pusat kegiatan komunitas kristen 2 bkaryailmiah.yai.ac.id/files/pdf/20140220183954.pdfjakarta timur...
Post on 10-Dec-2020
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PUSAT KEGIATAN KOMUNITAS KRISTEN
(CHRISTIAN CENTER) DI JAKARTA
Topik: Arsitektur Simbolisme
Andrian 0834190004
Abstrak
Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Seiring dengan
perkembangannya, tingkat pertumbuhan umat Kristiani di Indonesia, Khususnya di Ibukota Jakarta
semakin bertambah. Meningkatnya pertumbuhan Umat Kristiani di Jakarta, mempengaruhi kebutuhan
umat Kristiani akan prasarana kegiatan keagamaan. Sementara itu menurut hasil survei dan
pengamatan, bangunan Gereja-gereja yang ada saat ini kurang menyediakan fasilitas yang lengkap
untuk kegiatan pembinaan dan pengembangan umat atau aktifitas diluar kegiatan peribatdatan,
sehingga umat Kristen kurang mendapatkan informasi tentang kekristenan dan pembinaan
kerohanian. Proyek ini juga bertujuan untuk menciptakan kesatuan antar denominasi Gereja di
Indonesia melalui pendekatan “Oikoumene” terhadap seluruh kegiatan dan aspek fungsi bangunan.
Kata Kunci: Christian Center, Komunitas Kristen, Arsitektur Simbolisme
PENDAHULUAN
Meningkatnya pertumbuhan Umat Kristiani di
Jakarta, secara langsung mempengaruhi
kebutuhan umat Kristiani akan prasarana
kegiatan keagamaan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari hasil survei dan pengamatan,
bangunan Gereja-gereja yang ada saat ini kurang
menyediakan fasilitas yang lengkap untuk
kegiatan pembinaan dan pengembangan umat
diluar kegiatan peribatdatan.(Tabel 1.1). Ruang
lingkup kegiatan dalam proyek ini meliputi
kegiatan yang biasa berlangsung dalam Gereja
lokal (pembinaan, kebersamaan, pelatihan).
Cakupan wilayah proek ini meliputi umat
Kristiani di DKI Jakarta.
Permasalahan dalam perencanaan dan
perancangan proyek ini dibagi dalam tiga aspek,
yaitu:
Aspek manusia
Sejauh mana cakupan pelayanan, siapa dan pola
kegiatan pelaku di dalam bangunan, pengaturan
sirkulasi dan pembagian kegiatan yang bersifat
publik, semi-privat, dan privat serta kegiatan
dalam acara berskala besar (Konser pujian, KKR,
Konfrensi, dsb).
Aspek Lingkungan
Penentuan lokasi dan kriteria pemilihan tapak
yang sesuai dengan fungsi kegiatan dan karakter
bangunan, bagaimana menerapkan filosofi
simbol Kristiani ke dalam tapak, bagaimana
mengatasi faktor kebisingan dari dan kedalam
tapak, pengaturan sirkulasi dalam tapak sehingga
tidak mengganggu antar kegiatan yang satu
dengan yang lainnya, pembagian zoning tapak
yang sesuai fungsi dan karakter kegiatan.
Aspek Bangunan
Bagaimana menciptakan bangunan yang
berkarakter dan dapat dinikmati sebagai simbol
bangunan religius, peletakan massa bangunan
sebagai pembentuk suasana dalam tapak,
pemilihan jenis material dan struktur bangunan
sesuai dengan fungsi kegiatan didalamnya.
