profil keterampilan dasar laboratorium biologi …
Post on 15-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROFIL KETERAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOLOGI
PESERTA DIDIK DI SMAN KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ayu Nurma Wijayaningrum
11150161000060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Profil Keterampilan Dasar Laboratorium Biologi Peserta
Didik di SMAN Kota Tangerang Selatan disusun oleh Ayu Nurma
Wijayaningrum, Nomor Induk Mahasiswa 11150161000060, Jurusan Pendidikan
Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang
ditetapkan fakultas.
Jakarta, 23 Agustus 2020
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Nengsih Juanengsih, M.Pd Meiry Fadilah Noor, M.Si
NIP.197905102006042001 NIP.198005162007102001
ii
iii
iv
ABSTRAK
Ayu Nurma Wijayaningrum, 11150161000060, Profil Keterampilan Dasar
Laboratorium Biologi Peserta Didik di SMAN Kota Tangerang Selatan,
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil keterampilan dasar laboratorium
IPA peserta didik di SMAN Kota Tangerang Selatan. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebanyak 105 peserta didik yang mewakili 3 SMAN di Kota Tangerang
Selatan. Keterampilan dasar laboratorium yang diukur adalah keterampilan
menggunakan alat-alat laboratorium yaitu menggunakan mikroskop, gelas ukur,
pipet tetes, memanaskan larutan, menggunakan termometer, serta menggunakan
neraca. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, angket, dan
wawancara. Hasil menunjukkan keterampilan baik pada penggunaan mikroskop,
menggunakan pipet tetes, memanaskan larutan, dan menggunakan thermometer
(78%, 76%, 68%, dan 68%). Keterampilan cukup pada penggunaan gelas ukur, dan
penggunaan neraca (56%, dan 44%).
Kata Kunci : Keterampilan dasar laboratorium biologi
v
ABSTRACT
Ayu Nurma Wijayaningrum, 11150161000060, Profile of Basic Science
Laboratory Skills of Students in South Tangerang City High School, Biology
Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif
Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This research aims to find out the profile of basic biology laboratory skills of
students in South Tangerang City High School. The research method used is
descriptive qualitative. The sample used in this study were 105 students
representing 3 senior high school in the city of South Tangerang. Basic laboratory
skills measured in the form of skills using laboratory equipment are using a
microscope, measuring cup, drop pipette, heating solution, thermometer, and a
balance sheet. The instruments used were observation sheets, questionnaires, and
interviews. The result showed good skills in using a microscope, using a dropper
pipette, heating solution, and thermometer (78%, 76%, 68%, and 68%). Sufficient
skills in the use of measuring cups, and use of balance sheets (56%, and 44%).
Keywords : Basic biology laboratory skills
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini sebagai syarat menyelesaikan studi S-
1 program studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Nengsih Juanengsih, M.Pd dan Meiry Fadilah Noor, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaganya dalam
memberikan bimbingan dan motivasi selama proses penyusunan hingga
skripsi telah diselesaikan.
4. Bapak Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd, selaku kepala SMAN 1 Kota
Tangerang selatan khususnya Ibu Nurlela, M.Pd, selaku guru mata pelajaran
biologi, yang telah memberikan izin, saran, dan motivasi kepada penulis
agar menyelesaikan penulisan skripsi.
5. Bapak Hamdari, M.Pd, selaku kepala SMAN 5 Kota Tangerang Selatan
khususnya ibu Fenny Kartika Handayani, M.Pd, selaku guru mata pelajaran
biologi, yang telah memberikan izin, saran, dan motivasi kepada penulis
agar menyelesaikan penulisan skripsi.
6. Bapak Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd, selaku kepala SMAN 6 Kota
Tangerang selatan khususnya Ibu Nana, M.Pd, selaku guru mata pelajaran
biologi, yang telah memberikan izin, saran, dan motivasi kepada penulis
agar menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Ibu Puji Astuti, S.Si, selaku Laboran Biologi Pusat Laboratorium Terpadu
dan validator instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam
mengambil data.
8. Ibu Eva Fadilah, M.Pd, selaku Dosen Pendidikan Biologi dan validator
instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam mengambil data.
9. Bapak Muhammad Ridwan, M.Si, selaku Kepala Laboratorium Pendidikan
Biologi dan validator instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam
mengambil data.
10. Orang tua tercinta Bapak Welly Eka dan Ibu Warmi selalu memberikan
do’a, dukungan moral dan materil serta memberikan motivasi agar penulis
dapat menyelesaikan skripsi.
vii
11. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2015 yang sudah berjuang
bersama menempuh perkuliahan dari awal perkuliahan.
12. Galuh shelladevi selaku teman satu payungan pokok bahasan keterampilan
dasar laboratorium yang selalu menjadi teman diskusi dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
13. Responden pada penelitian ini yaitu peserta didik kelas XII SMAN 1,
SMAN 5, dan SMAN 6 Kota Tangerang Selatan.
14. Dyah, Ica, Regita, Haris, Afrizal, Khairunnisa, Novitasari, Alfi, Wila, Nana,
Anistia, Bella, Bibah, Galuh yang membantu peneliti dalam pengambilan
sampel.
15. Sigit Mulyanto, Khotimatul Husna, Siti Haidatu yang selalu memberikan
dukungan kepada saya.
16. Pihak-pihak yang membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT membalasnya dengan segala kebaikan kepaa semua
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. penulis
menyadari bahwa skripsi ini tentu tidak lepas dari berbagai kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran
yang bersifat membangun terkait penelitian dan penulisan agar menjadi
pelajaran dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 20 Juli 2020
Ayu Nurma W
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................. i
ABSTRAK ....................................................................................... ii
ABSTRACT ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................ 5
D. Perumusan Masalah .......................................................... 5
E. Tujuan Penelitian.............................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................ 6
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................. 7
A. Deskripsi Teoritis ............................................................. 7
B. Kajian Penelitian Relevan ................................................ 27
C. Kerangka Pikir ................................................................. 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 31
A. Waktu dan Tempat ........................................................... 31
B. Metode Penelitian ............................................................ 31
C. Populasi dan Sampel ........................................................ 32
D. Instrumen Penelitian ........................................................ 33
E. Kalibrasi Instrumen .......................................................... 39
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 40
G. Teknik Analisis Data ........................................................ 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 45
A. Hasil Penelitian ................................................................ 45
ix
B. Pembahasan ..................................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 83
A. Kesimpulan ...................................................................... 83
B. Saran................................................................................ 83
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 84
LAMPIRAN ..................................................................................... 87
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel peralatan gelas dan fungsinya............................................ 21
Tabel 2.2 Tabel peralatan non gelas dan fungsinya ..................................... 24
Tabel 2.3 Tabel peralatan ukur ................................................................... 24
Tabel 3.1 Tabel kisi-kisi instrumen teknik laboratorium ............................. 34
Tabel 3.2 Tabel kisi-kisi instrumen teknik laboratorium ............................. 36
Tabel 3.3 Tabel pedoman wawancara ......................................................... 38
Tabel 3.4 Tabel pedoman wawancara penggunaan alat ............................... 38
Tabel 3.5 Kategori koefisien kesepakatan ................................................... 42
Tabel 3.6 Interval skor ............................................................................... 43
Tabel 4.1 Persentase koefisien kesepakatan terhadap keterampilan dasar
laboratorium ............................................................................... 45
Tabel 4.2 Persentase indeks korelasi Product Moment ................................ 46
Tabel 4.3 Persentase keterampilan dasar laboratorium di 3 SMA ................ 46
Tabel 4.4 Persentase keterampilan dasar laboratorium setiap sekolah ......... 47
Tabel 4.5 Keterampilan menggunakan mikoskop pada SMA X .................. 48
Tabel 4.6 Keterampilan menggunakan mikroskop pada SMA Y ................. 49
Tabel 4.7 Keterampilan menggunakan mikoskop pada SMA Z .................. 51
Tabel 4.8 Keterampilan menggunakan mikroskop ...................................... 52
Tabel 4.9 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMA X ................. 53
Tabel 4.10 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMA Y ................ 53
Tabel 4.11 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMA Z ................. 54
Tabel 4.12 Keterampilan menggunakan gelas ukur...................................... 54
Tabel 4.13 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMA X................. 55
Tabel 4.14 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMA Y................. 56
Tabel 4.15 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMA Z ................. 57
Tabel 4.16 Keterampilan menggunakan pipet tetes ...................................... 58
Tabel 4.17 Keterampilan memanaskan larutan pada SMA X ....................... 59
Tabel 4.18 Keterampilan memanaskan larutan pada SMA Y ....................... 60
Tabel 4.19 Keterampilan memanaskan larutan pada SMA Z ....................... 61
xi
Tabel 4.20 Keterampilan memanaskan larutan ............................................ 62
Tabel 4.21 Keterampilan menggunakan termometer pada SMA X............... 63
Tabel 4.22 Keterampilan menggunakan termometer pada SMA Y............... 63
Tabel 4.23 Keterampilan menggunakan termometer pada SMA Z ............... 64
Tabel 4.24 Keterampilan menggunakan termometer ................................... 64
Tabel 4.25 Keterampilan menggunakan neraca pada SMA X ...................... 65
Tabel 4.26 Keterampilan menggunakan neraca pada SMA Y ...................... 65
Tabel 4.27 Keterampilan menggunakan neraca pada SMA Z ....................... 66
Tabel 4.28 Keterampilan menggunakan neraca ........................................... 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar Mikroskop ................................................................. 25
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir................................................................... 30
Gambar 4.1 Keterampilan dalam menggunakan mikroskop ........................ 72
Gambar 4.2 Kesalahan membaca skala pada gelas ukur.............................. 74
Gambar 4.3 Kesalahan dalam menggunakan pipet tetes .............................. 75
Gambar 4.4 Kesalahan dalam memanaskan larutan .................................... 78
Gambar 4.5 Kesalahan menggunakan termometer ...................................... 82
Gambar 4.6 Kesalahan menggunakan neraca .............................................. 84
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 Analisis Alat-Alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk
Mencapai Kompetensi Dasar Keterampilan ............................ 87
Lampiran 2 Analisis Frekuensi Pemakaian Alat ......................................... 113
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Teknik Laboratorium ................................ 117
Lampiran 4 Lembar Observasi Siswa ......................................................... 119
Lampiran 5 Contoh Lembar Observasi Responden ..................................... 124
Lampiran 6 Data Hasil Observasi ............................................................... 135
Lampiran 7 Nilai Hasil Koefisiensi Kesepakatan Antar Pengamat .............. 141
Lampiran 8 Angket Siswa .......................................................................... 147
Lampiran 9 Contoh Angket Yang Telah Diisi Oleh Responden ................. 151
Lampiran 10 Hasil Data Angket .................................................................. 155
Lampiran 11 Kisi-kisi Wawancara .............................................................. 164
Lampiran 12 Data Hasil Wawancara ........................................................... 166
Lampiran 13 Lembar Validasi Instrumen .................................................... 169
Lampiran 14 Lembar Uji Referensi ............................................................. 175
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 dikembangan dengan landasan filosofis yang
memberikan dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi
manusia Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.1
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016
tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Standar
Kompeten Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi
Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar
proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan.2
Standar Kompetensi Lulusan ini dapat dicapai dengan cara siswa dapat
belajar dari berbagai macam metode pembelajaran. Metode demonstrasi dan
metode eksperimen terutama untuk mata pelajaran yang di dalam kompetensi
dasarnya terdapat materi yang harus dipraktikkan. Penerapan kurikulum 2013
ini berimplikasi pada kebutuhan tersedianya sarana dan parsarana sebagai salah
satu dari standar pendidikan. Sarana prasarana sangat membantu guru dalam
penyampaian materi dan pemahaman kepada siswa. Guru berperan dalam
memanfaatkan sarana yang dimiliki sekolah. Guru berperan pula secara kreatif
1 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 tahun
2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, h.3 2 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, h.2
2
mengadakan sarana belajar yang dapat membantu dalam memberi pemahaman
kepada siswa.
Kompetensi dasar pada mata pelajaran biologi salah satunya adalah
berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur, sesuai data dan fakta, disiplin, tanggung
jawab, dan peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan dan berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai, berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan
proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.3
Tingkat kompetensi Sekolah Menengah (X-XII
SMA/MA/SMALB/PAKET C) pada mata pelajaran biologi memiliki
kompetensi yang berhubungan dengan laboratorium yaitu: 1) menerapkan
proses kerja ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium biologi dalam
pengamatan dan percobaan untuk memahami permasalahan biologi pada
berbagai objek dan bioproses, serta mengaitkan biologi dengan lingkungan,
teknologi, dan masyarakat di abad XXI. 2) mengkomunikasikan hasil
pengamatan dan percobaan secara lisan melalui berbagai media secara tulisasn
dengan bentuk laporan dengan menggunakan kaidah penulisan yang benar. 3)
menyajikan data berbagai objek dan bioporses berdasarkan pengamtan dan
percobaan dengan menerapkan prosedur ilmiah dan memperhatikan aspek
keselamaan kerja.
Ruang lingkup materi biologi yang berhubungan dengan laboratorium
adalah : 1) ciri dan karakteristik virus, archaebacteria dan eubacteria, protista,
jamur, tumbuhan, hewan invertebrata dan peranannya dalam kehidupan. 2) sel,
struktur dan fungsi sel penyusun jaringan pada tumbuhan dan hewan pada
sistem gerak, sirkulasi, pencernaan, pernapasan/ respirasi, ekskresi, koordinasi,
reproduksi, dan sistem pertahanan tubuh. 3) struktur dan fungsi DNA, gen, dan
3 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah,
h.148
3
kromosom dalam pembentukan dan pewarisan sifat serta regulasi proses pada
makhluk hidup. 4) penerapan bioproses pada bioteknologi.4
Biologi merupakan kajian tentang kehidupan, organisme hidup,
meliputi struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebran, dan taksonomi.
Peserta didik juga harus mampu memiliki keterampilan dasar (observasi,
klasifikasi, mengukur, komunikasi, manipulasi, menyimpulkan, prediksi dan
kemampuan kerja sama). Minat, keterlibatan, dan aplikasi juga perlu
pengembangan sehingga melibatkan ranah afektif. Keterampilan laboratorium
ini dianggap sangat penting, hal ini dikarenakan saat praktikum akan
memberikan pengalaman langsung, pengalaman kepada peserta didik, dan juga
dapat mengubah persepsi peserta didik yang salah karena hal lain. Untuk itu, di
SMA saat pembelajaran sangat perlu dilatihkan keterampilan dasar
laboratorium.
Dalam dunia pendidikan, laboratorium merupakan salah satu fasilitas
sangat diperlukan oleh pihak sekolah sebagai tempat pembelajaran melalui
kegiatan praktikum dan eksperimen sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
para siswa. Melalui kegiatan praktikum, siswa berinteraksi dengan berbagai alat
dan bahan untuk mengobservasi gejala-gejala yang dapat diamati secara
langsung dan dapat membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sementara itu,
melalui kegiatan eksperimen maka siswa dilatih untuk kreatif dan inovatif
dalam merancang langkah-langkah percobaan baru atau mengkombinasikan
berbagai prosedur percobaan menjadi prosedur yang baru untuk memecahkan
masalah atau menemukan konsep.5
Pembelajaran biologi secara menyeluruh tidak dapat lepas dari adanya
laboratorium atau praktikum untuk menunjang pembelajaran. Sehingga, peserta
didik dituntut untuk mampu dan menguasai keterampilan dasar laboratorium.
Untuk menunjang pembelajaran dan memenuhi kebutuhan bagi peserta didik,
maka kegiatan di laboratorium akan semakin meningkat. Namun, dengan
4 Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, h.140 5 Dewi Kurniawati, Mengenal Laboratorium sekolah, (Surakarta: Aksara Sinergi Media, 2018), hlm 3
4
meningkatnya kegiatan di laboratorium itu masih menghadapi banyak kendala.
Permasalahan yang terjadi di lapangan untuk menyelenggarakan kegiatan
praktikum yaitu kurangnya alat dan bahan praktikum, kurangnya pengetahuan
dan keterampilan guru dalam mengelola laboratorium, praktikum yang
dilakukan menyita waktu, hasil dari praktikum kurang merangsang proses
berpikir peserta didik. Selain itu, permasalahan bagi adalah peserta didik tidak
dapat melakukan praktikum secara mandiri karena peserta didik belum
menguasai keterampilan dasar laboratorium yang akan dilakukan pada saat
praktikum. Seharusnya, dengan adanya praktikum ini akan menambah
keterampilan dasar laboratorium, menguasai keterampilan dasar laboratorium
yang sudah diberikan, dan menguatkan teori yang sebelumnya sudah dijelaskan
oleh guru di dalam kelas.
Keterampilan dasar laboratorium ini sangat penting untuk dikuasai oleh
peserta didik. Karena, keterampilan ini dapat menunjang pada pendidikan
selanjutnya yang berhubungan dengan laboratorium. Program Studi Pendidikan
Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerima mahasiswa baru setiap
tahunnya. Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan dari tahun 2017
bahwa setiap mahasiswa baru memiliki keterampilan dasar laboratorium yang
beragam. Keterampilan yang dikuasai sesuai dengan keterampilan dasar
laboratorium yang sudah dimiliki dari jenjang pendidikan sebelumnya. Hal ini
dikarenakan setiap sekolah melakukan praktikum yang berbeda-beda. Namun,
terdapat banyak mahasiswa baru yang belum menguasai dengan baik
keterampilan dasar laboratorium yang seharusnya sudah mereka kuasai di
jenjang pendidikan sebelumnya.
Hasil observasi pada bulan November 2018 seluruh SMAN di Kota
Tangerang Selatan menunjukkan bahwa, terdapat beberapa sekolah yang
memiliki laboratorium dan ada yang tidak memiliki laboratorium. Sekolah yang
memiliki laboratorium biasanya melakukan praktikum di laboratorium, namun
ada juga beberapa sekolah yang melaksanakan praktikum di ruang kelas.
Sekolah yang tidak memiliki laboratorium, melakukan praktikum di ruang
kelas. Praktikum yang dilakukan di sekolah ini biasanya hanya 2-3 kali setiap
5
semesternya, untuk pelaksaannya disesuaikan dengan bab yang akan diajarkan
oleh guru. Semakin minimnya peserta didik melakukan praktikum di
laboratorium maka, semakin rendah pula keterampilan dasar laboratoriumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi praktikum berhubungan dengan
keterampilan dasar yang dimiliki peserta didik. Untuk proses pembelajaran di
laboratorium ini peserta didik diberikan LKS untuk pedoman melakukan
praktikum. Alat dan bahan praktikum disediakan oleh pihak sekolah, namun
jika terdapat bahan yang tidak tersedia di sekolah maka peserta didik diwajibkan
untuk membawa.
Pada pelaksaan praktikum, peserta didik dibagi menjadi beberapat tim.
Ketika melakukan praktikum, guru mengamati apa yang dilakukan oleh peserta
didik dan menilai apakah praktikum tersebut berhasil dan sesuai petunjuk
praktikum atau tidak. Melalui kegiatan praktikum, peserta didik diberi
kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin dapat. Selain
itu, dengan adanya praktikum peserta didik dilatih untuk mengembangkan
keterampilan dasar dalam melakukan praktikum. Praktikum ini dapat juga
untuk melakukan observasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat
ukur, menangani dan menggunakan alat dengan baik, merancang, dan
melakukan praktikum.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian mengenai profil keterampilan dasar laboratorium biologi di SMAN
Kota Tangerang Selatan.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini meliputi :
1. Keterampilan dasar laboratorium kurang dilatihkan pada peserta didik.
2. Kurangnya pemanfaatan laboratorium atau praktik yang dilakukan oleh
guru maupun siswa.
3. Kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana laboratorium yang terdapat di
sekolah untuk mendukung pembelajaran.
6
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi :
1. Keterampilan dasar yang diteliti meliputi keterampilan dasar dalam
penggunaan alat di laboratorium biologi.
2. Keterampilan dasar yang diukur berupa (a) keterampilan menggunakan
mikroskop, (b) keterampilan menggunakan gelas ukur, (c) keterampilan
menggunakan pipet tetes, (d) keterampilan memanaskan larutan, (e)
keterampilan menggunakan termometer, (f) keterampilan menggunaan
neraca.
3. Peserta didik yang menjadi sampel yaitu peserta didik kelas XII dari 3
SMAN yang terpilih.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : “Bagaimana profil
keterampilan dasar laboratorium biologi peserta didik di SMAN Kota
Tangerang Selatan?”. Dari rumusan masalah tersebut diuraikan menjadi
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keterampilan menggunakan mikroskop?
2. Bagaimanakah keterampilan menggunakan gelas ukur?
3. Bagaimanakah keterampilan menggunakan pipet tetes?
4. Bagaimanakah keterampilan memanaskan larutan?
5. Bagaimanakah keterampilan menggunakan termometer?
6. Bagaimanakah keterampilan menggunakan neraca?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil keterampilan dasar
laboratorium biologi peserta didik di SMAN Kota Tangerang Selatan.
7
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi peserta didik kelas XII mengetahui keterampilan dasar laboratorium
sehingga dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikan di jenjang
selanjutnya.
2. Bagi pengajar (guru) mengetahui keterampilan dasar yang dimiliki oleh
peserta didik sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi program
pembelajaran.
3. Bagi sekolah yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai evaluasi sistem,
sarana dan prasarana laboratorium biologi.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENELITIAN YANG
RELEVAN
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sungguh-
sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki,
baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh lainnya,
demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti inteligensi, bakat, motivasi, minat,
dan sebagainya.6 Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan
secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup.
Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika dia tidak dididik atau diajar
oleh manusia lainnya. Bayi yang baru dilahirkan telah membawa beberapa
naluri atau insting dan potensi-potensi yang diperlukan untuk kelangsungan
hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi-potensi tersebut tidak akan
berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia lain.
Di samping kepandaian-kepandaian yang bersifat jasmaniah (skill, motor
ability), seperti merangkak, duduk, berjalan, makan, dan sebagainya, manusia
membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat ruhaniah karena manusia
adalah makhluk sosial budaya.7 Belajar adalah suatu proses untuk merubah
tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang
terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun
pada hakikatnya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar dan dapat
diartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
hasil interaksi antara individu dengan lingkungan8.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
6 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), h. 49. 7 M. Thobroni, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2015), h. 15-16 8 Tutik Rahmawati, Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik,
(Yogyakarta : Gava Media, 2015) h.36-37
9
perubahan tingkah laku baru atau lebih baik berdasarkan pengalamannya
dengan lingkungan sekitar. Pengalaman yang didapatkan bukan hanya dari segi
kognitif saja namun berupa pengalaman afektif dan psikomotor.
Dalam kehidupan pembelajaran dewasa ini hasil pembelajaran banyak
dipengaruhi oleh proses pembelajaran peserta didik, perencanaan pembelajara,
dan penataan lingkungan baik belajar maupun sosial dalam kelas, yang
selanjutnya akan berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik. Pelaksaan
pembelajaran kurang memberdayakan lingkungan belajar, lingkungan belajar
peserta didik di sekolah baik di kelas maupun di lingkungan kelas kurang ditata
sedemikian rupa untuk mendukung proses pembelajran di kelas, dan para guru
dalam mengajar menggunakan model atau pendekatan pembelajaran mengikuti
yang sedang dikembangkan namun tidak dibarengi dengan setting kelas yang
dituntut oleh model atau pendekatan yang digunakan tersebut.9
Pusat Sumber Belajar adalah suatu unit dalam suatu lembaga khususnya
satuan pendidikan yang berperan mendorong efektifitas serta optimalisasi
proses pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai fungsi yang meliputi
fungsi layanan (seperti layanan media, pelatihan, konsultasi pembelajaran, dan
lain sebagainya), fungsi pengadaan/pengembangan (produksi) media
pembelajaran, fungsi penelitian dan pengembangan, dan fungsi lain yang
relevan untuk peningkatan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pusat sumber
belajar (PSB) ada yang bersifat khusus yakni melayani kebutuhan masing-
masing unit sekolah seperti perpustakaan, laboratorium sekolah seperti Lab.
MIPA, Lab. Komputer Multimedia, Lab. Bahasa dan alat-alat peraga yang ada
di masing-masing kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan pembelajaran. PSB
yang bersifat umum adalah sarana yang menjadi sumber belajar dan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh siswa-siswi seperti, masjid, perpustakaan umum,
lahan yang luas untuk berkebun, laboratorium alam dan fasilitas internet.10
9 Ibid, h.227 10 Ibid, h.254-255
10
2. Praktikum
Kegiatan di laboratorium sering disebut dengan praktikum. kegiatan
praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar sains bagi siswa. melalui
kegiatan laboratorium siswa diberi kesempatan untuk menemukan pengetahuan
melalui eksplorasi. Dengan praktikum, peserta didik dilatih untuk
mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Eksperimen
merupakan aktivitas yang biasa dilakukan oleh ilmuan. Dengan adanya kegiatan
praktikum di laboratorium akan melatih siswa untuk mengembangkan
kemampuan bereksperimen. Dengan melakukan eksperimen melatih peserta
didik melakukan observasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat
ukur, menangani dan menggunakan alat secara aman, merancang, melakukan
dan menginterpetasikan eksperimen. Praktikum menjadi wahana belajar
pendekatan ilmiah. Cara terbaik untuk melakukan pendekatan ilmiah adalah
menjadikan siswa sebagai ilmuan.11
Praktikum merupakan suatu metode pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah terhadap gejala-gejala sosial, psikis, maupun fisik yang
dipelajari dan diteliti melalui percobaan atau penelitian di bawah kondisi
praktikum. Realisasi rancangan kegiatan praktikum adalah LKS. Isi LKS
tergantung bagaimana bentuk praktikum, misalnya: 1) Praktikum untuk melatih
keterampilan siswa (membuat preparat basah, menggunakan mikroskop,
menggambar objek yang diamati). 2) praktikum untuk membuktikan produk
berupa praktium verifikasi, dan 3) praktikum eksperimen yang membangun
siswa dalam memecahkan masalah dengan ciri adanya perubahan variabel.12
Praktikum biologi di laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan
keterampilan laboratorium, pengalaman laboratorium, dan bukti nyata dari
prinsip, konsep dan hukum dasar dan teori. Konsep yang bersifat absrak akan
lebih mudah dipahami melalui kegiatan–kegiatan yang bersifat konkret atau
11 Amna Emda, Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah.Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry
Banda Aceh, Lantanida Journal, Vol. 2, No. 2, 2014, h.226 12 Sistiana, Windyariani, Pembelajaran Berbasis Google Konteks dan Kreatifitas Strategi Untuk
Membelajarkan Sains di Abad 21, (Yogyakarta: Deepublish, 2019), h.10-14
11
nyata. Berdasarkan hal tersebut maka metode praktikum dianggap cocok
sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk konsep–konsep yang akan
dipelajari. Metode praktikum memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mempraktekkan dan membuktikan secara langsung konsep yang sedang
dipelajari.
Metode eksperimen adalah metode yang mengajar dengan cara
mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang
sedang dipelajari. Metode ini diyakini sebagai metode yang paling tepat dalam
mengajarkan konsep-konsep sains, karena sains berasal dari hal-hal yang
bersifat fakta. Metode eksperimen dalam prakteknya juga memerlukan alat dan
bahan. Metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
metode eksperimen antara lain: a) Peserta didik dirangsang berfikir kritis, tekun,
mau bekerja sama, terbuka dan objektif. b) Peserta didik dirangsang untuk
memiliki keterampilan proses sains, seperti mengamati, menginterpretasi,
mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan,
menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan dan bereksperimen. c)
Peserta didik belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga
pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama.
d) Peserta didik ditempatkan pada situasi belajar penuh dengan tantangan,
sehingga tidak mudah bosan. e) Konsentrasi peserta didik terarahkan pada
kegiatan pembelajaran. f) Peserta didik lebih mudah memahami suatu konsep
yang bersifat abstrak.
Kelemahan metode eksperimen antara lain : a) Memerlukan waktu yang
relatif lama. b) Membutuhkan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit
ditemukan dan mahal harganya. c) Guru dituntut menguasai konsep yang akan
diuji atau dibuktikan dalam kegiatan eksperimen. d) Peserta didik dituntut untuk
terlebih dahulu memiliki landasan berpikir, sehingga mengetahui secara jelas
tujuannya melakukan eksperimen dan kesimpulan yang diambilnya relevan
12
dengan konsep yang sedang diuji. e) Kegiatan ini cenderung memerlukan ruang
khusus (laboratorium) untuk lebih leluasa melakukan eksperimen.13
Praktikum merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat menarik
minat siswa dalam mengembangkan konsep-konsep, karena praktikum dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengamati suatu
fenomena yang terjadi sehingga siswa akan lebih memahami konsep yang
diajarkan.14
Pembelajaran sains, laboratorium berperan sebagai tempat kegiatan
penunjang dari kegiatan kelas. Bahkan mungkin sebaliknya bahwa yang
berperan utama dalam pembelajaran sains adalah laboratorium, sedangkan kelas
sebagai tempat kegiatan penunjang. Selain itu, masih banyak lagi peranan
laboratorium, sebagai perpustakaan IPA, sumber-sumber IPA.
