proposal 6b
Post on 05-Jul-2015
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDIO PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR VIB
PENATAAN KAWASAN SEKITAR
KEBUN RAYA BOGOR
DISUSUN OLEH :
IKA YUNI APRIANTI (4105210009)
GERALD CRISHTIANTO (4107210006)
RAMADHANI ISNA PUTRI (4108210017)
SYA’DAH DINNURIYAH (4108210020)
ARNI HARUMI (4108210021)
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS PANCASILA
2010
I. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pariwisata menjadi salah satu faktor utama pendukung perekonomian suatu kota.
Oleh karena itu pariwisata harus ditunjang oleh berbagai faktor lain yang mempengaruhi
keber
Kebun Raya Bogor (KRB) adalah salah satu ikon utama dari Kota Bogor. Selain
sebagai objek penelitian tanaman, KRB juga merupakan objek pariwisata unggulan dari
Kota Bogor.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berikut adalah pemetaan identifikasi masalah secara makro pada Kawasan sekitar
Kebun Raya Bogor :
Selain mengidentifikasi masalah yang terdapat pada kawasan Kebun Raya Bogor,
sudah seharusnya juga dilakukan indentifikasi potensi kawasan yang dapat mendukung
sektor pariwisata maupun ekonomi dari kawasan tersebut berhubungan dengan penataan
yang akan dilakukan. Potensi yang diidentifikasi berdasarkan atas enam poin berikut :
Terdapat pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar/pedestrian sebagai area berjualan (JL. Otista)
Street furniture tidak lengkap,
seperti tidak ada tempat sampah,
sign age, dll
Sistem drainase tidak berfungsi dengan baik,
sehingga banyak terdapat
genangan air. (JL. Otista)
Tidak tersedianya pagar pembatas antara jalur pedestrian dengan riol kota (JL. R.Pajajaran)
Tidak tersedianya area peristirahatan untuk para pejalan kaki di sepanjang pedestrian lingkar Kebun Raya Bogor
Tidak adanya halte sebagai tempat pemberhentian angkutan umum, membuat
sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan menjadi tidak teratur (JL.Otista)
Jumlah zebracross yang kurang
mencukupi, dan terdapat underpass
yang tidak berfungsi (JL. R.
Pajajaran)
Potensi sektor unggulan produksi dan jasa,
Persediaan prasarana & sarana dalam menunjang produksi dan jasa,
Pendukung pelayanan jasa publik,
Kualitas sarana & prasarana,
Pendukung sarana sistem transportasi, dan
Tingkat aksesibilitas eksternal kawasan.
Namun melihat pada kawasan Kebun Raya Bogor yang lebih cenderung pada
daerah/kawasan pariwisata, maka hanya empat poin identifikasi potensi yang berhasil
didapatkan, yakni pendukung pelayanan jasa publik, kualitas sarana dan prasarana,
pendukung sarana sistem transportasa, dan tingkat aksesibilitas eksternal kawasan.
Keempat potensi kawasan digambarkan pada peta berikut :
a. Pendukung pelayanan jasa publik
b. Kualitas sarana dan prasarana
c. Pendukung sarana sistem transportasi
Jalan tol Jakarta - Bogor
d. Tingkat aksesibilitas eksternal kawasan
3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari tugas perencanaan dan perancangan kawasan yang
berjudul Penataan Kawasan Sekita Kebun Raya Bogor adalah menata Kawasan sekitar
Kebun Raya Bogor yang mencakup koridor jalan, pemukiman penduduk, maupun
bangunan komersil yang berasa di lingkar Kebun Raya Bogor. Sehingga dapat
meningkatkan kembali kualitas kawasan secara visual dan estetika kawasan pun dapat
terpenuhi. Dengan meningkatnya kualitas kawasan diharapkan perekonomian peduduk
sekitar pun dapat meningkat sehingga tercipta penduduk yang mandiri dan kreatif demi
menjunjang pariwisata Kota Bogor.
4. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pembahasan pada penataan kawasan kali ini terbagi atas dua jenis,
yakni :
Ruang Lingkup Lokasi
Ruang lingkup lokasi penataan Kawasan sekitar Kebun Raya Bogor
merupakan bagian administratif Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Bagian Kota
Bogor yang termasuk dalam penataan kawasan kali ini berada pada Kecamatan
Bogor Tengah yang meliputi bagian kecil dari 5 kelurahan yakni Kel. Pabaton, Kel.
Sempur, Kel. Tegalega, Kel. Babakan Pasar, dan Kel. Panaragan.
Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi penataan Kawasan sekitar Kebun Raya Bogor
mengacu pada komponen-komponen perancangan kawasan berdasarkan Peraturan
Menteri PU Nomor 06/PRT/M/2007 tanggal 16 maret 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Komponen-komponen
perancangan kawasan meliputi kriteria :
Struktur Peruntukan Lahan
Intensitas Pemanfaatan Lahan
Tata Bangunan
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau
Tata Kualitas Lingkungan
Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan
Pelestarian Bangunan dan Lingkungan
5. METODE PEMBAHASAN
Metode pembahasan yang di gunakan oleh kelompok kami adalah pendekatan
dengan survey langsung ke lapangan dan mengumpulkan data eksisting dari setiap titik
yang kita kunjungi.
Melakukan pengamatan langsung ke kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya
PENGAMATAN/SURVEY LAPANGAN
PENGUMPULAN DATA
DATA PRIMER
DATA SEKUNDER
Melakukan pengamatan dan wawancara dengan warga
sekitar
Mencari literatur dari internet, perda terkait, dan dan buku-
buku panduan lainnya
IDENTIFIKASI MASALAH
Mengidentifikasi masalah-masalah yang terlihat saat pengamatan langsung di kawasan sekitar Kebun Raya Bogor
ANALISIS PERMASALAHAN
Melakukan analisis sesuai dengan identifikasi masalah yang ada dan juga berdasarkan komponen-komponen perancangan terkait
SOLUSI DAN KONSEP PERANCANGAN
6. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Pendahuluan
Uraian tentang latar belakang pelaksanaan pekerjaan, maksud dan sasaran
pekerjaan, manfaat pekerjaan, keluaran yang diinginkan dan ruang lingkup pelaksanaan
pekerjaan.
Data Kawasan Secara Fisik dan Non - Fisik
Bab ini berisi mengenai data kawasan Kebun Raya Bogor dan sekitarnya. Data
kawasan tersebut meliputi batas wilayah dan luas kawasan, kependudukan, karakter/ciri
khas kawasan, potensi kawasan, dan masalah kawasan.
Studi Literatur, Studi Kasus, dan Studi Kebijakan
Dalam bab ini akan diuraikan tentang literatur dan kebijakan peraturan pemerintah
yang digunakan sebagai acuan penataan kawasan. Selain itu juga diuraikan mengenai studi
kasus yang terkait dengan kawasan Kebun Raya Bogor.
Gagasan Dasar
Dalam bab ini dijelaskan mengenai pendekatan pekerjaan kegiatan utama yaitu
delineasi kawasan, filosofi kawasan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, sistem
sirkulasi dan jalur penghubung, sistem parkir, sistem ruang terbuka dan tata hijau, tata
kualitas lingkungan, street furniture, dan sistem utilitas kawasan.
Konsep Perencanaan dan Perancangan Kawasan
Dalam bab ini dipaparkan mengenai konsep-konsep perencanaan dan perancangan
mengenai masalah-masalah yang dipaparkan dalam gagasan dasar yaitu delineasi kawasan,
filosofi kawasan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, sistem sirkulasi dan jalur
penghubung, sistem parkir, sistem ruang terbuka dan tata hijau, tata kualitas lingkungan,
street furniture, dan sistem utilitas kawasan.
