proposal tesis
Post on 13-Jul-2016
50 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PROPOSAL TESIS
PENGARUH MODEL PROJECT BASED LEARNING
(PJBL) TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM MATA
PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI DI SMA KATOLIK ST.LOUIS 1
SURABAYA
DISUSUN OLEH
RASIHUL ARFIAN
(147905008)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2015
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................11. Latar belakang....................................................................................................12. Identifikasi masalah............................................................................................43. Pembatasan Masalah..........................................................................................54. Rumusan masalah...............................................................................................55. Tujuan penelitian................................................................................................56. Manfaat Penelitian..............................................................................................67. Definisi Operasional...........................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS.......................................................................................................................................8
A. Kajian Pustaka................................................................................................81. Model Pembelajaran Berbasis Proyek........................................................82. Bahan ajar.................................................................................................103. Sikap Belajar.............................................................................................164. Hasil Belajar..............................................................................................18
B. Kerangka Berpikir........................................................................................27C. Hipotesis.......................................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................29A. Metode penelitian.........................................................................................29B. Variabel Penelitian........................................................................................31C. Desain Penelitian..........................................................................................32D. Populasi, dan Sampel Penelitian...................................................................34E. Teknik Pengumpulan data dan Intrumen penelitian.....................................35
DAFTAR PUSAKA....................................................................................................37
BAB I PENDAHULUANBAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang seiring dengan
globalisasi, sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berlangsung
dengan cepat. Pengaruh globalisasi ini dapat berdampak positif dan negatif
pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai belahan dunia dapat saling
bertukar informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi di lain pihak, hal ini
menimbulkan digital-divide yaitu perbedaan mencolok antara yang mampu
dan yang tidak mampu dalam akses penggunaan Information and
Communications Technology (ICT).
Persaingan yang terjadi pada era globalisasi ini menumbuhkan kompetisi
antar bangsa, sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya
manusia. Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia dalam
pengembangan sumber daya manusia. Seperti yang tertulis dalam naskah
akademik oleh Departemen Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum 2007, pendidikan merupakan salah satu
faktor kunci penting untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan dan
kualitas sumber daya manusia Indonesia dari bangsa – bangsa lain.
Bagi pemerintah hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu
sistem pendidikan. Sedangkan bagi guru merupakan tantangan untuk dapat
mengintegrasikan teknologi komputer dalam sistem pembelajaran, sehingga
pembelajaran dapat lebih berkualitas, bermakna, dan menyenangkan.
0
Pengenalan tentang teknologi komputer dan aplikasinya sebaiknya
dimulai semenjak masa anak-kanak, tidak membeda-bedakan dan diberikan
pada semua jenjang pendidikan, sehingga telematika dapat menjadi suatu
bagian penting dari sistem pendidikan. Kurikulum dan pembelajaran di
sekolah secara berangsur-angsur harus mampu mengintegrasikan terhadap
penggunaan teknologi komputer dalam kegiatan pembelajaran.
Hingga kini pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) masih
dinilai sebagai pelajaran teori (hafalan) dan sulit diaplikasikan serta
cenderung membosankan selama pelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya
suatu strategi yang dapat menimbulkan minat para siswa untuk mempelajari
TIK serta menumbuhkan kesadaran bahwa ilmu yang didapat melalui
pelajaran TIK bisa diaplikasikan secara mudah dan menyenangkan untuk
dikerjakan.
Pembelajaran TIK pada jenjang pendidikan dasar dan menengah selama
ini ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru
dibandingkan dengan aktivitas siswa (teacher centered). Pembelajaran yang
terjadi hanya melakukan perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa, dimana
computer hanya sebagai alat bantu guru dalam menyampaikan materinya dan
terkadang guru terlalu asyik memberikan penjelasan dan contoh – contoh saja.
Akibatnya, siswa menjadi terbebani karena tidak memiliki waktu yang cukup
untuk mengaplikasikan apa yang didapat selama pelajaran. Selama ini guru
hanya mengenal metode ceramah saja yang bisa dilakukan untuk semua tipe
atau karakteristik materi pelajaran. Padahal tidaklah demikian, materi TIK
haruslah bisa diaplikasikan oleh siswa. Dan untuk mengatasi permasalahan
tersebut guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran berbasis proyek.
1
Pembelajaran berbasis proyek (Project Based learning) adalah model
pembelajaran yang berfokus pada konsep – konsep dan prinsip – prinsip
utama dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan
masalah dan tugas – tugas bermakna lainnya, member peluang siswa bekerja
secara otonomi mengkonstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya
menghasilkan produk karya siswa bernilai , dan realistik1.
Menurut The San Mateo County Office of Education dalam Challenge
2000 Multimedia Project Website2, memberikan beberapa alasan bagi guru
untuk menerapkan pembelajaran berbasis proyek :
1. PjBL melibatkan para siswa dalam pembelajaran mereka sendiri,
memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengejar kepentingan
mereka sendiri dan memutuskan bagaimana mereka akan mencari
jawaban atas pertanyaan mereka sendiri.
2. PjBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
interdisiplinaritas di mana siswa menerapkan dan mengintegrasikan isi
dari setiap disiplin dan segala aspek yang berbeda dalam kegiatan dunia
nyata.
3. PjBL mendidik siswa bagaimana berkoneksi ke kehidupan di luar kelas ,
membantu pengembangan keterampilan kerja
4. PjBL memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk mengembankan
hubungan mereka, dimana guru berperan sebagai fasilitator.
