prospek pengembangan bioenergi berbasis tanaman hutan
Post on 05-Apr-2018
268 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
1/19
1
PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI
BERBASIS TANAMAN HUTAN
Oleh : Litbanghut
I. PENDAHULUAN TKetika krisis ekonomi global menimpa Indonesia, sektor energi yang
menjadi salah satu nadi perekonomian berdampak kepada kesulitan hidup
seluruh masyarakat. Makin terbatasnya sumber energi fosil yang tersedia diperut
bumi yang kemudian berdampak pada ketidak seimbangan sediaan energi-
kebutuhan pasar telah menyebabkan harga minyak mentah dunia melambung
tinggi dan tak tertahankan. Peningkatan harga tersebut begitu jelas, dimana
mulai harga yang berkisar USD per barel pada sekitar 20 USD pada 10 tahun
yang lalu menjadi 40 USD, bahkan harga tersebut tidak hanya merangkak naik
belakangan ini tetapi seperti berlari naik, yang mencapai harga 142 USD dan
pada awal tahun 2008 menggiring harga ke level USD147 per barel (Kurtubi,
2008; Setyadjit, Sumangat dan Alamsyah, 2009)
Situasi ini menyebabkan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri
sangat tinggi dan agar mencapai daya beli masyarakat memerlukan subsidi yang
sangat besar dengan resiko terganggunya anggaran pembiayaan pembangunan
sektor lain. Ke depan, apabila ketergantungan terhadap impor bahan bakar
minyak (BBM) masih berlangsung pada tingkat kuantita sama atau meningkat,
krisis ekonomi akan berkepanjangan; kemudian isu dan konsepsi ketahanan dan
konservasi energi menjadi basis pengelolaan energi nasional.
Konsepsi tersebut dituangkan dalam Perpres No. 5 Tahun 2006 tentangKebijakan Energi Nasional. Salah satu sasaran dari kebijakan tersebut yaitu
terwujudnya bauran energi primer (energy mix) yang optimal pada tahun
2025 dengan menurunkan konsumsi BBM dan memanfaatkan
energi alternatif (pengganti BBM). Berdasarkan Perpres tersebut
energi alternatif yang menjadi target untuk dikembangkan yaitu
berupa energi baru dan terbarukan (EBT) dengan target
pencapaian tahun 2025 berturut-turut panas bumi (5%), bahan
bakar nabati/ biofuel (5%), serta aliran air sungai, panas surya,angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
2/19
2
(5%).
Dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan
bahan bakar nabati (biofuel) dikeluarkan INPRES No.1 Tahun
2006; walaupun menurut kebijakan tersebut Departemen
Kehutanan mendapat mandat dalam penyediaan lahan melalui
pemberian pemanfaatan lahan tidak produktif bagi
pengembangan bahan baku biofuel, namun karena pada areal
hutan yang masih berhutan (forested area) terdapat jenis-jenis
yang potensial sebagai energi alternatif terutama kategori
biomassa atau sebagai bahan baku biofuel. Khusus untuk bahan
baku biofuel, sejak tahun 2006 Badan Litbang Kehutananmencoba mengadakan penelitian dan kajian biofuel.
Berdasarkan daftar tumbuhan Indonesia penghasil lemak
yang disusun oleh Soerawidjaya (2005), diketahui bahwa dari 50
jenis Tumbuhan Indonesia penghasil minyak-lemak lebih dari setengahnya
merupakan tumbuhan penghasil lemak non pangan (non edible fat) dan
diantaranya lebih dari 10 jenis adalah tanaman (pohon) hutan. Dari hasil
penelitian, tanaman hutan yang cukup potensial penghasil biodiesel antara lain
Nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan penghasil bioetanol yaitu Sagu
(Metroxyllon Sp).
Di samping itu, dari 150 jenis tumbuhan yang diterbitkan Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral-ESDM dan Balitbang Kehutanan (Dirjen LEB,
1991; Hartoyo dan Nurhayati, 1976) lebih dari setengahnya mempunyai prospek
untuk digunakan sebagai biomassa penghasil bioenergi khususnya untuk produk
final listrik hayati (biomass-based electricity) seperti wood pellet atau untuk
pengeringan seperti arang, briket briket, dll. Menurut World Energy Counsil,dimasa yang akan datang biomassa dan energi surya akan menjadi Sumber Daya
Primer yang dominan, bahkan dengan luasnya dan tingginya keanekaragaman
hayati wilayah daratan bagi Indonesia merupakan keunggulan komparatif yang
dapat dijadikan modal awal dan apabila dimanfaatkan secara efektif bisa menjadi
keunggulan kompetitif di masa depan (Soeriawidjaja (2005).
