psikoterapi dengan nlp
Post on 28-Nov-2015
103 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SEMINAR KEPERAWATAN JIWA
NLP FOR PSYCHOTHERAPHY
DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
PROFESI KEPERAWATAN JIWA
ANGKATAN XX
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2011
PPN XX FKEP-UNPAD 1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah S.W.T atas limpahan nikmat-
Nya yang tidak terhitung, sehingga kami dapat menyelesaikan modul seminar ini tepat pada
waktunya. Modul seminar ini berjudul “NLP for Pscychotheraphy” yang bertujuan
memperkenalkan NLP (Neuro Linguistic Programming) yang merupakan salah satu model
komunikasi.
Penyelesaian modul seminar ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat beserta seluruh Clinical Instructor,
kepala ruangan, serta perawat di Rumah Sakit Jiwa provinsi Jawa Barat yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan kepada kami selama praktik dan penyusunan
modul seminar ini.
2. Tim Dosen Pembimbing Profesi Keperawatan Jiwa Angkatan XX yang selalu
membimbing dan memberikan banyak pembelajaran dalam penyusunan modul seminar
ini.
3. Mahasiswa Profesi Keperawatan Jiwa Angkatan XX Gelombang I yang telah
memberikan bantuan, doa, dan dorongan dalam penyelesaian modul seminar ini.
4. Seluruh pasien di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang menjadi motivasi kami
untuk melakukan dan memberikan yang terbaik.
5. Orang tua dan keluarga kami yang telah banyak memberikan dukungan dan doa.
Dalam penyusunan modul ini, kami menyadari banyak kekurangan. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan modul seminar ini.
Semoga modul ini bermanfaat bagi dunia keperawatan.
Cisarua, Februari 2011
Mahasiswa Profesi Keperawatan Jiwa Angkatan XX
Universitas Padjadjaran
PPN XX FKEP-UNPAD 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………2
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………4
1.2 Tujuan Penyusunan ……………………………………………………5
1.3 MetodePenyusunan ……………………………………………………5
1.4 Sistematika Penyusunan ……………………………………………5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………6
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………24
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………25
PPN XX FKEP-UNPAD 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalankan peran dan tugas perawat sehari-hari, seringkali kita terperangkap
dalam rutinitas sehingga semakin lama menjadi kurang produktif. Kita perlu me-recharge energi
dan mengoptimalkan potensi agar mampu tampil efektif dan produktif, baik sebagai individu
maupun dalam menjalankan peran di rumah sakit.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi
merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan keperawatan,
komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu
klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain (Northouse, 1998 dalam Suryani, 2006).
Kemampuan komunikasi yang dimiliki perawat menjadi ‘modal’ bagi perawat untuk
melaksanakan terapi alternatif pada klien gangguan jiwa. Salah satunya adalah NLP (Neuro
Linguistic Programming). NLP adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan
pendekatan alternatif terhadap psikoterapi yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif
mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal.
NLP (Neuro Linguistic Programming) sebagai pendekatan praktis dalam teknologi
rekayasa manusia (human engineering) menyediakan seperangkat teknik untuk menggali,
mempertahankan dan meningkatkan potensi alami manusia untuk diimplementasikan secara
efektif dan produktif, seperti circle of excellence, anchoring, reframing, thinking outside the box,
well-formed outcome, dan lain-lain.
Penerapan NLP dalam psikoterapi memberi kesempatan kepada perawat untuk
mengendalikan cara otak atau neuro dalam menafsirkan pengalaman klien melalui pengaturan
rangsang bahasa.
PPN XX FKEP-UNPAD 4
1.2 Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penyusunan modul seminar ini adalah :
1. Memberikan wawasan dan pemahaman tentang pendekatan NLP sebagai model
komunikasi.
2. Memberikan pengetahuan tentang teknik-teknik dalam NLP yang dapat menunjang
efektivitas proses interaksi.
3. Memberikan ketrampilan penerapan pendekatan NLP dalam proses komunikasi.
1.3 Metode Penyusunan
Penyusunan modul ini dengan meggunakan tinjauan literatur yang terkait dengan
penerapan NLP dalam Keperawatan Jiwa.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan modul ini yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penyusunan
1.3 MetodePenyusunan
1.4 Sistematika Penyusunan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PPN XX FKEP-UNPAD 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap individu memahami berbagai pengalaman melalui panca indra atau dalam
terminologi NLP dikenal sebagai VAKOG (Visual, Auditory, Kinesthetic, Olfactory dan
Gustatory). Setelah berusia dua belas tahun, umumnya individu memiliki preferensi dari kelima
jalur informasi tersebut, umumnya di antara tiga jalur berikut; Visual, Auditory atau Kinesthetic.
Pemilihan jalur tersebut juga tergantung pada material yang dipelajari individu. Seorang musisi
lebih cenderung menggunakan jalur pendengaran dibandingkan dua jalur yang lain.
Otak manusia juga menggunakan metode kerja dari kelima jalur informasi tersebut dalam
memproses dan mengambil kembali berbagai informasi yang telah dipelajari. Individu umumnya
mampu memvisualisasikan, berbicara dengan dirinya sendiri, merasakan (secara fisik atau
emosional), membedakan berbagai rasa, membedakan berbagai aroma dan masih banyak lagi.
Setiap individu memiliki preferensi yang berbeda saat memproses informasi dan menindaklanjuti
hasil pemikirannya dalam bentuk tindakan atau eksperesi. Perbedaan ini dapat dengan jelas anda
perhatikan salah satunya melalui bahasa sensorik (sensory language) yang digunakan, seperti;
"Masalah itu terasa seperti beban yang sangat berat di pundak saya." (Kinesthetic) "Dapatkah
anda membayangkan apa yang sedang saya bicarakan?" (Visual) "Hal tersebut terdengar tidak
asing bagi saya." (Auditory).
Otak manusia mempunyai keunggulan dibanding otak pada makhluk yang lainnya. Salah
satu diantaranya, permukaan otak manusia jauh lebih luas yaitu sekitar 220.000 meter persegi.
