proposal ptk (tutor sebaya)
Post on 03-Jul-2015
2.074 Views
Preview:
TRANSCRIPT
A. Judul
Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN 1 Cadassari
Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta).
B. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah ilmu pengetahuan yang digunakan dalam berbagai
bidang kehidupan, yaitu sebagai imu yang mendukung perkembangan
pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu matematika selalu dituntut untuk mengimbangi dan
melayani perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang
secara pesat. Matematika sebagai dasar ilmu-ilmu dasar dituntut peranannya
semakin besar.
Pelajaran matematika terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih
guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi
siswa serta berpadu pada perkembangan ilu pengetahuan dan teknologi. Upaya
peningkatan siswa Sekolah Dasar merupakan tugas guru dan berjangka panjang
karena menyangkut masalah pendidikan siswa. Meningkatkan pendidikan siswa
harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.
Peneliti sebagai guru di SD Negeri 1 Cadassari perlu meningkatkan hasil
belajar dan aktivitas belajar matematika siswa Sekolah Dasar. Oleh karena itu
1
sebagai guru merasa tertantang untuk berusaha mencari ide guna mencari
bagaimana meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.
Dari hasil pengamatan peneliti sehari-hari masih menemukan sebagian
besar siswa kelas IV SD Negeri 1 Cadassari, nilai pembelajaran matematikanya
kurang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh guru kurang mengkondisikan siswa,
guru dalam menyampaikan materi terlalu cepat, dan penggunaan alat peraga
kurang optimal sehingga pemahaman dan konsep tentang materi pelajaran
matematika belum begitu dikuasai dengan baik oleh siswa.
Upaya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar matematika siswa
kelas IV SD Negeri 1 Cadassari dapat tercapai apabila proses belajar mengajar
dikelas berlangusng dengan baik, berdaya guna dan berhasil guna. Hal tersebut
dapat terlaksana apabila guru dalam mengajar melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi
berprestasi dan hasil belajar siswa.
Sehubungan dengan masalah diatas, seorang guru hendaknya memiliki
dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam
menjembatani masalah tersebut. Akhir-akhir ini makin banyak perhatian terhadap
pengajaran Tutor Sebaya yang pada dasarnya sama dengan program bimbingan,
yang bertujuan memberikan bantuan dari dan kepada siswa dapat mencapai
prestasi belajar secara optimal.
Pengajaran Tutor Sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap
pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru
atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering
2
tidak mengenal para siswa seorang demi seorang. Selain itu para pendidik
mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar.
Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi
semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka
karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan
memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi
kesempatan bagi pengajaran Tutor Sebaya.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul “
Penerapan Model Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil belajar Siswa Pada
Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar”. (Penelitian Tindakan Kelas pada
Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Cadassari Kecamatan tegalwaru Kabupaten
Purwakarta).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah dengan penerapan pendekatan Tutor Sebaya dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Cadassari ?
2. Apakah dengan penerapan pendekatan Tutor Sebaya dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Cadassari ?
3. Apakah dengan penerapan pendekatan Tutor Sebaya dapat meningkatkan
guru dalam mengajar ?
3
D. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas di SD Negeri 1 Cadassari Kec. Tegalwaru
kab. Purwakarta bertujuan untuk :
1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
pendekatan Tutor Sebaya.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
Tutor sebaya.
3. Mengetahui peningkatan kemampuan guru dalam mengajar dengan
menggunakan pendekatan Tutor Sebaya.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dari berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan landasan dalam
pembelajaran model pendekatan tutor sebaya untuk meningkatkan hasil
belajar matematika pada siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Dapat dijadikan sebagai bahan upaya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, sehingga dapat mengubah perolehan peringkat prestasi belajar yang
lebih baik.
4
2. Pembelajaran akan lebih menarik dan tidak membeosankan bagi siswa.
3. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
4. Dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
b. Bagi Guru
1. Guru dapat mengembangkan kemampuan merencanakan metode atau
strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi ajar dan
kebutuhan siswa.
2. Guru memperoleh pengalaman sehingga dapat memperluas wawasan
tentang model-model pembelajaran inovatif.