Dalam proses belajar mengajar kegiatan laboratorium atau praktikum
turut berperan dalam mencapai 3 tujuan pembelajaran antara lain keterampilan
kognitif (melatih teori dapat dimengerti, dan agar teori dapat diterapka pada
keadaan problem nyata), keterampilan afektif (belajar bekerjasama, belajar
merencakan kegiatan secara mandiri), dan keterampilan psikomotorik (belajar
memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan, belajar memakai peralatan
dan instrumen tertentu).
Dalam proses belajar mengajar kegiatan laboratorium atau praktikum
turut berperan dalam mencapai 3 tujuan pembelajaran, antara lain : a)
Keterampilan kognitif, untuk melatih agar teori dapat dimengerti, dan agar teori
dapat diterapkan pada keadaan problem nyata. b) keterampilan afektif, untuk
belajar bekerja sama, belajar menghargai bidangnya, dan belajar merencakan
kegiatan secara mandiri. c) keterampilan psikomotorik, untuk belajar
memasang peralatan sehingga betul-betul berjalan, dan belajar memakai
peralatan dan instrumen tertentu.
13 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, 2009, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, h.104-105 14 Afreni Hamidah, Eka Novita Sari, Retni S Budianingsih, 2014, Persepsi Siswa Tentang
Kegiatan Praktikum Biologi di Latoratorium SMA Negeri Se-Kota Jambi, jurnal Sainmatika Vol 8
No 1 2014, ISSN 1979-0910, h.50
13
Penerapan kegiatan laboratorium dalam pembelajaran memiliki kebaikan
dan kelemahan. Kebaikan dari pelaksanaan praktikum antara lain: a)
Melibatkan peserta didik secara langsung dalam mengamati suatu proses. b)
Peserta didik dapat meyakini akan hasilnya, karena langsung mendengar,
melihat, meraba, dan mencium yang sedang dipelajari. c) Peserta didik akan
mempunyai kemampuan dalam keterampilan mengelola alat, mengadakan
percobaan, membuat kesimpulan, menulis laporan, dan mampu berpikir
analitis. d) Peserta didik lebih cenderung tertarik pada objek yang nyata di alam
sekitarnya. e) Memupuk dan mengembangkan sikap berpikir ilmiah, sikap
inovatif, dan saling bekerja sama. f) Membangkitkan minat ingin tahu,
memperkaya pengalaman keterampilan kerja dan pengalaman berpikir ilmiah.
Sedangkan kelemahan/kekurangan dari praktikum antara lain : a) Guru
harus benar-benar mampu, menguasai materi dan keterampilan. b) Tidak semua
mata pelajaran dapat dipraktikkan dan tidak semua diajarkan dengan metode
praktik. c) Alat-alat dan bahan yang mahal harganya dapat menghambat untuk
melakuka praktik. d) Banyak waktu yang diperlukan untuk praktik, sehingga
kemungkinan dapat dilaksanakan diluar jam pelajaran.15
3. Pengertian Laboratorium
Laboratorium digunakan sebagai sarana penunjang bagi mata pelajaran
yang bersangkutan. Misalnya, mata pelajaran IPA (atau sains) menuntuk siswa
untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan salah satu materi di
dalamnya. Di sekolah laboratorium sains ini dapat menjadi satu kesatuan
sebagai laboratorium IPA, atau dibagi menjadi tiga, yaitu laboratoriuk kimia,
fisika, dan biologi. Laboratorium tersebut disebut laboratorium sains sekolah
(school science laboratory)16.
Laboratorium adalah tempat untuk melaksanakan kegiatan praktik yang
mendukung pembelajaran di kelas. Agar bekerja di laboratorium merasa aman
dan nyaman maka laboratorium berikut sarana lainnya perlu dikelola dan
15 Wawan Muliawan, Teknik Laboratorium, (Yogyakarta; Budi Utama, 2018) hlm 94-96 16 Dewi Kurniawati, Mengenal Laboratorium sekolah, (Surakarta: Aksara Sinergi Media, 2018)
h.3-4
14
dirawat secara rutin, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sebagai
sumber belajar. Salah satu sarana pembelajaran yang dikelola di SMA adalah
laboratorium biologi. Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan
pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen
biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang
menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium
merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh
karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa
terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja.
Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium
selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga
keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penanganannya bila
terjadi kecelakaan.17
Keberadaan laboratorium di sekolah dengan peralatan yang lengkap dan
siap pakai, akan sangat membantu siswa dalam belajar untuk memahami
konsep, memberi pengalaman nyata dan membentuk keterampilan, sehingga
siswa akan menguasai kompetensi yang diharapkan, yang berarti mutu lulusan
meningkat. Para ahli dan penyelenggara pendidikan percaya bahwa tersedianya
sarana dan prasarana khususnya laboratorium yang lengkap merupakan faktor
pendukung dalam peningkatan mutu pendidikan.18
Laboratorium berasal dari kata laboratori yang memiliki pengertian yaitu
: 1) tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen di
dalam sains atau melakukan pengujian dan analisis. 2) bangunan atau ruangan
yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan penelitian ilmiah ataupun
praktek pembelajaran. 3) tempat memproduksi bahan kimia atau 4) tempat kerja
untuk melangsungkan penelitian. 5) ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat
menjalankan eksperimen bidang studi sains (kimia, fisika, biologi).
17 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2011, Panduan Teknis Perawatan Peralatan
Laboratorium Biologi. h. 1-2 18 Ibid. h. 7
15
Laboratorium adalah suatu tempat dilakukan kegiatan percobaan dan
penelitian. Tempat ini dapat merupakan ruangan tertutup, kamar atau ruangan
terbuka. Pada pembelajaran IPA/Biologi siswa tidak hanya mendengarkan
pembelajaran yang hanya mendengarkan pembelajaran yang diberikan guru
mata pelajaran tertentu, tetapi ia harus melakukan kegiatan sendiri untuk
mendapatkan dan memperoleh informasi lebih lanjut tentang ilmu pengetahuan
di laboratorium. Dengan laboratorium diharapkan proses pembelajaran
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Melihat hal ini pemerintah telah
membangun laboratorium-laboratorium IPA di sekolah-sekolah dilengkapi
dengan peralatan dan fasilitasnya.19
a. Fungsi Laboratorium
Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana untuk
kebutuhan percobaan. Laboratorium sebagai tempat riset, penelitian, percobaan,
pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi, yaitu : 1)
menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan
praktik. 2) memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari
kalangan siswa, mahasiswa, dosen, peneliti lainnya. Hal ini disebabkan
laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap objek yang dikaji,
tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan ekperimentasi. 3) memberikan
dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari pembelajar, peserta
didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi keilmuan lainnya) untuk mencari
hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan alam dan
lingkungan sosial. 4) menambahkan keterampilan dan keahlian para peneliti
dalam mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk
mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai macam riset
ataupun eksperimentasi yang akan dilakukan. 5) memupuk rasa ingin tahu
kepada para peneliti mengenai berbagai macam keilmuan sehingga akan
mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah
19 Nyoman Mastika, B Putu Adnyana, Gusti N Agung Setiawan, 2014, Analisis Standarisasi
Laboratorium Biologi Dalam Proses Pembelajaran di SMA Negeri Kota Denpasar, e-journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol.4 tahun 2014, h.2
16
dengan cara penelitian, uji coba, maupun ekperimentasi. 6) laboratorium dapat
memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti, dalam keterampilan
yang diperoleh atau terhadap penemuan yang didapat dalam proses kegiatan
kerja di laboratorium. 7) laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk
memecahkan berbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah
dalam pembelajaran, masalah akademik, maupun masalah yang terjadi ditengah
masyarakat yang membutuhkan penanganan dengan uji laboratorium. 8)
laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen,
aktivis, peneliti, dan lain-lain untuk memahami segala ilmu pengetahuan yang
masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesutau yang bersifat konkret dan
nyata.
Secara garis besar fungsi laboratorium adalah sebagai berikut : 1)
memberikan kelengkapan bagi pelajaran yang telah diterima sehingga Antara
teori dan praktek bukan merupakan dua hal yang terpisah. 2) memberikan
keterampilan kerja ilmiah bagi mahasiswa/siswa. 3) memberikan dan memupuk
keberanian untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah dari suatu objek dalam
lingkungan alam dan lingkungan sosial. 4) menambah keterampilan dalam
menggunakan alat dan media yang tersedia untuk mencari dan menemukan
kebenaran. 5) memupuk rasa ingin tahu mahasiswa/siswa sebagai modal sikap
ilmiah seorang calon ilmuan. 6) memupuk dan membina rasa percaya diri
sebagai akibat keterampilan yang diperoleh, penemuan yang didapat dalam
proses kegiatan kerja laboratorium.20
Laboratorium dalam proses pembelajaran digunakan untuk mencapai
berbagai tujuan. Tujuan kognitif berhubungan dengan belajar konsep-konsep
ilmiah, proses pengembangan keterampilan, dan meningkatkan pemahaman
tentang metode ilmiah. Tujuan-tujuan praktis berhubungan dengan
pengembangan keterampilan-keterampilan dalam melakukan pelatihan IPA,
analisis data, berkomunikasi dan keterampilan-keterampilan dalam
bekerjasama antar kelompok. Tujuan afektif berhubungan dengan motivasi
20 Amna Emda, 2014, Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia dalam Meningkatkan
Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah, Lantanida Journal, Vol. 2 No.2, h. 3-4
17
terhadap sains, tanggapan dan kemampuan dalam memahami lingkungan
sekitar.21
Laboratorium merupakan salah satu sarana penunjang yang banyak
digunakan dalam proses beajar mengajar sedang sarana pada pembelajaran
dapat diartikan sebagai beberapa hal. Sebagai unsur pencapaian tujuan, artinya
sarana bukan semata-mata sebagai alat bantu atau alat pelengkap, meainkan
bersama-sama dengan materi dan metode berperan dalam proses kegiatan beajar
mengajar, agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang telah
dirumuskan. Sebagai pengembang kemampuan, terutama alat-alat yang dapat
dimanipulasi atau dirakit atau dimodifikasi atau media yang sengaja
direncanakan untuk meningkatkan kemampuan mengamati, menafsirkan,
menyimpulkan, merakit alat, mengukur, memilih alat yang tepat. Sebagai
katalisator dalam pemahaman materi, misalnya melalui alat yang diperagakan,
perbuatan, pengalaman langsung. Sebagai pembawa informasi, terutama dalam
bentuk media misalnya gambar, radio, televisi, film, slide film.22
b. Jenis Laboratorium
Di sekolah menengah, umumnya jenis laboratorium disesuaikan dengan
mata pelajaran yang membutuhkan laboratoium tersebut. Karena itu, di sekolah-
sekolah untuk pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal laboratorium fisika,
laboratorium kimia, dan laboratorium biologi. Di SLTP mungkin hanya ada
laboratorium IPA saja. Di Perguruan Tinggi, untuk satu jurusan saja, mungkin
hanya terdapat banyak laboratorium.
Terkadang atas pertimbangan efisiensi, suatu ruangan laboratorium
difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk proses belajar mengajar IPA.
Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Science classroom-laboratory.
Kelebihan jenis laboratorium jenis ini bersifat multi fungsi.23
21 Nyoman Mastika, B Putu Adnyana, Gusti N Agung Setiawan, 2014, Analisis Standarisasi
Laboratorium Biologi Dalam Proses Pembelajaran di SMA Negeri Kota Denpasar, e-journal
Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol.4 tahun 2014, h.
2-3 22 Wawan Muliawan, Teknik Laboratorium, (Yogyakarta; Budi Utama, 2018) hlm 82-83 23 Ibid, h. 83-84
18
c. Keterampilan Dasar Laboratorium
Keterampilan laboratorium merupakan bagian terpenting ketika
melakukan penilaian dalam keterampilan psikomotorik. Keterampilan
laboratorium yang harus dimiliki peserta didik/mahapeserta didik adalah: 1)
memilih, memasang, mengoperasikan, membuka, membersihkan, dan
mengembalikan peralatan; 2) mencocokkan peralatan; 3) membaca alat ukur
dengan teliti; 4) menangani, menyiapkan dan menyadari bahaya bahan kimia;
5) mendeteksi, mengkalibrasi dan memperbaiki kesalahan dalam mengatur
peralatan; 6) menggambar peralatan dengan akurat.24
Penilaian keterampilan dasar menggunakan alat-alat laboratorium
mencakup 10 aspek keterampilan. Dari 10 aspek keterampilan dasar yang
dinilai antara lain: keterampilan menimbang, keterampilan memanaskan
larutan/cairan, keterampilan menyaring, keterampilan memipet, keterampilan
titrasi, keterampilan menuang larutan, keterampilan memilih alat ukur,
keterampilan menggunakan jangka sorong, keterampilan menggunakan
mikroskop, dan keterampilan penanganan alat.25
Keterampilan dasar laboratorium merupakan metode pembelajaran
dimana peserta didik melakukan kegiatan latihan atau praktek agar memiliki
ketegasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari teori yang telah dipelajari
melalui pengamatan langsung yang dilakukan di laboratorium. Sebagai suau
metode pembelajaran, praktikum merupakan suatu bentuk proses belajar
mengajar untuk mengembangkan dimensi keterampilan kognitif, afektif, dan
psikomotorik peserta didik secara bersama-sama, sebagai dasar perilaku dengan
menggunakan berbagai wujud dan sarana laboratorium.
Keterampilan dasar laboratorium pada penelitian ini dihasilkan dari
beberapa analisis. Penulis melakukan analisis pada 3 sumber buku yang
digunakan oleh peserta didik yang memuat lembar kerja peseta didik. Sehingga
24 Maknun, dkk. 2012. Pemetaan keterampilan esensial laboratorium dalam kegiatan praktikum
ekologi. Jurnal pendidikan IPA Indonesia. Bandung;UPI, JPII 1(1) (2012) 1-7, h.3 25 Putu, subiana.2012. Pelatihan keterampian dasar laboratorium (basic laboratory skil) bagi staf
laboratorium IPA SMP se-kabupaten Buleleng, h.6
19
didapatkan beberapa alat laboratorium yang digunakan untuk menunjang
terlaksananya paktikum. Berikut kompetensi dasar dan alat yang digunakan
pada kompetensi dasar tersebut :
Tabel 2.1 Hasil Analisis Kompetensi Dasar Keterampilan dengan Alat
yang Digunakan
Kelas Kompetensi Dasar Keterampilan Alat yang Digunakan
X
4.1 Menyajikan data hasil penerapan
metode ilmiah tentang
permasalahan pada berbagai objek
biologi dan tingkat organisasi
kehidupan
Mikroskop, thermometer,
hygrometer, neraca,
respirometer, transpirometer,
Ph meter, kertas lakmus,
cawan petri, Erlenmeyer,
tabung reaksi dan rak, pipet
tetes, gelas beker, gelas ukur,
pemanas bunsen
4.5 Menyajikan data tentang ciri-ciri
dan peran bakteri dalam kehidupan
Mikroskop, autoklaf, pipet
tetes, pembakar spirtus
4.6 Menyajikan laporan hasil
investigasi tentang berbagai peran
Protista dalam kehidupan
Mikroskop, termometer,
neraca
4.7 Menyajikan laporan hasil
investigasi tentang keanekaragaman
jamur dan peranannya dalam
kehidupan
Mikroskop, termometer,
neraca
4.8 Menyajikan laporan hasil
pengamatan dan analisis fenetik dan
filogenik tumbuhan serta
peranannya dalam kehidupan
Mikroskop, kaca objek, kaca
penutup, lup
4.9 Menyajikan laporan
perbandingan kompleksitas lapisan
penyusun tubuh hewan (dipoblastik,
Mikroskop, Lup, alat bedah,
papan bedah
20
Kelas Kompetensi Dasar Keterampilan Alat yang Digunakan
dan tripoblastik), simetri tubuh,
rongga tubuh, dan reproduksinya
4.10 Menyajikan karya yang
menunjukkan interaksi
antarkomponen ekosistem (jarring-
jaring makanan, siklus biogeokimia)
Termometer, hygrometer, dan
pH meter
XI
4.1 Menyajikan hasil data
pengamatan mikroskopik struktur
sel hewan dan sel tumbuhan sebagai
unit terkecil kehidupan
Mikroskop
4.2 Membuat model biproses yang
terjadi dalam sel berdasarkan studi
literatur dan percobaan
Gelas beker, tabung osmosis,
statif, osmometer, pipet tetes
4.3 Menyajikan hasil data
pengamatan struktur jaringan dan
organ pada tumbuhan
Mikroskop, pipet tetes
4.4 Menyajikan data hasil
pengamatan struktur jaringan dan
organ pada hewan
Mikroskop
4.5 Menyajikan karya tentang
pemanfaatan teknologi dalam
mengatasi gangguan sistem gerak
melalui studi literatur
Alat bedah, gelas beker, torso,
pipet tetes
4.6 Menyajikan karya tulis tentang
kelainan pada struktur dan fungsi
darah, jantung, pembuluh darah
yang menyebabkan gangguan
sistem sirkulasi manusia serta
mikroskop, blood lancet
21
Kelas Kompetensi Dasar Keterampilan Alat yang Digunakan
kaitannya dengan teknologi melalui
studi literature
4.7 Menyajikan laporan hasil uji zat
makanan yang terkandung dalam
berbagai jenis bahan makanan
dikaitkan dengan kebutuhan energi
setiap individu serta teknologi
pengolahan pangan dan keamanan
pangan
Pipet tetes, mortar dan alu,
spatula, pembakar spirtus
4.8 Menyajikan hasil analisis
pengaruh pencemaran udara
terhadap kelainan pada struktur dan
fungsi organ pernapasan manusia
berdasarkan studi literatur
Neraca 4 lengan, pipet tetes,
respirometer, termometer,
pengukur tinggi badan
4.9 Menyajikan hasil analisis
pengaruh pola hidup terhadap
kelainan pada struktur dan fungsi
organ yang menyebabkan gangguan
pada sistem ekskresi serta kaitannya
dengan teknologi.
Alat bedah, mikroskop, pipet
tetes, pembakar spirtus
XII
4.1 Menyusun laporan hasil
percobaan tentang pengaruh faktor
eksternal terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan
tanaman
Auksanometer
4.2 Menyusun laporan hasil
percobaan tentang mekanisme kerja
enzim, fotosintesis, dan respirasi
anaerob
Pipet tetes,pembakar spirtus,
lumping dan alu, termometer,
neraca, batang pengaduk
22
Kelas Kompetensi Dasar Keterampilan Alat yang Digunakan
4.3 Merumuskan urutan proses
sintesis protein dalam kaitannya
dengan penyampaian kode genetik
(DNA-RNA-Protein)
Mikroskop, neraca, pipet
tetes, batang pengaduk,
thermometer
4.4 Menyajikan hasil pengamatan
pembelahan sel pada sel hewan
maupun tumbuhan
Mikroskop, pembakar spirtus
4.5 Menyajikan hasil penerapan
hukum Mendel dalam perhitungan
peluang dari persilangan makhluk
hidup di bidang pertanian dan
peternakan
Kancing genetika
Hasil analisis Tabel 2.1 tersebut kemudian disesuaikan dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) kemudian didapatkan 18 alat
laboratorium yang digunakan pada Sekolah Menengah Atas. Alat-alat
laboratoriumnya adalah mikroskop, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes,
mikroskop binokuler, kaca arloji, cawan petri, tabung reaksi, penjepit tabung
reaksi, lumpang dan alu, pembakar spirtus, kawat kasa, neraca, thermometer,
respirometer, higrometer, preparat awetan jaringan, dan alat bedah.
Hasil analisis alat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 24 Tahun 2016 disesuaikan lagi dengan alat yang tersedia di sekolah
dan praktikum yang sudah dilakukan peserta didik sebelumnya. Praktikum yang
sama-sama telah dilakukan di 3 SMAN ini adalah mengamati sel pada hewan,
uji makanan, dan uji enzim. Kemudian didapatkan alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah mikroskop, gelas ukur, corong, pipet tetes, tabung reaksi,
pembakar spirtus, penjepit tabung reaksi, termometer, dan neraca Sehingga,
23
didapatkan 6 keterampilan dasar laboratorium yang digunakan pada penelitian
ini. Keterampilan dasar laboratorium tersebut adalah keterampilan
menggunakan mikroskop, keterampilan menggunakan gelas ukur, keterampilan
menggunakan pipet tetes, keterampilan memanaskan larutan, keterampilan
menggunakan termometer, dan keterampilan menggunakan neraca.
d. Peralatan Biologi di Laboratorium dan fungsinya
Peralatan dasar yang digunakan di laboratorium meliputi peralatan gelas
(glass ware equipment), peralatan bukan gelas (non glass equipment), dan
peralatan pemanas (heating equipment). Peralatan gelas dibagi menjadi tiga
yaitu peralatan gelas dasar, peralatan pengukuran, dan peralatan analis.
Berdasarkan ketahanan terhadap panas, peralatan gelas tahan panas pada suhu
tinggi dan peralatan gelas tidak tahan panas pada suhu tinggi. Peralatan gelas
bermerek pyrex biasanya tahan terhadap panas.26
Gelas kimia atau disebut juga gelas beaker memiliki beberapa fungsi,
antara lain sebagai wadah larutan, untuk mengukur volume larutan dengan
ketelitian rendah, mereaksikan larutan, serta sebagai wadah untuk memanaskan
larutan. berikut ini cara mengukur volume dengan menggunakan gelas kimia :
1) letakkan gelas kimia pada bidang yang datar. 2) tuangkan larutan pada gelas
kimia. 3) lakukan pembacaan volume pada skala yang terdapat pada gelas
kimia.
Gelas ukur berfungsi mengukur volume zat cair. Hasil pengukuran
volume zat cair dengan menggunakan gelas ukur memberikan hasil yang lebih
teliti dibandingkan dengan glas kimia atau gelas beaker. Gelas ukur memiliki
galat 1%. Cara menggunakan gelas ukur yaitu sama dengan gelas kimia. Zat
cair dituangkan ke dalam gelas ukur, selanjutnya dilakukan pembacaan skala
yang tertera pada gelas ukur. Pada saat melakukan pembacaan skala, pastikan
gelas ukur berada pada bidang datar, posisi mata sejajar dengan meniskus, serta
pembacaan dilakukan berdasarkan meniskus bawah. Gelas ukur juga dapat
26 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia,2013, Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia. h. 81
24
digunakan untuk mengukur volume benda, misalnya kelereng atau kerikil.
Volume kerikil dapat diketahui dengan cara mengukur perubahan volume pada
gelas ukur sebelum dan sesudah gelas ukur dimasukkan ke dalam gelas ukur.
Tabung reaksi umumnya digunakan sebagai wadah larutan. Selain itu,
tabung reaksi juga dapat digunakan untuk mereaksikan larutan dan
memanaskan sampel atau cairan. Berikut ini cara memanaskan zat dengan
tabung reaksi : 1) siapkan bahan yang akan dipanaskan. 2) siapkan tabung
reaksi, penjepit tabung reaksi, pembakar gas atau bunsen, dan rak tabung reaksi.
3) isi tabung reaksi dengan bahan yang akan dipanaskan. Bahan tidak boleh
mencapai2/3 bagian tabung reaksi. Letakkan tabung reaksi pada arak tabung
reaksi. 4) nyalakan pembakar gas atau bunsen. 5) jepit tabung reaksi dengan
penjepit tabung reaksi pada bagian atas mulut tabung. 6) miringkan tabung
reaksi (sekitar 45o) lalu posisikan ujung bawah tabung reaksi pada ujung api. 7)
goyangkan perlahan tabung reaksi sampai bahan dalam tabung reaksi berubah
warna, berubah wujud, atau mencapai suhu tertentu. 8) setelah pemanasan,
letakkan kembali tabung reaksi pada rak tabung reaksi.27
Pipet tetes atau sering disebut sebagai dropping pipet berupa pipa kecil
terbuat dari plastic atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung
atasnya ditutupi karet. Alat ini terdiri atas 2 bagian utama, yaitu bagian batang
dan bagian atas. Bagian batang terbuat dari kaca dari jenis soda kapur.
Sedangkan batas atas (atau bagian yang tidak runcing) dilengkapi dengan dot
(pemompa) dari bahan karet.
Kaca arloji biasanya digunakan sebagai wadah untuk zat yang akan
ditimbang. Kaca arloji merupakan alat kimia yang terbuat dari bahan gelas jenis
borosilikat dan memiliki diameter yang bervariasi. Penggunaan kaca arloji
harus hati-hati agar tidak mengakibatkan pecahnya kaca arloji tersebut. Cara
penggunaan kaca arloji ini sangatlah mudah, hanya dengan meletakkan zat yang
akan ditimbang ke dalamnya.
27 Dewi, Kurniawati, Prosedur Kerja di Laboratorium, (Surakarta: Aksara Sinergi Media, 2019), h. 55-59
25
Termometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur suhu
ataupun untuk mengukur perubahan suhu. Umumnya satuan yang digunakan
pada termometer adalah derajat Celcius. Thermometer ini terbuat dari bahan
gelas. Bagian dalamnya ada yang berisi air raksa dan ada juga yang berisi
alkohol.
Corong gelas merupakan suatu alat untuk memindahkan larutan. Di
samping untuk membantu memindahkan larutan dari wadah yang satu ke wadah
yang lain, corong gelas juga dapat digunakan untuk membantu proses
penyaringan, khususnya sebagai tempat untuk menaruh kertas saring. Corong
terbuat dari gelas jenis soda kapur, tetapi ada juga yang terbuat dari plastik.
Wadah pembakar spirtus dan tutupnya dibuat dari gelas. Sedangkan
sumbu dalam pemegang dari porselen. Biasanya volume pembakar spirtus
adalah 100mL. pembakar spirtus berfungsi sebagai alat pembakar.28
Skala adalah susunan garis yang beraturan dengan jarak antara dua garis
yang berdekatan dibuat tetap dan mempunyai arti tertentu. Jarak antara dua garis
dari skala alat ukur geometris dapat berarti bagian dari meter atau bagian dari
derajat. Secara visual pembacaan dilakukan dengan pertolongan garis indeks
atau jarum penunjuk yang bergerak relatif terhadap skala. Posisi dari garis
indeks atau jarum penunjuk pada skala menyatakan suatu harga.
Teknik penggunaan alat gelas sangat diperlukan agar dapat menjamin
keselamatan laboran, praktikan ataupun alat gelas itu sendiri. Teknik atau dapat
juga disebut kaidah harus dipatuhi mengingat jumlah dan jenis alat gelas di
laboratorium sangat banyak dan alat gelas mempunyai sifat mudah pecah.
Teknik penggunaan alat gelas sangat ditentukan oleh bahan yang akan
dipindahkan atau diukur. Kaidah dan prinsip-prinsip penggunaan alat gelas
secara umum yaitu, alat gelas harus bersih dan kering, skala yang ditunjukkan
pada alat gelas terlihat dengan jelas, alat gelas berfungsi dengan baik (tidak
cacat), pada proses penggunaan suhu tinggi harus digunakan alat gelas yang
tahan panas, jika digunakan untuk mengukur atau memindahkan cairan yang
28 Dewi, Kurniawati, Mengenal Peralatan di Laboratorium, (Surakarta: Aksara Sinergi Media,
2019), h. 15-22
26
berbahaya maka tidak boleh menggunakan anggota tubuh secara langsung
namun dengan menggunkaan alat bantu dan alat keselamatan kerja,
menuangkan cairan kedalam cairan yang lain harus diperhatikan urutannya,
karena urutan yang salah dapat menimbulkan letupan bahkan ledakan,
penggunaan alat gelas untuk cairan basa harus segera dilakukan pencucian
karena sisa cairan akan menimbulkan kerak sehingga merusak alat, penggunaan
alat gelas yang untuk asam kuat atau yang menimbulkan gas yang beracun harus
dilakukan di dalam almari asam, sebelum disimpan alat gelas dicuci bersih dan
dikeringkan, penyimpanan alat gelas diatur berdasarkan kelompoknya.
Berbagai jenis peralatan yang dapat digunakan untuk mengukur volume
cairan, diantaranya pipet ukur, pipet volume, gelas ukur, buret, dan lain-lain.
