proceeding kkn bmc unnes 2020
Post on 29-Oct-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
1
HAND SANITIZER
BERBAHAN DAUN
BINAHONG SEBAGAI
ANTIMIKROBA UNTUK
SATU LANGKAH
PENCEGAHAN
PENULARAN COVID-19
Anisa*
Ummi Lailatull K.S.
Fauziah Indrawati
Eta Yuni Lestari
Abstrak
Corona Virus Disease (COVID-19) adalah jenis
virus baru yang menular pada manusia dan
menyerang gangguan system pernapasan sampai
berujung pada kematian. Mencuci tangan mampu
membunuh kuman dan bakteri dengan presentasi
cukup tinggi namun terdapat kendala dimana
terkadang kita tidak menemukan air ataupun
tidak tersedianya sabun, sehingga alternative lain
yakni pengunaan gel antiseptic yang dinilai lebih
praktis bisa menjadi pilihan ditengah
merebabnya wabah Covid-19 yang
mengharuskan selalu membersihkan tangan.
Tujuan pembuatan gagasan ini adalah
mengetahui bahwa daun binahong bisa
digunakan sebagai bahan utama dalam
pembuatan gel hand sanitizer dengan metode
eksperimen. Gel yang biasa dikenal dengan
Handsanitizer dengan kandungan 62% Alkohol
yang ditambahkan pelembab dan pelembut.
Bahan aktif alkohol inilah yang diharapkan
mampu membunuh bakteri, virus dan jamur.
Tanaman binahong merupakan salah satu
tanaman obat yang mempunyai potensi besar
kedepan untuk diteliti, karena dari tanaman ini
masih banyak yang perlu digali sebagai bahan
fitofarmaka. Seluruh bagian tanaman binahong
mulai dari akar, umbi, batang, daun dan bunga
sangat mujarab untuk obat dalam penyembuhan
(terapi herbal).
Kata kunci: Covid-19, tanaman binahong, hand
sanitizer
Anisa1*,
Ummi Lailatull K.S.2, dan
Fauziah Indrawati3, Eta Yuni Lestari
4
1Mahasiswa Pendidikan IPA Universitas Negeri
Semarang, Semarang 2Mahasiswa
Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini Universitas Negeri Semarang,
Semarang 3Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris
Universitas Negeri Semarang, Semarang 4Dosen Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang, Semarang
*email: anisasanjaya@students.unnes.ac.id
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
2
PENDAHULUAN
Corona Virus Disease (COVID-19) adalah jenis virus baru yang menular pada manusia dan
menyerang gangguan system pernapasan sampai berujung pada kematian (Thalia, 2020). Tanda tanda
umum orang terinfeksi virus ini adalah demam di atas 380C, batuk, sesak, dan susah bernapas. Virus ini
berawal dari kota Wuhan, China yang diduga ditularkan melalui hewan kepada manusia, Virus
tersebut menyebar sangat cepat hingga sampai pada Indonesia. Dilansir dari laman CNN, kasus
pertama COVID-19 di Indonesia terjadi pada 1 maret 2020 dengan 2 pasien dari Depok yang terjangkit
virus tersebut karena berinteraksi dengan warga Jepang. Virus tersebut juga dengan cepat menyebar
diseluruh daerah Indonesia hingga diketahui saat ini 26 Maret warga Indonesia yang positif COVID-19
berjumlah 893 orang dengan 78 meninggal, dan 35 sembuh.
Telapak tangan merupakan salah satu media penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit
diare, jerawat, infeksi dan peradangan. Tanpa disadari, mikroorganisme yang yang menempel pada
permukaan telapak tangan dapat berasal dari kontak langsung dengan orang-orang, khususnya orang
yang sedang sakit, memegang permukaan yang telah terkontaminasi mikroorganisme yang terkumpul
dari polusi debu maupun yang diterbangkan oleh angin, melalui makanan, lingkungan yang kotor,
maupun dari hewan dan kotoran hewan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Pandemi Covid 19 yang menimpa dunia saat ini menjadikan kebutuhan akan perilaku hidup
bersih dan sehat meningkat. Mencuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman pada tangan hingga
58%. Meskipun mencuci tangan mampu membunuh kuman dan bakteri dengan presentasi cukup tinggi
namun terdapat kendala dimana terkadang kita tidak menemukan air ataupun tidak tersedianya sabun,
sehingga alternative lain yakni pengunaan gel antiseptic yang dinilai lebih praktis bisa menjadi pilihan
ditengah merebabnya wabah Covid-19 yang mengharuskan selalu membersihkan tangan. Gel antiseptic
ini dikenal dengan Handsanitizer dengan kandungan 62% Alkohol yang ditambahkan pelembab dan
pelembut. Bahan aktif alkohol inilah yang diharapkan mampu membunuh bakteri, virus dan jamur.
Oleh karena itu diperlukan handsanitizer yang memiliki bahan aktif lain sehingga lebih nyaman saat
digunakan dalam jangka waktu yang lama dan penggunaan bahan alam menjadi pilihan terbaik
(Thalib,2020).
Perlawanan terhadap agen antimikroba telah menjadi masalah global yang semakin penting
dan mendesak. Dari 2 juta orang yang mendapatkan infeksi bakteri di rumah sakit AS setiap tahun,
70% kasus sekarang melibatkan jenis yang resisten terhadap setidaknya satu obat (Infectious Diseases
Society of America, 2004). Modifikasi struktural obat antimikroba yang telah dikembangkan resistensi
telah terbukti menjadi cara yang efektif untuk memperpanjang umur agen antijamur seperti azoles,
agen antivirus seperti inhibitor transkriptase nukleosida terbalik, dan berbagai antibakteri agen
termasuk -laktam dan kuinolon.