Hal ini disebabkan karena otak manusia terdiri dari gyrus dan sulcus, sebagian besar permukaan
otak manusia, yaitu sekitar dua pertiga, tersembunyi di dalam lekukan-lekukan otak atau sulcus-
sulcus cerebri. Permukaan otak manusia itu sendiri mengandung sinaps sekitar 3 milyar per 2,5
m3 yang berarti bahwa interkoneksi antara neuron-neuron begitu besar sehingga memungkinkan
terjadinya mekanisme yang rumit, cepat dan tepat.
Selain permukaan otak yang luas juga disertai dengan luasnya area assosiasi bahkan lebih
luas dari permukaan otak itu sendiri. Area assosiasi ini terbentuk oleh interkoneksisitas antar
neuron di otak. Area assosiasi ini membutuhkan minimal 2 sel otak sehingga bisa dibayangkan
PPN XX FKEP-UNPAD 6
berapa banyak koneksi yang bisa terbentuk, sehingga hal ini membuat otak kita begitu kaya
dengan assosiasi dan membuat otak begitu komplek baik dari sisi struktur maupun fungsinya.
Sel otak kita mempunyai perbedaaan dengan sel-sel yang lain dalam tubuh kita. Sel otak
manusia mempunyai kemampuan untuk berubah sesuai dengan lingkungan dan kebutuhan. Suatu
kemampuan untuk beradaptasi sehingga mampu untuk tetap survive. Saat kita lahir, Allah yang
Maha Kuasa memberikan sel-sel otak yang immatur atau tidak matang dan kita diberikan tugas
untuk mengkreasinya sendiri, tapi sayangnya sebagian besar itu terjadi tanpa kita sadari atau
sengaja terutama saat kita masih kecil. Faktor lingkungan terutama orang tua, guru dan teman
bergaul sangat berperan. Kita telah menjadi seperti sekarang akibat kreasi lingkungan dan
tentunya telah menjadi tugas kita masing-masing untuk mengadakan perbaikan-perbaikan
terhadap pola-pola sel otak yang tidak memberdayakan atau dengan kata lain kita melakukan
suatu reorganisasi terhadap sel otak. Kemampuan otak seperti ini disebut dengan Plastisitas
(neuroplasticity).
Jika terjadi suatu kerusakan pada sel otak akibat suatu hal seperti stroke maka sel otak
tersebut mempunyai kemampuan untuk melakukan reorganisasi untuk mengadakan perbaikan sel
otak yang tidak berfungsi lagi dapat digantikan oleh sel otak yang masih sehat. Hal yang
menggembirakan karena plastisitas ini dapat kita stimulasi dengan melakukan proses imajinasi,
NLP. Semakin banyak menggunakan modalitas (VAKOG), maka proses plastisitas itu semakin
powerful, terlebih lagi jika melibatkan faktor emosi. Saat proses terapi dengan menggunakan
NLP, sebenarnya kita telah memanfaatkan konsep plastisitas otak. Teknik apapun yang kita
pergunakan saat melakukan sesi terapi dengan NLP, semuanya berprinsip mengganti pola lama
(old pattern) atau old association dengan pola baru (new pattern) atau new association yang
dianggap lebih baik. Alasannya, karena saat orang berada dalam state yang lucu atau ridiculous
maka secara otomatis akan keluar morfin endogen (endorphin).
Ketika individu menyelaraskan bahasa sensorik yang digunakan dengan lawan bicaranya,
individu tersebut segera mendapatkan komunikasi yang dipersepsikan lebih efektif daripada
komunikasi normal. Hal ini bisa terjadi secara otomatis pada individu yang telah terbiasa bergaya
persuasif ataupun vokal dalam mempengaruhi lawan bicara.
Gerakan bola mata juga mengindikasikan mekanisme yang sedang terjadi di pikiran individu.
Berikut gerakan bola mata dan proses internal yang terjadi di pikiran:
PPN XX FKEP-UNPAD 7
Gerakan Bola Mata Proses InternalAtas kanan (Vc) Membayangkan suatu gambarAtas kiri (Vr) Mengingat suatu gambarDatar kanan (Ac) Membayangkan suatu suaraDatar kiri (Ar) Mengingat suatu suaraBawah kanan (k) Merasakan suatu rasaBawah kiri (Ad) Dialog internal
Lahirnya Sang Emosi
Selama bertahun-tahun para ahli otak terus meneliti bagaimana proses munculnya
perasaan dalam diri kita dan dengan berbagai penemuan alat baru yang kian canggih, pertanyaan
ini akhirnya terjawab juga. Jawaban dari pertanyaan ini, juga sekaligus menjadi salah satu cikal
bakal kecerdasan emosi. Mengapa demikian? Karena dengan ditemuknnya proses ”kelahiran”
emosi dalam otak manusia, maka ditemukan pula upaya-upaya yang bisa kita lakukan untuk
mengontrol dan bahkan mengganti perasaan yang sudah muncul menjadi perasaan lain yang kita
inginkan. Berikut adalah beberapa bagian dari otak kita yang berhubungan dengan proses
munculnya emosi.
1. Thalamus
Tugasnya adalah mengatur dan menyalurkan semua hasil mentah yang diterima oleh
pancaindra kita yang akan disalurkan ke bagian berikutnya.
2. Kortex
Korteks adalah seperangkat “hardware” yang terdiri dari beebrapa bagian spesifik. Ada
bagian untuk pengolahan informasi pendengaran, visual, perasa, dan juga ada bagian untuk
menganalisis. Korteks analisis inilah yang membedakan kita dengan binatang sehingga kita
memiliki kemampuan untuk menalar dan mengembangkan diri melalui pemikiran-pemikiran
kita. Jika informasi ditangkap oleh telinga maka thalamus menyalurkannya pada korteks
pendengaran, jika informasi berupa visual maka thalamus menyalurkannya melalui korteks
visual.