Dalam rangka pemasyarakatan pemanfaatan pohon hutan sebagai bahan
baku biodiesel, Departemen Kehutanan mulai tahun 2009 telah menginisiasi dan
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
3/19
3
berpartisipasi dalam program Desa Mandiri Energi berbasis tanaman Nyamplung
yang merupakan Program Stimulus Fiskal Bidang Energi dari Kementrian ESDM
dibawah koordinasi Kemenko Perekonomian.
II. BATASAN BIOMASSA, BIOENERGI DAN PEMANFAATANNYA
1.1. Biomassa dan BioenergiBiomassa adalah bahan organik/biologis yang hidup atau baru mati,
berumur relatif muda berasal dari tumbuhan/hewan, produk atau limbah industri
budidaya (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan), limbah
ter-biodegradasi. Biomassa yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar
(biofuel);atau untuk produksi industrial. Bioenergi adalah energi yang
diperoleh/dibangkitkan yang berasal dari biomassa dengan bentuk-bentuk
final/akhir dari bioenergi berupa bahan bakar hayati/nabati (biofuels), listrik
biomassa (biomass-based electricity), kalor dendrotermal (untuk pengeringan,
dll). Di antara semua sumber energi terbarukan, hanya biomassa yang relatif
langsung bisa dikonversi menjadi bahan bakar untuk substitusi/ mengganti BBM(Soerawidjaja,2005)*).
Bioenergi bisa berupa biodisel, bioetanol, bio-oil, biogas (biometan),
biohidrogen, biobriket dan listrik hayati. Kebutuhan yang sangat nyata adalah
untuk bahan bakar terutama untuk mesin mobil, motor,dan mesin industri. Untuk
mesin jenis ini sebaiknya lebih diarahkan pada penggunaan biodisel dan
bioetanol (Setyadjit, Sumangat, Alamsyah, 2009)
1.2. Konsep Pemanfaatan biomassaAda konsepsi pemanfaatan biomass ditinjau dari penyediaan pangan
dan bahan konstruksi kemudian sampai pembuatan barang jadi untuk
kebutuhan hidup dalam bentuk kayu, pulp dan rayon dipandang sebagai
produk primer; pemanfaatan penting lainnya sebagai makanan ternak.
Kemudian, akibat proses pemanfaatan tersebut akan dihasilkan limbah
biomassa.
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
4/19
4
Limbah tersebut dapat mempunyai peran penting bagi daur kehidupan,
karena melalui proses alamiah dapat terjadi dekomposisi sehingga akan
menjaga kelangsungan atau meningkatkan kesuburan tanah (soil improvement);
kemudian apabila dilakukan proses kimiawi, fisik maupun mikrobiologik, darilimbah tersebut dapat dihasilkan bahan berguna lainnya seperti alkohol, gas,
papan partikel, pulp dan lainnya; dengan proses serupa, perubahan dapat
diarahkan untuk menghasilkan energi atau bahan bakar padat atau cair (fuel).
Sebagaimana dikemukakan di atas dari limbah tersebut dapat
memperbaiki kesuburan tanah yang mendukung proses pembentukan biomassa
(baru), maka menurut Sasmojo (1983) seluruh proses ini dinamakan daur
pemanfaatan biomassa dan limbah biomassa. Alur pemanfaatan tersebut secara
skematik disajikan pada Gambar 1.
1.3. Jenis-jenis tanaman penghasil biofuelBerdasarkan hasil penelitian atas sumber atau bagian pohon yang yang
mengandung minyak, rendemen dan sifat lemaknya (lemak pangan-edible fat/ P
dan minyak non pangan-non edible fat/NP), telah tersusun sebanyak 50 jenis
tanaman yang dapat menghasilkan biofuel dan 5 jenis tanaman penghasil
bioetanol (Soeriawidjaya, 2005). Rincian jenis tercantum pada Tabel 1 dan 2.