II. DATA KAWASAN
1. BATAS WILAYAH
Area penataan kawasan kami adalah lingkar luar Kebu Raya Bogor. Batas dari area
kawasan yang kami tata adalah :
Utara : Jl. Jalak Harupat (Rs. Umum Salak Bogor)
Selatan : Jl. Otto Iskandardinata – Paledang (Bogor Plaza, Pasar Bogor)
Barat : Jl. Insinyur Haji Juanda – Paledang (Museum Ethnobotani)
Timur : Jl. Raya Pajajaran (Rs. Palang Merah Indonesia)
2. KEPENDUDUKAN
Hasil sensus penduduk pada tahun 2010, menyatakan bahwa jumlah penduduk
Kota Bogor mencapai 949.066 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 2,39 persen. Di
antaranya 484.648 laki-laki dan 464.418 perempuan.
Dari data itu juga disimpulkan, penduduk Kecamatan Tanah Sareal mengalami laju
pertumbuhan tertinggi dibanding kecamatan lainnya, yakni mencapai 3,43 persen
Sedangkan Kecamtan Bogor Barat menunjukkan penyebaran penduduk terbesar yaitu
berjumlah 210.450 jiwa atau 22,17 persen dari total penduduk di Kota Bogor.
Dengan luas wilayah kota Bogor sekitar 111,73 Km persegi yang didiami 949.066
orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk 8.494 orang per km persegi.
Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya, Kecamatan Bogor
Tengah sebanyak 12.791 orang per Km persegi.
Tren jumlah penduduk Kota Bogor terus bertambah dari waktu ke waktu. Tahun
1961, saat sensus pertama kali diselenggarakan, jumlah penduduk Kota Bogor mencapai
154,1 ribu jiwa. Angka tersebut terus naik, dan sempat terjadi lonjakan penduduk pada
tahun 1990-2000 ketika wilayah Kota Bogor bertambah 46 kelurahan dari Kabupaten
Bogor berdasarkan PP No. 2/1995.
Sedangkan sebaran sex ratio penduduk Kota Bogor menurut jenis kelamin sebesar
104. Artinya, jumlah penduduk laki-laki empat persen lebih banyak dibanding jumlah
penduduk perempuan.
(sumber : www.poskota.co.id/berita.../penduduk-kota-bogor)
3. KARAKTER/CIRI KHAS KAWASAN
a. Profil Kota Bogor
Secara geografis, Kota Bogor terletak di antara 106’48’ BT dan6’26’ LS.
Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta
lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara merupakan potensi yang strategis
bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional
untuk industry, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata.
Luas wilayah Kota Bogor adalah sebesar 11.850 Ha yang terdiridari 6
kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor terletak pada ketinggian 190 sampai 330
meter dari permukaan laut. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap
bulannya adalah 26o C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Suhu rata-rata
terendah di Bogor adalah 21,8o C, paling sering terjadi pada bulan Desember dan
Januari. Arah mata angin dipengaruhi oleh angin muson. Bulan Mei sampai Maret
dipengaruhi angin muson barat.
Kemiringan Kota Bogor berkisar antara 0-15% dan sebagian kecil
daerahnya mempunyai kemiringan antara 15-30%. Jenis tanah hamper di seluruh
wilayah adalah latosol cokelat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari
90 cm dan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Bogor
terletak pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede sehingga sangat kaya akan hujan
orografi. Angin laut dari laut Jawa yang membawa banyak uap air masuk ke
pedalaman dan naik secara mendadak di wilayah Bogor sehingga uap air langsung
terkondensasi dan menjadi hujan. Hamper setiap hari turun hujan di kota ini dalam
setahun (70%) sehingga dijuliki sebagai “Kota Hujan”. Keunikan iklim lokal ni
dimanfaatkan oleh para perencana kolonial Belanda dengan menjadikan Bogor
sebagai pusat peneliian botani dan pertanian, yang diteruskan hingga sekarang.
