Denpasar Tahun Angkatan 2009/2010.
Trimakasih juga kami sampaikan kepada, Ketua Program Studi Doktor (S3)
Kajian Budaya, Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan S.U. dan Dr. Putu Sukarja,
M.Si. selaku sekretaris atas fasilitas yang diberikan serta mengarahkan dan
membimbing penulis selama menempuh pendidikan dari awal sampai akhir
Trimakasih juga penulis ucapkan kepada Rektor Institut Seni Indonesia
Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M. Hum. Wakil Rektor I, Prof. Dr.
I Nyoman Artayasa, M.Kes., Wakil Rektor II, Drs. I Gusti Ngurah Seramasara,
M.Hum. Wakil Rektor III, Drs. I Wayan Gulendra., M.Sn dan Wakil Rektor IV, I
Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn., atas penugasan yang diberikan kepada penulis untuk
melanjutkan studi pada Program S3 Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada tim penguji yang terdiri atas
Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A.
Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A., Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A, Prof. Dr. I
Made Suastika, S.U., Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, M.S., Prof. Dr. Emiliana
Mariyah, M.S., dan Dr. Putu Sukarja, M.Si. yang telah memberikan arahan,
masukan, saran-saran, perbaikan, koreksi, penguatan, dan penyempurnaan dari
tahap proposal sehingga disertasi ini dapat diwujudkan.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh dosen pengajar pada
Program Doktor Program Studi Kajian Budaya, dengan berbagai disiplin ilmu dan
keahliannya memberikan kami kekayaan ilmu pengetahuan yang sangat berguna
viii
yaitu: Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S., Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST.,
M.A. Prof. Dr. I Gde Parimartha, M.A., Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A, Prof. Dr.
I Made Suastika, S.U., Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, M.S., Prof. Dr. Emiliana
Mariyah, M.S., Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U., Prof. Dr. I Gede Semadi
Astra, Prof. Dr. I Gede Wija, Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, S.H., M.H., Prof. Dr. I
Ketut Nehen, SE., M.Ec., Prof. Dr. I Wayan Tjatera, M.Sc., Prof. Dr. Ir.
Sulistyawati, M.S., M.Mis., M.M, D.Th., Prof. Dr. Aron Meko Mbete, Prof. Dr. I
Nyoman Suarka., M.Hum., Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmaja, M.A., Prof. Dr.
A.A. Gde Putra Agung S.U., Prof. Dr. Koento Wibisono., Prof. Dr. Irwan
Abdullah, Prof. Dr. Ing. I Made Merta, Dr. Drs. I Putu Sukarja, M.Si., Dr. I Gede
Mudana, M.Si.
Seluruh pimpinan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Dekan I
Wayan Suharta, S.SKar., M.Si., Wakil Dekan I I Dewa Ketut Wicaksana, S.SP.,
M.Hum., Wakil Dekan II, Ni Ketut Suyatini, S.SKar., M.Sn., Wakil Dekan III Dr.
Dra. Ni Luh Sustyawati, M.Pd. Ketua Jurusan Karawitan Wardizal, S.Sen., M.Si
dan Sekretaris Jurusan I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn beserta segenap rekan
sejawat di Jurusan Karawitan Prof. Dr. I Wayan Rai S. M.A., Dr. I Komang
Sudirga, S.Sn., M.Hum., Pande Gede Mustika, S.SKar., M.Si., Ida Bagus Nyoman
Mas, S.SKar., I Nyoman Sudiana., S.S.Kar., M.Si. Kadek Suartaya, S.SKar.,
M.Si., I Ketut Partha, S.SKar., M.Si, Ni Ketut Suryatini, S.S.Kar., M.Sn. I
Nyoman Pasek, S.S.Kar., M.Si., I Made Kartawan, S.Sm., M.A. I Gede Made
Indra Sadguna, S.Sn., M.Hum. Ni Ketut Dewi Yulianti, S.S., M.Hum., Ni Putu
Tisna Andayani, S.S. M..Hum., Drs. I Ketut Muryana, M.Si. I Ketut Sudhana,
ix
S.SKar., M.Sn., Desak Made Suarti Laksmi, S.SKar., M.A., Saptono, S.Sen.,
M.Si., Tri Haryanto, S.Kar., M.Si. Hendra Santosa., S.S.Kar., M.Hum., atas
motivasi dan dorongan moril yang senantiasa diberikan kepada penulis.
Seluruh staf administrasi Program Studi Kajian Budaya Universitas
Udayana, Putu Sukariawan, S.T., Dra. Ni Luh Witari, I Ketut Budiastra, I
Nyoman Candra, Putu Hendrawan, Ni Wayan Ariati,S.E., Cok. Istri Murniati, dan
A.A.A. Indrawati, atas segala layanan administrasi dan akademis selama
menempuh studi.
Seluruh teman seperjuangan pada Program Doktor, Program Studi Kajian
Budaya, Program Pascasarjana Universitas Udayana, angkatan tahun 2009, Drs.
Hardiman, M.Si, Dr. Drs. Abdurrachman May, M.Si., Dr. Ida Ayu Made Gayatri,
M.Si., Dr. Drs. Ida Bagus Beratha, M.Si., Dr. Drs. I Ketut Subrata, M.Ag., Dr.
Drs. I Nyoman Suryawan, M.Si., Dr. Drs I Made Gede Putra Wijaya, S.H., M.Si,
Dr. Drs. Made Kerta Adhi, M.Pd., Dr. I Made Yudha Bakti, SSP., M.Si., Dr. Drs.