Semua peralatan yang digunakan untuk mengukur volume cairan harus dalam
kondisi bersih, oleh karena itu harus dilakukan pencucian terlebih dahulu. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam mengukur volume cairan yaitu, alat harus
dalam kondisi bersih dan kering, sebelum digunakan pastikan bahwa alat dalam
kondisi baik terutama ujung atas dan bawah serta skala penunjukannya terlihat
jelas, pilih alat pengukur volume cairan yang akan digunakan sesuai dengan
tingkat ketelitian yang dikehendaki. Tersedia pipet ukur berukuran 5 ml, 10 ml,
25 ml, dan 50 ml dengan skala pembacaan terkecil 0,1 ml, 0,05 ml, dan 0,01 ml,
untuk mengisi cairan yang tidak berbahaya ke dalam alat, dapat menggunakan
mulut namun hindarkan cairan masuk ke dalam mulut, jangan sekali-kali
menghisap larutan berbahaya dengan menggunakan mulut. Gunakanlah alat
bantu untuk menghisap cairan seperti misalnya ball pump, pembacaan skala
harus datar antara permukaan lengkung cairan (meniskus) dengan mata, saat
membaca skala usahakan larutan tidak bergerak, pastikan tidak ada gelembung
udara di dalam alat pengukur volume larutan, saat mengeluarkan cairan jangan
ditiup, biarkan cairan keluar dengan sendirinya, bila melakukan pengukuran
volume cairan dengan buret maka harus dipastikan buret tidak bocor dan skala
27
penunjukan buret terlihat jelas serta satuan skala pembacaan (0,1 ml, 0,05 ml,
0,01 ml) sesuai ketelitian yang diharapkan.29
1) Peralatan Gelas
Tabel 2.2 Tabel peralatan gelas dan fungsinya
No Nama alat Fungsi Gambar
1. Pipet tetes Untuk mengambil
dan menambahkan
larutan atau zat cair
setetes demi setetes.
2. Tabung reaksi Untuk mereaksikan
larutan atau cairan.
3. Erlenmeyer Analisis kuantitatif
secara volumetri
(titrasi)
4. Gelas arloji Untuk menimbang
bahan kimia yang
berwujud padat atau
Kristal
29 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia,2013, Teknik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia. Hlm 81-85
28
No Nama alat Fungsi Gambar
5. Gelas beker Untuk melarutkan
suatu padatan, untuk
mencampurkan
cairan, untuk
memanaskan
larutan, dan
keperluan lain.
6. Gelas ukur Untuk mengukur
suatu larutan
dengan volume
tertentu yang tidak
memerlukan
ketelitian tingkat
tinggi.
2) Peralatan non Gelas
Tabel 2.3 tabel peralatan non gelas dan fungsinya
No Nama Alat Fungsi Gambar
1. Lumpang dan
alu
Untuk menghaluskan
bahan-bahan organic
dan anorganik
sebelum dilakukan
perlakuan pada
percobaan di
laboratorium.
29
No Nama Alat Fungsi Gambar
2. Pembakar
spirtus
Untuk pemanasan
larutan. Untuk
memanaskan larutan
biasanya pembakar
spirtus digunakan
bersama dengan kaki
tiga dan kawat kasa.
3. Alat Bedah Untuk membedah
hewan yang akan
diamati anatomi
internalnya.
4. Penjepit
tabung reaksi
Untuk menjepit
tabung reaksi pada
saat pemanasan
larutan dengan
menggunakan tempat
tabung reaksi.
5. Rak tabung
reaksi
Untuk meletakkan
tabung reaksi pada
saat praktikum
mereaksikan bahan
kimia.
6. Statif Untuk menopang
peralatan gelas,
digunakan bersama-
sama dengan klem.
30
3) Peralatan ukur
Tabel 2.4 Tabel Peralatan Ukur
No Nama Alat Fungsi Gambar
1. Neraca Untuk menimbang
suatu bahan berupa
padatan.
2. Thermometer Alat untuk mengukur
suhu
3. pH indikator
universal
Digunakan untuk
mengukur atau
mengetahui pH suatu
larutan.
4) Mikroskop
Mikroskop pertama kali ditemukan pada abad-16. Mikroskop tersebut
sangat sederhana karena hanya memiliki satu lensa. Dengan ditemukannya
mikroskop, banyak sekali pengetahuan dan penemuan yang diperoleh manusia.
Mikroskop berasal dari kata micro yang berarti kecil dan scapium yang berarti
penglihatan. Jadi, mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda
yang berukuran sangat kecil.
31
Ada 2 proses yang terjadi jika kita menggunakan mikroskop, yaitu sebagai
berikut : 1) Proses perbesaran, mikroskop dapat menyebabkan benda-benda
kecil terlihat besar dan sanggup membesarkan objek 1.000-1.500 kali. 2) Proses
penguraian, mikroskop dapat memperjelas pola-pola rumit yang tidak terlihat
oleh mata telanjang.30
Ada dua jenis mikroskop berdasarkan kenampakan objek yang diamati.
Ada mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi
(mikroskop stereo). Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan
menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop elektron.
Gambar 2.1 Gambar mikroskop
Bagian-bagian mikroskop dan fungsinya seperti berikut, i) lensa okuler,
sebagai kaca pembesar dan membentuk bayangan maya, tegak, diperbesar. ii)
lensa objektif, membentuk bayangan cahaya ke dalam lubang diafragma. iii)
diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya. iv) Cermin/reflektor,
memantulkan cahaya ke dalam lubang diafragma. v) meja objek, untuk
meletakkan objek pengamatan. vi) pemutar kasar, menggerakkan tabung ke atas
30 Arif Widyatmoko, 2019, Mengenal Laboratorium Biologi, Semarang :Alprin, h.8-9
32
dan ke bawah dengan pergeseran besar. vii) pemutar halus, menggerakkan
tabung ke atas dank e bawah dengan pergeseran halus. viii) revolver, tempat
lensa objektif yang akan digunakan. ix) tabung, penghubung lensa objektif dan
lensa okuler. x) penjepit objek, menjepit kaca objek supaya tidak bergeser. xi)
menjaga mikroskop agar tetap berdiri tegak. xii) lengan mikroskop, sebagai
pegangan ketika mikroskop diangkat dan dipindahkan.31
4. Keselamatan dan Keamanan Kerja (K3) di Laboratorium
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan kerugian metrial dan
penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, akan tetapi dari
analisis terjadinya kecelakaan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adahal hal-
hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakaan di laboratorium yaitu,
kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan
proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan laboratorium, kurang jelasnya petunjuk kegiatan
laboratorium dan juga kurangnya pengawasan yang dilakukan selama
melakukan kegiatan laboratorium, kurang bimbingan terhadap peserta didik
atau mahapeserta didik yang sedang melakukan kegiatan laboratorium, kurang
atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan atau perlengkapan pelindung
kegiatan laboratorium, kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan
yang semestinya harus ditaati, tidak menggunakan perlengkapan pelindung
yang seharusnya digunkan atau menggunakan peralatan atau bahan yang tidak
sesuai, tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan kegiatan.32
Dosen atau guru perlu memberikan petunjuk kepada peserta didik atau
maha peserta didik tentang perlunya mendapat laporan semua kecelakaan, baik
berupa luka maupun tidak. Hal ini dilakukan agar kecelakaan tersebut mendapat
31 Ibid, h.9 32 Wawan muliawan, Teknik Laboratorium, (Yogyakarta; Budi Utama, 2018) h. 111-112
33
perlakuan selayaknya dan memungkinkan dosen atau guru menyelidiki
penyebab terjadinya kecelakaan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Susilaningsih, dkk dari Universitas Negeri
Semarang dengan judul “Development of performance assessment instrument
based contextual learning for measuring student laboratory skills” yang
dipublikasikan pada tahun 2018. Berdasarkan penelitian tersebut, instrumennya
efektif karena peserta didik memiliki keterampilan laboratorium yang tinggi.
Instrumen penilaian kinerja adalah standar, dan dapat digunakan untuk menilai
keterampilan dasar laboratorium peserta didik.33
Penelitian yang dilakukan Ervin Tri Suryandari dari jurnal phenomenon
yang berjudul “Performance Assessment Sebagai Instrumen Penilaian Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses pada Praktikum Kimia Dasar di Tadris
Kimia” dan dipublikasikan pada Oktober 2013. Berdasarkan penelitian tersebut,
performance assessment dalam praktikum kimia memberikan pengaruh yang
bagus terhadap sikap mahasiswa(kerjasama, tanggung jawab, efisiensi
penggunaan bahan kimia, efektivitas kinerja, kebersihan, kerapihan, menarik
kesimpulan) dalam melaksanakan praktikum.34
Penelitian yang dilakukan oleh Djohar Maknun, dkk yang merupakan
mahasiswa Pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan judul
“Keterampilan Esensial dan Kompetensi Motorik Laboratorium Mahasiswa
Calon Guru Biologi dalam Kegiatan Praktikum Ekologi” yang dipublikasikan
pada oktober 2012. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
33 E Susilaningsih, K Khotimah, S Nurhayati, Development of Performance Assessment Intrument
Based Contextual Learning for Measuring Students Laboratory Skills, IOP Publishing,
doi:10.1088/1757-899X/349/1/012018, h.8 34 Ervin Tri Suryandari, Performance Assessment Sebagai Instrumen Penilaian Untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses pada Praktikum Kimia Dasar di Tadris Kimia, Jurnal
PHENOMENON, Vol. 3 No. 2, 2013, h. 33
34
keterampilan esensial dan kompetensi motorik laboratorium mahasiswa masih
rendah yakni sebesar 35,50%.35
Penelitian yang dilakukan oleh Hendrian, Mahasiswa Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, program studi pendidikan fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013 dengan judul “ Analisis Kemampuan Psikomotor
peserta didik pada pembelajaran hands on teknik challenge exploration
activity)” menghasilkan bahwa dalam pembelajaran IPA keterampilan
psikomotor peserta didik dapat dilihat dengan teknik Challenge exploration
activity melalui praktikum kalor. Hasil studi menunjukkan kemampuan
prikomotor siswa pada setiap aspek selama pembelajaran hands on teknik
challenge exploration activity adalah : pada aspek moving (71,5%), aspek
manipulating (84%), aspek communicating (73,6%), dan aspek creating
(64,4%).36
C. Kerangka Berfikir
Sebagian dari ilmu biologi merupakan ilmu percobaan dan sebagian besar
ilmunya diperoleh melalui percobaan dan kehidupan sehari-hari. Peserta didik
jurusan MIPA juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam penggunaan
alat dan cara merawat alat tersebut. Banyak praktikum di SMA yang menuntut
peserta didik memiliki keterampilan dalam melakukan praktikum. Sehingga
praktikum berjalan sesuai dengan teori dan dapat membuktikan suatu teori
tersebut. Namun, ada beberapa sekolah di SMAN Kota Tangerang Selatan yang
belum memiliki laboratorium.
Keterampilan dasar yang akan diukur dalam penelitian ini adalah
keterampilan menggunakan mikroskop, keterampilan menggunakan gelas ukur,
keterampilan menggunakan pipet tetes, keterampilan memanaskan larutan,
keterampilan menggunakan termometer, keterampilan menggunakan neraca.
Peserta didik dituntut untuk mengetahui cara pemakaian alat tersebu. Meskipun
35 Maknun, dkk. 2012. Pemetaan keterampilan esensial laboratorium dalam kegiatan praktikum
ekologi. Jurnal pendidikan IPA Indonesia. Bandung;UPI, JPII 1(1) (2012) 1-7, h.1 36 Hendriyan, Analisis Kemampuan Psikomotor Siswa pada Pembelajaran Hands on Teknik
Challenge Exploration Activity, SKRIPSI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. i
35
peserta didik dapat mengoperasikan suatu alat, belum tentu peserta didik
melakukan dengan prosedur yang benar.
Penelitian ini diharapkan mampu mengukur keterampilan dasar yang
dimiliki peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik SMA nantinya akan
melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya yang akan dituntut memiliki
keterampilan dasar laboratorium di jenjang sebelumnya. Lulusan SMA
terutama jurusan MIPA diharapkan mampu menguasai kognitif, afektif, dan
psikomotor yang dilakukan di laboratorium.
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Biologi
Praktikum
Keterampilan yang dikuasai
Keterampilan
menggunakan
mikroskop
Keterampilan
menggunakan
gelas ukur
Keterampilan
menggunakan
pipet tetes
Keterampilan
memanaskan
larutan
Keterampilan
menggunakan
termometer
Keterampilan
menggunakan
neraca
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November tahun 2019
di SMAN X, SMAN Y, dan SMAN Z, di kelas XII pada semester ganjil pada
tahun pelajaran 2019/2020.
B. Metodologi dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif.
Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini
sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode
penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan
pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/saintifik karena
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur,
rasional, dan sistematis. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.37
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan
fenomena yang terjadi secara nyata, realistik, aktual, nyata, dan pada sat ini,
karena penelitian ini untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antar fenomena yang diselidiki38. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah
satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, menciba menggambarkan
fenomena secara detail. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan usaha sadar
dan sistematis untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah dan
mendapatkan informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu fenomena
dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan kuantitatif.39
37 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2017), h.13 38 Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kuantitatif Quantitative Research Approach, (Yogyakarta:
Deepbulish, 2018), h.1 39 Muri Yusuf, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana, 2017), h.62
37
Penelitian ini dilakukan untuk melihat keterampilan dasar laboratorium
yang dimiliki oleh peserta didik SMAN. Alur penelitian ini yaitu :
1. Tahap persiapan
a. Melakukan penelitian awal untuk mengetahui pengetahuan tentang
keterampilan laboratorium yang dimiliki peserta didik SMA tahun
ajaran 2019/2020. Pada awal penelitian akan dilakukan wawancara
terhadap guru dan peserta didik kelas XII untuk mengetahui peserta
didik tersebut pernah praktikum atau belum di kelas X dan XI, serta
mengetahui judul praktikum yang sudah pernah dilakukan.
2. Tahap pembuatan instrumen penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan yakni lembar penilaian
kinerja sebagai instrumen utama, angket dan wawancara sebagai instrumen
pendukung.
3. Tahap validasi instrumen penelitian oleh validator ahli
Sebelum digunakan untuk mengambil data, instrumen yang telah dibuat
harus divalidasi terlebih dahulu untuk menentukan kelayakan instrumen
4. Tahap pengumpulan data.
a. Pengumpulan data menggunakan lembar penilaian kinerja,
dilaksanakan selama praktikum.
b. Pengumpulan data angket, dilaksanakan setelah praktikum.
c. Pengumpulan data wawancara dilaksanakan setelah praktikum.
5. Tahap pengolahan dan analisis data. Analisis yang digunakan adalah
triangulasi data dan skor persentase.
6. Tahap menarik kesimpulan dan pembuatan laporan, data yang telah
dianalisis akan dibuat kesimpulan berdasarkan data yang didapat dan dibuat
dalam bentuk laporan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XII di
SMAN di Kota Tangerang Selatan. Terdapat 12 SMAN yang ada di Kota
Tangerang Selatan. 8 SMAN memiliki laboratorium, dan 4 SMAN lainnya tidak
memiliki laboratorium. 8 SMAN yang memiliki laboratorium kemudian yang
38
memberikan ijin penelitian hanya 3 SMAN saja. Dari 3 SMAN tersebut,
didapatkan sampel yang berjumlah 105 peserta didik yang terdiri dari 38 peserta
didik dari SMAN X Kota Tangerang Selatan, 33 peserta didik dari SMAN Y
Kota Tangerang Selatan, dan 33 peserta didik dari SMAN Z Kota Tangerang
Selatan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dipilih berdasarkan
adanya laboratorium dan perijinan dari sekolah yang nantinya akan dijadikan
subjek penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan tiga buah instrumen, yaitu lembar penilaian
kinerja, angket dan wawancara. Lembar penilaian kinerja merupakan instrumen
utama teknik laboratorium yang dibagi menjadi 6 teknik laboratorium yaitu
keterampilan menggunakan Mikroskop, keterampilan menggunakan Gelas
Ukur, keterampilan menggunakan Pipet Tetes, keterampilan memanaskan
Larutan, keterampilan menggunakan Termometer, dan keterampilan
menggunakan Neraca. Angket dan wawancara merupakan instrument
pendukung pada penelitian ini.
Teknik laboratorium keterampilan dasar ini didapat dengan menganalisis
buku Biologi yang dipakai di Sekolah Menengah Atas dari kelas 1 hingga kelas
3. Kemudian diklasifikasikan berdasarkan alat yang digunakan untuk praktikum
dan frekuensi pemakaiannya. Kemudian disesuaikan lagi dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
1. Lembar Penilaian Kinerja
Kegiatan penilaian kinerja peserta didik dilakukan pada saat proses
kegiatan itu berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi
mengenai poin-poin motoric peserta didik yang akan diamati, lalu dibuat
pedoman agar memudahkan dalam pengisian lembar observasi. Pengisian hasil
observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya dapat diisi secara bebas
39
dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak untuk diobservasi,
dapat pula dalam bentuk memberi tanda cek list (√) pada kolom jawaban hasil
observasi.
Penilaian psikomotor dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
berupa lembar pengamatan (lembar observasi) kinerja. Lembar observasi
kinerja sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Lembar
observasi kinerja biasanya menggunakan daftar cek (check-list) ataupun skala
penilaian (rating-scale). Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat
ukur berupa skala penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, sangat
kurang, dan tidak baik.40
Pengukuran unjuk kerja dipergunakan untuk mencocokkan kesesuaian
antara pengetahuan mengenai teori dan keterampilan di dalam praktik sehingga
hasil evaluasinya menjadi lebih jelas. Penilaian unjuk kerja sangat cocok untuk
penilaian penguasaan kompetensi aspek keterampilan atau psikomotor yang
dimiliki oleh seseorang atau peserta didik di mana orang yang akan dinilai
kemampuan keterampilannya harus menampilkan atau melakukan
keahlian/keterampilan yang dimilikinya di bawah persyaratan-persyaratan kerja
yang berlaku. 41
Lembar penilaian kinerja dalam penelitian ini disusun dengan aspek
keterampilan laboratorium yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik.
Keterampilan ini didapatkan dari hasil analisis 3 buku yang digunakan di
SMAN tersebut, kemudian disesuaikan dengan frekuensi praktikum, lalu
disesuaikan juga dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2007. Dalam penelitian ini peneliti hanya
memberikan tanda checklist pada kolom yang tersedia dapat dilihat di lampiran
4. Lembar penilaian kinerja pada penelitian ini nantinya menggunakan obervasi
40 Sri Fatmawati, Desain Laboratorium Skala Mini untuk Pembelajaran Sains Terpadu,
(Yogyakarta: Deepublish), h.48 41 Kadek Ayu Astiti, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: ANDI) h. 41-42
40
sebagai metode penilaian kinerja. Berikut kisi-kisi yang digunakan dalam
pembuatan lembar penilaian kinerja.
Tabel 3.1 tabel kisi-kisi instrumen teknik laboratorium
Alat
Laboratorium
Teknik
Laboratorium
Sub Teknik
Laboratorium
Butir Indikator
Mikroskop Menggunakan
Mikroskop
Membawa
mikroskop
Cara membawa
mikroskop dengan
baik
Mendapatkan titik
focus
Cara mendapatkan
titik fokus dengan
makrometer dan
mikrometer
Menggunakan
lensa objektif
yang beragam
(10x, 40x,…)
Cara menggunakan
variasi lensa objektif
Gelas ukur Mengukur
volume
larutan
Mengukur volume
larutan
Cara membaca
meniskus dengan tepat
Pipet tetes Menggunakan
pipet tetes
Mengambil
larutan
Cara mengambil
larutan dengan tepat
Pipet tetes Menggunakan
pipet tetes
Mengeluarkan
larutan
Cara mengeluarkan
larutan dengan tepat
Tabung
reaksi,
pembakar
spirtus
Pemanasan
larutan
Menyalakan dan
memadamkan
pembakar spirtus
Cara menyalakan dan
memadamkan
pembakar spitus
dengan tepat
41
Alat
Laboratorium
Teknik
Laboratorium
Sub Teknik
Laboratorium
Butir Indikator
Pemanasan
menggunakan
tabung reaksi
Cara memanaskan
tabung reaksi dengan
benar
Termometer Mengukur
suhu
Menggunakan
thermometer
Cara mengukur suhu
dengan thermometer
secara tepat
Neraca Menimbang
Membersihkan
dan
menyetimbangkan
neraca
Cara membersihkan
piringan neraca dan
menyetimbangkan
neraca dengan tepat
Menimbang alas Cara menimbang alas
dengan tepat
Menimbang
massa zat
Cara menimbang
massa zat dengan tepat
2. Angket
Dalam penelitian ini angket yang digunakan berupa pernyataan. Teknik
yang digunakan pada angket ini adalah teknik self assessment/penilaian diri.
Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan
pengalaman yang mereka rasakan. Penilaian diri dapat digunakan untuk
mengukur kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. 42 Angket dalam
penelitian ini berisi tentang pernyataan-pernyataan tentang keterampilan dasar
laboratorium. Angket yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menentukan tingkat keterampilan dasar laboratorium yang dimiliki peserta
didik. Angket yang digunakan dalam penelitian ini keterampilan dasar
laboratorium ini dibagi menjadi 6 keterampilan yaitu keterampilan
42 Ibid, h.43
42
menggunakan mikroskop, keterampilan menggunakan pipet tetes, keterampilan
memanaskan larutan, keterampilan menggunakan termometer, keterampilan
menggunakan neraca. Angket ini menggunakan skala kategori sederhana. Skala
kategori sederhana dapat dibuat dalam bentuk checklist dapat dilihat di lampiran
5. Berikut kisi-kisi untuk pembuatan angket yang digunakan dalam penelitian
ini.
Tabel 3.2 tabel kisi-kisi instrumen teknik laboratorium
Alat
Laboratorium
Teknik
Laboratorium
Aspek yang
dinilai
Butir Indikator
Mikroskop Menggunakan
Mikroskop
Membawa
mikroskop
Cara membawa
mikroskop dengan
baik
Mendapatkan titik
focus
Cara mendapatkan
titik fokus dengan
makrometer dan
mikrometer
Menggunakan
lensa objektif
yang beragam
(10x, 40x,…)
Cara menggunakan
variasi lensa objektif
Gelas ukur Mengukur
volume
larutan
Mengukur volume
larutan
Cara membaca
meniskus dengan tepat
Pipet tetes Menggunakan
pipet tetes
Mengambil
larutan
Cara mengambil
larutan dengan tepat
Pipet tetes Menggunakan
pipet tetes
Mengeluarkan
larutan
Cara mengeluarkan
larutan dengan tepat
43
Alat
Laboratorium
Teknik
Laboratorium
Aspek yang
dinilai
Butir Indikator
Tabung
reaksi,
pembakar
spirtus
Pemanasan
larutan
Menyalakan dan
memadamkan
pembakar spirtus
Cara menyalakan dan
memadamkan
pembakar spitus
dengan tepat
Pemanasan
menggunakan
tabung reaksi
Cara memanaskan
tabung reaksi dengan
benar
Termometer Mengukur
suhu
Menggunakan
thermometer
Cara mengukur suhu
dengan thermometer
secara tepat
Neraca Menimbang
Membersihkan
dan
menyetimbangkan
neraca
Cara membersihkan
piringan neraca dan
menyetimbangkan
neraca dengan tepat
Menimbang alas Cara menimbang alas
dengan tepat
Menimbang
massa zat
Cara menimbang
massa zat dengan tepat
3. Pedoman Wawancara
Penelitian ini dilakukan wawancara terstruktur. Wawancara ini digunakan
sebagai instrumen pendukung. Dalam penelitian ini wawancara digunakan
sebagai penguat, yang berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan oleh peneliti untuk menunjukkan keterampilan dasar laboratorium
yang dimiliki peserta didik. Selain itu, wawancara ini dibuat juga untuk
mengetahui praktikum apa saja yang sudah dilakukan sebelumnya. Wawancara
yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan pedoman wawancara yang
sudah dibuat dan ditanyakan kepada perwakilan yang diambil dari 3 teratas, 3
44
tengah, dan 3 terbawah yang diambil dari hasil observasi dari masing-masing
sekolah. Data hasil wawancara ini digunakan untuk memperkuat data yang
diperoleh dari lembar observasi dan angket. Adapun pedoman wawancara
sebagai berikut :
Tabel 3.3 Tabel Pedoman Wawancara
Jenis Pertanyaan Pertanyaan
How Selama kelas 1-3 sudah berapa
kalianda praktikum?
What Judul praktikum apa saja yang
sudah anda praktikumkan?
What Pada materi apa saja anda
melakukan praktikum?
What Alat laboratorium apa saja yang
sudah pernah anda pakai saat
melakukan praktikum?
How Bagaimanakah instruksi yang
diberikan oleh guru sebelum
melakukan praktikum?
What Kesulitan apa saja yang anda hadapi
saat melakukan praktikum?
Tabel 3.4 Tabel Pedoman Wawancara Penggunaan Alat
Jenis Keterampilan Pertanyaan
Menggunakan Mikroskop
Bagaimana cara membawa
mikroskop yang benar?
Dimanakah mikroskop diletakkan
untuk melakukan pengamatan?
Bagaimana langkah yang benar
ketika menggunakan mikroskop?
Apa yang dimaksud dengan
perbesaran minimum dan
perbesaran optimum?
Objek apa yang terlihat ketika
menggunakan mikroskop?
Saat menuangkan larutan ke gelas
ukur, alat apakah yang kamu
gunakan?
45
Jenis Keterampilan Pertanyaan
Saat menghitung volume larutan
meniskus mana yang seharusnya
dilihat?
Apakah kamu mengangkat gelas
ukur ketika menghitung volume
larutan?
Menggunakan pipet tetes Bagaimana cara kamu
menggunakan pipet tetes?
Memanaskan Larutan
Bagaimana kamu memposisikan
tabung reaksi saat melakukan
pemanasan?
Bagaimana cara kamu
memadamkan spirtus?
Menggunakan Termometer
Apakah fungsi dari thermometer?
Bagaimana cara yang tepat untuk
mengukur suhu larutan?
Menggunakan Neraca
Sebelum menggunakan neraca
untuk menimbang, hal apa yang
seharusnmya kamu lakukan?
Alat apa yang kamu gunakan untuk
menggeser beban pada neraca?
Bagaimana cara menentukan massa
yang sudah diukur di neraca?
E. Kalibrasi Instrumen
1. Uji Validasi
Uji kevalidan instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji
validitas isi dan validitas konstruk. Instrumen yang diuji adalah lembar
penilaian kinerja, angket, dan wawancara. Validitas isi ini dilakukan
berdasarkan pertimbangan tiga dosen ahli dengan memperhatikan cakupan isi
yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam penelitian ini. Validitas konstruk
ini dilakukan berdasarkan pertimbangan tiga dosen ahli dengan konsep sesuai
dengan apa yang diteliti.
a. Validitas Lembar Penilaian Kinerja
46
Lembar penilaian kinerja yang digunakan untuk melihat keterampilan
dasar laboratorium yang dikuasai oleh peserta didik. Lembar penilaian kinerja
ini akan dilakukan validitas isi dan validitas konstruk sebanyak 3 dosen ahli.
Uji validitas isi meliputi kesesuaian dengan pemilihan kata dan gaya bahasa
agar tidak memiliki perngertian ganda. Validitas konstruk ini meliputi konsep
yang sesuai dengan maksud dan tujuan dalam penelitian ini.
b. Validitas Angket
Angket yang digunakan adalah untuk memperkuat dari data hasil
observasi. Angket ini untuk melihat keterampilan dasar laboratorium peserta
didik. Angket ini akan dilakukan validitas isi dan validitas konstruk sebanyak 3
dosen ahli. Uji validitas isi merupakan kesesuaian dengan pemilihan kata dan
gaya bahasa. Uji validitas konstruk meliputi konsep yang sesuai dengan maksud
dan tujuan dalam penelitian ini.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini digunakan pada lembar
observasi. Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesetaraan.
Cara pengujian kesetaraan pengukuran yaitu dengan membandingkan skor yang
dibuat atas hasil observasi. Jika hasil dari dua observer yang berbeda adalah
sama, maka kesetaraan yang baik. yang berbeda adalah sama, maka kesetaraan
yang baik.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur
penelitian yang sistematis, untuk memperoleh data yang relevan. Teknik
pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai sumber data yaitu, observasi,
angket dan wawancara.
1. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila
47
responden yang diamati tidak terlalu besar43. Data primer ini digunakan untuk
menganalisis tingkat keterampilan dasar laboratorium berdasarkan observasi
langsung di laboratorium untuk melihat keterampilannya.
Penilaian observasi dilakukan oleh 2 orang observer yang mengobservasi
setiap peserta didik. Setiap peserta didik diobservasi oleh dua orang observer
yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang pelaksanaan
observasi dari peneliti. Penjelasan yang diberikan terkait dengan penggunaan
lembar observasi pada saat mengamati kegiatan observasi.
2. Angket
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis Dalam
penelitian ini angket digunakan sebagai penguat dari lembar observasi yang
berisikan tentang pernyataan-pernyataan yang di ajukan oleh peneliti untuk
menunjukkan keterampilan dasar laboratorium yang dimiliki peserta didik.
3. Wawancara
Dalam penelitian ini wawancara digunakan sebagai penguat, yang
berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang akan di ajukan oleh peneliti
untuk menunjukkan keterampilan dasar laboratorium yang dimiliki
responden.
G. Teknik Analisis Data
1. Triangulasi Data
Triangulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
menguji reliabilitas pengamatan yang dilakukan ketika observasi dilakukan.