Tabel 1.1 Data Hasil Interview Fasilitas Gereja di DKI Jakarta
Sumber Data: interview Jemaat Masing-masing Gereja
No. NAMA GEREJA WILAYAH FASILITAS RUANGAN YANG ADA SUMBER
INTERVIEW
1 HKBP ‐ Kernolong Jakarta PusatR. Ibadah (1000 org), R. serbaguna, R. konseling, R.
konsistori, klinik, koperasi
Nama: Bandung Sihite
Usia: 22 tahun
Jemaat HKBP Kernolong
2 Gereja Bethel Indonesia
GM6 ‐ Gajah Mada Jakarta Pusat R. Ibadah (300 org), Perpustakaan, Kantor, Kantin
Nama: Suny
Usia: 19 tahun
Jemaat GBI GM6
3 Gereja Tiberias Indonesia,
Balai Sarbini Jakarta Pusat
R. Ibadah (1500‐2000 org), R. Pendeta, R. choir, R. SM, R kolektan, Ruang Kostum
Nama: Rachel
Usia: 22 tahun
Jemaat GTI Balai Sarbini
4 Gereja Kristen Jawa,
Pangkalan Jati Jakarta Timur
R. Ibadah (500 org), R. serbaguna, 4 kelas SM, R. rapat, R. konseling, kantor karyawan, 2 ruang kelas
Nama: Taufan Aditya. P
Usia: 20 tahun
Jemaat GKJ Pangkalan Jati
5 Gereja Kristen Pasundan
Yeruel, Cibubur Jakarta Timur
R. Ibadah (350 org), R. serbaguna, 5 kelas SM, R. Doa, R. Majelis, Sekretariat, R. tamu, Pastori
Nama: Yeanette Arines
Usia: 22 tahun
Jemaat GKP Yeruel
6 GKP Oikoumene,
Halim Perdanakusuma Jakarta Timur
R. Ibadah (500 org), 2 kelas SM, kantor pengelola, R. konsistori+konseling+doa, tempat tinggal karyawan
Nama: Meisyanti Hutagaol
Usia: 21 tahun
Jemaat GKPO Halim
7 GBI Tampak Siring
Kelapa Gading Jakarta Utara
2 R. Ibadah, 3 kelas SM, R. konsistori, kantor pengelola, kantin
Nama: Yosca Mario
Usia: 21 tahun
Jemaat GBI Tampak Siring
8 HKBP Semper Jakarta UtaraR. Ibadah (1500 org), 1 kelas SM, R. konsistori, Pastori,
R. Pengelola
Nama: Lasmaria Rumapea
Usia: 23 tahun
Jemaat HKBP Semper
9 GPdI Nyiur Melambai,
Tanjung Priok Jakarta Utara R. Ibadah (250 org), 4 kelas Sekolah Minggu, kantor
Nama: Arouna Sinulingga
Usia: 24 tahun
Jemaat GPdI Nyiur Melambai
10
Gereja Kemuliaan Sion ‘Light to the Nation’
Puri Kembangan
Jakarta BaratR. Ibadah (200 org), R. Ibadah utama SM, 3 kelas SM,
Perpustakaan, nursery, kantor+ruang doa, dan pembinaan
Nama: Hosea Caludio
Usia: 21 tahun
Jemaat GKS L2DN Puri Kembangan
Tujuan dari penerapan Arsitektur simbolisme
dalam proyek ini adalah untuk menghasilkan
solusi terhadap permasalahan yang ada dengan
pendekatan-pendekatan dari beberapa aspek.
Dengan penerapan Arsitektur simbolisme ini
daharapkan dapat meningkatkan kualitas
kehidupan umat Kristiani didalamnya. Dalam
penerapanya nanti akan digabungkan dengan
unsur-unsur dan karakter komunitas Kristen
dalam perancangan proyek. Selain itu dengan
adanya fasilitas-fasilitas penunjang dapat
membantu peningkatan kualitas kehidupan umat
kristiani, dalam bentuk pelatihan, penyuluhan,
pelayanan bantuan hukum , dan pelayanan
kesehatan.
METODOLOGI
Metodologi pembahasan yang dilakukan dalam
karya ilmiah ini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap pengumpulan data dengan
metode: studi literatur (buku, jurnal,
majalah, bulletin/warta gereja, dsb), survei
lapangan dan observasi lokasi tapak,
wawancara dengan narasumber terkait
studi banding terhadap bangunan sejenis.
, 4. Konsep programatik
2. Tahap analisis
Pada tahap ini penulis menggunakan metode
pemrograman dari Geoffrey Broadbent
dalam buku “Design in Architecture”.
Menurut Geoffrey ada tiga Aspek yang
mempengaruhi perancangan arsitektur,
yaitu:
1. Aspek Manusia, yaitu menganalisa dan
memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan analisa perilaku serta
karakteristik pelaku kegiatan, analisa
fungsi dan kebutuhan ruang Christian
Center, analisa hubungan ruang mikro
dan makro.
2. Aspek Lingkungan, yaitu menganalisa
pemilihan lokasi tapak yang tepat bagi
proyek, analisa lingkungan sekitar tapak,
potensi tapak, sistem sirkulasi dalam
tapak, pembagian zoning tapak sesuai
dengan fungsi kegiatannya.
