referat tinea barbae
Post on 02-Jan-2016
193 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TINEA BARBAE
Pendahuluan
Tinea barbae adalah infeksi dermatofita yang jarang ditemuakan. Ia dibatasi pada area
pipi, dagu dan leher yang berambut. Infeksi ini khusus ditemukan pada laki-laki dewasa dan
remaja. Jamur pada janggut ini juga dikenal sebagai tinea sycosis dan umumya juga sering
disebut sebagai barber’s itch. Ia biasanya menyerang orang-orang di bidang agrikultural seperti
petani, veterinar dan pekerjaan lain yang kontak langusng dengan hewan, seperti sapi, kuda dan
anjing. Pisau cukur yang terkontaminasi dengan penderita tinea barbae juga dapat
ditransmisikan ke orang lain.1,2,3,4,
Lesinya memiliki dua tipe yaitu tipe superfisial ringan menyerupai tinea corporis, dan
tipe folikulitis pustul yang parah dan dalam, serta satu tipe lagi yang cukup jarang yaitu tipe
circinata. Tinea pada dagu dan daerah diatas bibir pada wanita dan anak-anak dikenal sebagai
tinea faciei. Tinea faciei adalah tinea yang terjadi pada glaborous skin yaitu kulit yang tidak
berambut pada wajah. 2,4,5
Etiologi
Dermatofita ialah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan
jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Tinea barbae umumnya paling sering
disebabkan oleh organisme zoofilik T.mentagrophytes dan T. verrucossum, dan cukup jarang
disebabkan oleh M. canis. Diantara organisme anthropofilik yang mungkin menyebabkan
tinea barbae di daerah endemik adalah T. megninii, T. violaceum, sedangkan T. rubrum dan
T. tonsurans juga dapat menjadi penyebab tinea barbae walaupun jarang. 1,6
Tinea barbae sekarang sangat jarang terjadi. Kebanyakan infeksi ini ditemukan di
tempat cukur ketika laki-laki sering mencukur dan memotong jenggotnya dengan alat cukur
yang sama yang dipakai pelanggan sebelumnya. Dengan diperkenalkan disinfeksi untuk alat
cukur dan pengunaan alat cukur dirumah yang aman, kejadian penyakit ini dapat dikurangi.
Sekarang, kebanyakan infeksi ini didapat dari kontak langsung dengan hewan seperti sapi,
kuda, anjing yang biasanya terjadi pada petani dan pengusaha peternakan. Tinea barbae lebih
sering terjadi di daerah tropis, dengan suhu dan kelembaban yang tinggi. 1,4, 7
Patofisiologi
Tinea barbae pada umumnya disebabkan Tricophyton mentagrophytes dan
Trichophyton verrucosum. Ia adalah jamur dermatofit yang bersifat keratinolitik sehingga ia
sering menyebabkan infeksi jamur pada bagian superfisial kulit. Ia menyerang lapisan stratum
korneum pada epidermis, rambut dan kuku. Enzim keratinase yang dihasilkan oleh
1
dermatofita membantunya untuk menginvasi jaringan epidermis. Rambut dan folikel rambut
di invasi oleh jamur sehingga menghasilkan respon inflamasi. Tinea barbae bisa disebabkan
oleh dermatofita zoofilik maupun anthropofilik. Infeksi dermatofita zoofilik lebih jelek
daripada infeksi dermatofita antropofilik. Zoofilik merupakan penyebab utama terbentuknya
plak kerion. Kerion merupakan akibat dari infeksi Trichophyton rubrum. Terdapat dua teori
pembentukan kerion pada tinea barbae. Teori pertama beranggapan bahwa ia merupakan hasil
dari difusi metabolisme dan/ atau toksik dari jamur. Teori yang kedua mengatakan bahwa ia
merupakan hasil dari respon imunologi terhadap antigen dermatofit.4,8
Gejala klinis
Tinea barbae pada umumnya unilateral dan lebih sering terjadi pada daerah jenggot
daripada daerah kumis dan daerah diatas bibir. Sering didapati tinea barbae terjadi pada
hanya satu sisi pada wajah atau leher. Gejala klinisnya berupa inflamasi pustular folikulitis
yang sering menunjukan gambaran kerion. 2,9
Rambut pada daerah jenggot dan kumis dikelilingi oleh inflamasi papul atau pustul
yang biasanya disertai eksudat. Rambut pada daerah yang terinfeksi rapuh dan mudah terlepas
bila ditarik dengan pinset tanpa rasa nyeri. Lesi inflamasi bisa sembuh spontan, dan bisa juga
persisten selama berbulan-bulan. Biasanya setelah 4-6 minggu, tinea barbea sembuh spontan
bila imunitas tubuh penderita tinggi. Infeksi yang tidak berat berupa lesi sirkuler yang kering,
kemerahan, bersisik dan rambut mudah rontok sama ada patah diatas permukaan kulit atau
terlepas dari folikelnya.2,3
Berdasarkan klinis, tinea barbae dapat dibedakan menjadi 3 tipe :