Observasi ini dilakukan dengan untuk mengamati responden dengan diamati
oleh 2 pengamat. Untuk menentukan toleransi perbedaan hasil pengamatan,
digunakan teknik pengetesan reliabilitas pengamatan sebagai berikut44 :
43 Sugiyono, Op. Cit, hlm 203 44 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2013), h. 243-244
48
KK = 2𝑆
𝑁1+𝑁2
Dengan keterangan :
KK = Koefisien kesepakatan
S = Sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1 = Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat I
N2 = Jumlah kode yang dibuat oleh pengamat II
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien kesepakatan yang diperoleh,
kemudian digolongkan sesuai dengan kategori Kappa. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui kesepakatan antar pengamat sesuai dengan kriteria sebagai
berikut45.
Tabel 3.5 Kategori Koefisien Kesepakatan
Nilai KK Kategori
< 0 Less the chance agreement
0,01-0,2 Slight agreement
0,21-0,40 Fair agreement
0,41-0,60 Moderate agreement
0,61-0,80 Subtanial agreement
0,81-0,99 Almost perfect agreement
2. Korelasi Product Momen Spearman
Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi yang
menggunakan data hasil penilaian kinerja, angket, dan wawancara. Triangulasi
yang digunakan ini bertujuan untuk mengetahui reliabilitas dari ketiga sumber
data yang dihasilkan. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi
product moment dari Spearman. Hasil dari setiap responden dilihat antar indeks
korelasi antar instrument pengambilan data yang berbeda lalu menghitung rata-
rata korelasi setiap responden. Berdasarkan rata-rata indeks korelasi setiap
responden yang dihasilkan maka dihitung juga rata-rata indeks korelasinya.46
45 Anthony J. Viera dan Joanne Mills Garrett, 2005, Understanding inter observer agreement the
kappa statistic, Family medicine, Vol 37 No.5, h. 362 46 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Bandung: Rinke cipta, 2002), h.257
49
Hasil korelasi antara penilaian kinerja, angket, dan wawancara dapat
digolongkan sesuai kategori sebagai berikut :47
Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,80-1,0001 Sangat Kuat
0,600-0,799 Kuat
0,40-,599 Sedang
0,20-0,399 Rendah
0,000-0,199 Sangat Rendah
3. Pengubahan Skor dengan Persentase
Dalam menganalisis lembar observasi, dan angket, menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membubuhkan tanda centang (√) di kolom yang tersedia, tanda centang
tersebut dimasukkan ke dalam lembar observasi dan angket sesuai kriteria
yang ada pada aspek indikator keterampilan dasar laboratorium selama
proses praktikum.
2. Menjumlahkan banyak centang (√) pada setiap kolom yang terdapat pada
lembar observasi dari tiap-tiap aspek indikator teknik laboratorium.
3. Menghitung presentase teknik laboratorium. Besarnya nilai yang diperoleh
siswa merupakan persentase skor maksimum ideal yang seharusnya
dicapai jika tes tersebut dikerjakan dengan hasil 100% betul. Oleh karena
itu, nilai yang diperoleh siswa benar-benar merupakan “nilai”, dan bukan
lagi “skor”. Rumus penilaian adalah sebagai berikut48 :
NP = 𝑅
𝑆𝑀 x 100
47 Sugiyono, Metode Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017) h.257 48 Ngalim Purwanto, 2002, Psikologi pendidikan, Bandung : Remadja karya, hlm 102
50
Keterangan:
NP : Nilai persen yang dicari
R : Skor mentah yang diperoleh peserta didik
SM : Skor maksimum ideal
100 : Bilangan tetap
4. Mengukur skor rata-rata teknik laboratorium setiap poin yang diukur
5. Mengukur skor rata-rata teknik laboratorium setiap sub indikator yang di
ukur
6. Menentukan skor rata-rata teknik laboratorium untuk setiap sub indikator
berdasarkan skala kemampuan seperti tabel berikut49 :
Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi Skor
Dalam menganalisis jawaban wawancara yang dilakukan kepada 27
peserta didik yang merupakan perwakilan dari setiap SMAN berdasarkan
kategori tinggi, sedang, dan rendah yaitu masing-masing kategori sebanyak 3
siswa. Mengubah hasil wawancara dari bentuk lisan ke tulisan. Hasil
49 Suharsimi, Arikunto, 2016, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 44
No. Interval skor Kategori
1. 81-100% Sangat baik
2. 61-80% Baik
3. 41-60% Cukup
4. 21-40% Kurang
5. 0-20% Kurang sekali
Rata-rata = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Rata-rata = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
51
wawancara ini digunakan untuk memperkuat data hasil observasi dan data
angket.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang telah dilakukan akan diuraikan pada bab ini, Hasil
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan 3 instrumen penelitian, yaitu lembar
penilaian kinerja, angket, dan wawancara. Terdapat 6 teknik laboratorium yang
akan diamati selama proses praktikum. teknik laboratorium yang diamati adalah
keterampilan menggunakan mikroskop, keterampilan menggunakan gelas ukur,
keterampilan menggunakan pipet tetes, keterampilan memanaskan larutan,
keterampilan menggunakan termometer, keterampilan menggunakan neraca.
Setiap teknik laboratorium terdiri dari sub teknik laboratorium.
1. Hasil Koefisien Kesepakatan Antar Pengamat
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menghitung hasil
koefisiensi kesepakatan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh 2 orang
pengamat. Sehingga, perlu dilakukan perhitungan koefisien kesepakatan. Hal ini
dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui reliabilitas variabel antar pengamat.
Hasil koefisien kesepakatan pada penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 4.1 Persentase koefisien kesepakatan terhadap keterampilan dasar
laboratorium
No Nilai
KK Kategori
SMAN
X (%)
SMAN
Y (%)
SMAN
Z (%)
Rata-
rata
(%)
1. 1 Semua sepakat 87 79 73 80
2. 0,92 Hampir semua sepakat 8 15 15 12
3. 0,83 Hampir semua sepakat 5 6 12 8
53
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa persentase (80%) koefisien
kesepakatan tertinggi pada kategori semua sepakat. Kategori semua sepakat paling
tinggi terdapat di SMAN X dengan persentase (87%). Nilai koefisien kesepakatan
terendah yaitu 0,83 dengan kategori hampir semua sepakat dan mendapat
persentase terendah juga (8%). Nilai koefisien kesepakatan 0,83 paling rendah
dengan persentase (5%) di SMAN X.
2. Hasil Uji Korelasi Product Moment
Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mengambil data dari
3 sumber data yaitu data penilaian kinerja, data angket, dan data wawancara. Hasil
data dari penilaian kinerja, angket, dan wawancara setiap responden diuji
reliabilitasnya. Uji reliabilitas yang digunakan adalah uji korelasi product moment.
Indeks korelasi yang dihasilkan dari setiap responden menunjukkan hubungan
antara hasil penilaian kinerja, hasil angket, dan hasil wawancara. Indeks korelasi
yang dihasilkan pada penelitian ini kemudian dimasukkan sesuai interval koefisien
dengan persentasenya sebagai berikut :
Tabel 4.2 Persentase Indeks Korelasi Setiap Responden
No. Interval Koefisien Persentase (%) Interpretasi
1. 0,80-1,000 32 Sangat kuat
2. 0,60-0,799 35 Kuat
3. 0,40-0,599 32 Sedang
4. 0,20-0,399 2 Rendah
5. 0,000-0,199 0 Sangat rendah
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase indeks korelasi
responden terhadap hasil penilaian kinerja, angket, dan wawancara. Persentase
(35%) tertinggi pada interval koefisien 0,60-0,799 dengan interpretasi kuat.
Persentase (2%) terendah pada interval 0,20-0,399 dengan interpretasi rendah.
54
3. Hasil Keterampilan Dasar Laboratorium
Hasil keterampilan dasar pada penelitian ini diambil dari hasil data penialaian
kinerja, data angket, dan data wawancara. Keterampilan dasar laboratorium yang
digunakan pada penelitian ini adalah keterampilan menggunakan mikroskop,
keterampilan menggunakan gelas ukur, keterampilan menggunakan pipet tetes,
keterampilan memanaskan larutan, keterampilan menggunakan termometer, dan
keterampilan menggunakan neraca. Hasil dari keterampilan dasar tersebut
kemudian di persentasekan dari 3 SMAN, yaitu SMAN X, SMAN Y, dan SMAN
Z. Hasil keterampilan dasar laboratorium sebagi berikut:
Tabel 4.3 Persentase keterampilan dasar laboratorium di 3 SMA
No Keterampilan dasar
laboratorium
Persentase Kategori
1. Menggunakan mikroskop 78 Baik
2. Menggunakan gelas ukur 66 Baik
3. Menggunakan pipet tetes 74 Baik
4. Memanaskan larutan 69 Baik
5. Menggunakan termometer 68 Baik
6. Menggunakan necara 44 Cukup
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa keterampilan dasar laboratorium
terbagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori baik dan cukup. Kategori paling tinggi
persentasenya (78%) dengan kategori baik pada keterampilan menggunakan
mikroskop. Persentase paling rendah (44%) dengan kategori cukup pada
keterampilan menggunakan necara.
55
Tabel 4.4 Persentase keterampilan dasar laboratorium setiap sekolah
No Keterampilan dasar
laboratorium
SMAN X
(%)
SMAN Y
(%)
SMAN Z
(%)
1. Menggunakan mikroskop 83
Sangat baik
75
Baik
78
Baik
2. Menggunakan gelas ukur 76
Baik
65
Baik
56
Cukup
3. Menggunakan pipet tetes 80
Baik
75
Baik
74
Baik
4. Memanaskan larutan 72
Baik
55
Cukup
76
Baik
5. Menggunakan
termometer
59
Cukup
76
Baik
69
Baik
6. Menggunakan necara 44
Cukup
44
Cukup
45
Cukup
Rata-rata 69
Baik
65
Baik
66
Baik
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi (82%)
dengan kategori sangat baik di SMA X dengan keterampilan menggunakan
mikroskop. Persentase paling rendah (44%) dengan kategori cukup di SMAN X
dan SMAN Y pada katerampilan menggunakan neraca. SMAN X memiliki
persentase paling tinggi (82%) dengan kategori sangat baik pada keterampilan
menggunakan mikroskop, dan persentase paling rendah (44%) dengan kategori
cukup pada keterampilan menggunakan neraca. SMAN Y memiliki persentase
paling tinggi (76%) dengan kategori baik pada keterampilan menggunakan
termometer, dan persentase paling rendah (44%) dengan kategori cukup pada
keterampilan menggunakan neraca. SMAN Z memiliki persentase paling tinggi
56
(78%) dengan kategori baik pada keterampilan menggunakan mikroskop, dan
persentase paling rendah (45%) pada keterampilan menggunakan neraca.
Hasil wawancara pada SMAN X praktikum yang dilaksanakan 4 sampai 5
kali praktikum selama kelas 1-3 SMA. Praktikum yang telah dilakukan yaitu
mengenai enzim dengan judul enzim katabolisme, fotosintesis dengan judul
fotosintesis menggunakan hydrilla, mengenai pernapasan, mengenai otot dengan
membedah kodok untuk mempelajari otot, dan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan dengan menggunakan kecambah untuk pengamatan. Alat yang
sudah pernah digunakan yaitu gelas ukur, pipet tetes, tabung reaksi, spirtus, corong,
gelas kimia, penjepit tabung reaksi, kaki tiga, termometer, dan neraca. Intruksi yang
digunakan yaitu dari guru dan dari buku, namun peserta didik juga mencari
informasi dari internet. Hambatan yang dirasakan oleh peserta didik adalah kurang
lengkapnya alat-alat yang tersedia untuk praktikum.
Hasil wawancara pada SMAN Y praktikum yang dilaksanakan 4 kali
praktikum selama kelas 1-3 SMA. Praktikum yang telah dilakukan yaitu mengenai
enzim dengan judul enzim katabolisme dengan menggunakan hati ayam,
fotosintesis dengan judul fotosintesis menggunakan hydrilla, mengenai perubahan
suhu tubuh, dan mengenai pertumbuhan dan perkembangan dengan menggunakan
kecambah dan lele untuk pengamatan. Alat yang sudah pernah digunakan yaitu
mikroskop, gelas ukur, pipet tetes, tabung reaksi, spirtus, corong, gelas kimia,
penjepit tabung reaksi, kaki tiga, termometer badan, dan neraca. Intruksi yang
digunakan yaitu dari buku paket dan ditunjang dengan mencari di internet.
Hambatan yang dirasakan oleh peserta didik adalah belum menguasai penggunaan
alat dengan benar, dan kurang lengkapnya alat-alat yang tersedia untuk praktikum.
Hasil wawancara pada SMAN X praktikum yang dilaksanakan 10 kali
praktikum selama kelas 1-3 SMA. Praktikum yang telah dilakukan yaitu mengenai
hereditas, mengamati alga menggunakan mikroskop, uji golongan darah, uji urin,
uji lemak, uji kandungan pada makanan, respirasi hewan menggunakan jangkrik,
melihat jamur pada makanan yang busuk, mengamati bakteri menggunakan
57
mikroskop dan praktikum mengenai tekanan darah. Alat yang sudah pernah
digunakan yaitu mikroskop, tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, bunsen, mortal,
alu, neraca, gelas ukur, pipet tetes, dan spirtus. Intruksi yang digunakan yaitu dari
LKS yang dibuat oleh guru dan dibagikan ketika akan melakukan praktikum.
Hambatan yang dirasakan oleh peserta didik adalah kurang lengkapnya alat-alat
yang tersedia untuk praktikum sehingga menggunakan alat secara bergantian.
1. Keterampilan Menggunakan Mikroskop
Keterampilan menggunakan mikroskop ini dapat dilihat dari peserta didik
dapat membawa, dan menggunakan mikroskop dengan benar. Pada saat dilakukan
observasi peserta didik diminta untuk menyiapkan mikroskop dengan cara
membawa dari penyimpanan ke meja kerja. Setelah itu, peserta didik diminta
untuk mengamati inti sel pada bawang merah yang sebelumnya sudah disediakan
oleh peneliti. Pengamatan inti sel pada bawang merah ini menggunakan perbesaran
yang beragam.
Tabel. 4.4 Keterampilan menggunakan mikroskop pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
93
Sangat baik
54
Cukup
100
Sangat baik
82
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
85
Sangat baik
77
Baik
100
Sangat baik
87
Baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
76
Baik
68
Baik
100
Sangat baik
81
Baik
Rata-rata 83
Baik
58
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
mikroskop pada SMAN X termasuk kedalam kategori baik dengan persentase
(83%). Hasil lembar observasi keterampilan menggunakan mikroskop pada setiap
sub teknik laboratorium terbagi menjadi 2 kategori. Keterampilan membawa dan
meletakkan mikroskop termasuk kedalam kategori sangat baik dengan persentase
(93%). Keterampilan mendapatkan titik fokus terhadap objek termasuk kedalam
kategori baik dengan persentase (87%). Hasil angket keterampilan menggunakan
mikroskop menjadi 2 kategori. Keterampilan membawa dan meletakkan mikroskop
termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase (54%). Keterampilan
mendapatkan titik fokus terhadap objek dan menggunakan perbesaran lensa
objektif beragam termasuk kedalam kategori baik dengan persentase masing-
masing (77% dan 68%). Hasil wawancara semua sub teknik laboratorium
mendapatkan kategori sangat baik dengan persentase (100%). Sehingga, pada
SMAN X didapatkan hasil rata-rata pada setiap sub indikator dengan kategori baik
dengan persentase yang beragam.
Tabel 4.5 Keterampilan menggunakan mikroskop pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
94
Sangat baik
58
Cukup
69
Baik
74
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
74
Baik
80
Baik
81
Sangat baik
78
Baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
54
Cukup
57
Cukup
92
Sangat baik
68
Baik
Rata-rata 73
Baik
59
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
mikroskop pada SMAN Y termasuk dalam kategori baik dengan persentase (73%).
Hasil observasi terbagi dalam 3 kategori, yaitu (94%) dalam kategori sangat baik
dalam sub teknik laboratorium membawa dan meletakkan mikroskop. Persentase
(74%) dalam kategori baik dalam sub teknik laboratorium mendapatkan titik fokus
terhadap objek. Persentase (54%) dalam kategori cukup dalam sub teknik
laboratorium menggunakan perbesaran lensa objektif beragam. Hasil angket
terbagi menjadi 2 kategori yaitu kategori baik dengan persentase (80%) pada sub
teknik laboratorium mendapatkan titik fokus yang beragam, dan kategori cukup
dengan persentase (58%, dan 57%) pada sub teknik laboratorium membawa dan
meletakkan mikroskop dan sub teknik laboratorium menggunakan lensa objektif
yang beragam. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori yaitu kategori sangat
baik dengan persentase (92%) dalam sub teknik laboratorium menggunakan lensa
beragam dan kategori baik dengan persentase (69%) dalam sub teknik laboratorium
membawa dan meletakkan mikroskop. Sehingga, pada SMAN Y didapatkan hasil
rata-rata pada setiap sub teknik laboratorium dengan kategori baik dengan
persentase yang beragam.
60
Tabel 4.6 Keterampilan menggunakan mikroskop pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
92
Sangat baik
62
Baik
86
Sangat baik
80
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
74
Baik
78
Baik
92
Sangat baik
81
Sangat
baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
66
Baik
64
Baik
89
Sangat baik
73
Baik
Rata-rata 78
Baik
Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan keterampilan menggunakan mikroskop
pada SMAN Z termasuk dalam kategori baik dengan persentase (78%). Hasil
observasi terbbagi menjadi 2 kategori yaitu kategori sangat baik dengan persentase
(92%) pada sub teknik laboratorium membawa dan meletakkan mikroskop dan
kategori baik dengan persentase (66%) pada sub teknik laboratorium menggunakan
lensa objektif beragam. Hasil angket masuk pada kategori baik pada setiap sub
teknik laboratorium (62%, 64%, 78%). Hasil wawancara masuk pada kategori
sangat baik pada setiap sub teknik laboratorium (86%, 92%, 89%). Sehingga, pada
SMAN Z didapatkan hasil rata-rata terbagi menjadi 2 kategori yaitu pada setiap sub
teknik laboratorium dengan kategori baik dengan persentase 81% (sangat baik)
pada sub teknik laboratorium mendapatkan titik fokus pada objek dan 80% (baik)
pada sub teknik laboratorium membawa dan meletakkan mikroskop.
61
Tabel 4.7 Keterampilan menggunakan mikroskop
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Membawa dan
meletakkan mikroskop
82
Baik
74
Baik
80
Baik
79
Baik
2. Mendapatkan titik fokus
terhadap objek
87
Sangat
baik
78
Baik
81
Sangat baik
82
Sangat
baik
3. Menggunakan perbesaran
lensa objektif beragam
81
Baik
68
Baik
73
Baik
74
Baik
Rata-rata 78
Baik
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan hasil teknik laboratorium menggunakan
mikroskop dengan kategori baik (78%). Sub teknik laboratorium paling tinggi dengan
kategori sangat baik dengan persentase (82%) pada sub teknik laboratorium
mendapatkan titik fokus terhadap objek. Paling rendah presentasenya pada sub teknik
laboratorium menggunakan perbesaran lensa objektif beragam (74%). Dari ketiga
SMAN yang sudah diteliti, didapatkan hasil pada keterampilan menggunakan
mikroskop paling tinggi yaitu dengan persentase (82%) dengan kategori sangat baik di
SMAN X ini berarti di SMAN tersebut peserta didik menguasai keterampilan
menggunakan mikroskop dengan sangat baik. Kemudian paling rendah pada SMA Y
yaitu dengan persentase 75% termasuk kedalam kategori baik.
2. Keterampilan Menggunakan Gelas Ukur
Keterampilan menggunakan gelas ukur ini sangat penting pada praktikum
biologi. Keterampilan menggunakan gelas ukur ini hanya memiliki 1 sub teknik. Sub
teknik pada keterampilan ini adaalah menuang larutan dan bagaimana membaca
62
meniskus untuk mengetahui volume larutan. Menuang larutan ini peserta didik ini juga
disediakan corong pada meja kerja.
Tabel 4.8 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
Wawancara
Rata-
rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
63
Baik
82
Baik
92
Sangat baik
79
Baik
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil observasi dan rata-rata masuk
kedalam kategori baik dengan persentase (63%, dan 79%). Sedangkan hasil angket,
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori sangat baik dengan persentase (82%, dan
92%).
Tabel 4.9 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
Wawancara
Rata-
rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
44
Cukup
80
Baik
69
Baik
64
Baik
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat terbagi menjadi 2 kategori. Kategori baik
(81%, dan 69%) didapatkan dengan hasil angket dan hasil wawancara. Kategori
cukup (44%) didapatkan dengan hasil observasi. Sehingga didapatkan rata-rata
(64%) dengan kategori baik.
63
Tabel 4.10 Keterampilan menggunakan gelas ukur pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
Wawancara
Rata-
rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
44
Cukup
69
Baik
55
Cukup
56
Cukup
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa terdapat 2 kategori, yaitu
kategori baik (69%) didapatkan pada hasil angket. Kategori cukup (44%, 55%,
56%) didapatkan pada hasil hasil observasi, hasil wawancara dan rata-rata
keterampilan menggunakan gelas ukur.
Tabel 4.11 Keterampilan menggunakan gelas ukur
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Menuang larutan dan
membaca meniscus
79
Baik
64
Baik
56
Cukup
66
Baik
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi pada
SMAN X yaitu (79%) dengan kategori baik. Sedangkan yang paling rendah pada
SMAN Z yaitu (56%) dengan kategori cukup. Keterampilan menggunakan gelas
ukur masuk kedalam kategori baik dengan persentase (66%).
3. Keterampilan Menggunakan Pipet Tetes
Keterampilan menggunakan pipet tetes ini juga penting dalam praktikum
biologi. Keterampilan menggunakan pipet tetes ini memiliki 2 sub teknik
laboratorium yaitu mengambil dan mengeluarkan larutan. Mengambil dan
64
mengeluarkan larutan ini dilakukan dengan cara meneteskan 5 tetes larutan sirup
pada larutan yang sudah peneliti siapkan.
Tabel 4.12 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mengambil larutan 75
Baik
77
Baik
81
Sangat baik
78
Baik
2. Mengeluarkan larutan 65
Baik
66
Baik
81
Sangat baik
71
Baik
Rata-rata 74
Baik
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan pipet
tetes pada SMAN X termasuk kedalam kategori baik dengan persentase (74%).
Hasil observasi keterampilan menggunakan pipet tetes masuk kedalam kategori
baik dengan persentase (78%, 71%). Hasil angket termasuk kedalam kategori baik
(77%) pada sub teknik laboratorium mengambil larutan, dan (66%) pada sub teknik
laboratorium mengeluarkan larutan. Hasil wawancara masuk kedalam kategori
sangat baik (86%,85%). Sehingga, di SMAN X didapatkan rata-rata sub teknik
laboratorium masuk kedalam kategori baik (74%, 68%). Dalam hal ini, di SMAN
X ini peserta didik mampu dengan baik dalam menggunakan pipet tetes.
65
Tabel 4.13 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mengambil larutan 71
Baik
77
Baik
86
Baik
78
Baik
2. Mengeluarkan larutan 63
Baik
68
Baik
86
Sangat baik
72
Baik
Rata-rata 75
Baik
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
pipet tetes pada SMAN Y termasuk kedalam kategori baik dengan persentase
(75%). Hasil observasi masuk kedalam kategori baik pada setiap sub teknik
laboratorium (71%, 63%). Hasil angket masuk kedalam kategori baik pada setiap
sub teknik laboratorium (77%, 68%). Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori
yaitu sangat baik (86%) pada sub teknik laboratorium mengeluarkan larutan,
kategori baik (61%) pada sub teknik laboratorium mengambil larutan. Sehingga, di
SMAN Y dalam keterampilan menggunakan pipet tetes rata-rata masuk kedalam
kategori baik (78%, 72%). Hal ini menunjukkan di SMAN Y ini peserta didik
mampu dengan baik menggunakan pipet tetes.
66
Tabel 4.14 Keterampilan menggunakan pipet tetes pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mengambil larutan 85
Sangat baik
84
Sangat baik
61
Baik
77
Baik
2. Mengeluarkan larutan 88
Sangat baik
64
Baik
61
Baik
71
Baik
Rata-rata 74
Baik
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan pipet
tetes di SMAN Z termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 74%. Hasil
observasi pada setiap sub teknik laboratorium masuk kedalam kategori sangat baik
(85%, 88%). Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori yaitu sangat baik (84%) pada
sub teknik laboratorium mengambil larutan, kategori baik (64%) pada sub teknik
laboratorium mengeluarkan larutan. Hasil wawancara pada setiap sub teknik
laboratorium masuk kedalam kategori baik (61%, 61%). Pada SMAN Z rata-rata
dalam menggunakan pipet tetes masuk kedalam kategori baik (77%, 71%).
67
Tabel 4.15 Keterampilan menggunakan pipet tetes
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Mengambil larutan 78
Baik
78
Baik
77
Baik
78
Baik
2. Mengeluarkan larutan 71
Baik
72
Baik
71
Baik
71
Baik
Rata-rata 74
Baik
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan pipet
tetes masuk kedalam kategori baik dengan persentase (74%). Setiap sub teknik
laboratoriumnya termasuk kedalam kategori baik dengan persentase (78%, dan
71%). Ketiga SMAN ini juga termasuk dalam kategori baik, dengan persentase
tertinggi (78%) pada SMAN X, dan SMAN Y dan persentase terendah (71%) pada
SMAN X, dan SMAN Z.
4. Keterampilan Memanaskan Larutan
Keterampilan memanaskan larutan ini sering digunakan untuk praktikum
biologi. Keterampilan memanaskan larutan ini terdiri dari 2 sub teknik indikator
yaitu menyalakan dan memadamkan spirtus, dan sub teknik indikator pemanasan
menggunakan tabung reaksi. Pada saat observasi, peserta didik diminta untuk
menyalakan pembakar spitus, kemudian memanaskan dan memadamkan pembakar
spirtus.
68
Tabel 4.16 Keterampilan memanaskan larutan pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
93
Sangat baik
72
Baik
83
Sangat baik
83
Sangat
baik
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
52
Cukup
89
Sangat baik
64
Baik
68
Baik
Rata-rata 75
Baik
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan pada SMAN X termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 75%.
Hasil observasi keterampilan memanaskan larutan terbagi dalam 2 kategori yaitu
kategori sangat baik (93%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan
memadamkan spirtus. Kategori cukup (52%) pada sub teknik laboratorium
pemanasan menggunakan tabung reaksi. Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori baik (72%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan
memadamkan spirtus, dan kategori sangat baik (89%) pada sub teknik laboratorium
pemanasan menggunakan tabung reaksi. Hasil wawancara terbagi menjadi 2
kategori yaitu sangat baik (83%) pada sub teknik menyalakan dan memadamkan
spirtus, kategori baik (64%) pada sub teknik laboratorium pemanasan
menggunakan tabung reaksi. Sehingga didapatkan dalam keterampilan
memanaskan larutan masuk kedalam kategori baik (80%, dan 64%) ini
menunjukkan peserta di SMAN X mampu memanaskan larutan dengan baik.
69
Tabel 4.17 Keterampilan memanaskan larutan pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
61
Baik
71
Baik
28
Kurang
53
Cukup
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
37
Kurang
88
Sangat baik
50
Cukup
58
Cukup
Rata-rata 55
Cukup
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan pada SMAN Y termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 55%.
Hasil observasi keterampilan memanaskan larutan terbagi dalam 2 kategori yaitu
kategori baik (61%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan memadamkan
spirtus. Kategori kurang (37%) pada sub teknik laboratorium pemanasan
menggunakan tabung reaksi. Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori
sangat baik (88%) pada sub teknik laboratorium pemanasan menggunakan tabung
reaksi, dan kategori baik (71%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan
memadamkan spirtus. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori yaitu cukup
(50%) pada sub teknik pemanasan menggunakan tabung reaksi, kategori baik
(64%) pada sub teknik laboratorium menyalakan dan memadamkan spirtus.
Sehingga didapatkan dalam keterampilan memanaskan larutan masuk kedalam
kategori cukup (53%, dan 58%) ini menunjukkan peserta di SMAN Y mampu
memanaskan larutan dengan cukup baik.
70
Tabel 4.18 Keterampilan memanaskan larutan pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
85
Sangat baik
69
Baik
75
Baik
76
Baik
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
85
Sangat baik
96
Sangat baik
50
Cukup
77
Baik
Rata-rata 76
Baik
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan pada SMAN Z termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 76%.
Hasil observasi keterampilan memanaskan larutan termasuk kategori baik (85%)
pada setiap sub teknik laboratorium. Hasil angket terbagi menjadi 2 kategori, yaitu
kategori sangat baik (96%) pada sub teknik laboratorium pemanasan menggunakan
tabung reaksi, dan kategori baik (69%) pada sub teknik laboratorium menyalakan
dan memadamkan spirtus. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori yaitu baik
(75%) pada sub teknik menyalakan dan memadamkan spirtus, kategori cukup
(50%) pada sub teknik laboratorium pemanasan menggunakan tabung reaksi.
Sehingga didapatkan dalam keterampilan memanaskan larutan masuk kedalam
kategori baik (76%, dan 77%) ini menunjukkan peserta di SMAN Z mampu
memanaskan larutan dengan baik.