3. Membantu guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengajar.
c. Bagi Sekolah
Memberikan perkembangan demi proses perbaikan pembelajaran terutama
model pendekatan tutor sebaya untuk meningkatkan prestasi hasil belajar
matematika.
d. Bagi Peneliti
Mendapat pengalaman langsung menerapkan model pembelajaran tutor
sebaya sehingga dapat dijadikan bekal untuk mengajar.
F. Klarifikasi Konsep
1. Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang
lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya
disekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan
5
kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami dan dengan teman
sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya untuk bertanya
ataupun minta bantuan.
Jadi, guru dapat menugaskan siswa yang lebih pandai untuk memberikan
penjelasan kepada siswa yang kurang pandai (tutor sebaya). Demikian juga,
anjurkan siswa yang kurang pandai untuk bertanya kepada atau meminta
penjelasan dari siswa pandai terlebih dahulu sebelum kepada gurunya. Hal ini
untuk menanamkan kesan bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, tidak selalu dari
guru yang akibatnya tergantung kepada guru.
Tutor dikatakan berhasil jika dapat menjelaskan dan yang dijelaskan
dapat membuktikan bahwa dia telah mengerti atau memahami dengan cara hasil
pekerjaannya.
2. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah penguasaaan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan
oleh guru. Hasil dalam penelitian yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh oleh
siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang
diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan. Hasil
belajar biasanya dapat direfleksikan melalui hasil evaluasi baik melalui ujian,
tugas, maupun latihan.
6
G. Kajian Teoritis
1. Pengertian Belajar
Menurut W.S. Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai-
nilai sikap.
Sedangkan Nasution menyatakan belajar merupakan aktivitas yang
menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun
potensial; perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru
yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena
usaha.
Gagne dan Berliner menyatakan belajar merupakan proses dimana suatu
organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Slavin
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan
karena pengalaman. Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan
disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu
dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan ( Anni, 2006:2).
Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan perubahan perilaku yang terjadi karena didahului oleh proses
pengalaman dan perubahan tersebut bersifat relatif permanen.
2. Hasil Belajar
7
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, umumnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005 : 895).
Menurut Anni (2006 : 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku
yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktifitas belajar. Sedangkan
pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2007 : 102-103) adalah realisasi
atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan piotensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
tingkat penguasaan terhadap suatu hal setelah mengalami proses dan aktifitas
belajar dan dinyatakan dengan nilai yang meliputi keterampilan, pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dapat diukur berupa
penguasaan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil dari kegiatan
proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dideskripsikan dengan kriteria
ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan,
diantaranya : input peserta didik, kompleksitas masing-masing kompetensi dasar
setiap mata pelajaran dan daya dukung (Depdikbud, 2007 : 11). Berdasarkan
pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 65% dan
ketuntasan belajar klasikal adalah 75%.
3. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
8
Menurut Gagne, Brings, dan Wager (Winataputra, 2008 : 19),
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran pada siswa. Sedangkan menurut UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 butir 20 (Winataputra, 2008 : 20)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam
agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
siswa (Suyitno, 2006 : 1).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, untuk menguasai dan mencipta
teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini
dan pembelajaran yang membuat siswa belajar dan menjadi bermakna.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
9
Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah,
pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang dirancang untuk
menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan
siswa belajar matematika sekolah. Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa
unsur pokok dalam pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu
perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut
pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar dan matematika sekolah
dasar sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi
dalam pelajaran.
Diberikannya mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP, 2006).
10
4. Model Pembelajaran Pendekatan Tutor Sebaya
Model pembelajaran pendekatan tutor sebaya merupakan strategi belajar
dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pendekatan tutor sebaya, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Roger dan David Johnson (Lie, 2002 : 30-34) ada lima unsur
yang harus diterapkan dalam model pendekatan tutor sebaya, kelima unsur
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Saling Ketergantungan Positif
Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok ditentukan
oleh usaha belajar setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang
efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota
kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai
tujuan mereka.
b. Tanggungjawab Perorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pendekatan
tutor sebaya, setiap siswa akan merasa bertanggungjawab untuk melakukan yang
terbaik. Guru yang efektif dalam model pendekatan tutor sebaya membiat
persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
11
kelompok harus melaksanakan tanggungjawabnya sendiri agar tugas selanjutnya
dalam kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tata Muka
Tatap muka berarti memberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisis kekurangan
masing-masing.
d. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga
bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan kemampuan mereka. Keterampilan
berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun proses
ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk
memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan
emosional para siswa.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Evaluasi kelompok berarti siswa dalam satu kelompok bersama-sama
mengevaluasi proses belajar kelompok. Format evaluasi dapat bermacam-macm,
tergantung pada tingkat pendidikan siswa. Hal-hal yang perlu dievaluasi misalnya
kerjasama, partisipasi setiap anggota, komunikasi antar anggota, dan lain
12
sebagainya. Hal ini akan mendorong setiap kelompok untuk meningkatkan
efektifitas belajar kelompoknya.