3. Aspek Bangunan, yaitu menganalisa pola
gubahan massa, studi bentuk bangunan,
struktur, utilitas, pengaturan hubungan
ruang yang mencerminkan hubungan
ruang yang seimbang, analisa pemilihan
material fasade guna mencerminkan ciri
khas bangunan Kristiani.
Konsep programatik merupakan kesimpulan
dan evaluasi yang diperoleh dari proses
analisis untuk penyusunan konsep
perancangan dan skematik rancangan.
Sistematika Pemikiran (Bagan 2.1)
Bagan 2.1 Sitematika pemikiran
Tinjauan Kekristenan
Latar Belakang
perlunya wadah bagi umat kristen untuk menjalankan visi dan misinya
TOPIK
Arsitektur Simbolisme
TEMA
TUJUAN
Menyediakan wadah bagi umat Kristen untuk meningkatkan kualitas kehidupan umat kristen.
Penerapan Simbolisme memberikan
Data:
1. Studi literatur pengalaman religious Memiliki sarana yang
PERMASALAHAN
(Manusia, lingkungan, dan bangunan)
1. Sarana yang mewadahi aktifitas pengguna bangunan.
Tinjauan
4. Teori
2 P i b
ANALISA
Aspek manusia, lingkungan,dan bangunan. Hasil dari kesimpulan-k i l d ti k k di dit k d k
KONSEP PROGRAMATIK
SKEMATIK DESAIN
FEED
FEED
PERANCANGAN PUSAT KEGIATAN KOMUNITAS KRISTEN DI JAKARTA
Kata Kristen berasal dari bahasa Yunani,
kristianos (R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi,
hal 49), artinya pengikut Kristus. Pada
hakekatnya Kristen adalah mereka yang
mempercayai Yesus Kristus adalah Juruselamat
yang menebus dosa mereka, dalam peristiwa
pengorbanan Yesus di kayu salib. Kristen pada
awalnya adalah nama yang diberikan oleh orang-
orang yang bukan Kristen (beragama Yahudi
pada zaman itu) kepada para pengikut Kristus,
pertama-tama di kota Antiokhia, sebagai nama
panggilan atau sebutan untuk mempermudah
pengenalan. Murid-murid Yesus Kristus pertama
kali dipanggil “Kristen” di Antiokhia (Kisah Para
Rasul 11:26).
Tinjauan Simbol-simbol Kristen
Tabel 2.1 Simbol-simbol Kristiani yang umum digunakan oleh Gereja Protestan
Simbol Kristiani Nilai
Simbol
Keterangan Penggunaan Simbol
Salib
Filosofi ajaran Kristen dan karya penyelamatan Yesus Kristus
Salib tanpa patung Yesus. Hal ini menyimbolkan Yesus yang telah bangkit dan naik ke surga, maka salib kosong
Oikoumene
Lambang Kesatuan Gereja-Gereja
Dapat dijadikan pemikiran dasar bentuk/ pola massa bangunan menyimbolkan kesatuan. Dengan pemakaian simbol kekristenan yang dipakai oleh semua gereja, tanpa ada unsure denominasi gereja manapun
Simbol ke Esaan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus
Simbol ini dapat dijadikan konsep dasar pola gubahan massa atau elemen-elemen arsitektur lainnya dan juga bentuk-bentuk segitiga dan modifikasinya.
Burung merpati
Simbol Roh Kudus Sifatnya Penghibur, Penolong, Pengajar.
Air
Menyimbokan ketenangan dan penyucian
Simbol ini dapat diaplikasikan pada elemen dekoratif bangunan, kolam, dan air mancur, elemen air akan dikunakan sebagai dasar dari massa bangunan yang berbentuk perahu
Warna
Penggunaan warna-warna yang memiliki arti khusus dalan kekristenan seperti hijau, merah, hitam, putih dan ungu
Penggunaan warna dapat menampilkan karakter bangunan yang lebih mempunyai nilai simbolik sesuai dengan makna warna tersebut.
Tinjauan Arsitektur simbolisme
Simbolisme di dalam arsitektur artinya
memberikan karakter pada suatu bangunan,
sesuai dengan konsep tentang hal tertentu. Jadi
suatu ruang atau bangunan dapat disebut
simbolik apabila mempunyai arti, maksud, atau
konsep yang lebih dalam daripada bentuk
fisiknya.
Pengertian ‘simbolisme’ dari berbagai sumber,
yaitu :
1. Simbolisme adalah prihal pemakaian
simbol (lambang) untuk mengekspresikan
ide‐ide. (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
2. Gambaran suatu keadaan dari suatu hal
pada media lain dengan menggunakan
kemiripan bentuknya (Norberg‐Schulz,
Christian. Intention in Architecture, hal 57).