3. Hippocampus
Inilah bagian yang salah satu fungsinya menyimpan memori jangka panjang dan pola-
pola kita semua pengalaman kita tersimpan disini. Ketika korteks menerima limpahan kiriman
dari thalamus, ia akan mengirimkan informasi itu pada gudang hippokampus untuk mencari
PPN XX FKEP-UNPAD 8
informasi dan referensi, apakan pernah ada informasi serupa yang masuk? Jika ada data yang
mirip, maka hipokampus akan memberi makna sesuai gudang data yang ia miliki. Misalnya, jika
kita pernah makan hamburger satu kali dan rasanya pahit. Maka ketika kita melihat hamburger
kedua kalinya . hippoakampus akan berkata “itu benda yang rasanya pahit lhoo..”
4. Amygdala
Bertetanggaan dengan hippokampus ada bagian sebesar kacang mede yang disebut
dengan amygdala yang bertanggung jawab memunculkan perasaan. Karena perasaan yang
tertambat dengan hamburger pertama kali adalah terkejut dan kecewa karena rasanya pahit,
makan ketika kita melihat hamburger untuk kedua kaliya, secara otomastis kita akan merasa
enggan dan menolak untuk makan, karena kita merasa makanan itu pahit.
Inilah proses tahap pertama munculnya emosi yang sangat cepat dan otomatis. Inilah
yang disebut dengan proses emosional hijacking. Yakni perasaan muncul dengan otomatis tanpa
kita bisa mengendalikan. Dari fakta ini kita juga bisa belajar bahwa, apa yang kita isi kedalam
otak kita sangatlah menentukan perasaan–perasaan yang muncul dalam diri kita.
Namun, setelah proses hijacking itu, semuanya masih berlanjut. Inilah tahap kedua
munculnya perasaan. Segera setelah perasaan yang pertama muncul, sebenarnya pada koneksi
berikutnya terjadi koneksi dua arah antara korteks analisis dan hippokampus. Korteks analisis
dan hippocampus akan saling “berargumentasi dan berdebat”. Dalam kasus hamburger tadi
mungkin korteks analisis akan berkata, “tapi bentuk hamburger yang ini lebih oke, baunya sedap,
orang-orang juga makan dengan lahap. Mungkin ini rasanya juga enak”. Dan pada proses inilah
terjadi proses penalaran, sambil tetap membandingkan dengan data referensi yang ada di gudang
data hippocampus.
Tahap ini sekaligus menjawab pertanyaan “bagaimana kalau hippocampus tidak punya
data sama sekali mengenai hamburger karena itu pertama kalinya kita bertemu dengan makanan
seperti itu?“ Ketika hippocampus tidak memiliki data, maka terjadilah “dialog” antara korteks
analisis dan hippocampus, mereka akan mencoba menganalisis, meggunakan data seadanya,
misalnya bentuknya bulat, ada sayurnya, ada dagingnya, baunnya seperti apa, setelah disentuh
bagaimana rasanya. Dan semua informasi itu akan coba di analisis. Misalnya, “oh ada sayurnya
kayaknya tidak begitu enaknya, tapi ada daging asapnya dan bau panggangannya mengganggu
PPN XX FKEP-UNPAD 9
selera, mestinya ini boleh dicoba”. Berdasarkan analisis dan perbandingan dengan data-data yang
ada itulah, otak kita menentukan perasaan apa yang akan ditentukan.
Pada tahap inilah kita bisa melakukan intervensi/ pada tahap inilah EQ bekerja. Itu
sebabnya nasihat untuk berpikir positif memang mesih relevan dengan EQ. Ketika kita
menghadapi situasi yang kurang menyenangkan, dengan berpikir positif dan meminta korteks
menganalisis kembali. Dari sidut pandang berbeda, akan memberikan perasaan yang berbeda
pula.
Dalam kasus hamburger tadi, jika korteks analisis terus berkata, “ kali ini hamburgernya
berbeda ko, pasti rasanya enak” maka perasaan yang tadinya enggan dan malas mencoba
perlahan-lahan berubah menjadi penasaran dan tertantang. Tapi sebaliknya, jika kita berkata
dalam analisis kita, tapi penampilan kan bisa menipu, Cuma bentuk luarnya saja yang berbeda,
maka perasaan enggan dan malas kita akan meningkat kadarnya dan memperkuat data pertama
kita..” dan berikutnya setiap ketemu hamburger kita seperti tidak ingin makan.
Sejarah NLP
Sejarah NLP (Neuro Linguistic Programming) bermula di California pada awal 1972
ketika Richard Bandler, mahasiswa University of Santa Cruz bersepakat dengan John Grinder,
profesor bahasa, untuk mempelajari kesempurnaan keterampilan berkomunikasi. Kesempurnaan
PPN XX FKEP-UNPAD 10
ini ditampilkan oleh beberapa orang yang terbukti mampu menyembuhkan klien yang tergolong
“orang sulit” (atau bagi kebanyakan orang sudah layak disebut sebagai “mustahil”). Orang-orang
yang terbukti mampu dan kemudian dijadikan model adalah:
• Virginia Satir, yang mengembangkan Conjoint Family Therapy.
• Fritz Perls, yang mendirikan aliran Gestalt Psychology.
• Milton H. Erickson, yang mengembangkan Clinical Hypnotherapy.
Bandler dan Grinder menemukan bahwa meskipun ketiga orang itu berbeda gaya dan
kepribadian, ternyata ada pola yang sama dalam melakukan komunikasi. Pola itu memungkinkan
ketiga orang tersebut mencapai kesempurnaan teknik komunikasi di bidang masing-masing. Jika
benar demikian, pikir Bandler & Grinder, tentunya pola yang sama bisa dipakai untuk mencapai
kesempurnaan di bidang lain. Hasil penelitian terhadap ketiga orang ini menjadi bahan baku bagi
NLP.
Selanjutnya Bandler dan Grinder memperkaya NLP dengan menyerap masukan dari:
• Alfred Korzybski, ahli lingustic, tentang mental map.
• Noam Chomsky, ahli linguistic, tentang deep & surface structure .
• Gregory Bateson, ahli antropologi, tentang logical level.
