pt smi insight 2016 q4pelayanan kesehatan di setiap wilayah kerja. desember 2015, hanya terdapat...
Post on 26-Jan-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016
PT SMI Insight 2016 – Q4
Pentingnya Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Dalam satu dekade terakhir, angka kematian per 1.000 penduduk
di Indonesia relatif stabil pada angka 6,3 secara rata-rata. Situasi
ini diperburuk dengan kondisi bahwa Indonesia telah mengalami
penurunan tingkat kelahiran per 1.000 penduduk dari 20,71 di
tahun 2005 menjadi 17,04 pada tahun 2014. Mengacu pada tabel
di bawah, terlihat bahwa semakin kecil jarak antar kematian dan
kelahiran, semakin besar penurunan pertumbuhan penduduk.
Stroke telah terbukti menjadi penyebab utama kematian yang
berhubungan dengan penyakit, menewaskan lebih dari 328.000
orang pada tahun 2012. Dengan masalah kesehatan lainnya,
penyakit menjadi penyebab 60% kematian di Indonesia. Oleh
karena itu, sistem pendukung kesehatan yang mendalam sangat
dibutuhkan di Indonesia.
Kurangnya rumah sakit, sumber daya manusia yang berkualitas,
dan pengeluaran publik pada sektor kesehatan menggambarkan
beberapa akar masalah pada sistem kesehatan di Indonesia.
Penyebab Non-Penyakit
39%
Stroke 21%
Penyakit Jantung Iskemik
9%
Diabetes Mellitus 7%
Infeksi Pernafasan Rendah
5%
Tuberkulosis 4%
Penyakit Lainnya 15%
Penyebab Utama Kematian
1.5% 1.4% 1.2% 1.2% 1.1% 1.1% 1.1% 1.0% 1.0% 1.0%
20.71 20.34 19.65 19.24 18.84 18.45 18.1 17.76 17.38 17.04
6.25 6.25 6.25 6.24 6.25 6.25 6.26 6.28 6.31 6.34
0.0%
0.5%
1.0%
1.5%
2.0%
2.5%
0
5
10
15
20
25
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan Penduduk Kelahiran/1.000 pend. Kematian/1.000 pend.
Pertumbuhan Penduduk
Sumber: CIA World Factbook 2014
Sumber: WHO Statistical Profile 2012
1
Gambaran Umum Pelayanan Kesehatan Indonesia
Untuk saat ini, secara rata-rata, rasio tempat tidur di rumah sakit per 1.000 penduduk di Indonesia sebesar 1,21.
Sebuah rumah sakit publik yang ramai dengan waktu tunggu yang tidak rasional akan memberikan kualitas layanan
yang tidak sempurna untuk pasien yang memerlukan.
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
67 67 62
599
740 833
2013 2014 2015
BUMN Swasta
RS Umum 78%
RS Khusus 22%
SMI Insight 2016 2
Fasilitas Pelayanan Kesehatan di tahun 2015
9.754 Puskesmas
100% Publik
3.396 Rawat Inap & 6.358 Rawat Jalan
1,15 Puskesmas per 30.000 penduduk
2.488 Rumah Sakit
1.593 Publik & 895 Swasta
1.949 Umum & 539 Khusus
1,21 Rumah Sakit per 1.000 penduduk
Infrastruktur
Pemerintah Indonesia mendefinisikan fasilitas kesehatan
menjadi dua kategori utama; Rumah Sakit dan Puskesmas
(Pusat Kesehatan Masyarakat). Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 75/2014, Puskesmas adalah unit pelaksana
teknis kabupaten / kota yang bertanggung jawab memberikan
pelayanan kesehatan di setiap wilayah kerja.
Per Desember 2015, hanya terdapat 9.754 unit Puskesmas di
Indonesia dengan rata-rata kenaikan 2,0% per tahun. Kondisi ini
tidak cukup, mengingat bahwa di daerah dengan populasi
penduduk yang tinggi seperti Pulau Jawa, satu Puskesmas
dialokasikan untuk minimal 16.000 orang. Silakan merujuk pada
halaman 13 untuk data lebih lanjut tentang Puskesmas.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/2010 menetapkan kategorisasi rumah sakit (“RS”) di Indonesia. Rumah
sakit publik dikelola oleh Kementerian Kesehatan (“Kemenkes”), Pemerintah Daerah, TNI / Polri, atau kementerian
lain dan organisasi non-profit. Sementara itu, rumah sakit swasta dapat dikelola baik oleh perusahaan milik negara
(BUMN) atau organisasi swasta.
Kondisi Saat Ini
676 687 713
159 169 167
727 743 713
2013 2014 2015
Kemenkes TNI/Polri Lainnya
Jumlah RS Publik Jumlah RS Swasta RS berdasarkan Jenis
Tahun 2013 2014 2015
Jumlah RS 2,228 2,406 2,488
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
1,562 1,599 1,593
666 807
895
CAGR 1.0%
Pada tahun 2015, terdapat 1.593 rumah sakit publik dan
895 rumah sakit swasta di Indonesia. Berdasarkan
jenisnya, terdapat 1.949 rumah sakit umum (dengan
CAGR sebesar 9,2%) dan 539 rumah sakit khusus
(dengan CAGR sebesar 11,5%). Sebagian besar rumah
sakit khusus bergerak di bidang pelayanan kesehatan
ibu & anak. Secara keseluruhan, jumlah tempat tidur
rumah sakit khusus mengalami peningkatan dengan
jumlah 35.130 tempat tidur (“TT”) pada tahun 2015.
Pemerintah mendominasi kepemilikan baik rumah sakit
umum dan khusus sampai dengan tahun 2015, di mana
sektor swasta kemudian memiliki 53,2% dari rumah sakit
khusus. Dengan CAGR sebesar 15,9%, peningkatan
yang signifikan pada rumah sakit swasta
menggarisbawahi pentingnya peran sektor swasta dalam
industri kesehatan. Silakan merujuk pada halaman 14
untuk data lebih lanjut tentang rumah sakit.