5. PjBL memberikan kesempatan bagi siswa untuk membangun hubungan
dengan satu sama lain dan komunitas yang lebih besar
2
Salah satu materi yang dibahas dalam Teknologi Informasi dan
Komunikasi adalah Wordpress yang membahas mengenai pembuatan website
dengan menggunakan wordpress. Proses pembelajaran materi tersebut dapat
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek karena dalam proses
pembelajaran siswa dapat berinteraksi langsung dengan objek pembelajaran,
yang selama ini hanya diajarkan menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan bantuan komputer, dimana komputer digunakan untuk
membantu proses pembelajaran dalam menyampaikan materi yang sudah
diprogramkan.
Dari uraian di atas, penulis dapat melihat keunggulan pembelajaran TIK
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek memegang peranan
penting dalam keberhasilan pembelajaran TIK. Berdasarkan latar belakang di
atas, penulis tertarik membahas model pembelajaran berbasis proyek untuk
mengetahui hasil belajar siswa dan sikap siswa dalam pembelajaran TIK
terutama mengenai materi pelajaran yang terkait dengan Wordpress. Maka
dari latar belakang masalah tersebut, tesis ini diberi judul “Pengaruh model
project based learning (PjBL) menggunakan bahan ajar website berbasis
wordpress terhadap hasil belajar dengan sikap siswa yang berbeda
dalam pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi di SMA
Katolik St.Louis 1 Surabaya”
2. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi masih ditandai
dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru
3
dibandingkan dengan aktivitas siswa.
2. Masih banyak siswa menilai bahwa mata pelajaran TIK merupakan
pelajaran teori (hafalan) dan sulit diaplikasikan dalam kehidupan
sehari - hari.
3. Pembelajaran TIK hanya menekankan pada perpindahan pengetahuan
dari guru ke siswa.
3. Pembatasan Masalah
Hasil belajar ada tiga aspek yaitu aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek
psikomotor. Dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif dan aspek
psikomotor.
4. Rumusan masalah
1. Apakah model PjBL berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
2. Apakah ada peningkatan rata – rata hasil belajar siswa yang diberikan
pembelajaran model PjBL dibandingkan dengan rerata hasil belajar siswa
dengan pembelajaran konvensional?
3. Apakah ada hubungan antara model PjBL dengan sikap siswa terhadap
hasil belajar siswa?
5. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh model PjBL terhadap hasil belajar siswa
dalam pembelajaran TIK.
2. Untuk mengetahui peningkatan rerata hasil belajar siswa yang
pembelajarannya menggunakan penerapan model PjBL lebih baik
dibandingkan dengan rerata hasil belajar siswa yang dalam
pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
4
3. Untuk mengetahui hubungan model PjBL dengan sikap siswa terhadap
hasil belajar siswa.
6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya
sebagai berikut :
1. Bagi guru, agar dapat membuka wawasan dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dalam pencapaian
hasil belajar siswa dan melihat sikap siswa terhadap pembelajaran.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat mengalami perubahan paradigma tentang
belajar sehingga memunculkan semangat dalam dirinya yang berakibat
pada pencapaian hasil belajar yang optimal dan sikap siswa yang
mendukung terciptanya suasana belajar yang baik.
3. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dalam melakukan perbaikan -
perbaikan pendekatan pembelajaran guna mengingkatkan mutu
pembelajaran karena keberhasilan proses belajar mengajar tidak terlepas
dari peran serta guru.
4. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran TIK di sekolah.
7. Definisi Operasional
Dalam Penelitian ini peneliti menggunakan beberapa istilah. Untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman, peneliti memandang perlu
menjelaskan istilah - istilah tersebut. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Project based Learning (PjBL) atau disebut juga model pembelajaran
berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah
5
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintergrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara
nyata.
2. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah mata pelajaran yang
dipersiapkan agar siswa dapat ikut bersaing terhadap perubahan pesat
dalam dunia kerja maupun kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
teknologi. Juga agar siswa dapat mengetahui, memahami, dan
menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dengan
tepat.
3. Wordpress adalah sebuah suatu blog tool yang dirancang untuk
memudahkan pembuatan dan pemeliharaan blog seperti penulisan,
pengeditan, pempublikasian posting blog dan komentar dengan fungsi
khusus untuk memanajemen image, video, serta moderasi posting dan
komentar.
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan
memahaminya.
Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik dapat
melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin
yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi mendalam tentang sebuah
topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi peserta didik.
7
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan
atau tantangan yang diajukan;
4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan;
7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran instruktur atau guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya
sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil
yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Beberapa hambatan dalam implementasi model Pembelajaran Berbasis
Proyek antara lain berikut ini.
1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus
disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
8
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah
biaya untuk memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana
instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi yang
sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah.
Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses
pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak
monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional
class (teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas
kelompok), lab tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau
buatlah suasana belajar menyenangkan, bahkan saat diskusi dapat dilakukan di
taman, artinya belajar tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas.
2. Bahan ajar
a. Definisi
National Centre for Competency Based Training (2007) menjelaskan bahwa
bahan ajar adalah segala bentuk bahan (tertulis maupun tidak tertulis) yang
digunakan untuk membantu dalam melaksanakan proses pembelajaran guru atau
instruktur.
Sedangkan Andi (2011: 16) mengutip definisi yang dikemukakan oleh Panen
(2001) bahwa bahan ajar merupakan bahan-bahan atau materi pelajaran yang
disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses
9
pembelajaran.
b. Jenis-jenis Bahan Ajar
1. Jenis bahan ajar menurut Koesnandar (2008), dibagi menjadi:
i. Berdasarkan subyeknya maka jenis bahan terdiri dari dua jenis yaitu:
a) Bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar, seperti buku,
handouts, LKS, dan modul.
b) Bahan ajar yang tidak dirancang untuk belajar tetapi dapat
dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film, iklan atau
berita.
ii. Berdasarkan fungsinya, maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas tiga
kelompok yaitu: bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar
mandiri.
2. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2008: 11) meninjau jenis-
jenis bahan ajar berdasarkan teknologi yang digunakan. Ada 4 kategori yaitu:
1) Bahan ajar cetak (printed): handout, buku, modul, lembar kegiatan siswa,
brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.
2) Bahan ajar dengar (audio): kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual): video dan film.
4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material): CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
material).
10
c. Bahan ajar berbasis web
Bahan ajar adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video,
animasi, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk belajar. Ditinjau dari
subjeknya, bahan ajar dapat dikatogorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar
yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun
dapat dimanfaatkan untuk belajar.
Banyak bahan yang tidak dirancang untuk belajar, namun dapat digunakan
untuk belajar, misalnya kliping koran, film, sinetron, iklan, berita, dan lain-lain.
Karena sifatnya yang tidak dirancang, maka pemanfaatan bahan ajar seperti ini
perlu diseleksi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Bahan belajar yang dirancang
adalah bahan yang dengan sengaja disiapkan untuk keperluan belajar. Ditinjau
dari sisi fungsinya, bahan ajar yang dirancang dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok, yaitu bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri.
Sedangkan ditinjau dari media, bahan ajar dapat kelompokkan menjadi bahan
ajar cetak, audio, video, televisi, multimedia, dan web.
Sekurang-kurangnya ada empat ciri bahan ajar yang sengaja dirancang,
yakni:
1) adanya tujuan yang jelas,
2) ada sajian materi,
3) ada petunjuk belajar, dan
4) ada evaluasi keberhasilan belajar
Sebagaimana sebutannya, bahan ajar berbasis web adalah bahan ajar yang
disiapkan, dijalankan, dan dimanfaatkan dengan media web. Bahan ajar sering
juga disebut bahan ajar berbasis internet atau bahan ajar on line. Terdapat tiga
karakteristik utama yang merupakan potensi besar bahan ajar berbasis web,
11
yakni:
1) Menyajikan multimedia
2) Menyimpan, mengolah, dan menyajikan infromasi
3) Hyperlink
Karena sifatnya yang on line, maka bahan ajar berbasis web mempunyai
karakteristik khusus sesuai dengan karakteristik web itu sendiri. Salah satu
karakteristik yang paling menonjol adalah adanya fasilitas hyperlink. Hyperlink
memungkinkan sesuatu subjek nge-link ke subjek lain tanpa ada batasan fisik
dan geografis, selama subjek yang bersangkutan tersedia pada web. Dengan
adanya fasilitas hyperlink maka sumber belajar menjadi sangat kaya. Search
engine sangat membantu untuk mencari subjek yang dapat dijadikan link.
d. Website berbasis wordpress
Wordpress secara sederhana dapat di definisikan sebagai sebuah media atau
alat yang dibuat untuk membangun sebuah situs blog atau website. WordPress
sendiri dibagi menjadi dua bagian yaitu wordpress.org atau wordpress self hosted
dan wordpress.com atau wordpress hosted.
Pengertian wordpress menurut situs resmi (wordpress.com) adalah
“WordPress sumber terbuka adalah platform publikasi online paling
populer, yang saat ini mendukung lebih dari 20% web ...
Kami adalah versi hosting dari perangkat lunak sumber terbuka. Di sini,
Anda dapat memulai sebuah blog atau membangun situs web dalam hitungan
detik tanpa pengetahuan teknis apa pun.”
WordPress memiliki banyak keunggulan dan fitur untuk dunia blog, antara
lain :
12
1. Gratis. Untuk mendapatkan perangkat lunak WordPress hanya perlu
mengunduh dari situsnya tanpa dipungut biaya, bahkan untuk blog komersial
sekalipun.
2. Berbasis kode sumber terbuka (open source). Pengguna dapat melihat dan
memperoleh barisan kode-kode penyusun perangkat lunak WordPress
tersebut secara bebas, sehingga pengguna tingkat lanjut yang memiliki
kemampuan pemrograman dapat bebas melakukan modifikasi, bahkan dapat
mengembangkan sendiri program WordPress tersebut lebih lanjut sesuai
keinginan.
3. Template atau desain tampilannya mudah dimodifikasi sesuai keinginan
pengguna. Sehingga apabila pengguna memiliki pengetahuan HTML yang
memadai, maka pengguna tersebut dapat berkreasi membuat template sendiri.
Pengguna yang tidak mengerti HTML, tentu saja masih dapat memilih ribuan
template yang tersedia di internet secara bebas, yang tentu saja gratis.
4. Pengoperasiannya mudah.
5. Satu blog WordPress, dapat digunakan untuk banyak pengguna (multi user).
Sehingga WordPress juga sering digunakan untuk blog komunitas. Anggota
komunitas tersebut dapat berperan sebagai kontributor.
6. Jika pengguna sebelumnya telah mempunyai blog tidak berbayar, misalnya di
alamat Blogger, LiveJournal, atau TypePad, pengguna dapat mengimpor isi
blog-blog tersebut ke alamat hosting blog pribadi yang menggunakan
perangkat lunak WordPress. Dengan demikian pengguna tidak perlu khawatir
isi blog yang lama akan menjadi sia-sia setelah menggunakan perangkat
lunak WordPress.
7. Selain pengguna yang banyak, banyak pula dukungan komunitas (community
13
support) untuk WordPress.
8. Tersedia banyak plugin yang selalu berkembang. Plugin WordPress sendiri
yaitu sebuah program tambahan yang bisa diintegrasikan dengan WordPress
untuk memberikan fungsi-fungsi lain yang belum tersedia pada instalasi
standar. Misalnya plugin anti-spam, plugin web counter, album foto.
9. Kemampuan untuk dapat memunculkan XML, XHTML, dan CSS standar.
10. Tersedianya struktur permalink yang memungkinkan mesin pencari
mengenali struktur blog dengan baik.