Model pendekatan tutor sebaya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi
belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok juga berasal dari ras, budaya, suku dan
jenis kelamin yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu. (Ibrahim,
2000 : 6-7)
Tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan
pembelajaran Tutor Sebaya adalah :
a. Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran pendekatan tutor sebaya bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Pembelajaran pendekatan tutor sebaya memberi peluang kepada siswa
yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu
sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
13
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Pembelajaran pendekatan tutor sebaya untuk mengajarkan kepada siswa
keterampilan kerjasama dan kolaborasi (Ibrahim, 200 : 7-9). Keterampilan sosial
yang dimaksud antara lain adalah berbagi tugas, aktif bertanya, saling
bekerjasama, menjelaskan ide atau pendapat, mengemukakan pendapat dan
sebagainya.
Terdapat enam langkah utama dalam pendekatan tutor sebaya yaitu
sebagai berikut :
Tabel 1 : Langkah-langkah Model Pendekatan Tutor Sebaya
Langkah Kegiatan Guru
Langkah 1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar
Langkah 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi pada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat
bahan bacaan
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi
secara efisien
Langkah 4 Guru membimbing kelompok-
14
Langkah Kegiatan Guru
Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka
Langkah 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya
Langkah 6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok
(Ibrahim, 2000 : 10)
Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan
motivasi siswa untuk belajar. Langkah ini diikuti oleh penyajian informasi,
seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa
dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada
saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama. Langkah terakhir
pembelajaran pendekatan tutor sebaya meliputi presentasi hasil akhir kerja
kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah dipelajari dan memberi
penghargaan terhadap usaha-usaha maupun individu (Ibrahim, 2000 : 11).
5. Simetri Lipat dan Pencerminan
15
1. Simetri Lipat
a. Pengertian Simetri Lipat
Jika sebuah benda dilipat melalui sumbu simetrinya yang kedua
bagiannya dapat secara tepat saling menutupinya, benda tersebut dikatakan
memiliki simetri lipat. Perhatikan gambar berikut !
Bangun-bangun tersebut mempunyai simetri lipat. Garis tempat melipat
ditunjukkan dengan garis putus-putus. Garis tersebut disebut garis simetris atau
sumbu simetri. Dalam kehidupan sehari-haripun, banyak sekali benda-benda yang
simetris seperti serangga, huruf, bunga dan yang lainnya.
b. Mengenal Simetri Lipat dan Menentukan Sumbu Simetri Bangun-bangun
Datar.
Simetri lipat disebut juga simetri sumbu karena tempat melipatnya
berupa sumbu (garis).
Sumbu simetri
16
Simetri lipat disebut juga simetri cermin karena sumbu simetrinya
seolah-olah sebagai cermin sehingga setengah bagian bangun yang satu
merupakan bayangan dari setengah bagian yang lainnya.
A E D
B F C
EF sebagai simetri cermin sehingga EDCF merupakan bayangan dari
AEFB. Selanjutnya perhatikan gambar berikut !
Bangun persegi merupakan contoh banngun yang memiliki simetri lipat.
Sumbu-sumbu simetrinya ditunjukkan dengan garis putus-putus.
Dengan demikian bangun persegi memiliki 4 simetri lipat.
c. Pencerminan
a. Membuat Bangun dan mengamati Hasil Pencerminan.
Perhatikan contoh pencerminan dengan menggunakan papan berpaku.
Cara kerja sebagai berikut :
17
1. Siapkan papan berpaku.
2. Buat bangun segitiga menggunakan karet gelang pada papan berpaku.
3. Perhatikan bayangan karet gelang pada cermin.
b. Membuat Hasil Pencerminan Suatu Bangun Pada Kertas Berpetak
Contoh :
1. Cermin Tegak
. . . . . A. . . . . . . . . A1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B1
2. Cermin Datar
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B. . . . A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . A1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . B1. .