Gambar 1. Daur pemanfaatan biomassa dan limbah biomassa(Sumber : Sasmojo, 1983)
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
5/19
5
Tabel. 1. Tumbuhan Indonesia penghasil minyak-lemak*)
No. Nama Nama Latin Sumberminyak
Kadar, %-bkr
P/ NP
1. 1. Jarak kaliki Ricinus communis Biji (seed) 45 50 NP
2. 2. Jarak pagar Jatropha curcas Inti biji 40 60 NP
3. Kacang suuk Arachis hypogea Biji 35 55 P
4. 3.Kapok/randu 9) Ceiba pentandra Biji 24 40 NP
5. 4.Karet Hevea brasiliensis Biji 40 50 NP
6. Kecipir Psophocarpus tetrag. Biji 15 20 P
7. Kelapa Cocos nucifera Daging buah 60 70 P
8. Kelor Moringa oleifera Biji 30 49 P
9. 5. Kemiri 8) Aleurites moluccana Inti biji 57 69 NP
10. 6. Kesambi 3) Sclerichera trijuga Daging biji 55
70 NP11. 7. Mimba 5) Azadirachta indica Daging biji 40 50 NP
12. Saga utan Adenanthera pavonina Inti biji 14 28 P
13. Sawit Elais guineensis Sabut+D.bua
45-70/46-54 P
14. Akar kepayang Hodgsonia macrocarpa Biji 65 P
15. Alpukat Persea gratissima Dg buah 40 80 P
16. Cokelat Theobroma cacao Biji 54 58 P
17. 8. Gatep pait Samadera indica Biji 35 NP
18. 9 Kepuh/kepoh4) Sterculia foetida Inti biji 45 55 NP
19. Ketiau Madhuca mottleyana Inti biji 50 57 P
20. 10. Malapari 2) Pongamia pinnata Biji 27 39 NP
21. 11.Nyamplung1) Callophylluminophyllinophyllum
Inti biji 40 73 NP
22. 12. Randu alas/ Bombax malabaricum Biji 18 26 NP
23. Seminai Madhuca utilis Inti biji 50 57 P
24. Siur (-siur) Xanthophyllum lanceatum Biji 35 40 P
25. Tengkawang tungkul Shorea stenoptera Inti biji 45 70 P
26. Tengk. terindak Isoptera borneensis Inti biji 45 70 P
27. Wijen Sesamum orientale Biji 45 55 P
28. 12. Bidaro Ximenia americana Inti biji 49 61 NP
29. 13. Bintaro 6) Cerbera Biji 43 64 NP
30. 14. Bulangan Gmelina asiatica Biji ? NP
31. 15. Cerakin/Kroton Croton tiglium Inti biji 50 60 NP
32. 16. Kampis Hernandia peltata Biji ? NP
33. 17. Kemiri cina/ Aleurites trisperma Inti biji 0.56 NP
34. Labu merah Cucurbita moschata Biji 35 38 P
35. Mayang batu Madhuca cuneata Inti biji 45 55 P
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
6/19
6
Lanjutan Tabel 1........................
No. Nama Nama Latin Sumber Kadar, P/ NP
36. 18. Nagasari (gede) Mesua ferrea Biji 35 50 NP
37. Pepaya Carica a a a Biji 20 25 P
38. Pulasan Ne helium mutabile Inti biji 62 72 P
39. Rambutan Nephelium lappaceum Inti biji 37 43 P
40. 19. Sirsak Annona muricata Inti biji 20 30 NP
41. 20. Srikaya Annona s uamosa Biji 15 20 NP
42. 21. Kenaf Hibiscus cannabinus Biji 18 20 NP
43. 22. Kopi arab Hibiscus esculentus Biji 16 22 NP
44. 23. Rosela Hibiscus sabdariffa Biji 17 NP
45. Kayu manis Cinnamomum burmanni Biji 30 P
46. Padi Or za sativa Dedak 20 P
47. Jagung Zea Ma s Germ 33 P
48. Tangkalak Litsea sebifera Biji 35 P
49. 24. ? Taractogenos kurzii Inti biji 48 55 NP
50. 25. Kursani Vernonia anthelmintica Biji 19 NP
Sumber : Soerawidjaja (2005); Vossen dan Umali (2002) dalam Berry at al (2009)
Keterangan : kr kering; P minyak/lemak Pangan (edible fat/oil), NP minyak/lemak Non-Pangan(nonedible fat/oil).Hanya beberapa dari puluhan tumbuhan ini (mis. : sawit, kelapa, kacang tanah/suuk) sudah
termanfaatkan sebagai sumber komersial minyak/lemak!.
Tabel 2. Perolehan etanol dari berbagai bahan mentah paling potensial*)
No.Sumb.er karbohidrat
Hasil panen,ton/ha/thn
Perolehan alkohol
Liter/ton Liter/ha/thn
1. Tebu 75 67 5025
2. Sorgum manis 80+)
75 6000
3. Singkong 25 180 4500
4. Sagu 1) 6,8$ 608 4133
5. Ubi jalar 62,5++) 125 7812
Sumber :Soerawidjaja (2005). +) Panen 2 kali/tahun; $ Pati sagu kering; ++)Panen 2 kali/tahun.
Agar dalam pemanfaatan jenis tersebut tidak mengganggu ketahanan
pangan, maka tanaman penghasil biodiesel yang direkomendasikan adalah jenis
tanaman yang mengandung minyak non pangan. Berdasarkan pertimbangan
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
7/19
7
tersebut, dari 50 jenis tanaman penghasil biofuel terdapat 25 jenis tanaman,
diantaranya lebih dari 10 jenis merupakan tanaman hutan; khusus sagu,,
walaupun sagu pati sagu merupakan pati pangan, namun saat ini pemanfaatan
untuk pangan sangat sedikit.