11. Kemungkinan untuk meningkatkan performa blog dengan ekstensi.
12. Mampu mendukung banyak kategori untuk satu artikel. Satu artikel dalam
WordPress dapat dikatogorisasikan ke dalam beberapa kategori. Dengan
multikategori, pencarian dan pengaksesan informasi menjadi lebih mudah.
13. Fasilitas Trackback dan Pingback. Juga memiliki kemampuan untuk
melakukan otomatis Ping (RPC Ping) ke berbagai search engine dan web
directory, sehingga website yang dibuat dengan Wordpress akan lebih cepat
ter index pada search engine.
14. Fasilitas format teks dan gaya teks. WordPress menyediakan fitur
pengelolaan teks yang cukup lengkap. Fitur – fitur format dan gaya teks pada
kebanyakan perangkat lunak pengolah kata seperti cetak tebal, cetak miring,
rata kanan, rata kiri, tautan tersedia di WordPress.
15. Halaman statis (Halaman khusus yang terpisah dari kumpulan tulisan pada
blog).
16. Mempunyai kemampuan optimalisasi yang baik pada Mesin Pencari (Search
Engine Optimizer).
17. Mampu diinstall secara offline.
14
3. Sikap Belajar
Sikap atau attitude merupakan suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang(stimuli). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu
terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi
seseorang jika ia terkena suatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda,
ataupun situasi - situasi mengenai dirinya.Tiap orang mempunyai sikap yang
berbeda-beda terhadap suatu perangsang. Ini disebabkan oleh berbagai faktor
yang ada pada individu masing-masing seperti adanya perbedaan dalam bakat,
minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasan,dan juga situasi lingkungan.
Demikian pula sikap pada diri seseorang terhadap sesuatu atau perangsang
yang sama mungkin juga tidak selalu sama. Hadis (2006 : 38) mengatakan:
"Sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap
suatu objek atau rangsangan tertentu". Sedangkan menurut Bruno (dalam Syah,
2007 : 120) berpandangan bahwa sikap (attitude) adalah kecenderungan yang
relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau
barang tertentu.Senada dengan hal tersebut Anastasi dan Urbina (2007 : 445)
menyatakan bahwa sikap merupakan tendensi untuk bereaksi secara
menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang
ditunjuk, seperti kelompok etnis, nasional, adat-istiadat atau lembaga. Sedangkan
Kartono (1985 : 310) mengatakan bahwa sikap merupakan organisasi dari unsur-
unsur kognitif, emosional dan momen-momen kemauan yang khusus dipengaruhi
oleh pengalaman masa lampau, sehingga sifatnya sangat dinamis dan
memberikan pengarahan pada setiap tingkah laku. Sedangkan menurut Bogardus
(dalam Kartono, 1985 : 311) sikap merupakan “tendensi untuk bereaksi terhadap
faktor-faktor lingkungan, dan bisa bersifat positif,atau bisa bersifat negatif”.
15
Dari pendapat-pendapat di atas pada prinsipnya sikap (attitude) dapat
dianggap sebagai suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara
tertentu. Dalam hal ini perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya
kecenderungan - kecenderungan baru yang telah berimbas (lebih maju dan lugas)
terhadap suatu obyek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya. Dalam kaitan sikap
dalam belajar Dimyati (2006 : 239) menyatakan bahwa sikap belajar merupakan
kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri sesuai
dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan terjadinya
sikap menerima, menolak, merasa senang dan tidak senang dalam melakukan
aktifitas belajar.
Dengan mengacu kepada pengertian tentang sikap secara umum, maka sikap
belajar dapat diartikan sebagai kecenderungan siswa untuk bereaksi terhadap
pelajaran di sekolah. Reaksi positif atau senang dan reaksi negatif atau tidak
senang yang ditunjukan oleh siswa di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa ialah kemampuan dan gaya mengajar
guru di kelas, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang dipergunakan
oleh guru, media pembelajaran, sikap dan perilaku guru, suara guru, lingkungan
kelas, manajemen kelas dan berbagai faktor lain yang turut mempengaruhi sikap
siswa.
Jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi positif kepada siswa, maka
sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang baik, yaitu siswa
merasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikelola oleh guru di
kelas. Sebaliknya jika semua faktor tersebut memberikan pengaruhi negatif
kepada siswa, maka sikap yang terbentuk pada diri siswa ialah sikap belajar yang
tidak baik yaitu siswa merasa tidak senang dalam mengikuti pembelajaran yang
16
dikelola guru di kelas. Perilaku yang diperlihatkan siswa yang bersifat negatif
atau tidak senang terhadap proses pembelajaran berupa sikap acuh tak acuh
( apatis ), siswa tidak aktif mengikuti pembelajaran, mengganggu teman
sekelasnya, tidak mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya, keluar masuk kelas dan berbagai bentuk perilaku yang menyimpang
lainnya.
Tingkah laku yang positif atau senang terhadap proses pembelajaran yang
ditunjukkan siswa ialah siswa aktif, tekun, ulet, menyelesaikan tugas - tugas
belajar dengan baik, disiplin dalam belajar, tidak keluar masuk kelas,
menghormati guru dan teman sekelasnya, aktif bertanya dan menjawab
pertanyaan guru, menunjukkan kerjasama yang baik dengan teman kelas dan
melakukan tugas - tugas belajar secara berkelompok dan sebagainya. Sedangkan
sikap belajar siswa terhadap mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi
dapat dilihat dari bagaimana siswa memahami tujuan dan isi mata pelajaran TIK,
cara siswa dalam mempelajari mata pelajaran TIK, sikap siswa terhadap guru
mata pelajaran TIK dan sikap siswa dalam usaha memperdalam mata pelajaran
TIK.