RS Khusus berdasarkan Jenis
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
52 53 51 51 45 65 94 99 113 106
114 169 159
233 178
118
159 194 154
210
20,830
27,664
33,110
33,133
35,130
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
-
200
400
600
800
1,000
2011 2012 2013 2014 2015
Kejiwaan Kebidanan Ibu & Anak
Lainnya Jumlah Tempat Tidur
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
82%
18%
63%
37%
69%
31%
Publik Swasta
80%
20%
SMI Insight 2016 3
1,949
1,855
1,725
1,608
1,372
539
551
503
475
349
2015
2014
2013
2012
2011
Umum Khusus
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2011 - 2015, Kementerian Kesehatan
RS Umum dan Khusus Umum Khusus
71%
29%
74%
26%
77%
23%
47% 53%
Publik Swasta
57%
43%
52% 48%
Wilayah
Penduduk yang dilayani per
RS TT
2014 2015 2014 2015
Sumatera 96,006 91,663 889 784
Jawa and Bali 112,432 110,672 970 860
Nusa Tenggara 143,723 138,273 1,374 1,239
Kalimantan 98,972 100,281 872 771
Sulawesi 88,726 89,589 765 682
Maluku 61,951 61,931 816 727
Papua 77,926 71,802 905 690
Rata-rata 104,790 102,678 935 826
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2014 & 2015, Kementerian Kesehatan
Penduduk yang dilayani per RS dan TT Sebagian besar rumah sakit terpusat dan terletak di
pulau Jawa dan Sumatera. Ada 1.294 rumah sakit di
pulau Jawa (57,3% publik & 42,7% swasta) dan 603
rumah sakit di pulau Sumatera (63,8% publik & 36,2%
swasta) pada tahun 2015. Namun, sejumlah provinsi di
daerah-daerah seperti Lampung, Jawa Barat, dan
Banten masih memiliki rasio tempat tidur rumah sakit per
1.000 penduduk di bawah 1 (lihat halaman 15).
Tabel di sebelah kiri menunjukkan jumlah penduduk
yang dilayani untuk setiap rumah sakit dan tempat tidur
di masing-masing wilayah. Papua telah meningkatkan
fasilitas kesehatannya melalui penurunan sebanyak
7,9% pada penduduk yang dilayani per rumah sakit dan
23,8% pada penduduk yang dilayani per tempat tidur.
(CAGR 9.2%) (CAGR 11.5%)
Sebaliknya, Nusa Tenggara memiliki jumlah rumah sakit dan rasio tempat tidur per penduduk terendah. Pada tahun
2015, satu rumah sakit dialokasikan untuk melayani 138.273 orang dengan masing-masing tempat tidur rumah sakit
dialokasikan untuk digunakan oleh 1.239 orang. Meskipun mengalami peningkatan tahunan, Nusa Tenggara masih
memerlukan penambahan fasilitas layanan kesehatan. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur yang signifikan
di daerah pedesaan memang penting.
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 4
Sumatera 55.27 juta penduduk
603 RS BOR = 59.89%
Kalimantan 15.34 juta penduduk
153 RS BOR = 64.18% Sulawesi
18.72 juta penduduk
205 RS BOR = 57.57%
Maluku 2.85 juta penduduk
46 RS BOR = 44.33%
Papua 4.02 juta penduduk
56 RS BOR = 59.68% Jawa & Bali
149.30 juta penduduk
1,349 RS BOR = 76.09%
Nusa Tenggara 9.96 juta penduduk
72 RS BOR = 59.95%
Jakarta 10.18 juta penduduk
179 RS BOR = 76.09%
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan, RS Data
Online 2015
Provinsi Proyeksi BOR Klasifikasi
Aceh 68.88 Ideal
Sumatera Utara 76.64 Ideal
Sumatera Barat 58.27 Rendah
Riau 62.34 Ideal
Jambi 60.14 Ideal
Sumatera Selatan 93.82 Tinggi
Bengkulu 71.20 Ideal
Lampung 57.66 Rendah
Pulau Bangka Belitung 49.87 Rendah
Pulau Riau n/a n/a
DKI Jakarta 76.09 Ideal
Jawa Barat 66.11 Ideal
Jawa Tengah 137.70 Tinggi
DI Jogjakarta 60.32 Ideal
Jawa Timur 64.13 Ideal
Banten 58.48 Rendah
Bali 69.82 Ideal
NTB 60.18 Ideal
NTT 59.71 Rendah
Kalimantan Barat 64.70 Ideal
Kalimantan Tengah 58.92 Rendah
Kalimantan Selatan 68.78 Ideal
Kalimantan Timur 67.27 Ideal
Kalimantan Utara 61.25 Ideal
Sulawesi Utara 62.31 Ideal
Sulawesi Tengah 57.91 Rendah
Sulawesi Selatan 67.86 Ideal
Sulawesi Tenggara 56.02 Rendah
Gorontalo 50.36 Rendah
Sulawesi Barat 50.95 Rendah
Maluku 42.79 Rendah
Maluku Utara 45.87 Rendah
Papua Barat 52.15 Rendah
Papua 67.21 Ideal
Total 76.79 Ideal
Rasio Bed Occupancy ("BOR") adalah persentase
penggunaan tempat tidur rumah sakit pada periode waktu
tertentu dan dianggap sebagai salah satu indikator yang paling
penting dari pelayanan rumah sakit oleh Kemenkes. Rasio ini
berguna untuk menentukan tingkat pemanfaatan, kualitas, dan
efisiensi pelayanan rumah sakit. Untuk saat ini, Kemenkes
mengharapkan rumah sakit untuk memiliki BOR antara 60% -
85%. Sementara itu, 80% adalah presentase BOR yang
direkomendasikan oleh World Health Organization ("WHO").
Proyeksi BOR Indonesia, per provinsi
59.89%
76.09%
64.18% 59.95%
57.57%
44.33%
59.68%
76.79%
Sumatera Jawa & Bali Kalimantan NusaTenggara
Sulawesi Maluku Papua
Proyeksi BOR Indonesia, per wilayah
Dari rumah sakit yang melaporkan BOR kepada Kemenkes,
secara keseluruhan diproyeksikan BOR untuk Indonesia
adalah 76,79% atau dalam kisaran yang ideal. Sumatera
Selatan dan Jawa Tengah memiliki BOR yang sangat tinggi
atau di atas batas yang disarankan oleh Kemenkes dan WHO.
Sebuah BOR tinggi menggambarkan fasilitas yang penuh
sesak di mana keamanan dan efisiensi sangat diragukan.
Lebih penting lagi, sebuah rumah sakit yang ramai membuat
sulit untuk secara eksklusif merawat pasien dengan kebutuhan
perawatan yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan risiko
infeksi silang kepada pasien lain.