1. Tipe inflammatori.
Biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T. verrucosum. Ia mirip dengan
pembentukan inflamasi kerion pada tinea kapitis. Lesi berbentuk nodular dan disertai
krusta sekret seropurulent. Bengkak pada tipe ini biasanya konfluen dan berbentuk
infiltrasi difusa seperti rawa dengan abses. Kulit yang terkena meradang, rambut-rambut
menjadi hilang dan pus mungkin muncul melalui folikel sisa yang terbuka. Rambut-
rambut di daerah ini tidak mengkilat, rapuh dan mudah diepilasi untuk
mendemonstrasikan terdapat sebuah massa purulen di sekitar akarnya. Pustulasi
perifolikel dapat bergabung membentuk saluran sinus dan kumpulan pus seperti abses,
yang akhirnya menjadi lesi alopesia. Umumnya lesi ini hanya berbatas pada satu bagian
muka atau leher pada laki-laki.1
2
2. Tipe superfisial.
Tipe ini disebabkan oleh inflamasi ringan oleh organisme antropofilik. Tipe
superfisial dari tinea barbae menyerupai lesi pada tinea corporis. Ada lesi berbentuk
lingkaran dengan tepi vesikopustul. Reaksi host terhadap penyakit ini tidak terlalu parah,
meskipun alopesia mungkin timbul di pusat lesi. Tinea barbae tipe superfisial dicirikan
dengan follikulitis bakteri dengan eritema difusa ringan dan papul perifolikular dan
pustul. Rambut yang kusam dan rapuh menyebabkan infeksi endrotriks dengan T.
verolaceum sebagai etiologi yang lebih sering daripada T. rubrum. Rambut yang
terinfeksi biasanya mudah terlepas. 1,10
3. Tipe circinata.
Rambut dari daerah jenggot atau kumis dikelilingi oleh papula inflammatori
atau pustul, biasanya dengan eksudasi atau pengerasan kulit. Beberapa infeksi
tidak terlalu parah dan terdiri dari permukaan kering, melingkar, kemerahan,
3
Gambar 1. Tine barbae kerion. Nodul berbatas tegas dengan pus berwarna
kekuningan. Permukaan nodul udem dan tidak ada rambut diatasnya. 1
Gambar 2. Tinea barbae tipe superfisial. Pada daerah diatas
bibir tersebar papul dan pustul. 1
bersisik. Tipe ini mirip sekali dengan tinea circinata pada kulit glaborous. Perbedaannya
adalah lesi tinea barbae circinata aktif, batasnya berupa vesikulopustular yang aktif
dengan sisik ditengahnya dan rambut yang jarang-jarang pada daerah terserbut.1,11
Diagnosis
Diagnosis dari Tinea Barbae dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada saat anamnesis didapatkan keluhan utama
berupa benjolan-benjolan berwarna merah pada sekitar mulut, pipi, dagu dan/atau
leher. Keluhan lainnya berupa diawali dengan bercak eritem dan datar. Lama-
kelamaan menjadi nodul disertai pustul dan eksudat. Rambut pada daerah tersebut
mudah terlepas. Sering disertai demam dan malaise. Pasien juaga mempunyai riwayat
berkerja di bidang pertanian dan peternakan yang kontak langsung dengan hewan
seperti sapi, kuda, anjing kucing dan riwayat pernah cukur di tempat cukur, dimana
tukang cukurnya menggunakan pisau cukur yang sama dengan pelanggan
sebelumnya. 4
Pada pemeriksaan fisis, ditemukan nodul eritema yang meradang, dengan
pustul folikuler. Rambut mudah terlepas dan mudah patah, terdapat eksudat, pus dan
krusta di atas permukaan kulit. Apabila rambut ditarik dengan menggunakan pinset,
tidak nyeri dan juga ditemukan limfadenopati.3
Pada pemeriksaan penunjang, ada beberapa pemeriksaan yang bisa di lakukan
antara lain adalah investigasi mikologi yaitu dasar untuk mendiagnosis. Pemeriksaan
lampu Wood akan sangat membantu. Akan tampak efloresensi hijau kusam pada