I Nyoman Winia, M.Si., Dr. Drs. I Ketut Suardika, M.Si., Dr. Drs. I Wayan
Citrawan, M.Pd. Dr. Dra. Ni Luh Arjani, M.Hum., Dr. Drs. I Ketut Sudita, M.Si.,
Dr. Drs. Ahmad Tabrani, M.Pd., Dr. Yulinis, S.ST., M.Si., Dr. Drs. I Wayan
Adnyana, M.M., M.Erg. Dr. Drs. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si., Dr. Drs. A.A.
Ngurah Sandiartha, M.Si., Dr. I Made Marajaya, Drs. I Nyoman Sukraliawan,
M.Si., Drs. Dewa Made Suteja, M.Si. I Wayan Dedy Sumantra, M.Si., Drs. Ida
Bagus Gde Putra, M.Si., atas kerjasama selama menempuh perkuliahan.
Para informan yang berdomisili di Kota Mataram, NTB dan di Bali: I
Made Bagiana, I Nengah Sukantha, I Wayan Pariode, I Wayan Gde Sadrasa, I
x
Nyoman Adi Musti Tribudiloka, I Ketut Nita, Ni Wayan Sri Aritini, Ibu Ni Made
Darmi, Prof. David D. Harnis, Ph.D., Saeful Hamdi, Amaq Saerah, I Wayan
Drestha, Sumarni, S.Pd., Ni Putu Wijayanti, Ni Luh Sri Adriyanthi, I Made
Bambang Wijaya (Alm), I Made Kawi, I Komang Renges, Jro Mangku I Made
Getul, I Gusti Bagus Wesnawa (Alm), I Made Gustra, I Gede Partha, Ida Wayan
Astha, I Wayan Wirya, I Ketut Rudati, I Nengah Rangki, Pande Gede Mustika, I
Wayan Pasca Wirsutha seniman anggota sekaa-sakaa gong se-Kota Mataram,
segenap pengurus dan anggota Himpunan Seniman Muda Kota Mataram atas
bantuan, kerjasama dan segala informasi penting yang diberikan terkait dengan
penelitian ini.
Orangtua kami tercinta, I Nyoman Yudha, S.SKar.(alm), dan Ni Wayan
Nasa, istri terkasih Ni Ketut Seriani, anak-anaku tersayang Putu Yudiasih, I Made
Adi Sedana, Ni Dyah Ayu Purnami, cucu-cucuku Luh Gede Jyoti Lestari dan Ni
Luh Putu Feby Cahyani, serta adik-adik I Made Suryawan, Ni Nyoman Ayu
Widuri, kakak yang penulis banggakan Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A.
atas segala dorongan dan motivasi, kesabarannya dan kesetiaannya menanti hasil
perjuangan ini.
Penulis sadari bahwa disertasi hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukan para
pembimbing, promotor dan promotor, penguji, serta pembaca disertasi ini demi
kesempurnaan dan dapat dijadikan bekal tambahan pengetahuan di kemudian hari.
Denpasar, Februari 2016
Penulis
xi
ABSTRAK
Seni kakebyaran merupakan bagian dari seni pertunjukan Bali yang mulaiberkembang pesat pada awal abad XIX. Pesatnya perkembangan seni kakebyaranmenjadikan seni pertunjukan ini tidak saja popular di wilayah Pulau Bali, meluasmenembus ke wilayah provinsi dan negara-negara di berbagai belahan dunia. DiIndonesia, salah satu wilayah penyebaran seni kakebyaran adalah di PulauLombok, khususnya di Kota Mataram. Adanya kebijakan di bidang budaya yangdikeluarkan oleh penguasa lewat jargon “Maju, Religius dan Berbudaya”,menegaskan orientasi pembangunan di Kota Mataram mempergunakanpendekatan nilai-nilai keagamaan yaitu Islam yang dianut secara mayoritas danmengurangi simbol agama dan budaya lain. Fenomena ini menarik untuk dikajikarena di samping berhasil menembus wilayah kepulauan, keberadaan senikakebyaran juga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat diKota Mataram.
Sebagai budaya masyarakat minoritas tentunya menjadi tantangan bagimasyarakat etnik Bali untuk mengembangkan seni, tradisi dan budaya khususnyapengembangan seni kakebyaran. Untuk itu terkait dengan studi ini dirumuskantiga permasalahan yaitu: 1) bentuk reproduksi seni kakebyaran, 2) mengapaterjadi reproduksi seni kakebyaran serta 3) bagaimanakah dampak dan maknareproduksi seni kakebyaran terhadap kehidupan seni dan budaya masyarakat diKota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Untuk membahas dan menganalisis beberapa permasalahan tersebutdipergunakan tiga teori di antaranya teori reproduksi budaya, teori identitas danteori semiotika. Teori reproduksi budaya dipergunakan untuk membedah rumusanmasalah pertama yaitu bentuk reproduksi seni kakebyaran. Teori identitasdipergunakan untuk menganalisis rumusan masalah kedua dan teori semiotikauntuk membahas permasalahan ketiga. Dari ketiga teori tersebut tidak tertutupkemungkinan dipergunakan secara eklektis untuk membahas substansi pokokbahasan dan subpokok bahasan yang terdapat pada masing-masing bab.
Penelitian dilaksanakan dengan mempergunakan metode kualitatif denganberbagai teknik yang berlaku sesuai dengan paradigma kajian budaya. Di dalampengumpulan data dipergunakan metode observasi partisipasi, wawancara, studidokumen, dan studi pustaka yang relevan. Analisis dan pembahasan permasalahansebagaimana telah dirumuskan, dideskripsikan sebagai berikut: pertama, bentukreproduksi seni kakebyaran terdapat beberapa aspek di antaranya musikalitas,bentuk dan instrumen, tata penyajian, fungsi, dan perannya di dalam penguatanbudaya Bali dan Sasak. Kedua, penyebab terjadinya reproduksi seni kakebyaran,di antaranya: budaya, komunikasi budaya antara budaya Bali dan Sasak, agama,kehidupan sosial dan ekonomi. Ketiga, reproduksi seni kakebyaran berdampakterhadap kehidupan spiritual, sosio-kultural, dan berdampak ekonomis. Terkaitdengan itu, makna yang ditimbulkan di antaranya, makna estetik/artistik maknakultural.