4. Hasil Belajar
a. Pengertian hasil belajar
Hasil belajar merupakan variabel dari teori belajar di sekolah. Selain variabel
lainnya, yaitu karakteristik individu (siswa) dan kualitas pengajaran. Hal ini
dinyatakan oleh Bloom dalam Theory of School Learning, bahwa ada tiga
variabel utama dalam teori belajar di sekolah yakni: karakteristik individu,
kualitas pengajaran, dan hasil belajar siswa (Sudjana, 2005: 40). Hasil belajar
17
yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang
siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru) dimana hasil belajar
memiliki hubungan erat dengan proses belajar. Menurut Whittaker (dalam
Aunurrahman, 2009: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Djamarah
dan Zain (2010: 38) mengemukakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktivitas belajar. Sedangkan pendapat lain dari Abdillah (dalam Aunurrahman,
2009: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik memalui latihan ataupun
pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
untuk memperoleh tujuan tertentu. Maka proses belajar itu adalah proses kegiatan
siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan dan pengalaman belajar dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan hasil belajar merupakan gambaran
kemampuan yang ditunjukan oleh adanya perubahan tingkah laku setelah siswa
mengikuti proses belajar.
Dari beberapa penjelasan teori tersebut, jelas bahwa hasil belajar sangat
tergantung pada proses belajar. Hasil belajar akan terlihat setelah diberi perlakuan
pada proses balajar yang dianggap sebagai proses pemberian pengalaman belajar.
Hasil belajar mengharapkan terjadinya perubahan tingkah laku yang terjadi pada
diri siswa. Maka yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan siswa
setelah memperoleh pengalaman belajar dalam proses belajar agar terjadi
perubahan tingkah laku pada diri siswa dalam bentuk penguasaan dan
pemahaman pelajaran yang dipelajarinya.
Arikunto (2001: 26), mengukur hasil belajar dalam dua teknik, yaitu teknik
18
tes dan non tes. Pada penelitian ini menggunakan teknik tes, dan pengamatan.
Menurut Hasan (2006: 95) mengemukakan bahwa tes adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru disekolah dalam rangka kegiatan evaluasi (mengukur,
menilai, assessment). Sedangkan Arikunto (2001: 53) mengemukakan bahwa tes
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes
menurut Sudjana (2005: 113) adalah alat ukur yang diberikan kepada individu
untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau
secara lisan atau secara perbuatan. Ada dua macam tes hasil belajar yakni: tes
yang telah distandarisasikan (standardized test) dan tes buatan guru sendiri
(teacher made test). Tes hasil belajar yang dibuat oleh guru itu dapat dibagi dua
macam, yakni tes lisan (oral test) dan tes tulisan (written test). Tes tertulis dapat
dibagi atas tes essay (essay examination) dan tes objektif. Tes objektif yang
disusun dapat berbentuk pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan isian pendek,
saat ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan. Sedangkan tes essay
jarang digunakan sebab kurang praktis dan terlalu subjektif. Persyaratan dari
sebuah tes yang baik menurut Arikunto (2001: 57) diantaranya yaitu sebagai
berikut:
1) validitas (secara tepat mengukur yang seharusnya diukur),
2) reliabilitas (menunjukkan hasil yang dapat dipercaya dan tidak berubah jika
diadakan tes kembali),
3) objektifitas (tidak dipengaruhi unsur-unsur pribadi),
4) praktikabilitas (praktis dan mudah dalam administrasinya), dan
5) ekonomis (tidak memerlukan biaya yang mahal, tenaga dan waktu yang
banyak).
19
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar
kognitif dan psikomotor. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
kognitif adalah tes yang digunakan, yaitu tes buatan peneliti yang berbentuk tes
tertulis objektif pilihan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengkur
hasil belajar psikomotor adalah lembar pengamatan. Agar memenuhi syarat
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran maka tes buatan
peneliti ini akan di uji coba terlebih dahulu kepada siswa-siswa yang telah
mempelajari mata pelajaran yang akan diteliti.
b. Klasifikasi hasil belajar
Kingsley (dalam Sudjana, 2005: 22), membagi tiga macam hasil belajar
adalah keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, dan sikap dan
cita-cita. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar
Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah,
yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Bloom (dalam Rochmad, 2012) membagi ranah masing-masing ranah ke
dalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah taksonomi seperti
berikut:
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau
prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom membagi
ranah kognitif ke dalam 6 jenjang kemampuan, yaitu:
a) Mengingat (C1)
Mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh dari ingatan jangka
panjang. Adapun proses dalam ranah kognitif ini adalah :
20
(1) Mengenali (recognizing) atau mengidentifikasi: menemukan
pengetahuan dari ingatan jangka panjang yang sesuai dengan materi
yang disajikan (misalnya: mengenali tanggal-tanggal penting dalam
sejarah Amerika).
(2) Mengingat (recalling) atau menemukan kembali: menemukan
hubungan atau kaitan antara pengetahuan dari ingatan jangka panjang
(misalnya: mengingat kembali hari-hari penting dalam sejarah
Amerika).
b) Memahami (C2)
Membangun pengertian atau makna dari pesan berupa perintah atau
instruksi, termasuk secara lisan, tertulis dan hubungan dengan kejadian
yang sebenarnya atau dalam bentuk gambar. Adapun proses dalam ranah
kognitif tingkat ini meliputi:
(1) Menafsirkan (interpreting) atau mengartikan/ menggambarkan
ulang: mengubah dari satu bentuk gambaran (misal: angka) ke bentuk
lain (misal: kalimat).
(2) Memberi contoh (exampliying) atau mengilustrasikan: menemukan
contoh yang sesuai dan cocok atau mengilustrasikan suatu konsep.