Indonesia memiliki BOR lebih rendah secara keseluruhan jika
dibandingkan dengan negara-negara tetangga dengan BOR
relatif lebih tinggi seperti Singapura (sekitar 90%) dan Vietnam
(sekitar 170%) karena adanya daya tarik pariwisata medis dari
rumah sakit swasta dengan layanan yang komprehensif bagi
pasien asing di negara-negara tersebut.
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan, RS Data Online 2015
Rata-rata
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 5
Sumber Daya Manusia
Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Nomor
36/2014, tenaga kesehatan adalah tenaga medis, tenaga
psikologi klinis, perawat, staf kebidanan, personil farmasi,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, tenaga gizi, tenaga terapi fisik, teknisi medis,
insinyur biomedis , tenaga kesehatan tradisional, dan
tenaga kesehatan lainnya.
Pada tahun 2015, terdapat 493.856 pekerja rumah sakit,
di mana 322.607 dari mereka adalah tenaga medis dan
171.249 dari mereka adalah staf pendukung. Provinsi
dengan jumlah tenaga medis tertinggi adalah Jawa
Tengah (44.885 personel), Jawa Timur (39.742 personel),
dan Jawa Barat (39.008 personel). Sebaliknya, provinsi
dengan jumlah tenaga medis terendah adalah Kalimantan
Utara (1.163 personel).
Tenaga Medis di RS
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2011 - 2015, Kementerian Kesehatan
12,263 16,673 21,283 23,012 23,130 15,276 26,629 36,081 46,863 47,605 15,399
20,109 31,254 22,598 30,561 99,954
110,782
164,309 122,689
147,264 42,741
46,583
66,780
61,449
74,047
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
2011 2012 2013 2014 2015
Dokter Umum Dokter Spesialis Bidan Perawat Lainnya
Jaminan Sosial Kesehatan
Pada 1 Januari 2014, Indonesia mengambil langkah besar untuk mereformasi sistem kesehatan dengan
menciptakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ("BPJS") yang diharapkan akan sepenuhnya
berfungsi untuk melayani semua warga negara Indonesia di tahun 2019. Secara otomatis, sistem ini akan
menciptakan lebih banyak permintaan pada fasilitas dan tenaga kesehatan karena BPJS diharapkan akan
mencakup 100% dari warga negara Indonesia.
69%
Terasuransi
31%
Tidak Terasuransi
100%
Terasuransi
2013 2019 Target
2013 2019
Pendaftaran (perkiraan)
Asuransi Target Penerapan Penuh
BPJS
36% Jamkesmas Miskin dan hampir miskin
BPJS Kesehatan
16% Jamkesda Miskin dan hampir miskin
6% Askes PNS
3% Jamsostek Karyawan Swasta BPJS Ketenagakerjaan 0.6% ASABRI TNI dan Polri
8% Asuransi Swasta Sektor Swasta Sektor Swasta
Target BPJS
Sumber: EY Indonesia Healthcare Industry Publication 2015
BPJS: Rencana Evolusi
Sistem ini bertujuan untuk menyatukan asuransi umum
yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh Pemerintah
dengan memberikan dua kategori: BPJS Kesehatan
(menargetkan semua anggota masyarakat) dan BPJS
Tenaga Kerja (menargetkan tenaga kerja dalam
kaitannya dengan risiko ekonomi dan kerja / cedera).
Semua rumah sakit publik diwajibkan untuk mendaftar
di bawah BPJS sementara tidak wajib bagi rumah sakit
swasta. Namun demikian, pada Februari 2015, Jakarta
Globe menunjukkan bahwa 44% dari rumah sakit
swasta telah terdaftar di bawah sistem kesehatan
BPJS. Sampai dengan Desember 2015, lebih dari 156
juta masyarakat Indonesia terdaftar sebagai peserta
BPJS, atau naik 17,51% dari tahun 2014.
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
Swasta 53%
Publik 47%
BUMN 2%
Swasta 98%
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
RS Khusus pada tahun 2015
SMI Insight 2016 6
Pembiayaan Sektor Kesehatan
APBN 2016 telah diarahkan untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur. Pemerintah Indonesia
memfokuskan kembali strategi pembangunan dengan
merealokasi subsidi bahan bakar fosil untuk belanja yang
lebih produktif seperti belanja infrastruktur. Alokasi anggaran
negara pada sektor kesehatan pada tahun 2016 mencapai
5% (di atas Rp 100 Triliun), tertinggi dalam satu dekade
terakhir (merujuk pada grafik di sebelah kiri). Namun
demikian, anggaran ini sebagian besar masih dialokasikan
untuk obat-obatan dan mengabaikan pembangunan
infrastruktur kesehatan secara umum. Sementara itu, alokasi
anggaran negara yang dikelola oleh Kemenkes pada tahun
2015 sebesar IDR54.3 triliun dengan realisasi IDR48.9 triliun
(89,9%). Sebagai persentase, realisasi telah menurun dari
94,5% pada tahun sebelumnya.
28.8 31.4 36.4 35.8 36.1 37.7 37.9 39.6 39.4 37.8
2.8 2.9 3.1 2.8 2.8 2.7 2.7 2.9 2.9 2.8
0.00.51.01.52.02.53.03.54.0
0.0
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Pengeluaran Kesehatan Publik (% dari total pengeluaran kesehatan) Total Pengeluaran Kesehatan (% dari PDB)
Sumber: Worldbank 2014
Pengeluaran Kesehatan Indonesia sebagai % dari PDB
Pengeluaran Publik
Proporsi belanja di sektor kesehatan terhadap produk
domestik bruto ("PDB") umumnya memiliki kecenderungan
meningkat selama dua dekade terakhir. Namun demikian,
proporsi pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi
2,8% dari 2,9% dalam dua tahun sebelumnya. Dari jumlah
itu, proporsi sektor swasta mendominasi pengeluaran.
Hanya 37,8% dari total pengeluaran di sektor kesehatan
dikeluarkan oleh sektor publik. Ini jelas menggambarkan
adanya signifikansi sektor swasta dalam industri kesehatan.
Hal ini juga telah dibuktikan dengan peningkatan jumlah
rumah sakit milik swasta selama bertahun-tahun, dengan
CAGR sebesar 15,9% selama 3 tahun terakhir sementara
rumah sakit publik hanya memiliki CAGR 1,0%.