Kata Kunci: reproduksi, seni kakebyaran, Kota Mataram
xii
ABSTRACT
Kakebyaran is part of the performing art of Bali which began to developflourishingly at the beginning of the 19th century. Such a dramatic development ofthis kakebyaran has made this performing art become popular not only in Bali butalso outside the island and even to all over the world. In Indonesia, one of itsspreading regions is Lombok Island, especially in Mataram City. There are thecultural policies issued by the authorities from their slogan it is advanced religiousand cultured, it confirmed that the orientation of the development in Mataram Cityis approach using values of religion, which is embraced of Islam by the majorityand reducing the symbols of religions and other cultures. This kind ofphenomenon is worth investigating since apart from its ability to spread across thearchipelago, the existence of this kakebyaran has influenced various aspects oflife of the urban people of Mataram City.
As the culture of minority people, this certainly becomes the challenges ofthe Balinese ethnic group to develop art, tradition and culture particularly thedevelopment of kakebyaran. For that reason, in relation to this study, threeresearch questions were formulated, they are: 1) Forms of reproduction ofkakebyaran, 2) Why to be the reproduction of the kakebyaran art, and 3) Theimpacts and meanings of the reproduction of kakebyaran on the life of art andculture of the people of Mataram City, West Nusa Tenggara.
There are three theories employed to discuss and analyze the researchquestions formulated above. Those theories are: the theory of culturalreproduction, identity theory and semiotic theory. The Cultural Reproductiontheory was used to discuss and analyze the first research question, that is the formof reproduction of the kakebyaran. Meanhile, the identity theory was employed toanalyze the second research question and the semiotic theory was utilized todiscuss and analyze the third research question. However, it is also possible to usethe three theories eclectically to discuss and analyze the substance of the points ofdiscussion and sub - points of discussion of each chapter.
The research was carried out using qualitative methods along with varioustechniques in accordance with paradigms of cultural studies. For data collection,the methods used were participative observation, interview, documentary studyand related literatures study. Analize and discussion of the problem as beenformulated, to descripted as as follows: First, there are several aspects in the formof reproduction of the kakebyaran. They are musicality, forms and instruments,the art of the performance/presentation, functions and its roles in strengthening theBalinese and Sasak cultures. Second, the cause of the reproduction of thekakebyaran, such as: cultural, cultural communication between the Balinese andSasak cultures, religions, social life, and economic. Third, the reproduction of thekakebyaran art has brought some impacts on the spiritual life, socio-cultural life,and economy of the people in Mataram City. In line with this, the meanings thatemerge from this phenomenon are aesthetic or artistic meaning and culturalmeaning.
Key words: reproduction, kakebyaran, Mataram City
xiii
RINGKASAN DISERTASI
Seni kakebyaran merupakan bagian dari seni pertunjukan Bali yang mulai
berkembang pesat pada awal abad XIX. Pesatnya perkembangan seni kakebyaran
menjadikan seni pertunjukan ini sangat popular di wilayah Pulau Bali. Berawal
dari munculnya gong kebyar, seni kakebyaran pada saat ini berkembang dan
memiliki cakupan wilayah artistik yang sangat luas. Apabila sebelumnya seni
kakebyaran dipahami terbatas sebagai salah satu bentuk kesenian yang dihasilkan
dengan seperangkat gamelan gong kebyar, saat ini pemahaman seni kakebyaran
sudah meluas melingkupi berbagai bentuk seni yang lain seperti seni tari
sehingga munculah istilah tari kakebyaran yaitu tari-tarian yang diiringi dengan
gamelan gong kebyar atau tari-tarian yang diiringi dengan pola-pola musikal yang
ngebyar. Demikian luasnya eksistensi estetika kakebyaran berkembang dalam
seni pertunjukan Bali, sehingga mampu memengaruhi wilayah ensambel gamelan
lainnya. Saat ini pola-pola kakebyaran dan komposisi kakebyaran secara utuh
juga dimainkan dengan mempergunakan beberapa jenis gamelan seperti gamelan
gong gede, smar pagulingan, palegongan, angklung, gender wayang dan yang
lainnya.
Indikator popularitas seni kakebyaran dapat diketahui dari wilayah
penyebarannya. Saat ini seni kakebyaran tidak hanya berkembang di wilayah
Pulau Bali, namun sudah menyebar ke berbagai wilayah di seluruh Indonesia,
bahkan mampu menembus ke negara-negara di berbagai belahan dunia. Di
Indonesia, seni kakebyaran menyebar hampir ke seluruh wilayah provinsi
terutama provinsi yang menjadi daerah tujuan transmigrasi. Dalam cakupan
wilayah internasional, seni kakebyaran sudah menyebar ke berbagai wilayah atau
negara di benua Amerika, Eropa, Asia, Australia, dan benua Afrika. Dari berbagai
wilayah penyebaran tersebut, salah satu wilayah penyebaran yang menarik untuk
dikaji adalah wilayah Pulau Lombok, khususnya di Kota Mataram.
Kota Mataram sebagai bagian dari wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) memiliki keunikan tersendiri. Masyarakatnya pluralistik dengan berbagai
etnik yang masing-masing hidup dengan tradisi budayanya. Keunikan lainnya,
xiv
sebagai wilayah yang plural sebagian besar atau mayoritas masyarakatnya adalah
masyarakat suku Sasak yang menganut agama Islam sebagai sistem kepercayaan
mereka. Tingginya fanatisme terhadap sistem kepercayaan tersebut menimbulkan
slogan-slogan seperti: “dengan Sasak nu dengan Islam”, “Lombok Pulau Seribu
Masjid” dan motto yang diangkat oleh Kota Mataram adalah Maju, Religius dan
Berbudaya.