(3) Mengklasifikasi (classifying) atau mengelompokkan: menentukan
konsep yang ada pada suatu materi atau kategori.
(4) Meringkas (summarizing): meringkas suatu bagian yang umum atau
poin-poin utama dari suatu tema.
(5) Menduga (inferring) atau mengambil kesimpulan atau memprediksi:
menggambarkan kesimpulan secara nyata dari informasi yang disajikan.
(6) Membandingkan (compairing) atau memetakan dan mencocokkan:
21
mendeteksi atau mencari kesesuaian antara dua ide, objek dan hal-hal
yang serupa.
(7) Menjelaskan (explaining) atau membangun suatu model:
membangun hubungan sebab-akibat dari suatu system.
c) Mengaplikasikan (C3)
Menerapkan atau menggunakan suatu tata cara yang telah diberikan
pada suatu keadaan. Proses kognitif yang dilalui adalah:
(1) Menjalankan (executing): menerapkan suatu cara yang telah dikenal
untuk tugas yang telah biasa dijumpai.
(2) Mengimplementasikan (implementing): menggunakan cara yang
telah ada untuk menyelesaikan tugas yang belum dikenal sebelumnya
d) Menganalisis (C4)
Memutuskan suatu material ke dalam unsur-unsur pokok dan
menentukan bagaimana hubungan/kaitan dari satu unsur tersebut dengan
unsur yang lain dan kedalam tujuan atau struktur umum dari suatu
materi. Proses kognitif yang dilalui adalah:
(1) Membedakan (diffrentiating) atau memilih: membedakan bagian
yang memiliki hubungan dengan bagian yang tidak memiliki hubungan
atau memisahkan bagian yang penting dengan bagian yang tidak penting
dari materi yang telah disajikan
(2) Mengorganisir (organizing) atau menemukan hubungan,
mengintegrasi, garis besar, uraian dan menyusun secara struktur:
menentukan bagaimana suatu unsur atau fungsi sesuai dengan
(3) Menemukan makna tersirat (attributing): menetukan pokok
permasalahan, bias, nilai atau maksud tersembunyi dari materi yang ada
22
e) Evaluasi (C5)
Membuat penilaian atau keputusan berdasarkan kriteria atau standar.
Proses ini meliputi:
(1) Memeriksa (checking) atau mengkoordinasi, menemukan,
mengawasi dan menguji: menemukan ketidaksesuaian atau kesalahan
antara proses dan hasil; menentukan bahwa proses dan hasil memiliki
kesesuaian; mengawasi ketidakefektifan suatu cara dalam penerapan.
(2) Mengritik (critiquing) atau memutuskan: menemukan
ketidaksesuaian antara hasil dan kriteria dari luar, menentukan bahwa
hasil sesuai atau tidak, menemukan kesalahan dari suatu cara yang
menyebabkan suatu masalah.
f) Mencipta (C6)
Mengambil semua unsur pokok untuk membuat sesuatu yang memiliki
fungsi atau mengorganisasikan kembali element yang ada ke dalam
stuktur atau pola yang baru. proses ini meliputi:
(1) Merumuskan (generating): membuat hipotesis atau dugaan sebagai
alternatif berdasarkan kriteria yang ada (misal: menyusun hipotesis
untuk laporan dari fenomena yang telah diamati).
(2) Merencanakan (planning) atau mendesain: merencanakan cara
untuk menyelesaikan tugas (misal: rencana penelitian dengantelaah
pustaka ditulis berdasarkan topik sejarah yang ada).
(3) Memproduksi (producing): menemukan atau menghasilkan suatu
produk ( menciptakan suatu lingkungan atau keadaan untuk tujuan
tertentu).
Untuk dapat membuat suatu penilaian, seseorang harus memahami,
23
dapat menerapkan, menganalisis dan mensintesis terlebih dahulu. Contoh
kata kerja yang digunakan, yaitu menilai, menafsirkan, menaksir,
memutuskan. Peneliti hanya menggunakan penilaian dalam ranah kognitif
dengan jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),
analisis (C4), evaluasi (C5), dan mencipta (C6).
2) Ranah psikomotor
Menurut Simpson dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 29-30) membagi
ranah psikomotor menjadi tujuh jenis perilaku, yaitu: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Tujuh perilaku dalam ranah
psikomotor selanjutnya dijelaskan sebagai berikut:
a) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan
(mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya
perbedaan yang khas tersebut, misalnya pemilahan warna, angka 6 (enam)
dan 9 (sembilan).
b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam
keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
Kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani, misalnya posisi start
lomba lari.
c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan
sesuai contoh, atau gerakan peniruan, misalnya meniru gerak tari,
membuat lingkaran di atas pola.
d) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-
gerakan tanpa contoh, misalnya melakukan lompat tinggi dengan tepat.
e) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan
24
gerakan atau ketrampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar,
efisien, dan tepat, misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat.
f)Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus
yang berlaku, misalnya bertanding.
g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak
yang baru atas dasar prakarsa sendiri, misalnya kemampuan membuat tari
kreasi baru.
Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf ketrampilan
yang berangkaian. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan urutan fase-
fase dalam proses belajar motorik yang bersifat hierarkikal. Belajar berbagai
kemampuan gerak dapat dimulai dengan kepekaan memilah-milah sampai
dengan kreativitas pola gerak baru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
psikomotor mencakup kemampuan fisik dan mental.
Dalam penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar
kognitif dan psikomotor. Adapun penilaian dalam hasil belajar kognitif
diperoleh dari tes tertulis. Hasil belajar psikomotor diperoleh dari hasil
pengamatan selama proses praktikum dan merupakan penilaian kinerja siswa.