Senyawa dengan aktivitas antijamur, antivirus dan antibakteri masing-masing akan dibahas
secara berurutan, dengan penekanan khusus pada flavonoid dengan aktivitas antibakteri (Havsteen B,
1983). Flavonoid ada di mana-mana dalam sel fotosintesis dan karena itu terjadi secara luas di kerajaan
tanaman . Mereka ditemukan dalam buah, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, batang dan bunga
serta teh, anggur, propolis dan madu, dan mewakili konstituen umum dari makanan manusia
(Harborne, 1999).
Fungsi flavonoid pada bunga adalah memberikan warna yang menarik bagi penyerbuk
tanaman. Dalam daun, senyawa ini semakin dipercaya untuk meningkatkan kelangsungan hidup
fisiologis tanaman, melindunginya dari, misalnya, patogen jamur dan radiasi UV-B. Selain itu,
flavonoid terlibat dalam fotosensitisasi, transfer energi, aksi hormon pertumbuhan tanaman dan
pengatur pertumbuhan, kontrol respirasi dan fotosintesis, morfogenesis, dan penentuan jenis kelamin
(Middleton dan Chithan, 1993).
Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sudah
banyak dibudidayakan oleh masyarakat, diantaranya adalah tanaman obat yang memiliki nilai
ekonomis seiring dengan peningkatan penggunaan bahan alam berupa tumbuh-tumbuhan untuk pengobatan herbal sebagai alternatif pengganti obat-obatan kimia diantaranya Aloe vera (Hendrawati,
2015) dan tanaman binahong.
Tanaman binahong merupakan salah satu tanaman obat yang mempunyai potensi besar
kedepan untuk diteliti, karena dari tanaman ini masih banyak yang perlu digali sebagai bahan
fitofarmaka. Berbagai pengalaman masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk membantu proses
penyembuhan penyakit-penyakit berat (Manoi; 2009), sebagai antioksidan (Selawa, et al.; 2013),
antibiotik, antibakteri, antivirus, dan antiinflamasi (Kurniawan & Aryan, 2015). Hasil uji fitokimia
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
3
daun binahong ditemukan senyawa polifenol, alkaloid, dan flavonoid pada ekstrak daun binahong
(Khunaifi; 2010). Garmana, et al. (2014) melakukan screening fitokimia daun binahong terkandung
senyawa flavonoid, saponin, dan steroid/triterpenoid. Hand sanitizer merupakan zat antiseptik yang didalamnya terdapat alkohol dengan persentase
60-95%. Menurut Food and Drug Administration (FDA), Hand sanitizer dapat menghilangkan kuman
kurang dari 30 detik. Alkohol yang terkandung pada hand sanitizer memiliki kemampuan aktivitas
bakteriosida yang baik terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Selain itu, hand sanitizer juga
mengandung bahan antibakterial seperti triklosan atau agen antimikroba lain yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada tangan seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Radji, 2007).
Permasalahan mengenai Covid-19 yang menyebar begitu cepat merupakan salah satu alasan penulis untuk melakukan pembuatan serta meneliti lebih dalam lagi mengenai hand sanitizer berbahan
daun binahong yang dapat digunakan sebagai salah satu langkah pencegahan penularan Covid-19.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode pelaksanaan yang digunakan adalah metode uji eksperimen. Agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan, berikut uraiannya:
a. Waktu dan Tempat
Tempat kegiatan ini dilaksanakan di Karanganyar pada bulan Agustus 2020, yang meliputi
persiapan perlengkapan dan pembelian bahan baku, dan persiapan tempat.
b. Alat dan Bahan
Dalam eksperimen ini, alat dan bahan yang digunakan yaitu: blender, gelas beker, gelas ukur,
labu erlenmeyer, kompor, dandang, corong, kertas hvs, karet, kapas, kertas saring, botol kemasan,
daun binahong 100 gram, alcohol 70% 50ml, emulsifier 1 sdt, aquades 20ml.
c. Proses Perancangan
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menunjang pembuatan hand sanitizer dari daun binahong yang berfungsi sebagai antimikroba.
d. Tahap Pelaksanaan dan Uji Coba - Persiapan Awal
Tahap pertama yang dilakukan adalah tahap ekstraksi daun binahong. Ekstraksi
merupakan bagian awal untuk menghasilkan bahan utama yang dimanfaatkan sebagai produksi
hand sanitizer. Disini digunakan 100 gram daun binahong yang mulanya dicuci terlebih dahulu
sampai bersih, kemudian diblender sampai halus. Setelah itu akan disaring dan diambil ekstraknya,
kemudian ditambahkan emulsifier untuk mengikat kotoran pada hasil ekstraksi daung binahong.
Setelah itu, dimasukkaan kedalam labu erlenmeyer yang kemudian ditutup menggunakan kapas
padat dan kertas lalu diikat menggunakan karet sampai kencang. Kemudian dimasukkan kedalam
dandang yang sudah diisi air lalu tutup rapat dandang, lalu nyalakan api sedang dan tunggu
kurang lebih 3 jam. Lalu angkat dan dinginkan terlebih dahulu.