Sebagai budaya masyarakat minoritas yang berada di tengah-tengah
masyarakat yang demikian tinggi fanatisme terhadap kepercayaan, tentunya
menjadi tantangan bagi masyarakat etnik Bali yang menganut keyakinan agama
Hindu untuk mengembangkan seni, tradisi dan budaya khususnya pengembangan
seni kakebyaran. Untuk itu terkait dengan studi ini akan dirumuskan tiga
permasalahan yang dikaji yaitu: 1) bentuk reproduksi seni kakebyaran, 2)
mengapa terjadi reproduksi seni kakebyaran serta 3) bagaimanakah dampak dan
makna reproduksi seni kakebyaran terhadap kehidupan seni dan budaya
masyarakat di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Diangkatnya ketiga rumusan permasalahan ini tujuannya secara umum
adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang holistik tentang
reproduksi seni kakebyaran dalam kehidupan masyarakat di Kota Mataram, Nusa
Tanggara Barat. Secara khusus tujuannya adalah 1) mengetahui bentuk reproduksi
seni kakebyaran, 2) untuk memahami penyebab terjadinya reproduksi seni
kakebyaran dan 3) untuk menginterpretasi dampak dan makna reproduksi seni
kakebyaran terhadap kehidupan seni dan budaya masyarakat di Kota Mataram,
Nusa Tenggara Barat.
Disasarnya tujuan tersebut agar penelitian ini secara teoritis bermanfaat 1)
bagi bidang keilmuan khususnya penyetaraan pengembangan di bidang seni
pertunjukan dalam konteks kajian budaya, 2) meningkatkan pemahaman tentang
reproduksi seni kakebyaran sebagai salah satu ikon dan identitas budaya
masyarakat Bali ketika direpresentasikan di wilayah yang baru dan 3) untuk dapat
dipergunakan sebagai referensi alternatif dalam penelitian lebih lanjut tentang
reproduksi budaya khususnya dalam seni pertunjukan. Secara praktis penelitian
ini: 1) dapat dipergunakan sebagai suatu sumbangan pemikiran dan sebagai acuan
xv
di dalam menentukan berbagai kebijakan dalam pemerataan dan penyetaraan
perkembangan seni pertunjukan khususnya seni kakebyaran di Kota Mataram, 2)
sebagai suatu bentuk solusi dalam memecahkan permasalahan kesenjangan yang
terjadi dalam pekembangan seni kakebyaran di Kota Mataram, sehingga nantinya
terjadi pemerataan pengembangan kesenian tersebut baik secara kuantitas,
utamanya kualitas, 3) untuk meningkatkan kesadaran para penentu kebijakan dan
kepedulian semua pihak akan pentingnya peran kesenian dalam kehidupan
masyarakat secara lebih luas, mempererat jalinan komunikasi antarbudaya,
penguatan identitas, jati diri dan pembangunan karakter bangsa sehingga
diharapkan tidak terjadi marjinalisasi budaya dalam kondisi masyarakat dengan
budaya yang heterogen dan multikultur, 4) sebagai modal budaya yang dapat
dimanfaatkan dalam meningkatkan berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi,
politik serta pembangunan daerah pada umumnya.
Untuk membahas dan menganalisis beberapa permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini dipergunakan tiga teori yakni teori reproduksi, teori identitas
dan teori semiotika. Ketiga teori tersebut dipergunakan secara eklektik untuk
membedah permasalahan sebagaimana yang telah dirumuskan. Namun demikian
secara spesifik teori reproduksi budaya dipergunakan untuk membedah rumusan
masalah pertama yang berkaitan dengan bentuk reproduksi seni kakebyaran. Teori
identitas dipergunakan untuk menganalisis rumusan masalah kedua dan teori
semiotika untuk membahas permasalahan ketiga. Dari ketiga teori yang
dipergunakan tidak tertutup kemungkinan ketiga teori tersebut juga dipergunakan
secara ekletis untuk membahas pokok bahasan dan subpokok bahasan yang
terdapat pada masing-masing bab.
Penelitian tentang reproduksi seni kakebyaran di Kota Mataram Nusa
Tenggara Barat mempergunakan metode deskriptif kualitatif dengan berbagai
teknik yang berlaku sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah. Di dalam
pengumpulan data dipergunakan metode observasi partisipasi yaitu mengamati
secara langsung dan secara aktif terlibat dalam berbagai aktivitas berkesenian. Hal
ini dilakukan sebagai strategi pendekatan untuk memperoleh data yang otentik.
Diketahuinya latar belakang peneliti sebagai seorang seniman, sering kali diminta
xvi
untuk memberikan pembinaan dan pelatihan secara langsung terhadap sekaa-
sekaa atau sanggar seni yang menjadi objek penelitian. Dari kegiatan ini dapat
dieksplorasi secara langsung dan mendalam berbagai informasi data yang penting
terkait dengan aktivitas berkesenian para seniman di Kota Mataram.
Dari analisis dan pembahasan terhadap ketiga permasalahan sebagaimana
telah dirumuskan, hasil penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, bentuk reproduksi seni kakebyaran di Kota Mataram merupakan
aktivitas masyarakat etnis Bali di dalam menumbuhkembangkan kesenian
utamanya yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Seni
kakebyaran sebagai salah satu hasil karya cipta budaya masyarakat Bali, memiliki
karakter dan identitas budaya yang sangat kuat dan sangat fleksibel, serta
memiliki nilai universal. Dalam reproduksi seni kakebyaran terdapat beberapa
aspek diantaranya musikalitas, bentuk dan instrumen, tata penyajian, fungsi dan
perannya di dalam penguatan budaya Bali dan Sasak.