Kini, NLP tidak hanya dipakai untuk keperluan terapetis, melainkan meluas pada
berbagai disiplin di berbagai negara di dunia. Aplikasinya beragam mulai dari menghentikan
kebiasaan buruk hingga menguasai gerakan senam, mulai dari rekrutmen pramugari sampai
pelatihan sniper.
Apa itu NLP?
NLP dapat dirunut dari ketiga kata pembentuknya, neuro-linguistic programming.
Dengan neuro, NLP mendasarkan teknik-tekniknya pada fakta bahwa saraf memegang peran
sentral bagi seseorang dalam menyerap pengalaman. Bagaimana saraf (dan berikutnya otak)
menafsirkan pengalaman tersebut dan menggerakkan tubuh sesuai tafsir atas pengalaman itu.
Dengan kata lain, otak dan saraflah yang sesungguhnya mengalami sesuatu. Dengan linguistic,
NLP menunjukkan bahwa neuro dapat dipengaruhi oleh bahasa dalam menafsirkan suatu
pengalaman. Kata tertentu dapat mempengaruhi otak agar memberi tafsir tertentu terhadap suatu
pengalaman. Pengalaman yang sama akan diberi tafsir berbeda oleh otak jika dirangsang dengan
PPN XX FKEP-UNPAD 11
kata yang berbeda. Dengan programming, NLP memberi kesempatan kepada kita untuk
mengambil prakarsa mengendalikan cara otak/neuro dalam menafsirkan pengalaman melalui
pengaturan rangsang bahasa. NLP dapat digunakan dalam meningkatkan hasil dan nilai berbagai
bidang komunikasi manusia, seperti konsultasi perbisnisan, manajemen, negosiasi, pendidikan,
terapi, hubungan relasi atau persahabatan, pengasuhan, perawatan, public speaking, pertunjukan
olahraga, dan berbagai bidang lainnya.
Presuposisi
NLP memberikan seperangkat presuposisi bagi individu agar dapat berfungsi secara "normal".
Individu tidak perlu meyakini setiap presuposisi ini, namun individu menjadi lebih efektif jika
mengaplikasikannya seolah semua presuposisi berikut benar.
Tubuh dan pikiran terhubung satu sama lain
Proses berpikir dapat mempengaruhi kondisi fisik. Demikian pula sebaliknya, kondisi fisik dapat
mempengaruhi cara berpikir.
Peta bukanlah "area" sebenarnya
Setiap individu memiliki model dunia didalam pikirannya. Namun tidak satupun dari berbagai
model tersebut yang benar-benar akurat dalam merepresentasikan area yang sebenarnya.
Peta dapat menjadi "area"
Ketika individu benar-benar menyakini model dunia dipikirannya, segera model tersebut berubah
menjadi kenyataan bagi dirinya. Berbagai sumber daya dan batasan yang ada pada model
tersebut, segera menjadi nyata baginya.
Komunikasi dapat terjadi pada kondisi sadar dan kondisi bawah sadar
Komunikasi sadar terjadi misalnya saat berbicara dengan lawan bicara, sementara komunikasi
bawah sadar terjadi misalnya saat individu terbangun dari tidur dan segera mendapati jawaban
atas masalah yang sedang dihadapi.
Komunikasi dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal
Bahkan sebenarnya komunikasi non-verbal lebih menentukan efektifitas suatu komunikasi
dibandingkan komunikasi verbal.
Semua hal yang dilakukan individu memiliki maksud positif
PPN XX FKEP-UNPAD 12
Setiap hal yang dilakukan memiliki sedikitnya satu nilai positif/kegunaan (walaupun dimata
orang lain hal ini tidak selalu positif).
Tidak ada kegagalan, yang ada hanya umpan balik
Setiap tindakan individu pasti mendatangkan hasil. Apakah hasilnya sesuai dengan harapannya
atau tidak, tetap membawa pesan bagi individu tersebut.
Arti suatu komunikasi yang sebenarnya adalah respon yang didapatkan
Hal ini berarti apapun maksud yang ingin disampaikan, respon yang individu dapat menyiratkan
arti sebenarnya dari komunikasi yang Anda lakukan.
Empat Pilar Utama NLP
NLP memiliki empat pilar utama. Adapun keempat pilar tersebut adalah:
1. Hasil (Outcome)
Sebelum memulai suatu komunikasi, terlebih dahulu individu perlu mengenali hasil akhir
yang diinginkan. Pemahaman sepenuhnya atas hasil yang ingin didapatkan sangat membantu
proses pencapaian. Ketika individu benar-benar memahami hasil akhir dari komunikasi yang
dilakukan, maka dirinya dapat dengan mudah mengarahkan seluruh komunikasi ke hasil akhir
tersebut. Selain itu, pemahaman individu atas hasil akhir juga membantu dalam mengidentifikasi
efektifitas suatu komunikasi, apakah semakin mendekatkan atau menjauhkan dari hasil yang
diinginkan.
2. Rapport
Rapport merupakan inti dari komunikasi yang efektif. Salah satu cara untuk membangun
rapport adalah dengan mengikuti (pacing) lawan bicara, contohnya dengan menyamakan bahasa
tubuh, laju nafas dan lainnya. Hal ini didasari karena setiap individu hanya menyukai individu
yang serupa.
3. Akuitas Sensorik (Sensory Acuity)
Akuitas sensorik adalah kemampuan menggunakan panca indra untuk mengamati
individu lain secara cermat tanpa asumsi ataupun penilaian tertentu sebelumnya sehingga
individu dapat memberikan respon dengan rapport yang maksimal.
4. Fleksibilitas (Flexibility)
PPN XX FKEP-UNPAD 13
Guna mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu membutuhkan fleksibilitas. Hal ini
disebabkan karena kadang-kadang metode komunikasi yang digunakan tidak bekerja sesuai yang
diharapkan. Sehingga, untuk tetap mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu perlu
mengganti strategi komunikasinya. Dengan memiliki fleksibilitas dalam berkomunikasi,
kemungkinan mencapai hasil akhir semakin besar.