- Pencampuran
Setelah didapatkan hasil dari persiapan awal, campurkan dengan campuran aquades dan
alkohol 70%, kemudian aduk hingga rata.
- Pengemasan dan Percobaan Ini merupakan tahap akhir dari pembuatan hand sanitizer berbahan daun binahong. Setelah
semua tercampur dengan rata, masukkan kedalam botol kemasan yang sudah disediakan, dan
jangan lupa tutup sampai rapat. Hand sanitizer berbahan daun binahong sudah siap digunakan.
e. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengetahui ketercapaian tujuan dari program yang telah dilaksanakan, sehingga nantinya dapat dilakukan perbaikan dan pengembangan mengenai hand
sanitizer menjadi lebih baik lagi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan. Berbagai macam jenis virus,
bakteri, dan jamur menempel pada tangan setiap harinya melalui kontak fisik. Untuk mencegah
penyebaran virus, bakteri, dan jamur, salah satu cara yang paling tepat adalah mencuci tangan dengan
sabun dan air bersih yang mengalir. Jika air bersih tidak tersedia, dapat menggunakan sabun dan air
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
4
yang tersedia (Wijaya; 2013). Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa
kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain dan menimbulkan penyakit.
Salah satu cara yang dapat dilakukan sebagai pencegahan adalah menjaga kebersihan tangan sebelum
makan dan minum dengan menggunakan gel antiseptik tangan sebagai alternatif praktis menggantikan
sabun dan air untuk mencuci tangan (Pramita; 2013).
Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae dalam keluarga
Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan penyakit pada
burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada manusia, coronavirus menyebabkan infeksi saluran
pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun beberapa bentuk penyakit seperti; SARS,
MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan.
Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang bisa diabaikan begitu saja.
Jika dilihat dari gejalanya, orang awam akan mengiranya hanya sebatas influenza biasa, tetapi bagi
analisis kedokteran virus ini cukup berbahaya dan mematikan. Saat ini di tahun 2020, perkembangan
penularan virus ini cukup signifikan karena penyebarannya sudah mendunia dan seluruh negara
merasakan dampaknya termasuk Indonesia (Yunus dan Annissa, 2020).
Pandemi global COVID-19 melahirkan problematika baru bagi negara-bangsa, khususnya
mengenai bagaimana upaya negara untuk mencegah dan menghentikan penyebaran virus ini agar tidak
semakin meluas. Vaksin sosial seperti kebijakan pembatasan sosial (social distancing) dan lockdown
pun dilakukan oleh negara-negara sebagai respons atas situasi darurat ini. Namun, vaksin sosial ini
masih perlu didukung oleh elemen lain, salah satu yang terpenting adalah transparansi data.
Dalam menghadapi Pendemi Covid-19 di Unit pelaksanan teknis dengan menerapkan
beberapa kebijakan diantaranya meniadakan kunjungan secara langsung, menerapkan protokol
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah, kunjungan hanya dilakukan secara Video Call dengan
keluarga, selain itu juga untuk melakukan proses keluar masuk di rutan dan lapas baik itu petugas,
pengunjung, tamu dinas dan aparat lainnya yang berkepentingan untuk masuk lebih diperketat dalam
protokol kesehatan yaitu dengan mengukur suhu tubuh, menggunakan hand sanitizer dan yang terbaru
pada UPT yaitu adanya box penyemprotan disinfeksitan yang digunakan untuk orang yang ingin
masuk ke Lembaga Pemasayraktan.
Dari hasil penelusuran literatur didapatkan sebanyak 13 artikel yang memenuhi kriteria inklusi
dan dapat digunakan pada literatur review ini. 13 artikel tersebut merupakan hasil penelitian terkait
penggunaan tanaman herbal sebagai bahan pembuatan hand sanitizer. Beberapa tanaman herbal yang
potensial untuk digunakan seperti daun binahong, daun sirsak, rumput laut, belimbing wuluh, kulit
jeruk, kulit pisang ambon, biji Teratai, daun jambu mete, kulit nanas, seledri, biji mengkudu dan daun
manga arum manis. Penggunaan tanaman herbal diatas didasarkan pada kandungan flavonoid,
alkaloid, tannin dan saponin yang ada pada tanaman tersebut yang diyakini memiliki aktivitas
antibakteri.
Menurut Yusup Yudi Prayudi yang dijelaskan dalam Warta Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (2009) bahwa seluruh bagian tanaman binahong mulai dari akar, umbi, batang,
daun dan bunga sangat mujarab untuk obat dalam penyembuhan (terapi herbal). Menurut Candra
Wijaya khasiat utama dari tanaman binahong yaitu: menyembuhkan luka dalam dan luka luar seperti
baru operasi, typhus, radang usus, maag dan wasir (ambeien), pembengkakan dan pembekuan darah,
memulihkan kondisi lemah setelah sakit, rhematik, luka memar (akibat benturan, terpukul atau
terkilir),mencegah stroke.
Zat Antimikroba Yang Terkandung Pada Tanaman Binahong (Anredera Cordicofolia (Ten)
Steenis) Yaitu:
1. Flavanoid
Flavanoid merupakan senyawapolar yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti
etanol, menthanol, butanol, aseton, dan lain-lain (markham, 2004). Flavanoid dalam tumbuhan
terikat pada gual sebagai glikosida dan aglikon ßavanoid, gula ßavanoid mudah larut dalamair
(Harbone, 2006).