Kinerja yang diamati meliputi: menginstall wordpress, membackup dan
merestore wordpress, mampu mengganti password melalui database dan
dashboard, mampu mengubah konfigurasi umum wordpress, mampu
mengganti permalink wordpress, mampu menginstall tema wordpress,
mampu membuat user baru di wordpress, serta mampu menggunakan menu
Posts pada wordpress.
25
B. Kerangka Berpikir
26
Latar BelakangPembelajaran TIK di kelas didominasi oleh aktivitas guru sehingga siswa tidak mendapatkan waktu untuk mengaplikasikan apa yang didapat selama pelajaran
MasalahSiswa menilai bahwa pelajaran TIK merupakan pelajaran hafalan dimana materi yang didapat tidak bisa dan atau sulit untuk diaplikasikan
Identifikasi MasalahPembelajaran teknologi informasi dan komunikasi masih ditandai dengan pembelajaran yang lebih didominasi oleh aktivitas guru dibandingkan dengan aktivitas siswa.Masih banyak siswa menilai bahwa mata pelajaran TIK merupakan pelajaran teori (hafalan) dan sulit diaplikasikan dalam kehidupan sehari - hari.Pembelajaran TIK hanya menekankan pada perpindahan pengetahuan dari guru ke siswa
HipotesisHasil belajar model Project Based Learning menggunakan bahan ajar website berbasis wordpress dengan sikap siswa yang berbeda lebih baik daripada pembelajaran konvensional menggunakan bantuan komputer
MetodologiMenyelidiki pengaruh model belajar PjBL menggunakan bahan ajar website terhadap hasil belajar siswa dengan sikap yandalam pelajaran TIK
TeoriModel PjBLBahan AjarSikap SiswaHasil Belajar
Data dan Sumber DataData : Jumlah siswa, Sikap siswa dan hasil belajar siswaSumber Data : Jumlah siswa diperoleh dari TU sekolah, sikap siiswa diperoleh dari observasi, dan hasil belajar siswa diperoleh dari tes tertulis
TujuanUntuk mengetahui pengaruh model PjBL terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran TIK.Untuk mengetahui peningkatan rerata hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan penerapan model PjBL lebih baik dibandingkan dengan rerata hasil belajar siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.Untuk mengetahui hubungan model PjBL dengan sikap siswa terhadap hasil belajar siswa.
Kesimpulan...
...
...
C. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah : “Hasil belajar model Project Based
Learning menggunakan bahan ajar website berbasis wordpress dengan sikap
siswa yang berbeda lebih baik daripada pembelajaran konvensional
menggunakan bantuan komputer”
27
BAB III METODE PENELITIANBAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Penelitian ini adalah satu-satunya metode penelitian yang dapat
menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat, sehingga dapat digunakan
untuk menguji suatu teori jika teori tersebut berada dalam pase krisis atau
dipermasalahkan.
Menurut Ali (1999) Eksperimen adalah merupakan kegiatan percobaan untuk
meneliti sesuatu peristiwa atau gejala yang muncul pada kondisi tertentu, dan
setiap gejala yang muncul diamati dan dikontrol secermat mungkin, sehingga
dapat diketahui hubungan sebab akibat munculnya gejala tersebut. sebagaimana
dikemukakan oleh Wermeister sebagai berikut :
“Experimentation ….,consists in the deliberate and controlled modification
of the condition determining an event, and in the observation and interpretation
of the ensuing changes in the event itself” (Wermeister dalam Van Dallen, 1973:
259).
Definisi di atas menyatakan, bahwa suatu ‘percobaan merupakan modifikasi
kondisi yang dilakukan secara disengaja dan terkontrol dalam menentukan
peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada
peristiwa itu sendiri”.
28
Eksperimen adalah suatu penelitian dimana satu variabel bebas atau lebih
dimanipulasikan, dan dimana pengaruh semua atau hampir semua variabel yang
mungkin berpengaruh akan tetapi tidak ada hubungannya dengan masalah
penelitian dikontrol sampai pada batas yang minimum. Dalam eksperimen
laboratorium (yang dibedakan dengan eksperimen lapangan) hal ini dilakukan
dengan jalan mengisolasikan penelitian itu dalam suatu situasi fisik yang terbatas,
dan dengan jalan memanipulasikan dan mengukur variabel-variabel tersebut
dalam kondisi khusus yang terkontrol. (Wayan Ardhana, 1987: 128).
Dengan kontrol ketat seperti dilukiskan di atas, variabel bebas akan
mempengaruhi variabel terikat tanpa dirancu oleh pengaruh variabel lain. Dengan
demikian dapat dikatakan, bahwa ciri utama penelitian eksperimen terutama
terletak pada adanya kontrol yang ketat. Dalam konteks eksperimen, kontrol
berarti pendefinisian, pembatasan, restriksi, dan isolasi kondisi-kondisi situasi
penelitian sehingga keyakinan akan kebenaran hasil penelitian dimaksimalkan.
Dengan perkataan lain kemungkinan adanya penjelasan lain tentang fenomena
yang dipelajari diminimalkan.
Penelitian ini menggunakan Kuasi Eksperimental. Pemilihan subyek
penelitian secara acak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
merupakan ciri desain eksperimen yang terpenting. Namun, kadang-kadang
dalam penelitian pendidikan pemilihan acak semacam itu tidak mungkin
dilakukan. Dalam kondisi semacam itu masih dimungkinkan untuk melakukan
eksperimen yang memiliki validitas internal dan eksternal yang memadai. Desain
eksperimen semacam itu oleh Campbell dan Stanley dalam Wayan Ardana (1987)
dinamakan “eksperimen quasi”,
Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang
29
mendekati eksperimen atau eksperimen semu. Bentuk penelitian ini banyak
digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang
diteliti adalah manusia, dimana mereka tidak boleh dibedakan antara satu dengan
yang lain seperti mendapat perlakuan karena berstatus sebagai grup control. Pada
penelitian kuasi eksperimen peneliti dapat membagi grup yang ada dengan tanpa
membedakan antara control dan grup secara nyata dengan tetap mengacu pada
bentuk alami yang sudah ada. (Creswell, John W, 2003:14).