Kedua, terdapat beberapa penyebab terjadinya reproduksi seni kakebyaran,
di antaranya: budaya yang di dalamnya terdapat pemertahanan budaya,
representasi budaya Bali dan Sasak, komunikasi budaya antara budaya Bali dan
Sasak, agama, kehidupan sosial dan ekonomi.
Ketiga, reproduksi seni kakebyaran berdampak terhadap kehidupan
spiritual, sosiokultural, dan berdampak ekonomis. Terkait dengan itu, makna yang
ditimbulkan di antaranya, makna astetik/artistik di mana muncul berbagai bentuk
kreatifitas dari para seniman untuk menghasilkan karya-karya baru dari
pengalaman estetis yang dialami selama menggeluti seni kakebyaran. Di samping
makna estetik juga terdapat makna edukatif di mana kesenian khususnya seni
kakebyaran dapat dimanfaatkan oleh masyarakat khususnya para seniman untuk
meningkatkan kualitas hidup (quality of life) di dalam mencapai kesejahteraan
material dan non material. Terakhir, reproduksi seni kakebyarn memiliki makna
kultural yaitu pemertahanan identitas budaya, penguatan budaya Bali dan Sasak.
Dari pembahasan terhadap rumusan masalah, dapat disimpulkan aktivitas
reproduksi menghasilkan pemahaman terhadap musikalitas, instrumentasi, dan
fungsi seni kakebyaran di dalam kehidupan masyarakat di Kota Mataram. Kedua,
xvii
pemahaman terhadap penyebab terjadinya reproduksi seni kakebyaran yaitu,
budaya, media komunikasi dan aspek ekonomi. Ketiga, reproduksi seni
kakebyaran berdampak terhadap kehidupan spiritual, sosiokultural, dan
berdampak ekonomis, serta bermakna estetik/artistik, edukatif dan kultural.
Dari penelitian ini terdapat empat temuan berikut ini.
Pertama, dalam reproduksi seni kakebyaran terdapat 3 (tiga) bentuk seni
kakebyaran yang berhasil direproduksi yaitu: 1) seni kakebyaran gaya Bali, 2)
seni kakebyaran gaya Bali-Lombok, dan 3) seni kakebyaran gaya Pesasakan.
Adapun seni kakebyaran gaya Bali yang direproduksi adalah seni kakebyaran
gaya Bali Utara dan seni kakebyaran gaya Bali Selatan. Reproduksi seni
kakebyaran merupakan salah satu bentuk reproduksi kebudayaan. Munculnya
beberapa bentuk gaya kakebyaran di Kota Mataram sesuai dengan pandangan
Bourdieu tentang konsep habitus dan arena serta hubungan dialektis dari
keduanya. Adanya persamaan dan perbedaan di dalam reproduksi disebabkan oleh
kebudayaan sebagai fenomena yang senantiasa bergerak secara fleksibel, adaptif
dan konfiguratif.
Kedua, seni kakebyaran sebagai salah satu identitas budaya Bali dibangun
dan direproduksi secara bersama-sama tidak saja oleh masyarakat etnis Bali,
namun juga oleh kalangan seniman etnis Sasak. Direproduksinya seni kakebyaran
di kedua etnis tersebut membuktikan bahwa seni kakebyaran sebagai media
komunikasi yang ampuh untuk mempersatukan berbagai kelompok etnis yang ada
di NTB dan sebagai bukti kekuatan seni sebagai media integrasi sosial.
Ketiga, reproduksi seni kakebyaran memicu kreativitas para seniman
sehingga muncul berbagai bentuk karya seni baru yang bersifat representtif,
akulturatif, dan hibrid. Karya seni yang diciptakan oleh para seniman Bali dan
seniman Sasak menjadi representasi identitas dan budaya sesuai dengan latar
belakang budaya Bali dan Sasak. Asimilasi dua budaya terjadi melalui media seni
kakebyaran yang memunculkan kreatifitas seni yang akulturatif dan bernuansa
hibrid.
Keempat, kuatnya keberadaan seni kakebyaran banyak memengaruhi
beberapa jenis kesenian Sasak. Beberapa jenis kesenian seperti Gandrung, Cupak
xviii
Gerantang dan beberapa tarian lainnya mengalami perubahan iringan, dari
instrumen musik tradisional Sasak ke gamelan gong kebyar. Hal ini menunjukkan
bahwa seni kakebyaran, walaupun merupakan bagian dari budaya masyarakat
minoritas ternyata mampu memengaruhi budaya masyarakat mayoritas. Fenomena
seperti ini, menjadi salah satu kasus yang berbeda dengan rumusan yang
dipaparkan oleh Milton M. Gordon dan Arnold M. Rose (dalam Poerwanto,
2000:118) yang mengatakan asimilasi mengharuskan para migran untuk
menyesuaikan diri pada kelompok yang kebudayaan yang didatangi (host societe)
dan dalam asimilasi loyalitas mereka (para migran) terhadap kebudayaan asal
mereka semakin kecil dan akhirnya kelompok tersebut mengidentifikasikan
dirinya ke dalam kebudayaan yang baru. Direproduksinya berbagai bentuk budaya
oleh etnis Bali hal ini menunjukkan adanya peningkatan loyalitas terhadap budaya
asalnya, dan peningkatan tersebut mampu mempengaruhi budaya lokal.