2. Saponin
Saponin dibedakan sebagai saponin triterpenoid dan saponin steroid. Saponin triterpenoid
umumnya tersusun dari sistem cincin oleonana atu ursuna. Glikosida mengandung 1-6 unit
minosakarida (Glukosa, Galaktosa, Ramnosa) dan aglikon, disebut sapogenin, mengandung satu
atau dua gugus karboksil (louis, 2004).
3. Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaoid mencakup senyawa
bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
5
bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering bersifat racun bagi manusia dan banyak mempunyai
Þsiologis yang menonjol, jadi digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Annisa, 2007).
4. Terpenoid
Terpenoid atau isoprenoid merupakan salah satu senyawa organik yang hanya terbesar di alam,
yang terbentuk dari satuan isoprena (CH3=C(CH3)-CH=CH2). Senyawa terpenoidmerupakan
senyawa hidrokarbon yang dibedakan berdasar jumlah satuan isoprena penyusunnya, group metil
dan atom oksigen yang diikatnya (Annisa, 2007).
5. Minyak atsiri
Minyak atsiri merupakan senyawa volatin yang dihasilkan oleh jaringan tertentu suatu tanaman,
baik berasal dari akar, batang, daun, kulit, bunga, biji-bijian bahkan putik bunga. Pada umumnya
minyak atsiri mempunyai mudah menguap pada suhu kamar, mudah mengalami dekomposisi,
memiliki bau harum sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, larut dalam pelarut organik dan
tidak larut dalam air (Guenther, 2005).
Beberapa flavonoid mempunyai sifat antiflamasi, antihepatotoksik, antitumor, antimikroba,
dan antivirus. Namun, kebanyakan falvonoid merupakan senyawa antioksidan. Aktivitas flavonoid
sebagai antimikroba yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka disebabkan oleh
kemampuannya untuk menumbuk kompleks dengan protein ekstra seluler dan terlarut, dengan dinding
sel. Rusaknya membran dan dinding sel akan menyebabkan metabolit penting didalam sel akan keluar,
akibatnya terjadi kematian sel. Pada pembuatan hand sanitizer kali ini, digunakan bahan utamam berupa daun binahong.
Manfaat tanaman ini sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris bi-nahong dapat
menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Dalam pengobatan, bagian tana-man yang digunakan dapat
berasal dari akar, batang, daun, dan bunga maupun umbi yang menempel pada ketiak daun. Tanaman ini di kenal dengan sebutan madeira vine yang dipercaya memiliki kandungan antiaoksidan tinggi dan
antivirus. Tanaman ini masih di teliti meski dalam lingkup terbatas.Pembuatan awalnya dengan
mengekstraksi daun binahong yang kemudian disaring sampai benar-benar bersih. Kemudian
dicampuri emulsifier yang berfungsi untuk mengikat kotoran pada ekstak daun binahong. Kemudian
ekstrak daun binahong yang sudah dicampuri emulsifier tadi di pindah wadah kedalam labu
erlenmeyer kemudian ditutup dengan kapas padat, lalu ditutup lagi dengan kertas, dan yang terakhir di
ikat menggunakan karet sampai benar-benar rapat.
Pada daun binahong lama ektraksi akan mempengaruhi kemampuan daya hambat bakterinya
dimana hal ini dipengarui oleh senyawa aktifnya yang keluar setelah 2 jam proses ekstraksi.
Kemampuan daya hambat bakteri pada sediaan hand sanitaizer berbahan herbal dipengaruhi oleh
banyaknya senyawa aktif yang digunakan pada setiap formula pembuatannya dimana semakin tinggi
kandungan senyawa aktifnya maka kemampuan daya hambatnya juga akan meningkat. Meskipun
demikian tetap harus memperhatikan kondisi yang lain karna bisa saja terjadi peningkatan PH.
Setelah itu dimasukkan kedalam dandang yang sudah berisi air, lalu dipanaskan dengan api
sedang selama kurang lebih 3 jam. Menurut Hougton dan Raman (1998) , penggunaan suhu yang
tinggi dalam mengekstraksi akan menyebabkan reaksi yang terjadi lebih kuat karena energi yang
dihasilkan lebih tinggi, maka zat-zat yang seharusnya tidak larut didalam alkohol menjadi larut.
Semakin pekat ekstrak yang dipakai maka semakin besar zona hambat bakteri yang terbentuk
(Sudarwati & Sumarni, 2016) Sifat antibakteri ini termasuk bakteriostatik. Menurut Chusnie & Lamb
(2005), mekanisme kerja flavonoid terbagi menjadi tiga yaitu menghambat sintesis asam nukleat,
menghambat fungsi membran sel, dan menghambat metabolisme energi.
Setelah itu, ekstrak daun binahong yang sudah diambil dari daam dandang ditunggu hingga
dingin dulu. Baru dicampurkan dengan alkohol 70% dan aquades, kemudian diaduk hingga rata. Yang
terakhir adalah proses pengemasan, pengemasan dilakukan dengan cara memasukkan hasil campuran
tadi kedalam botol kemasan yang sudah disediakan.
Pada daun binahong lama ektraksi akan mempengaruhi kemampuan daya hambat bakterinya
dimana hal ini dipengarui oleh senyawa aktifnya yang keluar setelah 2 jam proses ekstraksi.