3. Representasi dari sesuatu dengan
menggunakan simbol, khususnya sebuah
seni atau sastra (www.websters‐online‐
dictionary.org).
Untuk mempermudah pengertian, dikembangkan
teori umum tentang simbolisasi dalam arsitektur.
Teori itu dikemukakan oleh Charles Jencks
dalam segitiga semiotik (Jenks, Charles, Sign,
Symbols, and Architecture).
Gambar 2.1 Segitiga Semiotik Charles Jencks
Tinjauan perkotaan
Tabel 2.2 Presentase Jumlah Penduduk
Menurut Agama di DKI Jakarta
Sumber: Badan Pusat Statistik Wilayah DKI Jakarta 2007
Wilayah Islam Kat ‐olik
Protes ‐tan
Hin ‐du Budha Kongh ‐ucu
Kep. Seribu 99,97 0,00 0,03 0,00 0,00 0,00
Jakarta Selatan
91,02 3,68 3,38 1,01 0,87 0,05
Jakarta Timur
88,64 5,47 4,28 0,76 0,83 0,02
Jakarta Barat
82,97 5,76 4,37 0,55 6,35 0,00
Jakarta Utara
84,68 5,94 5,19 1,01 3,06 0,11
Jakarta Pusat
83,89 6,74 5,69 0,93 2,74 0,00
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Kecamatan
Sumber: Jakarta Pusat Dalam Angka 2010 ‐ BPS Kota Administrasi Jakarta Pusat
Agama
KecamatanIslam Katolik Protesta
n Hindu Budha Lainnya
Jumlah Total
Tanah Abang
89.269 4.729 5.833 906 1.618 209 102.563
Menteng 67.121 4.781 4.580 474 1.502 84 78.542
Senen 82.617 3.939 3.532 1.031 1.878 81 93.069
Johar Baru 92.312 5.051 3.267 128 329 105 101.192
Cempaka Putih
60.426 1.430 2.293 251 402 149 64.951
Kemayoran 165.038
10.348 8.620 1.239 2.411 116 187.771
Sawah Besar
62.078 14.899 9.406 3.350 11.999 985 102.717
Gambir 66.736 5.355 6.172 1.381 3.624 93 83.361
Jumlah Total
685.597
50.533 43.694 8.759 23.762 1.822 814.166
Tabel 2.4 Jumlah Fasilitas Peribadatan Menurut Kecamatan
Sumber: Jakarta Pusat Dalam Angka 2010 ‐ BPS Kota Administrasi Jakarta Pusat
Agama
KecamatanMesjid Mushola
Gereja Kristen
Gereja Katolik
Pura ViharaKlenteng
Tanah 98 103 10 1 ‐ 3 1
Abang
Menteng 33 65 16 5 ‐ 1 ‐
Senen 46 63 12 5 ‐ 1 ‐
Johar Baru 45 53 7 5 ‐ ‐ 3
Cempaka Putih
36 39 5 1 ‐ ‐ ‐
Kemayoran 71 112 10 3 ‐ 2 ‐
Sawah Besar
51 51 27 9 2 19 ‐
Gambir 54 56 17 5 1 4 ‐
Jumlah Total
434 542 104 34 3 30 4
PEMBAHASAN
1. Analisis Aspek Lingkungan
Lokasi : Jl. Arief Rahman Hakim , Kec.
Menteng, Kotamadya Jakarta Pusat.
KDB : 55%
KLB : 3
GSB : 10m dan 5m
Lantai Maks : 8 Lantai
Luas lahan : 16.166m2
Peruntukan : Kpm
Topografi : relatif datar
KDB : 55%
Luas Lantai bangunan yang diperbolehkan
= KDB x Luas lahan
= 55% x 16.166 m2 = 8.891,3 m2
KLB : 3
Jumlah total lantai bangunan yang
diperbolehkan
= KLB x Luas lahan
= 3 x 16.166 m2 = 48.498 m2
Analisis Pencapaian dan Main entrance
Berdasarkan hasil analisa dan survei lapangan
terdapat 3 akses menuju kelokasi tapak yaitu dari
arah Menteng, Senen dan Gambir/ Monas.Dari
hasil analisa yang dikakukan menunjukan potensi
peletakan main entrance yang terbaik berada di
sisi Jl. Airef. R. Hakim. (Gambar 3.1)
Gambar 3.1 Analisa pencapaian dan main entrance
[Dikutip 19 Maret 2012]http://www.tatakota-jakartaku.net/
Keterangan: biru: pejalan kaki, merah:
kendaraan, kuning: servis.