B. Variabel Penelitian.
Variabel merupakan karakteristik atau keadaan pada suatu obyek yang
mempunyai variasi nilai. Secara umum dapat dinyatakan bahwa variabel adalah
operasionalisasi dari konsep. Fungsi variabel dapat dibedakan atas tiga fugsi,
yakni variabel sebab, variabel penghubung,dan variabel akibat.
Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain,
variabel penelitian dibedakan menjadi:
1. Variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecedent serta variabel bebas. Variabel ini merupakan variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).
2. Variabel dependen: variabel ini disebut juga variabel output, kriteria,
konsekuen, serta variabel terikat variabel ini merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
3. Variabel moderator: variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen.
4. Variabel intervening: variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan
antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak
30
langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
5. Variabel kontrol: variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti.
Pada umummya, variabel penelitian dibedakan menjadi dua yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah
variabel bebas dan variabel terikat dan tidak melibatkan variabel yang lain.
Adapun variabel - variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas : model pembelajaran PjBL.
2. Variabel terikat : hasil belajar siswa dengan indikator penguasaan terhadap
materi wordpress serta mampu mengaplikasikan apa yang didapat selama
proses belajar mengajar.
3. Variabel Moderator :
a. Sikap belajar siswa yang positif dengan indikator keaktifan siswa
dalam bertanya dan menjawab pertanyaan serta mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan tepat waktu.
b. Sikap belajar siswa yang negatif dengan indikator sikap acuh tak acuh
( apatis ), siswa tidur saat pelajaran, mengganggu teman sekelasnya,
tidak mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya, keluar masuk kelas dan bermain dengan gadget-nya
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain factorial 2x2. Desain ini
digunakan karena penelitian dilakukan pada dua kelas yaitu kelas eksperimen
diberikan perlakuan model pembelajaran PjBL dan kelas kontrol diberi perlakuan
pembelajaran konvensional. Dimana masing – masing kelas tersebut dibagi lagi
31
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok katergori sikap positif dan sikap negatif.
Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (2004:49), menyatakan bahwa :
“Desain factorial merupakan desain yang dapat memberikan
perlakuan/manipulasi dua variable bebas atau lebih pada waktu yang bersamaan
untuk melihat efek masing – masing variable bebas, secara terpisah dan secara
bersamaan terhadap variable terikat dan efek –efek yang terjadi akibat adanya
interaksi beberapa variable”
Dengan desain faktorial, akan dianalisis efek utama dari dua variable bebas
(model PjBl dan pembelajaran konvensional) secara terpisah dan bersamaan
terhadap variable terikat (hasil belajar siswa) dan efek – efek yang terjadi akibat
interaksi antar variable.
Tabel 3.2
Desain Faktorial
Model
SikapPjBL Konvensional
Positif EP1 EK1
Negatif EP2 EK2
Keterangan :
EP1 : nilai rerata kelompok positif terhadap pembelajaran PjBL
EP2 : nilai rerata kelompok negative terhadap pembelajaran PjBL
EK1 : nilai rerata kelompok postitif terhadap pembelajaran konvensional
EK2 : nilai rerata kelompok negative terhadap pembelajaran konvensional
32
DAFTAR PUSAKA
1. Waras Khamdi, Pembelajaran Berbasis Proyek: Model Potensial Untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran,
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/23/pembelajaran-berbasis-proyek-
model-potensial-untuk-peningkatan-mutu-pembelajaran, 5 Oktober 2015.
2. http://californiaeducatorsnetwork.com/reports/Project_Handbook.pdf , 5
Oktober 2015.
3. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Project Based Learning,
https://docs.google.com/document/d/1noKMTmfQyofqEX461Wb2g5TP7Y9
GWTPuBWR3lkSiw2U/edit, 7 Oktober 2015
4. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaan
Dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Model Pembelajaran Berbasis Proyek,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Endang
%20Mulyani,%20M.Si./KAKUBUTEK%20-%20Project%20Based
%20Learning.pdf, 7 Oktober 2015
5. https://acenale.wordpress.com/2012/03/14/sikap-siswa-dalam-belajar/ , 8
Oktober 2015
6. Jainuri M, Pengaruh Sikap Dan Tingkat Intelegensi terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa kelas II SMK Tri Bhakti Bangkotahun Pelajaran
2009/2010, http://www.academia.edu/4613087/Jurnal, 8 Oktober 2015
7. http://fti.unand.ac.id/images/BahanAjarAlgo.pdf , 10 Oktober 2015
8. http://ft-unm.net/medtek/Jurnal_MEDTEK_Vol.3_No.2_Oktober_2011.pdf/
Jurnal%20Lu’mu%20Tasri.pdf, 10 Oktober 2015
9. http://indonesiapvb.files.wordpress.com/2011/10/panduan_me_web.pdf , 10
33
Oktober 2015
10. Siswono, Penelitian Pendidikan Matematika, (Surabaya: Unesa University
Press, 2011),hal. 44
11. Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian..., hal. 11
12. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm.174
13. http://agustricahyono.blogspot.sg/2014/11/proposal-skripsi-desain-faktorial-
2x2.html?m=1, 12 Oktober 2015
14. Djamarah, S. B. & Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
15. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
16. Sudjana, Nana. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru: Algensindo.
17. http://andiastina.com/reviews/wordpress-cms/ , 12 Oktober 2015
18. https://id.wikipedia.org/wiki/WordPress , 12 Oktober 2015
19. https://wordpress.com/ , 12 Oktober 2015
34
top related