Bahasa
Terdapat hubungan yang erat antara bahasa yang digunakan dengan cara individu
berpikir (yang pada akhirnya mempengaruhi cara bertindak). Individu dapat memahami lebih
lanjut mengenai individu lain (termasuk dirinya sendiri) jika individu benar-benar memahami
bahasa yang digunakan, seperti bahasa sensorik ataupun metafora.
Memberikan label kepada seseorang cenderung membuat individu bereaksi sesuai dengan
label yang ia berikan. Ketika individu mengatakan seseorang sebagai pembohong, individu
tersebut mendefinisikan individu lain dalam hubungannya dengan salah satu aspek dari
perilakunya.
Unsur dalam NLP
Reframing adalah membuat sudut pandang baru atas suatu pengalaman. Individu dapat
merubah cara berpikir mengenai suatu hal dengan mengubah bahasa yang digunakan. Mengganti
penyebutan dari "masalah" menjadi "tantangan" adalah salah satu contohnya. Hal itu tidak akan
merubah situasi, namun dapat merubah cara bersikap sehingga setelahnya merubah cara dalam
berprilaku.
Individu lebih mudah mendapatkan solusi ketika merubah posisinya, karena perubahan
posisi dapat merubah persepsi. Ketika individu berada pada suatu konflik, usahakan agar dapat
memposisikan diri pada individu lain, membayangkan jalan pikirannya berkenaan dengan
masalah tersebut. Sehingga individu bersangkutan mendapatkan pemahaman baru. Individu pun
dapat pula merubah posisinya pada berbagai macam kemungkinan lainnya. .
Model atas suatu pengalaman yang dibuat oleh individu tidak sama dengan pengalaman
yang sebenarnya. Kerancuan model pada akhirnya mengarah pada kerancuan cara bertindak.
Guna mencegah hal tersebut, individu perlu mendapatkan model presisi (precision modelling).
PPN XX FKEP-UNPAD 14
Model presisi memungkinan individu membentuk meta-model (meta = di atas, model atas model
itu sendiri) sehingga individu mendapatkan model yang berbeda dari model yang sebelumnya.
Hal ini memungkinkan individu untuk kemudian memilih model yang disukai di antara model
yang tersedia. Pemodelan presisi mengidentifikasi berbagai cara bahasa dalam membatasi suatu
pengalaman. Beberapa contoh dari pemodelan presisi dapat diberikan sebagai berikut:
Penghapusan (Deletions)
Contoh: Saya tidak mengerti --- Apa yang secara spesifik tidak anda mengerti?
Universal quantifiers (selalu, semua, setiap dan lainnya)
Contoh: Setiap orang membenci saya --- Setiap orang? Setiap orang di bumi?
Comparative deletions
Contoh: Saya ingin menjadi seorang yang lebih baik --- Lebih baik dari apa?
dan masih banyak lagi lainnya
Juga penting bagi individu untuk benar-benar spesifik dalam menentukan tujuan.
Gunakan kata-kata yang positif untuk menggambarkan secara spesifik berbagai hal yang
diinginkan (dibandingkan dengan hal yang ingin dihindari).
Metaprograms
Metaprograms merupakan program yang telah ada (built-in) yang mempengaruhi setiap
tindakan individu. Sedikitnya saat ini telah dapat diidentifikasi sebanyak 64 metaprogram dan
tentunya masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Berikut disajikan beberapa contohnya:
Berpikir dahulu atau bertindak dahulu?
Menilai pencapaian menggunakan standar diri atau berdasarkan pujian atau hinaan orang
lain?
Menginginkan semua hal untuk sama atau mudah terstimulasi oleh berbagai hal baru dan
berbeda?
Termotivasi oleh hasil pencapaian atau berbagai risiko yang mengancam jika tidak/gagal
mengerjakan?
Lebih senang diberitahu untuk melakukan sesuatu atau lebih senang melakukan dengan
cara sendiri?
Dan lainnya
PPN XX FKEP-UNPAD 15
Apapun cara alami individu dalam melakukan pekerjaan, selalu ada individu lain yang
melakukan dengan cara berbeda. Mungkin seorang individu menganggap caranya adalah cara
yang benar dan tidak menyadari sebenarnya ia hanya melakukan sesuatu dengan cara yang
berbeda.
Dari berbagai metaprogram yang ada, sekitar 30-40% dari populasi memiliki preferensi
berada di salah satu kutub, sementara sekitar 20-30% berada di antaranya. Namun bagaimana
pun juga, mayoritas individu perlu melihat gambar besarnya terlebih dahulu sebelum mereka
memahami detailnya, dan sebagian besar individu sangat nyaman dengan persamaan (sedikit
perbedaan) dibandingkan perbedaan yang mencolok – dan salah satu penyebab mengapa
perubahan di suatu organisasi cenderung lambat. Jika individu mengetahui modus "normal" dari
tingkah laku seseorang, ia akan jauh lebih mudah memahami dan menyikapi individu tersebut
dengan fleksibilitas.
Penjangkaran (Anchoring)
Anchoring terjadi secara alami ketika di suatu tempat suatu aroma, suara atau yang
lainnya memunculkan kembali berbagai hal berkenaan dengan suatu pengalaman pada diri
individu. Pemahaman atas berbagai fenomena alami ini dapat membantu individu untuk
menghancurkan berbagai anchor negatif yang mungkin telah tertanam di dirinya (seperti rasa
takut yang muncul ketika anda mendengar suara anjing, walaupun tidak melihatnya).
Metode anchoring dapat pula diaplikasikan pada proses belajar mengajar misalnya
dengan menggunakan pengkodean warna untuk suatu pesan. Atau tempat yang konsisten untuk
suatu hal, seperti pojokan yang tenang di mana tugas dapat diselesaikan, tempat dimana tugas
dapat ditulis, dan berbagai hal lain yang ditujukan untuk meningkatkan disiplin.