71
Tabel 4.19 Keterampilan memanaskan larutan
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Menyalakan dan
memadamkan spirtus
83
Baik
53
Cukup
76
Baik
71
Baik
2. Pemanasan
menggunakan tabung
reaksi
68
Baik
58
Cukup
77
Baik
68
Baik
Rata-rata 69
Baik
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa keterampilan memanaskan
larutan termasuk kedalam kategori baik dengan persentase 69%. Rata-rata pada sub
teknik laboratoriumnya termasuk kedalam kategori baik pada setiap sub teknik
laboratoriumnya (71% dan 68%). Ketiga SMAN ini terbagi dalam 2 kategori yaitu
kategori baik dengan persetase tertinggi (76%) untuk SMAN Z dan kategori cukup
dengan persentase terendah (53%) untuk SMAN Y.
5. Keterampilan Menggunakan Termometer
Keterampilan menggunakan termometer sangat penting bagi praktikum
biologi. Termometer ini berguna untuk mengetahui suhu larutan pada saat
praktikum. Ketika observasi peserta didik diminta untuk menghitung suhu
larutan yang sebelumnya sudah dipanaskan. Keterampilan ini hanya terdiri dari
1 sub teknik laboratorium.
72
Tabel 4.20 Keterampilan menggunakan termometer pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
53
Cukup
73
Baik
61
Baik
62
Baik
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa hasil observasi keterampilan
menggunakan termometer termasuk kedalam kategori cukup (53%). Hasil angket
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori baik (73%, 61%). Sehingga, rata-rata
keterampilan menggunakan termometer masuk kedalam kategori baik, dengan
persentase 62%.
Tabel 4.21 Keterampilan menggunakan termometer pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
53
Cukup
84
Sangat baik
91
Sangat baik
76
Baik
Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa hasil observasi keterampilan
menggunakan termometer termasuk kedalam kategori cukup (53%). Hasil angket
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori sangat baik (84%, 91%). Sehingga,
rata-rata keterampilan menggunakan termometer masuk kedalam kategori baik,
dengan persentase 76%.
73
Tabel 4.22 Keterampilan menggunakan termometer pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
40
Kurang
74
Baik
92
Sangat baik
69
Baik
Berdasarkan tabel 4.22 dapat dilihat bahwa hasil observasi keterampilan
menggunakan termometer termasuk kedalam kategori kurang (40%). Hasil angket
dan hasil wawancara masuk kedalam kategori baik (74%), dam hasil wawancara
masuk kedalam kategori sangat baik (92%). Sehingga, rata-rata keterampilan
menggunakan termometer masuk kedalam kategori baik, dengan persentase (69%).
Tabel 4.23 Keterampilan menggunakan termometer
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Menggunakan
termometer
59
Cukup
76
Baik
69
Baik
68
Baik
Berdasarkan tabel 4.23 dapat dilihat bahwa dari ketiga SMA yang diteliti,
dapat dilihat bahwa SMAN Y mendapat persentase tertinggi (76%) masuk kedalam
kategori baik. SMAN X mendapat persentase terendah (59%) masuk kedalam
kategori cukup. Sehingga rata-rata keterampilan di 3 SMAN ini mendapat
persentase (68%) dengan kategori baik.
74
6. Keterampilan Menggunakan Neraca
Keterampilan menggunakan neraca merupakan salah satu keterampilan yang
dilihat dalam penelitian ini. Keterampilan ini yang dilihat ketika observasi adalah
bagaimana menggunakan neraca dengan menimbang zat sesuai dengan keinginan
peserta didik kemudian diukur massanya. Keterampilan menggunakan neraca ini
dibagi menjadi 3 sub teknik laboratorium.
Tabel 4.24 Keterampilan menggunakan neraca pada SMAN X
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mempersiapkan
neraca sebelum
menimbang
45
Cukup
74
Baik
3
Sangat
kurang
41
Cukup
2. Menimbang alas 31
Kurang
65
Baik
0
Sangat
Kurang
32
Kurang
3. Menimbang massa zat 45
Cukup
78
Baik
83
Sangat baik
69
Baik
Rata-rata 47
Cukup
Berdasarkan tabel 4.24 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
neraca pada SMAN X termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 47%.
Hasil observasi keterampilan menggunakan neraca terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori kurang (31%) pada sub teknik laboratorium menimbang alas, dan
kategori cukup (45%) pada sub teknik laboratorium mempersiapkan neraca
sebelum menimbang dan sub teknik laboratorium menimbang massa zat. Hasil
angket termasuk dalam kategori baik (74%, 65%, 78%). pada sub teknik
75
laboratorium menimbang massa zat, mempersiapkan neraca sebelum menimbang,
dan menimbang alas. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori
sangat kurang (0%, 3%) pada sub teknik laboratorium menimbang alas, dan
mempersiapkan neraca sebelum menimbang, kategori sangat baik (83%) pada sub
teknik laboratorium menimbang massa zat. Pada keterampilan menggunakan
neraca ini persentase paling tinggi (65%) dengan kategori baik pada sub teknik
laboratorium menimbang massa zat dan persentase terendah (30%) dengan kategori
kurang pada sub teknik laboratorium menimbang alas.
Tabel 4.25 Keterampilan menggunakan neraca pada SMAN Y
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mempersiapkan
neraca sebelum
menimbang
39
Kurang
68
Baik
33
Kurang
47
Cukup
2. Menimbang alas 60
Cukup
73
Baik
0
Sangat
Kurang
44
Cukup
3. Menimbang massa zat 47
Cukup
61
Baik
11
Sangat
Kurang
40
Kurang
Rata-rata 44
Cukup
Berdasarkan tabel 4.25 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
neraca pada SMA Y termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 44%.
Hasil observasi keterampilan menggunakan neraca terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori kurang (39%) pada sub teknik laboratorium mempersiapkan neraca
76
sebelum menimbang, dan kategori cukup (60%, 47%) pada sub teknik laboratorium
menimbang alas dan sub teknik laboratorium menimbang massa zat. Hasil angket
termasuk dalam kategori baik dengan persentase tertinggi (73%) pada sub teknik
laboratorium menimbang alas, dan persentase terendah (61%) pada sub teknik
laboratorium menimbang massa zat. Hasil wawancara terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori sangat kurang (0%, 11%) pada sub teknik laboratorium menimbang
alas, dan menimbang massa zat, kategori kurang (33%) pada sub teknik
mempersiapkan neraca sebelum menimbang. Pada keterampilan menggunakan
neraca ini persentase paling tinggi (47%) dengan kategori cukup pada sub teknik
laboratorium mempersiapkan neraca sebelum menimbang dan persentase terendah
(40%) dengan kategori kurang pada sub teknik laboratorium menimbang massa zat.
Tabel 4.26 Keterampilan menggunakan neraca pada SMAN Z
No Sub Teknik
Laboratorium
Hasil
Observasi
Hasil
Angket
Hasil
wawancara
Rata-rata
1. Mempersiapkan
neraca sebelum
menimbang
23
Kurang
67
Baik
39
Kurang
43
Cukup
2. Menimbang alas 9
Sangat
Kurang
58
Cukup
0
Sangat
Kurang
22
Kurang
3. Menimbang massa zat 37
Kurang
70
Baik
100
Sangat baik
69
Baik
Rata-rata 45
Cukup
Berdasarkan tabel 4.26 dapat dilihat bahwa keterampilan menggunakan
neraca pada SMA Z termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 45%.
77
Hasil observasi keterampilan menggunakan neraca terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu kategori kurang dengan persentase tertinggi (37%) pada sub teknik
laboratorium menimbang massa zat, dan kategori sangat kurang (9%) pada sub
teknik laboratorium menimbang alas. Hasil angket termasuk dalam kategori baik
dengan persentase tertinggi (70%) pada sub teknik laboratorium menimbang massa
zat, dan kategori cukup (58%) pada sub teknik laboratorium menimbang alas. Hasil
wawancara terbagi menjadi 3 kategori, yaitu kategori sangat kurang (0%) pada sub
teknik laboratorium menimbang alas, kategori kurang (39%) pada sub teknik
mempersiapkan neraca sebelum menimbang, dan kategori sangat baik (100%) pada
sub teknik laboratorium menimbang massa zat. Pada keterampilan menggunakan
neraca ini terbagi menjadi 3 kategori yaitu kategori baik (69%) pada sub teknik
laboratorium menimbang zat, kategori cukup (43%) pada sub teknik laboratorium
mempersiapkan neraca sebelum menimbang, dan kategori sangat kurang (0%) pada
sub teknik laboratorium menimbang alas.
Tabel 4.27 Keterampilan menggunakan neraca
No Sub Teknik
Laboratorium
SMAN X SMAN Y SMAN Z Rata-rata
1. Mempersiapkan neraca
sebelum menimbang
36
Kurang
47
Cukup
43
Cukup
42
Cukup
2. Menimbang alas 30
Kurang
44
Cukup
22
Kurang
32
Kurang
3. Menimbang massa zat 65
Baik
40
Kurang
69
Baik
58
Cukup
Rata-Rata 44
Cukup
78
Berdasarkan tabel 4.27 dapat didapatkan bahwa keterampilan menggunakan
neraca termasuk kedalam kategori cukup dengan persentase 44%. Hasil persentase
tertinggi (58%) dengan kategori cukup pada sub teknik laboratorium menimbang
zat dan persentase terendah (32%) dengan kategori kurang pada sub teknik
laboratorium menimbang alas. Dari ketiga SMAN yang diteliti, didapatkan hasil
dengan persentase tertinggi (45%) kategori cukup di SMAN Z, dan persentase
terendah (44%) kategori cukup di SMAN X dan SMAN Y.
B. Pembahasan
Praktikum biologi di laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan
keterampilan laboratorium dan bukti nyata dari prinsip, konsep, hukum dasar, dan
teori. Konsep yang bersifat abstrak akan lebih mudah dipahami melalui kegiatan-
kegiatan yang bersifat konkret atau nyata. Bersadarkan hal tersebut maka metode
eksperimen dianggap cocok sebagai metode pembelajaran yang tepat untuk
konsep-konsep yang akan dipelajari. Metode praktikum memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan membuktikan secara langsung
konsep yang sedang dipelajari.50
Metode praktikum dalam pembelajaran biologi menuntut kemampuan praktik
yang lebih menitik beratkan pada kemampuan psikomotor. Metode praktikum tidak
hanya memudahkan peserta didik dalam menguasai konsep yang diterapkan.
Metode praktikum dapat digunakan untuk melatih peserta didik dalam melakukan
keterampilan kerja laboratorium. Laboratorium merupakan tempat untuk
mengembangkan keterampilan manipulatif dan prosedural. Keterampilan
manipulatif adalah keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium
sedangkan keterampilan prosedural adalah keterampilan melakukan perangkat
pekerjaan dengan urutan tertentu.51
50 Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains,(Jakarta : Lembaga penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 104 51 Sofyan, Evaluasi Pembelajaran IPA, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN jakarta press, 2006), h. 83
79
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Tangerang selatan terdapat 12
sekolah. Terdapat sekolah yang memiliki laboratorium sebanyak 9 sekolah, dan
yang tidak memiliki laboratorium sebanyak 3 sekolah. Sekolah yang memiliki
laboratorium sebagian besar telah melaksanakan praktikum, namun sebagian besar
menjalankan praktik di bawah frekuensi pemanfaatan yang seharusnya. Terdapat
sekolah yang tidak memiliki laboratorium namun tetap melaksanakan praktikum di
luar ruangan atau di kelas dengan sarana prasarana terbatas dan frekuensi
praktikum yang cukup rendah. Sehingga, hal ini mempengaruhi keterampilan setiap
peserta didik.
Keterampilan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada analisis
buku Biologi yang digunakan di Sekolah Menengah Atas dari kelas 1 hingga kelas
3. Kemudian diklasifikasikan berdasarkan alat yang digunakan untuk praktikum
dan frekuensi pemakaiaannya. Kemudian disesuaikan lagi dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), dan sekolah Menengah Atas
(SMA/MA). Sehingga didapatkan 6 keterampilan yang diteliti pada penelitian ini,
yaitu keterampilan menggunakan mikroskop, keterampilan menggunakan gelas
ukur, keterampilan menggunakan pipet tetes, keterampilan memanaskan larutan,
keterampilan menggunakan termometer, dan keterampilan menggunakan neraca.
1. Keterampilan menggunakan mikroskop
Keterampilan menggunakan mikroskop merupakan hal mendasar dalam
pembelajaran biologi. Penggunaan mikroskop ini biasanya dilakukan dalam
pengamatan makhluk hidup yang berukuran mikroskopik. Mikroskop yang terdapat
di sekolah adalah mikroskop cahaya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
spesimen bawang merah yang nantinya akan diamati inti selnya. Spesimen ini
sebelumnya sudah dipersiapkan oleh peneliti sehingga peserta didik dapat
mengambil spesimen yang sudah tersedia untuk melakukan pengamatan nukleus
80
bawang merah menggunakan mikroskop. Pada keterampilan menggunakan
mikroskop ini memperoleh persentase 78% dengan kategori baik, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik sudah menguasai dengan baik keterampilan
menggunakan mikroskop.
Frekuensi penggunaan alat yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari 3
buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak selama 10 kali penggunaan. Pada kelas X peserta didik menggunakan
mikroskop pada kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan data hasil
penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai objek biologi dan
tingkat organisasi kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.5 menyajikan data
tentang ciri-ciri dan peran bakteri dalam kehidupan. Kompetensi dasar
keterampilan 4.6 menyajikan laporan hasil investigasi tentang berbagai peran
protista dalam kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.7 menyajikan laporan
hasil invetigasi tentang keanekaragaman jamur dan peranannya dalam kehidupan.
Kompetensi dasar 4.8 menyajikan laporan hasil pengamatan dan analisis fenetik
dan filogenik tumbuhan serta peranannya dalam kehidupan.
Kelas XI peserta didik menggunakan mikroskop sebanyak 5 kali berdasarkan
hasil analisis 3 buku. Kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan hasil data
pengamatan mikroskopik struktur sel hewan dan sel tumbuhan sebagai unit terkecil
kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.3 menyajikan hasil data pengamatan
struktur jaringan dan organ pada tumbuhan. Kompetensi dasar keterampilan 4.4
menyajikan data hasil pengamatan struktur jaringan dan organ pada hewan.
Kompetensi dasar keterampilan 4.6 menyajikan karya tulis tentang kelainan pada
struktur dan fungsi darah, jantung, pembuluh darah yang menyebabkan gangguan
sistem sirkulasi manusia serta keitannya dengan teknologi melalui studi literatur.52
52 Lampiran 1 Analisis Alat-alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk Mencapai Kompetensi Dasar
Keterampilan
81
Teknik laboratorium keterampilan menggunakan mikroskop ini paling tinggi
persentasenya terdapat di SMAN X sebanyak 82% dan paling rendah di SMAN Y
sebanyak 75%. Hal ini dikarenakan, di SMAN X sudah dikenalkan sejak kelas X
untuk cara menggunakan mikroskop dan penggunaan mikroskop di SMA ini dari
kelas X sampai kelas XI sebanyak 7 kali pada kompetensi dasar keterampilan yang
sudah ditentukan. Sedangkan pada SMAN Y frekuensi menggunakan mikroskop
dari kelas X sampai kelas XI hanya 3 kali pada kompetensi dasar keterampilan yang
sudah ditentukan.
Dalam temuan di lapangan, pada sub teknik laboratorium membawa
mikroskop ini memperoleh persentase 78% hal ini menunjukkan bahwa peserta
didik sudah menguasai dengan baik, yaitu cara membawa mikroskop dengan benar
tekniknya yaitu dengan menggunakkan tangan saat mengambil mikroskop dan
membawanya. Tangan terkuat memegang lengan mikroskop, sedangkan tangan
lainnya memegang kaki mikroskop.53. Namun, terdapat beberapa peserta didik
yang membawa mikroskop tersebut masih salah. Terdapat peserta didik yang
membawa mikroskop tidak sejajar dengan dada. Pada sub indikator ini
mendapatkan cahaya yang tepat sangat penting. Dalam pelaksanaan penelitian ini,
peserta didik untuk mendapatkan cahaya masih sulit, karena laboratorium di
sekolah masih sangat minim pencahayaannya. Sehingga, untuk mendapatkan
cahaya yang bagus, peserta didik menggunakan flash yang ada di handphone untuk
melakukan pengamatan menggunakan mikroskop.
Sub teknik laboratorium selanjutnya adalah mendapatkan titik fokus. Pada
sub indikator ini memperoleh persentase 82% hal ini menunjukkan bahwa peserta
didik menguasai sub teknik laboratorium ini dengan sangat baik. Tempatkan objek
yang akan diamati tepat di bawah lensa objektif, dengan menggunakan pemutar
kasar, turunkan tubulus sampai diperoleh bayangan benda yang paling jelas. Untuk
menemukan sasaran yang dicari, geser kaca objek. Jepit kaca objek dengan
53 Deswaty Furqonita, Seri IPA BIOLOGI 1 SMP Kelas VII, (Jakarta: Quadra, 2006), h.18
82
menggunakan penjepit objek lalu amati objeknya. Untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas, putar pemutar halus.54.Terdapat peserta didik yang sudah dapat
mendapatkan titik fokus dengan jelas. Terdapat juga peserta didik yang masih
belum memperoleh titik fokus dengan jelas. Sehingga, masih belum didapatkan
bayangan objek yang jelas.
Gambar 4.1 Keterampilan dalam menggunakan mikroskop
Sub teknik laboratorium selanjutnya adalah menggunakan perbesaran lensa
objektif beragam (10x dan 40x). Pada sub teknik laboratorium ini didapatkan
dengan hasil persentase 75% dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik menguasai sub teknik laboratorium ini dengan baik. Memutar
revolver mengatur objektif dengan perbesaran lemah tepat di tengah meja benda
sampai terdengar bunyi “klik”. Untuk mendapatkan perbesaran yang kuat, memutar
revolver hingga obyektif dengan perbesaran kuat dnegan menggantikan obyektif
dengan perbesaran lemah. Untuk memperoleh bayangan yang jelas, putar-putarlah
pengatur halus sambil melihat melalui lensa okuler. Terdapat beberapa peserta
didik yang masih belum mengetahui ketika mengubah perbesaran dari perbesaran
lemah ke perbesaran yang kuat, karena terdapat beberapa peserta didik yang
menggunakan perbesaran 100x sehingga tidak diperoleh bayangan benda dengan
jelas. Terdapat juga peserta didik yang sudah mengetahui cara mengubah
perbesaran lemah menjadi perbesaran yang kuat, dan didapatkan bayangan benda
secara jelas.
54 Suyitno Aloysius, Sukirman, BIOLOGY Junior High School, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008),
h.10-12
83
2. Keterampilan menggunakan gelas ukur
Keterampilan menggunakan gelas ukur juga harus dikuasai dalam mata
pelajaran biologi. Penggunaan gelas ukur ini sangat penting karena setiap larutan
yang akan digunakan untuk praktikum sebelumnya harus diukur terlebih dahulu
volumenya. Keterampilan menggunakan gelas ukur ini memperoleh persentase
56% hal ini menunjukkan bahwa peserta didik cukup menguasai keterampilan ini.
Indikator pada sub teknik laboratorium ini yaitu menuang larutan dan membaca
meniskus.
Frekuensi penggunaan alat yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari 3
buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak selama 1 kali penggunaan. Pada kelas X peserta didik menggunakan
mikroskop pada kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan data hasil
penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai objek biologi dan
tingkat organisasi kehidupan. Namun, keterampilan menggunakan gelas ukur ini
sebagai mendukung jalannya praktikum sehingga, sering digunakan sebagai alat
bantu untuk praktikum pada beberapa kompetensi dasar keterampilan berikut. Pada
kompetensi dasar keterampilan 4.7 menyajikan laporan hasil invetigasi tentang
keanekaragaman jamur dan peranannya dalam kehidupan. Kompetensi
keterampilan dasar 4.8 menyajikan laporan hasil pengamatan dan analisis fenetik
dan filogenik tumbuhan serta peranannya dalam kehidupan. Kompetensi dasar
keterampilan 4.9 menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan
pada struktur dan fungsi organ yang menyebabkan gangguan pada sistem ekskresi
serta kaitannya dengan teknologi. Kelas XI peserta didik menggunakan mikroskop
sebanyak 1 kali berdasarkan hasil analisis 3 buku. Kompetensi dasar keterampilan
merumuskan urutan proses sintesis protein dalam kaitannya dengan penyampaian
kode genetik (DNA-RNA-Protein).55
55 Lampiran 1 Analisis Alat-alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk Mencapai Kompetensi Dasar
Keterampilan
84
Teknik laboratorium keterampilan menggunakan gelas ukur ini paling tinggi
persentasenya terdapat di SMAN X sebanyak 76% dan paling rendah di SMAN Z
sebanyak 56%. Hal ini dikarenakan, di SMAN X sudah sering menggunakan gelas
ukur dalam berbagai praktikum.
Membaca volume zat cair yang berada dalam gelas ukur ataupun buret
memerlukan teknik tersendiri. Air dan gelas akan membentuk cekungan pada
permukaan cairan. Untuk itu cara membacanya adalah dengan melihat pada
permukaan air tersebut pada arah mendatar. Arah penglihatan dari mata harus
benar-benar horizontal, tidak boleh dari atas maupun dari bawah.56 Berdasarkan
temuan dilapangan, terdapat peserta didik menuang larutan dari gelas beaker ke
gelas ukur dengan menuangkannya langsung tanpa menggunakan bantuan corong,
terdapat pula peserta didik yang menuang larutan tersebut dengan menggunakan
corong. Menuang larutan menggunakan corong ini bertujuan untuk mempermudah
penuangan dan meminimalisir cairan tersebut tumpah. Untuk membaca meniskus
larutan ini terdapat 2 cara, yaitu membaca meniskus dengan membaca bagian atas
meniskus, dan ada yang membaca meniskus bagian bawah. Pada pengamatan ini,
hampir sebagian peserta didik membaca meniskus dengan membaca bagian atas
meniskus. Seharusnya dalam membaca meniskus dalam percobaan ini yaitu
membaca meniskus bagian bawah, karena cairan yang digunakan adalah air yang
ketika dituang kedalam gelas ukur membentuk cekungan.
Gambar 4.2 Kesalahan membaca skala pada gelas ukur
56 Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h.122-123
85
3. Keterampilan menggunakan pipet tetes
Keterampilan menggunakan pipet tetes juga sangat penting dalam mata
pelajaran biologi. Hal ini dianggap penting karena penggunaan pipet ini sangat
dibutuhkan jika untuk penambahan volume hanya beberapa tetes saja.
Keterampilan menggunakan pipet tetes ini memperoleh persentase 76%, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik menguasai keterampilan ini dengan baik.
Indikator pada sub teknik yaitu mengambil larutan dan mengeluarkan larutan.
Frekuensi penggunaan alat yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari 3
buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak 11 kali penggunaan. Namun karena pipet tetes ini sangat membantu
ketika praktikum menggunakan alat gelas, karena membantu dalam penambahan
atau pengurangan larutan dalam skala kecil.57 Teknik laboratorium keterampilan
menggunakan pipet tetes ini paling tinggi persentasenya terdapat di SMA X
sebanyak 80% dan paling rendah di SMA Z sebanyak 74%.
Keterampilan dasar dalam menggunakan pipet tetes ini terdiri dari mengambil
larutan dan mengeluarkan larutan. Sub teknik laboratroium mengambil larutan ini
mendapat persentase 76% dalam kategori baik. Cara mengambil larutan dengan
memegang karet penghisap pada pipet tetes dengan menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk, kemudian karet penghisap ditekan dengan kedua jari. Lalu, dicelupkan
pada zat cair yang akan diambil. Agar zat masuk kedalam pipet tetes maka secara
perlahan tekanan pada karet penghisap dikurangi sedikit demi sedikit58. Terdapat
peserta didik yang masih melakukan kesalahan penggunaan pipet tetes, peserta
didik yang mengambil larutan dengan cara memasukkan pipet tetes terlebih dahulu,
kemudian menekan karet hisap pada pipet tetes sehingga menimbulkan gelembung
pada larutan. Hal ini tidak direkomendasikan, karena ditakutkan jika menimbulkan
gelembung, larutan tersebut bereaksi sehingga berbahaya.
57 Lampiran 2 Analisis Frekuensi Pemakaian Alat 58 Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h.123-124
86
Sub teknik laboratorium mengeluarkan larutan mendapatkan persentase 76%
dengan kategori baik. Untuk mengeluarkan zat cair dalam pipet tetes, berilah
tekanan pada karet penghisap menggunakan ibu jari dan jari telunjuk secara
perlahan hingga cairan dalam pipet tetes keluar secara perlahan59. Pada sub teknik
laboratorium ini peserta didik meneteskan larutan dengan menekan karet penghisap
pada pipet tetes sehingga cairan keluar secara perlahan. Terdapat peserta didik yang
meneteskan larutan tegak lurus sehingga langsung mengenai larutan, terdapat pula
peserta didik yang meneteskan larutan dengan menempelkan pada tabung reaksi.
Gambar 4.3 Kesalahan dalam menggunakan pipet tetes
4. Keterampilan memanaskan larutan
Keterampilan memanaskan larutan sangat penting dalam pelajaran biologi.
Hal ini dapat membantu pelaksaan praktikum biologi. Terutama untuk bagian
memanaskan larutan ini dilakukan pada kelas 12 dengan judul praktikum “enzim”.
Pada praktikum enzim yang sebelumnya sudah dilakukan oleh peserta didik, yaitu
dengan cara menghaluskan hati ayam kemudian dicampurkan dengan air.
Kemudian dituang kedalam tabung reaksi. Hal ini menunjukkan bahwa peserta
didik dituntut untuk menguasai keterampilan pemanasan larutan. Keterampilan
memanaskan larutan ini memperoleh persentase 68%, hal ini menunjukkan bahwa
peserta didik menguasai keterampilan ini dengan baik.
Frekuensi memanaskan larutan yang didapatkan adalah hasil dari analisis dari
3 buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi pemakaian
sebanyak selama 6 kali penggunaan. Pada kelas X peserta didik dalam memanaskan
59 Ibid, h. 124
87
larutan pada kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan data hasil penerapan
metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai objek biologi dan tingkat
organisasi kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.5 menyajikan data tentang
ciri-ciri dan peran bakteri dalam kehidupan.
Kelas XI peserta didik dalam memanaskan larutan sebanyak 2 kali
berdasarkan hasil analisis 3 buku. Kompetensi dasar keterampilan 4.7 menyajikan
laporan hasil uji zat makanan yang terkandung dalam berbagai jenis bahan
makanan dikaitkan dengan kebutuhan energi setiap individu serta teknologi
pengolahan pangan dan keamanan pangan. Kompetensi keterampilan dasar 4.9
menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada struktur dan
fungsi organ yang menyebabkan gangguan sistem ekskresi serta kaitannya dengan
teknologi.
Kelas XII peserta didik dalam memanaskan larutan sebanyak 2 kali
berdasarkan hasil analisis buku. Kompetensi dasar 4.2 menyusun laporan hasil
percobaan tentang mekanisme kerja enzim, fotosintesis, dan respirasi anaerob.
Kompetensi dasar keterampilan 4.4 menyajikan hasil pengamatan pembelahan sel
pada sel hewan maupun tumbuhan.60
Teknik laboratorium keterampilan memanaskan larutan ini paling tinggi
persentasenya terdapat di SMA Z sebanyak 76% dan paling rendah di SMA Y
sebanyak 55%. Indikator yang pertama pada sub teknik memanaskan larutan adalah
menyalakan dan memadamkan pembakar spirtus dengan peroleh persentase 70%,
hal ini menunjukkan bahwa peserta didik menguasai dengan baik sub teknik
laboratorium ini. Saat menyalakan pembakar spirtus, pastikan bahwa spirtus di
dalam wadah berada dalam jumlah yang mencukupi. Untuk menyalakan spirtus,
buka tutup lampu spirtus kemudian nyalakan dengan korek api. Untuk mematikan
lampu spirtus, gunakan penutup lampu untuk menutupi api yang sedang menyala61.
60 Lampiran 1 Analisis Alat-alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk Mencapai Kompetensi Dasar
Keterampilan 61 Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h.130
88
Berdasarkan temuan di lapangan, terdapat beberapa peserta didik yang belum dapat
menyalakan spirtus, hal ini dikarenakan peserta didik yang berjenis kelamin
perempuan takut untuk menyalakan korek api sehingga peserta didik tidak dapat
menyalakan spirtus. Untuk memadamkan spirtus terdapat beberapa peserta didik
yang belum dapat memadamkan pembakar spirtus dengan benar. Memadamkan
spitus yang belum benar ini dengan cara meniup api pada pembakar spirtus. Hal ini
seharusnya tidak boleh dilakukan karena dapat saja api menyulut benda yang
mudah terbakar sehingga menyebabkan kebakaran. Memadamkan pembakar
spirtus dengan benar adalah dengan cara ditutup menggunakan penutup pembakar
spirtus sehingga api tersebut dapat padam.