Meskipun secara kuantitas, rumah sakit publik tetap menjadi
mayoritas di industri rumah sakit, rumah sakit swasta menawarkan
perawatan pasien yang lebih spesifik. Rumah sakit swasta pada
dasarnya telah memberikan kontribusi terhadap meningkatnya
kebutuhan fasilitas kesehatan khusus seperti yang ditunjukkan oleh
dominasi pada jumlah rumah sakit khusus. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 56/2014, rumah sakit swasta diwajibkan
untuk mengalokasikan setidaknya 20% dari tempat tidur mereka
untuk pasien umum. Seperti yang ditunjukkan oleh grafik di atas,
proporsi partisipasi swasta dalam total pengeluaran kesehatan
lebih tinggi dari publik. Dengan demikian, perluasan rumah sakit
swasta akhirnya akan bermanfaat bagi Indonesia.
Peran Sektor Swasta
30.9 33.3 38.6
50.4 54.3
27.0 30.7 35.4
47.6 48.9
87.2% 92.1% 91.7% 94.5%
89.9%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
-
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
2011 2012 2013 2014 2015
Budget Realisasi % Realisasi
Alokasi dan Realisasi Anggaran Kemenkes
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
39.4 41.5 48.2 61.2
74.3
104.8 3.0 2.7 2.8
3.3 3.7
5.0
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
-
50.0
100.0
150.0
200.0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Pengeluaran Publik % APBN
Alokasi APBN pada Sektor Kesehatan
Sumber: Indonesia State Budget 2016
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
1,203 1,475 1,742 1,949 2,141 1,828
30.0% 32.0% 34.0% 34.0% 35.0% 37.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
40.0%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
FY11 FY12 FY13 FY14 FY15 9m16
Pendapatan Marjin EBITDA
127,715
92,000
17,280
Siloam Mitra Omni
Pendaftaran Rawat Inap: 9m16
Sumber: Website RS
Sumber: EY Publication 2015, Website RS
SMI Insight 2016 7
Korporasi Nama RS Pendirian IPO Kepimilkan
Publik Jumlah
RS Rencana
Pembangunan
Siloam International Hospitals Siloam 1996 2013 23.18 % 23 43
Mitra Keluarga Karyasehat Mitra Keluarga 1989 2014 18.00% 12 18
Sarana Meditama Metropolitan Omni 1972 2013 15.47% 3 2
Sejahtera Anugrahjaya Mayapada 1991 2011 4.45% 2 50
Ciputra Raya Sejahtera Ciputra 2011 - - 3 7
Operator RS Terbesar di Indonesia
Pelaku Utama dari Sektor Swasta
Pelaku utama dalam industri rumah sakit dari sektor
swasta termasuk Siloam, Mitra Keluarga, Omni,
Mayapada, dan Ciputra. Semuanya telah tercatat di
Bursa Efek Indonesia, kecuali Ciputra, yang relatif masih
baru dalam industri.
Seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini, Siloam
memiliki 23,18% kepemilikan publik sejak IPO pada
2013, atau yang tertinggi di antara pesaingnya.
Pendapatan Siloam secara signifikan lebih tinggi
daripada yang lainnya karena jumlah rumah sakit yang
dimiliki juga lebih banyak. Hingga September 2016,
Siloam telah menampung lebih dari 120.000 pasien
rawat inap dengan BOR 65%, atau relatif ideal. Sebagai
pesaing utama, dengan rumah sakit yang lebih sedikit,
Mitra Keluarga memiliki margin EBITDA yang lebih
tinggi. Untuk saat ini, Mitra Keluarga telah menampung
92.000 pasien pada tahun 2016, dengan lebih dari 2.000
tempat tidur dan BOR 66%.
Pada tahun 2008, Rumah Sakit Mayapada mendirikan
rumah sakit pertamanya di daerah perumahan eksklusif
Tangerang. Sebelumnya, rumah sakit ini dikenal sebagai
Rumah Sakit Honoris, yang sudah beroperasi sejak
tahun 1991. Dengan biaya perolehan sebesar Rp100
miliar , menjadi rumah sakit pertama di bawah naungan
Mayapada Group dengan Sejahtera Anugrahjaya, anak
perusahaan dari Grup, sebagai operator.
1,259 1,788
2,504 3,341
4,144 3,824
12.3% 12.4% 11.9%
13.9% 13.9% 13.1%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
FY11 FY12 FY13 FY14 FY15 9m16
Pendapatan Marjin EBITDA
Kinerja Keuangan Siloam
Sumber: Website Siloam
242 270 337 414 515 475
26.3% 28.3% 29.7% 30.1% 30.3% 30.8%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
25.0%
30.0%
35.0%
40.0%
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
FY11 FY12 FY13 FY14 FY15 9m16
Pendapatan Marjin EBITDA
Kinerja Keuangan Omni
Sumber: Website Omni
Kinerja Keuangan Mitra
Sumber: Website Mitra
IDR miliar
IDR miliar
IDR miliar
65%
66%
64%
Siloam Mitra Omni
BOR: 9m16
Sumber: Website RS
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 8
Penduduk (juta)
Jumlah Pengeluaran Kesehatan
(% dari PDB)
Pengeluaran Kesehatan Publik
(% dari Jumlah Pengeluaran Kesehatan)
0.4
5.5
6.7
15.3
29.9
53.4
67.7
90.7
99.1
254.5
Brunei
Singapore
Lao PDR
Cambodia
Malaysia
Myanmar
Thailand
Vietnam
Philippines
Indonesia
1.87
2.28
2.65
2.85
4.17
4.71
4.92
5.68
6.53
7.07
Lao PDR
Myanmar
Brunei
Indonesia
Malaysia
Philippines
Singapore
Cambodia
Thailand
Vietnam
22.04
34.28
37.78
41.74
45.91
50.53
54.06
55.18
86.00
93.86
Cambodia
Philippines
Indonesia
Singapore
Myanmar
Lao PDR
Vietnam
Malaysia
Thailand
Brunei
Posisi Indonesia diantara negara
ASEAN dalam hal pelayanan
kesehatan jelas tidak memuaskan.
Mengacu pada grafik di bawah ini,
sebagai negara berpenduduk terbesar
di ASEAN, total pengeluaran
kesehatan sebagai persentase dari
PDB Indonesia di bawah 3% atau
salah satu yang terendah di ASEAN.