Kedudukan geografi Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor sertaa lokasinya yang dekat dengan ibukota Negara, Jakarta, membuatnya
strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Kebun Raya dan
Istana Bogor merupakan tujuan wisata yang menarik. Kedudukan Bogor diantara
jalur tujuan Puncak/Cianjur juga merupakan potensi strategis bagi pertumbuhan
ekonomi.
b. Sejarah Kota Bogor
Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini
terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, dan wilayahnya berada di tengah-tengah
wilayah Kabupaten Bogor. Luasnya 21,56 km2 dan jumlah penduduknya 834.000
jiwa (2003). Bogor dikenal dengan julukan kota hujan, karena memiliki curah hujan
yang sangat tinggi. Kota bogor terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg
(pengucapan boit’n-zorkh”, boeit’-) yang berarti “tanpa kecemasan” atau “aman
tenteram”. Hari jadi Kabupatan Bogor dan Kota Bogor diperingati setiap tanggal 3
Juni, karena tanggal 3 juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai
raja dari Kerajaan Padjajaran.
Bogor (berarti “enau”) telah lama dikenal dijadikan pusat pendidikan dan
pertanian nasional. Di sinilah berbagai lembaga dan balai-balai penelitian pertanian
dan biologi berdiri sejak abad ke-19. Salah satunya yaitu, Institut Pertanian Bogor,
yang berdiri sejak awal abad ke-20.
Pada tahun 1745, Bogor ditetapkan sebagai Kota Boeitenzorg yang artinya
kota tanpa kesibukan dengan Sembilan buah kampong yang digabungkan menjadi
satu pemerintahan di bawah Kepala Kampung Baru yang diberi gelar Demang,
daerah tersebut disebut Regentsrap Boeitenzorg. Sewaktu masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Baron van Imhoff (1740) dibangunlah tempat peristirahatan pada
lokasi Istana Bogor sekarang yang diberi nama Boeitenzorg.
Pada tahun 1752 tersebut, di Kota Bogor belum ada orang asing, kecuali
Belanda. Kebun Raya sendiri baru didirikan tahun 1817. Letak Kampung Bogor
yang awal itu di dalam Kebun Raya ada pada lokasi tanaman kaktus. Pasar yang
didirikan pada lokasi kampung tersebut oleh penduduk disebut Pasar Bogor (sampai
sekarang). Pada tahun 1808, Bogor diresmikan sebagai pusat kedudukan dan
kediaman Resmi Gubernur Jenderal. Tahun 1904 dengan keputusan Gubernur
Jenderal Van Nederland Indie Nomor 4 Tahun 1904 Hoofplaats Boeitenzorg
mencantumkan luas wilayah 1.205 yang terdiri dari 2 kecamatan dan 7 desa,
diproyeksikan untuk 30.000 jiwa.
Pada tahun 1905 Boeitenzorg diubah menjadi GEMMENTE berdasarkan
Staatblad 1926 yang kemudian disempurnakan dengan Staatblad 1926 Nomor 328.
Tahun 1924 dengan keputusan Gubernur Jenderal Van Nederland Indie Nomor 289
tahun 1924 ditambah dengan desa Bantarjati dan desa Tegal Lega seluas 951 Ha,
sehingga mencapai luas 2.156 Ha, diproyeksikan untuk 50.000 jiwa.
Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1941, Boeitenzorg secara resmi
lepas dari Batavia dan mendapatkan otonominya sendiri. Keputusan dari gubernur
Jenderal Belanda di Hindia Belanda Nomor 11 tahun 1866, No. 208 tahun 1905 dan
Nomor 289 Tahun 1924 yang menyebutkan bahwa wilayah Bogor pada waktu itu
seluas 22 km2 yang trdiri dari 2 sub distrik dan 7 desa.
Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 1950 Kota Bogor ditetapkan menjadi
Kota besar dan Kota Praja yang terbagi dalam 2 wilayah Kecamatan dan 16
lingkungan. Tahun 1981 jumlah kelurahan menjadi 22 Keluraha, 5 Kecamatan dan 1
Perwakilan Kecamatan. Berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1922 Perwakilan
Kecamatan, kini terdapat 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Ditengah-tengah kota terdapat Kebun Raya Bogor yang dibangun sejak
tahun 1817 oleh seorang ahli botani yaitu Prof. Dr. RC. Reinwardth dengan luas 87
Ha dan terdapat 20.000 jenis tanaman yang tergolong dalam 6000 spesies dan
merupakan Kebun Raya terbesar di Asia Tenggara. Kota Bogor adalah suatu pusaka
dari Kerajaan Padjajaran, hal ini dilukiskan dengan bentuk Kujang.
4. POTENSI KAWASAN
Kota Bogor merupakan pintu gerbang Propinsi Jawa Barat, berjarak 60 Km dari
jakarta sebagai ibu kota negara republik Indonesia, dan 120 Km dari Bandung sebagai ibu
kota Propinsi Jawa Barat. Kota Bogor sering dijuluki sebagai kota hujan karena curah
hujan di sini sangat tinggi sekitar 3000 s/d 4000 mm per tahun.
Disamping kota jasa yang nyaman dengan masyarakat madani dan pemerintah
amanah, kota Bogor dalam mengembangkan perekonomian masyarakat dengan menitik
beratkan pada jasa yang mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada terbukti
dengan beragam objek wisata dan potensi lainya yang dimiliki kota bogor, diantaranya
objek wisata ilmiah yang bertaraf internasional, wisata alam, olah raga, budaya,
cinderamata dan aneka makanan khas dan pusat-pusat perbelanjaan serta kegiatan
pariwisata dan budaya dapat disaksikan di kota Bogor.
(sumber : www.indotravelers.com/bogor)
Kedudukan topografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta
lokasinya yang dekat dengan Ibu Kota Negara, merupakan potensi yang strategis untuk
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Adanya Kebun Raya yang didalamnya terdapat
Istana Bogor di Pusat Kota, merupakan tujuan wisata, serta kedudukan Kota Bogor
diantara jalur tujuan wisata Puncak-Cianjur juga merupakan potensi yang strategis bagi
pertumbuhan ekonomi.
(sumber : www.kotabogor.go.id/index.php)
5. MASALAH KAWASAN
Kebun Raya Bogor yang menjadi ikon pariwisata Kota Bogor memiliki beberapa
masalah arsitektur yang pada akhirnya membuat Kawasan sekitar Kebun Raya Bogor
mengalami penurunan kualitas baik secara visual maupun perekonomian penduduk
setempat. Penurunan kualitas ini dipicu oleh banyaknya pedagang kaki lima yang
berjualan di sepanjang trotoar/pedestrian lingkar Kebun Raya Bogor, banyaknya angkutan
umum yang berhenti tidak pada tempatnya sehingga mengganggu sirkulasi pejalan kaki
maupun sirkulasi kendaraan, penataan bangunan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan
peraturan pemerintah, minimnya fasilitas pendukung dan street furniture, dan banyaknya
bangunan bersejarah yang tidak terawat dan beralih fungsi menjadi bangunan komersial.
Selain itu jalur pedestrian pada kawasan ini pun masih belum bisa memberikan
kenyamanan bagi para penggunanya karena kurangnya perawatan pada jalur pedestrian
seperti rusaknya jalan, drainase yang buruk, tidak adanya vegetasi sebagai peneduh, serta
banyaknya sampah yang masih berserakan karena kurangnya prasarana persampahan.
Berbagai masalah inilah yang mengakibatkan penurunan kualitas visual dan
perekonomian pada kawasan sekitar Kebun Raya Bogor. Penurunan kualitas ini pun dipicu
oleh penataan masa bangunan untuk pemukiman yang tidak teratur. Untuk itu perlu
dilakukan penataan kawasan lingkar Kebun Raya Bogor dan daerah pemukimannya agar
dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan perekonomian pada kawasan tersebut.