Sub teknik laboratorium pemanasan menggunakan tabung reaksi dengan
perolehan persentase 66%, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik cukup
menguasai sub teknik laboratorium ini. Saat pemanasan, gunakan tabung reaksi
yang tahan panas. Peganglah tabung reaksi dengan menggunakan penjepit kayu.
Mulut tabung reaksi harus dicondongkan, kearah ruang kosong, jangan arahkan ke
diri sendiri maupun orang lain. Kemudian, gerakkan tabung reaksi mendekat dan
menjauh untuk menghindari panas yang terlalu berlebihan62. Untuk pemanasan
larutan menggunakan tabung reaksi, terdapat beberapa kesalahan peserta didik saat
melakukan pemanasan larutan, yaitu terdapat peserta didik yang melakukan
pemanasan larutan tanpa bantuan penjepit, seharusnya untuk melakukan
pemanasan larutan harus dengan bantuan penjepit tabung reaksi. Karen ajika tidak
menggunakan bantuan penpeit tabung reaksi, tangan praktikan dapat terbakar.
Selain itu, peserta didik memanaskan larutan dengan posisi tabung reaksi yang
diam dan dengan posisi tabung reaksi tegak. Terdapat juga peserta didik yang
memanaskan larutan dengan posisi tabung reaksi tegak namun sambil di gerakkan
ke kanan-kiri. Ada juga peserta didik yang memanaskan larutan menggunakan
tabung reaksi dengan cara dimiringkan namun didiamkan saja atau tidak
62 ibid, h. 102
89
digerakkan ke kanak-kiri. Terdapat juga peserta didik yang memanaskan larutan
menggunakan tabung reaksi dengan benar yaitu dengan cara memanaskan larutan
dengan cara dimiringkan kemudian digerakkan ke kanan-kiri. Hal ini bertujuan
untuk panas pada tabung reaksi tersebut panasnya merata dan menghindari panas
yang berlebihan.
Gambar 4.4 Kesalahan memanaskan larutan
5. Keterampilan menggunakan termometer
Keterampilan menggunakan termometer ini juga sangat penting pada
praktikum biologi. Penggunaan termometer ini bertujuan untuk mengetahui suhu
larutan yang digunakan. Keterampilan ini memperoleh persentase 68%, hal ini
menunjukkan bahwa peserta didik cukup menguasai keterampilan ini.
Frekuensi menggunakan termometer yang didapatkan adalah hasil dari
analisis dari 3 buku SMA kemudian dianalisis sehingga menghasilkan frekuensi
pemakaian sebanyak selama 6 kali penggunaan. Pada kelas X peserta didik
menggunakan mikroskop pada kompetensi dasar keterampilan 4.1 menyajikan data
hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai objek biologi
dan tingkat organisasi kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.7 menyajikan
laporan hasil investigasi tentang keanekaragaman jamur dan peranannya pada
kehidupan. Kompetensi dasar keterampilan 4.10 menyajikan karya yang
menunjukkan reaksi antarkomponen ekosistem.
90
Kelas XI peserta didik menggunakan mikroskop sebanyak 1 kali berdasarkan
hasil analisis 3 buku. Kompetensi dasar keterampilan 4.8 menyajikan hasil analisis
pengaruh udara terhadap kelainan pada struktur dan fungsi organ pernapasan
manusia berdasarkan studi literatur. Kelas XII peserta didik menggunakan
mikroskop sebanyak 2 kali berdasarkan hasil analisis buku. Kompetensi dasar 4.2
menyusun laporan hasil percobaan tentang mekanisme kerja enzim, fotosintesis,
dan respirasi anaerob. Kompetensi dasar keterampilan 4.4 merumuskan urutan
proses sintesis protein pada kaitannya dengan penyampaian kode genetik (DNA-
RNA-Protein).63
Teknik keterampilan dasar laboratorium pada menggunakan termometer ini
paling tinggi persentasenya terdapat di SMA Y sebanyak 76% dan paling rendah di
SMA X sebanyak 59%. Untuk menggunakan termometer, termometer dapat
digantungkan pada statif atau di ikat di ujungnya menggunakan tali. Kemudian
ujung termometer yang berisi air raksa harus tercelup ke dalam cairan yang diukur
suhunya. Namun, peserta didik masih belum menguasai penggunaan termometer
dengan baik. Terdapat peserta didik yang memegang termometer masih kurang
tepat yaitu tangan menyentuh badan termometer. Terdapat pula peserta didik yang
memegang termometer dengan keadaan terbalik, dengan posisi ujung termometer
yang berisi air raksa terdapat diatas larutan dan pangkal termometer berada pada
dasar larutan. Terdapat pula peserta didik yang menggunakan temometer untuk
mengukur suhu dengan menyentuh dinding atau dasar wadah. Karena suhu yang
dihasilkan ketika termometer menyentuh dinding atau dasar wadah tidak sesuai
dengan suhu larutan. Selain itu, masih juga beberapa melihat suhu pada termometer
dengan posisi mata tidak sejajar dengan garis skala termometer.
63 Lampiran 1 Analisis Alat-alat Praktikum Pada Modul Praktikum Untuk Mencapai Kompetensi Dasar
Keterampilan
91
Gambar 4.5 Kesalahan menggunakan termometer
6. Keterampilan menggunakan neraca
Keterampilan menggunakan neraca juga sangat penting pada praktikum
biologi. Penggunaan neraca ini bertujuan untuk menghitung massa suatu zat. Pada
keterampilan ini memperoleh persentase 44%, hal ini menunjukkan bahwa peserta
didik kurang menguasai keterampilan ini.
Teknik laboratorium keterampilan menggunakan neraca ini paling tinggi
persentasenya terdapat di SMA Z sebanyak 45% dan paling rendah di SMA X dan
Y sebanyak 44%. Hal ini dikarenakan, di SMA ini frekuensi pemakaian neraca
sangat minim sekali, sehingga didapatkan keterampilan menggunakan neraca
kurang menguasai.
Pada keterampilan menggunakan neraca terdapat tiga sub teknik
laboratorium. Sub teknik laboratorium yang pertama adalah mempersiapkan neraca
sebelum menimbang, dengan perolehan persentase 42%, hal ini menunjukkan
bahwa peserta didik kurang menguasai dengan baik. Sebelum menimbang,
kalibrasi dahulu neraca yang akan digunakan. Adapun teknik pengkalibrasian pada
neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca ohauss
sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis
kesetimbangan, namun sebelumnya pastikan semua anting pemberatnya terletak
tepat pada angka nol di masing-masing lengan64. Namun, terdapat peserta didik di
lapangan, pada indikator membersihkan piringan neraca sebelum menimbang,
64 Wawan Muliawan, Teknik Laboratorium. (Yogyakarta : Deepublish, 2018), h. 212
92
sebagian besar belum membersihkan neraca ketika sebelum menimbang. Indikator
selanjutnya, yaitu memposisikan beban pada titik nol, semua peserta didik telah
melakukan dan memposisikan dengan baik. Indikator selanjutnya adalah
meletakkan beban pada penggantungnya. Namun, berdasarkan temuan di lapangan,
terdapat peserta didik yang belum menguasai indikator ini dengan baik. Terdapat
peserta didik yang meletakkan beban diatas skala, bukan di penggantungnya.
Indikator selanjutnya adalah memutar knop kalibrasi neraca hingga garis lengan
sejajar dengan angka nol. Hanya sebagian peserta didik yang melakukan hal
tersebut. Namun sebagian besar peserta didik menggeser beban agar garis lengan
sejajar dengan nol, sehingga beban tidak berada pada titik nol.
Sub teknik laboratorium berikutnya adalah menimbang alas, sub teknik ini
memperoleh persentase 32%, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik kurang
menguasai sub teknik ini dengan baik. Sub teknik ini memiliki indikator yaitu
menggunakan kaca arloji untuk menimbang. Sebelum menimbang, tempatkan kaca
arloji atau kertas atau gelas kimia (untuk zat cair) atau alas lainnya yang dapat
mempermudah kita dalam melakukan proses pengukuran. Jangan pernah langsung
menimbang zat kimia pada wadah aluminium yang sudah tersedia65. Namun,
peserta didik tidak menggunakan kaca arloji untuk menimbang, melainkan
langsung menggunakan piringan neraca namun terdapat juga beberapa peserta
didik yang menggunakan tissue sebagai alas. Pada indikator menggeser beban.
Geserlah beban di lengan neraca dengan bantuan lidi pensil, atau tusuk gigi. Jangan
menggeser beban pada lengan neraca secara langsung dengan tangan karena dapat
mengganggu kesetimbangan neraca66. Namun, banyak dari peserta didik yang
menggeser beban menggunakan tangan langsung, tidak menggunakan bantuan alat.
Terdapat peserta didik yang tidak menghitung massa kaca arloji sehingga tidak
didapatkan massa awal.
65 Ibid, h. 152 66 Ibid, h. 153
93
Gambar 4.6 Kesalahan menggunakan neraca
Sub teknik laboratorium berikutnya adalah menimbang massa zat dengan
perolehan persentase 58%, hal ini menunjukkan bahwa peserta didik cukup
menguasai sub teknik ini. Pada proses menimbang, peserta didik memindahkan zat
yang akan ditimbang dengan menggunakan bantuan spatula, hal ini bertujuan agar
zat yang akan ditimbang tidak bercecer. Untuk penentuan massa zat, terdapat
kesalahan yang terjadi, untuk menentukan massa zat peserta didik seharusnya
massa akhir dikurang massa alas (kaca arloji) namun, terdapat peserta didik yang
menganggap massa akhir adalah massa zat sehingga tidak dikurangi dengan massa
kaca arloji. Maka, yang didapatkan pada massa zat ini adalah massa akhir yang
tidak dikurangi dengan massa kaca arloji.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan dasar laboratorium IPA pada kategori baik (66%). Pada
penelitian ini keterampilan tertinggi termasuk kategori baik terdapat pada teknik
laboratorium menggunakan mikroskop dengan persentase (78%). Keterampilan
terendah termasuk kategori cukup pada teknik laboratorium menggunakan neraca
dengan persentase (44%). Pada penelitian ini, keterampilan dasar laboratorium
tertinggi dengan kategori baik pada SMAN X dengan persentase (69%).
Sedangkan keterampilan dasar laboratorium terendah dengan kategori baik pada
SMAN Y dengan persentase (65%).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
untuk peneliti selanjutnya antara lain :
1. Keterampilan penggunaan alat di laboratorium yang di ukur lebih banyak
lagi.
2. Responden yang digunakan sebaiknya seluruh SMAN di Kota Tangerang
Selatan sehinggan mendapatkan data yang lebih beragam.
3. Mata kuliah teknik laboratorium sebaiknya diperkuat kembali mengenai
keterampilan dasar laboratorium
95
DAFTAR PUSTAKA
Aloysius, Suyitno, Sukirman. 2018. BIOLOGY Junior High School. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Anggito, Albi, Johan Setiawan. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV
Jejak.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan
Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2011. Panduan
Teknis Perawatan Laboratorium Biologi.
Emda, Amna. 2014. Laboratorium Sebagai Sarana Pembelajaran Kimia Dalam
Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kerja Ilmiah. Faukultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Lantanida Journal, Vol 2 No.2. h.
226, h. 1-13
Furqonita, Deswati. 2006. Seri IPA BIOLOGI 1 SMP Kelas VII. Jakarta: Quadra
Hamidah, Afreni, Eka Novita Sari, Retni S Budianingsi. 2014. Persepsi Kegiatan
Praktikum Biologi di Laboratorium SMA Negeri Se-Kota Jambi. Jurnal
Sainmatika Vol. 8, No. 1. ISSN 1979-0910. h. 49-59
Khamidinal. 2016. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniawati, Dewi. 2018. Mengenal Laboratorium Sekolah. Surakarta: Aksara Sinergi
Media.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
21 tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
96
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
36 tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Maknun, dkk. 2012. Pemetaan keterampilan esensial laboratorium dalam kegiatan
praktikum ekologi. Jurnal pendidikan IPA Indonesia. Bandung;UPI, JPII 1(1)
(2012). h. 3, h. 1-7
Mastika, Nyoma, B Putu Adnyana, Gusti N Agung Setiawan. 2014. Analisis
Standarisasi Laboratorium Biologi Dalam Proses Pembelajaran di SMA Negeri
Kota Denpasar, e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Program Studi IPA, Vol, 4. h. 1-10
Muliawan, Wawan. 2018. Teknik Laboratorium. Yogyakarta: Budi Utama.
Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi pendidikan. Bandung : Remadja karya.
Rahmawati Tutik, Daryanti. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Gava Media.
Sofyan. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA. Jakarta: Lembaga penelitian UIN jakarta
press.
Subiana, Putu. 2012. Pelatihan keterampian dasar laboratorium (basic laboratory
skill) bagi staf laboratorium IPA SMP se-kabupaten Buleleng. h. 1-13
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryandari, Ervin Tri. 2013. Performance Assessment Sebagai Instrumen Penilaian
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses pada Praktikum Kimia Dasar di
Tadris Kimia. Jurnal PHENOMENON. Vol. 3 No. 2. h. 19-34
Susilaningsih E, K Khotimah, S Nurhayati. 2018. Development of Performance
Assessment Intrument Based Contextual Learning for Measuring Students
Laboratory Skills. IOP Publishing, doi:10.1088/1757-899X/349/1/012018. h. 1-
9
Thobroni, M. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
97
Viera, Anthony J dan Joanne Mills Garrett. 2005. Understanding inter observer
agreement the kappa statistic, Family medicine, Vol 37 No.5. h. 360-363
Widyatmoko, Arif. 2019. Mengenal Laboratorium Biologi. Semarang :Alprin.
Windyariani, Sistiana. 2019. Pembelajaran Berbasis Google Konteks dan Kreatifitas
Strategi Untuk Membelajarkan Sains di Abad 21. Yogyakarta: Deepublish.
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. 2009. Strategi Pembejalaran Sains. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
98
Lampiran 1
ANALISIS ALAT-ALAT PRAKTIKUM PADA MODUL PRAKTIKUM UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI
DASAR KETERAMPILAN
KELAS X
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Istamar
syamsuri
dkk.2017.
ESPS
BIOLOGI.
Jakarta:
Erlangga.
D.A Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas X.
Jakarta:
Erlangga
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XII. Jakarta:
Erlangga
3.1 menjelaskan
ruang lingkup
biologi
(permasalahan
pada berbagai
objek biologi dan
tingkat organisasi
kehidupan),
melalui penerapan
metode ilmiah dan
prinsip
keselamatan kerja.
4.1 menyajikan
data hasil
penerapan metode
ilmiah tentang
permasalahan
pada berbagai
objek biologi dan
tingkat organisasi
kehidupan.
- - Mikroskop
Thermometer
Higrometer
Neraca
Respirometer
Transpirometer
pH meter
kertas lakmus
cawan petri
Erlenmeyer
Tabung reaksi
dan rak
Pipet tetes
Gelas beker
Gelas ukur
Pengenalan alat-alat
laboratorium
99
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Istamar
syamsuri
dkk.2017.
ESPS
BIOLOGI.
Jakarta:
Erlangga.
D.A Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas X.
Jakarta:
Erlangga
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XII. Jakarta:
Erlangga
Pemanas bunsen
3.2 menganalisis
berbagai tingkat
keanekaragaman
hayati di Indonesia
beserta ancaman
dan pelestariannya
4.2 menyajikan
hasil observasi
berbagai tingkat
keanekaragaman
hayati di
Indonesia dan
usulan upaya
pelestariannya
Lup - - Melakukan observasi
(fieldtrip)
3.3 menjelaskan
prinsip-prinsip
klasifikasi
makhluk hidup
dalam lima
kingdom
4.3 menyusun
kladogram
berdasarkan
prinsip-prinsip
klasifikasi
makhluk hidup
Melakukan
pengamatan
dengan indera
Melakukan
pengamatan
dengan indera
- - Melakukan
pengamatan dengan
indera dan
penggunaan kunci
dikotom
3.4 menganalisis
struktur,
repikasi,dan peran
virus dalam
kehidupan
4.4 melakukan
kampanye tentang
bahaya virus
dalam kehidupan
terutama bahaya
AIDS
- - - Menggunakan studi
literature
100
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Istamar
syamsuri
dkk.2017.
ESPS
BIOLOGI.
Jakarta:
Erlangga.
D.A Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas X.
Jakarta:
Erlangga
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XII. Jakarta:
Erlangga
berdasarkan
tingkat
virulensinya
3.5
mengidentifikasi
struktur, cara
hidup, reproduksi,
dan peran bakteri
dalam kehidupan
4.5 menyajikan
data tentang ciri-
ciri dan peran
bakteri dalam
kehidupan
- Jarum ose
Penyaring
Pemanas
Mikroskop
Kaca objek
Kaca penutup
Pipet
Gelas beker
Cawan petri
Pembakar spirtus
dan pembakar
bunsen
Autoklaf
Kawat ose
Inkubator
- Mikroskop
dengan
keterampilan
fokus dan
perbesaran
- Penggunaan
Autoklaf
- Pipet dengan
keterampilan
meneteskan
larutan
- Pembakar
spirtus dengan
keterampilan
memanaskan
3.6
mengelompokkan
4.6 menyajikan
laporan hasil
- Mikroskop
Kaca objek
Mikroskop Mikroskop dengan
fokus dan perbesaran
101
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Istamar
syamsuri
dkk.2017.
ESPS
BIOLOGI.
Jakarta:
Erlangga.
D.A Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas X.
Jakarta:
Erlangga
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XII. Jakarta:
Erlangga
Protista
berdasarkan ciri-
ciri umum kelas
dan mengaitkan
peranannya dalam
kehidupan
investigasi
tentang berbagai
peran Protista
dalam kehidupan
Kaca penutup
Kaca objek
cekung
Kaca objek datar
Kaca penutup
Pipet
3.7
mengelompokkan
jamur berdasarkan
ciri-ciri, cara
reproduksi, dan
mengaitkan
peranannya dalam
kehidupan
4.7 menyajikan
laporan hasil
investigasi
tentang
keanekaragaman
jamur dan
peranannya dalam
kehidupan
Mikroskop
Kaca objek
Cover glass
Mikroskop
Thermometer
neraca
Mikroskop
Kaca objek
Kaca penutup
Pipet
Gelas beker
- Mikroskop
dengan fokus
dan
perbesaran
- Thermometer
dengan
keterampilan
mengukur
suhu
- Neraca dengan
keterampilan
menimbang
3.8
mengelompokkan
tumbuhan ke
4.8 menyajikan
laporan hasil
pengamatan dan
- Lup
Mikroskop
Pinset
Mikroskop
Kaca objek
Kaca penutup
Mikroskop dengan
fokus dan perbesaran
102
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Istamar
syamsuri
dkk.2017.
ESPS
BIOLOGI.
Jakarta:
Erlangga.
D.A Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas X.
Jakarta:
Erlangga
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XII. Jakarta:
Erlangga
dalam divisio
berdasarkan ciri-
ciri umum, serta
mengaitkan
peranannya dalam
kehidupan.
analisis fenetik
dan filogenik
tumbuhan serta
peranannya dalam
kehidupan
Lup
3.9
mengelompokkan
hewan ke dalam
filum berdasarkan
lapisan tubuh,
rongga tubuh,
simetri tubuh, dan
reproduksi
4.9 menyajikan
laporan
perbandingan
kompleksitas
lapisan penyusun
tubuh hewan
(dipoblastik, dan
tripoblastik),
simetritubuh,
rongga tubuh, dan
reproduksinya
- Mikroskop
binokuler
Lup
Alat bedah
Papan bedah
Pinset
Lup
Alat bedah
Papan bedah
- Mikroskop
dengan fokus
dan
perbesaran
- Penggunaan
alat bedah
dengan
keterampilan
membedah
specimen
3.10 menganalisis
komponen-
komponen
ekosistem dan
4.10 menyajikan
karya yang
menunjukkan
interaksi
- - Thermometer
Higrometer
pH meter
- Thermometer
untuk
mengukur
suhu
103
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Istamar
syamsuri
dkk.2017.
ESPS
BIOLOGI.
Jakarta:
Erlangga.
D.A Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas X.
Jakarta:
Erlangga
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XII. Jakarta:
Erlangga
interaksi
antarkomponen
tersebut
antarkomponen
ekosistem (jaring-
jaring makanan,
siklus
Biogeokimia)
- Higrometer
untuk
mengukur
tingkat
kelembaban
- pH meter
untuk
mengukur
tingkat
keasaman
suatu larutan
3.11 menganalisis
data perubahan
lingkungan,
penyebab, dan
dampaknya bagi
kehidupan
4.11 merumuskan
gagasan
pemecahan
masalah
perubahan
lingkungan yang
terjadi di
lingkungan
sekitar
- - - Menggunakan studi
literature
104
- Berdasarkan tabel diatas, terdapat beberapa alat laboratorium yang digunakan untuk membantu tercapainya
kompetensi dasar pengetahuan dan kompetensi dasar keterampilan didukung dengan pengenalan alat-alat
laboratorium, studi literatur dan juga observasi lapangan (fieldtrip). Mikroskop dengan keterampilan fokus dan
perbesaran, autoklaf, Pipet dengan keterampilan meneteskan larutan, Pembakar spirtus dengan keterampilan
memanaskan. Thermometer dengan keterampilan mengukur suhu, Neraca dengan keterampilan menimbang. alat
bedah dengan keterampilan membedah spesimen, Higrometer dengan keterampilan mengukur tingkat kelembaban,
pH meter dengan keterampilan mengukur tingkat keasaman suatu larutan.
105
ANALISIS ALAT-ALAT PRAKTIKUM PADA MODUL PRAKTIKUM UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI
DASAR KETERAMPILAN
KELAS XI
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
3.1 menjelaskan
komponen
kimiawi penyusun
sel, struktur,
fungsi, dan proses
yang berlangsung
dalam sel sebagai
unit terkecil
kehidupan
4.1 menyajikan
hasil data
pengamatan
mikroskopik
struktur sel hewan
dan sel tumbuhan
sebagai unit
terkecil kehidupan
Silet
Pinset
Kaca objek
Mikroskop
Pipet
Kaca penutup
Silet
Kaca objek
Mikroskop
Pipet
Kaca penutup
Spatula
Kaca objek
Mikroskop
Kaca
penutup
Pipet
Mikroskop dengan
menekankan fokus
dan perbesaran
3.2 menganalisis
berbagai bioproses
dalam sel yang
meliputi
4.2 membuat
model bioproses
yang terjadi dalam
sel berdasarkan
Tabung osmosis
Gelas piala
Osmometer
Statif
Gelas beker
Cawan petri
- - gelas beker dengan
keterampilan
membuat larutan
106
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
mekanisme
transport
membrane,
reproduksi dan
sintesis protein
studi literature
dan percobaan
Selaput selektif
permeable
Kaca objek
Mikroskop
Pipet
Kaca penutup
Silet
- tabung osmosis
dengan keterampilan
memfilter
-statif untuk
pendukung
- osmometer suatu
alat dengan
keterampilan
mengetahui nilai
osmosis
- pipet dengan
keterampilan
meneteskan larutan
3.3 menganalisis
keterkaitan antara
struktur sel pada
jaringan tumbuhan
dengan fungsi
4.3 menyajikan
hasil data
pengamatan
struktur jaringan
dan organ pada
tumbuhan
Preparat awetan
Mikroskop
Kaca objek
Mikroskop
Kaca penutup
Pipet
Silet
Preparat awetan
- - Mikroskop dengan
menekankan fokus
dan perbesaran
- pipet dengan
keterampilan
meneteskan larutan
107
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
organ pada
tumbuhan
3.4 menganalisis
keterkaitan antara
struktur sel pada
jaringan hewan
dengan fungsi
organ pada hewan
4.4 menyajikan
data hasil
pengamatan
struktur jaringan
dan organ pada
hewan
Mikroskop
Preparat awetan
Mikroskop
Preparat awetan
Mikroskop
Preparat
awetan
Mikroskop dengan
menekankan fokus
dan perbesaran
3.5 menganalisis
hubungan antara
struktur jaringan
penyusun organ
pada sistem gerak
dalam kaitannya
dengan bioproses
dan gangguan
fungsi yang dapat
terjadi pada sistem
gerak manusia
4.5 menyajikan
karya tentang
pemanfaatan
teknologi dalam
mengatasi
gangguan sistem
gerak melalui
studi literature
Baki bedah
Statif
Klem
Cawan
Alat bedah
Stopwatch
Gelas beker
Cawan
Pinset
Baki bedah
Statif
Klem
Alat bedah
Stopwatch
Pipet
Gelas beker
Cawan
Mikroskop
Preparat
awetan
Statif
Klem
Cawan
Alat bedah
- alat bedah
dengan
keterampilan
membedah
specimen
- gelas beker
dengan
keterampilan
membuat
larutan
- torso
108
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
- pipet dengan
keterampilan
meneteskan
larutan
3.6 menganalisis
hubungan antara
struktur jaringan
penyusun organ
pada sistem
sirkulasi dalam
kaitannya dengan
bioproses dan
gangguan fungsi
yang dapat terjadi
pada sistem
sirkulasi manusia
4.6 menyajikan
karya tulis tentang
kelainan pada
struktur dan
fungsi darah,
jantung,
pembuluh darah
yang
menyebabkan
gangguan sistem
sirkulasi manusia
serta kaitannya
dengan teknologi
melalui studi
literature
Jarum voccinostyle
Kaca preparat
Mikroskop
Pipet
Gelas benda
Stopwatch
Stetoskop
Sfigmomanometer
Kaca objek
Mikroskop
Kaca penutup
Preparat awetan
Blood lancet
- - mikroskop dengan
keterampilan fokus
dan perbesaran
- blood lancet dengan
keterampilan
mengambil sampel
darah
109
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
3.7 menganalisis
hubungan antara
struktur jaringan
penyusun organ
pada sistem
pencernaan dalam
kaitannya dengan
nutrisi, bioproses,
dan gangguan
fungsi yang dapat
terjadi pada sistem
pencernaan
manusia
4.7 menyajikan
laporan hasil uji
zat makanan yang
terkandung dalam
berbagai jenis
bahan makanan
dikaitkan dengan
kebutuhan energy
setiap individu
serta teknologi
pengolahan
pangan dan
keamanan pangan
Tabung reaksi
Pembakar bunsen
Pipet
Indikator pH
universal
Rak tabung
reaksi
Tabung reaksi
Penjepit tabung
reaksi
Pembakar
spiritus
Pelat tetes
Gelas beker
Lumpang dan
alu
Pipet
Spatula
Kaki tiga
Gelas ukur
Rak tabung
reaksi
Tabung
reaksi
Penjepit
tabung
reaksi
Pembakar
spiritus
Pipet
Indikator
universal
- pipet tetes
meneteskan
larutan di
tabung reaksi
- mortar dan
alu dengan
keterampilan
menghaluskan
bahan
- spatula
menuangkan
zat
- pembakar
spirtus
dengan
keterampilan
memanaskan
laturan
110
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
3.8 menganalisis
hubungan antara
struktur-struktur
jaringan penyusun
organ pada sistem
respirasi dalam
kaitannya dengan
bioproses dan
gangguan fungsi
yang dapat terjadi
pada sistem
respirasi manusia
4.8 menyajikan
hasil analisis
pengaruh
pencemaran udara
terhadap kelainan
pada struktur dan
fungsi organ
pernapasan
manusia
berdasarkan studi
literature
Tabung reaksi
Statif
Sumbat tabung
Gelas ukur
Statif
Pipa U
Pipet
Timbangan
berat badan
Pengukur tinggi
badan
Thermometer
Stopwatch
- - neraca 4 lengan
dengan keterampilan
menimbang suatu
bahan
- pipet dengan
keterampilan
meneteskan larutan
- respirometer
dengan keterampilan
mengukur laju
respirasi
- thermometer
dengan keterampilan
mengukur suhu
badan
- pengukur tinggi
badan dengan
keterampilan
111
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
mengukur tinggi
badan mausia
3.9 menganalisis
hubungan antara
struktur jaringan
penyusun organ
pada sistem
ekskresi dalam
kaitannya dengan
bioproses dan
gangguan fungsi
yang dapat terjadi
pada sistem
ekskresi manusia
4.9 menyajikan
hasil analisis
pengaruh pola
hidup terhadap
kelainan pada
struktur dan
fungsi organ yang
menyebabkan
gangguan pada
sistem ekskresi
serta kaitannya
dengan teknologi
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Penjepit tabung
reaksi
Gelas ukur
Indikator universal
Pembakar spiritus
Rak tabung
reaksi
Tabung reaksi
Penjepit tabung
reaksi
Gelas beker
Indikator
universal
Pembakar
spiritus
Kaki tiga
Pipet
- - alat bedah untuk
membedah specimen
- mikroskop untuk
fokus dan
perbesaran
- pipet tetes untuk
meneteskan pada
tabung reaksi
- pembakar spirtus
untuk memanaskan
suatu larutan
3.10 menganalisis
hubungan antara
struktur jaringan
penyusun organ
4.10 menyajikan
hasil analisis
pengaruh pola
hidup terhadap
- - - -
112
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
pada sistem
koordinasi (saraf,
hormone, dan alat
indera) dalam
kaitannya dengan
mekanisme
koordinasi dan
regulasi serta
gangguan fungsi
yang dapat terjadi
pada sistem
koordinasi
manusia
kelainan pada
struktur dan
fungsi organ
sistem koordinasi
yang
menyebabkan
gangguan sistem
saraf dan hormone
pada manusia
berdasarkan studi
literature
3.11 mengevaluasi
bahaya
penggunaan
senyawa
psikotropika dan
dampaknya
4.11 melakukan
kampanye
narkoba di
lingkungan sekitar
- - - -
113
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
terhadap
kesehatan diri,
lingkungan dan
masyarakat
3.12 menganalisis
hubungan struktur
jaringan penyusun
organ reproduksi
dengan fungsinya
dalam sistem
reproduksi
4.12 menyajikan
hasil analisis
tentang dampak
pergaulan bebas
penyakit dan
kelainan pada
struktur dan
fungsi organ
sistem reproduksi
manusia serta -
teknologi sistem
reproduksi
- - - -
3.13 menganalisis
penerapan prinsip
reproduksi pada
4.13 menyajikan
karya tulis tentang
pentingnya
- - - -
114
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Priyadi Arif,
Yanti
Herlanti.2017.