Analisis Kebisingan, View dan Matahari
Sumber kebisingan yang paling tinggi terdapat di
sisi utara yang berbatasan dengan jalan utama,
sisi barat memiliki tingkat kebisingan yang
sedang karena berbatasan dengan perkantoran,
sedangkan sisi timur memiliki tingkat kebisingan
yang rendah berbatasan dengan pemukiman.
Potensi view terbaik berada disisi Jl. Airef. R.
Hakim. (Gambar 3.2)
Gambar 3.2 Analisa Kebisingan, View, Arah matahari
Sumber: Analisa Pribadi
Analisis Pembagian Zoning Tapak
Perwujudan makna simbolik dapat di hadirkan
dalam penzoningan sesuai dengan fungsinya,
yaitu adanya pemisahan zoning antara kegiatan
yang berhubungan dengan Tuhan dan kegiatan
yang berhubungan dengan sesama.Analisa
pembagian zoning tapak didasarkan pada
kesesuaian fungsi kegiatan dan batasan pada
lokasi tapak. Zoning berdasarkan fungsi
kegiatannya terbagi atas: (Gambar 3.3)
Gambar 3.3 Analisa Zoning Tapak
Sumber: Analisa Pribadi
Penataan ruang luar dibgai atas tiga area.Area
penerimaan berupa jalan masuk kendaraan dan
plaza. Area parkir berupa fasilitas parkir
kendaraan yang diletakan disekitar bangunan,
lantai dasar ,dan basement. Area terbuka hijau
berupa penghijauan dan taman yang berfungsi
sebagai ruang komunal. Proyek ini memerlukan
area parkir 158 mobil dan 158 motor.
Elemen pembentuk ruang terdiri dari elemen
lunak berupa tanaman, elemen keras berupa
perkerasaan, penutup lantai, dan elemen dekoratif
berupa lampu taman, kursi taman, kolam air
mancur
Fasilitas Ibadah dan Pertemuan
Fasilitas Komunitas dan Pelatihan
1
2
3
4
5
6
Fasilitas Pelayanan Sosial & Fasilitas Pelengkap
Fasilitas Sercice
2. Analisis Aspek Manusia
Pelaku dan kelompok kegiatan yang berada
dalam proyek ini dibagi atas 4 berdasarkan fungsi
kegiatan di dalamnya.(Tabel 3.4)
Tabel 3.1 Pelaku dan kelompok kegiatan
Fasilitas Pelaku Kegiatan Ruangan yang direncanakan
Ibadah dan Pertemuan
Pendeta, Penatalayan, Jemaat, Pengisi Acara
Kapel,
Convention Hall
Komunitas dan Pelatihan
Pengajar, Peserta pelatihan
Ruang-ruang seminar,
Kelas pelatihan,
Perpustakaan,
Studio musik,
R. studi Alkitab,
Ruang sebaguna
Keorganisasian Pengelola, Staf administrasi
Kantor perwakilan organisasi gereja,
Kantor pengelola
Pelayanan Sosial Petugas medis, Konselor
Layanan bantuan hukum
Ruang Konseling,
Klinik
Pelengkap Pegawai, Pengunjung
Toko buku & kaset rohani,
Cafeteria,
Lapangan olah raga,
Guest house/ Asrama, d
Secara umum hubungan antar ruang makro
dijelaskan dalam sebagai berikut (Bagan 3.1).
Kebutuhan luasan ruang yang mewadahi kegiatan
yang ada dalam komplek Christian Center ini
ditentukan berdasarkan program ruang sesuai
dengan standar dan kapasitas disesuaikan dengan
jangkauan pelayanan proyek ini (Tabel 3.2).
Tabel 3.2 Kebutuhan Luasan Ruang
No Kebutuhan Ruang Luasan
Kebutuhan
1 Kegiatan Ibadah dan Pertemuan
6.764 m2
2 Kegiatan Komunitas dan Pelatihan
1.516 m2
3 Kegiatan Keorganisasian 253,3 m2
4 Kegiatan Pelayanan Sosial 586,6 m2
5 Kegiatan Pelengkap 1.510 m2
6 Kegiatan Servis 141 m2
Luasan Keseluruhan 10.770,9 m2
Bagan 3.1 Skema organisasi ruang makro
3. Analisis Aspek Bangunan
Ada dua jenis pola massa bangunan yaitu massa
Tunggal dan massa Majemuk.