Proporsi belanja publik bahkan tidak
mencapai 40% dari jumlah tersebut.
Situasi ini telah menempatkan
Indonesia menjadi negara dengan
rasio tempat tidur rumah sakit per
10.000 penduduk terendah. Kondisi ini
kontras dengan Brunei Darussalam
Negara Dokter Perawat Dokter Gigi Apoteker
Brunei Darussalam 14.4 80.5 4.2 4.0
Indonesia 2.0 13.8 1.0 1.0
Cambodia 1.7 7.9 0.2 0.4
Lao PDR 1.8 8.8 0.4 1.2
Myanmar 6.1 10.0 0.7 n/a
Malaysia 12.0 32.8 3.6 4.3
Philippines n/a n/a n/a 8.9
Singapore 19.5 57.6 4.1 4.1
Thailand 3.9 20.8 2.6 1.3
Vietnam 11.9 12.4 n/a 3.1
Rata-rata 8.1 27.2 2.1 3.1
per 10,000 penduduk Personil Medis di ASEAN
Sumber: WHO Data 2007 - 2013
Sumber: Worldbank 2013 & 2014
Pelayanan Kesehatan di ASEAN
3.80
7.90
8.20
8.60
10.10
15.20
32.80
60.00
63.90
70.20
Indonesia
Cambodia
Lao PDR
Myanmar
Vietnam
Thailand
Malaysia
Philippines
Singapore
Brunei
Tempat Tidur RS (per 10,000 penduduk)
sebagai negara dengan penduduk terendah di ASEAN tapi terbukti menghabiskan investasi publik yang cukup besar
pada sektor kesehatan. Selain ketersediaan fasilitas yang tidak kompetitif, hambatan lain pada sistem kesehatan di
Indonesia adalah kurangnya dokter & personil medis berkualitas. Jumlah dokter yang tersedia per 10.000 orang
hanya 2, yang secara signifikan lebih rendah dari rata-rata di ASEAN. Indonesia juga mengalami kurangnya spesialis
dan kualitas. Kondisi ini diperparah dengan pembatasan ketat pada perizinan tenaga medis asing untuk bekerja di
Indonesia, yang tercakup dalam Peraturan Kementerian Kesehatan Nomor 67/2013.
Daya Saing Indonesia
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 9
Peluang
Kondisi Pasar
Dengan kenaikan kelas menengah dalam satu dekade terakhir, Indonesia memiliki daya beli yang lebih tinggi.
Dilaporkan bahwa PDB kuartalan untuk Q3 2016 adalah 5,02%, atau jauh lebih tinggi daripada Q3 2015 dan Q3
2014. Seiring dengan meningkatnya kekayaan Indonesia, permintaan pelayanan kesehatan dengan kualitas yang
lebih baik meningkat, terutama melampaui dasar pelayanan kesehatan yang disediakan oleh sistem BPJS. Fasilitas
yang diberikan oleh BPJS diutamakan akan diberikan oleh rumah sakit public dan beberapa rumah sakit swasta.
Meskipun, seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak rumah sakit swasta yang telah berpartisipasi dalam
program BPJS, mereka menempatkan keterbatasan dengan membatasi pengobatan untuk pelanggan BPJS karena
payout yang rendah dari tarif yang diberikan oleh sistem BPJS. Kondisi ini pada akhirnya akan menciptakan
peluang besar untuk investor swasta mencari prospek di industri.
Penting untuk mencatat bahwa peluang juga terletak di luar ibukota Jakarta. Di wilayah Sumatera, produk domestik
bruto regional ( "PDBR") sebanding dengan PDB Vietnam. Provinsi seperti Kalimantan Timur dan Riau memiliki
PDBR yang relatif tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Dengan demikian, daya beli tinggi
Indonesia tidak terpusat di Jakarta. Meskipun demikian, kesenjangan perawatan medis, peralatan, fasilitas, dan
obat-obatan antara Jakarta dan provinsi lain masih jelas teridentifikasi.
Indonesia Luar Negeri
Publik Swasta Malaysia Singapur
Pasien (2010)
93,800,000 23,000,000 300,000 226,000
Biaya Medis Tahunan (2011, USD juta)
80,000 152,000 500,000 8,000
Biaya Medis per kapita (2010, USD)
84 660 200 3,500
Sumber: Roland Berger, 2015
Wisatawan Medis dari Indonesia
Keberadaan Wisata Medis
Fasilitas terbatas di Indonesia yang
menawarkan layanan kesehatan standar tinggi
mendesak kelas menengah ke atas untuk
mencari penyedia alternatif di negara-negara
tetangga. Kondisi saat ini di Indonesia sangat
tidak menarik karena tidak hanya kurangnya
teknologi, tapi juga kurangnya dokter spesialis
asing karena pembatasan ketat pada perizinan
tenaga medis asing.
Singapura, Malaysia, dan Thailand adalah beberapa
destinasi pariwisata medis untuk sekitar 600.000 orang
Indonesia setiap tahunnya. Meskipun biayanya lebih
tinggi, banyak orang Indonesia masih lebih memilih
untuk dilayani dan dirawat di Singapura. Hal ini dipicu
oleh kurangnya kepercayaan dalam pelayanan
kesehatan Indonesia dan keinginan untuk kualitas dari
pelayanan medis yang lebih baik, termasuk teknologi
medis. Ini juga merupakan insentif bagi dokter asing
untuk bekerja di industri kesehatan di Singapura.
Sebagai contoh, ada hampir 50% dari dokter asing di
Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.
Daya Tarik Investasi Langsung
Investor asing secara alami mempertimbangkan
peraturan dan pembatasan suatu negara ketika
mereka ingin melakukan investasi. Meskipun
dengan upaya sebelumnya oleh Pemerintah, secara keseluruhan, investasi asing langsung yang masuk ke
Indonesia masih menyusut selama tiga tahun terakhir.
Mengingat situasi tersebut, Pemerintah berupaya untuk meningkatkan investasi asing dan mengimplementasikan
Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 44/2016 yang menunjukkan Daftar
Negatif Investasi terbaru. Berdasarkan peraturan ini, walaupun perusahaan asing tidak diizinkan untuk
mengoperasikan rumah sakit umum di Indonesia, mereka diizinkan untuk mengoperasikan rumah sakit khusus
(selain bersalin) sampai dengan 67% kepemilikan bagi orang asing dan hingga 70% kepemilikan untuk perusahaan
ASEAN.