BIOLOGI.
Jakarta:
Yudhistira.
Irnaningtyas,
dkk. 2013.
Biologi untuk
SMA/MA kelas
XI. Jakarta:
Erlangga
D.A
Pratiwi,
dkk. 2013.
Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XI.
Jakarta:
Erlangga
manusia dan
pemberian ASI
eksklusif dalam
program keluarga
berencana sebagai
upaya
meningkatkan
mutu Sumber
Daya Manusia
(SDM)
menyiapkan
generasi terencana
untuk
meningkatkan
mutu Sumber
Daya Manusia
(SDM)
3.14 Menganalisis
peran sistem imun
dan imunisasi
terhadap proses
fisiologi di dalam
tubuh
4.14 melakukan
kampanye
pentingnya
partisipasi
masyarakat dalam
program dan
imunisasi serta
kelainan dalam
sistem imun
- - - -
115
Berdasarkan tabel diatas, terdapat beberapa alat laboratorium yang digunakan untuk membantu tercapainya
kompetensi dasar pengetahuan dan kompetensi dasar keterampilan yaitu Mikroskop dengan keterampilan fokus dan
perbesaran, Pipet dengan keterampilan meneteskan larutan, Pembakar spirtus dengan keterampilan memanaskan.
Thermometer dengan keterampilan mengukur suhu, Neraca dengan keterampilan menimbang. alat bedah dengan
keterampilan membedah spesimen, Higrometer dengan keterampilan mengukur tingkat kelembaban, pH meter dengan
keterampilan mengukur tingkat keasaman suatu larutan. Gelas beker dengan keterampilan membuat larutan, Tabung
osmosis dengan keterampilan memfilter, Statif, Osmometer suatu alat dengan keterampilan mengetahui nilai osmosis,
torso, blood lancet dengan keterampilan mengambil sampel darah. mortar dan alu dengan keterampilan menghaluskan
bahan, spatula, neraca 4 lengan dengan keterampilan menimbang suatu bahan. respirometer dengan keterampilan
mengukur laju respirasi, pengukur tinggi badan dengan keterampilan mengukur tinggi badan mausia.
116
ANALISIS ALAT-ALAT PRAKTIKUM PADA MODUL PRAKTIKUM UNTUK MENCAPAI KOMPETENSI
DASAR KETERAMPILAN
KELAS XII
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
3.1 Menjelaskan
pengaruh faktor
internal dan faktor
eksternal terhadap
pertumbuhan dan
perkembangan
makhluk hidup
4.1 Menyusun
laporan hasil
percobaan tentang
pengaruh faktor
eksternal terhadap
proses
pertumbuhan dan
perkembangan
tanaman
Auksanometer
Pipet
Tabung reaksi
Rak tabung
reaksi
- Cawan petri
Gelas kimia
- auksanometer
dengan
keterampilan
mengukur
pertumbuhan
memanjang
suatu tanaman
3.2 Menjelaskan
proses
metabolisme
sebagai reaksi
4.2 Menyusun
laporan hasil
percobaan tentang
mekanisme kerja
enzim,
Lumpang dan alu
Rak tabung
reaksi
Tabung reaksi
Lumpang dan
alu
Rak tabung
reaksi
Tabung reaksi
Lumpang dan
alu
Rak tabung
reaksi
Tabung reaksi
- pipet dengan
keterampilan
meneteskan
larutan
117
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
enzimatis dalam
makhluk hidup
fotosintesis, dan
respirasi anaerob
Penjepit tabung
reaksi
Pembakar
spiritus
Thermometer
Pipet
Pipa kapiler U
Labu Erlenmeyer
Neraca
Pengaduk
Gelas kimia
Corong gelas
Penjepit tabung
reaksi
Pembakar
spiritus
Thermometer
Pipet
Penjepit
tabung reaksi
Pembakar
spiritus
Thermometer
Pipet
- pembakar
spirtus untuk
memanaskan
larutan
- lumpang dan
alu dengan
keterampilan
menghaluskan
bahan
- thermometer
dengan
keterampilan
mengukur
suhu
- neraca dengan
keterampilan
mengukur
berat bahan
- batang
pengaduk
118
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
dengan
keterampilan
mengaduk
3.3 Menganalisis
hubungan struktur
dan fungsi gen,
DNA, kromosom
dalam penerapan
prinsip pewarisan
sifat pada
makhluk hidup
4.3 Merumuskan
urutan proses
sintesis protein
dalam kaitannya
dengan
penyampaian
kode genetik
(DNA-RNA-
Protein)
Kaca objek
Mikroskop
Kaca penutup
Neraca
Spatula
Pengaduk
Gelas ukur
Tabung reaksi
Pipet
Erlenyemer
Neraca
Thermometer
Gelas kimia
Corong kaca
- mikroskop
dengan
keterampilan
fokus dan
perbesaran
- neraca dengan
keterampilan
mengukur
berat bahan
dan kalibrasi
- pipet untuk
meneteskan
larutan
- batang
pengaduk
dengan
keterampilan
119
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
mengaduk
larutan
- thermometer
dengan
keterampilan
mengukur
suhu
3.4 Menganalisis
proses
pembelahan sel
sebagai dasar
penurunan sifat
dari induk kepada
keturunannya
4.4 Menyajikan
hasil pengamatan
pembelahan sel
pada sel hewan
maupun
tumbuhan
Mikroskop
Gelas arloji
Gelas objek
Gelas penutup
Pipet
Pembakar spirtus
Kaki tiga
- Mikroskop
- mikroskop
dengan
keterampilan
fokus dan
perbesaran
- pembakar
spirtus dengan
keterampilan
memanaskan
larutan
3.5 Menerapkan
prinsip pewarisan
sifat makhluk
4.5 Menyajikan
hasil penerapan
hukum Mandel
Kancing genetika
Kancing
genetika
Kancing
genetika Kancing genetika
120
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
hidup berdasarkan
hukum Mendel
dalam
perhitungan
peluang dari
persilangan
makhluk hidup di
bidang pertanian
dan peternakan
3.6 Menganalisis
pola-pola
hereditas pada
mahluk hidup
4.6 Menyajikan
hasil penerapan
pola-pola
hereditas dalam
perhitungan
peluang dari
persilangan yang
melibatkan
peristiwa pautan
dan pindah silang
- - - -
121
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
3.7 Menganalisis
pola-pola
hereditas pada
manusia
4.7 Menyajikan
data hasil studi
kasus tentang
pola-pola
hereditas pada
manusia dalam
berbagai aspek
kehidupan
- - - -
3.8 Menganalisis
peristiwa mutasi
pada makhluk
hidup
4.8 Menyajikan
data hasil
eksplorasi
peristiwa mutasi
yang
menyebabkan
variasi dan
kelainan sifat
pada makhluk
hidup
- - - -
122
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
3.9 Menjelaskan
teori, prinsip dan
mekanisme
evolusi serta
pandangan terkini
para ahli terkait
spesiasi
4.9 Menyajikan
karya ilmiah
terhadap gagasan
baru tentang
kemungkinan-
kemungkinan
pandangan
evolusi
berdasarkan
pemahaman yang
dimilikinya
- - - Kancing genetika
3.10 Menganalisis
prinsip-prinsip
Bioteknologi dan
penerapannya
sebagai upaya
peningkatan
kesejahteraan
manusia
4.10 Menyajikan
laporan hasil
percobaan
penerapan
prinsip-prinsip
Bioteknologi
konvensional
- - - -
123
Kompetensi
dasar
pengetahuan
Kompetensi
dasar
keterampilan
Buku I Buku II Buku III
Kesimpulan
Nurhayati
nunung, resty
wijayanti.2018.
BIOLOGI kelas
XII. Bandung:
Yrama Widya.
Sulistyowati,
Indah dkk.
2013. Biologi
untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta: Intan
Pariwara
D.A Pratiwi,
dkk. 2017.
Biologi untuk
SMA/MA
kelas XII.
Jakarta:
Erlangga
berdasarkan
scientific method
Berdasarkan tabel diatas, terdapat beberapa alat laboratorium yang digunakan untuk membantu tercapainya
kompetensi dasar pengetahuan dan kompetensi dasar keterampilan yaitu auksanometer dengan keterampilan mengukur
pertumbuhan memanjang suatu tanaman, Mikroskop dengan keterampilan fokus dan perbesaran, Pipet dengan keterampilan
meneteskan larutan, Pembakar spirtus dengan keterampilan memanaskan. Thermometer dengan keterampilan mengukur
suhu, Neraca dengan keterampilan menimbang. Gelas beker dengan keterampilan membuat larutan, mortar dan alu
dengan keterampilan menghaluskan bahan, neraca dengan keterampilan menimbang suatu bahan, batang pengaduk dengan
keterampilan mengaduk, dan kancing genetika.
124
Lampiran 2
ANALISIS FREKUENSI PEMAKAIAN ALAT
No Nama Alat Judul Praktikum Frekuensi
Penggunaan
Kegunaan
Kelas X Kelas XI Kelas XII
1. Mikroskop 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Pengamatan
bakteri
3. Pengelompokan
Protista
4. Pengelompokan
jamur
5. Pengelompokan
tumbuhan
1. Sel
2. Bioproses
3. Jaringan dan
organ
tumbuhan
4. Jaringan dan
organ hewan
5. Sistem
sirkulasi
1. Gen, DNA,
kromosom
2. Pembela
han sel
12 kali
penggunaan
Untuk pengamatan
mikroskopis
2. Pipet tetes 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Mengidentifikasi
bakteri
3. Pengelompokan
Protista
4. Pengelompokan
jamur
1. Sel
2. Bioproses
3. Jaringan dan
organ
tumbuhan
4. Sistem
sirkulasi
5. Sistem
pencernaan
manusia
6. Sistem
respirasi
1. Pertumbuhan
dan
perkembangan
2. Enzim
3. Pembelahan
sel
14 kali
penggunaan
Untuk memindahkan
larutan
125
7. Sistem
eksresi
3. Mikroskop
binokuler
1. Pengelompokan
hewan
1 kali
penggunaan
Untuk melihat
makhluk hidup
berukuran kecil
4. Thermometer 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Pengelompokan
jamur
3. Ekosistem
1. Sistem
respirasi
1. Enzim
2. Gen, DNA,
kromosom
6 kali
penggunaan
Untuk mengukur
suhu larutan
5. Hygrometer 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Ekosistem
2 kali
penggunaan
6. Neraca 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
1. Gen, DNA,
kromosom
2 kali
penggunaan
Untuk menimbang
suatu bahan
7. Alat bedah 1. Pengelompokan
hewan
1. Sistem gerak 2 kali
penggunaan
Untuk membedah
hewan
8. Statif 1. Bioproses
2. Sistem gerak
2 kali
penggunaan
Untuk penahan alat
titrasi
9. Gelas beaker 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Mengidentifikasi
bakteri
3. Pengelompokan
jamur
1. Bioproses
2. Sistem
pencernaan
5 kali
penggunaan
Untuk pemindahan
larutan atau wadah
suatu larutan
10. Cawan petri 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Mengidentifikasi
bakteri
1. Bioproses
2. Sistem gerak
1. Pertumbuhan
dan
perkembangan
5 kali
penggunaan
Untuk penempatan
suatu bahan
126
11. Pembakar
spirtus
1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Mengidentifikasi
bakteri
1. Sistem
pencernaan
2. Sistem
ekskresi
1. Enzim
2. Pembelahan
sel
6 kali
penggunaan
Untuk memanaskan
larutan
12. Mortal dan
alu
1. Sistem
pencernaan
1. Enzim
2 kali
penggunaan
Untuk menghaluskan
bahan
13. Respirometer 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
1 kali
penggunaan
Untuk mengukur
volume saat respirasi
14. Kaca objek
dan kaca
penutup
1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
2. Mengidentifikasi
bakteri
3. Pengelompokan
Protista
4. Pengelompokan
jamur
1. Sel
2. Bioproses
3. Sistem
sirkulasi
1. Gen, DNA,
dan kromosom
2. Pembelahan
sel
9 kali
penggunaan
Untuk tempat suatu
bahan yang akan
diamati di bawah
mikroskop
15. Tabung reaksi 1. Sistem
pencernaan
2. Sistem
ekskresi
1. Enzim
3 kali
penggunaan
Untuk tempat suatu
larutan atau wadah
untuk memanaskan
larutan
16. Erlenmeyer 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
1. Enzim
2 kali
penggunaan
Untuk wadah suatu
larutan
17. Penjepit
tabung reaksi
1. Sistem
pencernaan
2. Sistem
ekskresi
1. Enzim 3 kali
penggunaan
Untuk menahan
tabung reaksi
18. Stopwatch 1. Sistem gerak
2. Sistem
sirkulasi
3 kali
penggunaan
Untuk mengukur
waktu
127
3. Sistem
respirasi
19. Gelas ukur 1. Pengenalan alat-
alat laboratorium
1 kali
penggunaan
Untuk mengukur
suatu larutan
128
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN TEKNIK LABORATORIUM
Alat
Laboratorium
Teknik
Laboratorium
Sub Teknik
Laboratorium
Butir Indikator
Mikroskop Menggunakan
Mikroskop
Membawa
mikroskop
Cara membawa
mikroskop dengan
baik
Mendapatkan titik
focus
Cara mendapatkan
titik fokus dengan
makrometer dan
mikrometer
Menggunakan
lensa objektif
yang beragam
(10x, 40x,…)
Cara menggunakan
variasi lensa objektif
Gelas ukur Mengukur
volume
larutan
Mengukur volume
larutan
Cara membaca
meniskus dengan tepat
Pipet tetes Menggunakan
pipet tetes
Mengambil
larutan
Cara mengambil
larutan dengan tepat
Pipet tetes Menggunakan
pipet tetes
Mengeluarkan
larutan
Cara mengeluarkan
larutan dengan tepat
Tabung
reaksi,
pembakar
spirtus
Pemanasan
larutan
Menyalakan dan
memadamkan
pembakar spirtus
Cara menyalakan dan
memadamkan
pembakar spitus
dengan tepat
129
Alat
Laboratorium
Teknik
Laboratorium
Sub Teknik
Laboratorium
Butir Indikator
Pemanasan
menggunakan
tabung reaksi
Cara memanaskan
tabung reaksi dengan
benar
Termometer Mengukur
suhu
Menggunakan
thermometer
Cara mengukur suhu
dengan thermometer
secara tepat
Neraca Menimbang
Membersihkan
dan
menyetimbangkan
neraca
Cara membersihkan
piringan neraca dan
menyetimbangkan
neraca dengan tepat
Menimbang alas Cara menimbang alas
dengan tepat
Menimbang
massa zat
Cara menimbang
massa zat dengan tepat
130
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI SISWA
NAMA :
No. Absen :
KELAS :
Petunjuk pengisian !
Berilah tanda Checklist (√) pada kolom skor (0, 1, 2, 3, 4) dengan indikator sebagai berikut :
0 : jika tidak ada indikator tersebut terpenuhi 3 : jika 3 indikator tersebut terpenuhi
1 : jika 1 indikator tersebut terpenuhi 4 : jika 4 indikator yang terpenuhi
2 : jika 2 indikator tersebut terpenuhi
Tabel 1.1 Tabel menggunakan mikroskop
Menggunakan Mikroskop
No Sub Teknik
Laboratorium
Aspek Penilaian Skor
0 1 2 3 4
1. Membawa dan
meletakkan
mikroskop
1. Membawa mikroskop dengan
tangan kanan memegang bagian
lengan mikroskop
2. Tangan kiri memegang bagian
kaki mikroskop
3. Mikroskop berada di hadapan
orang yang membawa
4. Mikroskop diletakkan di tempat
yang datar, kering, terang, dan
tidak licin.
2. Mendapatkan titik
fokus
1. Mengatur kondensor, diafragma
atau cermin jika tidak ada
2. Memutar pemutar kasar melalui
lensa okuler
3. Memutar pemutar halus untuk
memperoleh bayangan yang jelas
131
Menggunakan Mikroskop
No Sub Teknik
Laboratorium
Aspek Penilaian Skor
0 1 2 3 4
4. Melihat dengan mikroskop
dengan kedua mata terbuka
3. Menggunakan
perbesaran lensa
objektif beragam
(10x dan 40x)
1. Memutar revolver
2. Memutar revolver sesuai dengan
lensa objektif yang akan
digunakan hingga berbunyi “klik”
3. Memutar pemutar kasar melalui
lensa okuler untuk mendapatkan
bayangan
4. Memutar pemutar halus untuk
memperjelas bayangan
Tabel 1.2 Tabel menggunakan pipet
Menggunakan Pipet
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
1. Mengambil dan
mengeluarkan
larutan
menggunakan
pipet tetes
1. Memegang karet hisap
menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk
2. Masukkan dalam larutan dengan
posisi ditegakkan
3. Setelah larutan terisi, ibu jari dan
jari telunjuk tidak menekan karet
hisap
4. Memasukkan dalam wadah lain
dan menekan karet hisap dengan
posisi pipet ditegakkan
Tabel 1.3 Tabel menggunakan neraca
Menggunakan Neraca
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
1. Membersihkan
neraca
1. Membersihkan piringan neraca
sebelum menimbang
132
Menggunakan Neraca
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
2. Membersihkan massa beban
sebelum menimbang
3. Membersihkan piringan neraca
setelah menimbang
4. Membersihkan massa beban
setelah menimbang
2. Menyetimbangkan
neraca dan
menimbang massa
dengan tepat
1. Memutar pemutar halus pada
neraca
2. Posisi garis harus sejajar dengan
angka nol
3. Menggunakan kaca arloji untuk
menimbang
4. Menimbang hingga ditandai garis
penunjuk sejajar dengan angka nol
3. Mengambil dan
menimbang zat
1. Mengambil zat dengan spatula
2. Meletakkan zat pada alas zat
dengan tidak berceceran
3. Menimbang dengan
menggerakkan anak beban
menggunakan ujung spatula/alat
lain
4. Menimbang hingga posisi garis
penunjuk pada lengan neraca
sejajar dengan angka nol
Tabel 1.4 Tabel pemanasan larutan
Pemanasan Larutan
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
1. Pemanasan
menggunakan
tabung reaksi
1. Menjepit tabung reaksi dengan
penjepit kayu
2. Posisi tabung reaksi di atas nyala
api serta dimiringkan
3. Mulut tabung reaksi tidak
diarahkan ke orang lain
4. Menggoyangkan tabung reaksi
secara konstan
133
Pemanasan Larutan
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
2. Memadamkan
pembakar spiritus
1. Tidak meniup pembakar spiritus
2. Menutup pembakar spiritus dari
arah samping
3. Menutup pembakar spiritus tidak
didekat benda yang mudah
terbakar
4. Menutup pembakar spiritus
dengan penutup pembakar spiritus
Tabel 1.5 Tabel menggunakan termometer
Menggunakan Termometer
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
1. Menggunakan
Termometer
1. Termometer digantungkan pada
statif
2. Termometer tercelup ke dalam
cairan
3. Termometer tidak menempel pada
dinding tabung reaksi
4. Siswa melihat skala sejajar dengan
mata
Tabel 1.6 Tabel menggunakan gelas ukur
Menggunakan Gelas Ukur
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
1. Menuang larutan
dan Membaca
meniskus
1. Cairan dari wadah lain
dituangkan ke gelas ukur dengan
bantuan batang pengaduk
2. Ujung batang pengaduk
ditempelkan pada lekukan di bibir
gelas ukur
3. Meniskus yang cekung hendaknya
dibaca pada bagian terendah,
134
Menggunakan Gelas Ukur
No
Sub Teknik
Laboratorium
Aspek penilaian Skor
0 1 2 3 4
meniscus yang cembung dibaca
pada bagian tertinggi
4. Arah penglihatan dari mata harus
horizontal
Tangerang Selatan,.…….2019
Observer
(……………………….)
135
Lampiran 5
136
137
138
139
140
141
142
143
144
Lampiran 6
DATA HASIL OBSERVASI
A. SMAN X
No Nama Mikroskop Gelas ukur Pipet tetes Pemanasan Termometer Neraca
Jumlah 1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 2 3
1. Aldo 4 4 4 3 4 2 4 3 2 2 4 3 39
2. Daniel 4 4 3 2 3 3 4 2 3 3 4 3 38
3. Ghiifari 4 4 3 3 4 3 4 2 1 3 4 3 38
4. Randhitya 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 2 2 37
5. M. Rafli 4 4 4 3 3 2 4 2 2 4 1 2 35
6. Prevanka 3 4 3 4 3 3 4 2 3 2 2 2 35
7. Ruth 4 4 4 2 4 2 4 2 0 2 4 3 35
8. Garwita 4 3 2 2 4 3 4 2 2 2 3 3 34
9. Rafi 4 4 3 2 3 3 4 3 2 2 1 2 33
10. Farid 4 4 4 3 4 2 4 2 3 2 0 1 33
11. Fathoni 4 4 3 2 3 2 4 2 3 3 1 2 33
12. Luthfi 2 4 4 2 4 2 3 3 2 2 2 3 33
13. M. imam 4 3 2 3 4 3 4 3 2 1 2 2 33
14. Ihsan 4 3 4 2 3 2 4 3 3 2 1 1 32
15. Natasya 3 3 3 3 4 2 4 2 3 1 2 2 32
16. Rafi 4 4 3 4 3 2 4 2 2 2 1 1 32
17. Ryan 4 4 4 2 3 2 4 2 2 3 1 1 32
18. Valerie 4 4 4 2 3 3 4 2 3 1 0 2 32
19. Beby 4 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 2 31
145
20. Komang 4 2 2 3 3 3 4 2 2 3 1 2 31
21. Oktaviani 2 4 3 3 3 3 4 2 2 2 1 2 31
22. Amanda 4 4 3 2 2 3 4 2 2 1 1 2 30
23. Afriza 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 0 1 30
24 Clara 4 4 4 2 3 2 3 2 2 1 1 2 30
25. Rosa 4 4 3 3 2 3 3 1 2 2 1 2 30
26. Astrid 4 4 3 2 3 3 3 2 2 1 1 1 29
27. Dela 4 3 3 2 2 3 4 2 2 1 1 2 29
28. Juenitya 3 4 4 2 3 2 4 2 2 2 0 1 29
29. Najya 4 3 3 3 3 3 4 2 2 1 0 1 29
30. Salsabila 3 3 3 3 4 3 4 2 2 1 0 1 29
31. Nabila 4 3 3 2 2 3 3 1 3 1 1 2 28
32. Apriliawati 4 2 3 3 2 3 4 2 2 1 0 1 27
33. Hero 4 3 2 2 3 2 4 2 0 1 2 2 27
34. Sausan 4 3 2 2 3 3 3 2 2 1 0 1 26
35. Gusti 4 2 2 2 3 2 4 2 2 1 0 1 25
36. Okvi 4 1 2 3 2 3 3 1 2 1 1 2 25
37. Farras 3 3 1 2 2 3 3 2 2 2 0 1 24
38. Silviana 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 0 1 24
JUMLAH 142 129 115 96 114 99 142 79 81 68 47 68 1180
%PER POIN 93 85 76 63 75 65 93 52 53 45 31 45 776
%PER INDIKATOR 85 63 70 73 53 40 776
146
B. SMAN Y
No Nama Mikroskop
Gelas ukur
Pipet tetes
Pemanasan Termometer Neraca Jumlah
1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 2 3
1. Hafidz 4 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 38
2. Prameswari 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 4 3 37
3. Siti Abidiya 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 4 3 32
4. Aryo Bimo 4 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 32
5. Bagus 4 2 3 3 3 4 2 2 3 2 3 1 32
6. Indah 4 3 2 2 4 3 4 2 2 2 2 2 32
7. Nova 4 2 3 2 4 3 4 2 2 2 2 2 32
8. Adhie 3 3 3 2 4 3 4 2 1 2 3 2 32
9. Anindita 3 4 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 31
10. Layla 4 3 2 2 3 3 4 2 2 1 2 3 31
11. Amelia 4 4 3 1 3 3 4 1 1 1 3 3 31
12. Arief Rahman 4 3 3 1 3 3 3 0 3 2 3 3 31
13. Dhea 4 4 3 2 3 2 2 2 2 1 3 3 31
14. M Rizky 4 3 3 2 2 2 4 1 3 3 2 2 31
15. Adnindita 4 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 30
16. Goeneari 4 3 2 2 3 3 2 1 3 3 2 2 30
17. Evihana 4 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 1 29
18. Selfia 4 4 1 2 4 3 3 1 2 2 2 1 29
19. Ahmad Fatrijan 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 28
20. Arini 4 3 3 1 2 3 3 1 2 2 2 2 28
21. Asifah 3 3 3 2 3 3 1 2 2 1 3 2 28
22. Ananda 3 3 2 0 4 4 2 1 2 2 3 2 28
23. Antonius 4 3 3 2 2 2 3 1 1 1 3 2 27
147
24. Nicodemus 4 3 2 1 3 2 3 1 2 1 2 1 25
25. Gusti 4 3 3 1 3 2 0 0 4 1 2 1 24
26. Putri Ayu 4 3 2 1 2 2 2 1 2 0 3 2 24
27. Abyan 2 3 3 2 2 2 0 1 3 2 1 2 23
28. Afifah 3 2 0 3 3 3 1 2 1 0 3 2 23
29. Putri 4 3 2 2 1 2 1 1 2 1 3 1 23
30. Della 4 2 0 1 3 2 2 1 2 0 2 1 20
31. Rindra 4 3 1 1 3 1 1 2 1 0 2 1 20
32. Aisyah 4 2 0 1 3 2 2 1 2 0 1 1 19
33. Fatima 4 2 0 2 1 1 2 0 2 1 2 1 18
34. Raihan 4 2 0 1 2 1 3 2 1 0 1 1 18
JUMLAH 128 100 74 60 96 85 83 50 72 53 82 64 947
%PER POIN 94 74 54 44 71 63 61 37 53 39 60 47 696
%PER INDIKATOR 74 44 67 49 53 49
148
C. SMAN Z
No Nama Mikroskop Gelas ukur
Pipet tetes
Pemanasan
Termometer Neraca Jumlah
1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 2 3
1. Naufal 4 3 3 2 3 4 4 3 2 2 1 2 33
2. Putra Kusuma 4 3 2 2 4 4 4 2 3 2 0 2 32
3. Raihan 4 2 3 2 4 3 4 3 2 1 1 2 31
4. Axel 3 3 3 1 4 3 4 2 2 2 1 2 30
5. Azmi 4 4 4 2 4 4 2 1 3 0 0 2 30
6. Jelisa 4 4 3 2 3 4 4 1 2 2 0 1 30
7. Kayla 4 3 3 0 3 4 4 2 2 2 1 2 30
8. M. Julian 4 3 4 2 3 4 4 3 0 2 0 1 30
9. Natasya 4 3 2 2 4 4 4 2 2 0 1 2 30
10. Qamarina 4 4 3 2 4 3 4 3 2 0 0 1 30
11. Veronica 4 4 2 2 4 4 3 2 2 0 1 2 30
12. Zalfa 3 3 3 3 4 4 3 1 1 2 1 2 30
13. Ayu Aprilia 4 4 3 3 3 4 3 2 2 0 0 1 29
14. Beatrice 4 3 3 3 3 4 3 2 3 0 0 1 29
15. Fridya 4 3 2 2 3 2 4 2 2 2 1 2 29
16. Salsabila 3 3 3 1 3 4 4 1 3 1 1 2 29
17. Dinda 4 3 2 3 3 1 4 2 2 1 1 2 28
18. Rahma 4 3 4 0 3 3 4 1 1 2 1 2 28
19. Amelia 4 2 3 2 3 4 1 1 2 2 1 2 27
20. Deffin 4 2 3 2 4 3 4 2 1 1 0 1 27
21. M. Adam 3 3 2 2 4 4 4 2 2 0 0 1 27
22. Tika 4 3 3 3 3 4 4 1 1 0 0 1 27
23. Ahmad 4 2 2 2 4 3 4 2 1 0 0 2 26
149
24. Annisha 3 4 3 1 4 4 2 2 2 0 0 1 26
25. Fira 3 2 3 2 3 4 3 2 0 2 0 2 26
26. Mufid 4 2 2 2 4 3 2 2 2 2 0 1 26
27. Gardena 4 4 3 2 3 4 2 1 1 0 0 1 25
28. Ghozan 4 2 2 2 4 4 2 2 2 0 0 1 25
29. Jumara 4 3 0 0 3 1 4 2 2 0 0 1 20
30. Aulia 2 2 2 2 3 4 4 3 0 0 0 1 23
31. Bayu Agung 3 3 2 0 3 3 3 2 1 2 0 1 23
32. Abdul 3 3 2 2 3 4 3 2 0 0 0 1 23
33. Mulia 4 3 3 0 2 4 4 1 0 0 0 1 22
JUMLAH 122 98 87 58 112 116 112 62 53 30 12 49 911
%PER POIN 92 74 66 44 85 88 85 85 40 23 9 37 690
%PER INDIKATOR 78 44 86 85 40 23
150
Lampiran 7
Hasil Nilai Koefisiensi Kesepakatan Antar Pengamat
A. SMAN X
No Responden Nilai KK Kategori
1. X1 1 Semua sepakat
2. X2 1 Semua sepakat
3. X3 0,9 Hampir semua sepakat
4. X4 0,9 Hampir semua sepakat
5. X5 1 Semua sepakat
6 X6 1 Semua sepakat
7. X7 1 Semua sepakat
8. X8 1 Semua sepakat
9. X9 1 Semua sepakat
10. X10 1 Semua sepakat
11. X11 1 Semua sepakat
12. X12 1 Semua sepakat
13. X13 1 Semua sepakat
14. X14 1 Semua sepakat
15. X15 1 Semua sepakat
16. X16 1 Semua sepakat
17. X17 1 Semua sepakat
18. X18 1 Semua sepakat
19. X19 1 Semua sepakat
20. X20 0,8 Hampir semua sepakat
21. X21 1 Semua sepakat
22. X22 1 Semua sepakat
23. X23 1 Semua sepakat
24. X24 1 Semua sepakat
151
25. X25 1 Semua sepakat
26. X26 1 Semua sepakat
27. X27 1 Semua sepakat
28. X28 0,9 Hampir semua sepakat
29 X29 1 Semua sepakat
30. X30 1 Semua sepakat
31. X31 1 Semua sepakat
32. X32 1 Semua sepakat
33. X33 1 Semua sepakat
34. X34 1 Semua sepakat
35. X35 0,8 Hampir semua sepakat
36. X36 1 Semua sepakat
37. X37 1 Semua sepakat
38. X38 1 Semua sepakat
152
B. SMAN Y
No Responden Nilai KK Kategori
1. Y1 0,9 Hampir semua sepakat
2. Y2 1 Semua sepakat
3. Y3 1 Semua sepakat
4. Y4 1 Semua sepakat
5. Y5 1 Semua sepakat
6 Y6 1 Semua sepakat
7. Y7 1 Semua sepakat
8. Y8 1 Semua sepakat
9. Y9 1 Semua sepakat
10. Y10 0,8 Hampir semua sepakat
11. Y11 1 Semua sepakat
12. Y12 1 Semua sepakat
13. Y13 1 Semua sepakat
14. Y14 1 Semua sepakat
15. Y15 0,9 Hampir semua sepakat
16. Y16 1 Semua sepakat
17. Y17 1 Semua sepakat
18. Y18 1 Semua sepakat
19. Y19 1 Semua sepakat
20. Y20 0,8 Hampir semua sepakat
21. Y21 1 Semua sepakat
22. Y22 1 Semua sepakat
23. Y23 1 Semua sepakat
24. Y24 1 Semua sepakat
25. Y25 1 Semua sepakat
153
26. Y26 0,9 Hampir semua sepakat
27. Y27 1 Semua sepakat
28. Y28 0,9 Hampir semua sepakat
29 Y29 1 Semua sepakat
30. Y30 1 Semua sepakat
31. Y31 1 Semua sepakat
32. Y32 0,9 Hampir semua sepakat
33. Y33 1 Semua sepakat
34 Y34 1 Semua sepakat
154
C. SMAN Z
No Responden Nilai KK Kategori
1. Z1 0,8 Hampir semua sepakat
2. Z2 0,8 Hampir semua sepakat
3. Z3 1 Semua sepakat
4. Z4 1 Semua sepakat
5. Z5 1 Semua sepakat
6 Z6 1 Semua sepakat
7. Z7 0,9 Hampir semua sepakat
8. Z8 1 Semua sepakat
9. Z9 1 Semua sepakat
10. Z10 1 Semua sepakat
11. Z11 0,9 Hampir semua sepakat
12. Z12 1 Semua sepakat
13. Z13 1 Semua sepakat
14. Z14 1 Semua sepakat
15. Z15 0,9 Hampir semua sepakat
16. Z16 1 Semua sepakat
17. Z17 1 Semua sepakat
18. Z18 0,9 Hampir semua sepakat
19. Z19 1 Semua sepakat
20. Z20 1 Semua sepakat
21. Z21 1 Semua sepakat
22. Z22 0,8 Hampir semua sepakat
23. Z23 1 Semua sepakat
24. Z24 1 Semua sepakat
25. Z25 1 Semua sepakat
155
26. Z26 1 Semua sepakat
27. Z27 1 Semua sepakat
28. Z28 0,8 Hampir semua sepakat
29 Z29 1 Semua sepakat
30. Z30 1 Semua sepakat
31. Z31 1 Semua sepakat
32. Z32 0,9 Hampir semua sepakat
33. Z33 1 Semua sepakat
156
Lampiran 8
ANGKET SISWA
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Petunjuk pengisian !