Kemampuan daya hambat bakteri pada sediaan hand sanitaizer berbahan herbal dipengaruhi oleh
banyaknya senyawa aktif yang digunakan pada setiap formula pembuatannya dimana semakin tinggi
kandungan senyawa aktifnya maka kemampuan daya hambatnya juga akan meningkat. Meskipun
demikian tetap harus memperhatikan kondisi yang lain karna bisa saja terjadi peningkatan PH.
Campuran dengan ethanol memiliki inhibisi kerja alpha-glukosidase berpotensi sebagai
antibakteri. Ethanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil. Tanin dan saponin sedikit larut, jadi zat
pengganggu yang terlarut terbatas. Ethanol digunakan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang dan
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
6
kuman sulit tumbuh dalam ethanol, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, panas untuk pemekatan,
dan mudah bercampur dengan air. Ethanol 70% efektif dalam menghasilkan jumlah bahan yang
optimal, bahan pengatur hanya sedikit turut dalam cairan pengekstraksi (Voigt, 1984).
PH standar untuk produk hand sanitizer yakni antara rentang 4,5-8 (SNI 2588:2017) sehingga
mempertahankan kestabilan PH pada produk hand sanitizer sangat penting untuk diperhatikan. PH
yang terlalu asam akan membuat iritasi pada kulit sedangkan PH yang terlalu basa akan membuat kulit
tampak bersisik (Thalib, 2020).
Selain dengan penggunaan hand sanitizer, kita juga haru menjaga menerapkan pola hidup sehat yang lannya. Misalnya saja dengan social distancing atau physical distancing, mematuhi protokol-
protokol yang telah pemerintah luncurkan, dan yang lainnya. Karena perlu kita ketahui bahwa Covid-
19 ini merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan dalam hitungan hari.
SIMPULAN
Kesehatan merupakan hal yang paling utama yang harus dijaga setiap insan, terutama saat
merebaknya wabah Covid-19 saat ini. Pandemi global COVID-19 melahirkan problematika baru bagi
negara-bangsa, khususnya mengenai bagaimana upaya negara untuk mencegah dan menghentikan penyebaran virus ini agar tidak semakin meluas. Penggunaan hand sanitizer bisa menjadi langkah salah
satu pencegahan penularan Covid-19 yang sangat merebak terutama di Indonesia. Beberapa tanaman herbal yang potensial untuk dibuat hand sanitizer digunakan seperti daun binahong, daun sirsak, rumput
laut, belimbing wuluh, kulit jeruk, kulit pisang ambon, biji Teratai, daun jambu mete, kulit nanas,
seledri, biji mengkudu dan daun manga arum manis.. Selain itu, kita harus menerapkan pola hidup sehat, social distancing atau physical distancing, dan hal-hal yang bisa kita lakukan guna mencegah
penyebaran Covid-19.
Daftar Pustaka
Ayenigbara, I. O. (2020). COVID-19: An International Public Health Concern. Central Asian Journal of
Global Health, 9(1).
Cushnie, T. T., & Lamb, A. J. (2005). Antimicrobial activity of flavonoids. International journal of
antimicrobial agents, 26(5), 343-356.
Delgado, D., Wyss Quintana, F., Perez, G., Sosa Liprandi, A., Ponte-Negretti, C., Mendoza, I., & Baranchuk,
A. (2020). Personal Safety during the COVID-19 Pandemic: Realities and Perspectives of
Healthcare Workers in Latin America. International Journal of Environmental Research and Public
Health, 17(8), 2798.
Fitriyah, N., Alfiyanto, M. A., Mulyadi, M., Wahyuningsih, N., & Kismanto, J. (2013). Obat Herbal
Antibakteri Ala Tanaman Binahong. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. flavonoids and teas.
Molecular nutrition & food research, 51(1), 116-134
Friedman, M. (2007). Overview of antibacterial, antitoxin, antiviral, and antifungal activities of tea
flavonoids and teas. Molecular nutrition & food research, 51(1), 116-134.
Friedman, M. (2007). Tinjauan aktivitas antibakteri, antitoksin, antivirus, dan antijamur dari flavonoid teh
dan teh. Penelitian nutrisi & makanan molekuler , 51 (1), 116-134.
Grandiere Perez, L., Ramanantsoa, C., Beaudron, A., Hoche Delchet, C., Penn, P., & Comacle, P. (2019).
Efficacy of an Ethanol-Based Hand Sanitizer for the Disinfection of Blood Pressure Cuffs.
International journal of environmental research and public health, 16(22), 4342.
Hamzah, A. T. (2020). Herbal Potensial Sebagai Hand Sanitizer di Indonesia: Literatur Riview. Pasapua
Health Journal, 2(1), 31-39.
Huynh-Delerme, C., Artigou, C., Bodin, L., Tardif, R., Charest-Tardif, G., Verdier, C., ... & Desmares, C.
(2012). Is Ethanol-Based Hand Sanitizer Involved in Acute Pancreatitis after Excessive
Disinfection?—An Evaluation with the Use of PBPK Model. Journal of toxicology, 2012.
Huynh-Delerme, C., Artigou, C., Bodin, L., Tardif, R., Charest-Tardif, G., Verdier, C., ... & Desmares, C.
(2012). Is Ethanol-Based Hand Sanitizer Involved in Acute Pancreatitis after Excessive
Disinfection?—An Evaluation with the Use of PBPK Model. Journal of toxicology, 2012.
Irawan, J. (2020). Fenomena Covid-19: Dampak Globalisasi dan Revitalisasi Multilateralisme. Jurnal Ilmiah
Hubungan Internasional, 47-52.