Tabel 3.3 Pola Massa Bangunan
MASSA KRITERIA
TUNGGAL
1. Merupakan bangunan tunggal
2. Tata letak monoton
3. Sifatnya tunggal menyimbolkan kesatuan, kekokohan.
4. Sirkulasi berada dalam bangunan
5. Pengawasan dan pemeliharahan lebih mudah
MAJEMUK
6. Merupakan bangunan majemuk
7. Tata letak lebih dinamis
8. Sifat menyebar namun tetap memusat dalam satu titik kegiatan
9. Membutuhkan sirkulasi penghubung antar massa
10. Pengawasan dan pemeliharaan lebih kompleks
Pola massa majemuk bisa ditata dengan beberapa
pola, menurut Adelf Heuken, S. J., Ensiklopedi
Populer Tentang Gereja, antara lain:
1. Terpusat, menggambarkan pusat
kehidupan manusia adalah kasih yang
berasal dari Tuhan.
2. Linier, menggambarkan kasih Tuhan
kepada manusia yang tidak pernah berhenti
dan selalu mengalir.
3. Radial, menggambarkan kasih Tuhan
yang ditujukan pada semua orang.
Dapat disimpulkan massa bangunan yang sesuai
adalah massa majemuk, pola massa ini dipilih
karena mengingat banyak fungsi dan kegiatan
yang berbeda. Bentuk dasar masa bangunan yang
sesuai diterapkan pada tapak yaitu bentuk segi
empat dengan modifikasinya, dan juga
dikombinasikan dengan bentuk linkaran
disesuaikan dengan fungsinya.
Analisa Proses Peletakan Massa Bangunan
Tabel 3.4 Pola Massa Bangunan
Jika dilihat secara keseluruhan, lokasi tapak memiliki bentuk yang tidak beraturan.
Gambar 3.4 Konsep sirkulasi dalam tapak Penerapan filosofi Salib pada tapak memerlukan garis tengah sebagai sumbu simetris, maka untuk mempermudah proses peletakan massa, digunakan metode penentuan titik tengah pada bidang datar. Dengan menggunakan sumbu A,
B, C sebagai garis bantu.
Kemudian untuk mengambil garis tengah pada tapak menggunakan “sumbu pusat’ yang tegak lurus dengan Jl.
Arief Rahman Hakim yang akan dijadikan area main entrance.
Massa bangunan diletakan sesuai dengan zoning
dengan menerapkan filosofi simbol ‘Salib’ pada
tapak. Keseimbangan horizontal diterapkan pada
komposisi peletakan massa pada tapak. (Gambar
3.5). Keseimbangan vertikal diterapkan pada
ketinggian bangunan, dimana menara sebagai
sumbu simetris dan lebih tinggi dari bangunan
lainnya. Menyimbolkan Allah Bapa yang
menaungi umat manusia. (Gambar 3.6)
Sesuai dengan pengelompokan fungsi kegiatan maka disimpulkan, fungsi-fungsi kegiatan tersebut akan
ditampung dalam tiga massa bangunan. Tiga massa bangunan menyimbolkan filosofi ‘Trinitas’ yaitu Allah
Bapa, Anak, dan Roh Kudus
Tiga massa ini diletakan pada zoning tapak berdasarkan pembagian fungsi kegiatannya.
Gambar 3.5 Konsep peletakan massa
Konsep Perencanaan dan Perancangan
Sirkulasi dalam tapak dipisahkan antara jalur
sirkulasi kendaraan (garis merah), pejalan kaki
(garis hijau), jalur servis (garis biru). (Gambar
3.4)
Gambar 3.6 Konsep peletakan massa
Tabel 3.5 Proses pembentukan gubahan massa
Bangunan
Convention Hall
Bangunan
Kapel
Bangunan
Komunitas & Pelayanan Sosial
Konsep pola dasar massa bangunan
Perahu
Kemah Suci
3 massa mewakili 3 fungsi kegiatan:
Komunitas, Pelayanan Sosial, dan Keorganisasian
Gubahan massa
Simbolisasi dari:
Sifat komunitas/ umat yang terbuka dan
be a
rsosialisasi ke segalarah/ semua orang
Pengembangan bentuk massa yang menyimbolkan:
3 pengulangan
bentuk segitiga pada
fasade menyimbolk
an Trinitas
Bentuk memanja-ng ke kiri & kanan
menyimbolakan 2 sayap merpati
Penambahan massa di kiri & kanan guna
memperkuat bentuk perahu yang mengembang.