Investasi Langsung Asing: ASEAN
Sumber: The ASEAN Secretariat 2016
Negara 2013 2014 2015
Brunei Darussalam 725 568 171
Cambodia 1,275 1,727 1,701
Indonesia 18,444 21,810 16,917
Lao PDR 427 913 1,079
Malaysia 12,297 10,875 11,290
Myanmar 2,621 946 2,824
Philippines 3,860 5,815 5,724
Singapore 60,380 74,420 61,285
Thailand 15,936 3,720 8,027
Viet Nam 8,900 9,200 11,800
ASEAN 124,865 129,995 120,819
USD juta
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 10
Tipe Bisnis Investasi diperbolehkan
untuk
Year Lokasi
2014 2016
Bisnis / layanan manajemen rumah sakit
Asing Max. 67% Max. 100%
Bebas
Pelayanan medis umum / rumah sakit atau klinik publik
Asing x x x
RS Khusus (selain Kebidanan)
Asing Max. 67% Max. 67% Bebas
ASEAN Max. 70% Max. 70% Indonesia Timur (selain Makssar dan Manado)
RS Khusus Kebidanan Asing x x x
Klinik Spesialis Asing Max. 67% Max. 67% Bebas
ASEAN Max. 70% Max. 70% Indonesia Timur (selain Makssar dan Manado)
Klinik laboratorium dan klinik check up (penunjang kesehatan)
Asing Max. 67% Max. 100%
Bebas
Pembatasan Investasi di Sektor Kesehatan: Negative Investment List (2014 dan 2016)
Sumber: Peraturan Presiden No. 44/2016
Skema Pembiayaan Alternatif
Dengan tingginya biaya pengembangan fasilitas pelayanan kesehatan, Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada
anggaran negara. Dengan keterbatasan anggaran negara, pemerintah perlu mencari skema pembiayaan alternatif
seperti melalui kemitraan publik-swasta ("PPP"). Baru-baru ini, Pemerintah berencana untuk membuat proyek PPP
pertama di industri kesehatan: kemitraan antar Pemerintah Kota Sidoarjo (Jawa Timur) dengan Japan International
Cooperation Agency (JICA) untuk memperluas rumah sakit umum dan skema availability payment yang diberikan
untuk memperluas rumah sakit kota dr. Pirngadi Medan (Sumatera Utara).
Dalam dekade terakhir, banyak negara telah mulai menggunakan skema PPP untuk mengembangkan infrastruktur
dan infrastruktur sosial seperti kesehatan. Dalam hal ini, Inggris secara historis telah menjadi pasar terbesar untuk
PPP sejak dimulai pada awal 1990-an. Model yang paling umum dari PPP di Inggris adalah Private Finance Initiative
("PFI"), digunakan untuk mengembangkan pelayanan publik dan mencapai pemanfaatan terbaik dari belanja publik
Inggris. Bentuk PFI umumnya merupakan kontrak jangka panjang (20-35 tahun) di mana sektor swasta membangun
fasilitas / aset proyek dan menghimpun dana yang diperlukan (pembiayaan proyek). Menurut HM Treasury, sampai
dengan 2015, total 722 proyek PFI saat ini telah direalisasikan untuk pembangunan sosial dan ekonomi di Inggris,
sementara 679 proyek sudah operasional. Dari segi nilai proyek, sektor dengan proporsi terbesar adalah kesehatan
sementara dalam hal jumlah proyek adalah pendidikan.
Pendanaan Swasta NHS Trust
Desain, membangun, dan mengoperasikan bangunan rumah sakit, termasuk layanan non-klinis (pembersihan, katering, dll)
Layanan inti (Layanan klinis, medis, dan keperawatan)
National Health Service ("NHS"), didirikan pada tahun 1948, adalah sistem kesehatan nasional yang didanai
Pemerintah Inggris. Melalui badan-badan lokal yang disebut NHS Trust sebagai manajer rumah sakit, Pemerintah
menggunakan PFI untuk membangun rumah sakit NHS sejak tahun 1990-an. Dengan pembagian peran yang
ditampilkan pada tabel di atas, NHS Trust akan membayar biaya tahunan untuk periode kontrak yang terdiri dari dua
komponen: biaya ketersediaan (terkait dengan pengelolaan bangunan dan peralatan) dan biaya pelayanan (terkait
dengan manajemen fasilitas dan jasa non-klinis). Model ini telah mendukung Pemerintah dan pelaku swasta di
Inggris, dan pencapaian rumah sakit yang telah dibangun tidak mungkin dapat diraih menggunakan skema
pembiayaan yang lain.
Model PFI pada Sektor Kesehatan di Inggris
Sumber: UNECE - ‘PPPs in Health Manila 2012
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 11
Studi Kasus:
Renovasi RS St Bartholomew’s dan Royal London
Dengan konstruksi senilai lebih dari £ 1 miliar yang ditandatangani pada
tahun 2006, renovasi dua rumah sakit di bawah NHS Trust terbesar di
Inggris, Barts Health, dianggap sebagai salah satu proyek PPP terbesar
di Eropa. Proyek pembangunan dari Rumah Sakit St Bartholomew yang
menawarkan layanan spesialis untuk pengobatan kanker dengan
bangunan bersejarah berumur 900 tahun dan Rumah Sakit Royal
London yang menyediakan perempuan dan anak-anak pusat di London
Timur terdiri dari modernisasi dengan pembangunan gedung baru,
renovasi bangunan yang ada, dan peralatan baru.
