regulasi dan standar akuntansi sektor publik
Post on 23-Jan-2016
64 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TOPIK 2
REGULASI DAN STANDAR
Akuntansi sector publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan
akuntansi biasa. Karena, akuntansi biasa belum mencakup
pertanggungjawaban kepada masyarakat yang ada di sektor publik. Ikatan
Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar untuk organisasi
nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini
tercantum pada PSAK nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini
belum mengakomodasi praktik-praktik lembaga pemerintahan ataupun
organisasi nirlaba yang dimilikinya. Karna itu, pemerintah mencoba menyusun
suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara internasional.
Organisasi yang merancang standar ini adalah International Federation of
Accountants-IFAC (Federasi Auntan Internasional). Mereka membuat suatu
standar akuntansi sector publik yang disebut Internation Public Sector
Accounting Standards-IPSAS ( Standar Internasional Akuntansi Sektor
Publik ). Standar ini menjadi pedoman bagi perancangan standar akuntansi
pemerintahan di setiap Negara di dunia.
Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam penetapan standar akuntansi, antara lain:
1. Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan
dalam laporan posisi keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi
bagi seluruh pengguna informasi.
2. Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang
memungkinkan pengujian secara hati-hati dan independen saat
menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit laporan suatu
organisasi serta saat membuktikan kewajaran.
3. Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan yang
berkaitan dengan berbagai variabel yang patut dipertimbangkan dalam
bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta regulasi ekonomi dan
peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial 1ainnya.
4. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak
yang berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.
1 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
A. Dasar Hukum Keuangan Negara
Wujud pelaksanaan keuangan negara tersebut dapat diidentifikasikan
sebagai segala bentuk kekayaan, hak, dan kewajiban negara yang tercantum
dalam APBN dan laporan pelaksanaannya.
Hak-hak Negara yang dimaksud, mencakup antara lain :
Kewajiban negara adalah berupa pelaksanaan tugas-tugas pemerintah sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yaitu :
1. Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang
2. Hak untuk memungut sumber-sumber keuangan, seperti pajak, bea dan cukai
3. Hak untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat dinikmati oleh khalayak umum, yang dalam hal ini pemerintah dapat memperoleh (kontra prestasi) sebagai sumber penerima Negara
. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluuh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum3. Mencerdaskan kehidupan bangsa4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
Pelaksanaan kewajiban atau tugas-tugas pemerintah tersebut dapat
berupa pengeluaran dan diakui sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945
Amandemen IV, secara khusus diatur mengenai Keuangan Negara, yaitu pada
BAB VIII pasal 23 yang berbunyi sebagai berikut :
1. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan setiap tahun dengan
Undang-Undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui
anggaran yang diusulkan Pemerintah, maka Pemerintah menjalankan
anggaran tahun lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang
3. Jenis dan harga mata uang ditetapkan dengan Undang-Undang
4. Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan
Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu diberitahukan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
B. Dasar Hukum Keuangan Daerah
Berdasarkan pasal 18 UUD 1945, tujuan pembentukan daerah otonom
adalah meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintah untuk melayani
masyarakat dan melaksanakan program pembangunan. Dalam rangka
penyelenggaraan daerah otonom, menurut penjelasan pasal 64 Undang-
undang No. 5 tahun 1974, fungsi penyusunan APBD adalah untuk :
2 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
1. Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada Rakyat Daerah yang
bersangkutan
2. Mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
3. Memberi isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya
dan kepala daerah khususnya, karena anggaran pendapatan dan belanja
daerah itu menggambarkan seluruh kebijaksanaan pemerintah daerah
4. Melaksanakan pengawasan terhadap pemerintahan daerah dengan cara
yang lebih mudah dan berhasil guna.
5. Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk
melaksanakan penyelenggaraan Keuangan Daerah didalam batas-batas
tertentu
C. Akuntansi Sektor Publik Memasuki Era Desentralisasi
Perananan laporan keuangan telah berubah dari posisi administrasi
semata menjadi posisi akuntabilitas di tahun 2000. Pergeseran peranan
laporan keuangan ini telah membuka peluang bagi posisi akuntansi sektor
publik dalam manajemen pemerintahan dan organisasi sektor publik lainnya.
Jadi tujuan akuntansi sektor publik adalah untuk memastikan kualitas laporan
keuangan dalam pertanggungjawaban publik. Sebagai perspektif baru,
berbagai prasarana akuntansi sektor publik perlu dibangun, seperti:
1. Standar Akuntansi Sektor Publik untuk Pemerintahan Pusat, Pemerintahan
Daerah, dan organisasi sektor publik lainnya
2. Account Code untuk Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun
organisasi sektor publik lainnya, dimana review terhadap transaksi yang
berkaitan dapat dilakukan dalam rangka konsolidasi dan audit
3. Jenis Buku Besar yang menjadi pusat pencatatan data primer atas semua
transaksi keuangan pemerintah
4. Manual sistem Akuntansi Pemerintahan dan Organisasi lainnya yang
menjadi pedoman atas jenis-jenis transaksi dan perlakuan akuntansinya
Dengan kelengkapan prasarana tersebut, para petugas dibidang akuntansi
dapat melakukan pencatatan, peringkasan, dan pelaporan keuangan, baik
secara manual maupun komputasi. Akibat tidak tersedianya prasaran diatas,
muncul persepsi bahwa :
1. Akuntansi adalah sesuatu yang sulit
2. Akuntansi harus dikerjakan oleh SDM yang terdidik dalam jangka waktu
panjang.
3 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
D. Regulasi Yang Terkait Dengan Akuntansi Sektor Publik
1. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi.