Dari gambar-gambat tersebut dapat disimpulkan bahwa penentuan hasil
pencerminan dapat dilakukan dengan cara menghitung titiknya yaitu :
Contoh untuk cermin tegak :
1. Menghitung jarak titik A ke cermin
18
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2. Menghitung jarak cermin ke titik A1 yang merupakan bayangan titik A
3. Menghitung jarak titik B ke cermin
4. Menghitung jarak cermin ke titk B1 yang merupakan bayangan titik B
5. Menghubungkan titk A1 dengan titik B1 sehingga membentuk A1B1
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau yang dikenal dengan Classroom Action Reasearch. Penelitian ini berkaitan
dengan bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas.
Penelitian tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang bertujuan untuk
memperbaiki pembelajaran di kelas. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan
melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat
dari kegiatan tugas sehari-hari (Kasbolah, 1998/1999 : 12).
Susilo (2007 : 16) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat
mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktek dan
proses dalam pembelajaran. Beberapa alasan PTK penting untuk guru: (1) agar
guru menjadi peka terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya; (2) dapat
meningkatkan kinerja guru; (3) guru mampu memperbaiki proses pembelajaran
melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi dalam kelasnya; (4)
guru tidak perlu meninggalkan kelasnya dalam melaksanakan PTK; (5) guru
dituntut untuk kreatif dan inovatif terhadap bahan ajar yang dipakainya.
19
Ciri-ciri PTK adalah: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh
guru; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus
sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran; (5) dilaksanakan dalam rangkaian beberapa siklus (basuki W,
2003 : 11).
Penelititian Tindakan Kelas pada hakekatnya bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan profesionalisme guru dalam upaya memperbaiki praktek
pendidikan dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan
tersebut. Hal ini dilakukan karena tuntutan masyarakat terhadap masalah
pendidikan dewasa ini begitu tinggi sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus.
Model siklus yang digunakan berbentuk spiral seperti yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Taggart dalam Kasbolah (1998/1999:14), yaitu “Momen-momen
dalam bentuk spiral yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi”. Kemudian pada siklus kedua dan seterusnya, jenis kegiatan yang
dilakukan peneliti pada dasarnya sama. Untuk lebih jelasnya rangkaian ini dapat
di lihat pada gambar berikut:
20
Gambar 3.1
Alur Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas menurut Stephen Kemmis dan
Mc. Taggart (Kasbolah, 1998:114)
Keterangan :
0 = Perenungan 5 = Tindakan dan Observasi II1 = Perencanaan 6 = Refleksi II2 = Tindakan dan Observasi I 7 = Rencana Terevisi II3 = Refleksi I 8 = Tindakan dan Observasi III4 = Rencana Terevisi 9 = Refleksi III
21
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terbagi beberapa
tahap, yaitu:
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan pada identifikasi masalah pra PTK maka disusunlah rencana
tindakan yang mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan
pelaksanaan PTK mulai dari materi, rencana pembelajaran, strategi pembelajaran,
instrumen observasi yanng dipersiapkan secara matang untuk mengantisipasi
segala kendala yang mungkin timbul dalam penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini merupakan implementasi dari semua rencana yang telah
dibuat dan dilaksanakan di dalam kelas, dan merupakan realisasi dari semua teori-
teori pendidikan dan pengajaran yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Langkah-
langkah yang dilakukan peneliti mengacu kepada kurikulum yang berlaku.
3. Observasi
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data
yang dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana
yang sudah dibuat dan dampaknya terhadap proses pembelajaran yang
dikumpulkan denganalat bantu penelitian yang dikembangkan oleh peneliti.
4. Refleksi Tindakan
Data yang diperoleh pada saat pengamatan tindakan diolah, dianalisis
pada tahap ini, yang kemudian ditafsirkan agar refleksi dan evaluasi yang
dilakukan lebih tajam. Proses refleksi memegang peranan yang amat penting
dalam menentukan keberhasilan suatu penelitian, dengan suatu refleksi yang
22
tajam akan dapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat dan akan
memberikan umpan balik yang akurat pula.
Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reasearch), yang
dilaksanakan di SD Negeri 1 Cadassari Desa Tegalwaru Kecamatan Tegalwaru
Kabupaten Purwakarta ini bersifat perbaikan pembelajaran dengan maksud yaitu
perbaikan dalam pembelajaran Matematika Sekolah Dasar di Kelas IV dengan
pokok bahasan simetri lipat dan pencerminan. Karena bersifat perbaikan,
pelaksanaan pembelajarannya tidak hannya cukup satu kali saja, melainkan
diperlukan berulang-ulang dari siklus ang satu ke siklus berikutnya, sehingga hasil
pembelajaran tersebut dapat optimal.
I. Instrumen dan Pengolahan Data
1. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data antara
lain sebagai berikut :
a. Observasi
Purwanto (2006:149) mengatakan bahwa observasi adalah metode atau
cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara
langsung. Cara atau metode tersebut pada umumnya ditandai oleh pengamatan
tentang apa yang benar-benar dilakukan oleh individu, dan membuat pencatatan-
pencatatan secara objektif mengenai apa yang diamati.
23
Observasi digunakan untuk mengungkap sikap atau perilaku siswa dalam
pembelajaran, sikap guru, serta interaksi antar siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui observasi di dapat
gambaran baik secara umum maupun khusus berkenaan dengan aspek-aspek
pembelajaran yanng dikembangkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan
oleh dua pihak yakni pewawancara dan yang diwawancarai.
c. Tes (Evaluasi Akhir Pelajaran)
Instrumen ini digunakan untuk menjaring validitas dan reabilitas data
mengenai peningkatan hasil belajar siswa meliputi hasil post tes, tes formatif,
pengamatan, observasi proses pembelajaran sebagai evaluasi non tes terhadap
sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan yang berkembang pada diri siswa,
khususnya mengenai penguasaan terhadap pokok bahasan yang diajarkan.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah tulisan tentang kejadian-kejadian selama proses
pembelajaran berlangsung, berguna untuk pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif, mencatat kemajuan, mencatat persoalan-persoalan yang dihadapi dan
solusinya, mencatat hasil refleksi dan hsil-hasil diskusi.
2. Pengolahan Data
Untuk mendapatkan data yang mendukung dan sesuai dengan
karakteristik fokus permasalahan dan tujuan penelitian, data yang digunakan
adalah sebagai berikut:
24
a. Triangulasi data, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan (validasi) data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu, melalui data dari guru, kepala
sekolah, siswa dan arahan dari pembimbing dengan data yang diperoleh
melalui hasil observasi.
b. Audit trail, yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur
penelitian yang telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada teman
sejawat dan dosen. Hal ini dilakukan guna memperoleh kritik, tanggapan dan
masukan sehingga bisa mempertajam analisis dan memperoleh validitas yang
tinggi.
c. Member check, yaitu mengecek kebenaran hasil temuan dari hasil tiap siklus,
refleksi sampai akhir keseluruhan tindakan. Sehingga mendapatkan data
yanng lengkap dan memiliki validitas dan reabilitas yang tinggi.
J. Lokasi dan Subjek penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 1 Cadassari Desa
Cadassari Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta dengan subyek penelitian
adalah siswa kelas IV sebanyak 38 orang, yang terdiri dari 21 orang siswa laki-
laki dan 17 orang siswa perempuan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Dirjen Dikti.
Marlita, S.I. (2006). Keefektifan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus Siswa Kelas VIII SMP Negeri 36 Semarang. Skripsi sarjana S1 Universitas Semarang: Tidak diterbitkan.
Muslich, Masnur. (2009). Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Putranti, Nurita. (2009). Tutor Sebaya. http://www.psb-psma.org/content/blog/tutor-sebaya.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Surya, Yohanes. (2006). Matematika itu Asyik 4B. Jakarta : PT Armandetta selaras.
Suwangsih, Erna dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung : UPI PRESS.
_________. (2010). Model Pembelajaran Tutor Sebaya. http://matematikacerdas.wordpress.com/2010/01/26/model-pembelajaran-tutor-sebaya/. (26 januari 2010)
Tatiningsih. (2010). Tugas Penelitian dan Inovasi Kurikulum. http:// s1pgsdbatang.blogspot.com/2010/03/tatiningsih.nim-282009048-tugas.html.
26
top related