III. STUDI LITERATUR, STUDI KASUS & STUDI KEBIJAKAN
1. STUDI LITERATUR
2. STUDI KASUS
Berikut ini adalah salah satu contih dari studi kasus untuk penataan wilayah sekitar
Kebun Raya Bogor yang telah dilakaukan beberapa waktu yang lalu.
3. STUDI KEBIJAKAN
IV. RANCANGAN PENATAAN ARSITEKTUR LINGKUNGAN
KAWASAN
1. DELINEASI KAWASAN
Kawasan Kebun Raya Bogor memiliki pembagian lima zona dengan ciri dan
karakteristik kawasan masing-masing. Kelima zona ini dibagi berdasarkan atas ciri . . .
Kawasan Kolonial
Kawasan Pendidikan
Gambaran umum atas kelima zona pada kawasan Kebun raya Bogor adalah sebagai
berikut :
Namun pada proses perencanaan dan perancangan, kelompok kami memfokuskan
area penataan pada empat zona saja, yakni kawasan komersil, kawasan perdagangan,
kawasan pendidikan dan kawasan kolonial. Dari keempat zona tersebut, kawasan komersil
dibagi menjadi 2 titik/area penataan mengingat area tersebut yang lumayan luas cakupan
serta permasalahan. Sehingga area/titik penataan yang kami lakukan menjadi lima titik
penataan yang dapat dijadikan sebagai daerah percontohan penataan.
Berikut ini adalah peta titik-titik fokus penataan kami untuk penataan kawasan
sekitaran Kebun Raya Bogor.
Kawasan Komersil
Kawasan Perdagangan
Kawasan Kampung Arab
2. STRATEGI/FILOSOFI PENGEMBANGAN KAWASAN
Strategi/filosofi yang kami gunakan untuk penataan Kawasan sekitar Kebun Raya
Bogor adalah mengembalikan citra kebun raya sebagai salah satu daerah peninggalan
kolonial Belanda. Selain itu kami juga ingin mengembangkan wilayah sekitaran kebun
raya tersebut menjadi sebuah kawasan yang mandiri agar penduduk di sekitaran kebun
raya mampu meningkatkan perekonomian, karena apabila ditinjau kembali wilayah
sekitaran kebun raya merupakan wilayah industri pariwisata yang memiliki potensial yang
cukup baik.
Perwujudan dari suasana atau citra kawasan yang bersifat kolonial akan
diwujudkan dalam bentuk desain yang menggunakan elemen-elemen ataupun corak-corak
yang sangat bercirikan kolonial. Mungkin perwujudannya seperti motif pada jalur
pedestrian, desain halte, serta street furniture yang akan melengkapi suasana Kebun Raya
menjadi semakin “kolonial” suasananya.
3. INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
Intensitas pemanfaatan lahan yang ada sekarang, penduduk di kawasan sekitar
Kebun Raya Bogor banyak yang menempati wilayah-wilayah di sekitar kebun raya secara
merata sehingga membuat kawasan yang pada awalnya direncanakan bukan sebagai area
permukiman berkembang menjadi area permukiman. Hal tersebut mejadi salah satu factor
yang menyebabkan bahwa Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang
memiliki tingkat kepadatan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kecamatan-
kecamatan lainnya.
4. TATA BANGUNAN
Skyline??..
5. SISTEM SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG
Keadaan sistem sirkulasi dan jalur penghubung yang sudah ada sekarang ini
sebenarnya sudah memadai namun kondisinya tidak terawat, terdapat bagian yang rusak,
serta kurang mendukung untuk terciptanya aktifitas bagi masyarakat sekitarnya. Selain itu
juga area atau jalur pedestrian yang sudah ada kondisinya banyak yang rusak, licin jika
terkena air hujan serta belum menyediakan area untuk penyandang cacat.
Pada area jalan, keberadaan area penyeberangan seperti zebra cross sangat langka
untuk dijumpai, sehingga banyak masyarakat atau pejalan kaki yang menyeberang di
sembarang tempat karena tidak adanya fasilitas penyeberangan bagi mereka.