Submodalities
Ketika individu memvisualisasikan sesuatu sebenarnya terdapat banyak proses terjadi
pada pikirannya. Sebagian individu mungkin mendapatkan gambar yang jelas, sebagian mungkin
mendapatkan gambar yang buram, namun kebanyakan individu dapat menjawab pertanyaan
seperti: apakah gambarnya memiliki batas? Apakah gambarnya dalam hitam/putih? Seberapa
dekatnya anda dengan gambar tersebut? Apakah anda melihat gambar tersebut dari luar
PPN XX FKEP-UNPAD 16
(dissociated) atau apakah anda kembali mengalami pengalaman tersebut (associated). Apakah
anda dapat memanipulasi gambarnya: membuatnya lebih besar/kecil, lebih jauh/dekat dan
lainnya. Semua varian ini disebut sebagai submodalities. Untuk panca indra yang lain juga
memiliki submodalities, seperti: untuk pendengaran, apakah suaranya menjadi lebih keras/pelan,
menjadi lebih jelas/samar¸ frekuensinya lebih tinggi/rendah¸ atau yang lainnya. Memanipulasi
berbagai submodalities dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap suatu pengalaman. Hal
ini merupakan salah satu prinsip pada terapi yang berbasiskan NLP.
Garis Waktu (Timelines)
Konsep waktu individu dapat membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Guna
memahami hal ini, lakukan hal berikut, tutup mata dan munculkan kembali berbagai hal yang
terjadi kemarin, minggu lalu atau setahun yang lalu. Secara fisik tunjuk kejadian tersebut. Lalu
lakukan hal yang sama dengan tiga hal yang akan terjadi di masa depan. Melakukan hal
demikian menyebabkan individu mampu mengkreasikan garis waktunya? Jika individu tidak
merasa berada pada suatu garis waktunya, maka tentu ia merasa seolah hidup hanya
melewatinya. Coba bergerak pada garis waktu dan ketahui apa pengaruhnya terhadap persepsi
mengenai dunia.
Level Kehidupan (Logic Level)
Hal ini disebut juga sebagai level logika. Individu beroperasi lebih efisien dan merasa
lebih senang jika seluruh aspek dalam hidupnya berjalan secara harmonis. Level logika tersebut
adalah: lingkungan, tingkah laku, kemampuan, keyakinan, identitas, spritual. Level logika ini
dikreasikan oleh Robert Dilts, yang memetakan level berpikir dan berperilaku manusia ke dalam
6 tingkatan yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.
1. Spiritual - menjawab pertanyaan "Untuk siapa/apa?" Apa yang kita pikirkan dan lakukan
di dalam konteks tertentu, mewakili sebuah tujuan yang lebih tinggi di luar diri kita.
Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ini bisa berarti Agama atau Kepercayaan. Dalam
konteks organisasi, ini berarti visi dan misi organisasi sendiri.
PPN XX FKEP-UNPAD 17
2. Identitas - menjawab pertanyaan "Siapa saya?" Apa visi dan misi pribadi kita sendiri
dalam konteks yang kita emban. Ini erat hubungannya dengan apa yang disebut sebagai
jati diri, atau gambaran identitas diri.
3. Nilai-nilai dan keyakinan - menjawab pertanyaan "Mengapa?" Apa alasan kita
memikirkan dan melakukan sesuatu di sebuah konteks. Nilai-nilai adalah apa yang
penting dan yang kita cari, sedangkan keyakinan adalah apa yang kita percayai dan yakini
atau simpulkan sebagai hubungan sebab-akibat atau berdasarkan peng-inderaan kita
terhadap sekitar kita.
4. Kemampuan - menjawab pertanyaan "Bagaimana?" Apa yang mampu kita lakukan di
konteks tertentu. Ini menyangkut kemampuan yang sudah kita tunjukan maupun belum
kita gali sepenuhnya. Seperti halnya nilai dan identitas diri, kemampuan adalah hal yang
tidak terlihat jelas atau sempurna secara indera.
5. Perilaku - menjawab pertanyaan "Apa yang dilakukan dan dipikirkan?" Ini adalah bagian
yang terinderakan orang lain. Sesuatu yang kita pikirkan dan kita lakukan. Di NLP, ini
tidak selalu menunjukkan kemampuan kita sebenarnya, tidak selalu mewakili nilai yang
kita emban, dan tidak juga selalu menunjukkan identitas diri kita. Dan perilaku sangat
tergantung dari peta realita kita masing-masing.
6. Lingkungan - menjawab pertanyaan "Di konteks mana?" Sekeliling kita, entah itu di
konteks pekerjaan, keluarga, masyarakat, negara, dunia. Kita masing-masing
menempatkan diri di sebuah konteks. Dan kelima level lainnya akan menentukan
pergerakan dan efektifitas kita di konteks tersebut.
Asumsi-Asumsi Dasar NLP:
1.Menghormati cara orang lain membentuk dunianya
Setiap manusia memiliki latar belakang masing-masing untuk setiap tingkah lakunya.
Jika kita berusaha mengubah sesuai dengan keinginan kita, hal ini bisa menjadi tantangan atau
kekecewaan. Rasa kecewa ini muncul akibat tidak ada perubahan dan perilaku orang tersebut.
Perubahan kecil yang kita rasakan kemungkinan disebabkan rasa takut dan merasa sia-sia karena
dengan cepat orang tersebut akan kembali ke kebiasaan lamanya. Kita harus menyadari bahwa
tiap individu itu berbeda jangan paksakan keinginan kita kepada orang lain agar sesuai dengan
PPN XX FKEP-UNPAD 18
kita, jika dipaksakan akan timbul sebuah konflik. Sebaiknya kita saling menghormati dan
kesadaran akan perbedaan antar individu.
2.Peta bukanlah wilayah
Peta diasumsikan sebagai persepsi dan wilayah adalah hidup kita. Ini menekankan kepada
kita bahwa persepsi tidak sama dengan kenyataan. Ketika kita mengubah persepsi, hidup kita
akan berubah. Setiap manusia selalu menghadapi tantangan sulit dalam hidup. Kadang kita
merasa frustasi, penyesalan dan menyalahkan takdir kita. Pada saat-saat seperti itu, kadang kita
berpikir untuk mengakhiri hidup. Lalu kita akhirnya memahami bahwa cobaan akan dapat
menjadi berkah nantinya. Cara kita memandang situasi dan pengalaman tersebutlah yang
berubah. Misalkan, kita sedang jatuh cinta pada seorang wanita yang cantik, pasti akan terbayang
terus-menerus di otak kita. Kemudian, bayangkan kalau wanita yang tadinya cantik itu kita ubah,
objeknya tetap wanita itu tapi coba bayangkan wanita tersebut melakukan hal-hal yang jelek,
bayangkan kalau wanita itu kepalanya botak pasti anda akan merasa wanita itu tidak cantik lagi.