Perjalanan akuntansi sektor publik di era pra reformasi didasari pada UU
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.
Disamping itu,ada beberapa peraturan pelaksanaan yang diturunkan dari
perundang-undangan, antara lain:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan,
Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah
b) Pemerintah Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Penyusunan
APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, dan Penyusunan
Perhitungan APBD
c) Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 900-099 Tahun 1980 tentang
Manual Administrasi Keuangan Daerah
d) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1994 tentang
Pelaksanaan APBD
e) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
f) Keputusan Mendagri Nomor 3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan
Susunan Perhitungan APBD
2. Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Reformasi politik di Indonesia telah mengubah sistem kehidupan negara.
Tuntutan good governance diterjemahkan sebagai terbebas dari tindakan
KKN. Pemisahan kekuasaan antareksekutif, yudikatif, dan legislatif
dilaksanakan. Selain itu, partisipasi masyarakat akan mendorong praktik
demokrasi dalam pelaksanaan akuntabilitas publik yang sesuai dengan
jiwa otonomi daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah adalah dua undang-undang yang berupaya mewujudkan
etonomi daerah yang lebih luas. Sebagai penjabaran otonomi daerah
tersebut di bidang administrasi keuangan daerah,berbagai peraturan
perundangan yang lebih operasional dalam era reformasipun telah
dikeluarkan. Beberapa regulasi yang relevan antara lain :
a) Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bebas Dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)
4 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
b) Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952)
c) Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan
d) Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4022)
e) Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman
Daerah
f) Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah
3. Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Landasan hukum pelaksanaan reformasi tersebut telah disiapkan oleh
Pemerintah dalam suatu Paket UU Bidang Keuangan Negara yang terdiri
dari UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, dan UU
Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang pada saat ini telah
disahkan oleh DPR. Terdapat empat prinsip dasar pengelolaan keuangan
negara yang telah dirumuskan dalam 3 Paket UU Bidang Keuangan Negara
tersebut, yaitu :
a) Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja
b) Keterbukaan dalam setiap prinsip transaksi
c) Pemberdayaan manajer profesional
d) Adanya lembaga pemeriksa internal yang kuat, profesional, dan
mendiri serta dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan pemerintahan.
Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip desentralisasi dan
otonomi daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25
Tahun Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Paradigma baru regulasi Akuntansi Sektor Publik :
a) UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara
b) UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
c) UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Keuangan
Negara
5 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
d) UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan dan
Pembangunan Nasional
e) UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
f) UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah
g) PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
h) PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Sebagai Regulasi Terkini di Indonesia.
Dalam UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 angka 13, 14,
15, dan 16, dapat dilihat bahwa definisi pendapatan dan belanja
negara/daerah berbasis akrual karena disana disebutkan bahwa :
Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan Belanja negara/daerah
adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang
nilai kekayaan bersih. Namun kita diperkenankan untuk transisi karena
saat itu praktik yang ada adalah dengan menggunakan basis kas, dimana
pendapatan dan belanja diakui saat uang masuk/keluar ke/dari kas umum
negara/daerah. Dispensasi ini tercantum dalam Pasal 36 ayat 1 UU 17
Tahun 2003 yang intinya ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya
dalam 5 (lima) tahun, artinya sampai dengan tahun 2008. Untuk masa
transisi itulah PP 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
terbit, dimana kita memakai basis Kas Menuju Akrual (Laporan Realisasi
Anggaran berdasarkan basis kas, Neraca berdasarkan basis Akrual).
Dalam pelaksanaan PP 24 Tahun 2005 tersebut hingga Laporan
Keuangan Pemerintah tahun 2008 selesai diaudit di tahun 2009, ternyata
opini yang didapat pemerintah saat itu masih menyedihkan. Untuk itulah,
Pemerintah akhirnya berkonsultasi dengan Pimpinan DPR, dan disepakati
bahwa basis akrual akan dilaksanakan secara penuh mulai tahun 2014.
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP
ini terbit maka akan diikuti dengan aturan-aturan pelaksanaannya baik
berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun
Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang
berbeda antara PP 71 tahun 2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71
tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I merupakan Standar
Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambat-
6 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar
Akuntansi Pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku
hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan
akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam
Negeri), sedangkan Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas
yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata
lain, Lampiran II merupakan lampiran yang memuat kembali seluruh aturan
yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.
Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I
dan Lampiran II adalah sebagai berikut:
Lampiran I
- Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
- Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas
Laporan Keuangan
Lampiran II
- Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan,
otomatis penjelasan pada setiap Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) yang terkait dengan masing-masing Laporan
Keuangan akan mengalami perubahan. Perbedaan daftar isi pada
Lampiran I dan Lampiran II adalah sebagai berikut:
Lampiran I
- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
- PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
- PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
- PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
- PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
- PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
- PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
- PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
7 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
- PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak
Dilanjutkan;
- PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
- PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
Lampiran II
- Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
- PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
- PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
- PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
- PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
- PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
- PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
- PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
- PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
- PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa;
- PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
REFERENSI.
Wibowo, Panji. 2015.
https://www.academia.edu/8849434/Regulasi_dan_Standar_Sektor_Publik.
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik (Edisi Kedua). Yogyakarta: Andi.
Urip Santoso dan Yohanes Joni Pambelum . 2015. “Pengaruh Penerapan Akuntansi
Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam
Mencegah Fraud“
http://journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalAdministrasiBisnis/article/viewFile/
363/347
Badan Pemeriksa Keuangan RI. 2006. “Konsep Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara”.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 “Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah”
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 “Tentang Pemerintahan Daerah”
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 “Tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah”
8 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 “Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan”
9 | A k u n t a n s i S e k t o r P u b l i k
top related