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
7
Khunaifi M. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia Steenis) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.[Skripsi] Jurusan Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.2010.h.11-15.
Rini, E. P., & Nugraheni, E. R. (2018). Uji Daya Hambat Berbagai Merek Hand Sanitizer Gel Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. JPSCR: Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research, 3(1), 18-26.
Sjahid, LR, Aqshari, A., & Sediarso, S. (2020). Penetapan Kadar Fenolik dan Flavonoid Hasil Ultrasonic
Assisted Extraction Daun Binahong (Anredera cordifolia [Ten] Steenis). Jurnal Riset Kimia , 11 (1),
16-23.
Susanty, S., & Yudhistirani, SA (2018). Pengaruh Waktu Ekstaksi Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steenis) Terhadap Kemampuan Daya Hambat Bakteri Escherichia coli untuk Pembuatan
Hand Sanitizer. Jurnal Konversi , 7 (1), 10.
Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-digital?. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 131-137.
Trisunuwati, P., & Setyowati, E. (2017). Potensi perasan Daun Binahong (Anredera cordifolia) sebagai
antibakterial pada media kultur bakteri Staphylococcus aureus dan Esherichia coli penyebab mastitis
klinis penyebab mastitis Sapi Perah. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Universitas Brawijaya , 27 (1),
18-27.
Utama, A. (2015). Peluang Biodiversity Untuk Penemuan Obat Antivirus. Biotrends, 1(2), 30-32.
Valerisha, A., & Putra, M. A. (2020). Pandemi Global COVID-19 dan Problematika Negara-Bangsa:
Transparansi Data Sebagai Vaksin Socio-digital?. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 131-137.
Veronita, F., Wijayati, N., & Mursiti, S. (2017). Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Daun
Binahong serta Aplikasinya sebagai Hand Sanitizer. Indonesian Journal of Chemical Science, 6(2),
138-144.
Voigt, R.,1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soewandhi, S.N., UGM Press,
Yogyakarta.
Yogiyanto, Y. O. G. I. Y. A. N. T. O., & Wardhana, Y. W. (2016). Mekanisme Kerja Obat Antivirus dari
Golongan Retrovirus. Farmaka, 14(3), 11-16.
Yunus, N. R., & Rezki, A. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai Antisipasi Penyebaran
Corona Virus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(3).
Zulva, T. N. I. (2020). Covid-19 Dan Kecenderungan Psikosomatis. J. Chem. Inf. Model, 1-4.
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
8
KONSUMSI MINUMAN
REMPAH JAHE ( Zingiber
officinale.Rosc ) UNTUK
MENINGKATKAN IMUNITAS
TUBUH DI MASA PANDEMI
COVID-19
Vio Aneta Sari Devi *
Cornelia Suryaningsih
Martina Handayani
Eta Yuni Lestari
Abstrak
COVID- 19 (Coronavirus Disease 2019) adalah
virus yang menyerang saluran pernafasan yang
menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan
hingga infeksi pernapasan. Gejala virus corona
yang terbilang ringan antara lain batuk, flu,
demam, serta sesak napas. Salah satu mencegah
penyakit yang disebabkan virus corona dengan
cara meningkatkan sistem imunitas tubuh. Untuk
itu dibutuhkan asupan dari luar yaitu dengan
mengkonsumsi minuman atau makanan yang
benutrisi, asupan yang mengandung antioksidan
yang tinggi. Tanaman obat yang mempunyai
aktivitas sebagai antioksidan dan imunomodulator
salah satunya Jahe ( Zingiber officinale.L ),
karena mengandung senyawa Oleoresin yang
dapat meningkatkan imunitas alami tubuh
(Imunostimulator). Pada masa pandemic covid-19
ini jahe dapat diolah menjadi minuman fungsional
dengan formulasi tertentu. Cara penyajian
minuman ini pun cukup mudah yaitu dengan cara
direbus ataupun diseduh. Metode yang digunakan
adalah metode ekperimen dan hasil yang
diperoleh menambah informasi kepada
masyarakat mengenai minuman fungsional berupa
rempah jahe di kala pandemic covid-19 ini.
Kata kunci : covid-19, jahe, minuman
fungsional.
Vio Aneta Sari Devi1, Cornelia Suryaningsih
2,
Martina Handayani3, Eta Yuni Lestari
4
1Mahasiswa Biologi, Universitas Negeri
Semarang, Semarang 2Mahasiswa
Pendidikan Matematika, Universitas
Negeri Semarang, Semarang 3Mahasiswa Ilmu Hukum , Universitas Negeri
Semarang, Semarang 4Dosen Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang, Semarang
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
9
PENDAHULUAN
Awal Desember 2019, kasus-kasus pneumonia pertama yang tidak diketahui asalnya
diidentifikasikan di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei. Patogen telah diidentifikasi sebagai
betacoronavirus (Guan,2020). Menurut WHO (World Health Organization) virus ini
menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan hingga infeksi pernapasan yang lebih parah
seperti MERS-CoV dan SARSCoV. Berikut beberapa gejala virus corona yang terbilang
ringan antara lain batuk, flu, demam, serta sesak napas. Kini, penyakit infeksi virus SARS-
CoV-2 dinamakan sebagai COVID- 19 (Coronavirus Disease 2019) (Zendrato, 2020).