Dari jenis yang terdaftar, yang cukup potensial untuk biofuel diantaranya
Nyamplung (Calophyllum inophylum), Malapari (Pongamia pinnata) dan kemiri
sunan (Aleurites trisperma), Kesambi(Sleichera trijuga ); sedangkan untuk
bioetanol yaitu Sagu (Metroxyllonsp) dan Lontar (Borrasus sp). Dari jenis-jenis
tersebut, yang status penelitian dan pengembangan cukup lengkap yaitu
Nyamplung. Penelitian yang telah dilakukan baik sifat dasar minyak dan
biodieselnya, maupun potensi dan sebarannya. Dalam rangka pengembangannya
baik budidaya maupun pengolahannya pada tahun 2008 telah disusun buku
Nyamplung Sumber Enegi Biofuel yang Potensial
Nyamplung, jenis ini cukup potensial dikembangkan di lapangan karena
selain mempunyai rendemen minyak (cruid oil) tinggi yaitu sekitar 40-70 % dan
rendemen biodiesel sekitar 20-30 %. Dalam rangka pembangunan desa mandiri
energi (DME), telah ditanam masing-masing-masing 20.000 bibit di Kabupaten
Purworejo dan Banyuwangi. Di DME juga telah dipasang instalasi pengolah
biodiesel masing-masing kapasitas 250 lt/hari atau intake sebanyak 750 kg buah
Nyamplung/hari. Untuk mendapatkan varietas produksi biji tinggi/unggul tahun
ini sedang dibuat demplot uji provenans di TN Ujung Kulon Provinsi Banten.
Untuk sagu, walaupun penelitian sifat dasar pati dan demplot di Papua barat dan
pada tahun 2009 telah disusun dalam bentuk buku seperti Nyamplung , namun
sampai saat ini belum bisa dilakukan pengembangan lebih lanjut dalam sekala
pemanfaatan bioetanolnya.
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
8/19
8
III. KEBIJAKAN ENERGI
Dalam rangka pengembangan energi baru dan terbarukan, pemerintah telah
mengeluarkan beberapa kebijakan, antara lain :
1. Perpres No. 5 Thn 2006 Kebijakan Energi NasionalKebijakan ini merupakan kebijakan pertama dalam rangka mengantisipasi krisis energi,
sasaran kebijakan energi yaitu tercapainya elastisitas energi lebih kecil
dari1(satu) pada tahun 2025, dengan mewujudkan bauran energi primer
(energy mix) yang optimal dan peran untuk masing-masing energi
terhadap konsumsi energi nasional sebesar :
1). minyak bumi mnjadi kurang dari20% (dua puluhpersen).
2). gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
3). batubara menjacli lebih dari33%(tiga puluh tigapersen).
4). bahan bakar nabati (biofuei) menjadi lebih dari 5% (lima persen).
5). panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).
6). air, tenaga surya, dan tenaga angin menjadi lebih dari 5% (lima
persen).
7). batubara yang dicairkan(liquefied coal) menjadi lebih dari 2%
(dua ersen).
Untuk mencapai langkah tersebut, diterapkan kebijakan utama
menyangkut :
a. Penyediaan energi melalui : 1). penjaminan ketersediaan pasokan
energi dalam negeri; 2). pengoptimalan produksi energi; dan
3).pelaksanaan konservasi energi.
b. Pemanfaatan energi, melalui : 1). efisiensi pemanfaatan energi; dan
2). diversifikasi energi.
c. Penetapan kebijakan harga energi ke arah harga
keekonomian, dengan tetapmempertimbangkan kemampuan usaha
kecil, dan bantuan bagi masyarakat tidak mampu dalam jangka
waktu tertentu.
d. Pelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
9/19
9
Untuk mendukung kebijakan utama tersebut, ditetapkan : a.
pengembangan infrastruktur energi termasuk peningkatan akses
konsumen terhadap energi; b. kemitraan pemerintah dan dunia usaha; c.
pemberdayaan masyarakat; d. pengembangan penelitian dan
pengembangan serta pendidikan dan pelatihan.
2. INPRES NO. 1 Tahun 2006 -Penyediaan Dan Pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain
Dalam rangka percepatan penyediaan dan pemanfaatan
bahan bakar nabati (biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain, telah diambil
langkah-langkah koordinasi antar sektor dan kementerian terkait.
Walaupun menurut kebijakan ini, dalam rangka pengembangan
Kementrian Kehutanan hanya mendapat mandat terkait penyediaan
lahan pengembangan pada lahan tidak produktif, namun untuk
mendorong percepatan penyediaan bahan baku BBN ikut berpartisipasi
membangun demplot pengembangan energi alternatif berbasis
tanaman hutan dan menginisiasi pembangunan Desa Mandiri Energi
(DME) pada beberapa kabupaten.