rambut yang terinfeksi. Prosedur selanjutnya yang dilakukan adalah direct microscopic dan
4
Gambar 3. Tinea barbae circinata dengan batas jelas. pinggirnya terdiri dari papul-papul kecil, vesikel dan bersisik. 1
kultur. Spesimen yang diperlukan adalah rambut yang diepilasi dengan pinset dan pustula.
Pemeriksaan mikroskopik langsung dilakukan dengan meletakkan spesimen diatas kaca objek
dan tambahkan larutan potassium hidroksida 10-20%, dengan atau tanpa dimetil sulfoksida.
Larutan ini dapat memperlihatkan elemen-elemen jamur. Panaskan gelas objek perlahan-
lahan, terutama bila tidak dicampurkan dimetil sulfoksida. Kemudian tambahkan pewarnaan
hitam chorazol E atau tinta biru-hitam Parker. Kemudian lihat dibawah mikroskop untuk
melihat hifa dan arthrokonidia. 10
Pemeriksaan kultur digunakan untuk mengidentifikasi penyebab jamur dan memakan
waktu sekitar 3-4 hari. Biasanya dilakukan pada agar Sabouraud ditambah dengan
sikloheksimida dan kloramfenikol. Kedua zat ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dan jamur non dermatofitik sehingga diperoleh koloni dermatofit murni yang hidup. Kultur
dilakukan selama 3 minggu untuk mendapatkan hasil positif dan kemudian jamur di
identifikasi berdasarkan morfologi dan koloni. Pemeriksaan tambahan kadangkala diperlukan.
Pemeriksaan dermatofit yang cepat bisa dilakukan dengan indikator warna. Bilamana
terdapat dermatofit, warna akan berubah dari kuning ke merah. 10
Temuan histopatologi mirip dengan yang terlihat dengan tinea capitis. Jamur
dapat ditunjukkan dalam rambut dan stratum korneum, tapi tidak dalam dermis.
Sebuah respon inflamasi kronis terlihat perifolikular, seringkali ditemukan neutofil
menyusup ke dalam folikel.10
Pada pemeriksaan biopsi, akan terlihat folikulitis dan perifolikulitis dengan infiltrat
seluler dan perubahan spongiotik didalam epithel folikuler. Limfosit dan neutrofil
menunjukkan bahwa adanya infiltrat didalam epitel folikuler. Neutofil juga bisa dilihat
dibawah keratin folikuler sebagai mikroabses. Jamur lebih mudah terlihat dengan
menggunakan pewarnaan acid- periodic schiff (PAS). Arthrokonidia dan hifa menunjukkan
jamur didalam selubung rambut dan didalam folikel rambut. Inflamasi infiltrat tampak pada
dermis, dimana lesi kronik mengandung banyak sel giant.4, 7
Diagnosis banding
Diagnosis lain perlu dipertimbangkan adalah folikulitis bakteri (vulgaris
sycosis), dermatitis perioral, Pseudofolliculitis barbae, dermatitis kontak, acne
vulgaris, dan herpes simpleks. Follikulitis bakteri lebih sering bilateral dan lebih
menyakitkan. 10
1. Bakteri folikulitis (sycosis vulgaris) adalah suatu kondisi kulit yang ditandai
dengan infeksi kronis pada dagu atau wilayah berjenggot. iritasi ini disebabkan
5
oleh infeksi yang mendalam folikel rambut, sering oleh spesies Staphylococcus
atau Propionibacterium. 10
2. Perioral dermatitis adalah iritasi kulit yang umum wajah mempengaruhi kulit di
sekitar mulut, pipi, dan kurang umum di sekitar mata atau dahi. Sekitar 90% kasus
adalah perempuan antara usia 16 dan 35 dan sangat jarang terlihat pada pria. Hal
ini juga jarang terjadi pada anak-anak. Penyebab dermatitis perioral tidak
diketahui, namun diyakini bahwa penggunaan jangka panjang krim steroid
mungkin menjadi faktor. 10
3. Pseudofolikulitis barbae adalah inflamasi kronis pada folikel rambut yang
umumnya mucul pada wajah laki-laki, tetapi juga bisa terjadi pada bagian lain dari
tubuh mana rambut dicukur atau dicabut, seperti ketiak, area pubis dan kaki.
Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang yang berkulit hitam dan berambut
keriting. Ia terjadi bila rambut dipotong dengan sudut miring sehingga hujung
rambut yang keriting tersebut menjadi tajam dan masuk kembali ke dalam kulit
kepala dan akirnya mengakibatkan reaksi inflamasi.12
6
Gambar 4. Sycosis vulgaris
Gambar 5. Dermatitis perioral
4. Dermatitis kontak adalah peradangan di kulit karena kontak dengan sesuatu yang
dianggap asing oleh tubuh. Ditandai dengan bercak merah, kering yang disertai
gatal. 10
5. Acne vulgaris adalah penyakit, ditandai dengan daerah kulit dengan kulit merah
bersisik, komedo (blackheads dan whiteheads), papula (pinheads), pustula
(jerawat ), nodul dan jaringan parut. 10
6. Herpes simpleks adalah sejenis penyakit yang menjangkiti mulut, kulit dan alat
kelamin. Penyakit ini menyebabkan kulit melepuh dan terasa sakit pada otot di
7
Gambar 6. Pseudofolikulitis barbae
Gambar 7. Dermatits kontak
Gambar 8. Acne vulgaris
sekitar daerah yang terjangkit. Hingga saat ini, penyakit ini masih belum dapat
disembuhkan, tetapi dapat diperpendek masa kambuhnya. 10
Penatalaksanaan
Pengobatan sama dengan bahwa untuk tinea kapitis dengan menggunakan
antimikosis topikal. Tetapi untuk hasil yang efektif, harus digabungkan pengobatan
antimikosis topikal dan sistemik dalam perawatan tinea barbae selama 4-6 minggu.
Bila terjadi infeksi pada rambut, sebaiknya dicukur terlebih dahulu. Kemudian
kompres dengan air hangat untuk membersihkan krusta dan debris. 4,7,13
Untuk pengobatan sistemik pada tinea barbae dapat di lakukan pemberian
secara oral antara lain, griseofulvin 500-1000 mg/hari selama 6-12 minggu,
terbinafine 250 mg/hari selama 4 minggu, itraconazole 200 mg/hari selama 4-6
minggu, fluconazole 150 mg/hari selama 6 minggu. Untuk pengobatan topikal
biasanya dari 2 kelompok anti jamur yaitu golongan allylamine yang menghambat
sintesis ergosterol dan golongan azole seperti ketokonazole 2%. Penggunaan
ketoconazole untuk pengobatan infeksi dermatofit telah sangat berkurang dengan
pengenalan itrakonazol, flukonazol, dan terbinafine. Ini obat baru yang lebih efektif
dan kurang cenderung menyebabkan toksisitas hati.13,14
Prognosis
Infeksi ini bisa sembuh jika sumber-sumber infeksi dapat dieliminasi, seperti
mengobati hewan ternak dan hewan peliharaan yang terinfeksi dan juga mengobati
infeksi jamur di daerah tubuh yang lain seperti tinea pedis, onikomikosis dan
sebagainya kerana besar kemungkinan bisa terjadi otoinokulasi 9,15
8
Gambar 9. Herpes simpleks
top related