6. SISTEM PARKIR
Pada sebagian area di sekitaran Kebun Raya Bogor banyak dijumpai mobil-mobil
yang parkir di pinggir-pinggir jalan sehingga mengganggu arus lalu lintas serta tingkat
visual kawasan.
Untuk memecahkan masalah tersebut, kami merencanakan untuk mambuat sebuah
area parkir untuk sistem parkir komunal karena pada saat survey, kami menemukan
adanya sebuah area atau lahan kosonng yang sekiranya dapat menjadi sebuah area parkir
komunal bagi pengunjung yang sedang beraktifitas atau berwisata di sekitaran Kebun
Raya Bogor.
Namun, selain itu sebagai alternatif yang kedua kami juga merencanakan untuk
membuat area parkir yang tetap berada di pinggiran jalan tetapi dengan sistem adanya
kantung-kantung jalan yang mampu menampung mobil-mobil yang akan parkir, tentunya
dengan desain dan sistem yang lebih teratur. Altenatif ini mungkin akan efektif apabila
alternatif pembuatan area parkir komunal yang kami rencanakan tidak mampu untuk
diwujudkan.
7. SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU
Dengan adanya Kebun Raya Bogor sebagai vocal point dari area penataan, maka
sebenarnya ruang terbuka dan tata hijau kawasan secara makro sudah mencukupi. Namun
ketika memasuki kawasan pemukiman warga, hampir tidak ditemukan ruang terbuka
sebagai area interaksi masyarakat dan kurangnya ruang terbuka hijau sebagai daerah
resapan dan taman ruang terbuka.
Dengan adaya hal ini, maka yang seharusnya dilakukan adalah dengan membuat
area hijau sebagai area resapan air hujan serta penyejuk lingkungan di area permukiman
warga.
8. TATA KUALITAS LINGKUNGAN
Untuk segi penataan kualitas lingkungan di wilayah sekitar Kebun Raya Bogor,
akan ditonjolkan atau diperkuat kembali identitas-identitas ataupun karakter serta
landmark kota yang sudah ada. Selanjutnya untuk yang masih kurang ataupun diperlukan
bagi peningkatan tata kualitas lingkungannya, kami memfokuskan penataannya hanya
pada wilayah atau 5 titik yang sudah kami delineasi sebelumnya, yaitu zona perdagangan,
zona komersil (mix use 1 dan mix use 2), zona kolonial, zona pendidikan dengan
pemberian sebuah karakter/citra bagi tiap-tiap zona tersebut, tentunya tetap dengan garis
besar tema colonial yang telah direncanakan sebelumnya.
9. STREET FURNITURE
Sistem sirkulasi serta jalur penghubung akan semakin baik apabila dilengkapi juga
dengan sistem prasarana yang memadai seperti adanya street furniture. Street furniture
yang dimaksud antara lain adalah keberadaannya papan iklan atau reklame, lampu jalan,
halte, bangku taman, rambu-rambu jalan, bis surat, tempat sampah, dan lain-lain. Tentunya
penataan street furniture tersebut akan ditempatkan pada titik-titik tertentu dengan jarak
atau perhitungan yang sesuai dengan standart kebtuhannya dan tentunya juga tetap
menyesuaikan dengan tema, yaitu menonjolkan corak atau motif kolonialnya.
10. SISTEM UTILITAS KAWASAN
Untuk sistem utilitas atau prasarannya,
V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN
1. KONSEP DELINEASI KAWASAN
2. KONSEP STRATEGI/FILOSOFI PENGEMBANGAN KAWASAN
3. KONSEP INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
4. KONSEP TATA BANGUNAN
5. KONSEP SISTEM SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG
6. KONSEP SISTEM PARKIR
7. KONSEP SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU
8. KONSEP TATA KUALITAS LINGKUNGAN
9. KONSEP STREET FURNITURE
10. KONSEP SISTEM UTILITAS KAWASAN
top related