Untuk pembangunan demplot energi alternatif berbasis tanaman
hutan yaitu Nyamplung dilakukan melalui program Aksi tahun 2010-
2014 di 10 Kabupaten yang terletak di 10 wilayah di Jawa, Sumatera,
Dan Sulawesi; sedangkan dalam rangka stimulus fiskal dari Kementrian
ESDM tahun 2009 dibawah koordinasi Kemenko Perekonomian
Kementrian Kehutanan melalui inisiasi Badan Litbang Kehutanan pada
tahun 2009 telah dibangun DME di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah
dan di Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
3. UU No. 30 Tahun 2007 - EnergiPada dasarnya kebijakan energi nasional meliputi, antara lain:
a. ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional; b. prioritas
pengembangan energi; c. pemanfaatan sumber daya energi
nasional; dan d. cadangan penyangga energi nasional.
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
10/19
10
Adapun muatan utama dari UU ini menyangkut prinsip
pengelolaan energi nasional, yaitu : bahwa
1. Energi dikelola berdasar asas kemanfaatan, rasionalitas,efisiensi, berkeadilan, peningkatan nilai tambah,keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi
lingkungan hidup, ketahanan nasional dan keterpaduan
dengan mengutamakan kemampuan nasional.2.Dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara
berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan energi nasional,
tujuan pengelolaan energi adalah:
a. tercapainya kemandirian pengelolaan energi;
b. terjaminnya ketersediaan energi dalam negeri, baik dari
sumber di dalam negeri maupun di luar negeri untuk 1).
pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri; 2).
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam
negeri; dan 3). peningkatan devisa negara;
3.. tercapainya peningkatan akses masyarakat yang tidak
mampu dan/atau yang tinggal di daerah terpencil
terhadap energi untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata dgn cara: 1).
menyediakan bantuan untuk meningkatkan ketersediaan
energi kpd masy. tidak mampu; 2). membangun
infrastruktur tercapainya pengembangan kemampuan
industri energi dan jasa energi dalam negeri agarmandiri dan meningkatkan profesionalisme sumber daya
manusia;
4. Kebijakan energi nasional dapat menciptakan terciptanya lapangan
kerja; dan
5. terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup.
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
11/19
11
4. PERMEN ESDM No. 32 Tahun 2008 - Penyediaan, Pemanfaatan Dan TataNiaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Sebagai Bahan Bakar Lain
Untuk implementasi Kebijakan yang telah ditetapkan menurut UU,
dikeluarkan Permen ESDM, yang memuat prioritas pemanfaatan BBN (Biofuel) dan
cara peningkatan pemanfaatannya. Prioritas pemanfaatan dilakukan melalui
pengaturan penyediaan, pemanfaatan dan tata niaga Bahan Bakar
Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain dari jenis BBN berupa
biodiesel (B100), Bioetanol (E100) dan Minyak Nabati Murni (0100).
Untuk meningkatkan pemanfaatan Bahan Bakar Lain dalam
rangka ketahanan energi nasional, Badan Usaha Pemegang Izin Usaha
Niaga Bahan Bakar Minyak dan Pengguna Langsung Bahan Bakar
Minyakwajib menggunakan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai
Bahan Bakar Lain secara bertahap.
Berdasarkan Permen ESDM No.32 tahun 2008, pentahapan
pemanfaatan biodiosel, bioetanol dan minyak nabati murni tercantum pada
Tabel 3, 4 dan Tabel 5.
Tabel 3. Pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel
Jenis Sektor September2008 s.dDesember2008
Januari2009
Januari2010
Januari2015**
Januari2020**
Januari2025**
Keterangan
Rumah Tangga - - - - - - Saat ini tidakditentukan
Transportasi
PSO
1 %
(existing)
1 % 2,5 % 5 % 10 % 20 % * Terhadap
kebutuhantotal
TransportasiNon PSO
- 1 % 3 % 7 % 10 % 20 %
Industri danKomersial
2,5 % 2,5 % 5 % 10 % 15 % 20 % * Terhadapkebutuhantotal
PembangkitListrik
0,1 % 0,25 % 1 % 10 % 15 % 20 % * Terhadapkebutuhantotal
**) Spesifikasi disesuaikan dengan spesifikasi global (WWFC) dan kepentingan domestik
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
12/19
12
Tabel 4. Pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan bioetanol
Jenis Sektor September2008 s/dDesember
2008
Januari2009
Januari2010
Januari2015**
Januari2020**
Januari2025**
Keterangan
Rumah Tangga - - - - - - Saat ini tidakditentukan
TransportasiPSO
3 %(existing)
1 % 3 % 5 % 10 % 15 % * Terhadapkebutuhan total
TransportasiNon PSO
5 %(existing)
5 % 7 % 10 % 12 % 15 % * Terhadapkebutuhan total
Industri danKomersial
- 5 % 7 % 10 % 12 % 15 % * Terhadapkebutuhan total
PembangkitListrik
- - - - - - Saat ini tidakditentukan
**) Spesifikasi disesuaikan dengan spesifikasi global (WWFC) dan kepentingan domestik
Tabel 5. pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan minyak nabati murni
Jenis Sektor Sept.2008s.dDes.2008
Januari2009
Januari 2010
Januari2015
Januari2020
Januari2025
Keterangan
Rumah Tangga - - - - - - Saat ini tidakditentukan
IndustridanTransp.(Lowandmediumspeedengine)
Indust.