ahan massa yang menyimbolkan:
Bentuk akhir gub
Bangunan Kapel
Bangunan Convention
1 lantai + mezanine 3 lantai
Bangunan komunnitas
yek
ini, yaitu dalam proses pembentukan gubahan
kegiatan dalam skala besar. Bangunan Komunitas
mbol ‘merpati’ menyibolkan Roh
Kudus sesuai dengan fungsinya sebagai pusat
elatihan dan pelayanan sosial.
bolkan dengan
‘salib’, dan Roh Kudus disimbolkan dengan
‘burung merpati’.
Tabel 3.6 Penerapan Filosofi Trinitas
Trinitas unan
Gambar
Bapa
Alfa dan Omega
3 lantai
massa dan elemen estetika bangunan.
Bangunan Kapel didasari oleh simbol ‘Alfa dan
Omega’ menyibolkan Allah Bapa sesuai dengan
fungsinya sebagai bangunan ibadah.Bangunan
Convention didasari oleh simbol ‘Oikoumene’
menyibolkan bentuk perahu yang melambangkan
kehidupan komunitas Kristen sesuai dengan
fungsinya sebagai serbaguna yang menampung
Pendekatan Arsitektur simbolisme pada pro
p
Untuk elemen estetika pada bangunan
menerapkan filosofi ‘Trinitas’ yaitu Allah Bapa,
Anak, Roh Kudus. Dimana ketiga unsur ini
diwakili oleh masing-masing simbol yang
mencerminkan sifat dari ketiga simbol ini, yaitu
Allah Bapa disimbolkan dengan ‘alfa dan
omega’, Yesus Kristus disim
didasari oleh si
Penerapan Simbol Sifat
pada bang
Pencipta, Dia yang
awal dan akkhir. Tempat berlindung
a engan 3 pola garis yang
yimbolkan ‘Trinitas’
Omega: betuk kolam yang el
Kapel:
Alfa: Bentuk fasade berbebtuk ‘A’ atau segitig
dmen
bulat di sekitar Kap
Salib Juruselamat manusia
Convention Hall:
Ornamen pola Kaca fasade,
kan kayu salib
Anak warna coklat melambang
Burung Merpati Penolong, Penghibur, Pengajar
Bentuk massa dan tampak bangunan
Ornamen pada pola kaca.
Komunitas Pelatihan dan Pelengkap:
Roh Kudus
Konsep Penzoningan Dalam Bangunan
Gambar 3.7 Konsep Penzoningan dalam Bangunan
Sumber: Pribadi
Konsep Penataan Ruang Luar
A. Area Parkir
Berdasarkan analisa, bangunan ini membutuhkan
mencukupi luasan area parkir, parkir diletakan di
sebagian lahan tapak, lantai dasar bangunan, dan
basement. Menggunakan penutup tanah berupa
grass
158 parkir mobil dan 158 parkir motor. Guna
block, yang berfungsi juga sebagai area
resapan air. Disediakan parkir untuk kendaraan
empat. (Gambar 3.8)
roda dua dan
Gambar 3.8 Area Parkir
Sumber: Pribadi
B. Pedestrian
Area tengah sebagai jalan perenungan jalan salib
Yesus menuju kepada tujuan penyelamatan at
manusia Untuk
menjaga keamanan pejalan kaki, pedestrian yang
erpotongan dengan jalur kendaraan memiliki
pola/ ketinggian yang berbeda untuk memberi
pengendara. Pedestrian
dibatasi
dengan tanaman rambat untuk menghalangi
um
dikayu salib (Gambar 3.9).
b
tanda kepada
menggunakan conblock, sehingga terkesan lebih
natural. Pedestrian di sisi area parkir
visualisasi pejalan kaki ke area parkir. (Gambar
3.10)
Gambar 3.9 Plaza tengah
Gambar 3.11 Penghijauan Sebagai Peneduh
Sumber: Pribadi
Sumber: Pribadi
Gambar 3.10 Pedestrian Pejalan Kaki
Sumber: Pribadi
C. Penghijauan
Pemberian dan pemilihan jenis vegetasi yang
sesuai dengan fungsi:
Sebagai peneduh pedestrian (Gambar 3.11),
sebagai peredam kebisingan (Gambar 3.12),
sebagai pembentuk suasana (Gambar 3.13).