Nama Proyek Renovasi RS St Bartholomew dan Royal London
Lokasi London Timur
Skema Private Finance Initiative (“PFI”)
Sektor Publik Barts Health
Sektor Swasta
Pemegang Saham
Capital Hospitals Ltd (konsorsium)
• Skanska UK plc • Innisfree Ltd • Bank of Scotland Corporate • John Laing • Siemens Medical Solutions (SMS)
Durasi Kontrak 42 tahun
Nilai Modal £1.100 juta
Status • Penandatanganan: 2006 • Serah terima pertama: 2010 (St Bartholomew ) dan 2012
(Royal London ) • Masa akhir konstruksi: 2016
Sektor Publik Sektor Swasta
• Tehnis: Davis Langdon, YFS Consultancy , dan WSP UK • Hukum: Allen & Overy • Keuangan: PwC • Arsitek: Llewelyn Davies Yeang, Hubbert Halls & Barnes, dan
Anshen + Allen
• Tehnis: Troup Bywaters + Anders and Faithful + Gould • Hukum: Clifford Chance and Freshfields Bruckhaus Deringer • Keuangan: Investec and Morgan Stanley • Arsitek: HOK • Konstruksi: Skanska UK plc • Penyedia Hutang: BNP Paribas , HSBC, Deutsche Bank,
European Investment Bank, Ambac Assurance UK Ltd, dan Financial Security Assurance (UK) Ltd
• Manajer Fasilitas: Carillion Aqumen (Mowlem) dan Carillion Private Finance
• Lainnya: Synergy Healthcare plc
Ringkasan Proyek
Sumber: Skanska, Barts Health, dan Partnerships Bulletin
Konsultan Proyek
Sumber: Skanska, Barts Health, dan Partnerships Bulletin
St Bartholomew’s
St Bartholomew’s Baru
Royal London
Royal London Baru
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 12
Turki adalah contoh lain dari negara dengan terobosan struktur pembiayaan sistem kesehatan. Pada tahun 2010,
Turki meluncurkan program PPP untuk kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dengan melayani
hampir 90% dari populasi. Program itu sendiri terdiri dari 50 proyek dengan nilai investasi diperkirakan dari EUR20
miliar. Salah satu proyek dalam program ini adalah Kompleks Rumah Sakit Adana dengan 1.550 kapasitas tempat
tidur untuk melayani provinsi Adana, Hatay dan Osmaniye.
Studi Kasus :
Kompleks RS Adana
Dengan total luas 318.504 m2, kompleks RS akan terdiri dari 1.300
tempat tidur Rumah Sakit Utama, 150-tidur Rumah Sakit Terapi Fisik
dan Rehabilitasi dan 100 tempat tidur Rumah Sakit Pidana
Keamanan Tinggi. Melalui kontrak PPP 28 tahun, sektor swasta, ADN
PPP Saglik Yatırım A.Ş., bertanggung jawab untuk rincian desain,
konstruksi, melengkapi, pembiayaan dan pemeliharaan, sedangkan
Kemenkes akan bertanggung jawab atas penyediaan jasa medis.
Nama Proyek Adana Integrated Health Campus Project
Lokasi Yüreğir District in Adana Province, South Turkey
Skema Public Private Partnership (“PPP”)
Sektor Publik Kementerian Kesehatan
Sektor Swasta ADN PPP Sağlık Yatırım A.Ş.
Durasi Kontrak 28 tahun
Nilai Modal EUR 460 juta
Ringkasan Proyek
Disclaimer
All information presented were taken from multiple Sumbers and considered as true by the time
they were written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi
Infrastruktur (Persero) can not be held responsible from any inacuracy contained in the material.
Any complaint can be submitted to:
Corporate Secretary PT SMI
Tel : +62 21 8082 5288
Fax : +62 21 8082 5258
Email : corporatesecretary@ptsmi.co.id
Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special
committee to ensure that complaints are addressed appropriately.
Sumber: PPP Adana Hastanesi, EBRD 2014
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 13
Puskesmas dan rasio terhadap penduduk
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
Puskesmas Rasio Puskesmas
per 30,000 penduduk
Provinsi 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Aceh 334 337 339 2.14 2.14 2.03
Sumatera Utara 570 570 571 1.28 1.26 1.23
Sumatera Barat 262 264 264 1.56 1.55 1.52
Riau 207 211 212 1.01 1.00 1.00
Jambi 176 176 176 1.59 1.55 1.55
Sumatera Selatan 319 321 322 1.22 1.20 1.20
Bengkulu 180 180 180 3.00 2.95 2.88 Lampung 280 290 291 1.07 1.09 1.08
Pulau Bangka Belitung 60 61 62 1.34 1.33 1.35
Pulau Riau 70 73 72 1.08 1.08 1.09
SUMATERA 2,458 2,483 2,489
DKI Jakarta 340 340 340 1.02 1.01 1.00
Jawa Barat 1,050 1,050 1,050 0.69 0.68 0.67
Jawa Tengah 873 875 875 0.80 0.80 0.78
DI Jogjakarta 121 121 121 1.02 1.01 0.99
Jawa Timur 960 960 960 0.75 0.75 0.74
Banten 230 231 233 0.60 0.59 0.58
Bali 120 120 120 0.87 0.85 0.87
JAWA & BALI 3,694 3,697 3,699
NTB 158 158 158 1.02 1.01 0.98
NTT 362 370 371 2.18 2.19 2.17
NUSA TENGGARA 520 528 529
Kalimantan Barat 237 238 238 1.58 1.57 1.30
Kalimantan Tengah 194 195 195 2.50 2.47 3.27 Kalimantan Selatan 228 228 230 1.78 1.75 1.73
Kalimantan Timur 222 174 174 1.68 1.49 1.52