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, anda diminta untuk mengisi angket. Berikut
adalah beberapa penyataan mengenai keterampilan dasar laboratorium. Berilah tanda centang
(√) pada kolom Ya atau Tidak pada setiap indikator di bawah ini sesuai dengan yang anda
lakukan pada saat anda praktikum !
No Teknik Laboratorium Aspek yang dinilai Ya Tidak
1. Menggunakan
Mikroskop
1. Membawa dan Meletakkan Mikroskop :
a. Saya membawa mikroskop dengan
kedua tangan
b. Saya membawa mikroskop dengan
tangan yang lebih kuat memegang
bagian lengan mikroskop
c. Saya membawa mikroskop dengan
tangan yang lemah menyangga bagian
kaki mikroskop
d. Saya membawa mikroskop dengan
posisi sejajar dengan dada
e. Saya selalu membawa mikroskop
dengan benar walaupun tidak ada guru
atau laboran
f. Saya setuju bahwa tempat peletakan
mikroskop di tempat yang miring,
basah, dan licin
g. Saya meletakkan mikroskop di tempat
yang miring, basah dan licin
2. Mendapatkan titik fokus terhadap objek :
a. Saya mengatur cermin untuk
mendapatkan pencahayaan yang kuat
b. Saya meletakkan dan menjepit preparat
pada menja benda
157
No Teknik Laboratorium Aspek yang dinilai Ya Tidak
c. Saya setuju bahwa memutar pemutar
kasar secara lambat berfungsi untuk
mendapatkan bayangan objek yang
jelas
d. Saya memutar pemutar kasar dengan
cepat dan posisi mata tidak pada di lensa
okuler
e. Saya setuju bahwa memutar pemutar
halus secara lambat berfungsi untuk
memperjelas bayangan objek
f. Saya memutar pemutar halus secara
perlahan dengan posisi mata pada lensa
okuler untuk memperoleh bayangan
yang jelas
g. Saya melihat objek yang diamati
dengan jelas
3. Menggunakan perbesaran lensa objektif beragam :
a. Saya menaikkan pemutar kasar sebelum
mengganti lensa objektif
b. Saya memutar revolver dengan
memegang lensa objektif
c. Saya memutar revolver hingga berbunyi
“klik”
d. Saya mendapatkan objek pada
perbesaran beragam
2. Mengukur larutan Menuang larutan dan membaca meniskus :
a. Saya menuang cairan ke gelas ukur
secara langsung atau menggunakan
corong
b. Saya menuangkan cairan secara
langsung dengan lekukan bibir gelas
beker ke bagian datar pada gelas beker
ke bagian datar pada gelas ukur, atau
menempelkan lekukan bibir gelas beker
pada dinding corong
c. Saya setuju untuk membaca meniskus
pada aquades dilihat dari cekungan atas
d. Saya membaca meniskus cekung pada
bagian tertinggi, meniskus yang
cembung dibaca pada bagian terendah
158
No Teknik Laboratorium Aspek yang dinilai Ya Tidak
e. Saya melihat skala dari mata secara
horizontal (tidak dari atas atau dari
bawah)
3. Menggunakan pipet 1. Mengambil larutan :
a. Saya memegang karet hisap
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
ketika memasukkan pipet ke dalam
larutan
b. Saya memasukkan pipet ke dalam
larutan dengan posisi pipet ditegakkan
c. Saya setuju bahwa tetap menekan karet
hisap ketika mengambil larutan
d. Saya mengangkat pipet tetes dari
larutan
2. Mengeluarkan larutan
a. Saya memasukkan pipet tetes ke dalam
tabung reaksi dalam posisi ditegakkan
b. Saya menempelkan pipet tetes ke dasar
tabung reaksi
c. Saya menekan karet hisap
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
secara perlahan
d. Saya setuju bahwa mengeluarkan
larutan menggunakan pipet tetes dengan
menghitung jumlah larutam
4. Pemanasan larutan 1. Menyalakan pembakar spirtus dan memadamkan
pembakar spirtus :
a. Saya membuka tutup pembakar spirtus
sebelum memanaskan
b. Saya menyalakan pembakar spirtus
dengan pemantik api
c. Saya meniup pembakar spirtus
d. Saya setuju bahwa menutup pembakar
spirtus menggunakan tutup pembakar
spirtus dari arah atas
2. Pemanasan menggunakan tabung reaksi :
a. Saya menjepit tabung reaksi
menggunakan penjepit kayu
b. Saya menegakkan tabung reaksi di atas
nyala api
159
No Teknik Laboratorium Aspek yang dinilai Ya Tidak
c. Saya setuju bahwa tidak mengarahkan
ke diri sendiri dan orang lain saat
dipanaskan
d. Saya tidak menggoyangkan tabung
reaksi saat pemanasan
5. Mengukur suhu Menggunakan termometer
a. Saya memegang tali atau karet yang
diapasang di pangkal thermometer
b. Saya memasukkan termometer ke
dalam larutan yang akan diukur
c. Saya setuju bahwa ujung termometer
ditempelkan pada dinding tabung
reaksi atau dasar tabung reaksi
d. Saya melihat skala termometer sejajar
dengan mata
6. Menimbang 1. Membersihkan neraca :
a. Saya tidak membersihkan piringan
neraca sebelum menimbang
b. Saya setuju bahwa memposisikan
beban pada titik nol
c. Saya tidak memutar knop pada neraca
d. Saya memposisikan garis sejajar
dengan nol
2. Menyetimbangkan neraca dan menggunakan alas saat
menimbang :
a. Saya menggunakan kaca arloji sebagai
alas untuk menimbang
b. Saya menggeser beban dan meletakkan
beban pada lekukan beban yang sesuai
c. Saya setuju bahwa menggeser beban
terbesar ke terkecil
d. Saya mencatat massa kaca arloji
3. Mengambil dan menimbang zat :
a. Saya menggunakan spatula untuk
mengambil zat
b. Saya meletakkan zat pada alas zat
dengan berceceran
c. Saya menggeser beban dengan tangan
d. Saya setuju bahwa massa zat
didapatkan dengan mengurangi massa
akhir dengan massa alas
160
Lampiran 9
161
162
163
164
Lampiran 10
Hasil Data Angket
A. SMAN X
No Nama
Menggunakan
Mikroskop
Menggunak
an Gelas
Ukur
Menggunakan
Pipet Tetes
Memanaskan
Larutan
Menggunakan
Termometer
Menggunakan
Neraca
1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 2 3
1. M. imam 4 6 4 5 4 4 3 4 4 2 4 3
2. Hero 3 6 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3
3. Randitya 4 7 2 5 3 2 3 3 3 3 2 4
4. Daniel 4 7 1 5 4 3 2 4 3 3 4 3
5. Ghifari 4 7 4 4 3 3 3 2 2 2 4 3
6. M. Rafli 4 6 3 5 3 2 3 3 2 2 2 3
7. Farras 1 3 1 2 3 1 2 4 3 4 1 3
8. Komang 3 4 1 4 3 4 3 3 2 4 2 4
9. Prevanka 3 7 2 4 2 3 3 3 2 3 4 4
10. Garwita 5 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3
11. Rafi 3 6 2 5 3 1 3 4 2 2 4 3
12. Oktaviani 3 6 4 5 3 3 3 4 4 2 2 3
165
13. Amanda 3 6 2 4 3 2 3 4 2 2 2 3
14. Nabila 5 6 3 4 1 1 2 2 2 4 3 3
15. Rafi 5 6 4 5 4 4 3 2 4 3 3 4
16. Ryan 5 6 4 5 3 3 2 4 3 3 2 3
17. Aldo 4 5 4 5 4 3 3 3 2 3 4 3
18. Dela 4 6 3 2 3 3 3 4 1 3 2 3
19. Astrid 3 4 2 5 2 2 3 3 3 4 3 2
20. Luthfi 2 6 2 5 4 3 3 4 3 3 4 3
21. Ihsan 5 6 4 4 3 3 3 2 4 2 2 3
22. Fathoni 5 6 3 5 4 3 3 4 4 3 4 4
23. Beby 5 6 3 4 4 3 4 4 3 2 3 2
24. Valerie 4 6 3 5 3 3 3 4 4 3 0 4
25. Clara 5 6 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3
26. Rosa 4 6 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2
27. Okvi 3 3 1 3 4 3 2 4 4 3 1 3
28. Farid 5 6 4 3 2 2 3 4 3 3 1 4
29. Ruth 4 4 3 5 2 2 3 3 3 3 4 3
30. Natasya 4 5 3 3 4 3 3 4 3 2 3 3
31. Susan 4 5 3 4 2 2 3 4 4 2 1 3
32. Afriza 3 6 3 4 2 1 3 4 2 3 3 3
166
33. Salsabila 2 4 2 5 4 3 3 3 4 4 3 2
34. Najya 4 5 2 4 3 2 3 4 3 3 2 2
35. Apriliawa
ti
4 5 3 4 3 3 3 4 4 3 2 3
36. Gusti 3 6 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4
37. Silviana 3 5 0 4 3 3 3 4 2 4 3 4
38. Juenitya 4 1 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4
Jumlah 143 204 103 156 117 100 110 135 111 113 99 119
%per Sub
Teknik
Laboratorium
54 77 68 82 77 66 72 89 73 74 65 78
%per Teknik
Laboratorium
66 82 71 81 73 73
167
B. SMAN Y
No Nama
Menggunakan
Mikroskop
Menggunak
an Gelas
Ukur
Menggunakan
Pipet Tetes
Memanaskan
Larutan
Menggunakan
Termometer
Menggunakan
Neraca
1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 2 3
1. Prameswa
ri
5 6 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3
2. Siti
Abidiya
5 6 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2
3. Nova 4 6 3 4 3 2 3 3 3 2 2 1
4. Selfia 5 7 3 3 3 1 2 4 2 3 3 2
5. Raihan 4 6 3 3 4 3 3 4 3 3 1 2
6. Rindra 3 6 3 4 4 3 3 4 3 3 1 2
7. Aryo
Bimo
3 6 3 5 3 4 3 4 3 3 1 3
8. Bagus 4 6 3 4 4 3 3 4 3 3 1 3
9. Amelia 4 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3
10. Antonius 4 4 3 5 3 3 4 4 4 3 3 2
11. Asifah 4 5 3 5 0 4 3 2 4 3 3 3
12. Anindya 3 5 4 5 1 4 3 4 4 3 4 3
168
13. Layla 3 5 4 5 0 4 3 2 4 3 3 3
14. Indah 4 5 2 4 3 2 3 4 4 4 4 3
15. Putri 5 5 3 4 4 3 3 4 4 2 4 2
16. Puri Ayu 5 5 2 4 4 4 3 3 4 3 4 2
17. Fatima 5 5 3 3 2 1 3 3 4 2 3 2
18. Evihana 5 4 1 5 2 3 2 3 4 3 4 2
19. Dhea 5 5 3 3 3 1 3 4 2 2 3 2
20. Goeneari 3 6 3 2 4 3 4 4 4 2 3 2
21. Adhie 5 6 3 5 2 2 2 3 4 2 4 3
22. Arief
Rahman
4 7 2 4 3 3 3 3 4 3 1 0
23. Arini 5 6 4 3 3 3 2 4 4 4 3 4
24. Ahmad
Fatrijan
5 5 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3
25. Nicodemu
s
4 6 3 5 4 3 2 3 3 2 3 2
26. M Rizky 4 6 2 4 4 3 3 4 4 3 3 2
27. Hafidz 3 6 3 4 4 3 3 4 3 3 1 3
28. Gusti 5 6 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2
29. Aisyah 3 6 3 5 4 3 2 3 3 2 3 2
169
30. Della 3 6 2 4 4 2 2 3 2 3 4 4
31. Abyan 2 6 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
32. Ananda 3 6 3 4 3 3 4 4 4 2 4 2
33. Adnindita 5 6 1 4 4 3 4 4 4 3 4 1
34. Afifah 5 6 4 5 3 2 4 3 3 2 4 2
Jumlah 139 191 97 136 105 92 97 119 114 93 99 83
%per Sub
Teknik
Laboratorium
58 80 57 80 77 68 71 88 84 68 73 61
%per Teknik
Laboratorium
65 80 72 79 84 67
170
C. SMAN Z
No Nama
Menggunakan
Mikroskop
Menggunak
an Gelas
Ukur
Menggunakan
Pipet Tetes
Memanaskan
Larutan
Menggunakan
Termometer
Menggunakan
Neraca
1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 2 3
1. Salsabila 4 6 2 3 3 4 3 4 4 3 4 4
2. Naufal 5 6 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3
3. Raihan 4 5 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4
4. Natasya 5 6 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3
5. Veronica 5 6 4 4 3 2 3 3 4 3 4 3
6. Putra
Kusuma
5 6 4 5 4 3 3 2 4 3 4 3
7. Qamarina 5 6 3 4 3 3 3 4 3 4 1 3
8. Fridya 4 5 3 2 2 3 2 4 1 2 3 2
9. Dinda 5 5 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2
10. Kayla 5 5 1 3 4 2 2 4 3 4 2 2
11. Jumara 5 6 3 3 2 2 2 4 3 3 3 3
12. Tika 5 6 2 4 4 3 3 4 4 2 2 4
13. Zalfa 2 5 2 5 3 2 3 4 3 2 2 2
14. Rahma 4 6 4 1 3 3 3 3 2 2 3 3
171
15. M. Julian 4 6 3 5 2 2 3 4 2 2 2 3
16. Mufid 4 6 3 5 3 2 4 4 2 2 1 2
17. Ghozan 4 4 2 5 3 3 4 4 4 3 2 2
18. Mulia 5 5 3 1 4 3 3 4 3 3 1 3
19. Jelisa 5 6 4 5 2 1 2 4 2 4 1 3
20. Gardena 5 6 0 4 4 3 3 4 4 3 1 2
21. Fira 4 6 3 4 3 2 4 4 3 1 2 2
22. M. Adam 5 6 2 5 4 1 2 4 4 4 2 4
23. Amelia 5 5 3 4 4 3 2 4 3 3 2 3
24. Azmi 5 5 3 5 4 3 3 4 3 3 3 2
25. Aulia 3 5 0 2 4 3 3 4 3 1 2 3
26. Ahmad 4 5 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3
27. Deffin 5 5 3 4 4 3 3 4 3 2 2 3
28. Axel 3 6 2 3 4 3 2 4 2 4 2 3
29. Annisha 3 6 2 2 3 2 4 4 4 2 2 3
30. Bayu
Agung
3 5 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3
31. Beatrice 5 5 2 2 3 2 1 4 2 2 2 2
32. Ayu
Aprilia
5 6 1 2 3 2 1 4 3 2 2 2
172
33. Abdul 3 4 2 3 4 3 2 4 2 4 2 3
Jumlah 143 181 85 114 111 85 90 127 98 90 76 92
%per Sub
Teknik
Laboratorium
62 78 64 69 67 52 55 77 59 55 46 56
%per Teknik
Laboratorium
68 69 59 66 59 52
173
Lampiran 11
KISI-KISI WAWANCARA
Jenis Pertanyaan Pertanyaan
How Selama kelas 1-3 sudah berapa kali anda
praktikum?
What Judul praktikum apa saja yang sudah
anda praktikumkan?
What Pada materi apa saja anda melakukan
praktikum?
What Alat laboratorium apa saja yang sudah
pernah anda pakai saat melakukan
praktikum?
How Bagaimanakah instruksi yang diberikan
oleh guru sebelum melakukan
praktikum?
What Kesulitan apa saja yang anda hadapi
saat melakukan praktikum?
Kisi-kisi Wawancara Penggunaan Alat
Jenis Keterampilan Pertanyaan
Menggunakan Mikroskop
Bagaimana cara membawa mikroskop
yang benar?
Dimanakah mikroskop diletakkan untuk
melakukan pengamatan?
Bagaimana langkah yang benar ketika
menggunakan mikroskop?
Apa yang dimaksud dengan perbesaran
minimum dan perbesaran optimum?
Objek apa yang terlihat ketika
menggunakan mikroskop?
Menggunakan Gelas Ukur
Saat menuangkan larutan ke gelas ukur,
alat apakah yang kamu gunakan?
Saat menghitung volume larutan
meniskus mana yang seharusnya dilihat?
Apakah kamu mengangkat gelas ukur
ketika menghitung volume larutan?
Menggunakan pipet tetes Bagaimana cara kamu menggunakan
pipet tetes?
174
Memanaskan Larutan
Bagaimana kamu memposisikan tabung
reaksi saat melakukan pemanasan?
Bagaimana cara kamu memadamkan
spirtus?
Menggunakan Termometer
Apakah fungsi dari thermometer?
Bagaimana cara yang tepat untuk
mengukur suhu larutan?
Menggunakan Neraca
Sebelum menggunakan neraca untuk
menimbang, hal apa yang seharusnmya
kamu lakukan?
Alat apa yang kamu gunakan untuk
menggeser beban pada neraca?
Bagaimana cara menentukan massa
yang sudah diukur di neraca?
175
Lampiran 12
Data Hasil Wawancara
A. SMAN X
No Menggunakan Mikroskop
Menggunakan
gelas ukur
Menggunakan
Pipet Tetes
Menggunakan
Tabung
Rekasi
Menggunakan
Termometer
Menggunakan
Neraca
1 2 3 4 5 1 2 3 1 1 2 1 2 1 2 3
1. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 0 4
2. 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 3 0 1
3. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 2 0 1
4. 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 2 0 1
5. 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 4 3 0 4
6. 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 2 0 0 4
7. 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 0 0 4
8. 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 2 0 0 4
9. 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 4 2 0 0 4
Jumlah 36 36 36 36 36 34 33 32 29 30 23 36 30 11 0 30
%per Sub
Teknik
Laboratorium
100 100 100 100 100 100 92 89 81 83 64 100 83 3 0 83
%per Teknik
Laboratorium
100 92 81 49 61 29
176
B. SMAN Y
No Menggunakan Mikroskop
Menggunakan
gelas ukur
Menggunakan
Pipet Tetes
Menggunakan
Tabung
Rekasi
Menggunakan
Termometer
Menggunakan
Neraca
1 2 3 4 5 1 2 3 1 1 2 1 2 1 2 3
1. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 0 0 0
2. 3 3 3 4 4 4 0 4 4 0 2 4 4 2 0 0
3. 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 2 0 0
4. 1 3 4 4 4 3 0 4 3 0 0 4 4 2 0 0
5. 3 2 2 0 0 4 0 0 3 0 2 4 4 0 0 0
6. 4 4 4 0 4 4 0 4 4 0 2 4 2 2 0 4
7. 2 3 4 4 4 4 0 4 4 0 2 4 2 2 0 0
8. 2 4 4 0 4 4 0 1 3 0 2 4 2 2 0 0
9. 3 3 4 4 4 4 2 4 3 2 2 4 3 0 0 0
Jumlah 25 29 33 24 32 35 10 29 31 10 18 36 29 12 0 4
%per Sub
Teknik
Laboratorium
69 81 92 67 89 97 28 81 86 28 50 100 81 33 0 4
%per Teknik
Laboratorium
81 69 86 39 91 15
177
C. SMAN Z
No Menggunakan Mikroskop
Menggunakan
gelas ukur
Menggunakan
Pipet Tetes
Menggunakan
Tabung
Rekasi
Menggunakan
Termometer
Menggunakan
Neraca
1 2 3 4 5 1 2 3 1 1 2 1 2 1 2 3
1. 3 4 3 0 4 4 0 4 0 4 2 4 4 3 0 4
2. 4 4 4 0 4 4 0 4 0 2 2 4 4 2 0 4
3. 2 2 2 0 0 4 4 0 4 4 2 4 4 1 0 4
4. 4 3 3 0 4 4 0 4 3 4 2 4 4 3 0 4
5. 4 4 4 0 4 4 0 4 3 4 2 4 4 1 0 4
6. 3 4 4 0 0 4 4 0 3 3 2 4 2 1 0 4
7. 3 4 4 0 0 4 0 0 3 2 2 4 4 1 0 4
8. 4 4 4 0 4 4 0 0 3 2 2 4 2 1 0 4
9. 4 4 4 0 4 4 0 0 3 2 2 4 2 1 0 4
Jumlah 31 33 32 0 24 36 8 16 22 27 18 36 30 14 0 36
%per Sub
Teknik
Laboratorium
86 92 89 0 67 100 22 44 61 75 50 100 83 39 0 100
%per Teknik
Laboratorium
89 5 61 36 92 46
178
Lampiran 13
Lembar Validasi Observasi
179
180
181
Lembar Validasi Angket
182
183
184
Lampiran 14
Hasil Uji Korelasi Product Moment
Responden X1
Correlations
observasi angket wawancara
Spearman's rho observasi Correlation Coefficient 1,000 ,619* ,781**
Sig. (2-tailed) . ,032 ,003
N 12 12 12
angket Correlation Coefficient ,619* 1,000 ,610*
Sig. (2-tailed) ,032 . ,035
N 12 12 12
wawancara Correlation Coefficient ,781** ,610* 1,000
Sig. (2-tailed) ,003 ,035 .
N 12 12 12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel tersebut didapatkan bahwa :
1. Hubungan antara hasil observasi dan angket adalah 0,619 maka hubungan kuat
2. Hubungan antara hasil observasi dan wawancara adalah 0,781 maka hubungan kuat
3. Hubungan antara hasil angket dan wawancara adalah 0,610 maka hubungan kuat
4. Rata-rata indeks korelasi lembar penilaian kinerja, angket, dan wawancara adalah
0,67 maka hubungan kuat
185
Responden Y1
Correlations
observasi angket wawancara
Spearman's rho observasi Correlation Coefficient 1,000 ,744** ,867**
Sig. (2-tailed) . ,006 ,000
N 12 12 12
angket Correlation Coefficient ,744** 1,000 ,891**
Sig. (2-tailed) ,006 . ,000
N 12 12 12
wawancara Correlation Coefficient ,867** ,891** 1,000
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 .
N 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel tersebut didapatkan bahwa :
1. Hubungan antara hasil observasi dan angket adalah 0,744 maka hubungan kuat
2. Hubungan antara hasil observasi dan wawancara adalah 0,867 maka hubungan
sangat kuat
3. Hubungan antara hasil angket dan wawancara adalah 0,891 maka hubungan sangat
kuat
4. Rata-rata indeks korelasi lembar penilaian kinerja, angket, dan wawancara adalah
0,834 maka hubungannya sangat kuat
186
Responden Z1
Correlations
Observasi Angket Wawancara
Spearman's rho Observasi Correlation Coefficient 1,000 ,710** ,755**
Sig. (2-tailed) . ,010 ,005
N 12 12 12
Angket Correlation Coefficient ,710** 1,000 ,638*
Sig. (2-tailed) ,010 . ,026
N 12 12 12
Wawancara Correlation Coefficient ,755** ,638* 1,000
Sig. (2-tailed) ,005 ,026 .
N 12 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel tersebut didapatkan bahwa :
1. Hubungan antara hasil observasi dan angket adalah 0,710 maka hubungan kuat
2. Hubungan antara hasil observasi dan wawancara adalah 0,755 maka hubungan kuat
3. Hubungan antara hasil angket dan wawancara adalah 0,638 maka hubungan kuat
4. Rata-rata indeks korelasi lembar penilaian kinerja, angket, dan wawancara adalah
0,701 maka hubungannya kuat
187
Lampiran 15
188
189
190
191
192
193
194
195
top related