radiografi trauma oklusi, trauma akibat penggunaan alat 2014

Post on 06-Dec-2015

520 Views

Category:

Documents

153 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Radiografi Trauma Oklusi, Trauma Akibat Penggunaan Alat 2014

TRANSCRIPT

Radiografi trauma oklusi, trauma akibat penggunaan alat orthodonti dan trauma karena

gigi tiruan

Drg Chaerita Maulani SpPerio

Trauma oklusi

Tanda-tanda klinis:1) Mobilitas (progressive)2) Sakit saat mengunyah atau perkusi3) Fremitus4) Kontak prematur5) Tanda-tanda aus pada gigi dan kelainan periodontal6) Migrasi gigi7) Gigi retak atau patah8) Sensitif terhadap suhu

Gambaran radiografi trauma oklusi:1) Periodontal ligamen melebar2) Kehilangan tulang (furkasi; vertikal; sirkumferensial)3) Resorbsi akar

Perawatan trauma oklusi1) Occlusal adjustment2) Management kebiasaan parafunctional3) Stabilisasi gigi goyang, sementara atau jangka panjang dengan alat lepas atau cekat4) Pergerakan orthodonti5) Rekonstruksi oklusal6) Ekstraksi gigi tertentu

Trauma akibat penggunaan alat orthodonti

Kekuatan ringan

• 30gr per gigi/ 7-26 g/cm2

• Periodontal ligament tertekan tapi tidak hancur• Pembuluh darah tetap (kompatibel dengan pembuluh

darah)• Osteoblast muncul 24-48 jam sepanjang permukaan

tulang• Terjadi resorbsi tulang langsung dan terdapat deposisi

osteoid dalam ruang tulang cancelous• Tidak sakit, tidak nekrosis• Destruksi tulang dengan resorbsi frontal

Efek merusak pergerakan orthodonti

• Kegoyangan dan rasa sakit• Efek pada pulpa (pulpitis)• Resorbsi akar lateral dan apikal• Resorpsi puncak tulang alveolar

*Relaps sesuai dengan memori periodontal ligamen*Rasa sakit timbul 3-5 detik setelah diberikan tekanan yang sangat besar

Forces yang berlebihan

• Periodontal ligamen rusak• Pembuluh darah berkurang (kurang oksigen)• Periodontal ligamen menjadi aselular dan

tampak hialin• Zona hialin terbentuk pergerakan gigi berhenti• Osteoblast di bawah tulang mati• Daerah hialin akan diserang dari bawah

sehingga terjadi daerah resorbsi

• Jika periodontal ligament regenerasi zona hialin lenyap oleh sel mononukleus (mirip makrofag) dan oleh sel multinukleus gigi bergerak kembali

• Selama hilangnya zona hialin di luar gigi, permukaan akar yang berisi lapisan sementoblas juga akan terganggu

• Kekuatan intermittent lebih jarang terjadi resorbsi daripada kekuatan terus menerus

Lamanya perawatan ortho:• Perawatan 6-9 bulan: terjadi resorbsi akar 34%• 19 bulan 56%• Goldin resorbsi akar selama perawatan orthodonti = 0,9

mm per tahun• Rata-rata perawatan orthodonti tanpa resorbsi akar adalah

1,5 tahun• Pasien dengan resorbsi akar berat rata-rata perawatan

selama 2,3 tahun• Penelitian lain tidak ada hubungan antara lamanya

perawatan dan resorbsi akar gigi

Derajat resorbsi akar:A. Kontur akar tidak teratur (irregular)B. Resorbsi akar kurang dari 2 mmC. Resorbsi apikal akar dari 2mm hingga 1/3 panjang akar

semulaD. Resorbsi apikal akar lebih dari 1/3 panjang akar semula

Tipe bentuk akar1. Bentuk akar pipet2. Bentuk akar tumpul3. Bentuk akar dilaserasi4. Bentuk akar pendek

• Gigi yang paling aneh bentuknya akan lebih mudah terkena resorbsi akar

• Normal dan tumpul paling jarang• Pipet paling tinggi terkena resorbsi• Akar pendek lebih rentan resorbsi dibanding

akar normal• Akar kecil resorbsi 2 kali lebih banyak daripada

bentuk akar lain

• Akar yang sebelumnya sudah resorbsi bila dilakukan ortho, kemungkinan resorbsi lebih besar

Trauma karena protesa

• Biological width

Trauma lain-lain

• Erupsi gigi bungsu

• Erupsi gigi kaninus dapat menginduksi resorbsi akar gigi insisif lateral dan premolar pertama

Penyakit periodontal – Tulang alveolar

• Periodontitis• Interdental crater• Keterlibatan furkasi• Periodontal abses• Probing klinis• Periodontitis agresif lokal• Trauma oklusi

Normal-periodontitis

Figure 31-11 perubahan radiografik dalam periodontitis. A, Gambaran normal tulang interdental. B, Terputusnya lamina dura pada crest tulang distal gigi satu kiri bawah. Terdapat radiolusen bentuk wedge pada bagian crest tulang interdental yang lain. C, Proyeksi radiolusen dari crest hingga tulang interdental mengindikasikan perluasan proses destruksi. D, Kehilangan tulang alveolar yang parah.