Kalimantan Utara - 48 49 - 2.37 2.29 KALIMANTAN 881 883 886
Sulawesi Utara 183 187 187 2.33 2.35 2.33
Sulawesi Tengah 183 184 189 1.97 1.94 1.97
Sulawesi Selatan 440 446 448 1.59 1.59 1.58
Sulawesi Tenggara 264 269 269 3.34 3.34 3.23
Gorontalo 91 93 93 2.46 2.46 2.46
Sulawesi Barat 92 94 94 2.20 2.20 2.20
SULAWESI 1,253 1,273 1,280
Maluku 190 197 199 3.43 3.46 3.54
Maluku Utara 125 127 127 3.36 3.34 3.28 MALUKU 315 324 326
Papua Barat 143 149 151 5.07 5.09 5.20
Papua 391 394 394 3.54 3.39 3.75
PAPUA 534 543 545
TOTAL 9,655 9,731 9,754 1.17 1.16 1.15
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 14
Rumah Sakit, Tempat Tidur, dan Rasio TT/1,000 penduduk pada tahun 2014
RS Publik RS Swasta Total RS
Tempat Tidur
(“TT”)
TT /1,000 penduduk
Provinsi Kemenkes TNI / Polri Lainnya Swasta BUMN
Aceh 27 4 15 14 4 64 7,118 1.50
Sumatera Utara 38 9 76 39 15 177 20,010 1.48
Sumatera Barat 22 4 20 15 1 62 5,994 1.18
Riau 19 4 6 30 3 62 5,892 0.93
Jambi 14 2 2 15 0 33 3,190 0.93
Sumatera Selatan 27 4 11 8 5 55 7,567 0.95
Bengkulu 13 3 2 1 0 19 1,881 1.03
Lampung 14 2 16 21 0 53 5,685 0.71
Pulau Bangka Belitung 0 9 0 3 4 16 1,448 1.05
Pulau Riau 11 2 6 4 2 25 2,319 1.14
SUMATERA 185 43 154 150 34 566 61,104 1.12
DKI Jakarta 19 12 56 66 5 158 21,425 2.11
Jawa Barat 49 13 73 153 5 293 33,141 0.72
Jawa Tengah 61 12 149 75 3 300 35,308 1.08
DI Jogjakarta 9 4 39 18 1 71 10,135 2.82
Jawa Timur 66 31 118 119 13 347 36,705 0.95
Banten 11 2 16 55 1 85 9,360 0.79
Bali 12 3 22 20 0 57 5,872 1.39
JAWA & BALI 227 77 473 506 28 1311 151,946 1.03
NTB 13 2 4 5 0 24 3,022 0.64
NTT 19 5 17 3 0 44 4,090 0.81
NUSA TENGGARA 32 7 21 8 0 68 7,112 0.73
Kalimantan Barat 19 6 8 11 1 45 5,174 1.14
Kalimantan Tengah 16 2 0 1 0 19 1,789 0.76
Kalimantan Selatan 16 5 8 5 2 36 4,317 1.10
Kalimantan Timur 13 4 5 20 2 44 5,045 1.44
Kalimantan Utara 5 1 0 1 0 7 809 1.33
KALIMANTAN 69 18 21 38 5 151 17,134 1.15
Sulawesi Utara 18 4 15 5 0 42 5,008 2.10
Sulawesi Tengah 17 2 8 4 0 31 3,433 1.21
Sulawesi Selatan 37 9 24 16 2 88 11,557 1.38
Sulawesi Tenggara 14 2 4 4 1 25 1,905 0.79
Gorontalo 9 0 2 1 0 12 1,292 1.14
Sulawesi Barat 8 0 1 1 0 10 938 0.73
SULAWESI 103 17 54 31 3 208 24,133 1.31
Maluku 16 4 7 0 0 27 2,144 1.26
Maluku Utara 13 2 4 0 0 19 1,350 1.18
MALUKU 29 6 11 0 0 46 3,494 1.23
Papua Barat 10 3 1 3 1 18 1,382 1.58
Papua 23 7 5 3 0 38 3,438 0.99
PAPUA 33 10 6 6 1 56 4,820 1.10
TOTAL 678 178 740 739 71 2,406 269,743 1.07
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2014, Kementerian Kesehatan
PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) I www.ptsmi.co.id
SMI Insight 2015
SMI Insight 2015
SMI Insight 2016 15
Rumah Sakit, Tempat Tidur, dan Rasio TT/1,000 penduduk pada tahun 2015
RS Publik RS Swasta Total RS
Tempat Tidur
(“TT”)
TT /1,000 penduduk
Provinsi Kemenkes TNI / Polri Lainnya Swasta BUMN
Aceh 26 5 16 16 3 66 8,324 1.66
Sumatera Utara 38 9 75 47 15 184 22,298 1.60
Sumatera Barat 23 4 20 17 1 65 6,960 1.34
Riau 18 4 6 37 3 68 6,710 1.06
Jambi 14 2 2 16 0 34 3,883 1.14
Sumatera Selatan 27 4 12 15 5 63 8,508 1.06
Bengkulu 13 3 2 2 0 20 2,248 1.20
Lampung 14 2 14 31 0 61 7,020 0.86
Pulau Bangka Belitung 10 0 3 4 0 17 1,696 1.24
Pulau Riau 11 2 6 5 1 25 2,826 1.43
SUMATERA 194 35 156 190 28 603 70,473 1.28
DKI Jakarta 35 12 56 71 5 179 24,696 2.43
Jawa Barat 50 13 74 170 5 312 39,308 0.84
Jawa Tengah 61 12 131 74 2 280 39,456 1.17
DI Jogjakarta 10 4 39 20 1 74 10,833 2.94
Jawa Timur 68 31 117 132 13 361 41,429 1.07
Banten 11 2 16 58 1 88 10,968 0.92
Bali 12 3 18 22 0 55 6,845 1.65
JAWA & BALI 247 77 451 547 27 1,349 173,535 1.16
NTB 13 2 4 9 0 28 3,508 0.73
NTT 19 5 17 3 0 44 4,524 0.88
NUSA TENGGARA 32 7 21 12 0 72 8,032 0.81
Kalimantan Barat 19 6 7 12 0 44 5,608 1.02
Kalimantan Tengah 17 2 0 1 0 20 2,083 1.16
Kalimantan Selatan 16 4 7 6 2 35 4,823 1.21
Kalimantan Timur 15 4 5 21 2 47 6,440 1.88
Kalimantan Utara 5 1 0 1 0 7 939 1.46
KALIMANTAN 72 17 19 41 4 153 19,893 1.30
Sulawesi Utara 18 4 15 5 0 42 5,503 2.28
Sulawesi Tengah 17 2 8 4 0 31 4,021 1.40
Sulawesi Selatan 35 7 20 22 1 85 12,870 1.51
Sulawesi Tenggara 18 2 4 4 1 29 2,498 1.00
Gorontalo 9 0 2 1 0 12 1,575 1.39
Sulawesi Barat 8 0 1 1 0 10 1,002 0.78
SULAWESI 101 15 50 37 2 205 27,469 1.47
Maluku 16 4 7 0 0 27 2,417 1.43
Maluku Utara 13 2 4 0 0 19 1,500 1.29
MALUKU 29 6 11 0 0 46 3,917 1.37
Papua Barat 9 3 0 3 1 16 1,540 1.77
Papua 25 7 5 3 0 40 4,287 1.36
PAPUA 34 10 5 6 1 56 5,827 1.45
TOTAL 713 167 713 833 62 2,484 309,146 1.21
Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2015, Kementerian Kesehatan
top related