Kendatipun demikian pola penyesuaian yang dilakukan hanya bersifat partisipatif
sebagai salah satu bentuk toleransi dalam aktivitas budaya.
xix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI iv
SURAT PERNYATAAN PLAGIAT v
UCAPAN TERIMAKASIH vi
ABSTRAK xi
ABSTRACT xii
RINGKASAN xiii
DAFTAR ISI xix
DAFTAR TABEL xxiii
DAFTAR PETA xxiv
DAFTAR GAMBAR xxv
DAFTAR LAMPIRAN xxvii
GLOSARIUM xxviii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 10
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 11
1.3.1 Tujuan Umum…………………………………………………… 11
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………….. 11
1.4 Manfaat Penelitian…...................................................................... 12
1.4.1 Manfaat Teoritis…………………………………………………. 12
1.4.2 Manfaat Praktis………………………………………………….. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP LANDASAN TEORI DAN
MODEL......................................................................................... 14
2.1 Tinjauan Pustaka............................................................................. 14
2.2 Konsep............................................................................................ 25
xx
2.2.1 Reproduksi...................................................................................... 25
2.2.2 Seni Kakebyaran............................................................................. 26
2.3 Landasan Teori ............................................................................... 33
2.3.1 Teori Reproduksi Budaya.............................................................. 35
2.3.2 Teori Identitas................................................................................. 42
2.3.3 Teori Semiotika............................................................................... 47
2.4 Model Penelitian............................................................................. 49
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 52
3.1 Rancangan Penelitian...................................................................... 52
3.2 Lokasi Penelitian............................................................................. 55
3.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................... 58
3.3.1 Jenis Data………………………………………………………… 58
3.3.2 Sumber Data……………………………………………………… 58
3.4 Penentuan Informan........................................................................ 59
3.5 Instrumen Penelitian....................................................................... 62
3.6 Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 63
3.6.1 Observasi Partisipasi...................................................................... 64
3.6.2 Wawancara.................................................................................... 65
3.6.3 Studi Dokumen.............................................................................. 66
3.7 Teknik Analisis Data....................................................................... 67
3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data............................................ 68
BAB IV GAMBARAN UMUM KONDISI SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT BALI DI KOTA MATARAM.......................... 70
4.1 Gambaran Umum Kota Mataram.................................................... 70
4.1.1 Sejarah Kota Mataram.................................................................... 74
4.1.2 Geografi.......................................................................................... 77
4.1.3 Peta, dan Batas-Batas Wilayah Kota Mataram…...…………........ 79
4.2 Demografi Bali di Kota Mataram................................................... 79
4.2.1 Jumlah Penduduk............................................................................ 79
xxi
4.2.2 Mata Pencaharian.......................................................................... 80
4.2.3 Agama............................................................................................. 86
4.2.4 Pendidikan....................................................................................... 94
4.3 Sistem Sosial................................................................................... 96
4.3.1 Sistem Sosial Masyarakat Kota Mataram....................................... 99
4.3.2 Sistem Sosial Masyarakat Bali di Kota Mataram.......................... 101
4.4 Seni, Tradisi dan Budaya Masyarakat............................................ 108
4.4.1 Kesenian Tradisional...................................................................... 109
4.4.2 Tradisi dan Budaya Masyarakat Bali Di Kota Mataram................ 120
BAB V BENTUK DAN FUNGSI REPRODUKSI SENI KAKEBYARAN
DI KOTA MATARAM.................................................................. 142
5.1 Musikalitas...................................................................................... 142
5.1.1 Musikalitas Kebyar Gaya Bali Utara.............................................. 145
5.1.2 Musikalitas Kebyar Gaya Bali Selatan........................................... 158
5.1.3 Musikalitas Kebyar Gaya Pesasakan.............................................. 166
5.2 Instrumentasi................................................................................... 177
5.2.1 Bentuk Dan Jenis Instrumen........................................................... 177
5.2.2 Setting Instrumen............................................................................ 191
5.3 Fungsi Seni Kakebyaran................................................................. 196
5.3.1 Fungsi Ritual.................................................................................. 197
5.3.2 Sajian Seni Pertunjukan................................................................ 203
5.3.3 Penguatan Budaya Setempat........................................................ 209
BAB VI TERJADINYA REPRODUKSI SENI KAKEBYARAN DI
KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT..................... 214
6.1 Budaya........................................................................................ 216
6.1.1 Pemertahanan Budaya................................................................... 217
6.1.2 Representasi Budaya....................................................................... 228
6.2 Media Komunikasi.......................................................................... 230
xxii
6.2.1 Komunikasi Intra Etnis................................................................... 233
6.2.2 Komunikasi Antaretnis.................................................................. 236
6.3 Ekonomi....................................................................................... 241
BAB VII. DAMPAK DAN MAKNA REPRODUKSI SENI
KAKEBYARAN DI KOTA MATARAM, NUSA TENGGARA
BARAT........................................................................................ 253
7.1Dampak Reproduksi Seni Kakebyaran Di Kota Mataram, Nusa
Tenggara Barat……………………………………………………253
7.1.1 Dampak Spiritual........................................................................... 254
7.1.2 Dampak Sosiokultural................................................................. 265
7.1.3 Dampak Ekonomis......................................................................... 280
7.2 Makna Reproduksi Seni Kakebyaran di Kota Mataram, Nusa
Tenggara Barat................................................................................ 290
7.2.1 Makna Estetik/Artistik.................................................................... 290
7.2.2 Makna Edukatif............................................................................... 297