Salah satu mencegah penyakit yang disebabkan virus corona adalah dengan cara
meningkatkan sistem imun atau daya tahan tubuh. Sistem imun adalah semua mekanisme
yang digunakan badan untuk melindungi dan mempertahankan keutuhan tubuh dari bahaya
yang menyerang tubuh (Suhirman, 2020). Sistem imun dapat di tingkatkan dengan
mengatur sistem imunitas tubuh dengan menggunakan imunostimulan. Fungsi
imunostimulan dapat meningkatkan pertahanan alamiah tubuh dalam mengatasi berbagai
infeksi virus dan bakteri, membantu sistem kerja imun dengan cara merangsang
pembentukkan berbagai sel-sel imun yang mempunyai peran penting, dengan
meningkatkan pembentukkkan antibodi dan sitokin serta memperbaiki fungsi fagosistosis
(Amalia, 2020).
Pada umumnya infeksi virus SARS-CoV-2 menurunkan imunitas tubuh yang bersifat
sementara tetapi dapat pula menurunkan kekebalan tubuh secara lama, maka diusahakan
untuk menjaga sistem kekebalan tubuh dapat dapat membantu tubuh untuk mencegah dan
menghambat benda asing yang masuk dalam tubuh salah satunya adalah virus. Untuk itu
dibutuhkan asupan dari luar yaitu dengan mengkonsumsi minuman atau makanan yang
benutrisi, asupan yang mengandung antioksidan yang tinggi. Antioksidan merupakan
senyawa yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
mengikat molekul yang sangat reaktif (Suhirman, 2020).
Alam menyediakan sumber bahan kimia yang melimpah yang dapat dijelajahi jenis
senyawa aktifnya untuk pengembangan obat, tanaman obat yang mempunyai aktivitas
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
10
sebagai antioksidan dan imunomodulator antara lain: echinacea, mengkudu, jahe
(Suhirman, 2020). Tanaman jahe sebagai imunomodulator juga mengandung
senyawa Oleoresin yang dapat meningkatkan imunitas alami tubuh (Imunostimulator),
dengan meningkatkan produksi sel T pembantu CD4+ dan sel T sitotoksik CD8
+ (
Septiana, 2020). Jahe (Zingiber officinale Rosc.) digunakan masyarakat sebagai obat
masuk angin, gangguan pencernaan, sebagai analgesik, antipiretik, anti inflamasi, dan lain-
lain. Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan.
Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol, dan gingeron dilaporkan
memiliki aktivitas antioksidan di atas vitamin E. Sumber antioksidan alami dapat diperoleh
tidak hanya pada makanan tetapi juga pada minuman yang telah diolah yaitu berupa
minuman fungsional dengan formulasi tertentu.
Minuman fungsional tentunya harus memenuhi dua fungsi utama yaitu
memberikan asupan gizi serta pemuasan sensori seperti rasa yang enak dan tekstur yang
baik. Minuman fungsional saat ini telah banyak dikembangkan dengan menggunakan
bahan-bahan alami seperti rempah-rempah yang dikenal dengan bahan herbal dan cara
penyajian minuman ini pun cukup mudah yaitu dengan cara direbus ataupun diseduh.
Proses pengolahan tanaman herbal menjadi minuman fungsional memerlukan pengetahuan
tentang kandungan senyawa aktif dan teknik formulasi (Widyantari, 2020).
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
11
METODE
Kegiatan pembuatan minuman seduhan jahe yang bertujuan untuk meningkatkan
imunitas tubuh di masa pandemi Covid-19 dilakukan disalah satu rumah Pelaksana KKN
di Desa Klolokan, Pulosari pada tanggal 22 Agustus 2020.
Pembuatan minuman fungsional seduhan jahe sangat mudah untuk dilakukan karena
semua bahan berasal dari sekitar kita. Berikut alat dan bahan yang dibutuhkan untuk
membuat minuman seduhan jahe :
Alat:
Parutan, pisau, panci, gelas, sendok.
Bahan:
Jahe 250 mg, air panas 50 ml, gula secukupnya
Cara membuat seduhan jahe yang baik dan benar sesuai takaran yang telah di tentukan :
1. Kupas jahe 250 mg dan cuci hingga bersih. Parutlah jahe yang sudah dikupas
hingga halus.
2. Siapkan air yang sudah masak sebanyak 50 ml yang masih hangat. Masukkan
parutan jahe tadi kedalam air yang masih hangat tadi.
3. Tunggu selama 15 menit hingga warnanya berubah menjadi kuning kecoklatan,
sambil diaduk sesekali.
4. Kemudian tuang air rebusan jahe tadi pada gelas, bila senang manis bisa di
bubuhkan gula secukupnya.
5. Setelah selesai pembuatan seduhan jahe dapat dikonsumsi untuk meningkatkan
imunitas tubuh (Rufaridah, 2019).
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
SARS-CoV-2 merupakan virus dari keluarga Coronaviridae yang memiliki selubung
(envelope). Struktur selubung pada virus ini terlibat dalam aspek-aspek penting dari siklus
hidup virus. Diawali oleh perlekatan virus dengan reseptor Angiotensin Converting
Enzyme 2 (ACE2) pada permukaan sel inang yang difasilitasi oleh protein spike (protein S)
yang merupakan bagian dari struktur menyerupai paku pada virus. Proses selanjutnya
adalah masuknya virus ke dalam sel inang untuk melepaskan materi genetik dan
memperbanyak diri (Septiana, 2020). Beberapa gejala virus corona yang terbilang ringan.
mengakibatkan penyakit dengan gejala-gejala antara lain batuk, flu, demam, serta sesak
napas ( Suaryo, 2020).