Terdapat taman sebagai area interaksi ruang luar,
yang berfungsi sebagai ruang kebersamaan yang
le
Gambar 3.12 Penghijauan Sebagai Peredam Kebisingan
Sumber: Pribadi
r 3.13 Penghijauan Sebagai Pembentuk SuasanaGamba
Sumber: Pribadi
KESIMPULAN
aan dan
perancangan serta dari pembahasan yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Pemenuhan kebutuhan
taknya berada di area komunitas dan pelatihan.
Dengan penjelasan konsep perencan
sarana dan prasarana bagi komunitas Kri
karta, dapat diwadahi dengan l
sten di
kota Ja uasan,
kapasitas, dan fungsi bangunan
Simbolisme
dan
kebersa h
pengunjung maupun pengguna bangunan melalui
kegiatan, dan elem ng
lainnya. Pencitraan simbol-simbol Kekristenan
masing
tersendiri dari filosofi ‘Trinitas’ dan
en
simbol untuk
memper
ffrey, Bunt, Richard, Jencks,
Charles (1980) Sign, Symbol and
Architecture. New York: Wiley
F.W. Dillistone (2002) Daya Kekuatan Simbol
(The Power of Symbols). Yogyakarta:
Architecture. USA: The MIT Press
Morris, Charles. a Theory of Sign. USA:
Indiana University Press
.
John Hancock Callender (1983) Time-Saver
pore
Neufert,
Edisi Kedua. Jakarta:
Neufert, hjadi, Sunarto (1997) Data
Arsitek, Jilid 1 Edisi 33. Jakarta: Erlangga
(1999) Unsur-unsur liturgia
yang dipakai oleh gereja-gereja di
a
(2007) ALKITAB Terjemahan Baru (TB) © LAI
Soedarm
Gunung
8). Kamu
Bahasa Departemen Nasional
Sumber
eta Lokasi Tapak [Dikutip 19 Maret 2012]
http://www.tatakota-jakartaku.net/lrk/jp-
menteng.html
askristen.com/index.php?option=com_c
ontent&task=view&id=20&Itemid=44
yang sesuai
dengan kebutuhan. Penerapan arsitektur
dalam perancangan tapak maupun
bangunan, membentuk suasana religius
maan yang dapat dirasakan ole
interaksi, pola sirkulasi, pembagian zona
en arsitektur penduku
diaplikasikan kedalam bentuk massa masing-
bangunan yang memiliki makna filosofi
‘Oikoumene’ serta pemakaian ornamen-ornam
kristiani berupa pola sun shading
kuat pencitraan bangunan secara fisik.
Daftar Pustaka
Sumber Buku
Broadbent, Geo
(200
Kanisius
Norberg-Schulz, Christian (1968) Intention in
Foundation of
Y. B. Mangunwijaya (1988) Wastu Citra.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Juwana, Jimmy S (2005) Panduan Sistem
Bangunan Tinggi. Jakarta: Erlangga
Standars for Building Types. Singa
Ernst dan Amril, Sjamsu (1995) Data
Arsitek, Jilid 2
Erlangga
Ernst dan Tja
Abineno, J.L.Ch.
Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Muli
1974. Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia
o, R. (1994) Kamus Istilah Teologi. Jakarta: BPK
Mulia
s Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Pendidikan
Website
P
http://www.pgi.or.id/
http://bim
Symbolism definition (2012) [Diakses 21 Maret
2012] http://www.websters-online-
dictionary.org/definitions/symbolism
INTIM - Jurnal STT Intim Makassar Edisi
Khusus 2004 “Penuntun Simbol-simbol
Ibadah Kristen”.(2004) [Diakses 19
Maret 2012].
http://www.oaseonline.org/artikel/marku
s-simbol.pdf
Sumber Lainya
Data survei fasilitas Gereja: interview Jemaat
masing-masing Gereja
(2007) Statistik Wilayah DKI Jakarta 2007.BPS
Propinsi DKI Jakarta
(2010) Jakarta Pusat Dalam Angka 2010.BPS
Kota Administrasi Jakarta Pusat
(2011) Buletin IMAJI Vol 1. Semarang: IFGF
GISI ‘Kasih Allah’
(1999) Frank Hoffman Coen Eman.Tugas Akhir
(Karya Tulis) Christian Center di
Jakarta. Universitas Trisakti Jakarta
top related