Perasaan kita bisa berubah seiring perubahan persepsi kita. Kita lihat situasi dan berhati-hati agar
tidak menjadikan peta sebagai wilayah. Ketika kita dihadapkan pada suatu tantangan atau cobaan
selalu tanya kepada diri Anda: bisakah kita memaknai lain?
3.Selalu ada maksud baik dari setiap tingkah laku
Kebanyakan kita berhenti berhubungan dengan teman baik setelah bersitegang
dengannya. Kita cenderung terhanyut pada perilaku negatifnya dan menjadikan itu tolok ukur
kita menilainya. Kita enggan berupaya memandang hal itu sebagai suatu insiden dan mencoba
memahami maksud dibalik semua itu. Dengan memahami seseorang dari tindakan dan niatnya
kita akan terhindar dari banyak kekecewaan. Misalnya, kita tanya seorang pencuri kenapa ia
mencuri. Dia menjawab pencuri melakukannnya untuk menafkahi keluarganya. Fokus pada niat
pencuri tersebut, membantu Anda melihat sedikit kebaikan dari sebuah perbuatan yang buruk.
Jadi, penting untuk memisahkan perilaku dan niat seseorang. Jika tidak dipisahkan kita akan
terperangkap dalam generalisasi. Dan ingat, kita hanya melihat sutu perbuatan tidak adil jika kita
menganggap mewakili gambaran utuh dari orang tersebut.
PPN XX FKEP-UNPAD 19
4.Orang-orang melakukan hal terbaik yang mereka bisa sebatas sumber-sumber yang
mereka ketahui dan mereka miliki saat itu
Coba kita mengingat kejadian masa lalu dan kita merasa bodoh telah melakukannya. Kita
semua pernah menyesali keputusan terburuk yang pernah kita buat. Tapi coba kita
renungkan,pertimbangan Kita hanya terbatas pada pengetahan dan sumber-sumber terbaik yang
kita miliki saat itu. Seburuk apapun itu keputusan tersebut adalah hal yang terbaik yang bisa kita
lakukan saat itu. Sekarang mungkin pengetahuan kita bertambah. Pengalaman hidup membantu
kita mebuat keputusan yang lebih baik. Seiring bertambahnya usia, kita akan memperoleh
pengetahuan, pengalaman baru yang membantu kita menjadi lebih bijaksana dan bahagia dalam
hidup kita.
5.Tidak ada orang yang kaku, hanya komunikator yang kurang fleksibel
Kaku tidak harus berarti tanpa kompromi, tapi lebih pada kurang fleksibelnya dalam
menghadapi suatu peristiwa atau masalah. Kita semua tentu pernah bersitegang dengan beberapa
orang. Kita berusaha agar mereka berubah pikiran dan kita gagal. Mereka tetap sama, ada orang
yang masuk kategori stuck state, tidak mudah mengubah pandangan pribadi mereka. Coba kita
bertanya apakah ia menangkap dan memahami maksud kita. Lalu tanya pendapat orang lain
tentang masalah tersebut. Dengan cara ini kita membantu dia untuk lebih fleksibel.
6. Makna komunikasi adalah respons yang Anda peroleh
Jika kita berkomunikasi dan mendapat respons yang tidak kita harapkan, saatnya kita
mencoba cara lain untuk mendapatkan respon sesuai keinginan kita. Kuncinya adalah sesuaikan
pendekatan komunikasi Anda dengan respons yang diinginkan. Ketika kita berkomunikasi
dengan pasangan kita yang sedang sedih, berhenti sejenak, tarik napas dalam-dalam dan ulangi
maksud kita dan usahakan membuatnya mengerti. Cwaa kita berkomunikasi sangat menentukan
respons yang akan kita dapatkan.Tetap fokus pada tujuan pencapaian respons yang baik.
PPN XX FKEP-UNPAD 20
7. Orang yang lebih fleksibel akan lebih mudah mengontrol dirinya
Jika kita melakukan pola yang salah secara terus menerus. Perbuatan dan tindakan kita
selalu sama. Hingga akhirnya kita kelelahan dan depresi. Selalu bertindak fleksibel di setiap
kesempatan, fleksibel itu adalah sebuah kekuatan.
8.Tak ada kegagalan, hanya umpan balik yang kurang tepat
Jika kita bertanya pada orang yang sukses tentang rahasia kesuksesan mereka. Mereka
tidak hanya akan bercerita tentang kegagalan tapi juga tantangan yang mereka jumpai. Mereka
menceritakan bagaiamana mereka menghadapi suatu tantangan, kalah, dan berusaha lagi.
Bagaimana kegagalan-kegagalan tersebut menjadikan mereka lebih tangguh dari sebelumnya.
Masa lalu kita adalah layaknya harta karun, pengalaman yang berharga untuk digunakan
melangkah ke masa depan. ”Masa lalu tidak sebanding dengan hari esok” tidak peduli berapa
kali kita gagal dimasa lalu, yang penting adalah bagaimana kita memanfaatkan pengalaman-
pengalaman tersebut.” Kesuksesan datang dari keputusan yang baik, keputusan yang baik datang
dari penilaian yang tepat. Penilaian yang tepat diperoleh dari pengalaman dan pengalaman di
dapat dari penilaian yang buruk.
9.Setiap pengalaman memiliki struktur tersendiri. Jika kita mengubah struktur, dengan
sendirinya pengalaman kita akan berubah
Ketika kita memikirkan sebuah pengalaman buruk, ubahlah strukturnya. Lihatlah dengan
cara yang berbeda. Dan kita akan mempunyai pengalaman yang lain.