Dengan adanya pandemi Covid-19 diwajibkan untuk menjaga kekebalan tubuh dengan
mengkonsumsi makanan/ minuman yang banyak mengandung antioksidan senyawa yang
dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara mengikat molekul
yang sangat reaktif (Suhirman, 2020).
Gambar 1. Alat dan Bahan untuk pembuatan minuman jahe
Gambar 2. Proses pembuatan dan hasil minuman jahe
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
13
Pemanfaatan tanaman obat sebagai senyawa antivirus karena memiliki suatu
mekanisme. Jalan masuk virus merupakan target yang menarik untuk terapi karena dapat
memblokir penyebaran virus pada tahap awal, sehingga meminimalkan kesempatan bagi
virus untuk berevolusi dan membangun resistensi obat. Perlekatan SARS-CoV diketahui
terjadi akibat adanya ikatan antara protein S dengan reseptor ACE2 pada permukaan sel
inang. Molekul kecil yang dapat mengikat dengan afinitas tinggi pada protein S2 dari
SARS-CoV dapat mengganggu fungsi protein S, sehingga akan mencegah SARS-CoV
untuk memasuki sel inangnya.
Salah satu pemanfaatan senyawa aktif antivirus dari tanaman obat yang memiliki
mekanisme penghambatan yaitu Jahe ( Zingiber officinale.Rosc ). Jahe merupakan salah
satu hasil rempah-rempah yang cukup potensial di Indonesia. Tanaman jahe mempunyai
sifat antioksidan. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol, dan
gingeron dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan di atas vitamin E. Sumber antioksidan
alami dapat diperoleh pada maknana/ minuman yang telah diolah yaitu berupa minuman
fungsional dengan formulasi tertentu.
Tabel 1. Senyawa antivirus dari tanaman obat Jahe ( Zingiber officinale.Rosc ) :
No. Nama
Senyawa
Sumber Mekanisme Jenis Virus
1. Oleoresin
Jahe (Zingiber officinalis)
Imunostimulan SARS-CoV
2. 10-gingerol
Jahe (Zingiber officinalis) Kemampuan
dalam
menghambat
agen pencetus
inflamasi IL-
1β, IL-6, dan
TNF-α
SARS-CoV
Minuman fungsional tentunya harus memenuhi dua fungsi utama yaitu memberikan
asupan gizi serta pemuasan sensori seperti rasa yang enak dan tekstur yang baik. Pada
minuman seduhan jahe memiliki rasa yang hangat dan pedas dikarenakan kandungan
Oleoresin sebagai pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
14
jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa
pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol ( Kurniasari, 2008).
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
15
SIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan minuman
fungsional berupa sari jahe sangat bergantung dari formulasi dan senyawa aktif yang ada
di dalam bahan tersebut salah satunya Oleoresin dan 10-gingerol Oleoresin sebagai
pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas
gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemilihan bahan baku perlu
diperhatikan sehingga bisa bersinergi dan bisa meningkatkan kualitas dan khasiatnya.
Minuman fungsional tentunya harus memenuhi dua fungsi utama yaitu memberikan
asupan gizi serta pemuasan sensori seperti rasa yang enak dan tekstur yang baik Untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh terlebih pada saat pandemic covid-19 ini dengan
mengkonsumsi minuman tradisional salah satunya sari jahe. Bahannya pun mudah di dapat
dan harga yang terjangkau sehingga masyarakat dapat menjaga kekebalan tubuh dengan
cara mengkonsumsi minuman tradisional berupa sari jahe.
PROCEEDING KKN BMC UNNES 2020
16
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Lia, Irwan, Febriani Hiola.2020. Analisis Gejala Klinis Dan Peningkatan
Kekebalan Tubuh Untuk Mencegah Penyakit Covid-19. Jambura Journal, Vol.2(2):
71-76.
Guan,W, Z. Ni, Yu Hu, W. Liang, dkk. 2020. Clinical Characteristics of Coronavirus
Disease 2019 in China. The New England Journal of Medicine.
Kurniasari,L. 2008. Kajian Ekstraksi Minyak Jahe Menggunakan Microwave Assisted
Extraction (Mae). Jutnal Momentum, Vol. 4(2): 47 - 52.
Rufaridah,Anne, Yelly Herien, Englia Mofa.2019. Pengaruh Seduhan Zingiber Offcinale
(Jahe) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum. Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan, Vol 4(1):204-209.
Septiana, Eris. 2020. Prospek Senyawa Bahan Alam Sebagai Antivirus Dalam
Menghambat SARS-CoV-2. BioTrends, Vol. 11(1):30-38.Vol.11 No.1
Sunaryo, Deni. 2020. Optimalisasi Pendapatan Masyarakat Dalam Pembuatan Produk
Bandrek Jahe Susu Sebagai Peningkatan Imunitas Disaat Pandemik Covid-19 Di Desa
Sukaratu Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang. KOMMAS: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Pamulang Vol.1(2): 30-41.
Widyantari ,A.A.A Sauca Sunia. 2020 . Formulasi Minuman Fungsional Terhadap
Aktivitas Antioksidan. E-Jurnal Widya Kesehatan, Vol 2(1): 22-29.
Zendrato, Walsyukurniat. 2020. Gerakan Mencegah Daripada Mengobati Terhadap
Pandemi Covid-19. Jurnal Education and development, Vol.2(8): 242-248.
top related