Keterlibatan furkasi

• Figure 31-12 A, Keterlibatan furkasi diindikasikan dengan adanya radiolusensi berbentuk segitiga pada daerah bifurkasi gigi molar satu bawah. Molar kedua terlihat hanya mengalami penebalan ruang periodontal pada daerah bifurkasi. B, Daerah yang sama seperti A, dengan sudut pengambilan yang berbeda. Radiolusensi berbentuk segitiga pada gigi molar satu tidak terlihat dan keterlibatan bifurkasi molar dua terlihat

Keterlibatan furkasi

• Figure 31-14 Keterlibatan furkasi gigi molar 1 dan 2 bawah diindikasikan dengan penebalan ruang periodontal di daerah furkasi. Furkasi apda gigi molar 4 bawah juga terlibat, tapi penebalan ruang periodontal tertutup oleh garis linea obliqua eksterna

Keterlibatan furkasi

• Figure 31-13 Tahap awal keterlibatan furkasi terlihat sebagai gambaran difus di daerah bifurkasi molar satu bawah, khususnya jika dihubungkan dengan kehilangan tulang pada akar gigi

• Figure 31-15 Keterlibatan furkasi pada gigi molar satu sebagian tertutup oleh gambaran radiopak akar lingual, Garis horizontal melintang akar distobukal menandai bagial apikal (tanda panah) yang tertutup oleh tulang dari sisa akar yang ada, dimana tulang telah hilang/rusak.

Keterlibatan furkasi

• Figure 31-16 Daerah radiolusen di aspek lateral akar dengan abses periodontal kronis

Abses periodontal

• Figure 31-17 Tampilan radiografis abses periodontal pada gigi insisif satu kanan

Abses periodontal

Abses periodontal

Figure 31-18 Abses periodontal kronis. A, Abses periodontal pada gigi insisif satu bawah kanan dan insisif dua.B, Kerusakan tulang parah dan penebalan periodontal ligamen di sekitar insisif satu kanan.

Abses periodontal

• Figure 31-19 A, Gambaran radiografi gigi kaninus atas. Dalam pandangan ini tidak terlihat kerusakan tulang fasial. B, Radiografi gigi kaninus atas yang sama seperti A, dengan gutta percha points diletakkan di poket fasial untuk mengindikasikan kehilangan tulang

Periodontitis Agresif Lokal

• Figure 31-20 Periodontitis agresif lokal. Kehilangan tulang terlihat di daerah anterior dan daerah molar satu, sebagai ciri khas penyakit ini

Trauma oklusi

• Fig.31.21 Pelebaran ruang periodontal karena trauma oklusi. Perhatikan peningkatan densitas tulang disekitarnya disebabkan karena pembentukan tulang baru sebagai respon terhadap peningkatan tekanan oklusal

Kriteria tambahan

• Figure 31-22 Garis horizontal pada akar di gigi insisif satu (panah). Daerah akar dibawah garis horizontal sebagian atau sepenuhnya terbuka di daerah fasial dan lingual

• Figure 31-24 kehilangan tulang vertikal dan furkasi pada pasien usia 18 tahun laki-laki disebabkan oleh granuloma eusinofilik

• Figure 31-25 Perubahan pola trabekular dan hilangnya lamina dura pada paget’s disease

• Figure 31-26 Scleroderma memperlihatkan pelebaran jaringan periodontal yang seragam dan penebalan lamina dura(Courtesy Drs. David F. Mitchell and Anand P. Chaudhry.)

Digital radiografi

• Figure 31-27 Berbagai penekanan pada gambar foto, membantu mengoptimasi tampilan gambaran radiografis untuk memastikan diagnosis. Brightness dan contrast film yang underexposed (A) disesuaikan (B) digunakan skala abu-abu penuh C, Ketajaman gambar ditingkatkanmenggunakan opsi “clear view”. D, “Invert” memberkan gambaran negatif. E, Fungsi “Zooming” dapat melihat lebih dekat ke daerah interproksimal space. F, Kontras di daerah interproksimal dimaksimalkan untuk menambah diagnosisi gigi yang mungkin terkena karies

• Figure 31-28 Radiografi periapical (A) dan sagital (B), cross-sectional (C), dan axial (D) cone-beam computed tomography (CBCT) bagian gigi #31. Tidak ada patologis yang terdeteksi pada radiografi periapikal. Namun gambar CBCT memperlihatkan gambaran yang jelas defek 3 dinding vertikal yang dalam pada permukaan distal gigi #31 (tanda panah merah).

Daftar Pustaka

• Dave Rupprecht, Trauma from occlusion: a review, Clinical Update, Naval Postgraduate Dental School, Vol. 26, No. 1, 2004. p.25-27

• Kristina Lopatiene, Aiste Dumbravaite, Risk factors of root resorption after orthodontic treatment, Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal, 2008, Vol.10, No.3. p.89-95

top related