7.2.3 Makna Budaya................................................................................ 301
BAB VIII. PENUTUP.................................................................................. 314
8.1 Simpulan......................................................................................... 314
8.2 Temuan........................................................................................... 318
8.3 Saran-Saran..................................................................................... 321
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 323
LAMPIRAN 329
Lampiran 1. Daftar Informan........................................................................ 239
Lampiran 2. Pedoman Wawancara............................................................... 333
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian............................................ 335
Lampiran 4. Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana Tentang
Penguji Ujian Disertasi Tahap I (Tertutup)............................... 340
xxiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan, Desa/Kelurahan di Kota Mataram………… 71
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan
Penduduk Per Kecamatan di Kota Mataram Tahun 2011........... 80
Tabel 4.3 Jumlah Umat Agama di Kota Mataram........................................ 87
Tabel 4.4 Jumlah Sarana Peribadatan Per Kecamatan Tahun 2009............. 89
Tabel 4.5 Jumlah Sekolah SD, SMP dan SMA dan Sebaran di Masing-
Masing Kecamatan Di Kota Mataram Tahun 2009..................... 96
Tabel 4.7 Jenis Kesenian dan Sanggar Seni di Kota Mataram………….... 112
xxiv
DAFTAR PETA
Peta 4.1 Wilayah Kecamatan di Kota Mataram…………………………. 77
Peta 4.2 Pulau Lombok…………………………………………………… 78
Peta 4.3 Batas-Batas Wilayah Kota Mataram…………………………….. 79
xxv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Lambang Kota Mataram........................................................... 73
Gambar 4.2 Tari Rejang Dedari di Pura Bukit Ngandang Pagutan,
Mataram....................................... ……………………………. 119
Gambar 4.3 Gibungan dan Tradisi Magibung............................................. 129
Gambar 4.4 Prosesi Masuci Rah, Mandi Sakral dengan Darah Kerbau...... 133
Gambar 4.5 Prosesi Narat dalam Rangkaian Pujawali di Pura Bukit
Ngandang Pagutan.................................................................... 136
Gambar 4.6 Pembacaan Sloka pada perayaan Dharma Santi Hari Raya
Nyepi......................................................................................... 138
Gambar 5.1 Prasasti Dan Rerajahan di Dalam Instrumen Kendang I
Kusuma Galangan………………………………..................... 147
Gambar 5.2 Gamelan Gong Kebyar dari Paketan Singaraja yang Dibawa
Pada tahun 1923………………………………………………. 152
Gambar 5.3 Instrumen Gender Rambat di Karang Kubu............................ 153
Gambar 5.4 Gamelan Gong Kebyar Karang Kubu Setelah Perombakan
Tahun 1934 dan Penambahan Instrumen Gangsa Jongkok dan
Terompong pada Tahun 1995………………………………… 155
Gambar 5.5 Gamelan Angklung.................................................................. 156
Gambar 5.6 I Ketut Loncah (Alm)…………………………………...…… 160
Gambar 5.7 Sekaa Gong Cri Ganesa Dharma, Pagutan Mataram, I Ketut
Loncah (baris II berdiri paling kiri)…………………………..
162
Gambar 5.8 Ni Made Darmi (78Th)........................................................... 164
Gambar 5.9 Pelawah Gamelan yang Dihiasi dengan Cukli......................... 176
Gambar 5.10 Pelawah Model Bakiakan Gaya Bali Utara............................ 179
Gambar 5.11 Pelawah Gamelan yang Bergaya Bali Selatan........................ 180
Gambar 5.12 Pelawah/Tungguhan Gamelan Pasasakan.............................. 181
Gambar 5.13 Gamelan Gong Gede (palawasan).......................................... 184
Gambar 5.14 Gamelan Angklung................................................................. 185
Gambar 5.15 Gamelan Gong Kebyar Mini .................................................. 187
xxvi
Gambar 5.16 Gamelan Gong Kebyar Utama................................................ 189
Gambar 5.17 Setting Posisi Limas............................................................... 192
Gambar 5.18 Setting Posisi Limas............................................................... 192
Gambar 5.19 Setting /Formasi Lajur........................................................... 193
Gambar 5.20 Setting/Formasi ”L”................................................................ 194
Gambar 5.21 Formasi Gamelan Bebarungan................................................ 195
Gambar 5.22 Sekaa Gong Wala Astha Pasanthi, Sindu Seksari Ngayah di
Pura Pulaki, Ambengan, Cakranegara...................................... 199
Gambar 5.23 Beberapa Jenis Gamelan dalam upacara Pitra Yadnya........... 201
Gambar 5.24 Topeng Sidakarya................................................................... 204
Gambar 5.25 Mebarung antara Mahasiswa ISI Denpasar dengan Sekaa
Gong Arga Yadnya Swara, Pancaka, Mataram……………… 206
Gambar 5.26 Tari Cendrawasih pada acara resepsi pernikahan di Aula
Universitas Mataram................................................................. 207
Gambar 5.27 Tari Gandrung diiringi dengan Gamelan Gong Kebyar......... 212
Gambar 6.1 Pelepasan dan pelaksanaan KKN ISI Denpasar di Kota
Mataram Tahun 2012/2013…………………………………… 228
Gambar 6.2 Kemasan Kesenian Sasak sebagai Seni Pertunjukan Wisata.... 251
Gambar 7.1 Gamelan Gong Kebyar Kolaborasi dengan Rebana pada
Acara Pembukaan Seleksi Tilawatil Qur’an se NTB XXII
Tahun 2012................................................................................ 264
Gambar 7.3 Gamelan Kelentang................................................................. 278
Gambar 7.3 Pak Yusuf dan Tapel Cupak.................................................... 279
Gambar 7.4 Promosi Jasa Penyewaan Gamelan di Karang Kecicang.......... 283
Gambar 7.5 Gamelan Gong Kebyar dalam Festival Senggigi Tahun 2013.. 289
Gambar 7.6 Pementasan HSM dalam PKB Tahun 2015 di Taman Budaya
Denpasar.................................................................................... 301
xxvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Informan …………………………………………………..330
Lampiran 2. Pedoman Wawancara..…………………………………………....333
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian………………………………...335
Lampiran 4. Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana
No. 1359/UN14.4/HK/2016……………………………………….340
Lampiran 5. Sertifikat Kelulusan Promosi Doktor……………………………..343
xxviii
GLOSARIUM
Adonan : beberapa jenis bahan masakan yang dicampurmenjadi satu
Angkul-Angkul : gapura/pintu gerbang
Apit Lawang : rongga yang terdapat pada pintu gerbang tempatmenaruh sesajen
Arja : dramatari tradisional Bali dimana para pemainnyasenantiasa melantunkan tembang-tembang macapatsebagai penghantar dialog
Bakiakan : tungguhan gamelan yang dipahat secara sederhanatanpa ukiran
Banjar : tempat berkumpulnya masyarakat Bali/ organisasisosial masyarakat Bali
Banjar Karya : organisasi sosial yang keanggotaannya hanyabekerja jika ada kegiatan upacara
Banjar Rojong : organisasi masyarakat yang keanggotaannya masihmemiliki hubungan kekeluargaan
Banjar Suka Duka : organisasi masyarakat yang keanggotaannyaberasal dari berbagai kalangan masyarakat
Barong Tengkoq : alat musik tradisional Sasak yang salah satualatnya (riyong) dimainkan di atas pundak
Betuakan : minum tuakCatur Warna : tingkatan struktur sosial masyarakat berdasarkan
tugas dan fungsinya dalam kehidupan masyarakat.di Bali, pembagian Catur Warna terdiri atasbrahmana, kesatria, wesia dan sudra.