10. Manusia mempunyai dua tingkatan komunikasi: sadar dan bawah sadar
Kita tugaskan keterbatasan pikiran sadar kita untuk memprogram ulang pikiran bawah
sadar. Mulailh dengan pikiran sadar. Penting untuk memilah kumpulan pernyataan yang kita
katakan pada diri kita dan orang lain. Hapus perkataan dan pikiran negatif, gantikan dengan yang
baru dan positif.
PPN XX FKEP-UNPAD 21
11. Semua orang memiliki sumber-sumber yang cukup guna mengubah diri kearah yang
lebih positif. Sumber-sumber tersebut berada di pengalaman masa lalu masing-masing
Saat kita memerlukan kekuatan yang membantu kita merasa lebih percaya diri dan
bersemangat, kembalilah ke momen masa lalu yang membuat kita semangat dan percaya diri
apakah itu kelulusan, naik kelas, berhasil mengerjakan tugas. Rasakan aliran pengalaman itu
sekali lagi. Lihat, dengar, rasakan setiap detail peristiwa. Resapi kekuatan yang ia berikan
kepada kita dan sering-seringlah mengingatnya. Masa lalu adalah tambang berharga agar hidup
kita lebih hidup lagi.
12.Tubuh dan pikiran saling mempengaruhi
Wajah dan gerakan tubuh kita mencerminkan pemikiran kita. Begitu juga sebaliknya.
Saat menghadapi tantangan berhati-hatilah dengan ekspresi wajah dan gerakan tubuh kita. Ketika
situasinya menuntut reaksi cepat, maka tersenyum dan tegaskan pada diri kita, ”saya bisa
mengatasinya” maka kita telah berada di jalan menuju penguasaan pikiran kita.
13. Jika sesuatu mungkin bagi seseorang, maka hal itu juga mungkin bagi orang lain
Jika kita mengenal seseorang yang bijaksana, populer, tenang dan mengetahui bagaimana
cara berkomunikasi yang baik dengan orang lain, yang perlu kita lakukan adalah mencari tahu
strategi yang ia pakai. Coba kita terapkan, praktekkan, dan terus berlatih sampai menjadi
kebiasaan dan menjadi bagian dari diri kita.
14. Saya bertanggung jawab tentang pemikiran saya. Oleh karena itu, saya juga
bertanggung jawab akan hasil yang saya peroleh
Kita sering menyalahkan orang lain atas kejadian buruk dalam hidup kita. Ketika kita
menyalahkan orang lain, secara tidak langsung kita memutuskan mengalihkan kekuatan kita,
menukarnya dengan energi yang dan hasil yang rendah. Tapi jika kita berkata pada diri kita
sendiri bahwa kitalah yang bertanggung jawab terhadap semua yang terjadi dalan hidup kita, kita
akan berhenti menyalahkan dan mengkritik orang lain. Kita tidak akan membandingkan siapapun
dengan diri kita dan orang lain. Kita dituntut untuk menunjukkan sisi terbaik dari diri kita.
PPN XX FKEP-UNPAD 22
Dengan demikian, kita akan dipenuhi energi postif dan mudah dalam mencari solusi masalah
kita. Kitalah pemilik pemikiran kita dan kapten biduk kehidupan kita.
PPN XX FKEP-UNPAD 23
BAB III
PENUTUP
NLP memiliki banyak arti, namun pesan utamanya adalah semua individu berbeda.
Beberapa dapat sangat efektif dalam melakukan suatu hal dibandingkan yang lain. Dengan
mempelajari kemampuan yang dimiliki individu lain, semua individu dapat pula meningkatkan
kemampuannya.
NLP mengidentifikasi posisi "normal" seorang individu – apa yang dilakukan secara
alami. Dimulai dengan mencari tahu bagaimana cara kerja pikiran diri sendiri, pahami pula
bagaimana pikiran individu lain dapat bekerja dengan cara berbeda, lalu aplikasikan berbagai hal
tersebut dalam aktivitas keseharian dengan memperhatikan berbagai cara beda yang dilakukan
individu dalam mengambil informasi, memprosesnya dan kemudian menyikapinya.
Namun harap diingat juga, ketika melihat melalui berbagai pertanyaan mengenai
bagaimana cara kerja pikiran, jawabnya kemungkinan akan lebih sering "tergantung".
Tergantung pada apa yang dikerjakan, bagaimana perasaan pada saat itu, sepaham apa individu
dengan subjek yang diberikan. Kebanyakan individu tidak berada pada salah satu dari kedua
kutub, mereka lebih banyak berada di tengah-tengah. Walaupun individu mungkin mememiliki
preferensi dan berbagai cara yang lebih membuat dirinya nyaman, individu tetap dapat bekerja
dalam banyak cara yang berbeda. Kesulitan mulai muncul ketika seorang terjebak hanya pada
satu cara. Utamanya pada individu yang berada pada salah satu kutub spektrum tersebut, dan
mencoba berinteraksi dengan individu lain yang berada kutub yang bersebrangan.
PPN XX FKEP-UNPAD 24
DAFTAR PUSTAKA
Freeth, Peter. NLP Workshop. 2003. Communications in Action: NLP. Avalable online at
www.ciauk.com
Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 . Jakarta: EGC.
NFNLP Basic Practitioner . National Federation of NeuroLinguistic Programming. US available
online at http://www.nfnlp.com
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6. Jakarta:
EGC.
Smart, Jamie. 2006. Ten Of The Coolest, Most Powerful & Useful: NLP Techniques I’ve Ever
Learned. Available online at www.saladltd.co.uk
Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Wahyudi, J.I. 2010. Emotion for Success. PT. Visi Anugerah Indonesia: Bandung.
Wiwoho, R.H. 2008. Understanding NLP. Indonlp: Jakarta.
Woodsmall, Wyatt L and Bert Feustel . 2005. ASTD Conference Orlando - NLP Forum: Manage
Your Self-Talk to Others. Available online at www.inlpta.com/www.mind-systems.com
www.unicef.org/nlp
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi. Bandung: Revika Aditama.
PPN XX FKEP-UNPAD 25
top related