- - 1 % 3 % 5 % 10 %
Marine
- - 1 % 3 % 5 % 10 %
PembangkitListrik
- 0,25 % 1 % 5 % 7 % 10 % Terhadapkebutuhantotal
**) Spesifikasi disesuaikan dengan spesifikasi global (WWFC) dan kepentingan domestik
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
13/19
13
Adapun dalam rangka pengembangan BBN, Kementrian ESDM telah
menyusun peta jalan (road map) yang tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6. Road Map Pengembangan BBN tahun 2005-2025
*)Sumber : Departemen ESDM (2008). Program Pengembangan BBN - kemajuan Pemanfaatan Bahan
Bakar Nabati (BBN).
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
14/19
14
IV. STATUS RISET DAN PENGEMBANGAN BIONERGI
1.1.AsiaMenurut Mahidin (2009), kegiatan penelitian dan pengembangan
masalah energi terbarukan yang paling menonjol telah dilakukan oleh Jepang,
sedangkan negara lainnya yang memberikan kontribusi cukup yaitu Cina da
India. Saat ini, di negara-negara tersbut telah dibangun percontohan pada
tingkat komersial.
Dari hasil penelitian tersebut telah ditetapkan kebijakan dibidang
perencanaan dan pengaturan untuk peningkatan efisiensi dan pengembangan
energi, investasi dan tarif dan pajak. Negara Asia lainnya yang saat ini
mendapat mandat untuk lain mengembangkan energi terbarukan untuk listrik
pedesaan yaitu Bangladesh, China, India, Indonesia, Nepal, the
Philippines, Sri Lanka, Thailand, and Vietnam.
1.2. Indonesia1). Listrik hayati dan gas/gas bumi
Di Indonesia, kegiatan penelitian dan pengembangan energi terbarukan
termasuk biomas telah dilakukan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) dan beberapa Universitas/Lembaga Penelitian. Pemerintah melalui
Menristek menyediakan pendanaan untuk proyek riset minyak sawit dan limbah
biomass padat yang diusulkan oleh berbagai Universitas dan Lembaga Penelitian.
Di samping itu, khusus penelitian gasifikasi biomas dibawah tanggung jawab
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendapat dana hibah dari
lembaga internasional; saat ini melalui pendaan tersebut telah dibangun 50
gasifier yang diantaranya termasuk unit komersial yang mempunyai
kemampuan gasifier antara 10-120 KWe dan thermal gasifiers are 400-900
KWth. 1 proyek percontohan kelistrikan dengan kapasitas 18 Kwe dapat
dilihat laboratorium BPPT.
Saat ini potensi biomas Indonesia sebesar sebesar 49.81 GW,
diantaranya yang telah terbangun memiliki kapasitas 302 MW (6% dari total
potensi). Potensi biomas diperoleh dari industri penggergajian dan kayu lapis,
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
15/19
15
pabrik gula, penggilingan padi, limbah padat industri minyak sawit, dan
limbah pertanian lainnya. Pada tahun 2025, listrik biomas dapat mencapai 810
MW.
Berdasarkan hasil komparasi, diketahui bahwa biaya produksipembangkitan listrik dengan biomasi (listrik hayati) jauh lebih murah dibanding
pembangikatan listrik menggunakan gas, nuklir batubara, terjunan air, angin,
BBM dan surya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel dan Tabel 7.
Tabel 7. Biaya produksi pembangkitan energi listrik/kwHuntuk berbagai Sumber daya energi
No. Sumber energi Biaya proed/kWh
1 surya 43702 BBM 1235*
3 angin 1140
4 hidro 950
5 batubara 570
6 nuklir 522.5
7 gas 318
8 biomass 180
Sumber : Koyama dalam Ninok Leksono (2010)1)
; Puslitbang Hutan Tanaman(2010; data siolah)
2);PLN (2010)
3);*biodiesel nyamplung 0,5 harga
solar4)Kompas 24/3/2010.4). Tim Peneliti Nyamplung Balitbang Kehutanan,
2008.
Sumber Energi Terbarukan di Indonesia sangat melimpah (mencapai 147
juta ton per tahun), hanya saja pemerintah kurang serius dan belum
memanfaatkannya dengan baik dan masih jauh. Bisa menjadi sumber energi
(SE) alternatif bagi warga pedesaan (Abraham, 20101); Suyono, 2010).
Menurut Suyono (2010), Kebanyakan hasil penelitian SE alternatif tidak
dapat diterapkan sehingga tidak menjawab kebutuhan energi murah di
pedesaan. itulah, BEC suatu lembaga kajian (yang didirikan sejumlah ahli dan
perusahaan swasta Indonesia_Belanda) akan mengumpulkan berbagai
penelitian biomassa agar menjadi teknologi terapan bidang energi dan bisa
diproduksi secara mandiri di pedesaan.