Ceretan : tempat minuman dari tanah liat
Comprang : alat musik tradisional Sasak, sering juga disebutdengan Barong Tengkok
Dius Kumaliki : kelahiran kembali secara spiritual dengan saranaritual
xxix
Ebatan : adonan masakan tradisional Bali
Gangsa Gantung : instrumen gangsa yang daun bilahnya digantungpada bagian pelawahnya dengan mempergunakanutas tali yang terbuat dari kulit sapi/kambing
Gangsa Jongkok : instrumen gamelan Bali yang dibuat dengan ukuranpendek di mana daun bilahnya di pancang denganbesi/paku
Gender Barangan : instrumen gamelan palegongan yang berdaun bilah13-14 bilah yang ukurannya lebih kecil dari genderrambat
Gender Rambat : instrumen gamelan palegongan yang berdaun bilah13-14 bilah
Gibungan : Hidangan masakan tradisional yang di dalamnyaterdapat berbagai jenis masakan yang terdiri darinasi, berbagai jenis ebatan, sate, komoh, adonansayur dan aseman.
Janger : seni pertunjukan Bali yang tergolong senipergaulan
Kelentang : musik tradisional Sasak yang 10 bilah nadanyamasing-masing terbagi dalam 1 tungguhan.
Kendang Gupekan : kendang yang dimainkan hanya denganmempergunakan tangan
Lalonggoran. : komposisi karawitan klasik gaya Bali Utara
Lelembaran : salah satu ebatan dalam menu gibungan.
Lelengisan. : tungguhan gamelan yang berbentuk polos/tidakdiukir
Megocek : main judi sabungan ayam
Mesuci Rah : ritual pembersihan diri secara spiritual denganmempergunakan darah kerbau
Narat : tradisi menusuk diri sendiri dengan senjata tajam(keris) pada saat dilaksanakannya ritual upacara
xxx
Ngelegu : tradisi makan snak bersama pada malam hari yangdilakukan oleh masyarakat yang terdapat diwilayah Karang Medain pada saat dilaksanakanupacara adat.
Ngurek tradisi menusuk diri semdiri dengan senjata tajam(keris) pada saat dilaksanakannya ritual upacara
Norot : salah satu motif dan teknik memainkan gamelanBali dengan memukul 1 nada secara beruntun
Oncang-Oncangan : salah satu motif dan teknik memainkan gamelanBali, permaduan antara pukulan polos dan sangsihdengan memukul selisih satu nada.
Palawasan : komposisi karawitan klasik yang dimainkandengan mempergunakan gamelan pelawasan (gonggede)
Pamaksan : Sistem keanggotaan tempat pemujaan yang masihmemiliki ikatan persaudaraan.
Panca Aksara : lima aksara suci
Pangenter : pemandu acara kegiatan adat istiadat
Panguakas : pemandu acara magibung
Pejagrean : tradisi melek atau begadang semalam seuntuk yangdilaksanakan pada saat perayaan hari rayaCiwalatri
Penyacah : salah satu instrumen yang terdapat dalam barungangamelan gong kebyar yang berbilah tujuh
Penyengker : tembok batas pekarangan rumah
Prembon : dramatari Bali yang merupakan perpaduan antaratopeng dengan arja.
Preret : alat musik tradisional Sasak yang tergolong alatmusik aerophone yang dimainkan dengan caraditiup.
Rerajahan. : lukisan yang memiliki simbol dan makna sakral
xxxi
Riyong, : alat musik tradisional Bali yang dalam satutungguhan teriri atas 12 pencon nada.
Sekaa Tajen : organisasi sosial yang anggotanya adalah parapemain sabungan ayam.
Sekatian : komposisi karawitan gaya Bali Utara yangdimainkan dengan mempergunakan media gamelangong kebyar, dan motif lagunya adalah gendingpengecet yang dimainkan dengan teknik oncang-oncangan
Sidikara : ikatan persaudaran
Tajen : judi sabungan ayam
Teleq : jenis tarian Sasak klasik yang ditarikan oleh duaorang wanita.
Toya Kumkuman : air suci yang di dalamnya terdapat berbagai jenisbunga
Tuak : minuman tradisional yang terbuat dari buaharen/kelapa
top related