Pusat Penelitian Energi Terbarukan Universitas Muhammadiah Surakarta
sudah berhasil melakukan penelitian bioetanol dari iles-iles (Amorphopallus
muelleri) dan suweg (Amorphopallus paeoniifolius)) dan saat ini sedang
mengembangkan destilator sederhana berkapasitas 400 liter per hari agar
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
16/19
16
bioetanol bisa diproduksi masyarakat pedesaan. Iles-iles dan suweg dapat
ditanam di bawah tegakan hutan sehingga tidak mebutuhkan lahan tersendiri
(Kusmiyati, 2010)3) dengan kandungan karbohidrat 65 %.
Tabe 8. Potensi Sumber Daya energi Air, Geothermall
No. SET Potensi Keterangan
1 Air 76 GWh2 Geothermal 27,6 GWh Yang termanfaatkan sekitar
4 % ~ 1100 MWh3 Biomass 50 GWh
470 GJ 130 MWh Biomass dari jerami dansisa panen, tan.liar, dankotoran hewan
*)
Sumber : Abraham (2010)1)
; Suyono (2010)2)1)
Abraham, D, 2010. Kompas 24/4/2010.;2)
Suyono, H.2010. Peluncuran Biomassa Energy Center (BEC). Kompas 29/4/2010.
3).Kusmiyati. Peluncuran
Biomassa Energy Center (BEC). Kompas 29/4/2010
.
2). Biodiesel
Pada awal kebijakan energi nasional diimplementasikan, beberapa jenis
tanaman diujicobakan untuk digunakan sebagai sumber energi. Pada sekitar
tahun 2005-2006, jenis yang diunggulkan yaitu jarak pagar (Jatropha curcas)
untuk pembuatan biodiesel. Program pengembangan budidaya dilakukan serentak
hampir seluruh Indonesia dibawah tanggung jawa Departemen Pertanian.
Sesuai amanat UU No. 30 tahun 2007, melalui program stmulus fiskal
kementrian ESDM terkait akses dan pemberdayaan masyarakat telah digulirkan program
pembangunan Desa Mandiri Energi.
Program pengembangan Desa Mandiri Energi (DME) merupakan
respon dari permasalahan energi yang makin terbatas dan masalah lingkungan
yang harus diselamatkan akibat kurang terjaganya fungsi pelestarian
lingkungan. Pada saat yang sama, program desa mandiri energi juga
(=melakukan kegiatan ekonomi produktif dari pemanfaatan energi terbarukan
yang tersedia secara lokal di pedesaan.
Penguatan nilai ekonomi di pedesaan dengan pengembangan desa
mandiri energi akan memberikan daya tarik bagi masyarakat desa sehingga
dapat menjadi alternatif kegiatan ekonomi baru yang mendorong masyarakat
agar tetap berada di desa dan mengurangi mobilisasi desa ke kota.
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
17/19
17
Keberlanjutan program akan terjadi apabila semakin banyak desa yang
melakukan kemandirian secara energi, dan dapat mengembangkan potensi
ekonomi dari hal tersebut, sehingga aktifitas ekonomi yang dilaksanakan lebih
berdaya saing dan berwawasan lingkungan.Tahapan kegiatan, memcakup :
1. Penyediaan (pembangkitan dan distribusi) energi lokal terbarukan yangterjangkau dan berkelanjutan.
- BBN: mulai dari kegiatan penyiapan lahan, penyiapan bahan tanaman,
penanaman, pemeliharaan,diolah sampai dengan menghasilkan bahan
bakar dan energi untuk dimanfaatkan.
- Non BBN : mulai dari tahap penyiapan lokasi, konstruksi sampai dengan
menghasilkan energi untuk dimanfaatkan.
2. Pemberdayaan masyarakat dalam pengoperasian, pemeliharaan, danpengelolaan kegiatan produksi dan distribusi energi lokal terbarukan yang
terjangkau dan berkelanjutan
- Pembentukan kelembagaan masyarakat, penyusunan mekanisme
pengelolaan energi, untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan energi
3. Pemberdayaan masyarakat bagi pemanfaatan energi untuk peningkatanproduktivitas, kesempatan kerja pedesaan dan kesejahteraan rumah tangga.
- Energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif,
antara lain pengolahan hasil pertanian (penggilingan padi, industri
pengolahan makanan, pengeringan hasil perkebunan), industri rumah
Gambar 2.
Diagram Keterkaitan ProgramDME)
Sumber: Deputi Bidang BidangKoordinasi Pertanian danKelautan (2008)
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
18/19
18
tangga (mesin jahit), bahan baka kapal nelayan, dan untuk menjalankan
mesin atau peralatan lainnya
- Penggilingan padi menyerap tenaga kerja 2 orang
- Kegiatan menjahit menyerap tenaga kerja dari kaum perempuanBerdasarkan Rencana Strategis DME tahun 2010-2014, pada tahun 2014
terwujud Desa Mandiri Energi ditargetkan telah terbangun di 3.000 Desa.
Dalam rangka pembangunan DME, telah terlibat beberapa institusi
meliputi : Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Dalam
Negeri, Departemen Pembangunan Daerah tertinggal, BPPT, dll.
V. PENUTUP
Peluang Pengembangan Sumber Daya Energi Terbarukan di masa yang akandatang cukup tinggi karena,
1. Ketersediaan potensi sumber daya energi terbarukan di beberapa pedesaanyang belum dimanfaatkan Energi potensial air, angin, pemanfaatan langsungpanas bumi, dsb
2. Penerapan otonomi Daerah melalui pemanfaatan sumber daya energi yang adadi wilayahnya.
3. Beberapa Departemen/Kementerian sudah melakukan Program yang dapatmendukung kegiatan Desa Mandiri Energi4. Banyak institusi dan industri yang sudah mampu mengembangkan teknologi
energi terbarukan untuk pedesaan.
BAHAN BACAAN
Berry, M. Herman, D., dan A. Wahyudi, 2009. Karakteristik minyak kemiri sunan
(aleurites trisperma blanco) sebagai bahan bakar nabati. . Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia 2009.ISBN 978-979-98465-5-6: Biomass
Utilization for Alternative Energy and Chemicals).
Departemen ESDM (2008). Program Pengembangan BBN - kemajuan
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN).
___________________ Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005 2025:
Visualisasi Talkshow Energi Melestarikan Hutan menghasilkan energi.
Badan Litbang Kehutanan, 2010. Jakarta.
Direktur Energi Primer PLN, 2010. Kompas 24/3/2010.
Gonzales, A.D.C., International Development in Biomass Utilization,
Presented in the Renewable Energy Asia 2008. Bangkok, Thailand, June 4,
2008.
-
7/31/2019 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOENERGI BERBASIS TANAMAN HUTAN
19/19
19
Kemenko Perekonomian RI, 2008. Renstra 2009-2014 Program DME. Deputi
Bidang Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan
Kurtubi, 2008. Harga Minyak Dunia Dan Pengembangan Energi Alternatif Dalam
Rangka Mendukung Ketahanan Energi Nasional. Seminar Energi
Alternatif Universitas Juanda Bogor.Leksono, Ninok, 2010. Kuliah Nuklir Jepang. Kompas 24-3-2010;
Mahidin, 2009. Biomass utilisation in selected Asian countries: policy, R&D and
status. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia 2009.ISBN 978-979-
98465-5-6: Biomass Utilization for Alternative Energy and Chemicals).
Nidlom, A., Renewable Energy Policies in ASEAN Countries, Presented in the
Rural Renewable Energy Week, Hanoi, Vietnam, March 19-21, 2008.
Priambodo, A., Biomass Gasification in Indonesia, Presented in the IEA Task 33
Meeting, Dresden, Germany, June 12-14, 2006. .
Puslitbang Hutan Tanaman, 2010. Prospek Pengembangan Hutan TanamanPenghasil Kayu Energi. Diskusi Puslitbang Hutan Tanaman-Perum
Perhutani Unit II Jawa Tengah. Semarang
Restuti, D. and Michaelowa, A., The economic potential of bagasse cogeneration
as CDM projects in Indonesia, Energy Policy 2007;35:3952-3966.
Setyadjit, D. Sumangat, Andi N. Alamsyah, 2009. Potensi penerapan SCM dalam
pengembangan biofuel di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia 2009.ISBN 978-979-98465-5-6: Biomass Utilization for Alternative
Energy and Chemicals.
.Soerawidjaja, T.H, 2005. Potensi sumber daya hayati Indonesia dalammenghasilkan
bahan bakar hayati pengganti BBM. Lokakarya Pengembangan dan
Pemanfaatan Sumber Energi Alternatif untuk Keberlanjutan Industri
Perkebunan dan Kesejahteraan Masyarakat
Sasmojo, S. 1983. Konversi Limbah Biomassa Menjadi Energi. Proceeding
Seminar Pemanfaatan Limbah Pertanian/Kehutanan Sebagai Sumber
Energi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.Suprapto,
Y.P., LNG & The World of Energy: Vol. VI-Indonesian Energy, 1st Edition,
July 2007.Suyono, H. 2010. Peluncuran Biomassa Energy Center (BEC). Kompas 29/4/2010
Tim Konsultan SCS-DME GTZ/BMU (2009). Kerangka Kerja Evaluasi Program
DME Presentasi Workshop. Bogor
Tim Peneliti Nyamplung Balitbang Kehutanan, 2008. Nyamplung, Sumber Daya
Energi Biofuel Potensial. ISBN: 978-979-6452-23-9. Jakarta.
top related